• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa Di Sekolah Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa Di Sekolah Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH

KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S,Pd.I)

oleh :

Marhasan

103011026642

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP

SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH

KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam (S,Pd.I)

oleh :

Marhasan

103011026642

Di bawah bimbingan :

Dra. Hj. Nur`aini Ahmad, M.Fil Nip : 150218681

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Marhasan

Nim : 103011026642

Fak / Jur : Tarbiyah / Pendidikan agama Islam

Menyatakan bahwa :

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi

ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil

karya asli saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 – 04 – 2008

(Marhasan)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul : “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Sikap Sosial Keagamaan Siswa di Sekolah Kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 14 bulan April 2008 dihadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S, Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 14-04-2008

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda tangan

Drs. H. Abd. Fattah Wibisono, M.A. …………. ……… NIP. 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. ……… ………...

NIP. 150 299 477

Penguji I

Prof. Dr. H. Muhammad Ardani, M.A. ……… ……….. NIP. 150 011 680

Penguji II

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. ……… ……….. NIP. 150 299 477

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP. 150 231 356

(5)

ABSTRAK

(A)Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (B)Jurusan Pendidikan Agama Islam (C)April 2008

(D)Marhasan

(E)Halaman i + 93 Halaman

(F) Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa di sekolah kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan.

(G)Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

Pendidikan Agama Islam ini bertujuan membina manusia beragama yaitu manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku tindakan keseluruhan hidupnya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat.

Penelitian ini ingin mengetahui apakah pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi sikap sosial keagamaan siswa di sekolah kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilakukan di SMPN 253 Cipedak dengan mengambil sampel 42 siswa, 15% dari siswa kelas VIII yang berjumlah 280 siswa, adapun tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana (sampel random sampling).

Setelah memperhatikan besarnya hasil perhitungan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus product moment yaitu sebesar 0,499. Angka korelasi 0,499 berada antara 0,40-0,70. Dengan demikian maka antara variabel X dan Y terdapat pengaruh positif meskipun sedang dan cukup. Setelah mengkonsultasikan hasil penelitian dengan harga ”r” Product Moment, ternyata rxy lebih besar dari pada r tabel, baik pada taraf

(6)

signifikansi 1% (0,499>0,393), maupun pada taraf 5% (0,499>0,304). Dengan demikian hipotesis alternative yang menyatakan bahwa pendidikan agama Islam dapat mempengaruhi secara signifikan dalam pembentukan sikap sosial keagamaan siswa.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis panjatkan lewat lisan dan hati yang terdalam kehadirat Allah Swt, yang telah menyukurkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beriring salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pembawa cahaya kehidupan dan sekaligus menjadi figur yang baik bagi penulis dalam mengarungi cakrawala kehidupan, dan tak lupa pula kepada keluarga beserta pengikutnya yang setia dan senantiasa memperjuangkan ajaran agama Islam.

Tulisan ini dan semua ilmu yang penulis dapatkan selama masa perkuliahan jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maupun dalam kesempatan-kesempatan lainnya, merupakan hasil dari kontribusi yang tidak ternilai harganya dari orang-orang yang sangat berjasa terhadap penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Hj. Nur`aini Ahmad, M. Fil Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan yang sangat berarti, serta selalu memberikan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dra. Hj. Djunaidatul Munawwarah, MA. Sebagai dosen penasihat akademik jurusan pendidikan Agama Islam angkatan 2003.

(8)

6. Pimpinan dan staf perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dengan baik selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Pihak Sekolah Drs. Boniran, BN sebagai kepala sekolah dan Ibu Nani Sumiyati, S. Ag sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membantu penulis dalam memcari informasi-informasi dan data yang diperlukan untuk memyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi Ayahanda Bapak H. Saidan dan Ibunda Hj. Fatimah, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang, perhatian, serta doa tulusnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Yang tersayang kepada kakak Maryati Almarhumah yang telah membantu penulis dalam belajar baik moril maupun materil dari sejak penulis duduk di bangku Tk sampai kuliah, namun sayang sekali Allah tidak mengizinkan beliau menyaksikan penulis menyandang gelar strata I, apapun yang telah terjadi penulis hanya berdoa mudah-mudahan Allah menempatkan berliau di sisi Nya dengan penuh mahligai cinta yang Allah berikan kepdanya. Amin.

10.Yang tercinta kepada kakak dan adikku Mariyam, Sumiyati, Mardiyah Fitri Fatmayanti, Iksan Lisumardi, Jaka Marta Wijaya, dan abang-abang iparku terima kasih atas segala motivasi dan bantuan baik moril maupun materil, mudah-mudahan Amal ibadah kalian diterima oleh Allah Swt dan semoga Allah memberikan kekuatan Islam, Iman dan Ihsan untuk hidup yang lebih baik lagi.

11.Kepada Bapak Hendra Zon yang telah membantu penulis baik moril maupun materil dan sarana komputernya demi meringankan penulis dalam pengetikan skripsi penulis

12.Teman-teman seperjuangan di kelas A, Abang Su`aib, Ridho, Arul, Deden, Furkon Mahbub, Barok, Ade Fuad dll, dan teman-teman di jurusan PAI angkatan 2003, semoga kita semua dapat mengamalkan ilmu

(9)

yang telah kita pelajari, agar menjadi manusia yang berguna bagi diri, keluarga, Agama, bangsa dan Negara.

13.Teman-teman di rumah uda David, Bang Kiting, Cmell, anak-anak steam bali hot, Boneng, Kubil, Emon Boleng, Bowo, Vetrik, Agiel, Yogay, Team Hajir Marawis Al-Amin, Team Foot Ball Andark, yang selalu memberikan semangat hidup lewat senda gurau dengan penuh rasa solideritas antar sesama, semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba yang selalu menegakkan kalimat Allah.

14.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih, semoga mereka diridhoi Allah Swt, dan mendapatkan pahala dari-Nya.

Sebagai kata terakhir, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 14-April 2008

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah...6

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...6

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Pendidikan Agama Islam ...8

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...8

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ...11

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...16

4. Materi Pendidikan Agama Islam ...17

B. Sikap Sosial 1. Pengertian Sikap ...19

2. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap ...20

(11)

C. Konsep Sosialisasi

1. Pengertian Sosialisasi ...30

2. Sikap Keagamaan ...33

D. Kerangka Berfikir ...40

E. Pengajuan Hipotesis ...41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...42

B. Variabel Penelitian ...42

C. Populasi dan sampel ...43

D. Teknik Pengumpulan Data ...44

E. Teknik Pengolahan dan Analisa data...47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil umum SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan ...51

B. Pimpinan dan Tenaga Pengajar ...52

C. Keadaan Siswa SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan ...54

D. Fasilitas SMPN 253 Cipedak Jakarta Selatan ...54

E. Kegiatan Kurikulum SMPN 253 ...55

B. Pengolahan dan Analisa data ...57

C. Interpretasi data...84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...89

B. Saran-Saran ...89

DAFTAR PUSTAKA...91

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi kuesioner...45

Tabel 2 Interpretasi Data ...49

Tabel 3 Daftar Personil Guru ...53

Tabel 4 Keadaan Siswa SMPN 253...54

Tabel 5 Fasilitas Siswa SMPN 253 ...54

Tabel 6 Alat Kegiatan Siswa SMPN 253 ...55

Tabel 7 Guru mengucapkan salam sebelum dan sesudah memberikan pengajaran...57

Tabel 8 Guru dan siswa bersama-sama membaca doa sebelum memulai pelajaran...58

Tabel 9 Siswa berdiskusi jika terdapat kesulitan dalam menjawab pertanyaan ...59

Tabel 10 Para siswa hadir di kelas mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam ...59

Tabel 11 Ketertarikan mengikuti materi pendidikan agama Islam...60

Tabel 12 Memahami materi pelajaran yang disampaikan guru...61

Tabel 13 Bertanya ketika terdapat pelajaran yang belum dapat difahami ...62

Tabel 14 Memperhatikan guru keetika sedang memberikan materi...62

(13)

Tabel 16 Mengerjakan tugas pendidikan agama Islam di rumah ...64

Tabel 17 Membawa buku pelajaran pendidikan agama Islam pada harinya...65

Tabel 18 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan baik...65

Tabel 19 Guru memerintahkan siswa untuk melaksakan shalat lima waktu ...66

Tabel 20 Guru mengajarkan tata cara ibadah kepada siswa ...67

Tabel 21 Orang tua memotifasi siswa untuk mempelajari pendidikan Agama Islam...67

Tabel 22 Menolong terman yang sedang mendapatkan musibah...68

Tabel 23 Memberikan contoh yang baik kepada teman-teman di sekolah...69

Tabel 24 Mengucapkan salam jika bertemu guru di sekolah ...69

Tabel 25 Tersenyum ketika berpapasan dengan guru dan teman-teman ...70

Tabel 26 Berkomunikasi dengan mengucapkan perkataan yang baik...71

Tabel 27 Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil...71

Tabel 28 Bersikap sopan santun kepada guru ...72

Tabel 29 Pesan guru untuk saling menyayangi sesama teman...73

Tabel 30 Guru menasihati siswa yang melanggar peraturan sekolah...73

Tabel 31 Menegur teman yang melakukan perbuatan yang tidak baik ....74

Tabel 32 Melaksanakan perintah guru di sekolah ...75

Tabel 33 Pesan orang tua agar berprilaku dengan baik ...76

Tabel 34 Bertingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam...76

Tabel 35 Mengucapkan salam dan mencium kedua tangan orang tua sesampainya di rumah ...77

Tabel 36 Patuh kepada orang tua di rumah ...78 Tabel 37 Data tentang pendidikan agama Islam (variabel X)

x

(14)

berdasarkan skoring...79 Tabel 38 Data tentang sikap sosial keagamaan siswa

(variabel Y) berdasarkan skoring ...80 Tabel 39 Indeks korelasi antara variabel X (Pendidikan

agama Islam) dengan variabel Y (Sikap sosial

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai sumber institusi pendidikan dinilai sangat berperan dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, disamping institusi pendidikan lainya, bahkan sekolah dinilai lebih efektif dibandingkan dengan institusi pendidikan lainnya.

Pendidikan agama pada jenjang sekolah menengah ini memungkinkan untuk mewujudkan kepribadian yang didasari oleh jiwa agama kepada mereka, dan pada masa ini cocok sekali untuk ditanamkan kepada mereka ajaran-ajaran agama yang akan menjadi pedoman hidup mereka kelak pada masa dewasa. Dengan kata lain pendidikan agama yang telah mereka terima pada masa ini sangat menentukan kehidupan mereka pada masa yang akan datang, dan menjadi bekal hidupnya dalam masyarakat.

Ajaran-ajaran agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya, serta sifat-sifatnya yang baik harus pula ditanamkan melalui praktek-praktek dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Islam sejauh menyangkut fungsinya, pendidikan Islam jelas mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal karakter, sikap, moral, penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Singkatnya, pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal shaleh.1

1

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), Cet II, hal 56-57.

(16)

Pendidikan agama Islam sebagai sebuah materi pelajaran yang terstruktur (sebagai ilmu pengetahuan), disatu sisi memliki kedudukan yang sama dengan ilmu pengetahuan yang lain, akan tetapi disisi lain sebagai sebuah doktrin agama, dan pendidikan agama Islam tidak terbatas hanya mengandalkan kemampuan intelektual anak dalam mencari materi pelajaran, akan tetapi juga menyangkut masalah perasaan dan lebih menitik beratkan pada pembentukan akhlak, baik terhadap khalik (Allah), sesama manusia maupun terhadap alam sekitar.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang membentuk watak dan prilaku secara sistematis, terencana dan terarah. Sedangkan sosial, secara ensiklopedis berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat atau secara abstraktif berarti masalah-masalah kemasyarakatan yang menyangkut pelbagai fenomena hidup dan kehidupan orang banyak, baik dilihat dari sisi mikro individual maupun makro kolektif. Dengan demikian, sosial keagamaan berarti masalah-masalah sosial yang mempunyai implikasi dengan ajaran Islam atau sekurang-kurangnya mempunyai nilai Islamiyah.2

Melihat pengertian pendidikan di atas yaitu yang betujuan mendewasakan dan membentuk peserta didik untuk dapat bersikap dan berprilaku sosial keagamaan yang bersumber dari proses belajar-mengajar yang tentunya ini semua harus adanya campur tangan dari para guru di sekolah.

Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain:

1. Kasih sayang pada peserta didik

2. Tanggung jawab kepada tugas pendidik3

2

Mahfud Sahal, Nuansa Fiqih Islam, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1994), hal 126. 3

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet ke III, hal 8.

(17)

Guru sebagai pendidik tidak hanya memiliki tugas memberikan pelajaran ilmu pengetahuan semata kepada anak didik, melainkan memiliki tugas sebagai pembimbing belajar terhadap anak didik yang memerlukan bantuan. Bimbingan guru terhadap anak didik tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari bantuan guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

Bimbingan guru terhadap anak didik, dimaksudkan sebagai bagian dari bantuan guru dalam mencapai tujuan pendidikan, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, maka tugas guru sebagai pembimbing memiliki peran sangat penting dalam membantu usaha anak didik mencapai tujuan tersebut. Tanpa adanya peran guru sebagai pendidik, besar kemungkinan hasil yang diharapkan tidak akan tercapai.

Ketika peserta didik masih berada pada tingkatan sekolah dasar, sikap hidup sosial yang ada pada dirinya baru mulai tumbuh kepada sesema temannya, akan tetapi pada masa ini belum tumbuh seutuhnya, namun ketika ia telah memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, seorang anak sudah mulai tumbuh dan berkembang sikap hidup sosial diantara komunitas lingkungannya walaupun sedikit demi sedikit, disinilah peran guru sangat penting sekali dalam menumbuhkan rasa saling menyayangi diantara teman dan sesama manusia.

(18)

dan berkembang yang memliki perasaan selalu ingin tahu atas apa yang ia inginkan seperti halnya ingin bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dengan orang yang lebih tua darinya. Untuk mengantisipasi hal ini, maka seorang anak harus membutuhkan dasar agama dalam dirinya, dengan harapan ketika seorang anak sedang bergaul dengan orang lain, maka perkataan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang baik, sopan santun yang diiringi dengan perbuatan yang terpuji.

SMPN 253 cipedak adalah salah satu sekolah lanjutan pertama yang ada di kecamatan jagakarsa kelurahan cipedak. Seperti lembaga lain, SMPN 253 cipedak melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, sehingga manghasilkan lulusan (anak didik) yang berkualitas, baik dibidang IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) maupun IMTAQ (iman dan taqwa).

Untuk kualitas dibidang imtaq, Pendidikan Agama Islam dijadikan jalan khusus untuk mencapainya. Melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan imtaq siswa dan sekaligus agar mereka dapat merealisasikan dalam sikap dan prilaku hidupnya yang sesuai dengan tujuan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam.

Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dalam arti manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta iman dan takwa (IMTAQ) yang tinggi, maka Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat dibutuhkan terutama dalam meningkatkan iman dan takwa. Pendidikan Agama Islam perlu diberikan kepada anak didik sejak dini. Dalam institusi sekolah terutama sekolah menengah, Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting karena sebagai pengontrol bagi diri anak yang sedang dalam puberitas atau masuk pada masa remaja awal dimana jiwanya masih labil karena sikap dan pendirian anak sering mudah terpengaruh oleh angan-angan yang bersifat khayali yang tidak sesuai dengan kenyataan.

(19)

dengan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keagamaan adalah kondisi keimanan dan keyakinan terdalam seseorang terhadap ajaran agamanya dan kemudian diaktualisasikan dalam sikap dan tingkah laku hidupnya sehari-hari..

Oleh karena itu, dengan melihat betapa besarnya pengaruh pendidikan agama terhadap sikap sosial keagamaan siswa, maka penulis ingin meneliti betapa besar pengaruh pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa dengan judul

“PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH KELAS VIII SLTPN 253 CIPEDAK JAKARTA SELATAN“.

Dengan didasarkan atas pemikiran sebagai berikut :

a. Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pengontrol dalam diri seorang anak terutama dalam masa puberitas.

b. Pendidikan Agama Islam akan menjadi bekal dan pegangan hidup siswa dikehidupannya yang akan datang.

c. Pendidikan Agama Islam dapat menumbuhkan dan memberikan arahan kepada seorang anak dalam bersosialisasi yang sesuai dengan ajaran agama dengan baik di dalam sekolah.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah. 1. Identifikasi masalah

a. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan sikap sosial keagamaan siswa

b. Pengaruh pendidikan agama Islam dalam menciptakan sikap sosial keagamaan siswa

c. Konsep sikap sosial keagamaan menurut ajaran agama Islam

d. Fungsi pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial keagamaan siswa e. Proses pembentukan dan perubahan sikap

f. Aspek-aspek sikap

(20)

h. Sikap sosial keagamaan yang dapat membawa pada kesuksesan siswa dalam menghadapi rutinitasnya di sekolah

2. Pembatasan Masalah

Masalah yang saya batasi adalah : a. Pendidikan Agama Islam

1). Materi pelajaran yang diajarkan di kelas VIII SLTPN 253 Cipedak Jakarta Selatan

a). Keimanan e). Muamalah b). Ibadah f). Syari’ah, dan c). Al-Qur’an g). Tarikh d). Akhlak

b. Sikap sosial keagamaan yang meliputi hubungan antara : 1). Murid dengan guru di sekolah dan

2). Murid dengan murid di sekolah 3. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang dan batasan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan ?

b. Apakah pendidikan agama Islam mempengaruhi secara positif terhadap sikap sosial keagamaan siswa kelas VIII SLTP Negeri 253 Jakarta Selatan di sekolah ?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai dari kegiatan penelitian ini adalah : a. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SLTP

Negeri 253 Jakarta Selatan

(21)

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diambil, antara lain adalah:

a. Sebagai wacana pendidikan para mahasiswa khususnya peneliti, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam dalam rangka meningkatkan sikap sosial keagamaan siswa dengan baik.

b. Peneliti dapat mendalami kajian ilmu pendidikan agama Islam

(22)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik4.

Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.5

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-II. h. 232

5

(23)

Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup6

Kata mendidik sudah digunakan pada zaman nabi Muhammad SAW seperti yang telah dituliskan dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 24 sebagai berikut:

☺⌧

7

Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".

Melihat pernyatakaan di atas, sehingga penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan teratur secara sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk menyampaikan nilai-nilai untuk dipakai si anak sehingga terbentuk kepribadian yang baik, mampu hidup tanpa bergantung kepada orang lain, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sehat jasmani dan rohani serta berguna bagi masyarakat, negara dan agama.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dikarang oleh Badudu bahwa agama adalah (Sans) kepercayaan kepada tuhan/dewa serta dengan ajaran dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaannya itu.8 menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua, bahwa agama adalah system, prinsip kepercayaan

6

Fuad Ihsan, Dasar-dasar…., hal 5. 7

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Bandung Gema Risalah Press, 1989), hal. 428

8

(24)

kepada tuhan (dewa dsb) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban–kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.9

Sebagaimana kita ketahui, bahwa agama disamping merupakan sebagai pandangan hidup, sekaligus agama adalah merupakan tuntunan hidup. Ajaran-ajaran agama memberikan tuntunan hidup kepada manusia untuk dapat mencapai kebahagiaan, baik kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Ajaran agama memberikan tuntunan hidup kepada manusia agar menempuh jalan hidup yang diperbolehkan dan dianjurkan, serta menjauhi jalan hidup yang dilarang.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang berpedoman kepada kitab suci Al-Qur`an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT10. Atau dapat dikatakan pula Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.11

Berkenaan dengan pengertian Islam di atas, hal ini dipertegas olah Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 83 yang berbunyi:

12

Artinya: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Setelah menjelaskan pengertian pendidikan, agama dan Islam secara etimologi, maka dapatlah penulis simpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya yang bertujuan untuk keselamatan hidup di dunia

9

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 10.

10

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar..., hal 388.

11

J.S. Badudu dan Mohammad Zain, Kamus Umum ..., hal 539. 12

(25)

agar mampu memiliki sikap sosial secara baik dengan sesama makhluk-Nya dan agar mendapatkan kebahagiaan diakhirat kelak.

Syahmina Zaini merumuskan bahwa pendidikan Islam ialah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.13

Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.14

Drs. Usman Said menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha untuk terbentuknya/membimbing/menuntun rohani jasmani seseorang menurut ajaran Islam.

Drs. Abd. Rahman Shaleh menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.15

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang berlangsung dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dalam membentuk kepribadian serta menemukan dan mengembangkan fitrah yang dibawa sejak lahir, guna kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar dari suatu bangunan adalah bahagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan sekaligus sebagai landasan untuk tetap berdiri bangunan itu. Demikian pula halnya dengan dasar suatu pendidikan, yaitu sesuatu dari pendidikan yang diharapkan dengan itu menjadi dasar tersebut.

13

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), Cet ke-I, hal 22.

14

Zakiyah Daradjat , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), Cet ke-II, hal 86.

15

(26)

Dengan dasar tersebut setiap aktivitas yang dilakukan manusia lebih terarah dan jelas sasaranya.

Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari segi:

a. Dasar Yuridis Hukum

Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-sekolah ataupun dilembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar dari yuridis formal tersebut ada 3 macam, yakni:

1). Dasar Ideal

Yakni dasar dari falsafah negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.

Untuk merealisir hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak, karena tanpa adanya pendidikan agama, akan sulit untuk mewujudkan sila pertama dari pancasila tersebut.

2). Dasar Struktural

Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:

- Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

- Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

(27)

beragama tersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing diperlukan adanya pendidikan agama.16

3). Dasar Operasional

Yang dimaksud dasar operasional ialah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang disebutkan pada undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 sisdiknas tentang sistem pendidikan nasional, pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 yang berbunyi: bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.17

Begitu pula dalam pasal 30 ayat 1 sampai 5 yang menjelaskan tentang pelaksanaan pendidikan keagamaan yang berbunyi:

1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja, samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan (4), diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.18

16

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 25-26. 17

Anggota IKAPI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2006), hal 2.

18

(28)

b. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur`an maupun Al-Hadits. Dalam ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya19. Dalam Al-Qur`an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya perintah tersebut, antara lain: 1). Dalam Surat Al-Alaq: ayat 1-5, yang berbunyi:

20

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

Al-Qur`an sebagai dasar pendidikan agama Islam, memiliki pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang lengkap, baik pendidikan masyarakat (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan alam semesta. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Qur`an.

Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an, maka dalam pelaksanaan pendidikan Islam mampu mengarahkan dan

19

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 26. 20

(29)

mengantarkan manusia menjadi insan yang berakhlak mulia, serta mampu mencapai esensi-esensi nilai ubudiyah pada khaliknya.21

Dari penjelasan-penjelasan di atas tidak lah berlebihan kalau kitab Al-Qur`an sebagai sumber utama bagi pendidikan Islam.

2). Hadits Nabi

ﺎ ﺪ

,

ﺮ ا

ﺎ ﺮ ا

ﺎ ا

ﺪ ﺎ ا

نﺎ ﻮ

,

ﺔ ﻄ

نﺎ

,

ﷲا

ﻮ ا

ﺔ آ

ا

لﺎ

وﺮ

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

ا

ﻮ و

اﻮ

اﻮ ﺪ و

اﺬه

رﺎ ا

ْاﻮ

اﺪ

بﺬآ

و

جﺮ و

اﺮ ا

Artinya: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Muhammad bin

Yusuf memberitahukan kepada kami dari Abdurrahman Tsabit bin Tsauban Al-Abid Asy Syami, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah As-Saluli dari Abdullah bin Amr berkata:” Rasulullah Saw bersabda: ‘sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani israil dan tidak ada dosa, dan barang siapa berdosa atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka” Hadits ini adalah hasan shahih.22

Dalam dunia pendidikan, peran As-Sunnah memliki dua peranan pokok:

a). As-Sunnah, mampu menjelaskan konsep pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur`an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak terdapat di dalamnya.

b). As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam menentukan metode pendidikan. Misalnya kita dapat menjadikan kehidupan rasulullah dengan para sahabatnya sebagai sarana penanaman keimanan

Ayat dan hadits diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah untuk mendidik manusia dan mengajarkan

21

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 27. 22

(30)

agama, baik pada keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun hanya sedikit).

c. Dasar Sosial Psikologis

Semua manusia selama hidup di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Mereka akan merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa23. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Ar-Ra`d(13):28, yang berbunyi :

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.24

Karena itu, maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah meraka ke arah yang benar sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran agama Islam.25

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Segala usaha yang dilakukan tentu saja mempunyai tujuan, sebab tujuan merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selesai dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan/usaha.

23

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, 28. 24

Departeman agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya..., hal 373. 25

(31)

Demikian pula dalam proses pendidikan, tanpa adanya suatu tujuan maka akan menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya.

Pendidikan agama Islam adalah bagian yang integral dari pendidikan nasional pendidikan agama merupakan suatu segi dari pada keseluruhan pendidikan anak didalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama sebagaimana dikutip oleh Zakiah Darajat dikatakan bahwa tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku tindakan keseluruhan hidupnya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan akhirat.26

Tujuan pendidikan agama Islam dapat dirumuskan pula oleh para ahli, antara lain:

a. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, mengemukakan pendapat bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu:

1). Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaati- Nya dan berkepribadian yang mulia.

2) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan mengenalkan adab sopan santun Islam, serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaraan agama atas dasar cinta dan senang hati.

3). Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia, dan membenci akhlak yang rendah

4). Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain dan memeliahara hak milik pribadi, negara, dan kepentingan umum.

b. H. Mahmud Yunus menjelaskan tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut:

26

(32)

1). Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah SWT dalam hati anak-anak, yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. 2). Mendidik anak-anak dari kecil, supaya membiasakan akhlak yang mulia

dan adat kebiasaan yang baik.

3). Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, budi luhur, dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama c. Masaruddin Siregar mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT 27

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian muslim yang bermoral, budi luhur, bertakwa kepada tuhan agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

4. Materi Pendidikan Agama Islam di SLTP

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.

Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan yang vertikal antara manusia dengan khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan agma Islam, isi ajarannya meliputi segi iman, islam dan ihsan.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan manusia dalam kehidupan, ruang lingkup pengajarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Ini merupakan suatu hal yang amat penting, yaitu dengan memiliki rasa tanggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri manusia

27

(33)

agar nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam suatu kehancuran, maka hanya dengan diri sendiri lah yang dapat melakukan ini semua.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.

Hubungan manusia dengan alam sekitar, sekurang-kurangnya memiliki 3 arti bagi kehidupan anak didik, yaitu:

1). Mendorong anak didik mengenal dan memahami alam, sehingga ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki, dan dengan kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyknya dari alam sekitar. 2). Dari pengenalan itu akan tumbuh rasa cinta dengan alam yang melahirkan

kekaguman baik karena keindahan, maupun keanekaragaman kehidupan yang terdapat di dalamnya.

3). Pengenalan, pemahaman dan cinta alam. Ini mendorong anak melakukan penelitian dan eksperimen dan mengeksplorasi alam, sehingga menyadarkan dirinya akan sunatullah dan kemampuan akan menciptakan suatu bentuk baru dan bahan-bahan yang ada disekitarnya.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) secara umum meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:

a). Keimanan e). Muamalah b). Ibadah f). Syari’ah, dan c). Al-Qur’an g). Tarikh28

d). Akhlak

Keimanan bersifat i`tijad, mengajarkan keesaan kepad Allah Swt, sebagai tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ibadah yaitu mengerjakan semua rukun Islam, membicarakan hal-hal yang wajib dan sunah, yang membuat ibadah itu sah/batal, rukun, syarat dan lain-lain. Al-Qur`an adalah yang mengajarkan tentang cara membaca, memahami, menyalin, mengartikan dan menghayati isi kandungan al-Qur`an. Muamalah adalah yang mengajarkan

28

(34)

tentang tata cara dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat, seperti hukum jual beli, sewa-menyewa serta hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.

Syari`ah adalah mengajarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia. Akhlak adalah mengajarkan siswa untuk selalu berbuat baik kepada semua makhluk dan selalu memiliki sifat-sifat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tarikh adalah yang mengajarkan siswa untuk mampu mengambil hikmah/manfaat dari sejarah perkembangan Islam sejak masa kenabian, masa khulafaur rasyidin, sampai pada sahabat-sahabat nabi yang lain serta mampu meneladaninya. B. Pengertian sikap

Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sesuai dengan pengertian sikap yang dikemukakan oleh Dr. Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.29

G.W.Allport (1935) mengemukakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.30

Ngalim purwanto mendefinisikan sikap sebagai suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.31

Pengertian sikap juga dikemukakan oleh Dra, Zikri Neni Iska, M.Psi, yang menjelaskan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk beritndak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu, atau sikap juga dapat diartikan kecendrungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.32

29

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet Ke-II, hal 103.

30

Michael Adryanto, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1994), Cet Ke III, hal 137. 31

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet Ke XVI, hal 141.

32

(35)

Dari pengertian sikap diatas sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sikap ialah respon atau bentuk tubuh seseorang ketika melihat suatu objek yang dilihatnya yang akan menimbulkan suatu prilaku tertentu. 1. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap

Proses pembentukan dan perubahan sikap antara lain:

a. Adopsi: Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi: Hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, berkembang sejalan dengan berkembangnya inteligensi, pengalaman dan usia yang kemudian dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya. Misalnya, balita yang mulanya takut dengan dengan orang dewasa yang bukan ibunya, maka lama kelamaan sesuai dengan perkembanganya si-balita dapat membedakan antara bapaknya, bibinya, pamannya, dan kakanya, yang disukai dengan orang tidak disukainya.

c. Integrasi: Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga terbentuknya sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma: Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat menyebabkan terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang pernah kecopetan di bis kota tidak mau dia naiki/gunakan.33

2. Aspek-aspek Sikap :

a. Aspek Kognitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu.

33

(36)

b. Aspek Afektif : Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, dan sebagainya yang ditujukan kepada obyek-obyek tertentu.

c. Aspek Konatif : Berwujud proses tendensi/kecederungan untuk berbuat suatu obyek, misalnya : kecenderungan memberikan pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.34

Membahas mengenai sikap, maka secara tidak langsung mengajak penulis untuk membahas hal-hal yang masih ada kaitanya dengan masalah sikap itu sendiri, yang diantaranya adalah: akhlaq, Etika, Moral, Adat Kebiasaan, Kepribadian

1). Akhlak

Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama. Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah jama dari kata khuluqun atau khuluq

yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Kata

akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya di dalam hadits sebagai terlihat berikut ini :

ﺎ ا

ﺆ ا

آا

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

لﺎ

لﺎ

ةﺮ ﺮه

ا

ا

)

دوادﻮ ا

اور

(

Artinya: Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Swa bersabda: Orang mu`min yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.(HR. Abu Daud) 35

ﻚ ﺎ

:

و

ﷲا

ﷲا

لﻮ ر

نا

ا

ل

:

ﺎ ا

ق

ا

مرﺎﻜ

)

ﻚ ﺎ

ور

(

34

Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta), hal 162. 35

(37)

Artinya: “Diberitahukan dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepadanya (imam Malik), sesungguhnya rasulullah Saw bersabda: Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR. Malik).36

Hadits pertama menggunakan khuluq dengan arti budipekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlaq untuk arti budipekerti. Dengan demikian kata akhlaq dan khuluq secara kebahasaan berarti budipekerti, adat kebiasaan,perangai, atau segala sesuatu yang sudah menjadi suatu tabiat atau tradisi 37

Di dalam da`iratul ma`arif dikatakan

ا

ْ

ق

ه

تﺎ

ْ ا

نﺎ

د ا

Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.

Prof.Dr.Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak, contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.

Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan, (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.

Al-Mu`jam al-wasit menyebutkan definisi akhlak sebagai berikut:

ْا

ْ

لﺎ

ْ

را

ْﺪ

ر

ْﻬ

ْا

ْ

لﺎ

ْ

ْﺮ

ا

ْو

ْ

ْﺮ

ا

ْﻜ

و

ر

ْؤ

Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam perbutan baik dan buruk, tanpa, membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 38

Ibnu Miskawih dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq, mengatakan bahwa akhkaq adalah :

لﺎ

ْ

دا

ا

ْ ا

ْ

ْﺮ

ْﻜ

و

ر

ْو

36

Imam Malik, Muwatha, Husnul Khuluk, (Madinah: Darul Harits, 1993), Juz I, hal 686. 37

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta : CV. Karya Mulia, 2005), hal 25-26.

38

(38)

Artinya

:

”Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi)”.

Sementara itu imam Al-Ghazali yang bergelar sebagai Hujjatul Islam (Pembela Islam), karena kepiawannya membela Islam dari berbagai paham yang menyesatkan, dengan agak lebih luas lagi yang dikemukakkan ibnu Miskawih di atas.

Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan ”teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini berkerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Akhlak menurut Al-Ghazali, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, bahwa akhlak mempunyai tiga dimensi:

Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan tuhannya, seperti ibadah dan shalat.

Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya.

Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya.39 Al-Ghazali memberi definisi akhlak sebagai berikut:

ﺔ ار

ا

ﺔ ه

ةرﺎ

,

ﺮ و

ﺔ ﻮﻬ

لﺎ ا

رﺪ

ﺎﻬ

ﺔ ورو

ﺮﻜ

ﻰ ا

ﺔ ﺎ

,

رﺪ

ﺔ ﻬ ا

ﺎآ

نﺎ

ا

لﺎ ا

ﺎﻬ

ﺎﻬ

ردﺎ ا

نﺎآ

ناو

ﺔ ﻬ ا

ﺎ ﺮ و

ةدﻮ

ا

رﺪ

ا

ه

ا

ﺔ ﻬ ا

ا

لﺎ ا

Artinya: Akhlak adalah suatu sikap (bay`ah) yang mengakar dalam jiwa yang

darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya

39

(39)

lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara, maka ia disebut akal yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbutan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk.

Dengan demikian akhlak itu mempunyai empat syariat : a. Perbuatan baik dan buruk

b. Kesanggupan melakukanya c. Mengetahuinya

d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk.40

Ibnu sina lebih menekankan akhlak pada hubungan yang sepantasnya terjadi antara individu dengan orang lain. Dalam kaitanya dengan filsafat akhlaknya ini Ibnu sina mengatakan bahwa manusia merupakan sasaran pengaruh materi, sehingga ia banyak melakukan kesalahan dan dosa, keadaan ini merupakan sebab utama yang menghambat manusia dalam memperoleh kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya, oleh sebab itu, manusia harus mengetahui keburukan dan kekurangannya itu, lalu memperbaikinya.

Untuk mengetahui akhlak diri sendiri itu, Ibnu sina mengemukakan dua cara, yaitu dengan cara mengenal akhlak diri sendiri melalui orang lain, setelah cara yang pertama ini ditempuh, dan masih terasa belum memiliki akhlak yang terpuji, maka hendaknya ia menempuh cara perbuatan yang terpuji dan mendatangkan pahala, serta menjauhi perbuatan tercela, yang mendatangkan siksa, dalam hal akhlak ini, Ibnu sina juga berbicara mengenai sifat-sifat terpuji dan tercela, keutamaan dan keburukan daya keinginan dan keutamaan yang tinggi dalam pembinaan akhlak.41

Dalam konsepnya akhlaq adalah suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa

40

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…, hal 28-29. 41

(40)

ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen) dan ada yang berasal kebiasaan dan latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsur watak naluri dan unsur usaha lewat kebiasaan dan latihan.

Sedangkan menurut Al-Farabi, sebagaimana yang telah dikutif oleh Muhamad Ardani, ia menjelaskan bahwa akhlaq itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.42

Jadi, pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran 43

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tetanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya, sifat itu dapat terlahir berupa perbuatan baik disebut akhlak yang mulia atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Ruang lingkup akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut:

a). Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan menghindari syirik, bertaqwa kepadanya, memohon pertolongan kepadanya dan lain-lain.

b). Pola hubungan manusia dengan rasulullah saw, yaitu menegakkan sunah rasul, menziarahi kuburannya di madinah dan membacakan shalawat.

c). Pola hubungan manusia dengan dirinya, seperti menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak dan memberantas kedzaliman.

d). Pola hubungan dengan masyarakat, dalam konteks kepemimpinan, seperti menegakkan keadilan, berbuat ihsan, menjunjung tinggi musyawarah,

42

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf …,hal 29. 43

(41)

memandang kesederajatan manusia dan membela orang-orang yang lemah, mentaati pemimpin, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan kepemimpinan.44

2). Etika

Perkataan etika berasal dari perkataan yunani etos yang berarti adat kebiasaan, di dalam ensiklopedi pendidikan diterangkan bahwa etika adalah sifat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Pengertian etika dilihat dari suatu terminologi (bahwa etika ialah ilmu tentang sifat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya.

Di dalam dictionary education dikatakan bahwa etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenaranya, sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.

Etika sebagai salah satu dari cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal fikiran atau dengan kata lain, dengan akallah orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia.

Hamzah Ya`qub menyimpulkan/merumuskan sebagaimana yang telah di kutif oleh Franz Magnis Suseno : “Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal fikiran.45

Menurut Aristoteles bahwa etika adalah tindakan betul sejauh mengarah kepada kebahagiaan, salah sejauh mencegah kebahagiaan, etika Aristoteles bukan

44

Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: CV ALVABETA, 1993), hal 205-209.

45

Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19,

(42)

universalistic karena yang diperhatikan bukan akibatnya pada umumnya, melainkan akibat bagi si pelaku,. Karena itu, etika Aristoteles sering dikatakan termasuk etika EGOIS dalam arti bahwa yang menentukan adalah bagi si pelaku. Menurut Aristoteles orang hendaknya bertindak sedemikian rupa sehingga ia diarahkan kepada kebahagiaan.

Etika Aristoteles juga disebut EUDEMONISME karena nilai tinggi adalah kebahagiaan. Cita-citanya adalah “HIDUP YANG BAIK”, euzen. Etika Aristoteles mau mengantar kepada cara hidup yang terasa bermakna, positif, bermutu, memuaskan.46

Pemakaian istilah etika sering disamakan dengan pengertian ilmu akhlak, namun antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaaan dan persamaan, persamaannya antara lain terletak pada objeknya yaitu sama-sama membahas buruk baik tingkah laku manusia, sedangkan perbedaanya, etika menentukan buruk baik perbuatan manusia dengan tolak ukur akal fikiran, ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama (Al-Qur`an dan Al-Hadits) 47 3). Moral

Moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jama dari mos yang berarti adat kebiasaan, di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dictionary education dijelaskan bahwa moral ialah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.

Di dalam The Advenced learler`s Dictionary of Current English dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut:

a). Prinsif-prinsif yang berkenaan dengan benar dan salah b). Baik dan buruk

c). Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah d). Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik

46

Franz Magnis Suseno..., hal 41. 47

(43)

Dengan melihat keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai/hukum baik dan buruk benar atau salah.

Dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk dengan tolak ukur akal fikiran, dalam pembahasan moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang hidup di masyarakat.

Pengertian moral yang disebutkan di dalam Ensiklopedi Pendidikan adalah nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih nilai hidup (moral), juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk menentukan baik/buruk, maka untuk mengukur tingkah laku manusia baik atau buruk dapat dilihat dari persesuaiannya dengan adat istiadat yang umum diterima yang meliputi kesatuan sosial lingkungan tertentu, karena itu dapat dikatakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya bersifat lokal.48

Sekarang dapat dilihat persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya masing-masing, ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur`an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal fikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. 49

4.Adat Kebiasaan

Tiap suku atau bangsa mempunyai adat istiadat tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya, dipandang baik bagi orang yang megikutinya, dan dipandang buruk bagi siapa yang melanggarnya. Oleh karena itu, orang berusaha mendidik anak-anaknya agar dapat mengikuti adat istiadat yang ada dan jangan sampai melanggarnya.

Menurut pendapat ini, suatu perbuatan dapat dikatakan baik bila ia sesuai dengan adat istiadat yang ada dimasyarakat dan dikatakan buruk bila ia menyalahinya.

48

Asmaran, Pengantar Studi…, hal 8. 49

(44)

Jika diselidiki secara seksama adat istiadat itu tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan buruk baiknya perbuatan manusia, karena ada perintah atau larangan yang berdasarkan adat kebiasaan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat. Pada orang jahiliyah (bangsa Arab) umpamanya, kebiasaan meguburkan anak perempuan yang masih bernyawa dianggap perbuatan yang mulia, tetapi bagi kita, perbuatan itu adalah perbuatan yang tercela50.

5. Kepribadian

Gw Allport berpendapat bahwa personality atau kepribadian adalah suatu organisasi psikhopysis yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

May berpendapat bahwa personality itu merupakan perangsang bagi orang lain jadi bagaimana cara orang lain itu bereaksi terhadap kita itu lah kepribadian kita.

Menurut prience, disamping disposisi yang dibawa sejak lahir berperan pula disposisi-disposisi psykhis lainya yang diperoleh dari pengalaman

Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa: a). Personality itu merupakan suatu kebulatan b). Kebulatan itu bersifat kompleks

c). Kompleksnya itu disebabkan oleh karena banyaknya faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar yang ikut menentukan kepribadian itu. 51

Menurut Wetherington bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a). Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya.

50

Asmaran, Pengantar Studi…, hal 27 51

(45)

b). Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu.

c). Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada fikiran orang lain dan isi fikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang.

d). Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang.

e). Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.52

Dari keenam konsep di atas menentukan yang sangat erat sekali dengan sikap, akan tetapi konsep sikap yang apabila masuk kepada salah satu dari enam konsep di atas dapat berbeda-beda dalam hal penilaiannya terhadap sikap itu sendiri, misalnya baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi moral maka dapat di tentukan dengan nilai yang ada di dalam masyarakat, lain halnya dengan akhlak, baik buruknya perbuatan seseorang bila dinilai dari segi akhlak maka dapat ditentukan dengan nilai yang ada di dalam Al-Qur`an dan Sunnah, akan tetapi persamaannya adalah pada letak obyeknya yaitu sama-sama menilai baik buruk/benar salah tingkah laku manusia, dengan kata lain tingkah laku yang timbul dari diri seorang manusia, yang diawali dengan adanya sikap yang lahir akibat respon terhadap obyek/orang terlebih dahulu

C. Konsep sosialisasi 1. Pengertian sosialisasi

Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of socienty” proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

52

(46)

George herbert mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Pengembangan manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap, tahap play stage, tahap game stage, tahap generalizez other.

Menurut Mead play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Pada tahap game stage, seorang tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisas (generalized other), seorang anak dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami perananya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi.53

Sedangkan yang dimaksud dengan sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek sosial.misalnya: sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka selalu menghormatinya dengan secara khidmat dan berulang-ulang pada hari nasional di negara-negara tersebut.54

Bagi Islam bentuk disiplin sosial adalah kesadaran menghayati dan melakukan hak dan kewajiban bagi para pemeluknya, baik dalam sikap, prilaku, perkataan, perbuatan maupun pemikiran. Bila hak dan kewajiban masing-masing bisa dipenuhi, maka tentu akan timbul sikap-sikap solideritas sosial, toleransi, kerjasama dan lain-lain

Sikap-sikap itu merupkan disiplin sosial yang sangat erat hubungannya dengan ajaran Islam yang mempunyai cakupan luas, seluas aspek kehidupan yang berarti, bahwa Islam sebenarnya mampu menjadi sumber referensi nilai bagi

53

Kamanto sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), hal 23-28.

54

(47)

bentuk-bentuk kehidupan sosial. Lebih dari itu, mengaktualisasikan sikap-sikap itu dengan motivasi ajaran dan perintah agama, berarti melakukan ibadah.55

Sejalan dengan semangat Al-Qur`an yang bersifat sosiologis kemanusiaan yang berbunyi :

⌧ ⌧

⌧ ⌧

56

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Dalam al-hadits pun banyak menyinggung betapa penting pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam hubungannya dengan mengangkat status soaial masyarakat, untuk mewujudukan misi pendidikan Islam itu, seluruh komponen yang terdapat dalam pendidikan, seperti kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana, waktu, dan sebagainya harus dirancang dengan mempertimbangkan kepentingan sosial.

55

Mahfud Sahal, Nuansa Fiqih…,hal 260. 56

(48)

Kurikulum yang biasanya berisi sejumlah mata pelajaran yang akan diajarkan, misalnya harus didasarkan pada asas manfaat, kepentingan anak didik, dan kepentingan sosial pada umumnya. Sejauh mungkin setiap mata pelajaran yang diajarkan tidak hanya berhenti pada segi kognitif dan keterampilan semata, tetapi harus pula memunculkan aspek pendidikan. Seorang guru yang mengajarkan matematika misalnya mengemban misi pengajaran dan pendidikan. Misi pengajaran adalah melatih agar anak didik menguasai teori dan rumus matematika serta menerapkannya dalam hitung-menghitung secara cepat, tepat dan benar sedangkan misi pendidikannya adalah membentuk pribadi anak agar memiliki kepribadian yang teliti, cermat, bekerja secara sistematis dan jujur. Sikap-sikap ini selanjutnya dijabarkan dan diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian pula pelajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan dan keahlian, tetapi juga dapat membentuk perilaku. Dengan kata lain, pelajaran agama tersebut memiliki nilai taransformatif bagi kehidupan jika dalam pelajaran fiqih seorang anak diajarkan shalat, maka bagaimana shalat tersebut tidak hanya berhenti sekedar formalitas tanpa makna transformatif bagi kehidupan sosial. Padahal dalam ayat Al-Qur`an sudah dengan jelas bahwa shalat yang dikerjakan seseorang seharusnya dapat membentengi dirinya dari perbuatan yang keji dan munkar. Demikian pula dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa shalat yang diterima oleh Allah adalah shalat yang menbuat pelakunya merendah diri terhadap kebesaran Allah, tidak bersikap sombong terhadap makhluk Allah, tidak berkeras menentang perintah Allah, tetapi senantiasa ingat kepada Allah dan menaruh perhat

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Item Pertanyaan Angket Penelitian
Tabel 2              Interpretasi data
tabel (r) baik pada taraf signifikansi 10% maupun 5% namun lebih dahulu
Tabel 4 Jumlah Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

cukup baik (sedang). Tidak ada perbedaan yang signif ikan dalam sikap hidup ber - sih dalam 3 kategori potensi bersih, akan tetapi terdapat perbedaan yang logis

Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan suasana keagamaan di sekolah melalui pembelajaran dikelas, tidaklah cukup untuk membekali peserta didik menjadi manusia yang

Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan, bimbingan,

Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia ternyata tidak bisa hanya mengandalkan

Peneliti akan mengkaji bagaimana penanaman nilai-nilai keagamaan di yang dilakukan guru PAI dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik dengan menanamkan 3 aspek

18 Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada hasil wawancara dengan guru dan siswa yang mengacu pada. proses pembentukan sikap dan perilaku

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti terhadap sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar dengan responden sebanyak 37 orang dengan melihat