RESPON SIR SAYYID AHMAD
KHAN
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUIZAJ."'\' KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
CNTUIZ MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDlKAN ISLAM
Oleh :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TERHADAP EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
(STUDI TENTANG DIKOTOMIILMU)
Skripsi
DIAJUKAN KEPADA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
セGsyarif
HIDAYATULLAH"
JAKARTA
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
PENDIDIKAN ISLAM
Ole h :
MUDOFAR
NIM: 101011020632
Pembimbing :
Drs.H.A.F. Wibisono, MA
Akhmad Sodiq, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
DIN SYARIF HIDAYATDLLAH JAKARTA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul: "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi
Pendidikan Islam; Studi tentang Dikotomi Emu"yang ditulis oleh :
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
:Mudofar
: 101011020632
: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
: Pendidikan Agama Islam
Disetujui untuk dibawa ke dalam ujian / penilaian skripsi.
PembimbingI. PembimbingII.
Akhmad Sodiq, M.Ag
Tangga/:9Juni2005
Drs.a A.F.Wibisono,MA
Tangga/:9Juni2005
'..セN
EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM; STUDI TENTANG DIKOTOMI ILMU
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan DIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juli 2005. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SaIjana Program Strata1 (S 1) pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 1 Juli 2005
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Drs.A.Basuru. MA NIP: 150186404
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota:
Penguji II
Segal a puji bagi Allah, hanya izin-Nya terlaksana segala macam kebaikan dan
diraih segala macam kesuksesan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan jlldlll "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap Epistemologi Pendidikan
Islam; Stlldi tentang Dikotomi [Imu" ini. Dimana skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program studi S 1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif HidayatulJah Jakarta. Salawat dan Salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang kepada beliau ditllrunkan wahyu illahi
al-Qur'an, dan ditLlgasi untuk menjeJaskan serta memberikan contoh pelaksanaannya.
Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh
umatnya yang setia.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas lImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta seluruh stafnya,
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh stafnya,
3. Bapak Drs.H ..A.F. Wibisono. M.Ag dan Bapak Akhmad Sodiq, M.Ag yang telah
meillangkan waktllnya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
tnt,
4. Kedlla orang ILIa dengan semangat dan pengorbanan yang selalll menyertai
penlliis lIntlik mempeljuangkan menyelesaikan pendidikan ini,
5. Kakanda dan Adinda tercinta yang selalu memberikan atas terselesaikannya
Penlliis sepenllhnya sadar bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena l11asih
banyak sisi-sisi pemikiran dan pergerakan Sir Sayyid Ahmad Khan yang beillm
terllngkap. Untuk itu, penulis berharap, yang kecil ini l11ampu menal11bah wawasan
tentang sejarah kependidikan Islam.
Akhirnya kepada Allah .iualah penulis mahan talltiq hidayah, sernoga lIpaya
penlliis ini mendapatkan samblltan yang baik, serta mendapat ridho-Nya. Amin yd
robbed 'dlamin
Depok, 19 JlIli 2005
t
kh.
sy
t
gh
0 na ....I.ol
Y b .)
d
セsh
<-lI f .J WW
t
セdz
Jo':>dh
J q bh
セ
ts
.J r .bth
セ k セj
\-zh
J
'.$r
Jz
..t=l YC
h
c...>" st
e- m=
=
apanjang
1 panJang
III
I
J>EDOrv1ANtセnsセiteセsi .
DAFTAR lSI IV
BAR!.
BAB II.
BAB III.
pendahuセuan 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.. ... .. .. ... .. . .. . .. .. . .. . .. .... 8
C. Tujuan Dan Signifikansi Pene1itian... .. 9
D. Metode Penelitian... 10
E. Sistematika Penyusunan... .. . . .. 11
セa TARbeセakang j^emikiセ SIR SAYYID AHMAD
K.HAN... ... ... ... .. .. .. .. .. .. .. .... ... ... ... .. ... .. ..
13A. Latar Belakang Personal.. .. .. .. . ... . .. ... . .. .. . .. .. .. . .. . .. .. .. ... 13
1. Riwayat Hidup Sir Sayyid Ahmad
Khan...
132. Sistematika Berpikir Sir Sayyid Ahmad
Khan...
23B. Latar Belakang Ekstemal... 30
1. Kondisi Po1itik... . . .. . .. 30
2. Kondisi Sosial... 33
3. Kondisi Kependidikan Islam India... .. . .. ... . . .... .. .. .. . ... 34
ej^istemoセogi daセaイカQ J>ERSJ>EKTIF 39 A. Sejarah Epistemologi 39 B. Epistemologi Barat... 43
D. Agama Sebagai Basis Epistemologi... . .. . 50
BAB IV. PEMIKIRAN DAN GERAKAN KEPENDIDIKAN
セifエ セaセ aャiセ
I(JE[JtN
.
58A. Pemikiran Pendidikan Sir Sayyid Ahmad Khan... ... 58
1. Bangunan Epistemologi Pendidikan Sir Sayyid
Ahmad Khan . 58
2. Refleksi Epistemologi Pendidikan Sir Sayyid
Ahmad Khan 61
a. Tujuan Pendidikan 61
b. Kurikulum Pendidikan .. . . .. . . 64
c. Proses Belajar Mengajar 66
d. Jenjang Pendidikan 68
B. Gerakan Kependidikan Sir Sayyid Ahmad Khan 70
1. Muhamadan Anglo Oriental College (MAOC);
Realisasi Pemikiran Pendidikan Sir Sayyid Ahmad
Khan 70
2. Muhamadan Educational Conference... 73
LLZLセ
3. Translation Society... 75 .
4. Pengumpulan Dana 76
5. Lomba Penulisan Essay... 76
C. Analisis terhadap Epistemologi Pendidikan
Sir Sayyid Ahmad Khan 77
BABV. PENUTUP . 80
A. Kesimpulan... 80
B. Saran 83
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah, sekitar pertengahan abad ke-7 sampai abad ke-13 , yang
sering diistilahkan dengan zaman Islam klasik (650-1300 M), tepatnya masa
pemerintahan bani Abasiyah peradaban Islam mengalami suatu zaman
keemasan. Waktu itu umat Islam mencoba menyerap pengetahuan yang berada
NセLLセ
di berbagai belahan dunia. Dari Yunani, umat Islam menyerap Filsafat, dari
India, umat Islam menyerap ilmu kedokteran, dari Cina, umat Islam menyerap
ilmu tentang pembuatan alat-alat tulis, keramik dan alat-alat rumah tangga, dari
Romawi, umat Islam menyerap ilmu tentang sastra dan seni, dan lain
sebagainya. Kala itu umat Islam memiliki semangat dan perhatian yang sangat
besar untuk menggali, memelihara dan mengembangkan ゥャセオ pengei.ahuan,
sementara itu bangsa Eropa sedang berada dalam kegelapan.1
Berbeda dengan masa sebelumnya, yaitu masa bani Umayyah, dimana
kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan intelektual, ilmu agama
serta sains sudah ada dan berkembang di tangan individu-individu.
Menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan merupakan suatu yang
sejalan dengan Islam, karena ajaran Islam itu bersifat terbuka terhadap ilmu
I Musthaf(i as-Sibai'" Min Rawai'f [iadharatind tetj: R.B rrawan, Fauzi Rahman (Jakarta:
Gema Insani Press, 1992, Cet I) h. 16-17, lihat pula Abudin Nata, Globalisasi, Tantangan Dan Peluang Bagi Dunia Pendidikan Di Indonesia, Makalah disampaikan pada acara seminar
pendidikan .. Rejleksi Dan Dialog Pendidikan Di Era Globalisasi, yang diselenggarakanoleh BEM
pengetahuan dan kebudayaan dari manapun sepanjang berguna dan sejalan
dengan nilai-nilai ajaran Islam? Atas proses inilah di kalangan Umat Islam
bermunculan ilmuwan yang bukan hanya menguasai ilmu agama, melainkan
juga menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti; matematika, fisika,
optika, kedokteran, arsitektur dan lain sebagainya.3
Setelah lebih kurang 6 abad (8-13 M) memegang estafet dinamika ilmu,
umat Islam memasuki lubang kejumudan, dimana kebebasan mengekspresikan
pendapat telah tertutup rapat. Dalam lubang ini juga, pola pikir umat Islam
lebih bersifat mencari pembenaran daripada mencari kebenaran. Hal ini berawal
dari kuatnya kebenaran ilmiah yang muncul pada periode keemasan sebagai
pemikiran ilmuwan muslim, セ・ィゥョァァ。 muneul pandangan terhadap kebenaran
tersebut untuk tidak disentuh tetapi hanya perlu dihafal kemudian diamalkan.
Keharaman menyentuh nilai-nilai kebenaran ilmiah tersebut apalagi
mengkajinya menjadikan ilmu statis. Selain itu, pola pemikiran yang ada masa
keemasan yang bersifat rasional berubah menjadi pola pemikiran yang
cendrung konservatif serta lebih mengembangkan pendidikan pada aspek-aspek
batiniah. Akan tetapi, sebaliknya orang-orang Eropa semakin giat dalam
mengemballgkan pola pemikiran rasional dalam menggali pengetahuan. Karena
2 Fenomena keterbukaan ini terlebih dahulu telah disinyalir al-Qur'an yang menegaskan
bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhamad SAW, melengkapi ajaran para Rasul sebelumnya, lihat Q.S. al-Maidah ayat :48, asy-Syura ayat: 13, al-Baqarah ayat: 285 serta al-hadis "innama bu'ilslu Ii
'ulammima makGrimolakhaq" (H.R. al-Bukhm-i, aI-Hakim dan Baihaqi)
rnendapat stimulus dari dunia Islam sebelurnnya. Sehingga Eropa dapat
mengambil estafet dinamika ilmu dari Islam.4
Ketika memasuki abad ke-19 dengan adanya ekspansi Barat ke
daerah-daerah Islam, umat Islam sadar betapa mundurnya peradaban mereka dan
mengakui akan keunggulan peradaban Barat. Dalam keadaan seperti ini, di
kalangan umat Islam sendiri muncul respon yang variatif. Sebagian dari mereka
ada yang menolak apa saja yang berasal dari Barat tanpa sikap kritis. Sikap
yang demikian muncul pada kalangan tradisional. Sebagian lagi menerima apa
saja yang berasal dari barat tanpa sikap kritis. Sikap ini biasa dijumpai pada
kalangan yang mendapat ;'fasilitas" dari Barat. Sedang yang lain ada yang
menerima dengan sikap kritis, inovatif dan obyektif.5 Tampaknya sikap yang
ketiga Ulllat Islam kiranya dapat terlepas dari suasana kemundurall untuk
selanjutnya mengarah kepada kemajuan. Karena muncul pula pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagaman Islam dengan
perkembangan barn yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modem. Kontak dengall dunia Barat selanjutnya membawa
ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan lain
4 Poeradisastra, SUn/bangall Islam Terhadap Peradaban Modern, (Jakalta: P3M, 1985)
h.35
sebagainya. Karena itu, muncullah tokoh-tokoh pembaruan di berbagai dunia
Islam, seperti di Mesir; Muhamad All Pasya (1765-1849), Rifah Badawl Rafi'
al-Tahtawl (1801-1873), JamaIuddln aI-AfghanI (1839-1897), Muhamad
'Abduh (1849-1905), serta banyak lagi yang mendapat pengaruh dari pemikiran
Abduh. Di Turki, seperti; Sultan Mahmud II (1785-1839), Mustafa Kemal
(1881-1938) serta banyak gerakan-gerakan pembaruan yang di1akukan di Turki.
Sedangkan di India, seperti; Syah 'Abdul 'Aziz (1756-1823) yang meneruskan
ide pembaruan Syah Waliyulliih, Syahid Ahmad Sahid (1786-1831) serta
Sayyid Ahmad Khan (1817-1898).6
Aspek-aspek yang menjadi perhatian para pemikir Islam antara lain;
peii1Urnian tauhid, politik. ekonomi, sosial, kebudayaan, teknologi serta
pendidikan.Tampaknya dari sekian banyak aspek, aspek pendidikan selalu
mendapat perhatian
オセ。
para pembaru pemikir Islam.7 Kesadaran akanpentingnya mencari format barn epistemologi pendidikan Islam semakin
mewarnai wacana kehidupan intelektual umat Islam. Fenomena ini tidak saja
didasari oleh pandangan bahwa pendidikan adalah sarana mencapai tujuan
modernisasi. Terutama bagi negara-negara berkembang, karena pendidikan
6 lihat permasalahan mengenai pembaruan dalam Islam (Mesir, Turki, India), Harun
Nasution. Pembaruan Dalam Is/am: Sejarah Pemikiran Dan Gerakan. (Jakarta: Bulan Bintang 2003, Cet XIV) h. 21-49
7Pengertian populer mengidenrifikasi modemisasi dengan keterbeJakangan dan kebodohan
serta statis. Sehingga pembangunan berarti menjebol keadaan status quo. Lihat H.A.R Tilaar,
Pendidikan Da/am Pembangllnan /'iasional Menyongsong A bad XXI. (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
dipandang sebagai jenis passion (keinginan besar) yang menjadikan negara
tersebut dapat sejajar dengan negara-negara maju atau negara-negara industri
yang kaya, melainkan juga sebagai suatu "jihad intelektual" untuk
mengantisipasi sistem pendidikan yang cendrung ambivalen (terasa ada
pertentangan) dengan lebih mengembangkan pendidikan sufistik yang
mementingkan aspek-aspek batiniah serta kalah dalam perkembangan dan
perubahan masyarakat. Satu di antara mereka yang berusaha keras
meningkatkan masyarakat melalui pendidikan adalah Sir Sayyid Ahmad
Khan.
SSeperti kondisi umat Islam pada umumnya, umat Islam India pada abad
ke-19 juga mengalami masa-masa sulit dan kemunduran. Masa-masa sulit terjadi
terutama setelah pemberontakan 1857, umat Islam dan umat Hindu bersatu
melawan pemerintah kolonial Inggris. Namun gagal, posisi Islam terpojok
karena pihak Inggris menyangka bahwa pelaku utama dalam perlawanan adalah
umat Islam. Karena itu, umat Islam didiskriminasikan dalam berbagai hal oleh
pemerintah Inggris, yang mengakibatkan kondisi mereka bertambah buruk
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Masa-masa sulit ditambah dengan kualitas umat yang memang sudah
mundur. Tidak seperti umat Hindu yang sudah jauh lebih maju memperoleh
perigetahuan modem, umat Islam sangat lambat dalam menggapai kemajuan
modern. Hal tersebut karen a umat Islam di daerah ini banyak yang tidak mau
memasuki sekolah-sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah InggI'is yang
mereka anggap dapat merusak moral serta keimanan mereka. Sedangkan
maktab dan madrasah sebagai pusat pendidikan umat Islam masih
mempergunakan sistem pengajaran lama hasil dari peninggalan abad
pertengahan dengan fokus pengkajian agama semata. Maka bila umat Hindu
dapat langsung mempelajari ilmu pengetahuan modern, umat Islam menekuni
terlebih dahulu dasar-dasar ajaran agama selama bertahun-tahun. Kondisi
tersebut mengakibatkan umat Hindu banyak dipekerjakan di kantor-kantor
pemerintah Inggris dibandingkan dengan umat Islam yang tidak banyak
memiliki keterampilan.9
Khan
melihat bahwa wnat Islam India memerlukan peningkatan.Menurutnya, jalan untuk dapat melepaskan diri dari kemunduran dan mencapai
kemajuan, umat Islam hams dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Oleh karena itu, menurutnya dikotomi atau dualisme sistem
pendidikan (Agama-ilmu umum) hams dihilangkan, kemudian perlu adanya
integralisasi sistem pendidikan Barat yang sudah maju dan modern dengan
sistem pendidikan Islam untuk memenuhi kebutuhan umat Islam terhadap
aspek agama.10
9Annemarie Schimmel.islam in the Subcontinent, (Leiden: EJ BriU, 1980) h. 192
Pandangan Khan di atas, sejalan dengan pandangan dalam Islam, ilmu
sudah terkandung secara esensial dalam al-Qur'an. Oleh karena itu, berilmu
berarti beragama dan beragama berarti berilmu. Maka tidak ada dikotomi antara
ilmu dan agama. Ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas dinilai atau dikritik.
Menilai dan menggugat kembali keabsahan dan kebenaran suatu pendapat
adalah diharuskan tanpa menilai yang berpendapat.II
Untuk merealisasikan pemikiran tersebut, Khan mendirikan sebuah lembaga
pendidikan sebagai wadah untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan
secara nasional, ia juga mendirikan lembaga pendidikan yang kemudian
terkenal dengan namaA1uhammadan Anglo Oriental College (MAGe).
Dalam perspektif inilah, respcil sir Sayyid Ahmad Khan terhadap
epistemologi pendidikan Islam sebagai upaya menghilangkan dikotomi ilmu
akan diteliti dalam tulisan ini.
Pemikiran dan gerakan kependidikan Khan yang tidak saja modem tetapi
jugaprojetikbahkan nama, pemikiran dan gerakannya tercantum sebagai tokoh
pembaru abad ke-19. Sejauh pengamatan penulis penelitian terhadap Sir Sayyid
Ahmad Khan dalam upayanya menghilangkan dikotomi ilmu agama dan ilmu
umum belum ada. Karena itu, penulis menjadikan permasalahan tersebut dalam
II Musthaffi as-Sibai'i, op.ci(.. hAl. lihat pula Mastuhu, Memberdayakan Sis(em
skripsi yang berjudul, "Respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap
Epistemologi Pendidikan Islam; Studi tentang Dikotomi I1mu".12
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah
situasi dan kondisi masyarakat Islam India pada abad ke-19, tepatnya sekitar
tahun 1837 sampai dengan 1858 ditambah bangkitnya bangsa-bangsa Eropa
dengan kembali memegang estafet dinamika ilmu.
IdentifIkasi permasalahan dalam penelitian ini adalah upaya reorientasi
pendidikan Islam yang meliputi pemikiran dan gerakan Sayyid Ahmad Khan,
serta dikotomi atau dualisme pendidikan (agama dan umum). Untuk itu sebagai
titik pijak dalam penelitian ini akan dijabarkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana latar belakang pemikiran Sir Sayyid Ahmad
Khan
?2. Bagaimana bentuk pemikiran pendidikan Sir Sayyid AhmadKhan.?
3. Bagaimana gerakan kependidikan yang dilakukan Sir Sayyid Ahmad
Khan.?
12yang dimaksud dengan pemikirannya adalah ュセZャ」。イゥ segala upaya untuk menyelesaikan
C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah;
1. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan.
2. Untuk mengetahui bentuk pemikiran pendidikan Sir Sayyid Ahmad Khan.
3. Untuk mengetahui gerakan kependidikan Sir Sayyid Ahmad Khan
Adapun signifikansi penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Memperoleh bahan-bahan serta cara melakukan reorientasi pendidikan,
sehingga dapat dijadikan bahan-bahan perbandingan dengan reorientasi
pendidikan yang dilakukan di Indonesia.
2. Sebagai masukan bagi pengembangan ;>emikiran pendidikan Islam di
Indonesia.
3. Sebagai sumbangan kepustakaan Islam dan kbazanah intelektual Islam
Indonesia.
D. Metode Penelitian
Sebagai suatu kajian terhadap pemikiran seorang tokoh sebagaimana yang
terdapat dalam judul ini, penulis menggunakan pendekatan filosofis,13 yaitu
pendekatan yang menggunakan argumen-argumen, pemikiran dan logika dalam
analisis data. Selanjutnya karena penelitiannya terhadap kehidupan seorang
13 Metodologi penelitian filosofis ini dilakukan dengan cara metod is umum yang berlaku
dalam hubungannya dengan masyarakat, sifat-sifat, watak, pengaruh pemikiran
dan idenya serta pembentukan watak tokoh tersebut selama hidupnya, maka
sebagai pendekatannya adalah pendekatan sejarah(historical approach).14
Adapun secara metodologis penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif, serta diskursus. Sedang jenis penelitian yang digunakan dalam
pencarian data adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan cara
melacak lalu menyeleksinya kemudian menelaah dan terakhir mengklasifikasi
data yang ada korelasinya dengan obyek penelitian.
Sumber data diperoleh dari karya-karya tulis yang memiliki kaitan dengan
permasalahan yag terdapat dalam penelitian ini baik buku, jurnal, makalah serta
website yang ada hubunganya.
Adapun untuk menganalisis data, digunakan metode analisis isi (content
analysis).15 Analisis isi di sini dimaksudkan untuk menganalisis makna yang
tcrkandung dalam keseluruhan pemikiran Khan tentang kependidikan.
E. Sistematika Penyusunan
Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Tiap-tiap bab secara keseluruhan
memiliki kaitan yang erat satu sama lainnya. Bab pertama merupakan
pendahuluan. Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah,
14 Yaitu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend yang naik tumn dari suatu
status keadaan masa lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, lihat Nurruzaman Siddiq, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, (Yogya: Pustaka Pelajar )996) h.2
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian,
metodologi penelitian dan sisternatika penyusunan. Bab ini merupakan langkah
awal yang mengantarkan kepada langkah-Iangkah selanjutnya dalam penulisan
tentang respon Sir Sayyid Ahmad Khan terhadap epistemologi pendidikan
Islam, studi tentang dikotomi ilrnu.
Bab kedua membahas latar belakang personal Sayyid AbJnad Khan, baik
riwayat hidup dan sistematika berpikirnya. Juga latar belakang eksternal, baik
kondisi politik, kondisi sosial serta kondisi kependidikaniウャセ India.
Bab ketiga menguraikan epistemologi, yang terdiri dari sejarah singkat
episternologi, epistemologi menurut perspektif Barat, epistemologi dalam
Islam, selanjutnya kerangka berpikir penulis tentang epistemologi yang
dijabarkan pada sub pembahasan agama sebagai basis epistemologi.
Bab keempat mengungkapkan pemikiran dan gerakan kependidikan Sir
Sayyid Ahmad Khan, yang berisikan pemikilan pendidikan Sayyid AbJnad
Khan terdiri dari bangunan epistemologi pendidikan Khan, kemudian refleksi
epistemologi kependidikan Khan, mulai dap. tujuan pendidikan, kurikulum
pendidikan, proses belajar mengajar serta jenjang pendidikan. Selanjutnya yang
berhubungan dengan gerakan kependidikan Sayyid Ahmad Khan, seperti
Muhamadan Anglo Oriental College (MAOC) yang rnerupakaIl realisasi dari
.
.
Translation Society, penggalangan dana serta perlombaan penulisan essay.
Serta analisis terhadap epistemologi pendidikan Sir Sayyid Ahmad Khan
Bab kelima, penutup, berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ml
dikemukakan jawaban atas permasalahan pokok yang dikemukakan penulis,
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SIR SAYYID AHMAD KHAN
; ... , ...NZ^LNNセN^\MWヲセNNBNNセセセイNBGGGGG|ZG ..._-..."...=,.rl''..LZセ...,..'''''==>O.-:.=_-...セ
イviilLセ⦅jNH セ
A. Latar Belakang Personal
1. Riwayat Hidup Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1898)
.,.,.•-.... .,.-.","!'! '. : ..,
.
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan pada 17 Oktober di Delhi yang
merupakan ibukota Imperium Mughal. Di antara tokoh modernis muslim
terkemuka pada pertengahan abad 19 seperti; Sayyid Amir Ali
(1849-1928), Jamaluddin aI-Afghani (1838-18997), Namik Kemal (1840-1888)
dan Syeikh Muhamad .Abduh (1850-1905), Sayyid Ahmad Khan
dianugerahi kesempatan (usia) yang panjang dalarn usahanya membentuk
masyarakat muslim yang modern. Dan perhatiannya terfokus kepada
negara-negara muslim yang berada di bawah kekuasaan kolonial Barat.
Khan dibesarkan dalam lingkungan keluarga terhorrnat. Dari sisi ayahnya
mengikuti asal-usul keturunan Imam Muttaqi yang berasal dari keturunan
putri Nabi, Fatimah. Bani Fatimah--sebagai kaum yang teraniaya oleh bani
Umayyah dan bani Abbas -- pindah dari kawasan Arabia ke Damghan
(Persia) kemudian pindah dan menetap di Herat (Afghanistan).
Nenek moyang Khan yang pertama berasal dari Herat tersebut yaitu
Syed Hadi.1 Syed Hadi memasuki wilayah India ketika kerajan Mughal
dipegang oleh Shah Jehan (1628-1666). Pada masa berikutya, keturunannya
dapat menduduki pos-pos jabatan tertentu di kerajaan tersebut dari generasi
ke generasi. Kakek Sayyid Ahmad Khan pada masa Alamghir II, adalah
pembesar kerajaan yang diberi gelar kehormatan Jowahid Ali Khan dan
Jmvadud DQlvla. Gelar tersebut diberikan kepada seorang yang menduduki
jabatan panglima perang.2 Orang tuanya, Sayyid Muttaqi -- seorang yang
dalam ilmu pengetahuan agamanya serta pengikut tarekat -- adalah orang
penting para pembesar istana dan sebagai ternan baik Akbar Syah II.
Mengingat kondisi kesehatannya (Sayyid Muttaqi) yang semakin menurun,
hubungan selanjutnya dengan para ー・ョァオ。ウセイ semakin menUlun pula
kemudian mewakilkan kepada Sayyid Ahmad Khan. Sementara kakek
Ahmad Khan dari pihak ibu, Khwaja Farid ai-Din, rnernberi Sayyid Ahmad
Khan pengetahuan tentang situasi politik ketika itu, dan
memperkenalkannya kepada pengetahuan serta kebudayaan Barat.3
1 Lihat penjelasan pembaruan yang dilakukan tokoh-tokoh tersebut serta tokoh-tokoh
pembaru di tiga negara seperti Mesir. Turki dan India-Pakistan dalam Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikil'an dan Gerakan, (Jakarta:Bulan Bintang, 2003, eet XIV) h.21-207) serta lihat mengenai silsilah Khan dalam G.F.r. Graham, The Life and Work ofSyed Ahmed Khan,
(Delhi: Idarah-I Adabiyat-I, 1974) h.1
2Ibid.. ,h.2
3 J.M.S. Baljon, the Rejol'mis alld Religiuos Ideas of Sir Sayyid Ahmad Khan, (Leiden:
Khwaja Farid aI-DIn, seorang matematikus terkemuka pada saat itu
yang pernah menjadi perdana menteri kekaisaran Mughal selama delapan
tahun dan pernah pula bekerja pada EIe (East India Company), Khwaja
meninggal ketika Khan masih kecil. Tetapi, sebagaimana yang
dikernukakan Albiruni yang dikutip Taufiq Adnan Arnal, pengaruhnya
sangat dominan terhadap Khan. Karena kegemaran Mir Muttaqi (ayahnya)
mengikuti kehidupan para Darwis, Khan kecil beserta ibunya tinggal di
rumah kakeknya, serta menyaksikan secara dekat kehidupan sehari-hari
seorang perdana menteri Mugha1.4
Sebagai keturunan keluarga terhormat, Khan muda selalu mendapat
perhatian pendidikan dari orang tuannya. Pendidikan yang diperolehnya
merupakan pendidikan tradisional dalam bidang agama. 1a belajar siang
hari di madrasah lalu mengulangi pelajaran pada ibunya di malam hari.
Dari ayahnya ia mendapat latihan memanah dan berenang. Setdah
mendapat pendidikan dasar di madrasah, ia belajar bahasa Persia, Arab dan
juga matematika. la rajin membaca buku dan suka memperluas
pengetahuan dengan membaca buku dari· berbagai disiplin ilmu dengan
bekal beberapa bahasa asing yang ia kuasai.5
4Tautik Adnan Amal, Ahmad Khan; Bapak Taji'ir Modernis, (Jakarta: Teraju. 2004, Cet I)
h.3
Kurang komprehensif dan intensifnya Khan dalam menempuh
pendidikan tradisional, yang konon 1a menjadi sasaran kritikan bal1kan
ejekan para kritikus konservatif, yang menganggapnya tidak memenuhi
kompetensi untuk melakukan modernisasi Islam. Namun, justru dari
kelemahan itulah yang merupakan kekuatan nyatanya; tidak terbelenggu
aleh disiplin pendidikan lama yang kaku, clan melaiui personal serta
pengkajian mandiri, ia l11endapatkan cakrawala baru dalam kreatifitas
inte1ektual dan meletakkan Iandasan bagi pemikiran yang baru terhadap
IsIam.6
Dalam hal pembentukan kepribadiannya, pengaruh pertama yang
kuat adaIa!:; pengaruh ibunya. Ibunya adalah wanita terhormat, yang
dibesarkan dalam lingkungan pendidikan yang baik. Ia paham betul bahasa
Persia yang ketika itu bahasa kebudayaan Islam. 1a mengerti pentingnya
pendidikan bagi anak-anak. Tidak seperti wanita-wanita tainnya yang masih
percaya kepada berbagai macam tahayul, ia tidak menghiraukan
larangan-larangan yang berkembang di masyarakat ketika itu. la sering memberi
makan telur dan daging ayam kepada anaknya karena makanan tersebut
bergizi dan baik bagi kesehatan anak. namun ibu-ibu lainnya menganggap
perbuatan tersebut sesuatu hal yang tabu.7
6Taufiq Adnan ArnaL np.cil. ..h.2
1a Juga dikenal sebagai wanita yang mengerti benar cara
mengarahkan putranya. Kepandaiannya tersebut diungkapkan dalam sebuah
peristiwa yang ditulis Altaf Husin Hall dalam Hayaf-J Jawid yang dikutip
Baljol1. selanjutnya Khan menceritakan peristiwa tersebut sebagai berikut:
StL.'ttu ketika, tatkala saya berumur sebeJas tahun saya
menertawakall seorang pembantu nlITIah tangga yang sudah tua
karena suatu hal, ibu saya mendengar peristiwa ini. Tak lama kemudian ketika saya pulang, ibu memarahi saya sambil berkata :
"pergi kamu ! kau tak layak tinggal di sini." Pembantu wanita Jain
membawa saya ke ltL.'tf dan meninggalkan saya di jalan. Namtrn tak lama kemudian, pembantu lainnya membawa saya ke nmlah bibi saya yang tak jauh dari rumah situ. Bibi saya memperingatkan sambi! berkata : "tahukah kamu? ibumu marah karena kamu telah menyakiti hati seseorang, untuk itu kamu tinggal di sini untuk sementara." Beberapa lama kemudian bibi datatlg ke rumah ibu untuk memintakan maaf, lalu ibu berkata : "ia akan saya rnaafkan kalau ia meminta maaf terlebih dahulu kepada pembantu itu". Lalu
sayap.un pergi ke pembantu t1la itu tmtuk meminta maaf sambiJ
menClUm tangannya.'
Atas peristiwa tersebut secara tidak langsung ibunya telah
membentuk kepribadian Sayyid Ahmad Khan. Suatu peristiwa yang telah
mengantarkannya ke arab kehidupan yang berbeda lagi yaitu peristiwa
wafat orang tuanya, Sayyid MuttaqI. Praktis pemasukan keuallgan semakin
berkurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hali. Hal itulah yang
mendorong Khan untuk mencari tambahan keuangan tmtuk menanggulangi
kebutuhan keluarga. 1a menjadi serichfedar (pembaca) di istana. Sayyid
Ahmad Khan yang teJal1 meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
Ahmad Khan yang telah meramalkan kejatuhan Mughal, memilih berdinas
pada Inggris. Pada tahun 1841, ia diangkat menjadi munisf (pegawai
peradilan) dan ditempatkan di Faatehpur Sikri.9
Peristiwa tersebut dapat kita Hhat bahwa Sayyid Ahmad Khan
tertarik pertama kali pada lnggris karena didorollg oleh kebutuhan lapangan
kelja dan dari sini mendorongnya ke suasana yang berbeda, yaitu dari
suasana keluarga Muslim yang terhonnat ke suasana kebudayaan barat
yang modem dan bam.
Dalam pada itu, kekaisaran Mughal makin kurang berarti sebagai
pusat pendidikan dan kebudayaan Islam. Sayyid Ahmad Khan sendiri
merupakan cnggota perhimpunan pujangga Delhi yang dilindungi Bahadur
Syah (Kaisar Mughal). Khan menyediakan waktunya yang luang untuk
studi privat dan riset. ,Pada 1847 risetnya membuahkan hasil
Asar-ul-Sanadid (Jejak-Jejak Besar). Buku ini memuat laporan menarik tentang
puing-puing Delhi lama, serta mengenai sejumlah sarjana sastra dan
orang-orang saleh pada masanya, buku yang sangat populer ini dicetak ulang
beberapa kali, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh M.Garcin
de Tasq pada 1861. Juga menarik perhatian di luar India, buku tersebut
membuat Sayyid Ahmad Khan dipilih menjadi anggota kehormatan the
Royal Asiatic Society pada 1864. la dipindahkan ke Byinore pada 1855.
9M.Hadi Husein,Syed Ahmed Khan, Pioner ofMuslim Resurgence, (Lahore: lnstitut Of
meneruskan aktivitas kesusastraannya, ia lalu menerbitkan 'Am-I-Akbari
Abul Fasol yang terkenal, Memoris Jahangir, dan Riwayat Ziauddin Barni
. k I lO
yang Juga terセ・ョ。 .
Usia Khan yang panjang, sekitar 80 tahun, dapat dibagi dalam empat
periode. Dua puluh tahun pertama adalah masa pendidikannya. Dua puluh
tahun berikutnya, 1837-1857, ditandai dengan sukses-sukses sebagai
pegawai peradilan digabungan provinsi, selama periode ini terjadi
pemberontakan pada 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah teljadinya
kekerasan bahkan ia menyelamatkan beberapa orang lnggris. Atas jasanya
inilah Sayyid Ahmad Khan mendapat gelar kehormatan Sir dari kerajaan
Inggris. Dua puluh tahun berikutnya (1857-1877) merupakan masa
minatnya kepada aktivitas kesejahteraan umum, khususnya pendidikan
masyarakat Islam. Dalam masa ini ia juga pergi ke Inggris untuk
mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan Barat dan tata kerja institut
pendidikan negeri itu. Periode keempat (1877-1898) merupakan masa
paling penting di dalam hidupnya. Dalam periode inilah ia mendapatkan
reputasi sebagai pemimpin politik dan pendidikan Islam di India terbesar
selama abad 19. Ia menciptakan sarana pendidikan jangka panjang bagi
negerinya dengan mendirikan Muhamadan Anglo Oriental College di
10Jamil Ahmad, Hundred Great Muslim, terj: Tim Penerjemah Pustaka Firdaus, (Jakarta:
Aligarh dan Perhimpunan Ilmuwan, serta mengadakan konferensi
pendidikan Islam seluruh India.II
Sayyid AlJl11ad Khan masih di Bynore saat pecah pemberontakan
1857. setelah Delhi diduduki kembali oleh Inggris, Sayyid Ahmad kembali
ke kota itu dan mendapatkan beberapa anggota keluarganya telah dibunuh,
dan ibunya dalam keadaan menyedihkan. Penderitaan ibunya, yang
meninggal di Meerut, secara tidak langsung berdampak terhadap psikologis
Sayyid Ahmad Khan. Pemeriksaan dan penuntutan yang buruk, serta
perampokan dan pembakaran oleh lnggris di Delhi. Bagian kota paling
bagus di Red Ford (Benteng Merah) sampai masjid Shah Jadan -- masjid ini
diduduki oleh Inggris -- diratakan jadi tanah, bahkan menjadi layaknya
sawah dibajak. Hal ini meninggalkan kesan sangat mendalam di benaknya.
Pengaruh terhadap pandangan hidupnyajuga sangat besar.12
Tragedi 1857 itu melahirkaan bukunya Asbdb-I-Baghawah-I-Hind
(Sebab-Sebab Pemberontakan India) yang diterbitkan pada 1859 dia
menyatakan bahwa jika kaum Muslimin bersalah, itu adaJah tudlillan yang
tidak beralasan dan hal itu dapat diatasi secara mudah dengan sedikit
kebijaksanaan dari pemerintah. Dalam the Loyal Mohammadans of India,
1860-1861 dia menunjukaan bahv,ra kaum bangsawan MuslimJah yang
II Ibid., Lihat pula Didin Saefuddin,Pemikiron Modern dan Postmodern Islam; Biogralr Intelektual 17 Tokoh, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003, Cet I) h. 37
memihak kepada bangsa asmg dalam pemberontakan itu. Sepanjang
hidupnya ia selalu tanggap menjawab tuduhan bahwa Islam pada prinsipnya
adalah pendukung kemerdekaan India dari Ingris. Ia mendirikan
lembaga-lembaga di beberapa kota yang menjadi bidang garapannya; ia mendirikan
himpunan penerjemahan pada 1862 ketika ia di Ghasipur. untuk pengadaan
buku-buku bagi sekolah-sekolah, dan untuk kalangan publik yang
berbahasa urdu pada umumnya, baik buku-buku sains maupun kesusastraan
Barat yang mungkin berguna agar rakyat bisa belajar untuk meninggalkan
kebodohan mereka dan untuk memahami kekuasaan serta keuntungan dari
pemerintahan Inggris.13
SaY'Yid Ahmad Kht;1 kemudian dipindahkan ke Aligarh, kota pusat
aktivitas pembaruan dan pendidikan, yang kemudian berkembang menjadi
pusat pendidikan di anak benua India. Walaupun ada penentangan
terhadapnya yang muncul dari kalangan Muslim kolot India, ia berhasil
mendirikan sebuah perguruan tinggi yang kemudian menjadi Universitas
Muslim Aligarh yang terkenal.14
Pada 1876, Sayyid Ahmad Khan mengundurkan diri dari
pemerintahan dan menetap di Aligarh. Berkat daya keras dan
13G.F.!. Graham,op.cil. .. h.52-54
ketekunannya, pada 8 januari 1877 batu pertama pembangunan perguruan
tinggi diletakkan oleh Lord Lyton, raja muda Inggris di India.
Sebagai penulis berbahasa Urdu dan Persia, Sayyid Ahmad Khan
menduduki tempat yang tinggi. Ia penulis subur yang meninggalkan
sedikitnya 25 karya sejarah, arkeologi, politik, agama, dan filsafat. Ia juga
mengedit tulisan 'Abdul Fazal, 'A in-I-Akbar, dalam buku ini ia tidak hanya
melakukan penyuntingan, tetapi juga menjelaskan terminologi-terminologi
administrasi Mughal, menganalisis asal-usul bahasanya, melengkapi
dengan gambar-gambar dan data numismatic serta menyertakan kebijakan
Akbar dalam bidang pajak, dan selain itu bukunya yang lain tentang
otobiografi kaisar Mughal Jahangir. Buku Asbab-I-Baghawdt-I- llind
(sebab-sebab pemberontakan India) merupakan 「オLセオ pertama tentang
pemberontakan itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Sir
Aucland Colin. Bukunya yang lain Asar-ul-Sanddid, disalin ke dalam
bahasa Prancis oleh Op Gracin de Tasey (1861). Sekembalinya dan London
ia mulai menangani Ta!J.zib -ul- Akhldqmajalah berbahasa urdu, pada 1870.
Melalui majalah ini ia mempropagandakan doktrin-doktrinya yang
informatif mengenai masyarakat dan agama. Selama di London ia
menyusun karangan tentang Nabi Muhammad SAW yang amat tebal, yang
agama seperti yang termaktub dalam Qur' an.IS
Sayyid Ahmad Khan dianugrahi umur yang panjang. Walaupun
demikian ia tidak pemah menikah, dan agaknya tidak tergugah oleh daya
tank wanita. Pada hari-hari akhir hayatnya, yang ia butuhkan untuk
istirahat, ia masih bekerja 18 jam sehari. Akhimya ia meninggal dunia pada
27 Maret 1889, pada usia 81 tahun,16
2. Sistematika Pemikiran Sir Sayyid Ahmad Khan
Bagi Sayyid Ahmad Khan, tak diragukan bahwa semangat ilmiah
modem hams menj adi kriteria untuk menilai bisa diterima atau tidaknya
suatu agama. Dinilai secara demikian, Islam terbukti, di antara
agama-agama di duma yang paling sesuai dengan hukum-hukum alam dan
al-Qur'an sangat mendukung penemuan ilmiah dan pengembangan ilmu.17
Islam adalah agailla yang mempunyai paham hukum alam atau sunah Allah.
Antara hukum alam, sebagai ciptaan Allah, dan al-Qur'an, sebagai kalam
Allah, tidak ada pertentangan. Keduanya mesti sejalan.
Penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi modem diperlukan
pemikiran dan pengembangannya. Oleh karena itu, akal mendapat
penghargaan tinggi dalam pandangannya. Namun sebagai seorang muslim
15Ibid.. ,h. 32& serta Lihat Taufik Adnan Amal,op.cit." h. 7
16lamil Ahmad, op.cit..,h. 323
17Fazlur Rahman,Islam and Modernity; Transformation ofan intellectual Tradition,terj:
yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan
tidak terbatas.18 Untuk terciptanya suasana semangat ilmiah dan penemuan
ilmu pengetahuan modern di kalangan umat Islam India, ia melakukannya
melalui dua pendekatan yaitu; pendekatan teoritis dan pendekatan praktis.19
Pendekatan teoritis, ia banyak menulis karya-karya ilmiah. Dengan
penulisan karya-karya ilmiah tersebut, ia berusaha merubah mental
masyarakat muslim India. Ia berharap agar mereka memiliki sikap dan
pandangan yang benar tentang Islam serta bersemangat dalam penemuan
ilmiah dan teknologi modern. Melalui tulisan-tulisan tersebut terlihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pemikirannya dapat terlihat
jelas, terutama setelah adanya kontak dengan pemikiran barat. J.M.S.
Baljon sebagaimana dikutip Taufiq Adnan Amal, melihat perkembangan
pemikiran Sayyid Ahmad Khan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
Pertama; stase pertama (1842-1857), masa ini disebut juga sebagai masa
kecemasan, ia merasa cemas dengan berbagai pemikiran yang muncul,
terutama adanya pertentangan pemikiran dari kaum tradisional yang
berlebih-lebihan dalam sikap dan pandangan mereka di satu pihak serta
pemikiran pemurnian kaum wahabi yang berpikiran radikal di pihak lain.
18 Harun Nasution, PembaharZlan dalam [slam, Sejal'ah Pemikiran dan gel'akan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2003. Cet XIV) h. 168
19John L.Esposito, Islam the Straight Path, (New York: Oxford University Press, 1988) h.
Dalam kecemasan yang ada itulah ia berusaha menjembatani mereka
dengan mengambil jalan tengah. Untuk itu, ia mengungkapkan ide-idenya
dengan menanggapi berbagai masalah yang muncul ketika itu yang
menurutnya perlu dikomentari. Masalah-masalah tersebut antara lain;
masalah riwayat hidup Nabi atau istilah yang sering digunakan Maulud
Nabi. Riwayat hidup Nabi Muhamad ditulis dalam bentuk syair-syair
ratapan yang sering digunakan orang Islam dalam merayakan 10 muharam.
Tulisan tersebut tidak banyak menyinggung biografi kehidupan Nabi. Oleh
karena itu, ia menulis dalam sebuah karya tulisnya yang berjudul Jila
al-Qulub bi Dzikr al-Afal1bub (1842). Dalam tulisan ini, ia menampakkan
gagasan pembaruannya di bidang agama Islam, yaitu uraian tentang
kehidupan Nabi secara singkat dengan menghilangkan kisah-kisah tahayul
dan kepercayaan-kepercayaan umum yang rusak dan tidak benar dari segi
sejarah.
Karya
Khan
yang kedua, Tulfa Hasan (1844) merupakanterjemahan bab 10 dan 12 buku Tub/a Itsna Asy 'ariyah, yang disusun Syah
'Abd al-Azls. Penetjemahan buku ini dilakukannya atas dorongan Maulana
Nur aI-Hasan. Bab 10 karya tersebut berisi celaan-celaan orang syiah
terhadap para sahabat Nabi dan Aisyah, disertai jawaban atas
cercaan-cercaan tersebut. Sedangkan bab 12 berisi istilah-istilah keagamaan syi'ah,
agama. Ia beranggapan bahwa mencela para sahabat Nabi merupakan hal
yangnom'en, tolol dan imajiner. Tetapi ia juga mengemukakan bahwa para
sahabat bukaniah orang-orang yang rna 'sum. Dengan demikian, jika ada
cerita-cerita mengenai mereka yang dapat dikritik, baik Ali ataupllil tiga
khalifah lainnya boleh dikritik.
Karya lain yang juga menampakan pemikiran pembaruannya, adalah
risalah kalimat al-Haq. Dalam tulisan ini ia berusaha meluruskan
penyimpangan-penyimpangan dalam tasawuf . Masalah pi,. (bimbingan)
spiritual dari seorang guru tare kat merupakan di antara masalah yang
dikomentarinya. Secara umum dalam pandangannya, pengabdian seorang
murid terhadap gurunya diperbolehkarl, asal tidak berlebih-Iebihan atau
pengkultusan. Aninya Khan tidak bermaksud menentang kedudukan
pembimbing dalam tasawuf, sebaliknya ia berusaha menempatkannya
dalam perspektif keagamaan yang lebih dapat dibenarkan. Sikap semacam
ini tampaknya jarang dimiliki para modemis muslim yang pada umumnya
menganggap sufisme sebagai anak haram agama Islam.
Beberapa karya pada periode ini, karya terakhimya adalah sebuah
terjemahan Urdu dari karya Imam al-Ghazali, Kimiya al-Sa'ddah. Karya
dari bahasa Persia ini dirampungkan Khan pada 1853 atas pemintaan
seorang sufi yang alim, Haji Imdadullah dari Tsana Bharan. Sebagaimana
kenta1.20 Dengan demikian dapat disimpulkan pada masa pertama ini tidak
mengherankan jika perkembangan pemikiran Khan memihak sepenuhnya
kepada gerakan pemurnian ortodoks yang ada ketika itu. lni terlihat dalam
semboyan yang selalu didengungkan bahwa batu uji terhadap
inovasi-inovasi keagamaan adalah al-Qur'an dan Sunnah Nabi serta para
sahabatnya.
Kedua, Masa Transisi (1857-1869), misi Sayyid Ahmad Khan untuk
menyelamatkan masyarakat dan mengangkat mereka pada taraf kehidupan
yang lebih baik muncul pasca meletusnya pemberontakan 1857. Maka
pada masa transisi iui Khan sadar bahwa demi keberhasilan misinya, ia
harus menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Dalam konteks inilah ia
menyusun Tabyfn KaIam Fi Talsfr Tawrat wa Injfl 'ala Milat
al-Islam. Komentar Bibel semacam ini memang belum pemah disusun
cendekiawan Muslim manapun.21 Adapun prinsip dasar yang digunakannya
dalam menyusun karyanya tersebut adalah COlformity to Nature
(Keselarasaaan dengan Alam), yakni antara ciptaan Tuhan (alam) dan
firman Tuhan (wahyu) tidak mungkin terjadi kontradiksi, tetapi
keselarasan.22
20Taufik Adnan Amal. op.cif.. ,h.48-56
21Ibid. h.57
Karya keagamaan lainnya yang ditulis Khan dalam periode transisi
Inl adalah AhMm-i-Tha'tim-I-Ahl al-Kit6b. Sebagaimana karangan
sebelumnya (Tabyfn al-Kaltim), karya ini juga disusun dalam rangka
menggalang hubungan baik Muslim-Inggris. Secara ulIlum isi dari karyanya
adalah berusaha memberikan justifikasi atas kebolehan makan bersama ahli
kitab, atau tegasnya orang-orang Inggris.
Melalui fatwa-fatwa -- dalam buku-buku karangannya-- pada masa
transisi ini, Khan berhasil meniupkan angin perubahan. Hal ini terlihat'
beberapa waktu kemudian telah terjadi rekonsiliasi antara Muslim-Inggris,
minimal indikatomya makan bersama Muslim-Inggris telah menjadi hal
yang lazim.
Ketiga, Periode Pemikiran Mandiri (1870-1898), sejak 1870, Khan
tidak lagi segan-segan berbeda pandangan dengan warisan-warisan
pemikiran keagamaan lama yang ditinggalkan nenek moyangnya. Dengan
mengadakan kajian serta penelitian serius di British Musium serta di
perpustakaan India Office, ia mampu mengembangkan pemikiran
keagamaanya. Dalam periode ini, Khan telah mampu mendefinisikan
bagaimana Islam seharusnya dipahami para intelektual Muslim modem.
Perubahan radikal dalam pemikiran keagamaan kLセ。ョ ke arah pemikiran
yang independen dan liberal ditandai dengan penerbitan karya
29
Buku ini pada dasamya untuk membantai karya polemik Sir William Muir,
Life ofMuhammad (1858).23
Perkembangan pemikiran keagamaan Khfm pada periode ketiga ini
amat berbeda serta lebih mandiri daripada dua periode sebelumnya. Kalau
dalam dua periode pertama Khan masih cendrung membahas hal-hal yang
bersifat supranatural, maka kini ia menegaskan posisinya yang berbeda dari
umat Islam lazimnya dengan mengajukan tesis bahwa "Islam adalah alam
dan alam adalah Islam".
Karena pandangan-pandangan Khan tersebut, maka tak heran kalau
pada akhimya ia tampak seperti seorang naturalis yang ber-Tuhan
(Naturalist Deist). Bagi mereka yang belum atau tidak menerima
pandangan-pandangannya itu, ia dianggap kafir. Bagi mereka, percaya
kepada hukum a1am mesti membawa kepada paham naturalisme dan
materialisme, yang akhimya membawa pula kepada keyakinan tidak
adanya Tuhan.24
Se1ain melalui karya-karya tulisnya sebagai upaya meningkatkan
mutu masyarakat muslim India, ia sadar akan perlunya pembaruan da1am
bentuk praktis, inilah yang ia sebut sebagai pembaruan da1am bidang
pendidikan.
2> Ibid.. ,h.69,
B. Latar Belakang Eksternal
Kemunculan suatu ide atau gerakan biasanya selalu di latar belakangi oleh
keadaan sosial, budaya, politik dan paradigma yang berkembang di suatu masa
atau tempat. Dengan pendapat seperti ini pula ide dan respon sir Sayyid Ahmad
Khan
dilatar belakangi oleh faktor-faktor luar berupa kondisi politik, sosial dankondisi pendidikan Islam di India.
1. Kondisi Politik
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal terutama setelah
pemerintahan Aurang Zeb menjadikan situasi dan kondisi politik yang tidak
menentu bahkan memprihatinkan. Puncaknya adalah penguasa pasca
Aurang Zeb yai:U Sultan Bahadur Syah (1837-1858) diusir dari istana,
setelah perlawanannya dapat dipatahkan oleh Inggris. 25
Selain kelemahan faktor kepemimpinan, kemunduran Mughal di
akibatkan oleh masuknya intervensi Inggris sejak mendapat izin dari Syah
Alam tahun 1761 melalui Serikat Dagang India Timur (East India
Company) dengan tujuan menguasai sumber-sumber komoditas India. Dan
ini merupakan langkah awal imperialisme Inggris di India.
25 Adapun di antara penguasa-penguasa setelah Aurang Zeb antara lain; Bahadur Syah I
(1710-1712), Jahandar Syah (1712-1713), Farukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah ( 1719-1748), Ahmad Syah ( 1748-1754), Alamghir II (1754-1759), Syah Alam (1759-1808), Akbar II (1808-1837) dan terakhir Bahadur Syah (1837-1858) Lihat dalam Dodwel H.H, The Decline of The Mug/wI Empire, dalam M. Th. Houtama, dkk (ed), First Encyclopedia of Islam (Leiden: EJ. Brill
h.14-15
Imperialisme Inggris di India secara umum di bagi menjadi dua fase.
Fase pertama, imperiaHsme Inggris di India ditandai dengan kekacauan
politik yang diakibatkan oleh ketimpangan ekonomi, dimana Inggris
menguras kekayaan sumber daya alam India dengan tidak
mempertimbangkan hak-hak rakyat terutama masyarakat muslim. Pada saat
yang sarna pengangguran mulai muncul karena banyak tenaga manusia
yang diganti oleh mesin-mesin. Kualitas semacam ini menimbulkan protes
keras terutama kalangan muslim yang sering disebut dengan golongan
"wahabi" India. Pada awalnya hanya seputar masalah keagamaan, akan
tetapi mulai berkembang menjadi protes-prates politik dan sosia1.26
Adalah Sayyid Ahmad Syahid pemimpin utama ァッャッョセ。ョ Wahabi
India yang membentuk gerakan mujahiddin untuk merealisasikan
perjuangannya. Kemudian berlanjut dengan peperangan melawan dua
musuh sekaligus (Inggris- Hindu). Perang ini sesungguhnya merupakan
konsekuensi logis dari ide-ide politik Sayyid Ahmad Syahid tentang Dar
aI-Islam dan Dar al-Harb dan upaya untuk menegakan kembali kekuasaan
Islam di India.27 Namun kuatnya Inggris menjadikan gerakan mujahidin
lemah bahkan kalah, dan Sayyid Ahmad Syahid sendiri gugur di medan
26 Mukti Ali, A/am Pikiran Islam lv/odem di India dan Pakistan (Bandung: Mizan 1992 )
perang dalam pertempuran melawan pasukan Sikh di Balekot pada tahun
1831.
Umat Islam yang secara kuantitatif menduduki posisi minoritas
sangat merasakan langsung akibat dari gagalnya perlawanan terhadap
musuh. Umat Islam terpojok karena Inggris menuduh bahwa umat iウャ。ュセ
lah sebagai dalang pemberontakan 1857, sehingga tidak hanya pemimpin
muslim saja yang menderita karena ditangkap bahkan dibuang, melainkan
juga masyarakat Islam India mengalami diskriminasi baik politik, sosial
maupun ekonomi.
Pada fase kedua imperialisme Inggris yang terjadi setelah peristiwa
pemberontakan 1857, di India muncul kelas - kelas menengah barn dan
disertai dengan injiltrasi kebudayaan liberal Inggris. Kelas barn ini terdiri
atas para pegawai dalam birokrasi, pedagang-pedagang kecil, administrator,
saudagfu' dan lain-lain. Mereka sangat bergantung pada imperialisme
Inggris dalam menjalankan fungsi-fungsi yang merekajalani.28
Dengan kata lain fase kedua ini Inggris menyebarkan paham-paham
mereka ke dalam tubuh umat Islam.
2. Kondisi Sosial
Konsekuensi logis dari kenyataan politik yang ada, terutama pada
fase awal imperialisme Inggris, antara lain adalah kesenjangan sosial yang
sangat jauh antara orang Inggris dan Hindu di satu pihak dengan umat
Islam di pihak lain. Kesenjangan ini terutama dapat dilihat dari aspek
ekonomi dan pendidikan.
Secara ekonomi, tidak hanya masyarakat Muslim India pada kelas
sosial paling rendah, tetapi juga para keluarga aristokrat muslim India.
Keadan ini dilukiskan, misalnya oleh Sir William Hunter dalam bukunya
Our India Musalmans; Are They Bownd in Conscience to Rebel Againts the
Queen ? ia menyatakan bahwa di setiap daerah, keturunan sebagian
penguasa hidup dalam keadaan lapar dan merana dengan beranda yang di
sana-sini sudah tambalan.29
Pihak lain orCUJg-orang Hindu justru mendapat perlakuan yang
istimewa dari penguasa Inggris dalam hal kedudukan atau posisi mereka di
kantor-kantor pemerintah. Hal ini tentu saja berimplikasi pada taraf hidup
orang-orang Hindu yang semakin meningkat secara ekonomi. Dalam hal ini
Hunter menyebutkan bahwa jumlah orang-orang Islam yang bekerja di
kantor-kantor kehakiman dan keuangan. Sementara posisi umat Islam di
beberapa departemen pun tidak dapat mempunyai kedudukan lebih tinggi
dari sekadar penjaga pintu, pengisi tinta dan tukang memperbaiki pena.3D
Keterbelakangan orang-orang Muslim, menurut Hunter bukan
karena dasar kerendahan yang ada pada masyarakat Muslim tetapi dapat
dilihat dari sebab-sebab historis yang menghadang kemajuan mereka.
Sekurang-kurangnya ada dua sebab penting yang dapat di identifikasi.
Pertama; adalah sikap orang-orang Islam yang mengabaikan pendidikan
modem, kedua; adanya kebijakan pemerintah Inggris yang bersikap
diskriminatif terhadap orang-orang Islam. Dalam hal ini segala macam
kedudukan berangsur-angsur dijauhkan dan orang-orang Islam dan
diberikan kepada orang-orang dari luar Islam, khususnya mereka yang
beragama Hindu.31
3. Kondisi Kependidikan Islam India
Kualitas umat Islam yang memang sudah mundur ditambah dengan
sistem pendidikan yang cendrung ambivalen (terasa ada perer..tangan)
dengan lebih mengembangkan pendidikan sufistik yang mementingkan
aspek-aspek batiniah, menjadikan umat Islam hanya mampu menguasai
ilmu agama dan ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan, seperti;
matematika, fisika, teknologi, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan
konsekuensi logis dan pemahaman mereka tentang sumber ilmu yang
menurut perspektif mereka bahwa ilmu atau pengetahuan itu hanya
bersumber dari wahyu. Kondisi tersebut jelas berbeda dengan kondisi umat
Islam pada masa keemasan (abad 8-13 M) di mana 8aat itu muncul
ilmuwan-ilmuwan Muslim yang tidak hanya mampu menguasai ilmu
agama tapi juga ilmu pengetahuan sekaligus.
Lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di India umumnya
berbentuk madrasah dan maktab. Madrasah dan maktab sebagai pusat
pendidikan umat Islam masih mempergunakan sistem pengajaran lama
hasil dari peninggalan abad pertengahan dengan fokus pengkajian agama
semata. Pada abad 17 terdapat sebuah madrasah yang cukup otoritatif
dalam studi keagamaan tradisional, yaitu madrasah Rahimiyyah yang
didirikan oleh Syah 'Abd Rahim, ayah al-Dihlawi. Pada abad ke-19,
khususnya setelah tahun 1857 madrasah yang cukup terkenal adalah
madrasah Deoband yang didirikan oleh para pengikut Sayyid Ahmad
Syahid yang tidak meneruskan perang sebagai strategi perjuangan.
Madrasah ini pada selanjutnya berkembang menjadi perguruan tinggi
agama yang kcmudian dikenal dengan nama Darul Ulum Deoband.
Gerakan pendidikan Deoband yang tokoh-tokoh utamanya antara lain;
Maulana Muhammad Qassim Nawantami dan Maulana Muhammad Ishaq.
Perguruaan tinggi ini dianggap setara dengan al-Azhar di Mesir dalam
bidang studi keagamaan.32
Sikap anti terhadap lembaga-lembaga pendidikan Inggris terus
disebarkan para Maulvi (ulama) kepada masyarakat. Maka jalan altematif
sekaligus sebagai
counter
terhadap apa yang disebut sebagai sekolah"kafir", para Maulvi membuka madrasah yang secara finansial maupun
administratifbebas dari campur tangan pemerintah. Tujuan sekolah tersebut
adalah memelihara warisan Islam terutama disiplin ilmu keagamaan dan
memelihara keutuhan kehidupan keagamaan kaum Muslimin India.
Akan tetapi sebenamya para Maulvi tersebut menghadapi problema
yang cukup dilematis. Satu sisi mereka menolak bahkan melarang umat
Islam India untuk memasuki lembaga pendidikan yang diadakan oleh
Inggris, tapi sisi lain mereka juga tidak memberi alternatif sistem
pendidikan yang relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat India
terutama pendidikan yang dapat memperbaiki kehidupan mereka secarl:'.
sosial, politik dan ekonomi. Memang madrasah-madrasah maupun
perguruan tinggi seperti Darnl Ulum Deoband telah menghasilkan produk
pendidikan yang cukup otoritatif atau malab unggul dalam disiplin ilmu
keagamaan, tapi dari segi persaingan dalam kehidupan sosial masih
tertinggal dan orang-orang Hindu India. Lembaga-Iembaga pendidikan
sepelii itu bukan saja tidak mampu melahirkan cendekiawan yang
menguasai sains dan teknologi sebagai prasyarat untuk kemajuan, tapi juga
tradisionaI, maksudnya ilmu yang sudah pernah diajarkan oleh ulama
zaman pertengahan, sehingga kurang akomodatif terhadap kemajuan.33
Dalam sebuah laporan dari komisi pendidikan di India pada tahun
1882 disebutkan tentang kondisi pendidikan 'umat Islam India. Dalam
laporan itu disebutkan antara lain tentang perbedaan antara pendidikan
Muslim dan Hindu. Ada tiga hal yang membedakan mereka yaitu;
a. Anak-anak Hindu dapat secara langsung mempelajari ilmu pengetahuan
umum, sedang anak-anak Muslim terlebih dahulu mendalami dasar-dasar
agama.
b. Orang tua Muslim beranggapan bahwa dengan memasukan anaknya ke
sekolah, mereka berharap agar anaknya nanti menjadi orang yang
terhonnat dan mulia, sedang orang tua yang beragama Hindu berharap
agar anaknya dapat bekerja di masyarakat kelak.
c. Orang tua Muslim yang berstatus sosial tinggi sangat jarang, sehingga
tidak dapat memberikan pendidikan yang sempurna terhadap
putra-putrinya.
33 Dalam kaitannya dengan sistem pendidikan, Fazlur Rahman menyatakan bahwa dalam
Atas tiga faktor ini tidaklahmengherankan kalau orang-orang Hindu
lebih maju dibandingkan dengan orang Islam yang cendrung lambat
memperolehnya. Sehingga kondisi kependidikan Islam India cendrung
EPISTEMOLOGI DALAM PERSPEKlIF ',"<
!
A. Sejarah Singkat Epistemologi
Pengetahuan (Knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial. aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir". Berpikir (natiqiyah)
adalah sebagai differentia (jashl) yang memisahkan manusia dari sesama
genusnya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan barangkali
keunggulan dari spesies-spesies lain karena pengetahuannya. Kemajuan
manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa
yang telah dan ingin diketahui manusia ?bagimana manusia berpengetahuan ?
apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki pengetlhuan ? kemudian
apakah yang diketahui itu benar?dan apa yang menjadi tolak ukur kebenaran ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana karena
pertanyaan-pertanyaan ini sudah teIjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk
ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah
dengan pisau ilmu maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu
akan berubah dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang rumit
(complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan
ilmu. maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan.
Perselisihan tentang persoalan-persoalan itu menyebabkan perbedaan dalam
cara pandang dunia (world view). sehingga pada gilirannya muneul perbedaan
ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam
sudut pandang dan ideologi. Atas
dasar
itu.
manusia - paling tidak yangmenganggap penting masalah-masalah di atas - perlu membahas ilmu dan
pengetahuan itu sendiri.
Dalam hal ini, ilmu tidak lagi menjadi satu aktifitas otak, yaitu menerima,
merekam dan mengolab apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi obyek.
Para pemikir menyebut ilmu ini dengan epistemologi (teori pengetahuan atau
nadzariyyah al-ma 'rifah)l
Filosof pertama di dalam tradisi Barat yaitu filosof pra Sokratik tidak
memberikan perhatian kep(lda cabang filsafat ini, sebab mereka memusatkan
perhatian, terutama kepada alam dan kemungkinan perubahannya sehingga
mereka kerap dijuluki filosof alam. Bam pada abad ke-5 SM seperti
Phitagoras (asal segala sesuatu adalah dati api), Protogorasnya (kebenaran
bersifat relatif), Georgias, serta para Atomis Yunani telah mengawaH
munculnya epistemologi, namun demikian Plato-lab yang dapat dikatakan
sebagai pencetus ke-epistemologi-an (the Real Originator of Epistemology)
karena ia telall menguraikan masalah-masalah mendasar mengenai
pengetahuan, apa itu pengetahuan, dimanakah pengetahuan dapat
diperoleh, sejauh mana bahwa sesuatu itu benar-benar pengetahuan, apakah
1 Beerling dkk, dalam buku beIjudul Pengantar FiJsafat Ilmu mendefinisikan filsafat ilmu
indera menghasilkan pengetahuan, dapatkah budi memberi pengetahuan,
apakah hubungan antara pengetahuan dengan keyakinan yang benar.?2
Aristoteles, mood Plato meneruskan ajaran gurunya, tapi dengan banyak
mengubah segi-segi mendasar. Teori pengetahuan Aristoteles dapat disebut
Realistik. Metode empiris yang telah dibukanya mendapat sambutan yang besar
pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561-1626)
dalam karyanya yang menonjol adalah the Advancement of Learning (1606)
dan Novum Organum (Organum Barn).3 Ide-ide Bacon tersebut menjadi
perintis Empirisme dan Positivisme.
Sementara Descartes (1596-1650) memberikan pandangan lain seputar
epistemologi, dalam Descourse of Methode, dimana Descartes yang dikenal
sebagai Bapak Rasionalis atau Bapak Filosof Modern membangun sistem
epistemologi atas kebenaran apriori dan rasio. Pandangan Descartes dengan
sistem epsitemologinya disanggah oleh kalangan Empirisme dengan tokohnya
John Locke. Dimana Locke lebih mementingkan pengetahuan inderawi
daripada pengetahuan lainnya, dalam pada itu Immanuel Kant (1724-1804)
membuat sintesa antara Rasionalisme dan Empirisme yang dikenal Kritisisme.
2 Paul Edward, (Ed) The Encyclopedia Of Philisophy, Vol III (London-New York: Mac
Milan Publishing Co, 1972 ) h. 9, Lihat pula Jerome R. Ravert, Filsafat llmu; Sejarah dan Ruang
Lingkup Bahasan,terj: Saut Pasaribu (Yogya: Pustaka Pelajar, 2004, Cet 1) h. 9-10
3 C.Verhak, Filasafat lImu Pengetahuan: Te/aah Kritis Atas Cara Kerja lImu-Ilmu,
Pemikiran epistemologi Post-Kantian di warnai oleh munculnya positivisme
Auguste Comte (1798-1857) dimana positivisme membatasi filsafat dan ilmu
pengetahuan ke bidang gejala-gejala saja.
Pada abad 20 epistemologi mengalami perkembangan yang ditandai dengan
munculnya pemikiran-pemikiran barn. Satu di antaranya muncul dari Lingkaran
Wina, suatu komunitas intelektual yang terdiri ataS smjana-satjana ilmu pasti
dan alam di Wina Austria. Pandangan yang dikemukakan Lingkaran Wina
disebut Neo Positivisme atau Positivisme Logis ataU Empirisme Logis. Dimana
menurut mereka filsafat hanya memiliki tugas tunggal yaitu memeriksa susunan
logis bahasa ilmiah. Maka kerangka pemikiran tersebut, epistemologi
dipandang semata-mata sebagai logika ilmu (The Logic of Science).
Epistemologi mengalarni perkembangan barn lagi dalam masa dua atau tiga
dasawarsa terakhir ini. Perkembangan itu ditandai dengan adanya perhatian
besar terhadap sejarah ilmu serta peranan yang dimainkan sejarah ilmu dalam
mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan
ilmiah yang sesungguhnya teIjadi. Perkembangan bam ini dinamakan
"pemberontakan terhadap positivisme". Tokoh-tokoh epistemologi ini antara
lain Thomas .S. Khun, Paul Feyerabend, N.R. Hanson, Robert Palter, Stephen
Toulmin dan Imre Lakatos.4.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa pembahasan seputar permasalahan
epistemologi sudah ada pada abad ke-5 SM, akan tetapi epistemologi menjadi
sebuah kajian sebenarnya belum terlalu lama, yaitu sejak 3 abad lalu yang
berkembang di dunia Barat. Bahkan istilah epistemologi pertama kali
digunakan oleh J.F Ferrier dalam karya Institute of Metaphyisics, dimana ia
membagi filsafat menjadi dua; Metafisika dan Epistemologi.5
B. Epistemologi Barat
Dunia Barat (Eropa) mengaIami kebebasan berekspresi dalam segala hal
yang sangat besar dan hebat sehingga merubah cara berpikir mereka. Mereka
telah bebas dari trauma intelektual. Adalah Renaisans yang paling berjasa bagi
mereka dalam menutup abad kegelapan Eropa yang panjang dan membuka
lembaran sejarah mereka yang barn. Supremasi dan dominasi gereja atas ilmu
pengetahuan telah hancur sebagai akibat dari runtuhnya gereja yang
memandang dunia dengan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama.
Maka dari itu muncullah berbagai aliran pemikiran yang bergantian dan tidak
sedikit yang kontradiktif, namun secara garis besar aliran-aliran yang sempat
muncul, sebagaimana yang telah sedikit disinggung dalam sejarah singkat
epistemologi adalah ada dua aliran, yaitu aliran Rasionalis dan aHran Empiris.
5Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy. ( New Jersey: Adam & Company, 1971 )
Descartes (1596-1650) sebagai Bapak Rasionalis Barat memberikan
pandangan tentang epistemologi sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya
Descourse ofMethodemenggambarkan metode idealnya, yaitu;
1. Tidak menerima sesuatu sebagai benar jika tidak memiliki idea yang jelas
dan terpilah
2. Menganalis masalah
3. Mulai dari pemikiran yang sederhana dan pasti ke masalah yang lebih besar
dan kompleks
4. Membuat perhitungan-perhitungan yang sempurna dan menyeluruh,
sehinggatalc satupun yang terabaikan dalam penelaahan.6
Metode ideal Descartes tersebut muncul karena persoalan dasar
dalam filsafat pengetahuan menurutnya bukan bagaimana kita dapat tahu ?
akan tetapi, mengapa kita dapat membuat kekeliruan?salah satu cara untuk
menentukan sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan ialah dengan
melihat seberapa jauh hal itu bisa diragukan bila kita secara sistematis
mencoba meragukan sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhimya kita
akan mencapai 'titik yang talc bisa diragukan sehingga pengetahuan yang
dapat dibangun di atas kepastian absolut.
Kaum rasionalis, selain alam tabiat atau alam; fisika, meyakini bahwa akal
merupakan sumber pengetahuan dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan.
Mereka menganggap akal-Iah yang sebenarnya menjadi alat pengetahuan.
Sedangkan indera hanya membantu saja, indera hanya merekam atau memotret
realita yang berkaitan dengannya, namun yang menyimpan dan mengolah
adalah akal. Karena kata mereka, indera saja tanpa akal tidak ada artinya.
Tetapi pengetahuan akal tanpa indera, hanya tidak sempurna, bukan tidak ada
artinya.
Pandangan kaum rasionalis tersebut di atas dibantah kaum Empiris,
khususnya John Locke, menurutnya pengetahuan yang sab dan benar hanya
lewat indera saja. Mereka menganggap bahwa otak manusia ketika lahir dalam
keadaan kosong dari segala bentuk pengetahuan, kemudian melalui indera
realita. Realita di luar tertanam dalam benak. Peranan akal hanya tiga, yaitu;
menyusun, memilah dan meng-generalisasi. Jadi yang paling berperan adalah
indera. Pengetahuan yang murni lewat akal tanpa indera tidak ada.
Konsekuensinya adalab realita yang bukan materi atau yang tidak dapat
bersentuhan dengan indera tidak dapat diketahui, sehingga pada gilirannya
mereka mengingkari hal-hal yang metafisik seperti Tuhan.
C. Epistemologi Dalam Islam
Titik sentral dalam epistemologi Islam adalah wawasan tentang yang Kudus
(Allah SWT). Hal ini juga yang membedakan cara berpikir Islami dari cara
Barat. Adalah keyakinan yang tidak tergoyahkan dan cam berpikir yang
tennasuk pengetahuan, berasal dari satu-satunya sumber yang tak lain 。、。ャセ
Allah. Oleh karena sumber pengetahuan adalah Yang Kudus, maka tujuan
pengetahuan itu tak lain adalah kesadaran mengenai yang kudus. Filosof
muslim seperti Ibn Miskawaih (932-1030) Imam al-Ghazali (1059-1111), Ibn
Khaldun ( 1332-1406), Syah Waliullah (1703-1763) dan Allama Muhamad
Iqbal, sependapat bahwa sumber semua pengetahuan adalah Allah. Secara
gamblang al-Qur'an menyatakan dalam bentuk sebuah cerita, bahwa pada awal
penciptaan, Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda. Adam
sebenarnya simbol manusia, sedangkan nama-nama benda berarti unsur-unsur
pengetahuan, baik yang duniawi maupun bukan duniawi. Ketika Allah bertanya
kepada para malaikat mengenai nama benda-benda yang Adam sudah
mengetahuinya dan dapat mengatakannya, para malaikat mengakui tidak
mengetahuinya, karena seperti yang tepat mereka katakan, mereka hanya
mengetahui apa yang telah diajarkan Allah kepada mereka.7
Cukup menarik untuk dicatat bahwa keunggulan Adam atas para malaikat
itu disebabkan oleh pengetahuannya yang telah diajarkan Allah kepadanya dan
bukan karena kesalehannya, oleh karena sudah pasti dalam hal kesalehan, para
malaikat lebih unggul daripada Adam.
Wahyu pertama yang diterima Nabi dari Allah mengandung perintah
"Bacalah dengan nama Tuhan-mu". Perintah ini mewajibkan orang untuk
7 C.A Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, terj: Hasan Basari (Jakarta:
47
membaea, artinya pengetahuan hams dieari dan diperoleh demi Allah. Ini
berarti wawasan tentang yang Kudus, yang memberi dasar hakiki bagi
pengetahuan, hams menyertai dan memberi proses pendidikan pada setiap