• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN ENERGI

SISWA KELAS 5 DAN 6 SDIT AL SYUKRO UNIVERSAL TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

Kartika Anisa Putri

1111101000117

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI SKRIPSI, NOVEMBER 2015

Nama: Kartika Anisa Putri NIM: 1111101000117

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015

(xliv + 117 halaman, 2 gambar, 15 tabel, 3 lampiran)

ABSTRAK

Malnutrisi adalah kesalahan atau ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan kebutuhan yang merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas karena dapat memperparah keadaan dari penyakit yang dialami oleh seseorang. Determinan utama dari kejadian malnutrisi ini adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan dari siswa. Sebanyak 44,44% siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal memiliki asupan energi sesuai dengan AKG, 21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari AKG sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi yang kurang dari 70% AKG untuk golongan usianya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan terhadap 122 orang siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal beserta ibu siswa yang didapat dari jumlah total populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan formulir food record untuk ibu dan pengisian kuesioner serta wawancara food recall untuk anak.

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan

chi square. Hasil penelitian menunjukkan 32,8% siswa memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang sama yaitu masing-masing sebanyak 61 orang. 40,2% siswa memiliki praktek pemberian makan yang kurang baik, 42,6% siswa memiliki ketersediaan makanan yang kurang baik, 56,6% ibu siswa memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan AKG, 51,6% ibu memiliki pengetahuan yang kurang baik, 63,1% siswa memiliki interaksi yang kuat dengan teman dan 52,5% siswa tergolong dalam siswa yang aktif. Hasil analisis chi square menemukan adanya hubungan bermakna antara asupan energi ibu dengan asupan energi anak dengan nilai p sebesar 0,002. Tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin, praktek pemberian makan, ketersediaan makan, pengetahuan ibu, interaksi dengan teman dan aktivitas fisik dengan asupan energi siswa. Peneliti menyarankan SDIT Al Syukro Universal untuk menambahkan suplementasi materi pada mata pelajaran Penjaskes terkait asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan ibu siswa.

(4)

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDECINE AND HEALTH SCIENCE

NUTRITION MAJOR OF PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY UNDERGRADUATED THESIS, NOVEMBER 2015

Name: Kartika Anisa Putri NIM: 1111101000117

The Factors that Associated with Energy Intake of 5th and 6th Grade Students of SDIT Al Syukro Universal 2015

(xliv + 117 pages, 2 pictures, 15 tables, 3 appendices)

ABSTRACT

Malnutrition is an impact from condition between nutrition intake and nutrition requirements, it causes morbidity and mortality because it can aggravate circumstances of a disease. The major determinant of malnutrition is an inadequate of energy intake and student requirement. It is known that 44.44% of the 5th and 6th grade students of SDIT Al Syukro Universal have adequate energy intake as their requirement, 21.05% students have energy intake more than their requirement, and 33.33% students have energy intake less than 70% of their requirement. This is a cross sectional study of 122 students from 5th and 6th grade of SDIT Al Syukro Universal and their mothers that taken from their population. Data had been collected from mothers by filling the questionnaires and food record form while data from students had been collected by filling the questionnaires and food recall form.

Data analysis had been done by univariate and bivariate analysis using chi square analysis. This study shows that 32.8% of the students have inadequate energy intake. There are 61 male and female students as well, where 40.2% of them have bad feeding practice, 42.6% have bad food availability, 56.6% of their mothers have inadequate energy intake as their requirement, 51.6% mothers have bad knowledge, 63.1% students have a strong interaction with their friends and 52.5% students are active students. It is shown that there is a significant association between mother’s energy intake and student’s energy intake with 0.002 of p value. There are no significant association between gender, child feeding practice, food availability, mother’s knowledge, interaction with friends and physical activity with student’s energy intake. Researcher suggests SDIT Al Syukro Universal to add a supplementational leasson in physical and spiritual education subject about an adequate nutrition intake for children and mothers.

(5)
(6)
(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kartika Anisa Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/ 21 Oktober 1993

Alamat : Perum Periuk Jaya Permai, Jalan Periuk Jaya Permai 2

no 56, Periuk Jaya, Periuk, Kota Tangerang

No. Telp : 08176423741

Email : kartikanisa@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

2011-sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)`` Syarif Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : SMA Negeri 1 Kota Tangerang

2005-2008 : SMP Negeri 1 Kota Tangerang

1999-2005 : SD Kartini

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Aamiin.

Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS sebagai pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi. 4. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi.

5. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat. 6. Ayah dan Ibu, terima kasih atas doa, dukungan dan nasihat yang selalu diberikan.

(9)

viii

7. Bude dan kakak-kakak yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tak putus-putusnya dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Gizi 2011 yang selalu kompak melewati beratnya perkuliahan dengan berbagai macam tugas untuk mencapai, kalian adalah teman paling hebat yang pernah kumiliki.

9. Teman-teman Kesmas 2011 yang selalu berjuang bersama serta memberikan semangat dan dorongan satu sama lain.

10. Latanza Shima, Widya Umami, Donna Pertiwi dan Nurlina Bintan yang dengan keikhlasannya meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu proses pengambilan data.

11. Daily Lintang dan Rizki Asriani yang selalu menjadi tempat perilisan rasa penat walau terkadang justru menambah beban pikiran.

12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya Efri Malisa, Anisa Ajeng, Aqmarina Mahadibya, Dwi Ramadhani, Nurlidyawati, Chandra Perdana, Lestari Andayani, Aldila Faza, Widya Sulistiani, Bintang Almira, Laila Azzahrah, Fina Desvyanita, Balqis Afifah, Noviani K K dan Tyara Yuliati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.

“Wassalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Ciputat, 4 November 2015

(10)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...vi

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8

E. Manfaat ... 10

1. Bagi SDIT Al Syukro Universal ... 10

2. Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal ... 10

3. Bagi Peneliti ... 10

F. Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Asupan Energi Siswa ... 11

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi ... 14

1. Jenis Kelamin ... 14

2. Praktek pemberian makan ... 16

3. Ketersediaan Makanan ... 20

4. Pengetahuan gizi ibu ... 22

5. Asupan energi ibu ... 24

6. Interaksi dengan teman ... 27

(11)

x

8. Program olahraga sekolah ... 29

9. Aktivitas Fisik ... 30

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ... 34

A. Kerangka Konsep ... 34

B. Definisi Operasional ... 37

C. Hipotesis ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN ... 41

A. Design Penelitian ... 41

B. Waktu dan lokasi penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel... 42

D. Metode pengumpulan data ... 43

1. Jenis data ... 43

2. Mekanisme pengumpulan data ... 44

a. Asupan energi siswa ... 44

b. Jenis kelamin ... 45

c. Praktek pemberian makan ... 45

d. Ketersediaan makanan ... 47

e. Pengetahuan gizi ibu ... 49

F. Uji Instrumen Penelitian ... 54

1. Uji Validitas ... 55

(12)

xi

3. Praktek Pemberian Makan ... 63

4. Ketersediaan Makanan ... 64

5. Pengetahuan Ibu ... 65

6. Asupan Energi Ibu ... 66

7. Interaksi dengan Teman ... 67

8. Aktivitas Fisik Anak ... 68

B. Analisis Bivariat ... 68

1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa ... 68

2. Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan Energi Siswa ... 69

3. Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan Energi Siswa ... 70

4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi Siswa ... 72

5. Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi Siswa ... 73

6. Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman Dengan Asupan Energi Siswa ... 74

7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi Siswa ... 75

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Simpulan ... 107

B. Saran ... 109

1. Bagi SDIT Al Syukro Universal ... 109

2. Bagi Ibu siswa SDIT Al Syukro Universal ... 110

3. Bagi peneliti selanjutnya ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

LAMPIRAN ...vi

Lampiran 1 Kuesioner Ibu ... vii

Lampiran 2 Kuesioner anak ... xxv

(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 37

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Siswa

Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 59

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas 5

dan 6 SDIT Al Syuro Universal Tahun 2015 ... 60

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Pemberian Makan

Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 61

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Makanan Siswa

Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 62

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu Siswa Kelas 5

dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 62

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Energi Ibu Siswa Kelas

5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 63

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6

SDIT Al Syukro Universal dengan Teman Tahun 2015 ... 64

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Siswa Kelas 5

dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 65

Tabel 5.9 Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Asupan Energi Siswa

(14)

xiii

Tabel 5.10 Analisis Hubungan Praktek Pemberian Makan dengan Asupan

Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun

2015 ... 67

Tabel 5.11 Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan

Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun

2015 ... 68

Tabel 5.12 Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Asupan Energi

Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 69

Tabel 5.13 Analisis Hubungan Asupan Energi Ibu dengan Asupan Energi

Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015 ... 70

Tabel 5.14 Analisis Hubungan Interaksi Siswa dengan Teman dengan

Asupan Energi Siswa Kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal

Tahun 2015 ... 71

Tabel 5.15 Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan Asupan Energi

(15)

xiv DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 34

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang

melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke

seluruh sel-sel jaringan tubuh dan digunakan untuk melakukan pertumbuhan,

pergantian sel-sel yang rusak serta untuk pemeliharaan jaringan-jaringan

tubuh khususnya pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan (Shetty,

2010). Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas

asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya, sehingga anak dapat mencapai

pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010)

Pada anak usia sekolah dasar khususnya pada usia 10-12 tahun, anak

mengalami proses percepatan dalam pertumbuhan dan perkembangan dengan

pertambahan berat badan per tahunnya mencapai 2,5 kg dibandingkan dengan

usia sekolah dasar lainnya (Taras, 2005). Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang

ditetapkan pada tahun 2013, menganjurkan anak usia 7-9 tahun untuk

memiliki asupan energi sebesar 129 kkal-2405 kkal, anak perempuan usia

10-12 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi sebesar 1470 kkal-2730

kkal dan laki-laki usia 10-12 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi

(17)

Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2010 diketahui bahwa

28,2% anak usia sekolah (7-12 tahun) masih memiliki tingkat konsumsi

energi dibawah kebutuhannya berdasarkan AKG (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010). Di Provinsi Banten 29,7% anak berusia 7-12

tahun yang memiliki asupan energi yang kurang dari kebutuhannya

berdasarkan AKG. Sementara penelitian yang dilakukan di Tangerang Selatan

pada tahun 2014, menunjukkan bahwa sebanyak 54,17% siswa memiliki

asupan energi yang kurang dari anjuran, 16,17% siswa memiliki asupan yang

berlebihan dan hanya 29,17% siswa yang dapat memiliki asupan energi sesuai

dengan anjuran kebutuhannya (Kolopaking dkk., 2015).

Hasil analisis yang dilakukan terhadap beberapa penelitian di

Amerika, Australia, Selandia Baru dan Brazil, menemukan bahwa asupan

energi merupakan determinan utama dari kejadian malnutrisi pada anak usia

sekolah (Swinburn dkk., 2006). Malnutrisi adalah kesalahan atau

ketidaksesuaian asupan nutrisi dengan kebutuhan, baik kondisi dimana

menyebabkan seseorang mengalami kurang gizi maupun kelebihan zat gizi di

dalam tubuhnya (Cope, 1996). Sehingga angka malnutrisi pada penelitian ini

menggunakan hasil penjumlahan prevalensi anak yang mengalami obesitas,

gemuk, kurus dan sangat kurus.

Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 diketahui bahwa prevalensi

malnutrisi tahun 2013 mencapai angka 30% pada golongan usia 5-12 tahun

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b). Provinsi Banten

(18)

dengan menempati urutan ke sembilan dengan prevalensi sebesar 32%.

Malnutrisi yang terjadi pada anak usia sekolah dasar ini harus diberikan

perhatian khusus, mengingat pada usia tersebut anak sedang mengalami masa

pertumbuhan yang pesat baik perkembangan fisik maupun kognitif

(Soetjoningsih, 1995).

Keadaan malnutrisi dimana anak mengalami kekurangan energi dalam

jangka waktu yang lama, akan menyebabkan hilangnya otot dan cadangan

lemak ditubuhnya sehingga akan menyebabkan anak kekurangan vitamin A,

D, E dan K, terhambat pertumbuhannya, rentan terhadap penyakit infeksi dan

sulit untuk beraktivitas karena tubuhnya yang lemah (Pahlevi, 2012).

Sedangkan anak malnutrisi yang mengalami kelebihan berat badan, rentan

untuk memiliki masalah kesehatan seperti hipertensi hingga dapat

mengakibatkan aterosklerosis serta mengakibatkan sindroma hipoventilasi

yang membuat seseorang sulit bernapas saat tidur malam hari (Isselbacher

dkk., 1999).

Anak berusia 10-12 tahun pada umumnya menghabiskan waktu lebih

banyak di sekolah, terutama bagi anak yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD)

yang berbasis keagamaan dibandingkan dengan anak yang bersekolah di SD

tidak berbasis keagamaan. Perbedaan waktu yang dihabiskan di sekolah

tersebut disebabkan adanya tambahan mata pelajaran keagamaan yang

termasuk ke dalam kurikulim pembelajaran SD berbasis keagamaan. SD yang

memiliki basis keagamaan yang dimaksud antara lain, Sekolah Dasar Islam

(19)

Waktu yang lebih banyak dihabiskan di sekolah dengan pelajaran tambahan

untuk anak, mengharuskan anak untuk memiliki asupan yang sesuai dengan

kebutuhannya agar dapat terus berkonsentrasi dalam menerima pelajaran yang

diberikan (Hakim, 2005).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan 3 Sekolah Dasar

berbasis Agama Islam di Tangerang Selatan, yaitu MI Negeri 1 Ciputat,

Madrasah Pembangunan dan SDIT Al Syukro Universal, diketahui bahwa

SDIT Al Syukro Universal merupakan sekolah dengan prevalensi malnutrisi

tertinggi dibandingkan 2 sekolah lainnya sekolah lainnya. Sebanyak 42,6%

siswa SDIT Al Syukro Universal mengalami malnutrisi.

Pengukuran menggunakan food recall yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa SDIT Al Syukro Universal untuk mengetahui asupan energi

yang dimilikinya menunjukkan bahwa hanya 44,44% siswa yang memiliki

asupan energi sesuai dengan anjuran AKG 2013, 21,05% anak memiliki

asupan energi lebih besar dari anjuran AKG 2013 sementara 33,33% lainnya

memiliki asupan energi yang kurang dari ajuran AKG 2013 untuk golongan

usianya. Asupan energi dari setiap anak berbeda karena hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis kelamin, praktek pemberian

makan, ketersediaan makanan di rumah, pengetahuan ibu, asupan energi ibu,

interaksi dengan teman, serta program sekolah berupa program makan siang

dan program olahraga (Davison dan Birch, 2001). Selain itu, faktor lain yang

mempengaruhi tingkat asupan energi dari anak usia sekolah adalah aktivitas

(20)

Orang tua berperan cukup besar dalam pembentukan pola makan yang

dapat dilihat dari jumlah asupan energi anak. Khususnya seorang ibu yang

bisa dikatakan sebagai arsitektur dalam rumah tangga yang mamu mengatur

suasana di dalam rumah dan menjadi kunci utama dalam pemembentukan

kebiasaan makannya. Salah satu penelitian menunjukkan, orang tua yang

memaksa anak menghabiskan makanan di piringnya selama waktu makan,

mengonsumsi lemak tinggi lebih banyak per minggunya dibandingkan orang

tua yang tidak memaksakan anaknya menghabiskan makanan (Eisenberg dkk.,

2012).

Hasil penelitian lain menemukan bahwa orang tua yang menyediakan

makanan tinggi lemak yang lebih sedikit, memiliki anak dengan pola

konsumsi lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang

disediakan makanan tinggi lemak lebih banyak (Eisenberg dkk., 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, didapatkan bahwa

ibu dengan pengetahuan gizi yang baik, diketahui memiliki anak yang

mengonsumsi makanan sehat lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang

tidak memiliki pengetahuan gizi yang baik (Vitolo dkk., 2010).

Penelitian lainnya menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara konsumsi orang tua dengan konsumsi dari anak (Dickens dan Ogden,

2014). Terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa teman sebaya

memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku makan anak usia sekolah

(Saifah, 2011). Penelitian yang dilakukan di Jakarta menemukan bahwa

(21)

energi (Mulyadi dkk., 2013). Penelitian di Korea Selatan, menemukan adanya

hubungan antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana perempuan

memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan siswa laki-laki (Kim

dan Lee, 2009).

Ketidaksesuaian asupan energi siswa SDIT Al Syukro Universal

dengan AKG tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan energi dari siswa SDIT Al Syukro

Universal kelas 5 dan 6 Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan AKG 2013, anak 9 tahun dianjurkan dapat memenuhi

asupan energi sebesar 1295 kkal-2405 kkal. Anak laki-laki dengan usia 10-11

tahun dianjurkan memiliki asupan energi 1470 kkal-2730 kkal dan anak

perempuan dengan usia 10-11 tahun dianjurkan untuk memiliki asupan energi

sebesar 1400 kkal-2600 kkal. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

bulan Mei 2015 kepada siswa SDIT Al Syukro Universal menunjukkan bahwa

hanya 44,44% siswa yang memiliki asupan energi sesuai dengan AKG 2013,

21,05% anak memiliki asupan energi lebih besar dari anjuran dengan kisaran

2596,2 kkal-3852,5 kkal, sementara 33,33% lainnya memiliki asupan energi

yang lebih rendah dengan kisaran 817 kkal-1358 kkal. Oleh karena itu,

peneliti hendak mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal, Tangerang Selatan

(22)

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro

Universal?

2. Bagaimana gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro

Universal?

3. Bagaimana gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5 dan 6 SDIT

Al Syukro Universal?

4. Bagaimana gambaran ketersediaan makan di rumah siswa kelas 5 dan 6

SDIT Al Syukro Universal?

5. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al

Syukro Universal?

6. Bagaimana gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al

Syukro Universal?

7. Bagaimana gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas 5 dan 6

SDIT Al Syukro Universal?

8. Bagaimana gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro

Universal?

9. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi

siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

10.Apakah terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan

asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

11.Apakah terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan

(23)

12.Apakah terdapat hubungan antara asupan energi orang tua dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

13.Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi

siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

14.Apakah terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

15.Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi

siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan

energi kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT

Al Syukro Universal.

b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al

Syukro Universal.

c. Diketahuinya gambaran praktek pemberian makan siswa kelas 5

dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

d. Diketahuinya gambaran ketersediaan makanan di rumah siswa

kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

e. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu siswa kelas 5 dan 6 SDIT

(24)

f. Diketahuinya gambaran asupan energi ibu siswa kelas 5 dan 6

SDIT Al Syukro Universal.

g. Diketahuinya gambaran interaksi siswa dengan teman siswa kelas

5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

h. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al

Syukro Universal.

i. Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan asupan energi siswa

kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

j. Diketahuinya hubungan antara praktek pemberian makan dengan

asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

k. Diketahuinya hubungan antara ketersediaan makan di rumah

dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro

Universal.

l. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

m. Diketahuinya hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

n. Diketahuinya hubungan antara interaksi dengan teman dengan

asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

o. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi

(25)

E. Manfaat

1. Bagi SDIT Al Syukro Universal

Sebagai acuan dalam membuat bahan suplementasi materi pada

mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan

pramuka terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan dari

siswa berdasarkan AKG 2013. Serta memberikan informasi tambahan

kepada ibu siswa terkait asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan

anak dan ibu menurut golongan usia dan jenis kelaminnya.

2. Bagi Ibu Siswa SDIT Al Syukro Universal

Sebagai acuan dalam upaya memperbaiki asupan energi siswa.

3. Bagi Peneliti

Dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

asupan energi anak usia sekolah. Selain itu juga dapat menjadi bahan

pembelajaran untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal dilakukan di sekolah

tersebut terhadap siswa dan ibu siswa SD kelas 5 dan 6 yang dilakukan pada

Mei hingga Agustus 2015 dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain

studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner untuk pertanyaan terkait praktek pemberian makan, ketersediaan makanan,

pengetahuan ibu, interaksi dengan teman, serta aktivitas fisik siswa.

(26)

3x24 hours food recall dan instrumen 3x24 hours food record digunakan untuk mengukur asupan energi pada ibu. Analisis data menggunakan analisis

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asupan Energi Siswa

Energi merupakan salah satu zat gizi yang didapat dari makanan yang

melalui proses pencernaan, kemudian hasil pencernaan tersebut diedarkan ke

seluruh sel-sel jaringan tubuh. Bahan makanan yang berfungsi sebagai sumber

energi berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Satuan energi yang dihasilkan

oleh bahan makanan disebut kalori (Saktiyo, 2006). Energi diperlukan oleh

seluruh makhluk hidup untuk bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan

kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Selain itu, energi juga dibutuhkan khususnya

oleh anak untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta

untuk pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Asupan energi sangat

mempengaruhi laju pembelahan sel serta pembentukan struktur organ-organ

tubuh (Asydhad dan Mardiah, 2006).

Proses pertumbuhan setiap anak tergantung pada kuantitas dan kualitas

asupan energi yang dikonsumsi setiap harinya yang dapat mengakibatkan proses

pertumbuhan tidak mencapai pertumbuhan maksimalnya (Shetty, 2010).

Ditetapkan bahwa AKE bagi anak sekolah dasar usia 9 tahun, sebesar 1859 per

hari. Sedangkan bagi anak usia sekolah dasar usia 10-12 tahun, angka kecukupan

(28)

siswa laki-laki dan 2000 kkal per hari bagi siswa perempuan (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2013a).

Kurangnya asupan energi dari angka anjuran tersebut menyebabkan tubuh

lebih rentan terhadap penyakit, lesu berkepanjangan, rambut dan wajah kusam,

bahkan penuaan sebelum waktunya (Gunawan, 2006). Kekurangan energi pada

anak biasanya disebabkan oleh kekurangan protein sehingga umunya disebut

dengan Kekurangan Energi Protein (KEP). KEP ini disebabkan oleh kurangnya

asupan protein dan energi dalam waktu yang cukup lama. Pada golongan anak

yang memiliki keadaan tersebut, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk

mengalami kematian (Suhardjo, 2002). Tanda-tanda klinis dari KEP adalah badan

menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot-otot daging tidak

kencang dan ini biasanya tampak bila paha bagian dalam diraba (Suhardjo, 2002).

Penyusutan otot mudah terlihat pada bagian lengan belakang (Gunawan, 2006).

Biasanya KEP disertai keadaan perut yang buncit, anak cenderung menjadi apatis

dan perkembagan kepandaian lebih lambat daripada yang normal (Suhardjo,

2002).

Dampak yang bisa ditimbulkan dari kondisi kekurangan energi antara lain,

mudah lelah, lesu, gelisah, mudah marah, sulit konsentrasi, kelusitan dalam

mengingat. Apabila keadaan KEP dibiarkan terus menerus, maka hal yang dapat

terjadi adalah marasmus dan kwashiorkor. Pada anak yang sudah mengalami

marasmus atau kwashiorkor biasanya sudah mengalami kesulitan untuk

melakukan aktivitas sehingga mereka tidak dapat bersekolah lagi. Apabila kondisi

(29)

badan dengan tinggi badan (BB/TB) berdasarkan tabel standar BB/TB anak

Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

12 Tahun 2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Namun apabila keadaan ini

sudah kronis, maka KEP dapat diukur melalui perbandingan nilai TB/U

berdasarkan tabel standar TB/U sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 12 Tahun 2010.

Sementara itu, seorang anak dikatakan mengalami kelebihan energi

apabila memiliki asupan energi yang lebih besar dibandingkan dengan energi

yang digunakannya untuk beraktivitas dan menjalankan fungsi tubuhnya (Food

and Agriculture Organization, 2005). Asupan energi yang terlalu banyak akan

mempercepat laju pembelahan sel tenunan lemak dan mengakibatkan penimbunan

sel lemak yang terlalu banyak secara permanen sehingga anak akan mengalami

kelebihan berat badan (Asydhad dan Mardiah, 2006).

Kelebihan asupan energi ini akan disimpan dalam bentuk cadangan lemak

di bawah jaringan kulit yang apabila cadangan lemak tersebut terus menerus

bertambah dan tidak digunakan, akan berdampak pada pertambahan berat badan

dan menyebabkan anak memiliki berat badan yang berlebih (Sumanto, 2009).

Anak yang memiliki berat badan berlebih akan mengalami kesulitan dalam

bergerak karena memiliki bobot tubuh yang besar serta memiliki risiko lebih

tinggi untuk menderita penyakit degeneratif (Food and Agriculture Organization, 2005). Bagi anak, kelebihan berat badan akan menyebabkan hormon pertumbuhan

(30)

dilakukan oleh tubuh anak. Berkurangnya hormon pertumbuhan ini disebabkan

oleh adanya penurunan respon terhadap rangsangan dari hipoglikemia dan insfus

arginin (Isselbacher dkk., 1999).

Asupan energi dari seseorang dapat dihitung melalui beberapa cara

pengambilan data, diantaranya adalah food recall dan food record. Pengambilan data menggunakan food recall dan food record ini dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut maupun dengan 3 hari secara tidak berturut-turut. Namun,

pengambilan data makanan selama 3 hari berturut-turut hanya bisa menunjukkan

variasi yang kecil jika dibandingkan dengan pengambilan data yang tidak

dilakukan secara berturut-turut (Willet, 2013).

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Asupan Energi

1. Jenis Kelamin

Identitas jenis kelamin merujuk pada kesadaran individu sebagai

laki-laki atau wanita. Identitas jenis kelamin seseorang dikatakan utuh

apabila identitas biologi laki-laki diakuinya sebagai orang laki-laki dan

identitas biologi wanita diakuinya sebagai wanita (Behrman dkk., 2000).

Kebutuhan energi bagi anak dengan usia 10-12 tahun relatif lebih besar

dibandingkan dengan anak dengan usia 7-9 tahun. Hal ini dikarenakan

adanya percepatan pertumbuhan yang dialami oleh anak terutama dalam

hal pertambahan tinggi badan (Istiany dan Rusilanty, 2013).

Mulai usia 10 tahun, kebutuhan energi anak akan berbeda

berdasarkan jenis kelaminnya. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan

(31)

memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan,

sehingga dibutuhkan lebih banyak asupan energi dibandingkan anak

perempuan (Istiany dan Rusilanty, 2013). Selain itu, pada usia anak

sekolah, anak perempuan mengalami pertambahan persen lemak tubuh

yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki.

Sedangkan anak laki-laki memiliki massa tubuh yang lebih rendah per

centimeter tinggi badannya dibandingkan dengan anak perempuan,

sehingga asupan energi dari masing-masing siswa pun akan memiliki

perbedaan sesuai dengan jenis kelaminnya (Brown dkk., 2011).

Adanya perbedaan selera makan antara siswa perempuan dan

laki-laki menyebabkan perbedaan asupan energi dari siswa laki-laki-laki-laki dan

perempuan. Siswa perempuan memiliki risiko yang lebih besar untuk

memiliki asupan yang tidak sesuai dengan anjuran lantaran selera

makannya yang berubah-ubah dan cenderung lebih memerhatikan

makanan yang mereka konsumsi dibandingkan dengan siswa laki-laki

(Suhardjo, 1989 dalam Septiana, 2011). Adanya keinginan yang lebih

besar dari siswa perempuan untuk melakukan kontrol terhadap berat

badannya juga turut memengaruhi pilihan makanan dan jumlah energi

yang diasupnya (Arganini dkk., 2012). Hal tersebut juga terbukti pada

penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, dimana lebih banyak siswa

perempuan yang memiliki asupan energi yang lebih rendah dibandingkan

(32)

2. Praktek pemberian makan

Dalam kehidupan rumah tangga, ibu memiliki porsi yang cukup

besar dalam proses pengasuhan anak, salah satunya dalam hal

pembentukan kebiasaan makan anak melalui keputusan-keputusan yang

dibuat ibu selama proses makan berlangsung (Susilowati, 2013).

Keputusan-keputusan tersebut dijadikan aturan oleh ibu selama praktek

pemberian makan berlangsung. Aturan-aturan tersebut dibuat oleh ibu

berdasarkan kesadaran akan kesehatan anak yang kian meningkat melalui

pemberian makan (Soenardi, 2011). Aturan tersebut diterapkan oleh ibu

dalam berbagai macam dimensi, diantaranya adalah tipe makanan yang

dimakan anak, frekuensi makan, kuantitas makanan, cara pengolahan

makanan dan pemberian makanan padat satu jenis zat gizi. Keseluruhan

peraturan yang diterapkan oleh ibu dalam praktek makan anak ini

membentuk pola makan anak yang akan memengaruhi kesehatan dan

status gizi anak (Ruel dan Arimond, 2003).

Meskipun ibu tidak selalu bersama anak selama waktu makan

berlangsung dikarenakan banyaknya ibu yang memiliki aktivitas di luar

rumah, ibu pada umumnya memilih sekolah yang memiliki program

makan siang agar makan siang anak terpantau oleh guru selaku pengawas

anak di sekolah. Sementara untuk menjaga praktek pemberian makan pada

anak di rumah, orang tua menyediakan pengasuh khusus untuk memantau

praktek pemberian makan bagi anaknya sesuai dengan aturan-atuan yang

(33)

Bentuk aturan dalam praktek pemberian makan yang ditetapkan

oleh ibu adalah dengan memberikan tuntutan-tuntuan bagi anak yang

dimaksudkan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas anak

mereka melalui pengawasan, aturan atau bentuk dan upaya disiplin yang

dibangun oleh orang tua (Berge dkk., 2010). Aturan yang diberlakukan

selama praktek pemberian makan berlangsung ini juga merupakan respon

dari perlakuan lingkungan terhadap tujuan orang tua untuk anak (Birch

dan Ventura, 2009).

Praktek pemberian makan yang terjadi ini dapat menciptakan anak

yang memiliki asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi pada

usianya. Ketidaksesuaian tersebut didapat dari kombinasi makanan dengan

porsi yang kurang tepat (Birch dan Ventura, 2009). Hal tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa macam praktek pemberian makan yang

dilakukan oleh orang tua khususnya ibu (Blissett, 2011).

Macam-macam bentuk aturan praktek pemberian makan yang

diterapkan oleh orang tua dan dapat menyebabkan anak memiliki asupan

energi yang tidak sesuai (Birch dan Ventura, 2009), antara lain:

a. Memberi makan secara berkala

b. Memberi makan dengan porsi yang kurang tepat

c. Memberi makan makanan yang tidak beragam

d. Memberi makan sebagai respon dari menangis atau merasa tertekan

(34)

Selain macam-macam praktek pemberian makan tersebut, terdapat

pula beberapa macam praktek pemberian makan lainnya yang dapat

menyebabkan anak memiliki asupan yang kurang tepat. Praktek

pemberian makan tersebut, antara lain praktek pemberian makan yang

dilakukan dengan memberlakukan peraturan ketat tentang konsumsi

makanan, dimana anak harus makan tepat pada waktunya yang bisa

disebut dengan praktek pemberian makan otoriter. Ada pula praktek

pemberian makan yang berwibawa biasanya memberikan pelajaran kepada

anak terkait asupan makannya yang dikombinasikan dengan negosiasi dan

kehangatan yang diberikan oleh orang tua selama waktu makan. Praktek

pemberian makan permisif biasanya tidak memberlakukan aturan dalam

waktu makan anak tanpa memberikan pelajaran terkait kualitas dan

kuantitas makanan anak dan tidak pernah melarang anaknya untuk makan

selagi makanan masih tersedia (Blissett, 2011). Pada anak, kontrol

berlebihan pada waktu, jumlah dan jenis makanan yang dimakan akan

membuat anak mengabaikan rasa laparnya dan dapat mendorong anak

untuk meningkatkan asupan zat gizinya (Birch, 1992).

Hal tersebut dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap

orang latin dimana ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara

praktek pemberian makan dengan asupan energi siswa (Arredondo dkk.,

2006). Namun terdapat pula penelitian prospektif yang tidak dapat

menemukan adanya hubungan antara praktek pemberian makan dengan

(35)

kebiasaan makan orang tua memberikan pengaruh lebih besar terhadap

asupan energi siswa dibandingkan dengan praktek pemberian makan

karena anak memiliki kecenderungan untuk mengimitasi kebiasaan yang

dimiliki oleh ibunya termasuk kebiasaan dalam konsumsi energi (Dickens

dan Ogden, 2014).

Ibu dengan anak yang memiliki kebiasaan memilih makanannya

merasa anaknya tersebut butuh lebih banyak kontrol eksternal untuk

menjaga agar asupan makanannya tetap sesuai dengan kebutuhan. Bagi

ibu yang bekerja, kontrol tersebut dipercayakan kepada pengasuh atau

orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya selama ibu bekerja

(Gubbels dkk., 2011). Orang yang dipercaya untuk mengasuh anaknya

tersebut terkadang tidak bisa memberikan kontrol yang ketat kepada anak

dibandingkan dengan ibu yang mengontrol langsung asupan anaknya

(Gubbels dkk., 2011).

Praktek pemberian makan juga dipengaruhi oleh perbedaan emosi

yang dimiliki anak serta kemampuan anak dalam hubungan sosial dengan

pengasuh yang dimilikinya (Ruel dan Arimond, 2003). Karakteristik anak

tersebut dapat mempengaruhi keefektifan praktek pemberian makan pada

anak. Karakteristik yang dimiliki oleh pengasuh yang menjalankan

praktek pemberian makan pada anak juga turut mempengaruhi keefektifan

peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh ibu dalam praktek pemberian

(36)

Praktek pemberian makan ini dapat diukur dengan kuesioner

terkait praktek pemberian makan yang terdiri dari beberapa pernyataan

yang diisi oleh ibu. Salah satu contoh pernyataan kuesioner yang dijadikan

alat ukur praktek pemberian makan adalah: saya melarang anak untuk

tidak makan banyak makanan yang manis-manis. Pilihan jawaban yang

diberikan adalah selalu, sering, kadang, jarang dan tidak pernah (Birch

dkk., 2001).

3. Ketersediaan Makanan

Keinginan seluruh orang tua adalah untuk membesarkan anaknya

dengan baik. Salah satu hal yang dapat mengganggu tercapainya tujuan itu

adalah kerawanan pangan yang mungkin saja terjadi kapanpun, makanan

yang tersedia tidak bisa dinikmati dan tidak bervariasi, padat energi serta

makanan yang tinggi nutrisi terbatas dan kondisinya tidak baik (Birch dan

Ventura, 2009). Oleh karena itu, ketersediaan makanan di rumah

merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam pembentukan

kualitas diet anak (Santiago-Torres dkk., 2014).

Orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap kesehatan

cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti buah dan

sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan asupan

makanan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian menunjukkan

bahwa orangtua menyediakan makanan yang salah untuk mereka

(37)

sangat muda dan bisa merugikan kesehatan anak dan status gizinya (Birch

dan Ventura, 2009).

Anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan makanan sehat

saat waktu makan dan mengontrol akses anak dalam mengonsumsi

makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), memiliki pola konsumsi

lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak lainnya (Eisenberg

dkk., 2012). Sementara orang tua yang memiliki fokus lebih terhadap

kesehatan cenderung menyediakan lebih banyak makanan sehat seperti

buah dan sayur, dimana akan menjadi determinan dalam pemilihan dan

asupan zat gizi bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Penelitian

menunjukkan bahwa anak dari orang tua yang mengontrol penyediaan

makanan sehat saat waktu makan dan yang mengontrol akses anak dalam

mengonsumsi makanan ringan (tinggi kalori, rendah nutrisi), terbukti

memiliki pola konsumsi lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan

anak lainnya dengan nilai p< 0.05 (Eisenberg dkk., 2012).

Tersedianya makanan-makanan yang kurang nutrisi namun tinggi

energi di rumah, seperti makanan cepat saji yang sering disediakan oleh

ibu sebagai bentuk dari kepraktisan dapat menyebabkan anak memiliki

asupan energi yang berlebihan karena tingginya lemak dari

makanan-makanan tersebut. Tingginya asupan energi akibat ketersediaan makanan-makanan

cepat saji juga menunjukkan adanya asupan yang rendah dari

makanan-makanan kaya nutrisi lainnya seperti sayur dan buah (Boutelle dkk.,

(38)

Pengukuran yang dilakukan untuk ketersediaan makanan di rumah

ini berupa pertanyaan dalam kuesioner, seberapa sering dalam seminggu

orang tua menyediakan makanan di rumah, berupa : sayur, buah, snack,

makanan ringan. Sementara jawaban yang ditawarkan, antara lain: tidak

pernah, satu hari dalam seminggu, 2-3 hari dalam seminggu, 4-6 hari

dalam seminggu dan setiap hari (Eisenberg dkk., 2012).

4. Pengetahuan gizi ibu

Memasuki usia sekolah, anak akan melakukan praktek makan

sendiri, pada tahap ini fokus diberikan pada bagaimana dan apa yang

dipelajari oleh anak tentang makanan dan makan, dan bagaimana orang

tua serta pengasuh membentuk cara pengajarannya dan mempengaruhi

kualitas diet dan status gizi anak (Birch dan Ventura, 2009). Sehingga

praktek makan yang mulai dilakukan anak tersebut bergantung pada

pengetahuan gizi ibu dalam memberikan pelajaran kepada anak terkait

makanan apa, kapan, seberapa sering dan seberapa banyak anak makan

(Birch dan Ventura, 2009).

Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku orang tersebut mengenai suatu objek karena berhubungan

dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep mengenai objek

yang dimaksud. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki

dorongan lebih untuk menyediakan makanan bergizi yang dapat

(39)

seseorang, maka pilihan jenis, jumlah dan cara pengolahan makanan yang

dikonsumsi pun akan semakin diperhatikan(Sediaoetama, 2008).

Ibu dengan pengetahuan yang kurang baik, memiliki cara

pengaturan makanan yang tidak seimbang bagi anaknya. Ibu dengan

pengetahuan yang kurang tersebut cenderung membebaskan anak untuk

mengonsumsi makanan yang diinginkan oleh anaknya sehingga anak

memiliki asupan energi yang tidak sesuai dengan anjuran angka

kecukupan energi menurut usianya (Sherry dan Dietz, 2005). Sedangkan

pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan dengan

asupan zat gizi yang tidak adekuat (Rolls dkk., 2000). Hal tersebut juga

dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan di Oman yang menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi ibu dengan

asupan energi anak yang menggunakan food frequency questioner sebagai alat ukur dalam mengukur asupan energi anak (Al-Shookri dkk., 2011).

Pengetahuan yang kurang dalam pemorsian makan berhubungan

dengan asupan makanan yang tidak adekuat yang terbukti secara statistik

dengan nilai p < 0.002 (Rolls dkk., 2000). Ibu yang telah mengikuti

konseling gizi dan memiliki pengetahuan yang lebih baik, diketahui

memiliki anak yang mengonsumsi makanan sehat lebih banyak

dibandingkan dengan anak yang memiliki ibu berpengetahuan kurang baik

(Vitolo dkk., 2010),

Cara pengukuran terkait pengetahuan gizi ibu, menggunakan

(40)

makanan yang merupakan sumber suatu zat gizi. Misalkan diberikan

pertanyaan berdasarkan pilihan makanan berikut, yang manakah yang

merupakan sumber protein: a) apel, b) daging, c) roti tawar, d) nasi.

5. Asupan energi ibu

Kebutuhan energi merupakan konsumsi energi seseorang yang

berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran

energinya bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat

aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang

memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial

dan ekonomi. Orang dewasa membutuhkan energi untuk melakukan

metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh

dinamik khusus. Kebutuhan energi paling besar dibutuhkan untuk

melakukan metabolisme basal (Almatsier, 2001).

Ibu merupakan orang tua wanita yang sudah mencapai kematangan

tubuh secara optimal dan sudah dapat bereproduksi (Istiany dan Rusilanty,

2013). Kematangan yang dicapai oleh orang tua ini disertai oleh

serangkaian pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh orang tua setiap

harinya. Apabila konsumsi energi dari ibu tidak dapat memenuhi

kebutuhannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang ada, ibu akan

menjadi cepat lelah, lambat dalam berpikir dan lambat dalam bertindak.

Selain itu, kurangnya asupan energi pada ibu dapat menjadikannya di

rentan terhadap penyakit infeksi serta menurunkan produktivitasnya dalam

(41)

asupan energi yang berlebih, dapat menyebabkan ibu memiliki berat

badan berlebih akibat adanya penumpukan cadangan lemak di bawah kulit

dan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan kadar

kolesterol dalam darah dapat menyebabkan beberapa penyakit bagi ibu,

diantaranya diabetes melitus, hipertensi, atheroma dan arteriosclerosis, arteriosclerosis heart disease dan cerebro-vascular disease yang disertai dengan chronic bronchitis (Food and Agriculture Organization, 2005).

Gangguan kesehatan lainnya yang umum dialami oleh orang yang

mengalami kelebihan berat badan adalah hiperinsulinemia. Kebanyakan

orang dengan berat badan berlebih, mengalami diabetes karena

hiperinsulinemia yang mengakibatkan resistensi insulin. Resistensi insulin

ini disebabkan oleh disfungsi dari sel beta yang mengakibatkan

ketidakmampuan sel pulau pankreas menghasilkan insulin yang memadai

untuk mengompensasi resistensi insulin dan untuk menyediakan insulin

yang cukup setelah sekresi insulin dipergunakan (Brashers, 2007).

Ibu dengan kebiasaan memiliki asupan energi yang tidak sesuai,

memiliki pengaruh yang cukup besar bagi anak untuk memiliki asupan

energi yang juga tidak sesuai dengan ajuran (Sherry dan Dietz, 2005). Hal

tersebut dikarenakan ibu memberikan informasi dalam hal jumlah dan

membentuk pilihan makan bagi anak (Davison dan Birch, 2001). Selain

itu, kebiasaan dan praktek makan ibu juga sangat kuat dalam memberikan

pengaruh kepada asupan makanan anak. Penelitian membuktikan bahwa

(42)

dan energi memberikan 23-97% varians asupan ketiga zat gizi tersebut

pada anak (Sherry dan Dietz, 2005).

Ibu yang terbukti baik secara gen maupun lingkungan mempengaruhi

perkembangan asupan zat gizi anak dan status gizi anak (Birch dan

Ventura, 2009). Namun, pengaruh dalam hal kesamaan asupan energi ini

terjadi lebih kepada hasil dari pengamatan kebiasaan ibu dibandingkan

dengan hasil genetik yang diturunkan kepada anaknya (Sherry dan Dietz,

2005). Hal ini disebabkan karena pada umumnya anak menjadikan orang

tuanya sebagai panutan dalam jenis dan jumlah makanan yang diinginkan

oleh anak, biasanya karena adanya paparan yang berulang dan makanan

yang sering dikonsumsi oleh orang tua mereka (Dickens dan Ogden,

2014). Selain itu, adanya kesamaan pilihan rasa, pilihan makanan dan

reflek lapar serta kenyang dari reflek genetik yang dimilikinya juga turut

menjadi penyebab dari kesamaan jumlah asupan zat gizi anak dengan

orang tuanya (Davison dan Birch, 2001).

Banyak aspek yang dapat menyebabkan asupan ibu mempengaruhi

asupan energi anak. Pertama, sejak dini ibu merupakan pembuat

keputusan bagi jumlah dan jenis makanan yang dibeli dan disajikan baik

di rumah maupun di luar rumah. Ibu sering merencanakan dan

menyiapkan makanan utama, makanan ringan dan serta cara pengolahan

makanan yang dapat mempengaruhi asupan energi dari anak mereka.

Selanjutnya, ibu menjadi panutan anak dalam konsumsi energi dan

(43)

persepsi dari kebiasaan-kebiasaan orang lain. Pada kasus asupan energi,

hal tersebut dapat dikatakan bahwa anak mengimitasi ibunya dalam hal

jenis, jumlah, frekuensi, waktu makan serta durasi dalam sekali makan

(White, 2006).

Penelitian juga menunjukkan bahwa pada umumnya anak

menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam kebiasaan makannya

yang dapat dilihat dari jenis makanan yang diinginkan oleh anak, biasanya

karena adanya paparan yang berulang dan pilihan makanan dari orang tua

mereka (Dickens dan Ogden, 2014). Penelitian tersebut juga menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan dengan nilai p sebesar 0.001 antara pola

makan orang tua dengan pola makan anak (Dickens dan Ogden, 2014).

Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran pada asupan

energi ibu adalah 3-days food record.

6. Interaksi dengan teman

Setiap anak pada dasarnya masih terus dipengaruhi secara

bermakna oleh keluarga, budaya keluarga dan faktor lingkungan, namun

pada usia sekolah, anak mulai terpengaruh, baik dalam kebiasaan, cara

berpakaian, hingga gaya hidup dari teman yang ditemuinya, khususnya

teman sebaya (Behrman dkk., 2000). Hal tersebut dipertegas oleh adanya

teori yang menyatakan bahwa hubungan dengan teman sebaya dan

aktivitas di luar rumah semakin memainkan peran penting terhadap

kehidupan anak usia sekolah (Friedman, Bowden dan Jones, 2003 dalam

(44)

Perilaku makan siswa yang sedang beranjak menuju remaja

memiliki kecenderungan untuk lebih senang bila makan dengan orang

terdekat, yang mana biasanya teman sebaya yang dijadikan sebagai pilihan

dalam menghabiskan waktu bersama (Behrman dkk., 2000). Siswa yang

senang menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya tersebut

cenderung memiliki keputusan-keputusan yang bisa mereka terima yang

mana pada akhirnya akan membentuk perilaku standar mereka. Pada masa

anak sekolah, anak sering membandingkan dirinya dengan

teman-temannya dimana mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan

ejekan teman (Gunarsa, 2008). Anak pada usia ini juga memiliki

kecenderungan untuk merasa lebih nyaman berada di sekitar teman-teman

sebayanya dibandingkan berada di sekitar keluarganya dengan lebih

banyak menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman-teman

sebayanya (Brown dkk., 2011).

Penelitian menemukan bahwa anak akan mengonsumsi lebih

banyak makanan tinggi energi ketika sedang bersama dengan temannya

dibandingkan saat sedang berada bersama dengan orang tuanya (Salvy

dkk., 2011). Teman lebih banyak mempengaruhi asupan energi seorang

anak pada usia sekolah seiring dengan lebih banyaknya waktu yang

dihabiskan bersama teman dan motivasi yang diberikan oleh teman

dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Asupan energi saat

(45)

izin untuk mengonsumsi makanan tinggi energi yang biasanya dibatasi

saat anak bersama dengan orang tua (Salvy dkk., 2011).

Penelitian lainnya menunjukkan hasil yang berbeda, dimana

ditemukan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh positif terkait

perilaku makan anak usia sekolah dengan mendorong anak untuk

mengonsumsi makanan sehat seperti sayur (Saifah, 2011). Penelitian

lainnya juga menyatakan bahwa teman perempuan dari siswa perempuan

dapat mendorong siswa tersebut untuk memiliki asupan energi yang baik

dibandingkan dengan orang tua (Salvy dkk., 2011). Ketika anak familiar

dengan makanan sehat yang dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari

dan itu dilakukan oleh teman sebayanya, anak akan lebih menerima dan

menjadikan makanan tersebut sebagai salah satu pilihan makannya (Birch

dan Ventura, 2009).

7. Program Makan Siang Sekolah

Selain orang tua, hal lain yang dapat mempengaruhi pola makan

anak adalah lingkungan, salah satunya adalah lingkungan sekolah dengan

adanya interaksi dengan teman sebayanya (Birch dan Ventura, 2009). Saat

sekolah mengadakan program makan siang, anak akan terpapar dengan

pola makan dari teman sebayanya yang dapat mempengaruhi pola

makannya sendiri.

8. Program olahraga sekolah

Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur,

(46)

(Ganley dan Sherman, 2000). Program olah raga sekolah berhubungan

dengan perilaku anak berupa peningkatan pola aktivitas fisik anak dan

penurunan waktu anak dalam menonton TV (Simon dkk., 2008).

Berdasarkan penelitian, didapatkan adanya penurunan IMT pada anak

obesitas setelah diberikan waktu olah raga tambahan pada remaja

(Adiwinanto, 2008).

9. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi melebihi energi yang

dikeluarkan pada saat istirahat (Thompson dkk., 2003). Pada kondisi

istirahat, kita menggunakan sekitar 60% energi dalam tubuh untuk

menjaga fungsi-fungsi penting agar tetap berjalan disebut dengan basal metabolic rate (BMR). Orang dengan ukuran tubuh normal rata-rata banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas fisik dibandingkan dengan

anak yang memiliki tubuh dengan kelebihan berat badan atau yang

mengalami KEP (Utami, 2013). Aktivitas fisik sendiri merupakan salah

satu determinan dalam tingkat asupan energi pada anak usia sekolah

(Brown dkk., 2011).

Penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas seseorang dapat

mempengaruhi asupan energinya karena energi yang dikeluarkan untuk

aktivitas fisik didapatkan dari hasil oksidasi cadangan lemak dan

karbohidrat yang ada di dalam tubuh orang tersebut. Sehingga orang

(47)

karbohidrat di dalam tubuhnya dengan mengonsumsi energi lebih banyak

(King, 1998). Anak pada umumnya lebih senang untuk menghabiskan

waktu dengan bermain di luar rumah bersama dengan teman-teman

sebayanya dan membeli makanan jajanannya sendiri tanpa pendampingan

dari orang tua.

Beberapa anak akan memiliki ketertarikan yang lebih pada

permainan yang cenderung pasif dalam gerakan seperti bermain video games atau lebih banyak berada di depan televisi (TV) untuk menonton acara yang mereka sukai. Namun beberapa anak lainnya memiliki

kesenangan lain untuk bermain dengan menggerakkan tubuhnya seperti

bermain sepak bola, bermain sepeda dll (Brown dkk., 2011).

Penelitian menemukan bahwa anak yang memiliki tingkat aktivitas

fisik yang rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki asupan

energi yang tidak sesuai dengan anjuran karena menonton TV

berhubungan positif dengan penambahan asupan zat gizi terutama

konsumsi makanan tinggi kalori (Dixon dkk., 2007). Aktivitas fisik yang

rendah serta diikuti oleh asupan energi yang tinggi, biasa disebut dengan

rentang aktivitas sedentari (Arundhana, 2013)

Perilaku sedentari sendiri merupakan perilaku bersantai yang tidak

mengeluarkan banyak energi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

didapatkan bahwa anak sekolah dasar memiliki perilaku sedentari yang

(48)

aktivitas fisik lainnya yang mengeluarkan banyak energi (Arundhana,

2010). Seiring dengan perkembangan permainan yang modern semacam

video game ataupun video online yang menyebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk dibandingkan melakukan aktivitas yang

membutuhkan banyak gerak dan mengeluarkan keringat (Wahyu, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa 1 jam menonton TV per

hari berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan cepat saji,

makanan manis, keripik, pizza dan rendah konsumsi buah dan sayur

dengan nilai p<0.001 (Dixon dkk., 2007).

Cara pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengukur aktivitas

fisik ini adalah dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik dengan

beberapa pertanyaan seperti; dalam satu minggu, berapa lama waktu yang

kamu habiskan untuk melakukan aktivitas-aktivitas berikut ini: (a) olah

(49)

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber: Adaptasi dari Birch (2000), Brown (2011) dan Istiany dan Rustianty (2013)

Status gizi

Praktek pemberian makan Ketersediaan makanan Asupan Energi

Jenis kelamin Ibu

Pengetahuan Asupan energi Interaksi

dengan teman

Program sekolah Makan siang dan olahraga

(50)

34

A. Kerangka Konsep

Energi merupakan salah satu zat gizi makro yang sangat diperlukan oleh

tubuh untuk melakukan bergerak, berpikir, berbicara, makan dan melakukan

kegiatan lainnya (Gunawan, 2006). Bagi anak usia sekolah, energi dibutuhkan

untuk melakukan pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak serta untuk

pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh (Shetty, 2010). Tidak sesuainya asupan

energi dengan angka kecukupan energi bagi usianya, dapat menyebabkan

beberapa masalah kesehatan bagi anak, seperti kesalahan dalam pertumbuhan,

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit degeneratif serta

tubuh menjadi rentan terhadap penyakit infeksi.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran asupan

energi pada siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal serta faktor-faktor

apa saja yang berhubungan dengan asupan energi pada siswa-siswa tersebut.

Untuk itu, peneliti merumuskan kerangka konsep berdasarkan kerangka teori

(51)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep tersebut, terdapat 2 buah variabel dari

kerangka teori yang tidak diteliti oleh peneliti. Kedua variabel tersebut adalah

variabel program makan siang dan program olah raga di sekolah. Keduanya

tidak diikutsertakan dalam penelitian lantaran seluruh siswa yang akan menjadi

sampel dalam penelitian ini, berasal dari sekolah yang sama sehingga mereka

memiliki program yang sama pula.

Jenis kelamin

Praktek pemberian makan

Ketersediaan makanan

Pengetahuan ibu

Asupan energi ibu

Interaksi dengan teman

Aktivitas fisik

Asupan energi siswa SDIT Al Syukro Kelas

(52)

Selain itu, analisis pada penelitian ini tidak dilakukan hingga tingkat status

gizi karena penelitian ini menggunakan status gizi sebagai dasar dalam

penetapan masalah yang kemudian berdasarkan teori diketahui bahwa

timbulnya masalah status gizi tersebut diakibatkan oleh asupan energi yang

(53)

37 B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Asupan energi Siswa

Tingkat rata-rata asupan energi siswa dalam 3 hari, yang terdiri dari 2 hari sekolah dan 1 hari pada akhir pekan rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia

atau rata-rata asupan

energi<70% AKE 2013 sesuai golongan usia

1. Asupan sesuai apabila rata-rata asupan energi 70% ≤ asupan perempuan yang sudah dimilikinya sejak lahir

0. Kurang apabila skor < median 1. Baik apabila skor ≥ median (Bertram, 2009)

(54)

38

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

4 Ketersediaan Makanan

Tingkat skor dari pernyataan tentang

makanan yang

disediakan oleh orang tua di rumah

Mengisi pertanyaan

kuesioner Kuesioner

0. Kurang apabila skor< mean 1. Baik apabila skor ≥ mean

0. Kurang apabila jawaban benar ≤ 80%

1. Baik apabila jawaban benar > 80%

0. Asupan tidak sesuai, apabila rata-rata asupan energi >130% AKE 2013 sesuai golongan usia atau rata-rata asupan energI <70% AKE 2013 sesuai golongan usia 1. Asupan sesuai apabila rata-rata

asupan energi 70% ≤ asupan energi ≤130% AKE 2013

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

(55)

39

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

7 Interaksi dengan

0. Kuat apabila skor ≥ median 1. Lemah apabila skor < median

(Saifah, 2011) Ordinal

8 Aktivitas fisik siswa

Tingkat skor dari pertanyaan tentang

kegiatan yang

dilakukan anak selama satu minggu terakhir

baik yang

0. Kurang aktif, apabila skor aktivitas fisik < mean

1. Aktif apabila skor aktivitas fisik ≥ mean

(Kowalski dkk., 2004)

(56)

C. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan asupan energi siswa kelas

5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

2. Terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

3. Terdapat hubungan antara ketersediaan makan di rumah dengan asupan

energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

4. Terdapat hubungan antara asupan energi ibu dengan asupan energi siswa

kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan asupan energi siswa

kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

6. Terdapat hubungan antara interaksi dengan teman dengan asupan energi

siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal.

7. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan asupan energi siswa kelas

(57)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan energi siswa kelas 5 dan 6 SDIT Al Syukro Universal tahun 2015. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah praktek pemberian makan, ketersediaan makanan di rumah,

pengetahuan ibu, asupan energi ibu, interaksi dengan teman serta aktivitas fisik

anak. Sementara variabel dependen dalam penelitian ini adalah asupan energi

siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di SDIT Al Syukro Universal Kota

Tangerang Selatan.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Syukro Universal Kota Tangerang

Selatan mulai dari bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa beserta ibu dari

masing-masing siswa kelas 5 yang berjumlah 57 siswa dan kelas 6

dengan jumlah siswa sebanyak 72. Sehingga total dari seluruh

Gambar

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Interaksi Siswa Kelas 5 dan 6
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Ketersediaan Makanan dengan Asupan
Tabel 3.1 Definisi Operasional
tabel.
+7

Referensi

Dokumen terkait

42537 JANGAN BUANG WAKTU RUTH SAHANAYA 42561 JANGAN TERULANG LAGI KOES PLUS.. 42538 JANGAN CABUT

Oleh sebab itu, menurut penulis (sebagai temuan baru) perlu perbaikan terhadap rumusan Pasal 483 RUU KUHP dengan menambahkan hukumannya menjadi 20 tahun penjara dan delik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami apakah konsumen yang peduli terhadap lingkungan dan melestarikan sumber daya lingkungan yang telah terbiasa membeli produk

Fungsi-fungsi media tersebut di atas yang langsung terkait dengan media audio visual yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mempelajari materi pembelajaran secara

Dalam konteks lalu lintas, tugas polisi adalah menemukan, menahan, menjaga (jika perlu), dan menuntut para pelanggar hukum. Oleh karena itu perlu dihindari sikap

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas antioksidan yang besar, dengan

Agar semua manusia dari berbagai elemen sebagai mad’u dapat meneirma agama rahmatan lil alamin (Islam) dengan keyakinan dan keimanan dan agar tidak membua agama mulia ini

Hasil pengamatan didapat 57 species hewan, yang mana 20 fauna dapat dilihat secara langsung dan 37 fauna dari informasi masyarakat setempat hasil analisis