(Redisain Gor Koni Kota Bandung)
Tema:
FORM FOLLOW FUNCTION
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh
:SANDI MAULANA
1 04 08 016
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTERSandi Maulana - 1 04 08 016
Hal
ABTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR BAGAN x
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Maksud dan Tujuan 2
I.1.1 Maksud 2
I.1.2 Tujuan 2
I.3 Permasalahan Perancangan 2
I.4 Pendekatan 3
I.5 Lingkup dan Batasan 3
I.6 Kerangka Berfikir 4
I.7 Sistematikan Penulisan 5
BAB II DESKRIPSI PROYEK 6
II.1 Umum 6
II.5 Studi Literatur dan Studi Banding 8
II.5.1 Studi Literatur 8
II.5.2 Studi Banding 18
BAB III ELABORASI TEMA 22
III.1 Pengertian 22
III.2 Iterpretasi Tema 23
III.3 Penerapan Tema Sejenis 23
BAB IV ANALISIS 26
IV.1 Analsis Tapak 26
IV.1.1 Lokasi 26
IV.2.1 Analisis Sirkulasi 29
IV.2.2 Analisis Vegetasi 30
IV.2.3 Analisis Cahaya Matahari 31
IV.2.4 Analisis Utilitas Pada Kawasan 32
IV.3 Analisis Fungsi 33
IV.3.1 Aktivitas 33
IV.3.2 Organisasi Ruang 34
IV.4 Analsis Kapasitas 36
IV.4.1 Pengunjung 36
IV.4.2 Parkir 36
IV.5 Program Kebutuhan Ruang 39
IV.5.1 Gedung Utama 39
IV.5.2 Gedung Pendukung 43
BAB V KONSEP PERANCANGAN 47
V.1 Konsep Dasar 47
V.2 Konsep Perancangan Tapak 48
V.3 Konsep Perancangan Bangunan 51
V.4 Konsep Zoning Dalam Bangunan 52
V.5 Konsep Massa Bangunan 53
V.6 Konsep Sistem Struktur 53
BAB VI HASIL PERANCANGAN 55
V.1 Blok Plan 55
V.10 Detail Struktur Pondasi dan Pembalokan 60
V.11 Detail Struktur Rangka Atap 60
V.12 Detail Penerapan AC 61
V.13 Detail Utilitas Air 61
V.14 Gambar tiga Dimensi 62
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN I Berisi Gambar-Gambar Perancangan Format A3 67
Sandi Maulana - 1 04 08 016
Republik Indonesia. 1994. Standar Nasional Indonesia Tata Cara
Perencanaan Teknik Gedung Olahraga. Bandung: Badan Standardisasi
Nasional.
Republik Indonesia. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung: Dinas Tata Ruang Kota Bandung.
Ernst Neufert. Data Arsitek. Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga, 1996
Adri Adi. 2013. Form Follow Function Structure of Final Wooden House
Design,
http://www.adri1618.com/2013/11/form-follow-function-structure-of-final.html. (diakses tanggal 13 Februari 2014) Jefi. 2013. Kritik Arsitektur,
http://jb-491.blogspot.com/2013_02_01_archive.html (diakses tanggal 13 Februari 2014)
Yuswadi Saliya, 1999. Bentuk-bentuk Geometris yang sederhana,
Topografi Tapak dan Teori Arsitektur Modern.
http://arsitek-ind.blogspot.com/2012/11/yuswadi-saliya.html. (diakses tanggal 13 Februari 2014)
Helmi, F. 2009. Laporan perancangan tga 490 – studio tugas akhir.
Program Studi Teknik Arsitektur: Badminton Training Centre (High Tech).
Tesis tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatera Utara. www.pbdjarum.com
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studio Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Studio Tugas
Akhir untuk program Strata-I pada UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil proses kerja selama berada di Studio Tugas
Akhir, Laporan yang akan penulis sajikan memiliki judul “BANDUNG BADMINTON
CENTER”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangannya.
Hal ini dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas dan adanya
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penulisan laporan. Namun demikian, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kesulitan dan kekurangan tersebut
agar penyajian tugas akhir ini dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Besar
harapan adanya kritik dan saran dari pihak yang bertujuan memperbaiki dan
menyempurnakan laporan ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga yang tidak pernah lelah memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan dan do’a serta nasehatnya untuk keberhasilan penulis.
2. Bapak Dosen Pembimbing DR. ANDI HARAPAN yang tanpa lelah membimbing
penulis agar dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
3. Seluruh Dosen UNIKOM, terutama Dosen Program Teknik Arsitektur.
4. Rekan-rekan mahasiswa UNIKOM khususnya anak-anak Arsitek angkatan
iii Sandi Maulana - 1 04 08 016
memberikan bantuan baik berupa saran maupun petunjuk dalam penyusunan
laporan kerja praktik ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, diterima oleh
Allah SWT. Dan penulis selalu siap memnerima kritikan dan saran yang
membangun sebagai masukan untuk penyempurnaan penyusunan laporan studio
tugas akhir ini serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bandung, Februari 2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Olahraga bulu tangkis atau sering disebut dengan badminton merupakan
salah satu olahraga yang digemari masyarakat Indonesia. Kepercayaan
masyarakat akan olahraga bulu tangkis ini sangatlah besar untuk mengharumkan
nama bangsa di dunia olahraga, sekaligus sebagai pembangkit rasa nasionalisme
pada masyarakat. Pamor olahraga bulu tangkis di dunia memacu bibit-bibit baru
untuk berprestasi dalam dunia olah raga ini. Olahraga merupakan kegiatan yang
dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia.
Hal tersebut tentunya harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat
untuk menyediakan fasilitas demi keberlangsungan prestasi anak-anak bangsa. Di
Kota Bandung saat ini belum tersedia fasilitas untuk menunjang prestasi tersebut,
karena pamor olahraga ini masih di bawah olahraga sepak bola. Salah satu
fasilitas yang harus dipenuhi adalah menciptakan sarana pendidikan khusus untuk
bulu tangkis. Sarana pendidikan ini bertujuan untuk membina atlet-atlet lokal untuk
berprestasi dalam dunia bulu tangkis ini.
Saat ini Kota Bandung hanya memiliki satu gedung khusus untuk bulu
tangkis yang dikelola oleh KONI Kota Bandung. Gedung tersebut juga sangat
kurang memadai dalam penyediaan fasilitas. Karena keterbatasan biaya dan
lahan. Hal tersebut tentunya sangatlah kurang untuk mendukung penciptaan
bibit-bibit berprestasi dalam dunia olahraga ini. Maka dari itu sangatlah penting untuk
mengembangkan atau mendesain ulang gedung ini supaya memiliki fasilitas yang
dapat menunjang kegiatan olahraga ini.
Untuk mendukung hal tersebut perlu diciptakan sebuah solusi untuk
pengembangan gedung yang ada, yaitu dengan memperluas lahan dan
melengkapi fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang kegiatan olahraga ini. Lahan
yang diperlukan untuk Gedung Olahraga Tipe B adalah ± 2,5 Ha yang dapat
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Untuk menciptakan fasilitas seperti pelatihan dan asrama kepada para peminat dan calon-calon atlet bulu tangkis yang ada di Bandung
khususnya atau dari luar Kota Bandung.
Menambah fasilitas publik yang ada di Kota Bandung serta membantu para peminat bulu tangkis dalam menyalurkan bakatnya.
Menciptakan gubahan massa sesuai dari tema yang diambil serta memanfaatkan ruangan-ruangan semaksimal mungkin.
I.2.2 Tujuan
Menciptakan sebuah kawasan olahraga khusus bulu tangkis serta fasilitas bagi para komunitas olahraga bulu tangkis.
Menyediakan sarana pendidikan seperti kelas khusus dan tempat tinggal sementara seperti asrama dan fasilitas lainnya bagi para
peminat yang berasal dari luar Kota Bandung.
Menaikkan image Kota Bandung menjadi kota yang memperhatikan kebutuhan masyarakatnya akan olahraga bulu tangkis di mata dunia.
I.3 Permasalahan Perancangan
Permasalahan yang ada pada perancangan adalah sebagai berikut:
Pencapain pada site yang cukup sulit karena site berada di jalan satu arah.
Lahan yang ada sebelumnya sangat kurang untuk merancang gedung olahraga dengan skala besar.
Sampai saat ini masih sedikit sekali perancangan atau gedung yang mengkhususkan cabang bulu tangkis di Indonesia sehingga cukup sulit
mendapatkan perbandingan.
Bagaimana merancang sebuah desain gedung bulu tangkis yang memiliki sirkulasi alami yang tidak mengganggu Shutlecock yang
Bagaimana merancang gedung yang harus mendapatkan pencahayaan alami yang tidak mengganggu pandangan pemain disaat bertanding.
I.4 Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan untuk perancangan ini adalah sebagai berikut:
Studi pustaka dan literatur yang memiliki keterkaitan dengan merancang gedung olah raga bulu tangkis.
Studi banding untuk proyek-proyek sejenis diambil secara langsung maupun melalui media cetak, elektronik dan internet.
Studi lapangan untuk mempelajari lahan yang akan dibangun untuk gedung olahraga ini.
Standar perancangan gedung olahraga yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
I.5 Lingkup dan Batasan
Perancangan ini termasuk dalam kategori Single Building sehingga lingkup batasan perancangan ini adalah perancangan sebuah gedung olahraga moderen,
dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan standar Internasional sehingga gedung ini
kelak dapat digunakan untuk pertandingan skala kecil maupun internasional.
Untuk perancangan fasilitas-fasilitas pendukungnya akan ditambahkan
dalam perancangan dengan memanfaatkan ruangan-ruangan semaksimal
Bagan I.1 Kerangka Berfikir Sumber : SNI 03-3647-1994
I.6 Kerangka Berfikir
Judul
Bandung Badminton Center
Tema Form Follow Fuction
Maksud & Tujuan
Rumusan Masalah
Gambar Laporan Akhir
Maket Potensi
I.7 Sistematika Penulisan
Sistematika laporan ini akan disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan latar belakang, maksud tujuan, permasalahan,
pedekatan, lingkup dan batasan, kerangka berfikir dan sistem penulisan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Bab ini mencakup tinjauan proyek secara umum, pngertian proyek, program
kegiatan, kebutuhan ruang yang dibutuhkan serta studi banding dan literatur
proyek sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi pengertian tema, interpretasi tema dan studi banding tema sejenis.
BAB IV ANALISIS
Berisi analisis fungsional, mencakup pola hubungan ruang, pemintakatan serta
hubungan kedekatan ruang dan analisis kondisi lingkungan mencakup lokasi,
potensi lahan, bangunan sekitar, serta analisis tapak.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi tentang konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema lingkungan
kajian.
BAB VI HASIL RANCANGAN
Berisi gambar site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana-rencana,
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1 Umum
Nama Proyek : BANDUNG BADMINTON CENTER
Tema : Form Follow Function
Sifat Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pemerintah
Pemilik Dana : Pemerintah
Lokasi : Jalan Jakarta No.18 Bandung
Luas Lahan : ± 2,5 Ha
KDB : 70 %
KLB : 2,1 (Luas lantai Maksimal 2.500 m²)
GSB : Minimal15 meter digunakan untuk RTNH (Plaza) atau Parkir
Batas Lahan Perancangan
Sebelah Utara : Jalan Jakarta
Sebelah Timur : Kompleks ABRI
Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk
Sebelah Barat : Jalan Jakarta Dalam
II.2 Lokasi
Tapak berlokasi di Kelurahan Kaca Piring, Kecamatan Sumur Bandung yang
merupakan area perdagangan dan jasa sesuai dengan peruntukan RTRW
2013-2031.
Lokasi ini dipilih agar gedung olahraga yang sebelumnya kurang memadai
untuk standar bangunan olah raga menjadi lebih maksimal dan memiliki standar
Gambar II.1 Lokasi Site Sumber : Google Earth
II.3 Pengertian
Badminton : Permainan yang dimainkan dengan menggunakan raket dan kok yang dipukul melampaui jaring di tengah lapangan
”(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990)”.
Center : Pusat.
Bandung Badminton Center merupakan sebuah sarana dan gelanggang
olahraga khusus untuk olahraga badminton yang nantinya akan digunakan
sebagai tempat pelatihan serta pertandingan-pertandingan skala kecil sampai
skala besar. Dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung olahraga ini
serta mengacu pada standar nasional perancangan sebuah gedung olahraga.
II.4. Pola Kegiatan
Pelaku kegiatan dari perancangan ini adalah sebagai berikut:
II.4.1 Pengunjung
Pengunjung terbagi dalam beberapa kelompok seperti:
Dewasa baik dari atlet, staf, pengelola, penyewa maupun yang menonton pertandingan.
Orang tua yang bermain dan menonton Kaum difabel yang menonton.
II.4.2 Pengelola
Pengelola gedung utama Pengelola gedung penunjang Staf
II.4.3 Kegiatan
Kegiatan utama
Olah raga baik yang berlatih dan bermain. Rekreatif
Menonton pertandingan berbagai kompetisi. Edukatif
Berlatih dan belajar bulu tangkis. Kegiatan Pendukung
Restoran, Kafe, Retail souvenir, pusat kebugaran dan klinik kesehatan.
II.5 Studi Literatur dan Studi Banding
II.5.1 Studi Literatur
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-3647-1994) tentang tata cara perancangan teknik bangunan gedung olahraga adalah sebagai berikut:
Tiap-tiap pemain menetapkan di antara dua wilayah servis. Ada wilayah servis untuk tunggal, yakni berlebar 5,18 meter dan panjangnya 13,40
meter. Areal servis untuk ganda berukuran 6,10 meter pada lebarnya
dan 11,88 meter panjangnya. Wilayah servis dibagi dua belahan. Di
tengah-tengah lapangan berdiri jaring/net, yakni 1,55 meter tingginya.
Garis-garis servis pendek berentang 1,98 meter dari jaring. Kotak servis
Klasifikasi gedung olah raga direncanakan berdasarkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Tipe Lapangan Olahraga
Tabel II.1 Tipe Lapangan Olahraga Sumber : SNI 03-3647-1994
b. Klasifikasi Lapangan Olahraga
Gambar II.2 Ukuran Lap. Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
c. Lapangan
Ukuran lapangan bulu tangkis ; (13,40 x 6,10) meter.
Lapangan harus berbentuk persegi panjang dibuat dengan garis 40 mm.
Garis harus mudah dikenali dan berwarna putih atau kuning.
Jarak lapangan yang satu dengan yang lain minimal 2,5 meter. Jarak dengan TV court minimal 4 meter.
Jarak lapangan dengan tribun penonton minimal 5 meter.
Tinggi minimal atap bangunan yang tengah adalah 15 meter, sedangkan untuk yang tepi minimal 12 meter (diasumsikan memakai
atap lengkung/miring)
Lantai tidak boleh keras untuk mencegah terjadinya cedera. Bisa menggunakan bahan parket yang dibawahnya memiliki rongga. Jadi
lantai parket tidak langsung menempel pada beton. Bahan lain yang
Gambar II.3 Tipe Tribun Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
Gambar II.4 Tipe Tribun Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
d. Tribun
Bentuk Tribun terdiri dari 2 tipe, tipe lipat dan tipe tetap. Tipe tetap
bersifat untuk membuat tempat duduk atau fleksibilitas arena.
Pemisahan tribun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Pemisahan antara tribun dan arena dipergunakan pagar transparan dengan tingga minimal 1,00 m, dan maksimal 1,20 m;
Tribun yang berupa balkon dipergunakan pagar dengan tinggi bagian masif minimal 0.40 m dan tinggi keseluruhan antara 1,00 – 1,20 m; Jarak antara pagar dengan tempat duduk terdepan dari tribun
Gambar II.5 Ukuran Tribun Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
Gambar II.6 Ukuran Tribun Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
e. Tempat duduk
Ukuran tata letak tempat duduk adalah sebagai berikut:
VIP, dibutuhkan lebar minimal 0,50 m dan maksimal 0,60 m, dengan ukuran panjang minimal 0,80 m, dan maximal 0,90 m;
Gambar II.7 Ukuran Tribun Bulutangkis Sumber : SNI 03-3647-1994
f. Tata letak tempat duduk
Tata letak tempat duduk adalah sebagai berikut:
Tata letak tempat duduk VIP, diantara 2 gang, maksimal 14 kursi, bila satu sisi berupa dinding maka maksimal 7 kursi;
Tata letak tempat duduk biasa, diantara 2 gang, maksimal 16 kursi, bila satu sisi berupa dinding maka maksimal 8 kursi;
Setiap 8-10 deret tempat duduk terdapat koridor;
Lokasi penempatan gang harus dihindarkan terbentuknya perempatan;
Kapasitas tempat duduk disesuaikan dengan daya tampung penonton dalam 1 kompartemenisasi.
g. Tangga
Tangga harus memenuhi ketentuan berikut:
Jumlah anak tangga minimal 3 buah, maksimal 16 buah; bila anak tangga diambil lebih besar dari 16, harus diberi bordes dan anak
tangga berikutnya harus berbelok terhadap anak tangga
dibawahnya;
Lebar tangga minimal 1,10 m, maksimal 1,80 m; bila lebar tangga diambil lebih besar dari 1,80 m, harus diberi pagar pemisah pada
tengah bentang;
h. Lantai
Lantai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Lantai harus stabil, kuat dan kaku, serta tidak mengalami perubahan bentuk atau lendut, selama dipakai;
Lantai harus mampu menerima beban kejut dan beban gravitasi minimal 400kg/m;
Permukaan lantai harus terbuat dari bahan yang bersifat elastis; Bila lantai menggunakan konstruksi kaku, permukaan lantai harus
ditutup dengan lapisan elastis;
Bila lantai menggunakan konstruksi panggung, harus ada peredaran udara yang baik antara penutup lantai dengan lantai;
Permukaan lantai harus rata tanpa ada celah sambungan; Permukaan lantai harus tidak licin;
Permukaan lantai harus tidak mudah aus;
Permukaan lantai harus dapat memberikan pantulan bola yang merata.
i. Fasilitas Penunjang
(1) Ruang ganti atlit direncanakan untuk tipe A dan B minimal dua
unit dan tipe C minimal 1 unit, dengan ketentuan sebagai berikut : Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton. Kelengkapan fasilitas tipa-tiap unit antara lain :
Toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci
tangan, 4 buah peturasan dan 2 buah kakus;
Ruang bilas pria dilengkapi minimal 9 buah shower; Ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan
dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk; Toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan
4 buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin;
Ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah
Ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan
dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk.
(2) Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B
minimal 1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan
ketentuan, sebagai berikut :
Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton; Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal:
1 buah bak cuci tangan; 1 buah kakus;
1 buah ruang bilas tertutup;
1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat
simpan dan bangku panjang 2 tempat duduk;
(3) Ruang pijat direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 12 m2
dan tipe C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya
minimal 1 buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah
kakus;
(4) Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau
ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal1 unit
yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15
m2. Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur untuk
pemeriksaan, 1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah
kakus yang mempunyai luas lantai dapat menampung 2 orang
untuk kegiatan pemeriksaan dopping;
(5) Ruang pemanasan direncanakanuntuk tipe A minimal 300 m2, tipe
B minimal 81 m2 dan maksimal 196m2, sedangkan tipe C minimal
81 m2 ;
(6) Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang
disesuaikan dengan alat latihan yang digunakan minimal 150 m2
untuk tipe A, 80 m2 untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa
(7) Toilet penonton direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan
perbandingan penonton wanita dan pria adala 1:4 yang
penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang dibutuhkan minimal
dilengkapi dengan:
Jumlah akus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 bush kakus untuk 200 penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus
jongkok untuk 100 penonton wanita;
Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan minimal 1 buah untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100
penonton wanita.
Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100 penonton pria.
(8) Kantor pengelolaan lapangan tipe A dan B direncanakan sebagai
berikut :
Dapat menampung minimal 10 orang, maximal 15 orang dan tipe C minima l 5 orang dengan luas yang dibutuhkan minimal 5
m2 untuk setiap orang.
Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan, petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing
membutuhkan luas minimal 15 m2. Untuk tipe C diperbolehkan
tanpa ruang tersebut;
(9) Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat
olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan
atau alat olahraga yang digunakan, antara lain:
Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2
dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
(10) Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakkan
dengan ruang staf teknik;
(11) Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas
ruang yang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi
mesin tidak menimbulkan bunyi bising yang mengganggu ruang
arena dan penonton;
(12) Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C
diperbolehkan tanpa ruang kantin;
(13) Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe
C diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;
(14) Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
(15) Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex, sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon
dan telex;
Toilet khusus untuk pria dan wanita.
(16) Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk
tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus;
(17) Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut: Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat
pemberhentian kendaraan umum menuju pintu masuk gedung
olahraga 1500m;
Gambar II.8 Taufik Hidayat Arena Sumber: www.taufikhidayatarena.com II.5.2 Studi Banding
a. Taufik Hidayat Arena - Jakarta
Taufik Hidayat arena berada tepatnya berada di jalan raya Ciracas No. 8 Jakarta
Timur. Bangunan tersebut memiliki luas 6.600 persegi tersebut dilengkapi
berbagai fasilitas antara lain:
Halaman parkir yang dapat memuat 40 kendaraan roda empat dan 50 kendaraan roda.
Pos jaga yang di disain mirip Shutllecock.
Fitness center
Kafe
Lapangan Indoor
Souvenir Shop
Living Room
Athlete Lounge
Gambar II.9 Lapangan Indoor THA Sumber: www.taufikhidayatarena.com
Gambar II.10 Fasilitas Penunjang THA Sumber: www.taufikhidayatarena.com
Gambar II.11 Fasilitas Penunjang THA Sumber: www.taufikhidayatarena.com
Gambar II.12 PB Djarum Kudus Sumber: www.pbdjarum.org
b. PB Djarum Kudus - Jawa Tengah
Didorong kecintaan Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada bulu tangkis serta
tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olahraga
yang sama. Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di Jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35
Fasilitas-fasilitas yang tersedia pada PB Djarum Kudus Antara Lain: Lapangan Indoor
Fasilitas Fisiotherapy
Kafe Asrama Dan Lainnya
Gambar II.15 Fasilitas Fisiotherapy
Sumber: www.pbdjarum.org
Gambar II.16 Fasilitas Ruang Fitnes Sumber: www.pbdjarum.org
Gambar III.1 MIT Strata Center Sumber: Internet
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1 Pengertian
Form Follow Function dalam bahasa Indonesia adalah bentuk Yang mengikuti Fungsi. Sehingga bentukan yang yang tercipta dalam sebuah disain
perancangan adalah bentukan-bentukan yang tercipta dari fungsi utama ataupun
fungsi-fungsi yang ada dalam ruangan yang ada didalamnya.
Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu bentuk
atau panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus
ditentukan. Hal ini mengacu pada slogan yang diungkapkan oleh Loius Sullivan
yaitu Form Follow Function.
Form follows function sering diasosiasikan dengan modern architecture dan industrial design. Menurut teori ini, modern adalah efisien. Bentuk indah hanya
sah jika memiliki fungsi yang berguna, bukan hanya sekedar hiasan. Segala
tambahan atau ornamen yang tidak memiliki fungsi sebaiknya dipangkas (reduce).
Kegenitan dianggap haram. Semuanya bergerak cepat, tak ada waktu untuk
lengkungan di tiang atau ukiran di atas pintu. Sloganform follows function (bentuk mengikuti fungsi) menjadi dasar filosofi modernisme. Minimalisme adalah puncak
dari semua itu adalah Lurus, Polos, Dingin.
tercipta dari fungsi fungsi ruang yang ada didalamnya. Tanggapan dari teori ini
adalah bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada
saat yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi
fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada
bentuk. Dalam kenyataannya, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat
menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penangkapan ekspresi bentuk bisa
sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan
latar belakang pengamat.
III.2 Interpretasi Tema
Bandung Badminton Center dirancang sebagai pusat pertandingan olah raga
cabang bulu tangkis skala propinsi yang dapat digunakan untuk pertandingan
skala Internasional. Untuk merancang sebuah gedung olah raga dengan
spesifikasi tersebut maka di gunakan tema Form Follow Function sehingga
penggunaan ruang-ruang lebih efisien dan dengan menggunakan sistem struktur
bentang lebar. Dengan bentuk bangunan yang lebih modern sehingga bangunan
ini kelak memilki karakter dan menaikan Image kota.
III.3 Penerapan Tema Sejenis
a. Final Wooden House
Salah satu karya arsitektur yang memiliki menganut paham Form Follow Function adalah Final Wooden House karya Sou Fujimoto yang berlokasi di
daerah perbukitan Kumamoto, Japan. Bangunan ini berupa sebuah Bungalau Gambar III.2 Sistem Struktur
Gambar III.3 Final Wooden
Sumber: http://www.adri1618.com/2013/11/form-follow-function-structure-of-final.html
Gambar III.4 Final Wooden
Sumber: http://www.adri1618.com/2013/11/form-follow-function-structure-of-final.html
(privat House) yang terdiri dari susunan balok-balok kayu berukuran 350 mm
persegi.
Final Wooden House dikategorikan kedalam makna fungsi Konstruksi yang
menganut paham Form Follow function karena bangunan ini didominasi kayu pada rumah ini berada pada hampir semua elemen bangunan baik seperti
struktur , konstruksi dan material. Dimana struktur, konstruksi dan bahan
bangunan sampai batas tertentu memiliki kedudukan lebih dominan
Rumah ini dibangun pada tanah ( Site Area ) seluas 89,3 sqm, dengan total
Gambar III.5 Museum Iptek TMII
Sumber: http://jb-491.blogspot.com/2013_02_01_archive.html
Gambar III.6 Museum Iptek TMII
Sumber: http://jb-491.blogspot.com/2013_02_01_archive.html
Gambar III.7 Denah Museum Iptek TMII
Sumber: http://jb-491.blogspot.com/2013_02_01_archive.html b. Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah
Gagasan pendirian museum ini terjadi pada tahun 1984 yang di prakarsai oleh
Prof. Dr. B.J. Habibie dan diresmikan oleh presiden Suharto pada 20 April
1991. Dengan luas 1000 meter persegi.
Bangunan ini dikategorikan Form Follow Function karena sirkulasi dalam bangunan menerapkan sirkulasi terpusat dan sehingga pengunjung dituntun untuk
memandang ke area pamer sebagai fungsi utamanya. Ini juga terlihat pada
ruangan-ruangan lainnya yang mengikuti pola bentukan dari sirkulasi pengunjung
BAB IV
ANALISIS
IV.1 Analisis Tapak
Lokasi tapak berada di Jalan Jakarta, Kecamatan Sumur Bandung, Kelurahan
Kebon Waru, Kotamadya Bandung. Berada di distrik perkantoran, perumahan dan
pendidikan sehingga sangat mendukung perancangan di areal ini.
IV.1.1 Lokasi
a. Tanggapan terhadap lokasi tapak.
Posisi tapak terhadap kota, kawasan dan lingkungan berada cukup strategis
untuk perancangan gedung olahraga, karena pencapaian pada lokasi tidak
terlalu sering terjadi kemacetan kendaraan yang sangat signifikan.
b. Rekomendasi
Pada lokasi sebelumnya terdapat gedung olahraga sejenis yang dikelola
oleh Koni (Komite Olahraga Indonesia) Kota Bandung sehingga hanya
perlu pengembangan perancangan untuk mencapai target perancangan ini.
V.1.2 Analisa Tata Guna Lahan
Peruntukan Lahan
Peruntukan lahan yang diterapkan pada RTRW (Rencana Tata Ruang dan
Wilayah) 2013-2031, Jalan Jakarta merupakan area perdagangan dan Jasa Land Use pada kawasan ini, rata-rata bangunan memiliki ketinggian 2-3
lantai
V.1.3 Deskripsi Lahan
Nama Proyek : Bandung Badminton Center - Redesain Gor KONI Kota Bandung
Tema : Form Follow Function
Sifat Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pemerintah
Pemilik Dana : Pemerintah
Lokasi : Jalan Jakarta No.18 Bandung
Luas Lahan : ± 2,5 Ha
KDB : 70 %
KLB : 2,1 (Luas lantai Maksimal 2.500 m²)
GSB : Minimum 15 meter untuk RTNH (Plaza) atau Parkir.
Batas Lahan Perancangan
Sebelah Utara : Jalan Jakarta Sebelah Timur : Kompleks ABRI
IV.2 Analisis Sirkulasi dan Vegetasi
IV.2.1 Analisis Sirkulasi
Sirkulasi kendaraan di Jalan Jakarta memiliki intensitas kendaraan yang cukup
tinggi karena jalan ini merupakan jalur kendaraan dengan sistem satu arah dari
arah barat.
Gambar IV.3 Analisis Sirkulasi Sumber: Data Pribadi dan internet
U
Dengan jalur utama pada site merupakan jalur satu arah, maka peletakan
entrance pada gate diarahkan ke sebelah timur sehingga akses pada tapak dan sirkulasi dalam tapak menjadi lebih teratur.
IV.2.2 Analisis Vegetasi
Vegetasi di kawasan ini tergolong sangat minim, karena kawasan ini dikelililngi
oleh bangunan dengan kepadatan tinggi, Sehingga suhu di kawasan ini tergolong
cukup panas
Dengan kondisi kawasan tersebut maka perancangan ini akan menitik beratkan
penghijauan pada tapak sehingga secara tidak langsung dapat menjadi contoh
serta memicu untuk penanaman pohon di kawasan ini.
U
IV.2.3 Analisis Cahaya Matahari
Arah matahari dari timur-barat akan mempengaruhi fasade bangunan pada arah
tersebut, apalagi dengan fungsi bangunan sebagai sarana olahraga. Intensitas
cahaya matahari harus selalu konstan agar tidak menimbulkan silau pada pemain.
Dengan posisi arah datang cahaya matahari dari arah tersebut maka orientasi
utama pada bangunan akan dititkberatkan kearah utara serta peletakan bukaan
pada bangunan tidak menghadap arah datangnya cahaya. Karena fungsi dari
bangunan merupakan tempat pertandingan olahraga bulutangkis yang sangat
sensitif pada cahaya yang menyilaukan mata.
U
IV.2.4 Analisis Utilitas Pada Kawasan
Di sebelah barat tapak terdapat Sungai Cikaso yang dijadikan sebagai muara dari
saluran drainase dari berbagai kawasan.
Dengan adanya sungai tersebut bisa dijadikan sebuah potensi pada desain
perancangan sehingga dapat mempengaruhi orientasi dari perancangan. Gambar IV.7 Analisis Utilitas Pada Kawasan
IV.3 Analisis Fungsi
IV.3.1 Aktivitas
a. Pengelola
b. Pengunjung
c. Servis
Bagan IV.1 Pola Aktivitas Pengelola Sumber: Data Pribadi
Bagan IV.2 Pola Aktivitas Pengunjung Sumber: Data Pribadi
IV.3.1 Organisasi Ruang
a. Pemain, Offisial dan Wasit
b. Pemain
Bagan IV.4 Organisasi Ruang Pemain, Official, Wasit Sumber: Data Pribadi
c. Pengunjung
d. VIP
e. Pengelola
Bagan IV.6 Pola Aktivitas Pengunjung Sumber: Data Pribadi
Bagan IV.7 Pola Aktivitas Pengunjung VIP Sumber: Data Pribadi
IV.4 Analisis Kapasitas
IV.4.1 Pengunjung
Untuk merancang gedung olahraga dengan skala nasional dibutuhkan
kapasitas pengunjung dengan daya tampung seperti pada tabel:
IV.4.2 Parkir
a. Mobil Pribadi
Asumsi : Jumlah 15%
Standar : 12,5-14 m² (data arsitek)
Jumlah pengguna mobil pribadi = 15% x 3000
= 450 Orang
Tiap mobil memuat 4-5 orang, maka
perkiraan jumlah mobil adalah = 450 / 4
= 112,5 (dibulatkan) 113 Mobil
Luas area yang dibutuhkan untuk
parkir mobil adalah = 113 x 14 m²
= 1582 m² Tabel IV.1 Klasifikasi gedung
b. Bus rombongan
Asumsi : Jumlah 5%
Standar : 28 m² (data arsitek)
Jumlah pengguna bus rombongan = 5% x 3000
= 150 Orang
Tiap bus rombongan memuat 30
orang, maka jumlah bus rombongan
adalah
= 150 / 30
= 5 Bus
Luas area yang dibutuhkan oleh
parkir bus adalah = 5 x 28 m²
= 140 m²
c. Sepeda Motor
Asumsi : Jumlah 30%
Standar : 2 m² (Asumsi)
Jumlah pengguna sepeda motor = 30 % x 3000
= 900 Orang
Tiap sepeda motor memuat 2 orang,
maka jumlah sepeda motor adalah = 900 / 2
= 450 Motor
Luas area yang dibutuhkan untuk
parkir sepeda motor adalah = 450 x 2 m²
d. Taksi
Tiap taksi memuat 2-3 orang, maka
perkiraan jumlah taksi adalah = 60 / 3
= 20 Taksi
Luas area yang dibutuhkan untuk
parkir taksi adalah = 20 x 14 m²
= 280 m²
Sisa pengunjung yang menggunakan
kendaraan umum dan berjalan kaki
Jumlah luasan parkir keseluruhan adalah = ( 1582 + 140 + 900 + 280 + 84 + 100 + 70 )
= ( 3156 m²)
IV.5 Program Kebutuhan Ruang
IV.5.1 Gedung Utama
a. Khusus
Kategori khusus adalah atlet, offisial, wartawan, pejabat dan lainnya
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
Perhitungan
Lapangan Utama 8 unit
240 m²/unit
Ruang Offisial 2 unit
30 m²/unit
(A)
60
Ruang Media Center 2 unit
b. Pria
Kantin Kantin
180 org 1,4 m2/unit 252
b. Ruang Pengunjung/Umum
Untuk kategori umum adalah masyarakat umum dan penonton umum
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
Perhitungan
Tribun Tribun Penonton VIP 200 org 0,54 m²/org (DA)
Tribun Penonton
Kategori service adalah pengelola dan petugas-petugas pengurus gedung
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
Reseservoir Operator
Ruang listrik Teknisi Operator
Kategori khusus disini mencakup para pejabat-pejabat negara dan tamu
Ruang (Sumber) (m²)
Ruang
Liputan TV
Ruang
Wawancara Ruang Liputan
21 m² x 2(A)
5 m² x 20 (A)
42
100
142
IV.5.2 Gedung Pendukung
a. Khusus
Kategori khusus adalah atlet, offisial, wartawan, pejabat dan lainnya.
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
b. Umum
Untuk kategori umum adalah masyarakat umum dan penonton umum
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
(DA)
Souvenir
Shop @20 m²x5 100
c. Service
Kategori service adalah pengelola dan petugas-petugas pengurus gedung.
Kebutuhan
Ruang Sub Ruangan Kapasitas
Perhitungan
Staff Offisial Pegawai Ruang Manajer Ruang Ass.
Manajer
Toilet
1 org 0,92 (DA) 0,92 m²
Sehingga total keseluruhan kebutuhan ruang adalah sebagai berikut
Kategori Luasan (m²) Total (m²)
dan Tamu Khusus)
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
V.1 Konsep Dasar
Konsep dasar dari perancangan ini adalah sebagai gedung olahraga cabang
bulu tangkis dan pendidikan dasar bulu tangkis. Dengan mengusung tema “Form
Follow Function” perancangan ini menitikberatkan perancangan pada bagian dalam bangunan dengan menerapkan prinsip kebutuhan-kebutuhan ruang yang
diperlukan.
Acuan utama dari perancangan ini adalah menerapkan peraturan-peraturan
yang tertera dalam SNI 03-3647-1994 tentang “Tata Cara Perencanaan Teknik
Bangunan Gedung Olahraga” yang diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
sehingga setiap ruangan yang diterapkan memiliki standar kenyamanan dan
keselamatan.
Konsep utama dari perancangan gedung ini adalah merancang layout dari lapangan utama dan tribun penonton yang menyesuaikan arah visual dari
tribun kearah lapangan pertandingan. Dari susunan fungsi utama tersebut
tercipta sebuah massa bangunan yang unik.
Massa Bangunan Utama Layout Tapak
Massa Bangunan Penunjang
V.2 Konsep Perancangan Tapak
a. Aksesbilitas
Jalan Jakarta merupakan jalur kendaraan dengan sistem satu arah dengan
intensitas kendaraan yang cukup padat pada waktu tertentu terutama pada pagi
hari dan sore hari.
Dengan sistem jalur kendaraan tersebut maka pola sirkulasi menerapkan
pola linier dan arah peletakan akses menuju tapak/main gate akan di tempatkan ke arah barat dan pintu keluar ke arah timur sehingga akan lebih mudah diakses
apabila kendaraan datang dari arah barat dan mengurangi crossing pada kendaraan baik dari luar maupun dalam bangunan.
b. Sirkulasi kendaraan
Kendaraan kategori umum akan diarahkan kebagian basement sehingga tidak
akan terjadi kepadatan pada tata ruang luar dan tidak bertabrakan dengan
sirkulasi khusus untuk pemain offisial dan wartawan.
KETERANGAN:
Sirkulasi Publik
Sirkulasi Khusus Gambar V.3 Konsep Sirkulasi Dalam
Sumber: Data Pribadi
c. Konsep Pedestrian
Konsep yang diterapkan untuk pedestrian adalah dengan mengikuti pola grid
massa bangunan sehingga pedestrian akan terasa lebih luas serta bisa digunakan
untuk joging track dan jalur bersepeda.
V.3 Konsep Perancangan Bangunan
Konsep pada ruangan dalam gedung utama adalah orientasi penuh pada
lapangan dari arah tribun dengan sirkulasi memusat. Sehingga penonton
pmendapatkan pandangan penuh dan nyaman dari sudut manapun.
Gambar V.6 Konsep Perancangan Ruang Dalam Sumber: Data Pribadi
V.4 Konsep Zoning Dalam Bangunan
Konsep zoning pada ruang dalam serta setiap lantai dirancang dalam beberapa
zona, diantaranya zona khusus atlet, zona publik, zona semi publik, zona tamu
khusus (undangan) dan zona service (pengelola).
Gambar V.8 Konsep Perancangan Zoning Ruang Dalam Lantai 1 Sumber: Data Pribadi
V.5 Konsep Massa Bangunan
Konsep massa bangunan tercipta dari fungsi yang ada dalam massa bangunan,
sehingga tercipta juga tatanan ruang luar yang mengikuti pola bangunan dengan
bentuk memusat.
V.6 Konsep Sistem Struktur
Konsep struktur pada perancangan pada perancangan menggunakan Sistem
Struktur bentang lebar Space Frame/ Rangka Ruang. Dengan sistem sambungan
antara batang dengan menggunakan bola/join sebagai sistem sambungannya. Gambar V.10 Konsep Perancangan Bentuk Massa Bangunan
Sistem struktur ini sangat mudah diaplikasikan dan dibongkar kembali dan
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat. Seluruh komponen Space Frame
ini sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Space Frame ini juga merupakan
media desain seperti bentuk pyramid, dome dan lainnya, terutama untuk
bentangan besar yang memerlukan ruang bebas kolom seperti untuk bangunan
hangar, stadion, pabrik dan skylight.
Gambar V.11 Konsep Perancangan Sistem Struktur Sumber: Data Pribadi
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
Sesuai dengan hasil analisis dan konsep perancangan yang telah disusun, maka
didapatkan hasil perancangan desain sebagai berikut:
VI.1 Blok Plan
Tapak berlokasi di Kelurahan Kaca Piring, Kecamatan Sumur Bandung yang
merupakan area perdagangan. Pada perancangan Blok Plan terlihat pola
rancangan dengan bentukan hampir menyerupai lingkaran serta tata ruang luar
mengikuti pola bentukan massa dengan grid memusat.
VI.2 Ground Plan
Pada perancangan Ground Plan hampir sama seperti gambar Blok Plane, hanya
saja pada gambar Ground Plane memperlihatkan ruang dalam dari massa
Bangunan pada lantai 1 sehingga terlihat pola rancangan tersebut mempengaruhi
pola rancangan ruang Luar.
VI.3 Denah Lantai 1
Pada denah lantai 1 merupakan pengembangan dari gambar Ground Plan hanya saja pada gambar denah memperlihatkan ruang dalam secara detail serta privasi
dari ruangan-ruangan khusus dan zona-zona tertentu. Gambar VI.2 Ground Plan
Sumber: Data Pribadi
VI.4 Denah Lantai 2
Pada gambar perancangan lantai 2 hampir seluruh bagian pada geung utama
merupakan zona publik karena pada lantai ini awal peracangan tribun hampir
sepenuhnya dapat diakses publik.
VI.5 Denah Lantai 3
Pada perancangan denah lantai 3 merupakan denah Typikal dan pengembangan
dari lantai sebelumnya dari denah ini terlihat pada ketnggian tersebut bagian
keseluruhan lantai.
Gambar VI.4 Denah Lantai 2 Sumber: Data Pribadi
VI.6 Denah Lantai 4
Pada perancangan denah ini memperlihatkan keseluruhan bagian rauangan dari
ketinggian tribun paling atas.
VI.7 Denah Basement
Bagian Basement merupakan pusat peralihan hampir seluruh kendaraan baik dari
pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua, kecuali
para tamu khusus serta delegasi. Pada basement juga terdapat ruangan-ruangan
service.
Gambar VI.6 Denah Lantai 4 Sumber: Data Pribadi
VI.8 Tampak 2 Sisi
Gambar tampak memperlihatkan tampak bangunan dari sisi-sisi yang berbeda
VI.9 Potongan A-A dan B-B
Pada perancangan potongan bertujuan memperlihatkan bagian keseluruhan
bangunan mulai dari pondasi sampai bagian puncak bagunan secara Vertikal. Gambar VI.8 Tampak A-A
Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.9 Tampak B-B Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.10 Potongan A-A Sumber: Data Pribadi
VI.10 Detail Struktur Pondasi dan Pembalokan
Detail struktur kaki bangunan/pondasi menggunankan pondasi tiang pancang
dengan Pile Cap . Penggunaan pondasi ini karena bangunan akan mendapat beban cukup berat baik dari tribun penonton maupun rangka penutup bangunan
yang menggunakan struktur bentang lebar. Serta detail-detail sambungan kolom
dengan pembalokan pelat lantai.
VI.11Detail Struktur Rangka Atap
Detail struktur rangka atap memperlihatkan detail sambungan antar
batang/member dengan bola sambungan/join dengan kolom-kolom utama
dilengkapi juga gambari isometri dari sambungan tersebut. Gambar VI.12 Detail Pondasi
Sumber: Data Pribadi
VI.12 Detail Penerapan AC
Pada gambar perancangan pendingin buatan/AC memperliatkan detail peletakan
chiller pada bagian atas bangunan.
VI.13 Detail Utilitas Air
Pada perancangan detail utilitas air ini menggunakan sistem tangki tekan karena
bangunan ini yang meletakan tangki pompa pada bagian bawah
bangunan/basement sehingga tidak memakan banyak tempat serta penggunaan
air lebih efisien dan dapat diolah kembali. Gambar VI.14 Detail Rangka Atap
Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.15 Isometri Rangka Atap Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.16 Instalasi Kipas Pendingin
VI.14 Gambar tiga Dimensi
Gambar-gambar tiga dimensi meliputi sebagai berikut:
a. Eksterior
Gambar berikut memperlihatkan suasana perancangan dari berbagai
macam perspektif.
Gambar VI.18 Instalasi Utilitas Air Bersih dan Air Kotor Sumber: Data Pribadi
b. Interior
Gambar tiga dimensi interior bertujuan untuk memperlihatkan suasana bagian
dalam pada bangunan.
Gambar VI.21 Suasana Ruang Luar Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.22 Suasana Ruang Luar Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.23 Suasana Ruang Luar Sumber: Data Pribadi
c. Sistem Struktur Rangka Atap
Gambar-gambar berikut adalah bentuk penerapan bentuk sistem struktur yang
digunakan dalam bentuk gambari tiga dimensi.
Gambar VI.25 Suasana Lapangan Indoor Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.26 Suasana Interior Koridor Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.29 Sistem Rangka Atap Sumber: Data Pribadi
Gambar VI.30 Sistem Rangka Atap Sumber: Data Pribadi
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, Menyetujui :
Email : g_othonk@yahoo.co.id
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Sandi Maulana
Tempat/ Tanggal Lahir : Yogyakarta/ 25 Desember 1983
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Bougenville I No.3 Kelurahan Gempol Sari Kecamatan Bandung Kulon.
Telepon : 082383858328
Email : g_othonk@yahoo.co.id
PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Instansi Periode
Kuliah
Universitas Komputer Indonesia (Jurusan Teknik Arsitektur) Jalan Dipati Ukur, Bandung
2008- 2014
SMA SMK Negeri 5
Email : g_othonk@yahoo.co.id
SMP SMP Pasundan 5
Bandung, Jawa Barat 1995-1998
SD SD Negeri 7 Babakan Ciparay
Bandung, Jawa Barat 1990-1995
1. Operasi Aplikasi Komputer
Microsoft Office Word
Microsoft Office Excel
3Ds Max
Auto Cad 2d
Google Sketch Up
3ds Max
Adobe Photoshop
Lumion
Corel Draw
2. Berbahasa Asing
Bahasa Inggris
3. Kemampuan Lapangan
Mengoperasikan Kendaraan Roda 4 atau lebih
Membaca Gambar Arsitektural
Pengawas Lapangan
4. Kemampuan Program
Membuat Gambar kerja
Merancang Desain Arsitektural dan Struktur 3d/2d
Membuat RAB/BQ
PENGALAMAN KERJA
Jabatan Nama Instansi Periode
Div. Logistik CV. Symphonia Haksa Kreasindo 2008 – 2012