• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Kitab Komik Sufi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Kitab Komik Sufi"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM

KITAB KOMIK SUFI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi penyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Rosma Aliah

NIM : 1110051000166

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha

Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,

dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi

Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.

Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini

tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari

semua pihak yang diberikan kepada penulis.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah

satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1)

pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs Mahzumi dan Ibu Siti Zainah, yang

tidak pernah lelah dan penuh kesabaran dalam mendidik anak-anaknya,

terimakasih untuk kasih sayang, do’a, serta nasihat-nasihatnya. Adik saya

(7)

iii

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto

Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni,

M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.

Sunandar Ibnu Noer, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

dan Kerjasama.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris

Jurusan KPI Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang membantu penulis dalam

menjalankan proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah

banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian

skripsi ini.

4. Ibu Ade Rina Farida, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang

baik dan benar.

5. Ibu Jundah Sulaiman selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis terima kasih.

6. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan

pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN

(8)

iv

8. Terimakasih untuk Bapak Bayu Priyambodo (Ibod), selaku Narasumber

Kitab Komik Sufi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan

data-data untuk melengkapi skripsi ini.

9. Keluarga kosan kuning ka Tita, Nisa, Ima, Friska, ka Arum, ka Ifta, ka

Dini, ka Mahe, ka Isoh, ka Erika, ka Sri dan segenap seluruh anak kosan

yang tidak dapat saya sebutkan satu pesatu, terimakasih buat semangat

yang sudah kalian tularkan kepada saya dan masukan-masukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Wahyu, Ibu Kurniasih, Ka Yunia Azani Munggaran, Ka Yudhitya

Witasari dan Fajar Yugaswara terimakasih untuk do’a, motivasi dan

keceriaan yang diberikan kepada penulis.

11. Teman-teman SMA Dian Heryani, Intan Noor Habibah, dan Fathiatul

Jannah, Terimakasih Teman-teman.

12. Sahabat-sahabat setia Rika Fitrianti, Endah Purnamasari, Alvionita

Jayussarah, dan Isye Naysila Zulmi. Terimakasih Buat keceriaan selama 4

(empat) tahun ini.

13. Teman-teman dari KKN MESTAKUNG 2013.

(9)

v

15. Teman-teman dari LSO VOC, dan LSO SKETSA buat

pengalamanpengalaman berharganya selama bergabung dengan kalian.

16. Seluruh teman-teman KPI angkatan 2010, atas do’a dan semangatnya.

Terimakasih.

Untuk semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun

tidak langsung, terimakasih. Semoga Allah SWT bisa membalas kebaikan jasa

kalian semua. Penulis memohon maaf apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan

dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para

pembaca.Amiiin Yaa Robbal Aalamiin.

Wassalam

Jakarta, 10 September 2014

(10)

vi

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodelogi Penelitian ... 6

E. Teknik Pengumpulan Data... 7

F. Teknik Analisis Data ... 7

G. Tinjauan Pustaka... 9

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Semiotika ... 12

1. Pengertian Semiotika ... 12

2. Semiotika Charles Sanders Pierce... 14

a.Ikon ... 16

b.Indeks... 16

(11)

vii

B. Pesan Moral Islami ... 19

1. Konsep Pesan ... 19

2. Pengertian Moral... 21

C. Sejarah Sufi... 24

D. Tinjauan Tentang Komik... 25

1. Pengertian Komik... 25

2. Perkembangan Komik... 30

BAB III GAMBARAN UMUM A. Kitab Komik Sufi... 35

B. Profil Tokoh Komik... 36

C. Profil Pengarang Komik... 39

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Semiotika Panel Kitab Komik Sufi (edisi ke-1) ... 41

B. Pesan Moral Islami dalam Kitab Komik Sufi ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80

[image:11.595.102.515.81.632.2]
(12)

viii

Gambar 2.1 Semiotika Peircean ... 14

Gambar 3.1 Tokoh Komik Syaikh Sufi... 37

Gambar 3.2 Tokoh Komik Murid... 37

Gambar 3.3 Tokoh Komik Darwis ... 38

Gambar 3.4 Tokoh Komik Setan... 38

Gambar 3.5 Tokoh Komik Hawa Nafsu... 39

Gambar 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah... 42

Gambar 4.2 Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para Rombongan... 47

Gambar 4.3 Ayah Menasihati Anaknya yang mencari-cari Kesalahan Orang Lain... 53

Gambar 4.4 Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang Menemuinya ... 59

[image:12.595.98.513.77.626.2]
(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Semiotika Peircean……….. 8

[image:13.595.99.493.189.604.2]

Tabel 2.1 Semiotika Peircean……….. 15

Tabel 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah……… 42

Tabel 4.2 Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para

Rombongan………. 47

Tabel 4.3 Ayah Menasihati Anaknya yang Mencari-cari Kesalahan

Orang Lain………53

Tabel 4.4 Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang

Menemuinnya………59

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya komik merupakan suatu wacana yang sarat dengan

tanda-tanda simbol dari beberapa bagian yang saling berhubungan.

Hubungan-hubungan tersebut membentuk suatu cerita dan secara berkesinambungan

diteruskan sendiri oleh pembacanya. Didalam komik terdapat gambar-gambar

dan teks yang menentukan arah permasalahan yang sedang terjadi di dalam

masyarakat berupa gejala-gejala sosial. Dengan kata lain gambar-gambar dan

teks tersebut, keduanya mempunyai ikatan yang salaing melengkapi di dalam

prosesnya sehingga membentuk suatu jalinan makna.

Menurut Atmakusumah “Komik merupakan suatu bentuk seni popular

yang hidup dalam masyarakat dan menjadi bacaan merata diseluruh dunia.

Penggemar komik terdiri dari berbagai kalangan tanpa membedakan usia,

gender, dan profesi.”1

Komik juga dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang

mempunyai kemampuan dapat menyesuaikan diri, sehingga dapat digunakan

untuk berbagai macam tujuan, selain sebagai bahan bacaan yang sifatnya

menghibur komik dapat berperan sebagai alat propaganda, pendidikan dan

pengajaran seperti yang ada di Jepang, misalnya komik yang disebut manga

banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran dikalangan umum dan

pendidikan disekolah.

1

(15)

2

Menurut Boneff “Berdasarkan Jenisnya, komik dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu komik strips dan komik books. Komik strip atau strip

merupakan komik bersambung yang dimuat pada surat kabar. Adapun komik

books adalah kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul

dan tema cerita, yang di Indonesia disebut komik ata buku komik.”2

Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi

wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan

masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa

mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakat pun

dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa

dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih

mudah diterima. Walaupun banyak media bermunculan untuk

mengungkapkan kritik dan informasi, namun daya tarik komik tidak kalah

dengan media-media lain.

Paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan dalam

komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca komik,

namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan,

kritik-krtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah

tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi

hanya melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di

lebih-lebihkan. Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang

2

(16)

sedang marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para

komikus sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa

maupun anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi

melalui gender dan tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia,

komik juga memiliki jenis-jenis dalam isi dari cerita.

Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau

kehidupan sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan

fiksi atau cerita yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik

hampir sama dengan novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik

bercerita tidak melalui tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga.

Sebuah pesan yang tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suatu

suasana yang baik, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan

yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok,

dan menunjukkan pokok-pokok pikiran secara logis. Seperti Kitab Komik Sufi

yang akan diteliti, mengandung pesan baik yang yang ingin disampaikan

seniman pembuatnya. Komik karangan Ibod ini mampu menceritakan kisah

tradisi sufi yang telah terjadi pada masa lalu dengan gambaran kartu-kartun

yang lucu dan teks yang memudahkan pembaca untuk memahami komik

dengan bahasa jelas dan tegas.

Kitab komik sufi merupakan komik yang menceritakan tentang

kumpulan kisah dalam tradisi sufi. Beberapa diantaranya bersumber dari kitab

(17)

4

karya Fariduddin Atthar dan lainnya merupakan hikayat dari mulut ke mulut.

Kitab sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lain, karena buku ini

penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak

mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.

Penelitian media kitab komik sufi karangan Bayu Priyambodo

merupakan kajian penelitian yang menarik untuk diteliti, di samping masih

jarang penelitian lain yang mengangkat tentang semiotik komik islam juga

kitab komik sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lainnya, karena buku ini

penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak

mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud

menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Pesan Moral Islami

dalam Kitab Komik Sufi Karya Ibod”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas,

maka peneliti membatasi penelitian dengan menemukan tanda-tanda yang

mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul

skripsi ini:

1. Representamenapa saja yang terdapat dalam Kitab Komik Sufi? 2. Objectapa saja yang terdapat dalam Kita Komik Sufi?

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diatas, tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan memahami Representamen dalam Kitab Komik Sufi.

b. Untuk mengetahui dan memahami Object dalam Kitab Komik Sufi.

c. Untuk mengetahui dan memahami Interpretandalam Kitab Komik Sufi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah

wawasan keilmuan.

a. Segi Akademis

penelitian ini diharapkan mampu memberikan khasanah keilmuan,

utamanya di bidang penelitian Ilmu Dakwah, secara khusus di bidang

kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini diharapkan

menambah wacana bagi peneliti yang lain. Seperti media komik dapat

dilakukan sebagai penyampaian pesan dakwah.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi

penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan

bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan

(19)

6

mengekspresikan permasalahan-permasalahan secara simple tetapi

tetap lugas dan mudah dimengerti.

D. Metedologi Penelitian 1. Metode Peneleitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

yang bersifat kualitatif deskriptif yang membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau objek tertentu.3 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kritis

yang berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan.

Untuk ketajaman analisa, maka metode semiotika akan sangat

membantu. Metode semiotika yang peneliti lakukan memakai metode

semiotika model Marcel Danesi untuk melihat (representamen, object dan

interpretan) pada kitab komik sufi karya Bayu Priyambodo.

2. Subjek dan Objek Penelitian

• Objek Penelitian

Dalam masalah ini objek penelitian adalah Kitab Komik Sufi

• Subjek Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka subjek penelitian

penulis adalah potongan gambar untuk menemukan tanda-tanda yang

mewakili setiap bagian pembahaan dalam komik sesuai dengan judul

penelitian.

3

(20)

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan

dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis. Penulis membaca dan memahami isi pesan dan

makna dari konteks produksi teks, konsumsi teks yang mempengaruhi

pembuatan teks dalam kitab komik sufi.

b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,

internet dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui dan menganalisis makna pesan moral islami dalam

objek melalui simbol-simbol yang ada di dalamnya (komik), maka dalam

penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis

semiotika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti “tanda”.

Tanda itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi

sosial yang terbangun sebelumnya, dapat diartikan sebagai sesuatu yang lain.

Charles Sanders Pierce mengartikan semiotika sebagai makna tanda-tanda

dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic.

Diantaranya: representamen (ikon, indeks, dan simbol), objek, dan

interpretan.4

4

(21)

8

Representamen

[image:21.595.101.527.114.678.2]

Objek (Y) Interpretan(X=Y)

Gambar 1.1 Semiotika Peircean

Sumber: Marcel Danesi (2010)

Jenis Tanda (Representamen)

Hubungan Antara Tanda dan Sumber Acuannya

Contoh

Ikon Tanda dirancang untuk

mempresentasikan sumber

acuan melalui simulasi atau

persamaan (artinya, sumber

acuan dapat dilihat, didengar,

dan seterusnya, dalam ikon).

Segala macam gambar

(bagan, diagram, dan

lain-lain), photo,

kata-kata onomatopoeia, dan

seterusnya.

Indeks Tanda dirancang untuk

mengindikasikan sumber acuan

atau saling menghubungkan

sumber acuan.

Jari yang menunjuk,

kata keterangan seperti

di sini, di sana, kata ganti seperti aku, kau, ia,dan seterusnya.

Simbol Tanda dirancang untuk

menyandingkan sumber acuan

melalui kesepakatan atau

persetujuan.

Simbol sosial seperti

mawar, simbol

matematika, dan

seterusnya.

Tabel 1.1 (Tabel Semiotika Peircean)

(22)

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan langsung di perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah maupun di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, peneliti telah menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang

membahas tentang Analisis Semiotika, diantaranya :

1. Analisis Semiotik Kepemimpinan Islam Komik Strip si Bujang. Yang

diteliti oleh, Novita Intan Sari. Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, tahun 2013. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis Semiotik

Komik Strip si Bujang.

2. Analisis pesan akhlak dalam komik ESQ for kids akulah sang pemenang.

Yang diteliti oleh, Alvionita Jayussarah. Mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, tahun 2010. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis

Semiotik dalam komik esq for kids akulah sang pemenang.

3. Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny & Mice Episode Talk About Hape. Yang diteliti oleh, Nurma Wazibali.

Mahasiswa jurusan konsentrasi Jurnalistik, tahun 2011. Dalam skripsi ini

menganalisa Semiotik Komik Kartun Benny & Mice edisi Handphone.

Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada

mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Islami

(23)

10

H. Sistematika Penulisan

Skripsi dalam penelitian ini ditulis dengan menggunakan panduan buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), karya Hamid

Nasuhi, dkk., yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Oleh karena itu sistematika

penulisannya adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

a. Terdiri dari Tinjauan Umum Semiotik: Pengertian Umum

Semiotik, Tanda Dalam Semiotik, Model-Model Dalam

Semiotik, Model Semiotik Charles Sanders Peirce

b. Pengertian pesan moral islami,

c. Sejarah singkat sufi

d. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan

Karikaturis.

BAB III PROFIL PENULIS KOMIK (KITAB KOMIK SUFI)

Membahas Profil Kitab Komik Sufi, Profil Penulis Komik Bayu

Priyambodo (Ibod), Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang

(24)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang temuan penelitian yang mencakup

analisis semiotika panel komik, dan analisis semiotika pesan

moral islami di dalam komik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, dan

(25)

12

BAB II

LANDASAN TEORI A. SEMIOTIKA

1. Pengertian Semiotika

Manusia hidup dalam dunia tanda. Berbagai tanda, disengaja atau

tidak, tersusun untuk memberi suatu makna. Tanda-tanda tersebut dapat

berupa gerakan, warna, simbol, lisan, tulisan, dan lain sebagainya. Dalam

berkomunikasi, manusia pun saling melakukan pertukaran tanda melalui

bahasa.

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996: 64).1 Melalui tanda-tanda tersebut, banyak hal yang

dapat dikomunikasikan kepada komunikan. Oleh karena itu, pakar swiss

bernama ferdinand de saussure dan filsuf Amerika Serikat Chrales Sanderss Peirce mengusulkan disiplin ilmu untuk mempelajari tanda-tanda.2Disiplin ilmu ini awalnya disebut semiologi,dan kemudian disebut semiotika.

Istilah semiologi dan semiotika sebenarnya mengandung

pengertian yang sama. Semiologi atau semiotika adalah suatu ilmu atau

metode analisis untuk mengkaji tanda. Perbedaan di antara kedua istilah

tersebut hanya pada di mana orientasi penggunaan istilah tersebut. Istilah

semiologi biasanya digunakan oleh mereka yang berorientasi pada

Ferdinand de Saussure (tradisi Eropa), sedangkan istilah semiotika

1

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h.15

2

(26)

cenderung digunakan oleh mereka yang berorientasi pada Charles Sanders Peirce(tradisi Amerika).

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani

“semeion” yang berarti “tanda”.Sedangkan secara terminologis, semiotik

dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek.

Sebenarnya, istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalan oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu gejala-gejala.3 Jadi istilah semiotika awalnya bermakna diagnosis media. Saat itu, Plato tidak setuju dengan kajian bahwa terdapat hubungan antara

simbol manusia dengan kenyataan. Plato menyatakan bahwa bentuk

manusiawi dari sesuatu tidak merepresentasikan kenyataan secara

langsung, melainkan idealisasi mental dari kenyataan tersebut. Misalnya

saja bentuk atau figur lingkaran. Menurut Plato, bentuk lingkaran tidak

hadir secara nyata di depan mata manusia, melainkan hasil konstruksi

fikiran manusia. Pada saat para ahli geometri mendefinisikan lingkaran

sebagai kumpulan titik dengan jarak yang sama dari satu titik pusat,

mereka merujuk pada bentuk yang terlintas dalam fikiran mereka. Mereka

tidak merujuk pada bentuk nyata. Namun kemudian, ketika manusia

menemukan benda-benda yang menyerupai definisi tersebut, maka

manusia pun menyebutnya “lingkaran” sebenernya tidak berasal dari

kenyataan itu secara langsung. Namun kemudian, murid Plato, Aristoteles

(384-322 SM) mempelajari kajian ini lebih dalam. Aristoteles menyatakan

3

(27)

14

bahwa kata-kata memang merujuk pada benda-benda nyata, sehingga

memang merujuk ke dalam kategori-kategori di dunia nyata.4

2. Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Peirce, adalah salah seorang fisuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional. Beliau terkenal karena teori tandanya, sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol

(simbol). 5 Pembagian atas tiga tanda tersebut masuk kedalam repsesentamen

dimana sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu kepada object. Jelaslah bahwa, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan

interpretantdan objeknya.5

Interpretant Representamen Object

Representamen(X)

[image:27.595.100.510.191.665.2]

Objek(Y) Interpretan (X=Y)

Gambar 2.1 Semiotika Peircean Sumber:Marcel Danesi(2010)

4

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi,(Yogyakarta:Jalasutra, 2012), h.9

5

(28)

Skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan kembali, menjadi representamen kembali dan seterusnya. Gerakan yang tak berujung-pangkal ini sebagai proses semiosis tanpa batas. Dalam teorinya, Peirce lazimnya menggunakan tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotika, di antaranya: Ikon, Indeks, dan Simbol.

Jenis Tanda (Representamen)

Hubungan antar Tanda dan Sumber Acuannya

Contoh

Ikon Tanda dirancang untuk

merepresentasikan sumber

acuan melalui simulasi atau

persamaan (artinya, sumber

acuan dapat dilihat, didengar,

dan seterusnya, dalam ikon).

Segala macam

gambar (bagian,

diagram, dan

lain-lain), photo,

kata-kata onomatopoeia,

dan seterusnya.

Indeks Tanda dirancang untuk mengindikasikan sumber

acuan atau saling

menghubungkan sumber

acuan.

Jari yang menunjuk,

kata keterangan

seperti,di sini, sana,

kata ganti seperti

aku,kau, ia,dan seterusnya.

Simbol Tanda dirancang untuk menyandikan sumber acuan

melalui kesepakatan atau

persetujuan.

Simbol sosial seperti

mawar, simbol

matematika, dan

seterusnya.

Tabel 2.1 (Semiotika Peircean)

[image:28.595.100.519.250.691.2]
(29)

16

a. Ikon

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya

bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah

hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon

adalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Lukisan

potret seseorang adalah ikon visual yang menunjukkan wajah orang yang

sebenarnya dari perspektif seorang seniman.6

Ikonisitas juga jelas tampak pada tahap perkembangan masa

kanak-kanan. Literatur ilmiah yang relevan sangat menekankan fakta

bahwa semua anak melalui tahap awal gestikulasi dan imitasi bunyi vokal

sebelum mereka dapat menggunakan bahasa secara penuh. Selain itu

ikonisitas juga muncul dalam kecenderungan anak-anak membuat corat

coret dan gambar elemental pada saat yang bersamaan dengan pengucapan

kata-kata pertama mereka.7 Ternyata ikonisitas tidak hanya muncul di

dalam dunia orang dewasa saja untuk menggambarkan berbagai macam

tanda kedalam persepsi manusia.

b. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,

atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dengan kata lain

indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam

6

Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h.47-48.

7

(30)

hubungannya dengan sesuatu yang lain. Indeks hanya

mengidentifikasikannya atau menunjukkan dimana mereka berada.8

Indeksikalitas terwujud dalam segala macam perilaku representatif.

Manifestasinya yang paling khas dapat dilihat pada jari yang menunjuk,

yang oleh orang diseluruh dunia digunakan secara naluriah untuk

menunjukkan dan mencari sesuatu, orang, dan peristiwa di dunia. Banyak

kata telah dirancang pula sebagai indeks– misalnya, di sini, di sana, atas, bawah,memungkinkan penutur bahasa inggris untuk mengacu pada lokasi relatif sebuah benda saat membicarakan benda itu. Ada tiga jenis dasar

indeks, di antaranya:

1) Indeks ini mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda,

makhluk dan peristiwa dalam hubungannya dengan penggunaan

tanda.

2) Indeks ini saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu.

3) Indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian

dalam sebuah situasi.

Indeks adalah tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau

eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dan objeknya bersifat konkret, aktual, dan biasanya

melalui suatu cara sekuensial dan kausal. Indeks merupakan tanda yang

8

(31)

18

memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya, atau

disebut juga sebagai tanda bukti.9

Indeksikalitas membuktikan bahwa kesadaran manusia bukan

hanya memperhatikan pola warna, bentuk, dan lain-lain dan menghasilkan

tanda ikonis, tetapi juga memperhatikan pola berulang dalam hubungan

serta sebab-akibat yang tidak pasti dalam waktu dan ruang. Dalam hal ini

Peirce mengacu pada objek tanda sebagai “agen ulang”, karena objek ini

berupa reaksi terhadap sebuah agen yang memungkinkan kita untuk

menyimpulkan keberadaannya, hubungannya dengan objek-objek lain, dan

seterusnya.10

c. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

penanda dengan petandanya. Simbol mewakili acuannya dalam cara yang

konvensional. Kata-kata pada umumnya merupakan simbol. tetapi

penanda manapun – sebuah objek, suara, sosok, dan seterusnya – dapat

bersifat simbolik. Simbol adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui

konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara

representamendan objeknya.11Simbolisme ada dimana-mana, tiap negara memiliki simbol nasional baik yang resmi maupun tidak. Bendera atau

9

Kris Budiman,Semiotika Visual Konsep Isu dan Problem Ikonisitas(Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 20.

10

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi(Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 37.

11

(32)

lagu kebangsaan melambangkan sebuah negara. Tanda bentuk V yang

tercipta dari jari telunjuk dan tengahdapat mewakili “perdamaian”.

B. Pesan Moral Islami 1. Konsep Pesan

Pesan diartikan gagasan atau ide yang disampaikan komunikator

kepada komunikan untuk tujuan tertentu.12 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia“pesan diartikan sebagai perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain”.13

Dalam arti lain dinyatakan pesan adalah suatu pilihan

simbol-simbol teratur yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan informasi.

Dalam buku teori komunikasi B. Aubrey Fisher memberikan pengertian

tentang konsep pesan “Sebagai syarat yang disampaikan, pesan

dipandang sebagai bentuk dan lokasi pikiran, verbalisasi dan seterusnya

dalam diri individu. Sebagai bentuk struktural, pesan sebagai proses

penyandian stimuli verbal, fisik, dan vokal sehingga pesan sebagai

bentuk yang berstruktur”.14

H. A. W. Widjaja menjelaskan bentuk pesan yang bersifat

informatif, persuasif, dan koersif.

a. Informatif berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian

komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

12

Endang Saifuddin Anshari,Wawasan Islam(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 25.

13

DEPDIKNAS,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.

14

(33)

20

b. Persuasif atau bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan

kesadaran seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan

rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan.

c. Koersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal

dengan penyampaian secara ini adalah agitasi dengan

penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin atau ketakutan di antara

sesamanya dan kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah,

intruksi, dan sebagainya.15

Dalam hal bentuk pesan yang terdapat di atas, maka peneliti

berpendapat bahwa komik merupakan suatu media komunikasi yang

bersifat memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan

kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang ada dalam komik

tersebut.

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi

pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku

komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi,

namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan

akhir komunikasi itu.16

Adapun bentuk pesan adalah:

1) Pesan verbal adalah pesan menggunakan simbol-simbol verbal.

15

H. A. W. Widjaja.Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina Aksara), h. 14-15.

16

(34)

2) Pesan non-verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.17

Melalui berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa komik merupakan media komunikasi

penyampaian pesan yang memberikan informasi sekaligus bujukan yang

memberikan kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang

terdapat pada komik tersebut.

2. Pengertian Moral

Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang)

baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila.18

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.19 Kata moral dari segi bahasa

berasal dari bahasa Latin yaitu mores jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan

untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat, atau

perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.20

Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan,

khutbah-khutbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau

tertulis tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi

17

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya,2007), h. 343.

18

H. A. W. Widaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), cet. ke-5, h. 94.

19

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. ke XXI, h. 278.

20

(35)

22

manusia baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat

istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.21

Ajaran Moral memuat tentang nilai dan norma yang terdapat di

antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan

manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup

supaya menjadi baik sebagaimana manusia.22

Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi

batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin

dan perbuatan yang baik.23

Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa moral adalah kesusilaan atau kebiasaan yang dapat mencakup:

a. Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu

kelompok tertentu.

b. Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika,

falsafah moral dan teknologi moral.

Menurut Zakiah Darajat, “moral adalah kelakuan sesuai dengan

ukuran (nila-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan

dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan

tersebut. Ajaran moral membuat pandangan tentang nilai dan norma yang

terdapat di antara sekelompok manusia.”24 Norma moral adalah tentang

21

Sudirman Tebba,Etika dan Tasawuf Jawa(Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12.

22

Yadi Purwanto,Etika Profesi(Bandung: PT. Repika Aditama), 2007, h. 45.

23

Purwahadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya (Jogjakarta: kanisius, 1990), cet. ke-9, h.13.

24

(36)

bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia.

Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam:

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub: ambisi

harga diri, takut dan lain-lain.

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial termasuk hubungan dengan alam.25

Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan peneliti

dalam menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalam buku

Kitab Komik Sufi.

Pengertian pesan dan moral di atas dapat disimpulkan bahwa pesan

moral islami merupakan pesan yang isinya mengandung muatan moral

atau nilai-nilai kebaikan itu terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun

hubungan sosial. Jadi moral Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan beragama. Karena nilai-nilai yang tegas, pasti tetap tidak bisa

berubah karena keadaan. Tempat dan waktu adalah nilai-nilai yang

bersumber dari agama.

Nilai-nilai kebaikan tersebut bersumber dari akal manusia dan

budaya yang tumbuh dan dilestarikan dalam masyarakat. Namun, nilai

moral juga banyak diadopsi dari agama. Untuk ukuran baik dan buruk,

sejarah menunjukkan bahwa agamalah yang lebih berpengaruh, karena

bagi orang beragama apapun yang diperintahkan oleh agama ditangkap

25

(37)

24

sebagai sesuatu yang pasti akan membawa kebaikan, bagi kehidupan

individu, maupun sosial. Kebaikan individu (diri sendiri) pun diyakini

bukan hanya membawa kebaikan dalam persoalan dunia juga untuk

kehidupan akhirat.

C. Sejarah Sufi

Arti tasauf dan asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli logat.

Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa, artinta

suci, bersih, ibarat kilat kaca. Kata setengahnya dari perkataan “shuf” artinya

bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki tasauf itu memakai baju

dari bulu binatang, karena benci mereka kepada pakaian-pakaian yang indah,

pakaian “orang dunia” ini.

Walaupun dari mana pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau

bahasa Yunani, namun dari asal-asal pengambilan itu sudah nyata bahwa

yang dimaksud dengan kaum tasauf, atau kaum “Shufi” itu ialah kaum yang

telah menyusun kumpulan menyisihkan diri dari orang banyak, dengan

maksud membersihkan hati.

Bila disebut orang nama kaum shufi itu, terutama di negeri kita ini,

teringatlah kita kepada tharikat sebagai tharikat Naqsyabandiyah, Syaziliyah,

Samaniyah dan tharikat Haji Paloppo di tanah Bugis. Bila kita pelajari

tharikat yang ada disini, kelihatannya mempunyai peraturan sendiri-sendiri,

maka pada asalnya tidaklah tasauf itu mempunyai peraturan tertentu yang

(38)

Tasauf adalah salah satu filsafat Islam, yang maksudnya bermula ialah

hendak zuhud dari pada dunia yang fana. Tetapi lantaran banyaknya

bercampur gaul dengan negeri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk

jugalah pengajian agama dari bangsa lain itu ke dalamnya. Karna tasauf

bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya dizinkan oleh

agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari agama,

atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikut dengan tidak diingat.26

D. Tinjauan Tentang Komik 1. Pengertian Komik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita

bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya

mudah dibaca dan lucu.27 Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam

panel-panel kotak dan kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan

gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan

dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk,

mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, dan berbentuk buku

sendiri.

Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya

menjadi imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau

26

Prof. Dr. Hamka,Tasauf Moderen (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981), h. 17-18

27

[image:38.595.96.514.225.600.2]
(39)

26

sekuen, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan

respon artistik bagi pembacanya.

Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai

definisi komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff

mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan,

dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat

tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya. Ditambah, karena

sifatnya sebagai budaya populer akan serta merta mengikut sertakan

budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat komik memiliki

kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya dan

keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri

bagi masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas

tersendiri.28

Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit

Komik dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia

komik yang harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya :

a. Outline: garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan

standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih

dinamis dan hidup.

b. Panel: kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman

terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah

28Ershad Har,

(40)

persegi empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi

panel.

c. Tone atau screentone: lembaran motif yang digunakan untuk mengisi

bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang

salah satu sisinya dilapisi lem atau perekat

d. Toning: proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.

e. Balon dialog: tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat

atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat

lebih variatif lagi.

f. Foreground: gambar yang dilihat mata dahulu atau terletak di bagian

depan. Biasanya memilki outline yang lebih tebal dibandingkan latar

belakang.

g. Latar belakang atau background: gambar yang terletak di belakang

foreground biasanya memilki outline yang lebih tipis dibandingkan

foreground.29

Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau

berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu). Gambar yang

memilki alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang

yang terpisah) dan biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam

lingkaran balon teks. Komik juga bisa diartikan sebagai salah satu seni

yang didalamnya terdapat gambar-gambar tidak bergerak yang disusun

agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya dicetak dalam sebuah

29

(41)

28

kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun terbagi dalam

beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat di majalah, hingga

berbentuk sebuah buku.

Tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar

yang disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah

komik”. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential Art tahun 1986, eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai

sequential Art “susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan suatu

atau mendramatisir suatu ide”. Yang dimaksud berurutan secara sekuen

atau urutan adalah bagaimana dalam membaca komik kita akan membaca

alur cerita tersebut melalui panel-panel yang tersusun secara berurutan

agar dapat mengangkap informasi yang disampaikan. Dikalangan para ahli

pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama mengenai istilah

bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai sebuah cerita

yang bergambar (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita pendek)

yang lebih dahulu dikenal.30 McCloud dalam bukunya Understanding Comics (Memahami Komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang terjuktaposisi

(bersebelahan, berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk

memberikan informasi dan mencapai tanggapan estesis dari pembaca.31

30

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515

31

(42)

Komik merupakan sebuah media yang didasarkan oleh

penglihatan, serta adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio

yang terdengar sehngga dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual.

Karena itulah kita mengenal lebih banyak kosa kata dalam komik yang

menterjemahkan apa yang biasanya tidak terlihat tersebut dalam

visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek suara dan lain-lain.

Hal lain juga yang merupakan hal terpenting dalam sebuah komik adalah

apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa yang

telihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi

oleh pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi

hidup. Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang

populer dari asal negaranya sehingga memilki kekayaan sendiri.

Kebiasaan seseorang dalam mepresepsikan komik dan kartun

adalah sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal

yang tidak berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang

berbeda, kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik

sebagaimana yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar.

Sedangkan kartun adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memilki sebuah

cerita).

Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas.

(43)

30

humor satir. Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk

mengkritik.32

Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam

artikelnya berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial

mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra

visual (1989, 189).33

2. Perkembangan Komik

Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya

komik hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun

dimana ia mengandung unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan

komik yang berasal dari perkataan “comic” dalam bahasa Inggris yang

artinya ‘bersifat lucu’.

Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan.

Antara lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai

berkembang ke Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut

terpengaruh dengan budaya ini telah berjaya mencipta manga yan

merupakan identitas gaya lukisan Jepang.

Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin

berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak

dalam bentuk buku. Perjalanan komik mengalami pasang surut, ada suatu

masa di mana komik dianggap sebagai media pembodohan, hal tersebut

terjadi karena membaca komik seakan-akan tidak perlu berpikir.

32

I Dewa Putu Wijaya, Kartun Studi Tentang Permainan Bahasa (Yogyakarta: PT.Ombak, 2004), cet ke-1, h.4

33

(44)

Menurut Boneff, sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai

ke masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumen-monumen

keagamaan yang terbuat dari batu. Candi Borobudur seringkali di

bandingkan dengan buku batu yang disebut dengan katerdal Abad

Pertengahan. Borobudur mengandung sebelas seri bas-relief, yang

mencakup sekitar 1460 adegan. Di Prambanan, Ramayana digunakan

untuk mengajar umat. Para pemahat mengungkapkan lakon-lakon

pertempuran Rama melawan Rahwana ke dalam adegan-adegan yang

sangat hidup. Kemudian lebih dekat dengan masa kini, ada wayang beber

[image:44.595.97.515.190.587.2]

dan wayang kulit yang menampilkan tipe penceritaan dengan sarana

gambar yang dapat dianggap sebagai cikal bakal komik.

Tahun 1954, terjadi perubahan arah yang ganda. Komikus

Indonesia segera berkarya setelah melihat keberhasilan komik Amerika.

Mereka mencoba mentrasposisi cerita dengan meng-Indonesiakan

tokoh-tokoh pupular untuk disesuaikan dengan lingkungan. Contohnya Sri Asih

karya Kosasih adaptasi dari Superman.

Kehadiran komik banyak dikritik oleh para pendidik. Komik

dianggap bacaan yang tidak mendidik. Menanggapi kritikan itu maka

munculah komik jenis baru yang disebut dengan ‘komik wayang’ yang isi

ceritanya memuat tentang nilai-nilai luhur. Lahirnya Gatotktja danRaden Palasara karya Johnlo dan Mahabarata karya Kosasih. Masyarakat menyambut hangat kehadiran komik wayang, sehingga para pendidik tidak

(45)

32

Tahun 1965 komik Indonesia mengalami pergeseran nilai. Cerita

tentang anak muda banyak bermunculan. Adegan yang berbau pornografi

memenuhi panel-panel komik. Maka pada 1967, hanya komik yang lulus

sensor yang boleh terbit.34 Kini komik di Indonesia lebih banyak komik

yang dibuat oleh Jepang. Kualitas gambar yang bagus dan alur cerita yang

menarik membuat Jepang bisa mendominasi komik-komik di dunia.

Namun, para kartunis Indonesia sekarang sudah bisa jeli dan bisa

menuangkan ide-ide cerita dengan tema yang lebih menarik. Dengan

komik juga mereka bisa bercerita tentang kejadian-kejadian yang sedang

terjadi dan juga bisa membuat kritik-kritik yang lebih bisa diterima dan

mudah dimengerti dengan gambar seperti komik.

Kartun biasanya digunakan sebagai wadah dalam kritik sosial

dalam berbagai media cetak, kartun juga sebagai sebuah selingan bagi para

pembaca media cetak yang disajikan dalam sebuah rubrik dan artikel.

Pembaca dibawa kedalam situasi yang santai dan menghibur, walaupun

pesan kritikan-kritikan, namun disarankan tidak terlalu melecehkan atau

mempermalukan karena tampilan yang lucu.

1) Pengertian Komikus

Komikus itu punya cerita dan karakter tokoh sendiri. Ciri khas

dari komikus bukan hanya gambar-gambar nya, tetapi juga dari cerita,

genre komik dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus

kadang-kadang jadi bagian yang menyatu dengan cerita dan karakter

34

(46)

tokoh komik yang dipunyai oleh komikus itu sendiri. Komikus itu jadi

identik dengan ciri khasnya masing-masing. Biasanya ciri khas

komikus itu tercermin pada karakter tokoh-tokoh komik ciptaannya.

2) Pengertian Kartunis

Seorang yang kreatif, positif, dan inovatif, seorang kartunis

sejati dapat memahami karya seorang tanpa diajari. Seseorang yang

deket dengan siapa saja dan selalu memanfaatkan karyanya untuk

orang lain.

3) Pengertian Karikaturis

Tentang karikatur sendiri, dalam Encyclopedie Internasional,

karikatur didefinisikan sebagai sebuah “satire” dalam bentuk gambar

atau patung. Adapun dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur didefinisikan sebagai penggambaran seseorang, suatu tipe, atau suatu

kegiatan dalam keadaan berdistori biasanya suatu penyajian yang diam

dan dibuat berlebih-lebihan dalam gambar-gambar binatang, burung,

sayur-sayuran yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau

yang ada persamaannya dengan kegiatan binatang.

Disini pun seorang karikaturis adalah mereka yang

membuat seni gambar karikatur itu sendiri dengan menggunakan

salah satu bentuk metode karikatur. Dalam karikatur pun ada

beberapa sifat yang boleh digunakan oleh para karikaturis

(47)

34

Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi

tiga macam: karikatur orang pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang pribadi menggambarkan

seseorang (biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspos

ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek

lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural.35

Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan

menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang

menyinggung rasa keadilan sosial. Karikatur politik

menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar kita

dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para

tokoh politik di atas panggung dan mementaskan dengan lucu.

35

(48)

35

A. Kitab Komik Sufi

Beragam hikayat dan cerita rakyat berkembang dalam tradisi Sufi.

Diantaranya banyak bicara soal keajaiban bahkan hal-hal lucu yang dialami

oleh para Sufi. Sebagian besar kisah tersebut dapat ditemui dalam Kitab Sufi

Klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al Ghazali dan Tadzkirat al-Auliya

karya Fariduddin Atthar. Atau hikayat yang disampaikan dari mulut ke mulut

sejak zaman umat terdahulu sampai sekarang.

Beberapa cerita populer dalam tradisi Sufi itu kemudian dihimpun oleh

Bayu Priyambodo dalam Kitab Komik Sufi yang di terbitkan oleh Muara di

Jakarta pada tahun 2013 dan dicetak oleh Gramedia. Komikus bernama pena

Ibod ini merekonstruksi kisah legenda Sufi dalam bentuk komik yang

berisikan 152 halaman dan gambar-gambar yang sangat menghibur. Goresan

pena yang khas hadir di tiap panel komiknya. Menampilkan tokoh-tokoh Sufi

dengan gambar sederhana namun punya mimik dan dialog yang begitu

mengena.

Cerita-cerita yang digambar Ibod juga sangat membantu para awam

untuk mengenal Sufi. Ia memberi penjelasan singkat namun padat terhadap

beberapa istilah dasar Sufi, lewat beberapa kisah antara Syaikh dan muridnya,

riwayat para Darwis, juga permasalahan sehari-hari yang biasa dihadapi

[image:48.595.102.516.223.598.2]
(49)

36

berintikan kebijaksanaan yang dapat diterapkan dalam perjalanan hidup di

dunia.

Akhirnya, Ibod berhasil memvisualisasikan puluhan hikayat Sufi tanpa

mereduksi esensi yang dikandungnya. Konsep-konsep dasar Sufisme seperti

kebersihan hati, kasih sayang dan toleransi hadir sebagai nilai-nilai universal

yang dapat diterima oleh setiap kalangan dan latar belakang. Baik etnis,

bangsa, bahkan agama.

Hal ini didukung kuat oleh pengalamannya ketika melanjutkan studi

Seni Rupa dan Desain di Ecole D’art Maryse Eloy, Paris, Perancis. Di sana ia juga belajar pada salah satu Tarekat Sufi asal Maroko, Afrika Utara. Konsep

dasar Sufisme ia kuasai dengan baik. Sehingga ia pun mampu meniupkan ruh

dalam tiap cerita yang digambarkan.

B. Profil Tokoh Komik

Di dalam kitab komik sufi ini menceritakan kaum sufi serta beberapa

tokoh yaitu sufi, darwis, murid, setan. Kaum sufi adalah golongan orang yang

mengutamakan pembersihan jiwa berdasarkan ajaran islam. ajaran mereka

berkisar tentang cinta pada Tuhan, Nabi dan kepada sesama mahluk. Banyak

hikayat dan cerita rakyat menceritakan keajaiban para sufi mulai dari cerita

yang lucu, seru, namun semua berada dalam satu garis: berintikan

kebijaksanaan yang dapat diterapkan dalam perjalanan hidup di dunia.

Dalam kitab komik sufi ini menceritakan beberapa tokoh yaitu sufi,

darwis, murid, setan. Di dalam komik ini tidak ada spesifik karakter dari

(50)

tentang murid, murid di setiap ceritanya berbeda-beda tidak selalu sama.

Tetapi disini ada penggambaran dari masing-masing tokoh yaitu :

[image:50.595.99.508.168.651.2]

Syaikh Sufi

Gambar 3.1

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Syaikh sufi adalah seorang yang menjadi pembimbing di jalan

kesufian, syekh sufi bertugas menerangkan apa saja yang tidak dimengerti

muridnya, tidak selainnya.

Murid

Gambar 3.2

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

(51)

38

[image:51.595.99.509.106.635.2]

Darwis

Gambar 3.3

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Pada masa dahulu darwis adalah orang yang menempuh jalan sufi.

Biasanya mereka berkelana dan berpakaian lusuh. Seringkali para darwis

bertingkah misterius, lucu, aneh.

Setan

Gambar 3.4

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Mahluk yang senantiasa menggoda manusia untuk berbuat keburukan

(52)
[image:52.595.104.509.93.614.2]

Hawa Nafsu

Gambar 3.5

Sumber: Kitab Komik Sufi (2013)

Walaupun setan sangat berbahaya, dalam anggapan kaum sufi, hawa nafsu

dalam dirilah yang paling berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari pada setan.

C. Profil Pengarang Komik

Profil Bayu Priyambodo (Ibod)

Bayu Priyambodo atau sering akrab dipanggil Ibod adalah pria

kelahiran Jakarta, 24 Desember 1982. Beliau menempuh pendidikan di

fakultas seni rupa dan desain Universitas Trisakti Jakarta lulus pada tahun

2004 dan melanjutkan ke jenjang strata dua pada tahun 2005 di Ecole D’art

Maryse Eloy, Paris, Perancis, lulus pada tahun 2007.

Ketertarikannya pada sufisme dimulai sejak pada saat kuliah di

Trisakti namun makin terwujud di Perancis setelah mendapatkan info di

internet dan bertanya pada teman-teman di Perancis. Akhirnya pria kelahiran

Jakarta, 24 Desember 1982 ini mengikuti satu tarekat sufi asal Maroko, Afrika

(53)

40

tersebut, walaupun sudah lama tidak berhubungan secara langsung dengan

kelompok tarekat tersebut namun masih sering saling menghubungi melalui

email.

Salah satu ide yang ingin direalisasikannya sejak dahulu adalah

mengemas kisah sufi klasik yang biasa nya disajikan dalam bentuk kitab

klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan Tadzkirat al-Auliya

karya Fariduddin Athar dan kini ia ingin mencoba menampilkan secara

berbeda yaitu menyajikan cerita sufi klasik dengan bentuk komik yang dapat

mudah dipahami oleh setiap lapis masyarakat. Komik ini walaupun

menceritakan tentang sufi klasik tapi tetap bisa menghibur pembaca tentunya

tanpa mengurangi tujuan aslinya, yaitu menyampaikan pesan kebiijaksanaan.

Karya ini akhirnya terwujud berkat dukungan istri (Adel) dan anak

(54)

41

A. Analisis Semiotik Panel Kitab Komik Sufi (Edisi ke-1)

Dalam analisis ini, penulis mengurai pesan moral Islami yang berada

dalam kitab komik sufi menggunakan konsep semiotik menurut Charles

Sanders Peirce. Data yang diteliti berupa isi dari kitab komik sufi, yang berupa

nilai-nilai pesan moral islami dari tokoh komik yang sangat Islami, yang

bersumber dari beberapa kitab sufi klasik.

Bayu Priyambodo atau Ibod memberikan kesan yang berbeda dalam

serial komik ini, jenis dari komik ini termasuk dalam jenis komik edukasi

yang memberikan andil besar dalam ranah intelektual dan artistik seni. Karena

dalam penyajian gambar, karakteristik dari tokoh dan juga cerita yang

disampaikan menunjukkan adanya penyampaian pesan yang beragam kepada

masyarakat khususnya anak-anak yang memang sangat penting untuk

menyerap nilai-nilai pesan moral Islami yang ada di dalam komik sebagai

dasar bagi kehidupannya untuk menuju masa depan yang cemerlang.

Dalam komik ini beberapa tokoh yang diperankan memang sangat

Islami, dari sudut pandang karakter pakaiannya, pembicaraannya, dan juga

alur ceritanya. Untuk mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti,

(55)

42

sufi Selain itu penulis juga menambahkan gambar beserta tokoh-tokohnya

yang mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, serta melihat

tanda-tanda yang ada dalam Kitab Komik Sufi.

Gambar 4.1 (Gambar Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah)

Sumber:Kitab Komik Sufi (Bag. 1 Sepatu Usang) 2013

Dalam gambar ini terdapat seorang laki-laki yang memakai jubah

sorban, serta sepatu yang terlihat usang lelaki tersebut tampak murung dan

[image:55.595.100.497.218.589.2]
(56)

berjalan lelaki tersebut mengeluh bahwa sepatunya sudah usang tapi tidak bisa

beli yang baru.

Pada panel kedua, terlihat seorang laki-laki separuh baya yang berjalan

dengan satu kaki dan dibantu dengan sebuah tongkat, lelaki tersebut tampak

sedang bersiul dan gembira walaupun hanya berjalan dengan satu kaki. Lelaki

pertama yang awalnya murung langsung kaget melihat ada seorang laki-laki

cacat berjalan di depannya dengan santai dan sambil bersiul.

Pada panel ketiga, terlihat laki-laki cacat sambil berjalan dengan tetap

bersiul dan gembira tanpa menghiraukan lelaki pertama. Lelaki pertama

tiba-tiba tertegun sambil berfikir bahwa orang yang tidak punya kaki saja masih

tetap bisa menikmati hidup dan gembira sedangkan dirinya baru tidak bisa beli

sepatu baru saja sudah bersedih sekali

Dari sikap yang diperlihatkan kedua laki-laki tersebut adalah, bahwa

kita harus bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah SWT. Semua

nikmat yang Allah berikan kepada kita harus kita syukuri entah itu musibah

ataupun anugerah. Jikalau kita selalu mensyukuri nikmat Allah niscaya Allah

akan memberikan nikmat yang lebih untuk kita. Allah berfirman:

                    

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu

mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

(57)

44

Tabel 4.1 (Gambar Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah) Tabel Analisis

No Tipe Tanda Data

1. Representamen (X): Ikon

- Gambar seorang laki-laki yang sedang

berjalan agak sdikit lesu dan terlihat murung

dengan gambar sepatu yang sudah usang.

- Gambar kedua munculah laki-laki separuh

baya yang digambarkan memiliki jenggot

tebal, berjalan dengan satu kaki dibantu

dengan sebuah tongkat. Laki-laki paruh baya

tersebut berjalan sambil bersiul menandakan

bahwa dirinya tetap gembira walaupun hanya

berjalan dengan satu kaki. Laki-laki murung

tersebut kaget melihat laki-laki paruh baya

tersebut berjalan dengan satu kaki.

- Laki-laki murung tadi sambil mengangkat

tangannya ke arah dagu, itu menandakan

dirinya sedang berfikir tentang apa yang

sudah dilihatnya. Laki-laki paruh baya tadi

terus berjalan dan bersiul tanpa

menghiraukan laki-laki murung tersebut.

Indeks - Gambar seorang laki-laki yang sedang

[image:57.595.101.511.164.748.2]
(58)

sudah usang dan laki-laki paruh baya cacat

yang berjalan dengan santainya tanpa

menghiraukan laki-laki yang sedang murung

tersebut.

- Menjadi tanda bahwa seorang paruh baya

yang cacat tersebut menjadi pedoman bagi

laki-laki yang tadinya murung karena

memikirkan sepatunya yang telah usang

namun diatak bisa membelinya lagi.

Laki-laki murung tersebut berfikir bahwa Laki-laki-Laki-laki

cacat saja tetap gembira walaupun berjalan

dengan satu kaki. Sedangkan dia baru tidak

bisa beli sepatu baru saja sudah murung.

Seharusnya kita sebagai manusia harus

pandai-pandai bersyukur dengan apa yang

sudah diberikan Allah SWT.

Simbol Seorang laki-laki yang mengenakan sorban,

jubah dan sepatu yang terlihat sudah usang dan

laki-laki paruh baya yang berjalan dengan satu

kaki dibantu dengan sebuah tongkat. Ia berjalan

dengan bersiul dengan wajah yang gembira. Ini

menjadi simbol laki-laki tersebut tetap gembira

(59)

46

yang kurang sempurna.

2. Objek (Y) Laki-laki murung dan laki-laki paruh baya cacat.

3. Interpretasi (X=Y) Menjadi alasan saya memilih cerita ini bahwa

memunculkan seorang paruh baya cacat yang

tetap gembira dan menikmati hidup adalah untuk

agar laki-laki murung tadi mensyukuri segala

sesuatu yang sudah diberikan Allah SWT.

4. Makna Sikap semangat dengan tetap gembira yang

ditunjukan laki-laki paruh baya cacat menjadi

pesan moral Islami bahwa hidup selalu harus

disyukuri.

Cerita pertama mengenai tentang makna bersyukur dimana Dari

sikap yang diperlihatkan laki-laki murung dan sikap semangat dengan

tetap gembira yang ditunjukan laki-laki paruh baya cacat menjadi pesan

moral Islami bahwa hidup selalu harus disyukuri. Dengan kata lain kita

harus bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Allah SWT. Semua

nikmat yang Allah berikan kepada kita harus kita syukuri entah itu

musibah ataupun anugerah. Jikalau kita selalu mensyukuri nikmat Allah

(60)

Gambar 4.2 (Gambar laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para Rombongan)

Sumber:Kitab Komik Sufi (Bag. 2 Takut Kepada Tuhan) 2013

Pada panel pertama tampak sekelompok orang dan seekor kucing

menjerit ketakutan karena di serang seekor singa. Tampak disampingnya

seekor singa mengaum dengan kerasnya.

Pada panel kedua datanglah seorang laki-laki menggunakan sorban

jubah yang tampak sedang mengusir seekor singa, lelaki tersebut sambil

[image:60.595.102.501.111.598.2]
(61)

48

beserta sekelompok orang tadi hanya bisa tercengang melihat lelaki jubah

tersebut.

Pada panel ketiga singa yang tadi mengaum kerasnya tiba-tiba pergi

begitu saja. Sekelompok orang tadi makin tercengang dengan apa yang sudah

dilihatnya. Lelaki sorban pun tetap diam dan dengan tenangnya meme

Gambar

GAMBARAN UMUM
Gambar 1.1Semiotika Peircean ......................................................................
Tabel 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah…………… 42
Gambar 1.1 Semiotika Peircean
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Wawancara dengan Sugianto , Branch Operational dan Service Manager, tanggal Wawancara 16 April 2019 Pukul 10.30 WIB.. berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah

Menurut Munawir (2004) Tehnik analisa laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan antara lain: (1) Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, yaitu

Hasil dari penelitian adalah kegiatan PKPR masih terbatas pada penyuluhan di sekolah dengan materi kesehatan reproduksi remaja, remaja yang datang ke Puskesmas

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran merupakan cara yang ditentukan dalam melaksanakan suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam

Satu penelitian di Turki pada tahun 2008 menunjukkan bahwa dengan penggunaan gel niasinamid 4% terhadap 40 pasien AV derajat ringan-sedang selama delapan minggu,

Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan maka pada penelitian kali ini penulis memberi judul “ Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Direktur Non Eksekutif dan Ukuran

Berdasarkan pengjelasan efektifitas dan sistem informasi akuntansi tersebut dapat disimpulkan bahawa efektifitas penerapan sistem informasi akuntansi adalah kumpulan

Dari analisis binery logistik variable nilai produk (X1) memiliki pengaruh yang positif terhadap pembelian sepeda artinya jika nilai produk di tingkatkan satu satuan maka keputusan