• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di downtown walk summarecon mal serpong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di downtown walk summarecon mal serpong"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

YANG TIDAK MENYAKSIKAN LIVE MUSIC

PERFORMANCE DI DOWNTOWN WALK

SUMMARECON MAL SERPONG

dari · .-, ... セNBG@

T.gl. ; ZイセイZtZZコZᄋエBセ@

... _

0

CJi ...

l/. .... .. Oleh :

セッN@

lnduk : ...

::J.1-.. : ...

セNセZZZZ@

...kll!sifikasi :

QUQUH YUNIANTU ... . NIM : 102070025923

Skripsi diajukan 1.111t1.1k mememuhi sebagian persyaratan dalam mE'lmperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSIT AS ISLAM NE GERI SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAKARTA

(2)

MENYAKSIKAN

LIVE MUSIC PERFORMANCE

DI

DOWNTOWN WALK SUMMARECON MAL

SERPONG

セMMMMMMMMMMMMMMMMMMM

PERrus1A1<AAN UTAMA UIN SYAf11D JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

gelar Sarjana Psikofogi

Pembimbing I

Ofeh:

QUQUH YUNIANTO NIM : 102070025923

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing II

• Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi

NIP: 150.368.748

Ors. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi NIP: 150.293.240

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

YANG MENYAKSIKAN DAN YANG TIDAK MENYAKSIKAN LIVE MUSIC PERFORMANCE DI DOWNTOWN WALK SUMMARECON MAL

SERPONG" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 07 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 07 Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Dekan I

Ketua merangkap anggota,

OGGセN@

セ@

-Jahja Umar, Ph.D NIP. 130.885.522

Penguji I,

Bamban Su adi Ph.D NIP: 150.326.891

Pembimbing I,

Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi NIP: 150.368.748

Pembantu Dekan I

Sekretaris merangkap anggota,

Anggota

dイ。セ。セL@

M.Si NIP. 1956.1223.1983.032001

Penguji II,

Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi NIP: 150.368.748

Pembimbing II,

(4)

dengan menyebut nama TUHAN mu Yang Menciptakan

-(QS.

Al-'Alaq/97:1)-"Sesungguhnya Rahmat-Ku mengalahkan Kemurkaan-Ku"

-(Hadits

Qudsi)-"Janganlah keterlambatan masa pemberian Allah

kepadamu padahal engkau bersungguh-sungguh dalam

berdoa menyebabkan patah harapan, sebab Allah

telah menjamin menerima semua do'a dalam apa yang

Dia Kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu

dan pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan pada

waktu yang engkau tentukan"

-(Ibn

'Athoillah)-"Jika kamu pernah puas,

maka permainan telah selesai"

-(James

Hetfield)-Skripsi ini kupersembahkan kepada

Ayahanda dan ibunda tercinta

(5)

(C) Ququh Yunianto

(D) Perbedaan kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di Downtown walk Summarecon Mal Serpong

(E) xiii + 84 halaman

(F) Usaha untuk memuaskan konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas pemasaran, dimana setiap pihak yang bersaing di pasar mengharapkan untuk dapat mempengaruhi sebanyak mungkin pembeli agar produknya diminati dan mereka mengkonsumsinya.

Salah satu dari banyaknya teori dan model kepuasan konsumen yang di gunakan oleh para ahli untuk mengukur kepuasan konsumen adalah model afektif. Model tersebut mengacu pada tingkat kepuasan yang dipengaruhi oleh perasaan konsumen (Mowen, 2002).

Musik memiliki hubungan yang erat dengan afeksi seseorang, dengan pemberian pelayanan yang tepat seperti live music performance di Downtown walk Summarecon Mal Serpong diharapkan konsumen dapat menikmatinya dan merasa puas. Setelah konsumen merasa puas, maka akan membeli produk-produk yang disediakan oleh mal. Dengan

demikian konsumen akan mendatangi lagi tempat tersebut dan merekomendasikan kepada orang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak

menyaksikan live music performance di Downtown walk Summarecon Mal Serpong. Mengetahui perbedaan (mean) kepuasan konsumen berdasarkan jenis (genre) musik yang disaksikan oleh konsumen di Downtown walk Summarecon Mal Serpong. Mengetahui keinginan konsumen untuk menyaksikan jenis (genre) musik lain yang ingin ditampilkan di Downtown walk Summarecon Mal Serpong.

Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian komparatif. Sedangkan teknik pengambilan sampel adalah

purposive sampling (N=60).

(6)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji hanya bagi Allah SWT di setiap saat dan waktu. Dengan

mengucap rasa syukur kehadirat llahi Rabbi atas Rahmat dan lnayah-NYA

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurah

kepada hamba yang paling mulia di atas sekalian para hamba, Rasulullah

SAW, beserta keluarga, para sahabat serta orang-orang yang menjadi

pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini juga tidak dapat selesai

tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara

moril maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu, pantas penulis

haturkan ucapan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang

telah membantu penyelesaian penelitian ini. Diantaranya kepada :

1. Bapak Jahja Umar, Ph.D. dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, dosen pembimbing akademik penulis. lbu

Yunita Faela Nisa, M.Psi, Psi dan Bapak Ors. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi

(7)

atas segala ilmu dan pengalaman serta kemudahan akademik yang telah

diberikan kepada penulis.

4. Bapak dan lbu tercinta, yang senantiasa sabar dan tabah untuk selalu

mendidik dan mendoakan anak-anaknya, serta kakak dan adikku yang

selalu memberikan warna kehidupan kepada penulis. Terima kasih

keluargaku untuk segalanya.

5. Bapak Surya Mentari, marketing manager dan Bapak Medy Suteja,

operasional manager Summarecon Mal Serpong.

6. Para staff dan karyawan Summarecon Mal Serpong khususnya Bapak

Yudi yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis.

7. Syaikhina wa Mursyidina KH. Sholahuddin Abdul Ojalil Mustaqiem, KH.

Muhammad Luqman Hakim, MA, H. Muhammad Arifin dan seluruh Salikin

PETA Tulungagung.

8. Eka Subaekah, Liza, Neneng, Nita, Rose, Yuyun, Fadli, Ucup, Agus NB,

Umay, dan Seluruh sahabat di Fakultas Psikologi UIN Jakarta khususnya

angkatan 2002/A, sahabat-sahabati PMll Komfapsi Ciputat,

saudara-saudaraku di Bad Boy.

9. Seluruh pihak yang tak tertera namun tanpa mengurangi rasa hormat

(8)

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan

dan ketidaksempurnaan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi

manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin.

(9)

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar lsi ... x

Daftar Tabel ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 -11 1.1. Latar Belakang Masai ah ... .... ... ... ... .. ... ... ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 7

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

1.3.1. Pembatasan masalah ... 7

1.3.2. Perumusan masalah ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Tujuan penelitian ... 9

1.4.2. Manfaat penelitian ... 9

(10)

3.3.1. Metode dan lnstrumen pengumpulan data ... 53

3.4. Teknik Analisis Data ... 56

3.5. Prosedur Penelitian ... 59

3.5.1. Persiapan ... 59

3.5.2. Pelaksanaan ... 59

3.5.3. Pengolahan data ... 60

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 61 - 74 4.1. Gambaran Umum Responden ... 61

4.2. Presentasi Data ... 69

4.2.1. Uji hipotesis ... 69

4.3. Pembahasan Hasil ... .... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 73

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ... 75 - 79 5.1. Kesimpulan .. . ... . ... ... .. ... ... .. ... .... 75

5.2. Diskusi ... 75

5.3. Saran ... ... ... ... ... ... ... ... .. . .. ... ... ... ... .... 78

(11)

Mal Serpong ... 41

Gambar 1. Skema proses kepuasan konsumen di Downtown Walk ... 47

Tabel 3.1. Skor nilai ... 53

Tabel 3.2. Blue print skala kepuasan ... 54

Tabel 4.1. Jumlah sampel ... 61

Tabel 4.2. Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin ... 62

Tabel 4.3. Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia ... 63

Tabel 4.4. Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir. 64 Tabel 4.5. Gambaran umum responden berdasarkan jumlah kunjungan ke Downtown walk ... 65

Tabel 4.6. Gambaran umum responden berdasarkan jenis (genre) musik yang ingin disaksikan di Downtown walk ... 67

Tabel 4.7. Hasil rerata kepuasan konsumen ... 69

Tabel 4.8. Hasil uji- t ... 70

[image:11.518.37.449.165.535.2]
(12)

1.1. Latar belakang masalah

Dalam era perdagangan bebas, setiap perusahaan menghadapi persaingan

yang ketat. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing

menuntut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara

memberikan pelayanan yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh

para pesaingnya.

Karena tujuan suatu bisnis adalah untuk menciptakan para konsumen

merasa puas (Schnaars dalam Tjiptono, 2002), maka usaha untuk

memuaskan konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas

pemasaran, dimana setiap pihak yang bersaing di pasar mengharapkan

untuk dapat mempengaruhi sebanyak mungkin pembeli agar produknya

diminati dan mereka mengkonsumsinya. Oleh karena itu, perusahaan harus

(13)

Dalam konteks perilaku konsumen, kata 'customer satisfaction' atau

kepuasan konsumen rasanya sangat akrab di telinga kita dan menjadi

semacam jargon yang seringkali dijadikan topik-topik seminar, pelatihan dan

artikel. Bahkan menurut Tjiptono (2007), sampai saat ini topik tersebut masih

terus berkembang sehingga belum dicapai kesepakatan tentang konsep atau

model yang paling efektif, yakni mengenai apakah kepuasan merupakan

respon emosional ataukah evaluasi kognitif?

Namun pada umumnya, kepuasan konsumen lebih banyak dititikberatkan

pada penilaian konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk

atau jasa (Tjiptono, 2002). Selain terhadap produk dan jasa, pengertian

kepuasan konsumen juga dapat diterapkan pada penilaian konsumen

terhadap pengalaman-pengalamannya saat berada di lingkungan pusat

perbelanjaan (mal). Karena menurut Giese dan Cote (dalam Tjiptono, 2007),

pendefinisian kepuasan konsumen tidak terbatas hanya pada respon

konsumen terhadap produk atau jasa namun juga yang lainnya seperti

konsumsi, keputusan pembelian, wiraniaga, toko, dan sebagainya.

Salah satu model kepuasan konsumen yang digunakan oleh para ahli untuk

mengukur kepuasan konsumen adalah model afektif. Model tersebut dalam

kepuasan konsumen mengacu pada tingkat kepuasan yang dipengaruhi oleh

(14)

yang besar dalam penilaian kepuasan konsumen, apabila konsumen merasa

tidak nyaman terhadap lingkungannya, maka pelayanan tersebut dapat

dipastikan tidak efektif dan tidak efisien.

Salah satu strategi dalam membentuk kepuasan konsumen adalah dengan

musik. Menurut Sloboda (dalam Djohan, 2005), musik dapat meningkatkan

intensitas emosi dan akan lebih akurat bila hal itu dijelaskan sebagai suasana

hati, pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengar musik.

Disini musik memiliki fungsi sebagai stimulus bagi timbulnya sebuah

pengalaman afeksi. Oleh karena itu, dalam konteks perilaku konsumen,

ketika konsumen merespon musik dengan afeksi secara positif, maka akan menghasilkan yang positif pula seperti rasa puas.

Banyak tempat usaha menggunakan musik sebagai daya tarik usahanya atau

mungkin hanya sebuah "keisengan" untuk meramaikan suasana. Mulai dari

warteg, rental komputer, angkutan kola, hingga usaha bonafid seperti kafe

dan mal pun menggunakan peranan musik. Konsumen diajak menikmati

sajian musik dari yang bentuknya bermodalkan audio saja hingga

menampilkan grup musik secara langsung (live music performance) dari yang

(15)

Di Amerika, penggunaan live music performance di tempat bisnis seperti kafe

sudah dilakukan sejak lama. Nama-nama seperti Bob Dylan dan Joan Baez

dapat dikatakan mengawali karirnya dari panggung tempat tersebut. Dan dari

tempat itu pula muncul jenis-jenis kesenian baru, misalnya musik blues

sebagai aliran musik dari kulit hitam pada tahun 1969 sudah banyak

dimainkan di sana (Saputra, 2008).

Tidak hanya kafe, beberapa pusat perbelanjaan (mal) di kola besar Indonesia

seperti Plaza Ambarrukmo Yogyakarta, Margo City Depok, Sun Plaza Medan,

Supermal Karawaci, dan Bandung lndah Plaza pun tak mau ketinggalan

untuk menggunakan live music performance sebagai salah satu bentuk

pelayanan kepada konsumennya. Dengan bekerjasama dengan program

musik seperti lnbox di SCTV yang menghadirkan bintang-bintang ngetop,

baik itu para musisi, bintang tamu, maupun presenter, maka diharapkan akan

mampu "menyihir" konsumen untuk berbetah-betah di depan mereka dan

setelah puas menyaksikan acara tersebut, konsumen akan mencari-cari

pakaian, ponsel, maupun pernak-pernik seperti sang idola dan ketika

menemukannya dipastikan mereka akan membeli, tanpa berpikir apakah itu

kebutuhan atau hasrat pragmatis semata (Ode, 2009).

Begitupun juga dengan Summarecon Mal Serpong -sebuah pusat

(16)

terpadu- memiliki program live music performance sendiri di setiap

malamnya. Tidak tanggung-tanggung, para master jazz sepert Abadi

Soesman, Cendi Luntungan, Jefferey Tahalele dan Oele Patiselano

pun

bermain di sana. Tidak hanya jazz, beberapa genre musik seperti classic

rock, country, R&B atau pun lagu-lagu dari Beatles, romantic 80's & 90's

hingga top-forty pun ditampilkan secara live di Downtown walk Summarecon

Mal Serpong.

Dalam hal ini, pihak manajemen tidak semena-mena dalam menampilkan

grup musik atau musisi yang tidak sesuai dengan target pasarnya, bila hal ini

terjadi, maka tidak menutup kemungkinan usaha tersebut akan kehilangan

loyalitas konsumen dan penilaian negatif dalam merekomendasi kepada

orang lain (Tjiptono, 2007).

Beberapa studi tentang afeksi, musik, dan kepuasan konsumen menjelaskan

bahwa musik yang bertempo lambatjika dibandingkan dengan musik yang

bertempo cepat, dan tidak ada musik (no music) dalam mempengaruhi

lamanya menunggu konsumen di tempat antrian dan membuat mereka

merasakan lebih santai dan merasa puas selama menunggu (Oakes, 2003).

North (dalam North, 1997) menunjukkan bahwa jenis musik yang disukai

(17)

ke tempat tersebut, dan kesediaan mereka untuk saling berhubungan dengan

orang yang lain. Mehrabian (dalam Foxall, 1998) juga telah menemukan

hubungan penting antara emosional dengan faktor-faktor seperti lamanya

waktu saat belanja di toko, keputusan pembelian, dan kepuasan selama

berada di lingkungan toko.

Jenis musik tertentu juga dapat mengendalikan mood dari target konsumen

tertentu, karena menurut Frost dan Sulivan (dalam Branding, 2006),

mengungkapkan bahwa lamanya waktu yang dihabiskan di pusat

perbelanjaan atau tempat bisnis lainnya dapat ditingkatkan melalui musik dan

itu akan mendorong mereka untuk membeli satu atau beberapa jenis produk.

Selain itu, Kellaris dan Kent (dalam Yalch, 2000) menyatakan bahwa

pengalaman positif yang diperoleh konsumen dengan mendengarkan sebuah

musik tertentu dipercaya dapat meningkatkan keinginan untuk membeli.

Dengan pemberian pelayanan yang tepat seperti live music petformance

diharapkan konsumen dapat menikmatinya dan merasa puas saat berada di

Downtown Walk Summarecon Mal Serpong. Setelah merasakan puas maka

diharapkan konsumen akan membeli lebih banyak produk-produk yang

disediakan oleh mal serta akan mendatangi lagi tempat tersebut dan

(18)

1.2. ldentifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Adakah perbedaan kepuasan konsumen yang signifikan antara yang

menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di

Downtown walk Summarecon Mal Serpong ?

2. Bagaimanakah perbedaan (mean) kepuasan konsumen berdasarkan

jenis (genre) musik yang disaksikannya di Downtown walk

Summarecon Mal Serpong ?

3. Jenis (genre) musik apakah yang ingin disaksikan konsumen selain

jenis (genre) musik yang sudah ditampilkan di Downtown walk

Summarecon Mal Serpong ?

1.3. Pembatasan dan perumusan masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah penelitian ini terdiri dari :

1. Kepuasan konsumen adalah penilaian afektif terhadap

pengalaman-pengalamannya saat berada di Downtown walk Summarecon Mal

Serpong.

2. Live music performance adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh

(19)

1.4. Tujuan penelitan dan manfaat penelitian

1.4.1.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui signifikansi perbedaan kepuasan konsumen antara yang

menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di

Downtown walk Summarecon Mal Serpong.

2. Mengetahui perbedaan (mean) kepuasan konsumen berdasarkan jenis

(genre) musik yang disaksikannya di Downtown walk Summarecon

Mal Serpong.

3. Mengetahui keinginan konsumen untuk menyaksikan jenis (genre)

musik lain yang ingin ditampilkan di Downtown walk Summarecon Mal

Serpong.

1.4.2.

Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis :

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana dalam

psikologi terutama peranannya terhadap musik dan perilaku konsumen

(20)

2. Manfaat praktis :

1) Mal sebagai pusat perbelanjaan dapat menimbang penggunaan

live music performance sebagai acuan dalam menstimulus

konsumen dalam meningkatkan kepuasan konsumen.

2) Dapat mengetahui jenis (genre) musik yang lebih disukai oleh

konsumen untuk ditampilkan di Downtown Walk Summarecon Mal

Serpong.

1.5.

Sistematika penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga

bagian, yaitu :

1. Bagian awal (front matter), yang terdiri dari:

a. Halaman sampul

I

halaman judul

b. Halaman persetujuan dosen pembimbing

c. Halaman pengesahan

d. Halaman motto

e. Abstrak

f. Kata pengantar

g. Daftar isi

(21)

2. Bagian utama atau bagian tubuh laporan (main body), yang terdiri dari:

a. Bab 1 : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

b. Bab 2 : Kajian pustaka yang meliputi deskripsi teoritik, kerangka

berpikir, dan hipotesis.

c. Bab 3 : Metodologi penelitian yang meliputi jenis dan metode

penelitian, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

d. Bab 4 : Presentasi dan analisis data yang meliputi gambaran

umum subyek, presentasi dan analisis data, dan

pembahasan

e. Bab 5 : Kesimpulan, diskusi, dan saran.

3. Bagian akhir (reference section), yang terdiri dari:

a. Daftar pustaka

(22)

2.1. Deskripsi teoritik

Deskripsi teoritik ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama membahas

tentang kepuasan konsumen, bagian kedua membahas tentang live music

performance, dan bagian yang ketiga membahas tentang hubungan afeksi,

musik, dan perilaku konsumen.

2.1.1. Kepuasan konsumen

2.1.1.1. Definisi kepuasan konsumen

Dalam konteks perilaku konsumen, pendefinisian kepuasan konsumen

menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan menurut Tjiptono (2007) hingga

saat ini belum dicapai kesepakatan atau konsesus yang tepat mengenai

kepuasan konsumen tersebut, yakni apakah kepuasan merupakan respon

emosional ataukah evaluasi kognitif?

Menurut Giese dan Cote (dalam Tjiptono, 2007), ketiadaan konsesus

mengenai definisi kepuasan konsumen dapat membatasi kontribusi riset

(23)

untuk konteks spesifik, pengembangan ukuran kepuasan yang benar atau

pembandingan, dan penginterpretasian hasil riset empiris.

Walaupun demikian, penulis berusaha memaparkan beberapa definisi yang

sesuai dengan konteks penulisan ini. Secara bahasa, kepuasan (Satisfaction)

berasal dari bahasa latin yaitu satis yang berarti enough atau cukup dan

facere yang berarti to do atau melakukan (lrawan, 2002).

Beberapa pakar juga memberikan kontribusinya terhadap definisi kepuasan

konsumen, seperti Kotler (2002) yang menyatakan bahwa kepuasan

konsumen adalah perasaan seseorang yang muncul setelah membandingkan

kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.

Mowen (2002) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai keseluruhan

sikap yang ditunjukkan konsumen atas produk atau jasa setelah mereka

memperoleh dan menggunakanya. Hal ini merupakan penilaian evaluatif

pascapembelian yang disebabkan oleh seleksi pembelian khusus dan

pengalaman menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.

Engel (1995) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen merupakan

evaluasi pascakonsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya

(24)

Kepuasan konsumen juga dapat diartikan sebagai persepsi terhadap sesuatu

yang telah memenuhi harapannya. Pawitra (1993) menyatakan

bahwa.pengertian kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara

harapan (expectations) dan kinerja yang dirasakan (perceived performance).

Oleh karena itu, seseorang tidak akan puas apabila mempunyai persepsi

bahwa harapannya belum terpenuhi. Seseorang akan merasa puas jika

persepsinya sama atau lebih besar dari yang diharapkan.

Menurut Umar (2000), kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan

konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Seseorang yang

jika puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa maka sangat

besar kemungkinannya untuk menjadi konsumen dalam waktu yang lama.

Rangkuti (2002) menyatakan bahwa kepuasan konsumen didefinisikan

sebagai respon konsumen terhadap ketidak sesuaian antara tingkat

kepentingan sebelumnya dengan kinerja aktual yang dirasakan setelah

pemakaian.

Selain pengertian di alas, kepuasan konsumen merupakan respon afektif,

beberapa pakar seperti Wilkie (dalam Tjiptono, 2002) mendefinisikan

kepuasan konsumen sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi

(25)

Westbrook dan Reilly (dalam Tjiptono, 2007) berpendapat bahwa kepuasan

konsumen adalah respon emosional konsumen terhadap

pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai

ritel, atau pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli),

serta pasar secara keseluruhan.

Dari penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen

merupakan penilaian positif seseorang setelah mengkonsumsi atau

menggunakan suatu produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya.

Jadi produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah yang sanggup

memberikan sesuatu yang dicarinya sampai pada tingkat cukup.

2.1.1.2. Macam-macam kepuasan konsumen

Pada prinsipnya, menurut Hunt (dalam Tjiptono, 2007).pendefinisian

kepuasan konsumen dapat diklasifikasi ke dalam lima kategori pokok, yakni :

1. Definisi perspektif defisit normatif, yaitu perbandingan antara hasil

(outcome) aktual dengan hasil yang secara kultural dapat diterima.

2. Definisi ekuitas atau keadilan, yaitu perbandingan perolehan atau

keuntungan yang didapatkan dari pertukaran sosial. Bila perolehan itu

tidak sama, maka pihak yang dirugikan akan puas.

3. Definisi standar normatif, yaitu perbandingan hasil aktual dengan

(26)

keyakinan mengenai tingkat kinerja yang seharusnya ia terima dari

merek tertentu.

4. Definisi keadilan prosedural, yaitu kepuasan merupakan fungsi dari

keyakinan atau persepsi konsumen bahwa ia telah diperlakukan

secara adil.

5. Definisi atribusional, yaitu kepusan tidak hanya ditentukan oleh ada

tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga oleh sumber penyebab

diskonfirmasi.

Lebih lanjut, Giese dan Cote (dalam Tjiptono 2007} mengajukan kerangka

definisional untuk menyusun definisi kepuasan konsumen yang sifatnya

spesifik kontekstual. Kerangka tersebut mengidentifikasi tiga komponen

utama dalam definisi kepuasan konsumen sebagai berikut :

1. Tipe respon (baik respon emosional atau afektif maupun kognitif) dan

intensitas respon (kuat hingga lemah).

2. Fokus respon, berupa produk, konsumsi, keputusan pembelian,

wiraniaga, toko, dan sebagainya.

3. Timing respon, yaitu setelah konsumsi, setelah pilihan pembelian,

(27)

Menurul Umar (2000), kepuasan dibagi menjadi dua macam, yailu :

1. Kepuasan fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi

sesualu yang dimanfaalkan, seperti :

a. Produk dan pelayananya.

b. Kegialan penjualan, yang lerdiri alas variabel-variabel pesan

(sebagai hasil serangkaian sikap lertenlu mengenai perusahaan,

produk dan lingkal kepuasan yang diharapkan oleh konsumen),

sikap (sebagai penilaian konsumen alas pelayanan perusahaan),

dan peranlara (sebagai penilaian konsumen alas peranlara

perusahaan seperti diler dan grosir).

c. Pelayanan selelah penjualan, yang lerdiri alas variabel-variabel

pelayanan pendukung lertenlu seperti garansi sera yang berkailan

dengan umpan balik seperti penaganan keluhan dan pengmebalian

uang.

d. Nilai perusahaan, yang lerdiri alas nilai resmi yang dinyalakan oleh

perusahaan sendiri dan nilai lidak resmi yang lersiral dalam segala

lindakannya sehari-hari.

2. Kepuasan psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari

alribul yang bersifal lidak berwujud dari produk alau dari sesualu

seperti suasana lingkungan loko yang hendaknya lerasa nyaman dan

menyenangkan bagi para konsumen sehingga merangsang unluk

(28)

Dari penjabaran di atas menyatakan bahwa untuk menyusun kerangka

definisi kepuasan konsumen yang sifatnya spesifik kontekstual, maka

diperlukan tiga komponen yakni tipe respon, fokus respon, dan timing respon

(Giese dalam Tjiptono, 2007).

Dengan demikian, meskipun pada pendefinisian kepuasan konsumen lebih

banyak dititikberatkan pada konsumsi atau menggunakan terhadap produk

dan jasa, namun kepuasan konsumen juga dapat didefinisikan sebagai

respon afektif seseorang terhadap pengalaman-pengalamannya saat berada

di toko.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini pendefinisian kepuasan konsumen

adalah penilaian afektif terhadap pengalaman-pengalamannya saat berada di

Downtown walk Summarecon Mal Serpong.

2.1.1.3. Teori dan model kepuasan konsumen

Menurut Pawitra (1993), yang menjadi dasar dalam teori dan model

kepuasan konsumen adalah teori ekonomi mikro, perspektif psikologi, dan

perspektif TOM (total quality management).

1. Teori ekonomi mikro

Dalam teori ekonomi, dasar yang digunakan oleh seorang konsumen

(29)

dimana perbandingan antara kegunaan marginal (marginal utility) dan

harga masing-masing produk akan menjadi sama (Pawitra, 1993).

2. Perspektif psikologi

Berdasarkan perspektif psikologi, terdapat dua model kepuasan

konsumen, yaitu model kognitif dan model afektif. Peter (1999)

menyatakan bahwa kognitif dan afektif mengacu pada dua tipe

tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap

rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung, yakni afeksi

melibatkan perasaan sedangkan kognisi melibatkan pemikiran.

2a) Model kognitif

Pada model ini, penilaian konsumen didasarkan pada perbedaan

antara suatu kumpulan dari kombinasi atribut yang dipandang ideal

untuk individu dan persepsinya tentang kombinasi dan atribut yang sebenarnya. Jika yang ideal sama dengan yang sebenarnya, maka

konsumen akan sangat puas. Sebaliknya, jika makin besar

perbedaan antara yang ideal dengan yang sebenarnya, maka

makin tidak puas. Makin kecil perbedaan itu, maka besar

kemungkinan konsumen akan mencapai kepuasan (Pawitra, 1993).

Model ini juga memunculkan tiga teori, yaitu :

a.

The expextancy of disconfirmitas model

Menurut Oliver (dalam Tjiptono, 2002), kepuasan konsumen

(30)

sebelum membeli (pre-purchase expectation) yaitu

keyakinan kinerja yang diantisipasi suatu produk atau jasa

dan disconfirmation, yaitu perbedaan antara harapan

sebelum membeli dengan persepsi setelah membeli (post

purchase perception)

b. Equity theory

Menurut teori ini, konsumen akan merasa puas bila rasio

hasil (outcome) yang diperolehnya dibandingkan dengan

input yang digunakan dirasakan adil atau sama (Oliver

dalam Tjiptono, 2002).

c.

Atribution theory

Menurut Weiner (dalam Tjiptono, 2002), ada tiga faktor

penyebab yang menentukan keberhasilan atau kegagalan

suatu hasil sehingga dapat ditentukan kepuasannya, yaitu

Stabilty (bersifat tetap atau adanya keanekaragaman yang

bersifat sementara), locus of casuality (berhubungan dengan

konsumen), dan controllability (berasal dari kemauan

konsumen sendiri atau disebabkan oleh faktor luar yang

tidak dapat dikendalikan ).

2b) Model afektif

Menurut Mowen (2002), istilah afeksi dalam kepuasan konsumen

(31)

positif dan negatif konsumen. Afeksi dapat didefinisikan sebagai

fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikkan oleh

pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif yang

biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan suasana hati

Menurut Pawitra (1993), fokus model ini lebih dititikberatkan pada

tingkat aspirasi, emosi, perasaan spesifik (apresiasi, kepuasan,

keengganan, dan lain-lain), suasana hati (mood), dan perilaku

belajar. Sedangkan Peter (1999), menyatakan bahwa ada empat

jenis tanggapan afektif, yaitu emosi, perasaan khusus (spesifik),

suasana hati (mood), dan evaluasi. Keempat jenis afeksi tersebut

memiliki perbedaan dalam tingkatan keterlibatan fisiologis atau

intensitas ketika mengalami keempat afeksi tersebut, yakni :

a. Emosi, yaitu suatu perasaan kuat yang timbul akibat atau

sebab dari penilaian terhadap rangsangan. Semakin kuat

tanggapan afektif seperti gembira, cinta, bersalah, ketakutan

dan marah, semakin dapat tanggapan tersebut melibatkan tanggapan fisiologis.

b. Perasaan spesifik melibatkan reaksi fisiologis yang tidak

begitu gencar, seperti kehangatan, penghargaan, kepuasan,

(32)

c. Suasana hati (mood) melibatkan intensitas perasaan paling

rendah, cenderung merupakan suatu stastus afektif yang

kabur seperti siaga, santai, relaks, tenang, sendu, bosan,

dan lesu.

d. Evaluasi adalah tanggapan afektif yang lemah, yang diikuti

oleh tingkat gerakan yang rendah seperti suka, bagus, dan

senang. Kadangkala, seseorang bahkan tidak dapat

merasakannya sama sekali.

3. Perspektif TOM (Total Quality Mangement)

TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis yang

mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui

perbaikan secara berkesinambungan atas produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungannya. Sistem manjemen ini berlandasakan pada

usaha mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi

pada kepuasan konsumen dengan melibatkan seluruh anggota

organisasi.

Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa definisi, macam-macam

kepuasan konsumen, serta teori dan model kepuasan konsumen sangat

beragam, namun penulis melandaskan teori dalam penelitian ini berdasarkan

(33)

berdasarkan pada tanggapan afektif seperti emosi, perasaan afektif, suasana

hati, dan evaluasi.

Hal tersebut dikarenakan kognitif mengacu pada pemikiran, sedangkan

afektif mengacu pada perasaan atau sesuatu yang dirasakan seseorang,

selain itu sistem afektif dapat menanggapi berbagai jenis rangsangan yang

sama secara berbeda. Oleh karena itu orang mengalami afeksi dalam badan

mereka dan menjadi bagian dari seseorang ketika mengalaminya, sedangkan

koginisi biasanya tidak terletak pada tubuh manusia (Peter, 1999).

2.1.1.4. Faktor pendorong kepuasan konsumen

lrawan (2002) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mendorong nilai

kepuasan konsumen adalah kualitas produk, harga, kualitas pelayanan

uasa), faktor emosi, dan kemudahan.

1. Kualitas produk

Konsumen puas apabila setelah membeli dan menggunakan produk

tersebut ternyata kualitas produknya baik. Menurut Mowen (2002),

kualitas produk didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh kosumen

alas kebaikan kinerja barang atau jasa. Garvin (dalam Tjiptono, 2002)

menyatakan faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi

(34)

a) Kinerja (performance): karakteristik operasi pokok dari produk

inti (core product) yang dibeli.

b) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features): yaitu

karakteristik sekunder atau pelengkap.

c) Keandalan (reliability): yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gaga! pakai.

d) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification):

yaitu sejauh mana karakteristik desain operasi memenuhi

standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk

tersebut dapat terus digunakan.

f) Serviceability, meliputi kecepatan, komptensi, kenyamanan,

mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang

memuaskan.

g) Estetika (aesthetics), yaitu daya tarik produk terhadap panca

ind era.

h) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality): yaitu citra rasa

dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan

terhadapnya.

2. Harga

Untuk konsumen yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber

(35)

bagi mereka yang tidak sensitif harga. Untuk industri ritel, komponen

ini sungguh penting dan kontribusinya terhadap kepuasan cukup

besar.

3. Kualitas pelayanan

Kepuasan konsumen yang disebabkan persepsi kualitas pelayanan

yang di!erima dapat diamati dengan lima dimensi pokok

(Parasurraman dalam Tjiptono, 2002), yaitu :

a) Dimensi wujud (Tangible), merupakan perbandingan antara

harapan dengan persepsi konsumen terhadap penampilan fisik

(performance), perlengkapan, dan peralatan.

b) Dimensi kepercayaan (Reliability), merupakan perbandingan

antara harapan dengan persepsi konsumen terhadap

kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan

segera dan akurat.

c) Dimensi daya tanggap (Responsiveness), merupakan

perbandingan antara harapan dengan persepsi konsumen

terhadap pelayan dan penyelesaian dengan tanggap, cepat,

dan tepat.

d) Dimensi kepastian (Assurance), merupakan perbandingan

antara harapan dengan persepsi konsumen terhadap

kesopanan, keahlian dan pengetahuan dalam memberikan

(36)

e) Dimensi empati (Emphaty), merupakan perbandingan antara

harapan dengan persepsi konsumen terhadap kemudahan

dalam melakukan hubungan dan komunikasi yang baik

terhadap konsumen.

4. Faktor emosi

Faktor emosi biasanya disebabkan oleh adanya nilai emosi yang

dberikan oleh lingkungan atau brand pada suatu produk dan jasa

seperti rasa bangga dan rasa percaya diri. Perasaan nyaman saat

berada di lingkungan toko adalah salah satu contoh nilai emosi yang

mendasari kepuasan konsumen.

5. Biaya dan kemudahan

Hal-hal yang berhubungan denga biaya dan kemudahan untuk

mendapatkan produk atau jasa konsumen semakin puas apabila relatif

mudah dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

Setiap faktor di atas mempunyai bobot nilai yang berbeda-beda. Semua

bergantung pada jenis industri apa yang sedang dijalani. Konrtribusi

faktor-faktor ini juga dapat berubah dari waktu ke waktu suatu industri. Besarnya

setiap faktor relatif mudah diketahui melalui penelitian (lrawan, 2002).

Dari penjabaran di atas menyatakan bahwa emosi merupakan salah satu

(37)

salah satu komponen dalam mengukur kepuasan konsumen yang akan

dilakukan oleh penulis, hal tersebut karena faktor emosi merupakan bagian

dari salah satu perspektif psikologi dalam kepuasan konsumen model afektif

(Pawitra, 1993 ).

2.1.1.5. Proses pembentukan kepuasan konsumen

Sesuatu hal yang pasti mengenai proses tidak terjadi begitu saja. Seperti

halnya konsumen yang merasakan kepuasan pelayanan jasa. Kepuasan

konsumen sangat bergantung pada harapan konsumen. Oleh karena itu,

strategi kepuasan konsumen haruslah didahului dengan pengetahuan yang

detail dan akurat terhadap harapan konsumen. Menurut Parasuraman (dalam

Rangkuti, 2002), ada dua tingkatan harapan konsumen, yaitu :

1. Adequate Expectation

Merupakan tingkat kinerja pelayanan minimal yang masih dapat

diterima berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan

tergantung pada alternatif yang tersedia. Adequate expectation

dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

a) Keadaan darurat

b) Ketersedian alternatif

c) Derajat keterlibatan konsumen

d) Faktor-faktor yang tergantung situasi, dan

(38)

2. Desired Expectation

UIN SYAHID JAKARTA

Merupakan tingkat kinerja pelayanan yang diharapkan konsumen

untuk diterimanya yang merupakan gabungan dari kepercayaan

konsumen mengenai apa yang dapat dan harus diterimanya. Desired

expectation dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

a) Keinginan untuk dilayani dengan baik dan benar

b) Kebutuhan perorangan

c) Janji secara langsung atau tidak langsung

d) Komunikasi dari mulut ke mulut, dan

e) Pengalaman masa lalu.

Sebelum pembentukan kepuasan konsumen, perlu diketahui ada Hrna

kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa

(Parasuraman dalam Rangkuti, 2002), yaitu :

1. Adanya kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi

manajemen, karena manajemen tidak selalu memahami benar apa

yang menjadi keinginan konsumen.

2. Adanya kesenjangan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi

kualitas jasa, karena manajemen mungkin benar dalam memahami

keinginan konsumen tetapi tidak menetapkan standar pelaksanaan

(39)

3. Adanya kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dengan

penyampaian jasa, karena para personel mungkin tidak terlatih baik

dan tidak mampu memenuhi standar.

4. Adanya kesenjangan antara penyampaian jasa dengan komunikasi

eksternal, karena harapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan

yang dibuat oleh iklan.

5. Adanya kesenjangan antara jasa yang dialami dengan jasa yang

diharapkan, hal ini terjadi apabila konsumen mengukur kinerja

perusahaan dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang

keliru mengenai kualitas jasa.

Dari penjabaran di atas menjelaskan bahwa setiap konsumen ingin dilayani

dengan dan benar hingga terbentuk kepuasannya, pelayanan seperti

program live music petformance di Downtown walk pun merupakan salah

satu faktor dalam membentuk kepuasan konsumen yang direspon secara

afektif sehingga konsumen dapat merasakan suasana yang berbeda bila tidak menyaksikan live music petformance.

2.1.1.6. Metode pengukuran kepuasan konsumen

Menurut Rangkuti (2002), kepuasan konsumen dapat diukur dengan cara

(40)

1. Pendekatan tradisional (traditional approach), yaitu konsumen diminta

memberikan penilaian atas masing-masing indikator yang mereka

rasakan. Pada umumnya dengan menggunakan skala Likert.

2. Analisis secara deskriptif, yaitu pengukuran melalui penghitungan nilai

rata-rata, nilai distribusi serta standar deviasi.

Selain pengukuran secara tradisional, Mowen (2002) menambahkan

pengukuran kepuasan konsumen dengan menggunakan skala peringkat di

mana responden mengevaluasi kinerja suatu jasa atau produk pada berbagai

dimensi.

Sedangkan Kotler (dalam Tjiptono, 2002) mengidentifikasi empat metode

untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer

oriented) perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para

konsumennya untuk menyampaikan saran pendapat, dan keluhan

mereka. Media yang digunkan bisa berupa kotak saran, kartu

komentar, atau saluran telepon khusus bebas pulsa.

lnformasi-informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide

baru, dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga

(41)

mengatasi masalah yang timbul. Akan tetapi karena metode ini bersifat

pasif, maka sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan

atau ketidakpuasan konsumen karena tidak semua konsumen yang

tidak puas akan menyampaikan keluhannya. Bisa jadi mereka

langsung beralih ke tempat yang lainnya dan tidak akan membeli

produk dari tempat yang pertama.

2. Ghost shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan

konsumen adalah denga mengerjakan beberapa orang sebagai ghost

shopper untuk berperan atau bersikap sebagai konsumen atau

pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka

melaporkan temuan-temuannya mengenai kelemahan dan kekuatan

produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka

dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghost

shopper juga dapat mengamati cara perusahaan dan pesaingnya

melayani permintaan konsumen, menjawab pertanyaan konsumen dan

menangani setiap keluhan.

3. Lost customer anlysis

Perusahaan selayaknya menghubungi para konsumen yang telah

berhenti membeli atau yang telah pindah ke perusahaan lain agar

dapat memahami mengapa hal itu terjadi, dan supaya dapat

(42)

Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan

customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss

rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan

konsumennya.

4. Survey kepuasan konsumen

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen yang

dilakukan dengan penelitian survey, baik dengan survey melalui via

pas, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survey perusahaan

akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari

konsumennya dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap konsumennya. Lebih lanjut Kotler (dalam

Tjiptono, 2002) menyatakan bahwa pengukuran kepuasan melalui

metode survey dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Directly reported satisfaction, yaitu pengukuran dilakukan

secara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan.

b) Derived dissatisfaction, yaitu pertanyaan yang menyangkut dua

hal yaitu besarnya harapan konsumen terhadap atribut tertentu

dan besarnya kinerja yang mereka rasakan.

c) Problem analysis, yaitu konsumen yang dijadikan responden

diminta untuk mengungkapkan dua hal yaitu masalah masalah

(43)

perusahaan atau organisasi dan saran-saran untuk melakukan

perbaikan.

d) Importance-performance analysis, yaitu responden diminta

untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan

derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu,

responden juga diminta meranking seberapa baik kinerja

perusahaan dalam masing-masing elemen atau atribut tersebut.

Dalam metode pengukuran kepuasan konsumen seperti yang telah

disebutkan diatas, semuanya memiliki kelebihan masing-masing. Namun

dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan tradisional (traditional

approach) dengan menggunakan skala Likert. Hal ini karena menurut

Rangkuti (2002), skala Likert merupakan salah satu varian semantic

differential, bentuknya lebih langsung dan responden diminta memilih

jawaban yang disediakan. Selain itu skala Likert juga dapat memberikan

keterangan yang nyata dan jeias tentang pendapat atau sikap responden

tentang isu yang dipertanyakan (Nazir, 2003).

2.1.1.7. Manfaat kepuasan konsumen

Realisasi kepuasan konsumen melalui perencanaan, pengimplementasian,

dan pengendalian program khusus berpotensi memberikan beberapa

(44)

1. Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah

Fokus pada kepuasan konsumen merupakan upaya mempertahankan

konsumen dalam rangka menghadapi para produsen berbiaya rendah.

Banyak perusahaan yang mendapati cukup banyak konsumen yang

bersedia membayar harga lebih mahal untuk pelayanan dan kualitas

yang lebih baik. Konsumen seperti ini tidak akan mengorbankan

tingkat kualitas yang bisa diterima hanya semata-mata untuk

penghematan biaya tertentu yang tidak begitu signifikan.

2. Manfaat ekonomis

Wells (dalam Tjiptono, 2007) menunjukan bahwa biaya untuk

mempertahankan konsumen lebih murah empat sampai enam kali lipat

daripada biaya mencari konsumen baru. Hal ini karena komponen

biaya mencari konsumen baru meliputi sejumlah hal, seperti biaya

iklan, biaya "mendidik" konsumen agar memahami sistem dan

prosedur layanan perusahaan, biaya memahami kebutuhan dan

keinginan spesifik konsumen baru, biaya meyakinkan konsumen agar

bersedia beralih dari perusahaan sebelumnya.

3. Menciptakan loyalitas konsumen

Upaya mempertahankan loyalitas konsumen selama periode waktu

yang lama bisa menghasilkan anuitas yang jauh lebih besar daripada

(45)

4. Word of mouth

Pendapat atau opini dari teman dan keluarga jauh lebih persuasif dan

kredibel daripada iklan. Oleh sebab itu, banyak perusahaan yang tidak

hanya meneliti kepuasan total, namun juga menelaah sejauh mana

konsumen bersedia merekomendasikan kepada orang lain.

5. Reduksi sensitivitas harga

Pelanggan yang puas dan loyal terhadap sebuah perusahaan

cenderung lebih jarang menawar harga untuk setiap pembelian

individualnya. Hal ini disebabkan faktor kepercayaan (trust) telah

terbentuk. Konsumen yakin bahwa perusahaan langganannya tidak

akan beriskap oportunistik dan memanfaatkan mereka untuk

kepentingan sesaat.

6. Sebagai indikator kesuksesan

Pada hakikatnya kepuasan konsumen merupakan strategi jangka

panjang, karena dibutuhkan waktu cukup lama sebelum bisa

membangun dan mendapatkan reputasi alas layanan prima. Hasil dari

kepuasan konsumen akan dituai dalam jangka panjang dan manfaat

(46)

2.1.2. Live music performance 2.1.2.1. Pengertian musik

Musik sering dikatakan sebagai bahasa yang universal, tidak peduli apakah

sebuah musik menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh seseorang

tetapi selama musik tersebut menurutnya enak untuk didengar, maka

seseorang akan mengabaikan kenyataan bahwa ia tidak mengerti maksud

maupun makna dari musik tersebut (Djohan, 2005).

Banyak sekali penjelasan-penjelasan tentang musik, pengertian tersebut

menjadi satu makna saat disesuaikan dengan konteksnya. Diantaranya

adalah Hoffer (1985) dalam bukunya yang berjudul The Understanding of

Music menyatakan bahwa 'The world music refers to a wide variety of pieces

that have been created for many different reason". Dalam hal ini, musik

mempunyai makna yang berbeda karena fungsinya, seperti upacara

keagamaan yang dibuat lebih efektif dengan penggunaan musik. Oleh karena

itu, menurut Blacking (dalam Djohan, 2005), musik adalah perilaku sosial

yang kompleks dan universal karena setiap masyarakat memiliki apa yang di

sebut dengan musik.

Karl Stumpf (dalam Nef, 1935) yang menulis dalam bukunya Die Anfrange

der Music (The Beginning of Music) mengatakan bahwa musik juga dianggap

(47)

seperti istilah tinggi dan rendahnya pada nada (pitch) yang

kemungkinan mengacu pada bagaimana musik terlihat di dalam

notasi.

5. Keselaraan atau harmoni (harmony)

Harmoni menunjuk hanya untuk membunyikan titi nada secara

bersama, dengan mengabaikan apakah efek nampak memuaskan

atau tidak.

6. lrama (rhythm)

lrama adalah waktu dalam arus musik. lrama tidak mengacu pada

suatu pola yang salah, pergerakan rapi, atau mengulangi situasi,

aspek-aspek yang mempengaruhi dalam irama adalah beat, tempo

dan ukuran (meter).

7. Warna nada (timbre)

Warna adalah cara lain untuk merubah suatu bunyi, keserasian akan

mengubah kualitas atau warnanya (seni).

8. Kenyaringan (loudness)

Kenyaringan digunakan untuk memudahkan dalam memahami

dimensi musik itu sendiri, yaitu pada jumlah atau kekuatan bunyi yang

serasi.

9. Bentuk (form)

Form merupakan keseluruhan bentuk yang dapat didengar dalam

(48)

mengacu pada keserasan bunyi ketika diungkapkan dalam

membentuk musik. Kehadiran form dapat dirasakan, walaupun form

tertentu tidak mungkin dikenali sesuai namanya.

Dari pengertian dan elemen-musik yang sudah dijabaran di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa musik merupakan bunyi-bunyian atau suara yang

bermacam-macam yang ditata dengan indah dan rapi sehingga

menghasilkan suatu alunan melodi dan harmoni.

2.1.2.3. Pengertian live music performance

Pet1ormance diartikan oleh Chaplin (2005) sebagai sebarang aktivitas atau

kegiatan, dan tingkah laku yang membuahkan satu hasil, khususnya tingkah

laku yang dapat mengubah lingkungan dengan cara-cara tertentu.

Kata pet1ormance diterjemahkan oleh Djohan (2005) menjadi dua pengertian,

yaitu digunakan dalam pengertian musical pet1ormance yang diterjemahkan

sebagai penyajian, dan digunakan dalam pengertian music pet1ormance yang

diterjemahkan sebagai kinerja.

Dalam sebuah musik, penampilan (pet1ormance) berarti perihal tampilnya

(49)

Nilainya harus dilihat dalam kaitannya dengan karya musik yang dibawakan,

serta lingkungan tempat membawakannya (Suharto, 1992).

Sedangkan secara harfiah, istilah live music performance sendiri adalah

suatu pertunjukan langsung dalam bentuk musik di depan penonton. Live

music performance biasa disebut dengan istilah konser. Konser berasal dari

bahasa Italia yakni concerto dan Latin yakni concertare yang artinya

berjuang, berlomba dengan orang lain (Wikipedia, 2008).

Sedangkan menurut Suharto (1992), konser (live music performance)

merupakan pergelaran untuk umum atau kalangan tertentu, dengan acara

khusus mendengarkan musik yang disajikan secara langsung lazimnya oleh

sejumlah penyanyi atau pemain.

Konser (live music performance) dapat dimainkan oleh musikus tunggal,

kadang disebut resital, atau suatu ensembel musik seperti orkestra, paduan

suara, atau grup musik. Konser dapat diadakan di berbagai jenis lokasi,

termasuk pub, klub malam, rumah, lumbung, aula konser khusus, gedung

serbaguna, dan bahkan stadion olahraga. Konser yang diadakan di suatu

(50)

Di manapun musik dilangsungkan, musisi biasanya tampil di atas suatu

panggung. Sebelum meluasnya musik rekaman, konser merupakan

satu-satunya kesempatan bagi seseorang untuk mendengarkan penampilan

seorang musisi. Untuk menonton suatu konser biasanya dikenakan biaya,

walaupun banyak juga yang gratis. Acara konser memberikan keuntungan

bagi musisi, pemilik tempat, dan pihak lain yang terlibat dalam suatu konser,

atau pada beberapa kasus untuk konser amal (Wikipedia, 2008).

Dari pengertian di alas dapat disimpulkan bahwa live music performance

berarti sebuah pertunjukan (kinerja) musik yang dimainkan secara langsung oleh musisi atau band. Dalam konteks penelitian ini, live music performance

adalah sebagai pelayanan yang diberikan oleh pengelola Summarecon Mal

Serpong untuk konsumennya dalam bentuk pertunjukan musik yang

dimainkan di Downtown walk setiap malam hari dengan band dan jenis musik

[image:50.518.28.452.574.657.2]

yang berbeda. Adapun jadual acaranya dapat dilihat pada label berikut ini :

Tabel 2.1

Jadual live music performance di Downtown Walk Summarecon Mal

Serpong

Jenis (genre) musik

Hari Jam main Nama Band

yang dimainkan

(51)

Selasa 21.30-24.00 WIB Abadi Soesman Jazz

Ra bu 21.00-24.00 WIB Esembicy Romantic BO's to 90's

Ka mis 21.30-24.00 WIB Accoustic Nite Akustik

21.30-24.00 WIB Afternine R&B

Ju mat

24.00-02.00 WIB Five Men Accoustic Rockustic BO's-90's

21.30-24.00 WIB Stupid Band Top 40

Sabtu

00.30-03.00 WIB Bikini Bottom Classic Rock

Minggu 21.o0-24.00 WIB Dalton Country

2.1.3. Hubungan afeksi, musik dan perilaku konsumen

Menurut Sloboda (dalam Djohan, 2005), musik dapat meningkatkan

intensitas emosi dan akan lebih akurat bila hal itu dijelaskan sebagai suasana

hati, pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengar musik.

Disini musik memiliki fungsi sebagai stimulus bagi timbulnya sebuah pengalaman afeksi. Oleh karena itu, dalam konteks perilaku konsumen,

ketika konsumen merespon musik dengan afeksi secara positif, maka akan

menghasilkan yang positif pula seperti rasa puas.

Beberapa studi juga telah menemukan bahwa pemberian musik di lingkungan

toko sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Milliman (1982) menunjukkan

(52)

supermarket, konsumen menghabiskan waktu dan uang lebih banyak. Di

waktu yang berbeda pada restoran dengan kondisi yang sama, Milliman

(dalam Wilson, 2003) menunjukkan bahwa dengan musik dengan tempo

yang lamban, konsumen dapat menghabiskan waktu dan memesan lebih

banyak makanan dibanding jika musik dimainkan dengan tempo yang cepat

Mehrabian (dalam Foxall, 1998) telah menemukan hubungan penting antara

emosional dengan faktor-faktor seperti lamanya waktu saat belanja di toko,

keputusan pembelian, dan kepuasan selama berada di lingkungan toko.

Oakes (2003) juga menjelaskan bagaimana musik yang bertempo lambat jika

dibandingkan dengan musik yang bertempo cepat, dan tidak ada musik (no

music) dalam mempengaruhi lamanya menunggu konsumen di tempat

antrian dan membuat mereka merasakan lebih santai dan merasa puas

selama menunggu.

Dalam penelitian lain, Bruner II (1990) menyatakan bahwa jenis musik yang

dimainkan mempunyai pengaruh yang lebih penting terhadap aneka pilihan

dan persepsi konsumen. Studi lainnya menunjukkan bahwa jenis musik yang

disukai secara positif berhubungan dengan kesediaan konsumen untuk

(53)

Jenis musik tertentu juga dapat mengendalikan mood dari target konsumen

tertentu, karena menurut Frost dan Sulivan (dalam Branding, 2006),

mengungkapkan bahwa lamanya waktu yang dihabiskan di pusat

perbelanjaan atau tempat bisnis lainnya dapat ditingkatkan melalui musik dan

itu akan mendorong mereka untuk membeli satu atau beberapa jenis produk.

Selain itu, Kellaris dan Kent (dalam Yalch, 2000) menyatakan bahwa

pengalaman positif yang diperoleh konsumen dengan mendengarkan sebuah

musik tertentu dipercaya dapat meningkatkan keinginan untuk membeli.

Begitupun jug a dengan musik top-forty yang mendorong konsumennya

menghabiskan uang lebih banyak bila dibandingkan dengan musik klasik

(Wilson, 2003). Keadaan tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya

yang menunjukkan bahwa musik klasik bisa meningkatkan penjualan anggur

(wine) jika dibandingkan musik top-forty (Areni, 1993).

Banyaknya penelitian yang telah diuraikan di atas mengenai hubungan musik

dengan perilaku konsumen telah menunjukkan peranan yang besar terhadap

musik itu sendiri. Penelitian pun dilakukan pada tempat, situasi, dan kondisi

(54)

Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian untuk melihat perbedaan

kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan

live music performance di Downtown walk Summarecon Mal Serpong.

2.2.

Kerangka berpikir

Menurut Tjiptono (2007), dalam konteks perilaku konsumen, konsep

kepuasan konsumen masih terus berkembang sehingga belum dicapai

kesepakatan tentang konsep atau model yang paling efektif. Akan tetapi,

secara umum kepuasan konsumen lebih banyak dititikberatkan pada

konsumsi atau menggunakan terhadap produk atau jasa. Walaupun

demikian, menurut Giese dan Cote (dalam Tjiptono, 2007), pengertian

terse but juga dapat diterapkan pad a penilaian afektif terhadap

pengalaman-pengalamannya saat berada di lingkungan toko.

Pengukuran kepuasan konsumen merupakan elemen penting dalam sebuah

bisnis. Saiah satu model dalam kepuasan konsumen adalah model afektif.

Penilaian kepuasan konsumen berdasarkan model afektif mengacu pada

tingkat kepuasan yang dipengaruhi oleh perasaan (affect) konsumen

(Mowen, 2002). Model terse but juga memiliki empat jenis tanggapan yaitu

emosi, perasaan khusus (spesifik), suasana hati (mood), dan evaluasi.

(55)

faktor seperti lamanya waktu saat belanja di toko, keputusan pembelian, dan

kepuasan selama berada di lingkungan toko.

Oakes (2003) jug a menjelaskan bagaimana musik yang bertempo lambat jika

dibandingkan dengan musik yang bertempo cepat, dan tidak ada musik (no

music) dalam mempengaruhi lamanya menunggu konsumen di tempat

antrian dan membuat mereka merasakan lebih santai dan merasa puas

selama menunggu.

Dengan adanya program live music performance di Downtown walk

Summarecon Mal Serpong, maka diharapkan dapat memberikan kepuasan

yang lebih kepada konsumennya. Setelah merasa puas, maka pembelian

pada produk pun dapat meningkat dan konsumen akan kembali ke tempat itu

lagi serta merekomendasikannya kepada orang lain.

Gambar 1. Skema proses kepuasan konsumen di Downtown Walk

KONSUMEN YANG KONSUMEN YANG TIDAK

MENYAKSIKAN LIVE MENYAKSIKAN LIVE

MUSIC PERFORMANCE MUSIC PERFORMANCE

.J,. .J,.

EMOSI

EMOSI

PERASAAN SPESIFIK

PERASAAN SPESIFIK

SUASANA HATI

SUASANA HATI

EVALUASI

EVALUASI

...

...

[image:55.518.36.446.159.667.2]
(56)

2.3.

Hipotesis

Ha : Ada perbedaan kepuasan konsumen yang signifikan antara yang

menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di

Downtown walk Summarecon Mal Serpong.

Ho : Tidak ada perbedaan kepuasan konsumen yang signifikan antara yang

menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di

(57)

Pada bab ini penulis akan memaparkan pendekatan dan metode penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan prosedur penelitian.

3.1. Jenis penelitian

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas

(independent variable) yakni kepuasan konsumen dan variabel terikat

(dependent variable) yakni konsumen yang menyaksikan dan yang tidak

menyaksikan live music performance.

Sedangkan metode yang digunakan oleh penulis adalah penelitian komparatif

yaitu metode untuk mengukur perbandingan dua kelompok subjek. Oleh

sebab itu metode komparatif akan dapat menemukan persamaan-persamaan

dan perbedaan-perbedaan terhadap orang atau kelompok (Sudjud dalam

(58)

3.1.2. Definisi variabel dan operasional variabel

Definisi dan operasionalisasi variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Kepuasan konsumen.

Definisi variabelnya adalah penilaian berdasarkan perasaan (afektif)

konsumen terhadap pengalaman-pengalamannya saat berada di

Downtown walk Summarecon Mal Serpong. Sedangkan

operasionalisasi variabelnya adalah mengukur dengan

menggunakan skala kepuasan konsumen berdasarkan jenis

tanggapan afektif (Peter, 1999). Adapun komponennya adalah

emosi, perasaan spesifik, suasana hati (mood), dan evaluasi.

2. Live music performance.

Definisi variabelnya adalah pergelaran untuk umum atau kalangan

tertentu, dengan acara khusus mendengarkan musik yang disajikan

secara langsung lazimnya oleh sejumlah penyanyi atau pemain

(Suharto, 1992). Sedangkan operasionalisasi variabelnya adalah

suatu program pelayanan yang diberikan oleh Summarecon Mal

Serpong terhadap konsumennya yang dimainkan di Downtown walk

Summarecon Mal Serpong secara reguler setiap malam dengan

band dan jenis musik yang berbeda, yakni :

a) Hari Senin : Abadi Soesman (Beatles/Rock 'n Roll)

(59)

Untuk memperoleh yang lebih mencerminkan kondisi populasi, ada beberapa

aspek yang harus diperhatikan (dalam Sevilla, 1993), yaitu:

1. Jumlah sampel (number of sample) merupakan banyaknya kelompok

sampel yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Jumlah sampel ini

ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu

metode komparatif, maka jumlah sampelnya yang dibutuhkan adalah

dua yaitu kelompok konsumen yang menyaksikan live music

performance dan kelompok konsumen yang tidak menyaksikan live

music performance.

2. Besar anggota sampel (sample size), karena besar anggota sampel

akan mempengaruhi representatif tidaknya sampel terhadap populasi.

Secara umum dijelaskan bahwa makin besar anggota sampel makin

mencerminkan keadaan populasinya (Kerlinger, 1995). Dengan

demikian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60

subjek dengan 30 subjek per kelompok.

3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sampling bertujuan (purposive sampling). Menurut Kerlinger

(1995) sampling bertujuan (purposive sampling) adalah ciri penilaian

dan upaya cermat untuk memperoleh sampel representatif dengan

cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga

sebagai anggota sampelnya berdasarkan atas ciri-ciri, sifat atau

(60)

Keuntungan utama dari skala dengan empat alternatif jawaban diharapakan

dapat diperoleh informasi yang cukup akurat dan menghindari penumpukan

jawaban pad a titik tengah. Dengan demikian melalui skala ini dapat juga

diketahui ganbaran kategorisasi kepuasan yang dialami responden yaitu

tinggi, sedang, dan rendah.

Sebelum melakukan penelitian (field test), penulis terlebih dahulu melakukan

uji coba (try out) terhadap angket sebanyak 80 subjek di Downtown walk

Summarecon Mal Serpong. Dalam prosesnya, pihak manajemen

Summarecon Mal Serpong mengintervensi penelitian penulis yang kemudian

tidak menginginkan adanya aitem unfavorable sehingga aitem unfavorable

yang sudah dibuat tidak lagi digunakan dalam angket dan hanya aitem

favorable yang digunakan. Berikut ini blue print skala kepuasan konsumen.

Tabel 3.2

Blue print skala kepuasan konsumen

Nomor aitem

Komponen lndikator Jumlah pernyataan

- Cinta 20,22,29,38 2

Emosi - Gembira

1, 15

2 [image:60.518.31.450.150.659.2]
(61)

-Apresiasi 4, 12,34 3

- Kehangatan 17,19,28 3

- Kegairahan 26,30,36 3

Perasaan spesifik

- Kepuasan 24,39 2

- Penghargaan 3,§, 9 3

- Rasa bangga 11,35 2

- Kebosanan 8, 10, 23, 3

Suasana hati (mood) - Kenyamanan 18, 25, 27, 3

- Ketenangan 5, 14,21 3

- Senang 7, 13,33 3

Evaluasi

- Suka 2, 16,31,32 4

Jumlah 40 Ket : nomor aitem yang digarisbawahi dan dibold adalah nomor aitem yang gugur

Pada pelaksanaan try out dujikan sebanyak 40 aitem untuk mengukur sejauh

mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu

yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur pada skala kepuasan

konsumen. Berdasarkan koefisien korelasi aitem total ditemukan hanya 29

aitem yang akan digunakan.dalam penelitian dengan realibilitas Alpha

(62)

3.4. Teknik analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis statistik

yang meliputi :

1 . Uji beda aitem

Dalam seleksi aitem skala kepuasan konsumen yang mengukur atribut

afektif, parameter yang digunakan adalah daya beda aitem yaitu

sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau

kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur.

Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi

koefisien korelasi antara disliibusi skor aitem dengan suatu kriteria

yang relevan, komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi

aitem-total (Azwar, 2008). Sebagai kriteria pemilihan aitem

berdasarkan korelasi aitem total, penulis menggunakan batasan nx <:

0,30. Komputasi koefisien korelasi aitem-total menggunakan formula Pearson, dengan rumus:

fix=

I:ix - (I:i) (I:x)/n

"\/rr:

2

-

(I:i)

2

/n] [I:x - (r:x)2/n]

Keterangan :

: skor aitem x : skor skala

(63)

2. Uji reliabilitas

Menurut Azwar (2008), reliabilitas mengacu pada konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermata

Gambar

Gambar 1. Skema proses kepuasan konsumen di Downtown Walk .......... 47
Tabel 2.1 Jadual live music performance di Downtown Walk Summarecon Mal
Gambar 1. Skema proses kepuasan konsumen di Downtown Walk
Tabel 3.2 Blue print skala kepuasan konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 3 Distribusi karakteristik frekuensi tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar sebagian besar responden yang mengalami

Hasil penelitian menunjukan bahwa : Tipe kelahiran tunggal betina ditinjau dari pertambahan berat badan dan konsumsi bahan kering berpengaruh nyata lebih baik (P&gt;0,05)

Te enje preko kamenog praga u periodu malih voda predstavlja specifi nu hidrauli ku pojavu, a ,,šablonski” obavljen prora un linije nivoa, ne tretiraju i prag kao

Peneliti bersama observer mengadakan evaluasi terutama guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), materi pelajaran, strategi

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan teater rakyat Jawa Barat cukup mem- berikan kontribusi terhadap pembangunan karakter bangsa yang

Salah satu cara untuk menentukan jenis tumbuhan yaitu dengan mengiventarisasikan jenis tumbuhan tersebut, yang mana pada penilitian ini akan menentukan jenis

uran dapat mpel.. PEG 200 ter partikelnya Gambar 4 Sedang dispersant T nm. Distribu gkan Gamba Triton X 100 eh rata-rata busi ukuran atkan bahwa alam rentang nm dengan usi

Hal-hal tersebut dibahas dan disajikan meliputi: BAB I Pendahuluan, BAB II Pembelajaran IPA tentang Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Struktur Tanah melalui