• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pesan dakwah dalam ESQ (Emotional, Spiritual, Quotient) Basic Training Leadership Center 165

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pesan dakwah dalam ESQ (Emotional, Spiritual, Quotient) Basic Training Leadership Center 165"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ABDULLAH SUNTANI NIM : 107051002149

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165, dibawah bimbingan Drs. Jumroni, M.Si

Training ESQ Leadership Center 165 didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan. Kemudian disebut dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadis.

Masalah penelitian ini yaitu analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ dan menghususkan penelitian pada materi basic training, dengan dua pertanyaan yakni, apa saja pesan dakwah yang terkandung dalan training ESQ 165? Dan apa pesan dakwah yang paling dominan dalam training tersebut?

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Analisis Isi (Content Analysis) melalui pendekatan kuantitatif, menurut Barelson, Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dalam teknik analisis data disebut kategorisasi pesan dakwah yang terdapat pada materi training, kemudian membuat lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya hasil tim juri dijadikan sebagai koefisien reabilitas dan terakhir melakukan penghitungan persentase mengenai pesan dakwah yang dominan.

(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham

kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui.

Namun karena kasih sayang Allah SWT, kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati dan kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak, maka

kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik. Demikian pula peneliti menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka melalui tulisan

ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan merangkap sebagai pembimbing,

Drs. Study Rizal LK, MA, selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rahmat Baihaki, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

(7)

iii

4. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Suntani dan Ibunda Siti Hatimah yang telah memberikan banyak hal yang berarti dalam kehidupan

penulis. Cinta, kasih, sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil yang semuan itu tak akan tergantikan dengan apapun.

5. Kakang Teteh; kang Imin (Muslimin), kang Nur (Nuryadi) teh Idah (Almaidah) dan kedua keponakanku (Sri Ayu Hartati dan Raisa Adilatun Najwa) yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan

materil yang berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak kenal menyerah dalam mencapai cita-cita.

6. Terhusus untuk Uwa/Ende (Almarhum Ende Suheruddin dan Ende Houjah) yang selalu turut memotivasi dan memperhatikan perkembangan penulis sejak memasuki pondok pesantren hingga perguruan tinggi. Semoga Allah

mengampuni segala dosa-dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Amin

7. KH. Hikmatullah A,Syam’un, M.Si pimpinan pondok pesantren Al-khairiyah Citangkil yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan kesempatan bagi penulis untuk mengukir dan mengamalkan ilmu.

(8)

iv

10.Special Thanks for Sahabat-sahabat Himpunan Alumni (HIMAL) Al-khairiyah, kakak-kakak Racana Fatahillah-Nyimas Gandasari Pramuka UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Rekan-rekan Berita UIN, penulis-penulis Padepokan Jejak Sastra (PJS) dan teman-teman alumni pondok pesantren

modern Ibadurrahman Tangerang, terimakasih untuk segala kenangan dan pengalaman manis kebersamaan kita. Semoga kita menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Amin

11. Teman seperjuangan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007 khususnya kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi selalu terjaga

antara kita meski sebatas via sosial media.

Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya

satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, 13 Januari 2013

(9)

v

KATAPENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi... 16

B. Pengertian Training (Pelatihan) ... 17

C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 18

1. Pengertian Dakwah ... 18

2. Tujuan Dakwah ... 21

3. Unsur-unsur Dakwah ... 26

1. Subjek / Pelaku Dakwah(da’i)... 26

2. Objek Dakwah(Mad’u)... 33

3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah) ... 35

4. Metode Dakwah ... 39

5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah) ... 41

(10)

vi

2. Visi ... 49

3. Misi ... 49

B. Sekilas Tentang Pendiri... 49

C. Metode, Materi dan Tingkatan Training ESQ... 53

1.Metode Training ESQ ... 53

2.Materi Training ESQ ... 54

3.Tingkatan Training ESQ ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pesan Dakwah dalam Training ESQ ... 68

1. Pesan Dakwah Dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent )... 69

2. Pesan Dakwah Dalam Bagian II ( Develiping Emitional Intellegent )... 70

3. Pesan Dakwa Dalam Bagian III (Lets’s Action ) ... 73

B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan Dalam Training ESQ Leadership Center 165... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(11)

vii

TABEL 2 ... 12

TABEL 3 ... 69

TABEL 4 ... 70

TABEL 5 ... 71

TABEL 6 ... 71

TABEL 7 ... 74

TABEL 8 ... 74

(12)

1

“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, ‘sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri”. (QS al-Fusilat:33)

Di antara kelebihan syariat Islam yang dengannya Allah menyempurnakan agama-Nya, dan merupakan nikmat yang sempurna adalah mengizinkan setiap muslim dan muslimah menjadi penyeru kepada Allah. Dalam Islam tidak ada monopoli dakwah., tidak ada tingkatan-tingkatan orang yang boleh berdakwah dan yang tidak.1

Memasuki abad 21, dunia dakwah menghadapi berbagai tantangan berkaitan dengan munculnya era globalisasi yang menciptakan tuntutan baru terhadap agama. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualsasi (reidentifikasi) firman-firman Tuhan dalam al-Quran. Jika tidak demikian maka agama Islam akan sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi

(13)

dalam berbagai dimensi kehidupan umat.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan di bidang pertahanan dan keamanan.

Disamping itu berbagai penyakit masyarakat seperti pencurian, perampokan, penodongan, korupsi, pelanggaran HAM dan sejenisnya merupakan problema mendasar umat Islam saat ini. Akses yang sangat mendasar dari problema tersebut adalah timbulnya pendangkalan iman, yang mendatangkan berbagai problem sosial dan keagamaan.3

Selain itu, Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum-minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.

2 A. Muis, Komunikasi Islam(Bandung: PT Rosda Karya 2001), h. 131.

3Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam

(14)

Oleh sebab itu, da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi mungkar”, sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, yakni mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah, memilih metode yang representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Secara konvensional, subjek dakwah terdiri dari da’i (mubaligh) dan pengelola dakwah.4

Komposisi subjek dakwah tersebut muncul karena dakwah selama ini lebih diartikan atau dititikberatkan pada dialog lisan (verbal) saja. Da’i sering diidentikkan dengan penceramah, sementara pengelola dakwah adalah penyelenggara kegiatan dakwah yang dilembagakan dalam institusi permanen (ta’mir masjid, pengurus pengajian dan sebagainya) atau institusi sementara dalam bentuk kepanitiaan. Subjek dakwah, lembaga atau pusat dakwah, adalah institusi atau organisasi yang menjalankan atau mempunyai usaha berupa kegiatan dakwah.5

Secara hakikat, Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilandasi secara tertentu, demi terwujudnya ajaran Islam dalam segala segi kehidupan. Kegiatan tersebut sering disampaikan secara individu atau pun kelompok melalui berbagai metode dan saran yang bertujuan

(15)

memberi perubahan dalam segala segi kehidupan karena dakwah bersifat universal.6 Maka dalam pelaksanaannya dakwah harus dapat menyentuh semua lapisan atau tingkatan, baik dari sudut budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan kemajuan teknologi.

Semua aspek kehidupan tersebut, selalu dikaitkan dengan solusi Islam yang berpedoman pada al-Quran dan hadis. Untuk itu dakwah Islam haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkrit dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.7

Untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal, maka perlu dukungan oleh para juru dakwah yang handal. Keandalan tersebut meliputi kualitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang juru dakwah yang sesuai dengan tujuan dewasa ini. Aktivitas dakwah dipandang sebagai kegiatan yang diperlukan keahlian. Mengingat suatu keahlian memerlukan penguasaan pengetahuan, maka para aktivis dakwah (da’i / muballigh) harus memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik dan empirik dalam melaksanakan kewajiban dakwah.8

6Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani,

(Wonosobo: Jakarta,2001) h. xiii.

7Munzier Suparta dan Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar Metodologi Dakwah Sebuah

Kajian (Jakarta: Kecana, 2003), Cet ke-1, , h.xiii.

8Asep Muhyidin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan

(16)

Dakwah dapat diucapkan, dituliskan, digambarkan, dibentukkan, dilakukan, diisyaratkan, dan lain sebaginya, menurut tingkat kesanggupan manusia yang melakukannya untuk mencapai daya guna yang setingi-tingginya. Yang menerima dakwah itu pun senang pula diberi dakwah. Makin indah dan menarik cara dakwah yang dilakukan, makin tertarik orang.9

Di era modern ini, juru dakwah perlu memiliki dua kompetensi dalam melaksanakan dakwah, yaitu: kompetensi substantif dan kompetensi metodologis. Kompetensi substantif meliputi penguasaan seorang juru dakwah terhadap ajaran-ajaran Islam secara tepat dan benar. Kompetensi metodologis meliputi kemampuan juru dakwah dalam mensosialisasikan ajara-ajaran Islam kepada sasaran dakwah (mad’u).10

Lembaga Training ESQ Leadership Center 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan, kemudian disebut dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits serta berlandaskan pada pilar-pilar Syariat Islam, yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam.

9M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: AL-mawardi 2004) h.ix.

10Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan

(17)

Training ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu menggugah dan mengubah kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda dari pelatihan lainnya bukan sekedar pelatihan kepemimpinan atau menejemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spriritual dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosional dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan dimensi spiritual manusia.

Lembaga tersebut dinilai mampu memberikan solusi yang terbaik yang mengembalikan semangat dan giroh untuk hidup dengan kembali pada ajaran Islam serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian: “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

(18)

2. Perumusan masalah

Melihat dari batasan di atas, maka penulis merumuskan masalah umum sebagai berikut: Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165?

Dalam bentuk kategorisasi dari masalah umum tersebut dapat dirincikan pesan dakwah sebagai berikut:

a. Bagaimana pesan Aqidah dalam ESQ Basic Training Leadership Center? b. Bagaimana pesan Syari’ah dalam ESQ Basic Training Leadership Center ? c. Bagaimana isi pesan Akhlak dalam ESQ Training Leadership Center? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan, maka ada beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian, yaitu: Secara umun untuk mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165. Namun, dalam bentuk kategorisasi dari masalah umum tersebut dapat dirinci isi pesan dakwah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pesan Aqidah yang terkandung dalam Training ESQ Leadership Center 165.

(19)

c. Untuk mengetahui pesan Akhlak yang terkandung dalam Training ESQ Leadership Center 165.

2. Manfaat penelitian 1. Segi Teoritis

Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan dakwah. Sehingga pesan-pesan dakwah dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan tujuan dan keadaan zaman

2. Segi Praktis

Untuk menambah wawasan aktivitas akademik dan praktisi dakwah agar dapat mengembangkan metode dakwah di lapangan serta dakwah yang disampaikannya mudah dimengerti dan diterima dengan berbagai macam model yang berkenaan dengan nilai-nilai yang bernuansa islami. D. Metodologi Penelitian

1) Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi.11 Pelopor analisis ini adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori tekhnik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

11Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi,(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta

(20)

Metode analisis ini juga diartikan sebagai objek data analisis secara manifest yaitu di analisis menurut apa yang dikatakan (tersurat) bukan menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).12

2) Penetapan Juri

Penelitian ini agar menjadi relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan, yang masing-masing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya, seperti aqidah, syariah dan akhlak.

Untuk memperoleh realibilitas dan validitas kategori-kategori, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu:

1. KH. Hikmatullah A. Syam’un, M.Si Ketua Yayasan Pondok Pesantren (Pengurus Besar) Al-khairiyah.

2. Dr Ahmat Tholabi Kharlie, MA dosen dan lektor kepala Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

3. Dr Hasana Ahmad Said, MA dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung.

Peneliti memilih ketiga juri tersebut, karena dinilai memahami pembahasan mengenai ajaran Islam dan menggeluti di bidang Agama Islam.

12Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan

(21)

3) Tehnik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan beberapa teknis diantaranya sebagai berikut:

a. Dokumentasi, adalah strategi yang digunakan ketika data tidak dapat diperoleh dari hasil wawancara atau observasi, yaitu mengumpulkan buku-buku, makalah, bulletin, majalah dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian13. Dengan kata lain dokumentasi yaitu sebuah catatan tertulis atau literarut yang relevan dan berhubungan dengan penelitian, seperti Profile Ary Ginanjar, Training ESQ, Program dan kegiatan ESQ serta lain sebagainya.

b. Pengamatan (Observasi). Yaitu metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat informasi sebagaimana disaksikan selama menjalani penelitian.14 Dalam penelitian ini penulis melakukan partisipasi penuh dengan cara merasakan dan menghayati apa yang dirasakan oleh responden yaitu dengan cara mengikuti pelaksanaan training ESQ atau kegiatan lain yang menyangkut dengan penelitian baik di Menara 165 (Graha 165) atau di tempat-tempat lainnya.

4) Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah peneliti mendapatkan rekaman siaran yang telah ditentukan sebagi sample penelitian. Kemudian, rekaman siaran terseut dijadikan

13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Usaha,

1989), h. 62

(22)

kedalam bentuk transkip data. Dalam pengolahan data ini, peneliti melakukannya dalam bentuk Codding Sheetatau lembar koding yaitu berupa tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori subjek yang hendak diukur.15 Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Isi Pesan Dakwah Training ESQ Leadership Center 165 yang menjadi pokok persoalan dan unit pengamatan adalah persatuan unit tema pesan dakwah yang menjadi pokok pembahasan. Kategori dibuat berdasarkan pesan dakwah yang terdapat dalam Training ESQ diantaranya: Aqidan, Syariah, dan Akhlak.

Tabel 1. Kategorisasi Isi Pesan

NO. Kategorisasi

1. Aqidah

2. Syari’ah

3. Akhlak

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangka pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah juga bisa diartikan sebagai iman kepada Allah, kepada malaikat, kitab suci al-Qur’an, iman kepada rasul dan hari kiamat dan iman kepada qada dan qadar.

15Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

(23)

Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi, akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang tinggi.

Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, mengatur hubungan sesama.

Peneliti menggunakan rumus dari Holsty (1969) yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien realibilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri sebagai berikut:

Koefisien Realibilitas =

Keterangan :

2M : Nomor keputusan yang sma antar juri N1, N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri.

Table 2.

Hasil Kesepakatan Antar Juri

Antar juri Item Kesepakatan Ketidak Sepakatan Nilai

Ke 1 dan 2 95 82 13 0,86

Ke 2 dan 3 95 79 16 0,83

Ke 1 dan 3 95 83 12 0,87

(24)

Setelah diketahui hasil dari ketiga juri yang telah dirinci dalam table di atas dari keseluruhan item dan juga telah diketahui nilai rata-ratanya. Hasil ini diperoleh dari menjumlahkan semua nilai dari kesepakatan tiga juri. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus komposit realibility sebagai berikut:

Komposit Realibilitas = ( )

( )( )

Keterangan :

N : Jumlah juri

X : Rata-rata koefisien realibilitas antara juri16 Nilai rata-rata = 2,56 : 3 =0,853

Komposit reliabilitas = ,

( , )

= ,

,

= 0,944

Perhitungan dari data di atas menunjukan tingkat validitas yang cukup, karena didasarkan pada penilaian dengan menggunakan tiga orang juri, sehingga tidak ada terjadi kekeliruan data dan penilaian dapat dikatakan akurat dan objektif.

Pada penelitian ini data akan dianalisis berdasarkan materi training ESQ 165. Setelah data terkumpul, kemudian penulis akan melaporkan,

16Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press 2006) h.

(25)

menggambarkan, mengklasifikasikan serta menginterpretasikan secara apa adanya untuk kemudian disimpulkan menjadi data yang valid dan realiabel.

Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengumpulkan bahan-bahan materi.

Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan sampai saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ. yang penulis temukan adalah, diantaranya Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA 86 Jakarta, Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165, penyusun Ratih damayanti angkatan 2005 dan Pengaruh Pelaksanaan Training ESQ Terhadap Kinerja Karyawan UIN Jakarta, penyusun Nadia Nurfitria angkatan 2007.

(26)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun atas lima bab yang masing-masing memiliki sub-sub dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:

BAB I Merupakan pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan terakhir tinjauan pustaka.

BAB II Bab ini membicarakan tentang pengertian analisis isi, pengertian training, pengertian dakwah beserta ruang lingkupnya.

BAB III Membicarakan tentang Training ESQ Leadership Center 165. Bab ini berisi sejarah ESQ, Visi-misi ESQ, Metode dan materi training ESQ. BAB IV Mengupas tentang analisis isi pesan dakwah dalam Training ESQ

Leadership Center 165. Bab ini berisi pesan aqidah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165, pesan syariah yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165, dan pesan akhlak yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165. BAB V Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari penelitian

(27)

16 A. Pengertian Analisis Isi

Dalam bukunya Jalaludin Rahmat menjelaskan, definisi analisis isi (Content analysis) merupakan tehnik penilaian untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, lukisan, novel dan lain-lain.1

Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi ialah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistemik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.2

Sedangkan menurut Agus Putranto menjelaskan, penelitian dengan menggunakan metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan penyajian data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara terperinci tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.3

Adapun tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3)

1Jalaludin Rahmat,Metode Penelitian Komunikasi,(Jakarta: PT Remaja Rosdkarya, 1993), h.

19

2Klaus Krippendorf. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi

3M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta:

(28)

membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui imej suatu kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi efek media.4

B. Pengertian Training (Pelatihan)

Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah sikap.5

Dalam SK Menpan N0. 01/Kep/M.Pan/2001 di lingkungan PNS, yang dimaksud pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek dari pada teori yang dilakukan seseorang atau sekelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu atau bebrapa jenis keterampilan tertentu.6

Selain itu, menurut Edwin B. Flippo yang dikutip Sedarmayanti, pelatihan adalah proses membantu pegawai memperoleh efektivitas dalam pekerjaan sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, fikiran dan tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap dengan tujuan: a). Increased productivity in terms of both quantity and quality (meningkatkan produktivitas

4Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Kounikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Andi

Offset, 2004), h. 171

5Sedarmayanti,Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen

Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 163

6

(29)

dalam jumlah maupun mutu). b). Reduced accident(Mengurangi kecelakaan. c). Reduced supervision (mengurangi pengawasan. d). Increased organizational stability and flexibility (meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas organisasi. e). Heightened morale(mempertinggi moral).7

C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Kegiatan dakwah sebagai aktivitas untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu usaha yang senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kata dakwah berasal dari bahasa arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan8. Kata dakwah (ةﻮﻋد) dalam ilmu tata bahasa Arab merupakan bentuk isim masdar dari kata kerja (fiil), yaitu “da,a -yad’u”(ﻮﻋﺪﯾ- ﺎﻋد)yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru. Dakwah menurut Prof Toha Yahya Umar MA dilihat dari dua segi yaitu dakwah secara umum dan dakwah menurut Islam.

a. Pengertian dakwah secar umum adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan –tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui , melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.

7

Sedarmayanti,Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 164

(30)

b. Menurut Islam adalah mengajak manusia kepada kebenaran yang sesuai dengan perintah Allah SWT dengan cara yang bijaksanaa untuk

kemaslahatan manusia itu sendiri didunia maupun dia akhirat.9

Menurut Prof. Dr Yunan Yusuf, yang mengutip Syaikh Al-babiy al-Khuli dakwah didefinisikan sebagai:

Upaya memindahkan situasi (Changing situation) manusia kepada situasi yang lebih baik. Pemindahan situasi ini mengandung makna yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dakwah harus merambah upaya bagaimana menciptakan kehidupan sejahtera, aman dan damai dengan mengembangkan kreativitas, baik individu maupun masyarakat, dalam konteks ini dakwah adalah juga suatu proses pemberdayaan.10

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah itu ialah suatu usaha yang terus menerus dari seorang da’i untuk menciptakan suatu perubahan menuju terciptanya suatu tatanan masyarakat yang berkeadaban yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Banyak pengertian dakwah dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan disiplin ilmunya. H. Endang Saifuddin Anshori berpendapat bahwa pengertian dakwah terbagi dalam dua bagian, pertama, dakwah dalam pengertian sempit yaitu penyampaian Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan maupun lukisan. Kedua, dakwah dalam pengertian luas yaitu, penjabaran, penerjemahan, dan pengamalan ajaran Islam dalam perikehidupan dan

9AH, Hasanuddin, Retorika Dakwah & Publisistik dalam kepemimpinan(Surabaya: Usaha

Nasional 1982), h. 34-35

10Yunan Yusuf, Dr. Metode dakwah, Naskah Panduan Bahan Ajar majelis ta’Lim DKI

(31)

penghidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, Iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya”.11

Dakwah dalam pengertian sempit, misalnya pendapat sebagian orang yang megatakan bahwa dakwah identik dengan tabligh (ceramah, pidato). Pandangan semacam ini menurut Amrullah Ahmad12

kurang mampu memberi jawaban yang lebih kongkrit terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat, karena dakwah hanya berada di mimbar-mimbar. Oleh karena itu, berdakwah selain dengan cara menyampaikan ( tabligh, ceramah, seminar dan lain-lain), juga harus diperkaya dengan pelaksanaan yang lebih luas, yaitu suatu kegiatan/usaha untuk merealisir ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.13

Lebih lanjut Hamka memberikan suatu uraian bahwa kata dakwah mempunyai makna lebih umum dari semta-mata tabligh.14

Dari pemahaman seperti itu, jelas sekali bahwa dakwah dapat dilakukan di banyak tempat dan oleh kalangan dari beragam profesi. Al-Khuli menegaskan bahwa da’i adalah orang yang menykini ideologi Islam dan mengajak kepada fikiran Islam dengan berbagai cara, baik tulisan, pidato, pembicaraan yang umum maupun yang husus serta dengan segala perangkat dakwah yang mungkin dilakukan. Seorang da’i adalah dokter yang mengobati segala penyakit jiwa dan memperbaiki keadaan masyarakat yang

11Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam(Jakarta: CV Rajawali, 1986) cet ke. I h. 190. 12

Amrullah Ahmad (ed) dakwah dan perubahan Sosial(Yogyakarta: Prima Duta 1983) h. 1.

13Ibid.

(32)

rusak. Ia juga seorang peneliti dan pengamat yang kritis. Dengan kata lain da’i adalah tokoh masyarakat, pemimpin politik, pelakun ekonomi, direktur, atau pemegang kunci strategis disetiap lini kehidupan. Semua fungsi diatas tidak mungkin dijalankan hanya dengan pidato. Ia juga bisa berfungsi sebagai teman, sahabat dan saudara bagi si kaya maupun si miskin. Sehingga seorang da’i harus mempunyai sifat kasih sayang dan kepedulian sosial yang tinggi, tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan. Semua sifat tersebut harus terinternalisasi menjadi satu karakter pada seorang da’i.

2. Tujuan Dakwah

(33)



“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imron: 110)

Masyarakat khaira ummah yang digambarkan dalam al-Quran tersebut menurut Imam Ibnu Katsir adalah sebaik-baik umat yaitu manusia yang memberikan kotribusi terbaik kepada manusia lainnya (anfa’un naas lin-naas) karena mereka menegakkan nilai-nilai kebenaran universal, dengan jalan menyeruh kepada kebaikan (al-amru bi al-ma’ruf), mencegah kemungkaran (nahyu ‘anli munkar)dan beriman kepada Allah.15

Menurut Nurcholis Madjid, manusia-manusia yang mengesakan Tuhan akan menemukan kepribadian yang utuh dan integral, dan hal itu hanya mungkin tercapai manakala seseorang memusatkan orientasi transendental hidupnya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebaliknya mereka yang menempatkan diri secara harkat dan martabatnya dibawah sesamanya atau, apalagi di bawah objek dan gejala alam, akan mengakibatkan kepribadiannya tak utuh. Karena ia akan kehilangan kebebasannya, dan hilangnnya kebebasan

15Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-adzim(Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2001) tafsir surat

(34)

itu mengakibatkan pula hilangnya kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkan diri ke tingkat yang setinggi-tingginya.16

Adapun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah dakwah, sehingga tujuan dakwahnya dapat tercapai. Muhamad Sulthon memperkenalkan dua macam teori untuk mencapai tujuan dakwah dimaksud, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW. Kedua teori tersebtu Adalah (1) Teori Medan Dakwah (2) teori tahapan Dakwah.

(1) Teori Medan dakwah

Teori medan dakwah melihat dakwah sebagai ikhtiar muslim mewujudkan khaira ummah. Ikhtiar itu merupakan refleksi tauhid yang wajib ditunaikan oleh setipa muslim dengan inti pendorongnya adalah nilai kebaikan (al-birr) dan kepatuhan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (al-taqwa). Pengaplikasiannya berbentuk amar ma’ruf nahi munkar. Tugas ini yang telah dibebankan menjadi suatu kewajiban pada setiap utusan Allah (Para rasul terdahulu) dan kemudaiin diwariskan kepada umat Muhammad SAW. Ikhtiar dimaksud berhadpan dengan situasi sosio-kultural yang mengandung nilai-nilai jahiliah yang berlawanan dengan khaira ummah. Kondisi seperti itu pernah terjadi pada dakwah Nabi Muhammad SAW ketika menghaddapi kaum jahiliah yang diperparah oleh para penguasa dan konglomerat yag menindas kaum

16 Noercholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Penerbit Yayasan Wakaf

(35)

mustadh’afin. Karena upaya Rasulullah yang begitu intensif dan tidak mengenal lelah memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, maka masyarakat jahiliah yang pada walnya menolak dakwah nabi lambat laun menerimanya dengan suka cita.17

(2) Teori Tahapan Dakwah

Teori tahapan dakwah memperjelas teori medan dakwah. Teori ini terdiri dari takwin, tandzim dan pendelegasian. Takwin adalah tahapan pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhid. Tahap ini oleh nabi Muhammad dimulai dengan iitisal fardli, yaitu berdakwah kepada orang terdekatnya sebagaimana tersirat dalam pada firman Allah:

Dan berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. As-Syu’ara:214).

Setelah itu iitisal jama’i yaitu masyarakat pada umumnya sebagaimana tersirat pada firman Allah:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangn segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dariorang-orang musyrik. (Q.S. Al-Hijr: 94).

17 Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, epistemologis dan

(36)

Adapun langkah dakwah Rasulullah pada tahapan ini, dimulai dengan dakwah bil-lisan (tabligh) dan dakwah bil-hal (pengembangan masyarakat) seperti dipresentasikan dengan Baiat ‘Aqabah. Internalisasi dan sosialisai itu merupaka pembebasan masyarakat dari tata sosial dan budaya tughyani, yaitu model budaya yang dicirikan oleh legalisasi perbudakan, pemasungan hak-hak asasi manusia, pelestarian juarang pemisah dalam stratifikasi sosial dan penguasaan asset ekonomi oleh kelompok tertentu. Dalam tahap ini Bai’at merupakan inti pendorong yang signifikan.mereka yang ikut bai’at membentuk masyarakat kecil sebagai basis komunitas dalam pembentukan masyarakat khaira ummah,18

yaitu masyarakat yag patuh pada aturan hukum yang disepakatai bersama dan membangun konsepsi kehidupan menuju kepada kebahagiaan lahir dan batin.

Tahap tandzimmerupakan tahap penataan dakwah yang berangkat dari hasil internalisasi dan sosialisai yang dilakukan pada tahap pertama. Tahap tandzimmengmbil bentuk institusionalisai Islam, yang diawali dengan hijrah nabi. Dalam tahan ini sub tahapnya meliputi pembangunan masjid, membentuk lembaga ukhuwah Islamiyah dan Basyariyah seperti Piagam Madinah. Tahap ini kemudian dilanjutkan dengan tahap pendelegasian yang dipresentasikan dengan pnyelenggaraan haji wada’, suatu tahap di mana

18 Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan

(37)

masyarakat Islam binaan Rasulullah Saw siap menjadi masyarakat yang mandiri sehingga siap menerskan perjuangan Rasulullah SAW.19

Teori tahapan dakwh sebagaimana dipresentasikan AmrullahAhmad di atas menggambarkan strategi dakwah yang didasarkan pada pencapaian tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tahapan tersebut sangat penting sebagai upaya melaksanakan dakwah yang konsepsional sehingga hasilnya realistis, terukur dan bisa dipertanggung jawabkan.

3. Unsur-unsur Dakwah

Di dalam berdakwah ada beberapa unsur: 1. Subjek/pelaku Dakwah (da’i).

Maju mundurnya Islam tergantung dari kegiatan dakwah yang dilakukan umatnya, karena dakwah pada hakekatnya adalah meningkatkan kualitas diberbagai sgei kehidupan, bagi mamsyarakat Islam khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu para pelaku dakwah mendapatkan kedudukan yang mulia di mata Allah. Sebgai mana firman-Nya: bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,

19Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,

(38)

Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S An-Nisa: 69)

Ayat Al-Quran tersebut menggambrakan bahwa orang yang taat kepada Allah dan rasul-Nya mereka akan diberikan posisi yang mulia yaitu berupa nikmat dimana mereka kelak berada bersama nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang-orang-orang yang berjuag di jalan Allah kemudian mati syahid dan beserta orang-orang yang saleh dan mereka itulah sebetunya orang-orang yang akan selamat hidupnya dan mencapai kebahagiaan hakiki. Ada dua kategori da’I (pelaku dakwh) yaitu:20

a. Dakwah Individual (dakwah fardlu ‘ain)

Dakwah sebagai fardlu ‘ain adalah bahwa setiap pribadi muslim merupakan pelaku dakwah. Kewajiban dakwah oleh setiap individu muslim didasarkan atas firman Allah:

Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S At-taubah:41)

20

(39)

Dari ayat tersebut tergambar bahwa tugas sebagai individu muslim adalah menjaga dan melindungi agama dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan bahwa semua problematika yang dihadapi umat Islam itulah sesungguhnya problematika dakwah. Sebagai mana telah disebut sebelumnya, bahwa tujuan dakwah adalah membangun khara ummah, maka upaya untuk menjuju ke arah itu tiada lain umat Islam harus melakukan jihad fi sabilillah(kerja keras dijalan Allah dalam berbagai segi kehidupan). Menurut Qurais Shihab perintah berjihad pada hakekatnya adalah untuk kemaslahatan (kebaikan) dan ayat tersebut memerintahkan untuk menuju ke medan jihad dengan bergegas dan penuh semangat baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, kaya atau miskin, kuat atau lemah sesuai dengan kemampuannya dan jihad itu harus disertai harta dan dirimu di jalan Allah.21

Kewajiban dakwah secara individual ini dapat dilakukan oleh berbagai profesi seperti ulama, kaum cendekiawan, dokter, seniman, poltikus , birokrat dan siapa saja kaum muslimin di mana mereka melakukan kegiatan dakwah berbentuk tabligh/menyampaikan pesan

21M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta:

(40)

sesauia dengan hadits rasulullah Sampaikan sesuatu yang datang dariku walauoun hanya satu ayat.

b. Dakwah Kolektif (dakwh fardlu kifayah)

Agama Islam juga memerintahkan untuk berdakwh secara kolektif (organisasi) yaitu dakwah yang dilakukan oleh keompok individu, institusi atau lembaga untuk menuju kepada satu kekuatan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ditengah masyarakat. Karena dengan dakwah secara kolektif maka kegiatan dakwah dapat diarahkan kepada pengorganisasian secara lebih profesional dan melibatkan banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu sehingga efektivitas dakwah dapat dilaksanakan secara maksimal.

Ada beberapa alasan mengapa dakwah kolektif /organisasi menjadi fardlu kifayah karena dalam dakwah kolektif yang terorganisir terdapat kegiatan yang bermanfaat yang tercermin sebagai berikut:22

1. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melayani masyarakat, misalnya organisasi Majelis Ta’lim seperti BKMT dan FKMT adalah melayani jamaah dalam merespon kebutuhan dan persoalan2 yang dibutuhkan umat.

22

(41)

2. Unruk mencapai sasaran yang sulit atau tidak mungkin dicapai seorang diri.

3. Untuk mempertahankan suatu pengetahuan atau idealisme. 4. Untuk menyediakan karis dan terciptanya pengkaderan.23

Adapun kewajiband akwah kolektif ini tertuang dalam firman Allah SWT:

Dann hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali ‘Imran:104)

Dari pemahaman ayat yang disebutkan di ata, Sayyid Quthub mengindikasikan keharusan didirikannya sebuah koletivitas dakwh di tengah komunitas masyarakat yang tujuan utamanya adalah menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkiran. Keharusan tugas dakwah ini menurutnya dilakukan oleh pemerintah/penguasa di mana kelompok ini dianggap memiliki kekuasaan untuk mengajak seluruh aparat, unit-unit yang dibawh naungannya, dan masyarakatnya dalam rangka melaksanakan

23Ati Cahayati, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Penerbit PT. Grafindo,

(42)

aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.24 Aturan-aturan tersebut berupa hukum-hukum yang telah ditetpkan dalam al-Quran dan hadits yang orientasinya diarahkan pada pembentukn / perwujudan rasa keadilan, terciptanya kesejahteraan, kedamaian dan kebahgiaan di tengah-tengah masyarakat.

Seorang da’i harus memiliki keimanan yang mendalam yaitu keyakinan akan kebenaran agama Allah. Posisi keimanan tersebut harus mampu membangun diri menjadi manusia paripurna atau manusia digital.25Manusia seperti itu hanya mengenal bilangan 0 (nol) dan 1 (satu). 0 (nol) mengosongkan otak dari fikiran yang jelek dan hati yang rusak dalam memposisikan diri di hadapan Sag Khalik. Satu (1) hanya berprinsip kepada yang Esa. Ketika diri seseorang telah mencapai titik nol (0) berarti ia siap membangun mental tauhid. Mental tauhid inilah sebagai bekal keimanan sejati dalam menjalankan dakwah. Keimanan ini harus terus diyakininya sekalipun ia hanya seorag diri, da’i tidak boleh goyah kendatipun orang-orang kafir dalam jumlah dan kekuan yang besar. Keimanan yang kuat dan pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam akan menjadi daya dorong munculnya semangat juang untuk melakukan jihad di jalan Allah.

24

Sayyid Quthub: Tafsir Fi Dzilali Al-Qur’an, Jilid. 1, hal. 444.

25Ary Ginanjar Agustian, ESQ Mencerahkan Emosi dan Spiritual, dalam “NEBULA” Nomor

(43)

Keimanan tersebut akan termanifestasi dalam sifat-sifat mulia antara lain:

1. Zero Paradigma. Yaitu sebuah keadaaan dimana seseorang mampu untuk berjiwa jernih kemudian menemukan siapa Tuhannya. Sehingga pada akhirnya ia menemukan potensi tersembunyi dalam dirinya untuk meraih goal(tujuan) perjuangan.

2. Rasa Cinta (Mahabbah) kepadaAllah. Cinta atu mahabbah merupakan ruh bagi kecerdasan ruhani yaitu keinginan untuk memberi dan tidak mengharapkan imbalan (pamrih). Rasa cinta yang mendalam kepada Allah merupakan kecerdasan ruhaniah yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi. Kecerdasan ini mampu memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbuat dengan sebaik-baiknya yang disertai dengan tanggung jawab sebagai bentuk cinta kepada Allah (mahabbah lillah)yang merupakann kebenaran tertinggi.26

3. Rasa Takut, yaitu rasa takut kepada Allah SWT. Kondisi ini merupakan puncak dari segala hikmah. Barang saipa takut kepada Allah maka ia tidak akan takut kepeda siapapun, dengan demikian

26Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian

(44)

apapun yang terjadi rintangan didalam kegiatan dakwahnya, tidak akan membuatnya surut dalam menegakkan kebenaran illahi.27 2. Objek Dakwah (mad’u)

Dalam litertur dakwah tidak ada kesepakatan dikalangna ilmaun dakwah mengenai jumlah rumpun mad’u. sementara dalam sural Al-Baqarah mad’u dikelompokan dalam tiga rumpun yaitu, mu’min, kafir dan munafik. Sebagaimana dikatakan mujahid: “Empat ayat di awal surat Al-Baqarah mendeskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat mendeskripsikan sifat orang kafir dan ketiga belas ayat berikutnya mendeskripsikan sifat orang munafik”28ayat tersebut adalah:



Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak(Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. x-xi

(45)

Artinya:

Alif laam miin. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang-orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Q.S Al-Baqarah:1-9)

Dalam realitanya, kelompok mad’u dapat dibagi dalam berbagai kelompok baik pendidikan, ekonomi, status sosial dan sebagainya. Karen itu pula Dr. Yunan Yusuf mengelompokan mad’u dari berbagai tinjauan yaitu:29

1) Ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran Islam, madu terbagi dua, muslim dan non muslim.

2) Mad’u ditinjau dari tingkat pengetahaun agamanya terbagi tiga, ulama, pembelajar, dan awam.

3) Mad’u ditinjau dari struktur terbagi tiga: pemerintah (al-mala), masyarakat maju (al-mufrathin)dan terbelakang (al-mustadh’afin).

29

(46)

4) Madu ditinjua dari prioritas dakwah, di mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan seterusnya.30

3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah).

Pesan (massage)terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the content of massage) dan lambing (symbol) untuk mengekspresikannya.31

Maddah Dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’I kepada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri.32Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:33 (1) Al-qur’an dan Hadits. Merupakan sumber utama ajaran islam. Oleh karena itu materi dakwah Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam. (2) opini Ulama. Islam menganjurkan umatnya untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan hokum-hukum yang sangat operasional sebagai tafsiran dan akwil al-Quran dan hadits. Maka dari hasil penelitian dan pemikiran para ulama ini, bias dijadikan sumber ke dua, dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan al-Quran dan Hadits dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.

30Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim(Jakarta: FKMT tt) h. 12. 31Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2003), cet. Ke-3, hal. 312

32

M, Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 24

(47)

Istilah materi dalam bahasa indonesia diartikan sebagai suatu yang dijadikan bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, diterangkan dan sebagainya.34

Menurut Wardi Bachtiar, materi dakwah adalah al-Islam yang bersumber dari al-Quran dan hadits sebagai sumber utamanya yang meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.35

Dengan demikian al-Quran dan hadis merupakan materi dasar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang da’i disamping keahlian dibidan keilmuan lainnya.

Di samping itu materi dakwh bisa diperkaya denagn pendpat Prof Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya” berupa aqidah, syariah yang didalamnya hukum dan perundang-undangan Islam, Filsafat dan Mistisme (tasawuf), Politik Islam, Ekonomi Islam, Sejarah Peradaban Islam, Estetika dan Seni Islam.36

a. Aqidah

Secara etimologi berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.37

Aqidah dalam

34Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai

pustaka 1989). H. 566.

35Wardi bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,(jakarta: Logos 1997) h. 33-34. 36

Harun Nasution, Prof. Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek(Jakarta: UI Press 1998).

37Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h

(48)

islam bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.

Menurut bahasa, aqidah di ambil dari kata al-Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah, Aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruk-Nya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.38

Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh rasulullah SAW, dalam sabdanya: “Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan percaya kepada ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk”.

b. Syariah

Syariah secara etimologi berarti jalan. Syariah Islam adalah suatu system norma ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antar manusia dalam alam lainnya.39

38Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah; Sesuai al-Quran,

as-Sunnah dan pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), h 3-4

39Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h

(49)

Syariah dalam islam, berhubungan berat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hokum Allah guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia. Maksudnya, masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesame manusia, seperti hokum jual beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-amal salaeh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minuman keras, berzinah, mencuri dan lain-lainnya.40

c. Akhlak

Akhlak atau budi pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.41 Secara garis besar, akhlak islam mencakup bebrapa hal, yaitu:42 1. Akhlak manusia terhadap khalik

40Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 60-61. 41

Samsul Munir Amin,Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-92

42Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),h.

(50)

2. Akhlak manusia terhadap makhluk a. Akhlak terhadap manusia

yaitu diri sendiri, tetangga dan masyarakat luas lainnya. b. Akhlak terhadap bukan manusia

Yaitu flora, fauna dan sebagainya. 4. Metode Dakwah

Istilah metode berasl dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.43 Sedangkan dalam bahasa arab kata metode biasnya disebut thariqatatau manhaj yang juga mengandung arti tata cara. Sementara dalam bahasa indonesia metode diartikan: “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud tertnetu, cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Metode merujuk pada cara kerja yang teratur, terorganisir dan sistematis atau bersistem.44

Dengan demikian metode dakwah berarti cara yang ditempuh guna mencapai tujuan dakwh.

Dr. Wardi Bachtiar berpendapat bahwa metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai

43Fuad hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Aspek metodologi Ilmiah, dalam:

Koentjaraningrat (ed) Metodologi Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977) h. 16.

44Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(51)

tujuan tertentu.45 Adapun ayat al-quran yang berkaitan dengan metode

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S An-Nahl: 125)

Ayat tersebut menjelaskan landsan dasar metodologi dakwh yang terdiri dari bil hikmah, bilmau’idzatil hasanah dan dakwah mujadalah.46 Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalnya yaitu dakwah dengan lisan (bil lisan)tulisan (bil Kitabah), seni dan contoh perbuatan (bil Hal). Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah an lain-lain. Dakwh dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabat, spanduk, lukisan-lukisan dan lain-lain. Dakwah bil hal berupa prilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia, memlihara anak yatim, mendirikan lembaga pendidikan dan lain-lain.47

45

Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34.

(52)

Metode dakwah sebagiman dikemukakan al-Quran tersebut dipergunakan Ary Ginanjar Agustian sebagaiman ia lakukan melalui ceramah-ceramahnya maupun yang terdapat dalam trainingnya. Begitu pula dengan dakwah bil kibah ia lakukan dengan terbitnya bebrapa karya tulis baik dalam bentuk buku maupun tulisan di media Nebula dan media lainnya seperti brosur, pamflet dan lain-lain.

5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah)

Dalam menjelaskan kegiatan dakwh seorang da’i tak cukup hanya mengandalkan ceramah, khutbah, tabligh dan lain-lain, akan tetapi diperlukan pula saran lainnya yaitu media, baik media cetak maupun elektronik. Media-media tersebut adalah media pendukung bagi kegiatan dakwah yang berarti peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah.48

Pada zaman modern media dakwah telah berkembang sedemikian cepat dengan ditemukannya teknologi seperti televisi, video, kaset remkaman, majalah, surat kabar dan lain-lain. Media dakwah era millennium berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Media tersebut sangat diperlukan dalam menunjang bagi suksesnya kegiatan dakwah karena teknologi informasi (TI) tersebut jangkauannnya sangat luas (tanpa

(53)

mengenal batas). Diantara bebrapa media yang dapat diergunakan sebagai pendukung kegiatan dakwah adalah sbb:

a. Media cetak

Media cetak adalah media yang dihasilkan dari produk mesin percetakan baik berupa buku, majalah, surat kabar, selebaran, brosur dan lain-lain yang isi dan materinya tentang agama, baik uraiannya dengan dalil-dalil agama maupun bertema agama atau berupa bahasan dengan tinjauan kacamata agama.49 Penyajian melalui media cetak ini perlu ditampilkan secara menarik baik isi maupun format serta design sehingga mendorong minat baca dan rasa ingin tahu.

b. Radio dan Televisi

Merupakan suatu media dakwah yang sangat efektif karena jangkauannya yang sangat luas dan jauh. Oleh karena itu pemanfaattnnya agar digunakan seefektif mungkin dengan menyajikan materi yang bervariasi agar diterima oleh mad’u dan mereka terpengaruh melalui tayangan yang disajikan.50

Selain radio dan televisi media lain yang menarik adalah film yang pembuatannya memrlukan dana yang tidak sedikit dan diperlukan keahlian tersendiri. Karena hasilnya untuk masyarakat, maka perencanaanya harus disusun secara matang dengan mengikuti

49

Yunan Yusuf, Buku Panduan Pelaksana Tugas Penyuluhan Agama Utama (Jakarta: Deartemen Agama RI 2003)h. 5.

(54)

sertrakan para ulama agar tidak terjadi hal-hal yang negatif, untuk itulah maka dalam pengunaan media ini di perlukan pendekatan dan motivasi yang kuat.

c. Media Visualisasi

Media ini merupakan alat untuk menampilkan sesuatu dalm bentuk gambar seperti lukisan, foto, grafik, maupun gambaran tentang teori-teori atau sistem-sistem kegiatan baik organisasi, dakwah, penerangan, kebudayaan pembinaan masyarakat dan lain-lain. Untuk menyajikan visualisasi perlu adanya perencanaan yang matang tentang apa yang akan ditampilkan. Dengan demikian bahan dan data perlu dicari dan dikupas sedemikian rupa, sehingga betul-betul menjadi bahan pokok yang menjunjung perencanaan tentang apa yang ditampilkan. Satu hal yang sangat penting ialah, bagaimana menmpikan datanya dengan motif dan bentuk yang menarik dan mudah dilihat/dipahami, sehingga orang terkesan akan apa yang dilihat, yang mencerminkan bahwa sesuatu kegiatan yang merupakan manifestasi keimanan atau kehawtiran itu menarik, logis dan membawa rasa aman bahagia.51

d. Media Elektronik

Media elektronik dimaksud kan sebgai alat yang menggunakan tenaga listrik, baterai atau aki sesuai dengan keperluan situasi dan

(55)

tempat dan oleh karena itu alat tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.52 Untuk menampilkan film misalnya diperlukan proyketor. Melalui film misalnya mad’u diajak menikmati sajian dakwha yang tidak membosankan karen di dalamnya terkandung unsur hiburan, demikian pula VCD, in focus dan lain sebagainya. Sebagai saran pendukung kegiatan dakwah dewasa ini media elektronik seperti yang ditampilkan melalui film merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakan. Bahkan dengan proyektor atau LCD materi dakwah dapat divisualisasikan sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan mad’u tidak jenuh untuk menikmati dakwah yang disuguhkan.

6. Efek Dakwah (Atsar al-Da’wah)

Dalam komunikadi dakwah, efektifitas dakwah akan dinilai sejauh mana da’i dapat mempengaruhi mad’u di dalam penympaina pesan dakwahnya. Pengaruh dakwah tersebut harus menciptakan sebuah perubahan dalam diri seseorang atau masyarakat menuju terciptanya situasi yang lebih baik atau bernilai positif sesuai dengan apa-apa yang dipesankan Allah melalui al-Quran dan hadis.

Sebagai sebuah pesan, dakwah adalah pesan da’i kepada madu sehingga madu mengikuti apa yang dikehendaki oleh da’i yaitu tertanamnya nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran dan hadits. Pengaruh dakwah ada/memiliki indikasi-indikasi yaitu tertanmmnya

(56)

keimanan dalam diri seseorang sehingga mereka dpat menjalankan apa yang dipesankan oleh da’i tersebut. Indikasi dari efek dakwh tersebut antara lain tercermin dalm firman Allah:



Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(Q.S Al-Anfal: 02)

Dari ayat tersebut dikemukakn bahawa efek dakwah bagi madu ialah apabila tertanam rasa keimanna yang mendalam melalui teraplikasinya keimanan tersebut dalam gerak kehidupan seseorang baik dalam kontek hubungan kepada Allah seperti melaksanakan sholat dengan khusu, rajin qiyamullaildan ibadah mahdhah lainnya.53Begitu juga dalam konteks hubungan sesama manusia, dengan mengawali niat karena Allah eseorang merasa gelisah hatinya untuk menolong orang lain bila orang tersebut mendapat kesusahan dan kesulitan, memiliki berbaik sangka (positif thinking, khusnudzan) dan ingin terus menerus berbuat baik, menyambung silaturrahmi da lain sebagainya.

53

(57)

46 A. Profil ESQ Leadership Center 165

1. Sejarah Berdirinya ESQ

Training ESQ adalah training kepemimpinan dan pengembangan kepribadian dengan tujuan membentuk karakter tangguh yang

memadukan konsep kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara terintegrasi dan transendental.1 Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai lembaga ini

adalah ingin menjadikan Indonesia emas pada tahun 2020 dan dunia emas 2050. materi dasar training ini adalah bersumber dari al-Quran

dan hadis. Mengajarkan 7 Nilai dasar yang terdiri dari Jujur, Tanggung Jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, dan peduli. Salah satu tujuan training ini aadalah menjadikan pesertanya cerdas

emosi dan spiritual berdasarkan dari pancaran 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam.

Berawal dari sebuah buku “ESQ” yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk Training ESQ yang diluncurkan pada 6 Juni 2006. Buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian, sebuah buku

laris (best seller) yang berisikan membangun kesuksesan berdasarkan 5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman. Meningkatnya minat baca

1

(58)

masyarakat terhadap buku ESQ menjadikan buku ini “National Best Seller”. Melihat semangat pembaca yang tinggi, diterbitkanlah buku

kedua, ESQ Power yang lebih menajamkan pemahaman ke dalam diri dengan landasan Ihsan. Buku itu pun semakin menarik perhatian masyarakat luas. Untuk lebih menyempurnakan lagi, terbitlah buku ke

tiga yang merupakan pembaharuan dari buku pertama, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual yang telah

dicetak sebanyak lebih dari 400.000 eksemplar. Tak salah bila buku itu juga termasuk kategori best seller. Seluruh isinya merupakan proses pembelajaran dan pengalaman Ary Ginanjar Agustian selama

kurun waktu lebih dari sepuluh tahun.

Setelah 10 tahun berdiri, sejak 16 Mei 2000, ESQ LC telah

menjadi salah satu lembaga pelatihan sumber daya manusia terbesar di Indonesia. Setiap bulan terselenggara rata-rata 100 even training di dalam maupun luar negeri, dan menghasilkan alumni per bulan

rata-rata 10.000-15.000 orang. Sampai dengan saat ini, telah terselenggara lebih dari 5,000 training (data per Nopember 2010) dengan total

alumni hampir 1 juta orang (data per Nopember 2010). Untuk melaksanakan itu semua, ESQ LC saat ini didukung lebih dari 500 orang karyawan.

Sejak tahun 2006, mulai diselenggarakan training di luar negeri seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, dan

Gambar

Tabel 1.Kategorisasi Isi Pesan
Table 2.Hasil Kesepakatan Antar Juri
Table 3
Table 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

 Jika nilai pita input tidak sama dengan pita work maka berhenti, status berubah ke state qhalt dan head pada pita output bergerak ke kanan dan member nilai 0 yang

Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Pontianak sebagai kota perdagangan dan jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, sebaiknya luas

Contoh Bapak Sujak, salah seorang pengemudi line G mengatakan, bahwa dirinya belum bisa menurunkan tarif angkutan karena setoran ke pemilik angkutan tidak turun. Pemilik

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma IV pada Jurusan Administrasi Bisnis dengan Program Studi Manajemen

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi, dalam penilaian kinerja tidak hanya

Sekiranya anda memerlukan bantuan pembayaran bagi kemudahan pinjaman/pembiayaan selain yang disenaraikan di atas, anda boleh memohon PBPPM melalui Pengurus