• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ANDI FIRSAWATI AKMAL NIM: 20100119092

Dosen Pembimbing:

Pembimbing I : Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I.

Pembimbing II : Drs. Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andi Firsawati Akmal NIM : 20100119092

Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 11 Mei 2001 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Alamat : Jln. AMD Borong Jambu

Judul : Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar

merupakan hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 16 Agustus 2023 Penyusun,

Andi Firsawati Akmal 20100119092

(3)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Tiada kata yang paling indah selain ucapan Syukur alhamdulillah penyusun persembahkan kepada Allah swt, yang telah memberikan Kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Hubungan Antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar”. Salawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw. Yaitu suri tauladan bagi seluruh alam, Nabi yang telah membawa ummat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak di setiap tahapnya, baik itu bantuan yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. tanpa bantuan tersebut proses penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Terkhusus untuk ibunda tercinta Hj fitriani dan ayahanda Andi Akmal AR, penulis ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas jasa yang tidak dapat dihitung dan kasih sayang yang tak pernah putus. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor II, Dr. H. Andi Aderus, Lc., M.Ag., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H. Muh. Khalifah Mustami, M.Pd., dan Wakil Rektor IV, Prof.

Dr. H. Muhammad Amri, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN

(5)

v

Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. H. Muh. Rapi, M.Pd., selaku Wakil Dekan I, Dr. M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan II, dan Dr. Ridwan S.Ag. M.Pd. selaku Wakil Dekan III, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menambah ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. dan Drs. Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd., selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran membimbing dan mengarahkan peneliti mulai dari bagian awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dr. Nuryamin. M.Ag. dan Dr. Sitti Riadil Janna, M.A., selaku penguji I dan penguji II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang penuh ketulusan hati dan keikhlasan mengabdikan diri tanpa mengenal lelah.

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan agama islam angkatan 2019 banyak terima kasih atas dukungan, semangat, partisipasi dan kerjasamanya selama menempuh proses studi.

(6)

vi

8. Peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar yang telah membantu peneliti selaku responden. Penyusun ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas kerjasamanya.

9. Kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, serta peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar yang telah memberi izin mengadakan penelitian dan membantu dalam proses pengumpulan data.

10. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penyusun selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin.

Gowa samata, 16 Agustus 2023 Penulis

Andi Firsawati Akmal NIM 20100119092

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………..…… i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ………..……. ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ………..…. iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL……….. viii

ABSTRAK……….. ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Hipotesis……… 6

D. Definisi Operasional………. 6

E. Kajian Pustaka………... 8

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….. 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti……… 14

B. Konsep Sikap Sosial……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian……….. 29

B. Pendekatan Penelitian……….. 30

C. Populasi dan Sampel……… 31

D. Metode Penelitian……… 34

E. Metode Pengumpulan Data………. 35

F. Instrument Pengumpulan Data……… 35

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil penelitian……… 43

B. Pembahasan………. 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 64

B. Implikasi penelitian……….. 65

DAFTAR PUSTAKA ………..…... 67 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator Penilaian……… 7 Tabel 3.1 Jumlah peserta didik Kelas VIII di SMPN 17 Kota

Makassar……… 34 Tabel 3.2 Jumlah Proporsional Random Sampling Peserta Didik

Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar……… 36 Tabel 3.3 Sistem Penskoran Instrumen Penelitian……… 39 Tabel 3.4 Pedoman Penafsiran Koefisien Korelasi………... 45 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Angket `Pemahaman Pendidikan

Agama Islam Dan Budi Pekerti (X)………. 49 Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden (X)……… 52 Tabel 4.3 Menghitung Nilai Mean………... 52 Tabel 4.4 Menghitung Variasi Dan Standar Deviasi……… 53 Tabel 4.5 Analisis Data Deskriptif Pemahaman Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kelas VIII SMPN 17…………... 54 Tabel 4.6 Kategori Pemahaman Pendidikan Agama Islam Dan Budi

Pekerti……… 55

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Sosial Peserta didik (Y) 55 Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden (Y)……….. 58 Tabel 4.9 Menghitung Nilai Mean………. 59 Tabel 4.10 Menghitung Variasi Dan Standar Deviasi……….. 59 Tabel 4.11 Analisis Data Deskriptif Sikap Sosial Pekerti Kelas VIII

SMPN 17 Kota Makassar……….. 60

Tabel 4.12 Kategori Pemahaman Sikap Sosial Peserta Didik……… 61 Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Dengan Teknik Kolmogorov

Smirnow (X-Y)………. 62

Tabel 4.14 Uji Kolerasi………... 63

Tabel 4.15 Uji T……….. 64

(9)

ix ABSTRAK Nama : Andi Firsawati Akmal NIM : 20100119092

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta

Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Pemahaman Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar”.Penelitian ini bertujuan untuk:1)Untuk mendeskripsikan pemahaman pendidikan agama Islam dan budi pekerti terhadap peserta didik di SMPN 17 Kota Makassar; 2) Untuk mendeskripsikan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar; 3) Untuk menganalisis apakah pendidikan agama Islam dan budi pekerti mempengaruhi secara positif terhadap sikap sosial peserta didik Kelas VIII di SMPN 17 Kota Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. penelitian ini dilaksanakan di SMPN 17 Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar yang berjumlah 368 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 orang dengan menggunakan Teknik pengambilan sampel yaitu proporsional random sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Untuk memecahkan suatu masalah tersebut maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Beberapa instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, angket dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk Hubungan Antara Pemaham Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMPN 17 Kota Makassar diperoleh nilai rata-rata 86,65 dengan kategori sedang. kemudian sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar dengan rata-rata sebesar 47,3 dengan kategori sedang. Adapun hasil analisis inferensial diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov signifikansi sebesar 0,200 dengan taraf signifikansi 0,05.

Nilai signifikansi yang diperoleh tersebut lebih besar dari α (0,200 >0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hubungan antara Pendidikan agama islam dan budi pekerti dengan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar berdistribusi normal. Kemudian Hasil hitung dengan uji korelasi menggunakan SPSS bahwa hubungan pemahaman Pendidikan agama islam dan budi pekerti dengan sikap sosial peserta didik tidak terdapat hubungan atau tidak berkorelasi dilihat dari hasil signifikansi 0,483 yang berarti 0,483 > 0,05. Implementasi dalam penelitian ini 1): bagi pendidik, yaitu mampu menerapkan pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti sehingga tidak ada kesenjangandengan sikap sosial peserta didik,2):bagi peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar, hendaknya bias memahami pendidikan agama islam dan budi pekerti, 3):bagi peneliti yang akan datang, bias dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian terhadap hubungan antara pemhaman pendidikan agama islam dan budi pekerti dengan sikap sosial peserta didik.

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kesadaran diri seseorang atau sekelompok orang untuk mengubah serta mengembangkan potensi atau pengetahuan yang dimiliki.

Pendidikan merupakan suatu proses yang mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan adanya pendidikan maka akan mampu memberikan perubahan dalam diri peserta didikyang dapat berfungsi dalam kehipan bermasyrakat. Menurut Deni Kurniawan, proses belajar mengajar merupakan proses aktif internal individu yang dimana prosesnya melalui pengelamannya berinteraksi dengan lingkungannya.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang bersifat kompleks dan dinamis.

Kompleks yang berarti terdiri dari berbagai komponen, sedangkan dinamis berarti terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan tersebut mendorong pelaksana pendidikan untuk terus berkembang dengan baik dari segi perencanaan dan pelaksanaan agar tujuan pendidikan khususnya indonesia dapat terwujud.

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang membentuk watak dan perilaku secara sistematis, terencana dan terarah. Sedangkan sosial secara ensiklopedis berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat atau secara abstraktif berarti masalah-masalah kemasyarakatan yang menyangkut berbagai fenomena hidup dan kehidupan orang banyak, baik dilihat dari sisi mikro individual maupun makro kolektif. Dengan demikian sosial keagamaan berarti masalah-

(11)

masalah sosial yang mempunyai implikasi dengan ajaran islam atau sekurang- kurangnya memiliki nilai Islamiyah.1

Dilihat dari pengertian pendidikan diatas yaitu bertujuan untuk mendewasakan dan membentuk peserta didik dapat bersikap dan berperilaku sosial keagamaan yang bersumber dari suatu proses belajar-mengajar yang tentunya ada campur tangan dari guru di sekolah.

Guru sebagai pendidik menurut jabatannya yaitu menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat, dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima oleh guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya yaitu kasih sayang kepada peserta didik dan tanggung jawab kepada tugas pendidik.2

Salah satu tujuan pendidikan agama Islam di sekolah yaitu untuk menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama serta menumbuh kembangkan akhlak mulia dan budi pekerti seseorang.3 Dalam naskah akademik agama Islam dalam Daulay menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang memiliki pengetahuan, cerdas, produktif, rajin beribadah, jujur, adil, etis, disiplin dan menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.4

1Mahfud Sahad, Nuansah Fikih Islam (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1994), h. 126.

2Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Cet. III Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 8.

3Kemendikbud, Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/

Sekolah Menengah Kejuruan / Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) online, http:/silabus-sma-kurikulum-2013-revisi- 2016/pai, diakses tanggal 29 Januari 2022.

4Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Jakarta:

Kencana, 2016), h. 37.

(12)

3

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan agama Islam yang paling utama adalah “beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat”. Sedangkan Ahmad D.

Marimba menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah suatu bentuk kepribadian seorang Muslim yang bertakwa kepada Allah. Pendapat ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat/51:56 berikut ini:

ِ نوُدُبْعَيِل َّلَِّإ َسْنِ ْلْا َو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَم َو

Terjemahnya:

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.5

Menurut Tafsir M. Quraish Shihab Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada-ku, tetapi mereka Aku ciptakan untuk beribadah kepadaku. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk mereka sendiri.6

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat menyempurnakan keimanannya, ketakwaan dan akhlak mulia yaitu sikap sosial yang baik: jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun dan percaya diri. Dalam pelaksanaan pembelajaran agama Islam dan budi pekerti di sekolah yang menjadi garda terdepan dalam menanamkan sikap sosial peserta didik adalah guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti.7 Sesuai dengan firman Allah yang artinya dalam QS Al-Maidah/5:2 berikut ini:

اَهُّ يَآيٰ ََنْيِذَّلا اْوُ نَمٓا ََل اْوُّلُِتُ ََرِٕى ۤاَعَش َِّٓللا ََلَو ََرْهَّشلا ََماَرَْلْا ََلَو ََيْدَْلْا ََلَو ََدِٕىۤ َلََقْلا َاَلَو ََْيِّم ۤ

ََتْيَ بْلا ََماَرَْلْا ََنْوُغَ تْ بَ ي ًَلَْضَف َْنِّم َْمِِّبَّّر ًَناَوْضِرَو اَذِاَو ۗ َْمُتْلَلَح اْوُداَطْصاَف ََلَو ۗ َْمُكَّنَمِرَْيَ َُنٓاَنَش ٓا

5Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 517.

6M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:

Lentera Hati, 2005), h. 9.

7Abdul Majid, S. M, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012).

(13)

َ مْوَ ق َْنَا َْمُكْوُّدَص َِنَع َِد ِجْسَمْلا َِماَرَْلْا َْنَا اْْۘوُدَتْعَ ت اْوُ نَواَعَ تَو ىَلَع َِِّبْلا َ ىٓوْقَّ تلاَو ََلَو اْوُ نَواَعَ ت ىَلَع َِْثِْلا َِناَوْدُعْلاَو اوُقَّ تاَو ۗ ََّٓللا ََّنِا ۗ ََّٓللا َُدْيِدَش َِباَقِعْلا

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah., dan janganlah melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya, dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.8

Menurut tafsir M. Quraish Shihab sebagaimana disebutkan dalam tafsir al- Misbahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melanggar syiar- syiar Allah seperti menasik haji pada waktu ihram sebelum tahallul (‘berhalal’

dengan cara mencukur rambut) dan hukum-hukum syariat yang lainnya. Jangan melanggar kehormatan bulan -bulan haram dengan mengobarkan api peperangan, dan jangan pula menghalangi bintang yang dikhususkan untuk dibawa ke Bait Allah (Baitullah, ka’bah) dengan merampas atau menghalanginya untuk sampai ke tempatnya. Jangan melepas kalung-kalung yang ada pada leher binatang sebagai tanda bahwa Binatang itu akan dibawa ke bait Allah dengan maksud mencari karunia dan keridaan-Nya, jika kalian selesai melaksanaan ihram kemudian melakukan tahallul, maka kalian boleh berburu. Janganlah kebencian kalian kepada kaum yang menghalangi kalian pergi ke al-Masjid al-Haram, mendorong kalian untuk memusuhi mereka. Hendaknya kalian, wahai orang-orang Mukmin, saling menolong (1) alam berbuat baik dan melaksanakan semua bentuk ketaatan dan jangan saling menolong dalam berbuat kemaksiatan dan melanggar ketentuan-

8Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 293.

(14)

5

ketentuan Allah. Takutlah hukuman dan siksaan Allah, karena siksa-Nya amat kejam bagi orang-orang yang menentang-Nya, (1) ayat ini menunjukkan bahwa al- Qur’an telah terlebih dahulu beberapa ratus tahun menganjurkan konsep Kerjasama dalam kebaikan, disbanding semua undang-undang positif yang ada.9

Sikap sosial peserta didik saat ini perlu ditingkatkan kembali seperti rasa kepeduliannya sesama manusia. Berdasarkan hasil observasi awal yang saya lakukan pada tanggal 10-12 Januari 2022, peserta didik kelas VIII di SMPN 17 Makassar memiliki sikap sosial yang kurang baik yaitu tidak disiplin seperti terlambat masuk kelas, tidak menyapa ketika melihat gurunya, oleh karena itu peneliti tertarik meneliti “Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 17 Kota Makassar?

2. Bagaimana sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar?

3. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan sikap sosial di SMPN 17 Kota Makassar?

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara mengenai rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk kalimat- kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

9M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:

Lentera Hati, 2005), h. 501.

(15)

didasarkan pada teori yang relevan, yang belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.10

Ha diterima apabila t hitung >ttabel (ada pengaruh) H0 diterima apabila thitung <ttabel (tidak ada pengaruh)

Berdasarkan kajian penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: Terdapat hubungan antara pemahaman Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar.

D. Definisi Operasional

1. Pemahaman Pembelajaran Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan agama Islam dan budi pekerti merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk saling mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia, mengajarkan agama Islam dan sumber utama kitab suci Al-Qur’an dan al-Hadits yaitu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan dan pengalaman.

Hasil belajar Pendidikan agama Islam dan budi pekerti yang penulis maksud yaitu mata kuliah Pendidikan agama Islam dan budi pekerti merupakan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits. Hasil pembelajaran Pendidikan agama Islam dan budi pekerti ini tidak semua berupa hasil yang didapat dapat diukur langsung setelah belajar, hal ini terjadi karena hasil belajar yang tidak bisa pendidik amati setelah proses pembelajaran berakhir, terutama hasil pembelajaran ranah sikap, seperti timbulnya kesadaran beragama yang mendalam sehingga beragama menjadi kebutuhan dari hidupnya.

10Sugiono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan R&B (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 64..

(16)

7

2. Sikap Sosial Peserta Didik Setelah Mempelajari Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti

Sikap sosial adalah kesadaran individu menentukan sikap yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Misalnya sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka selalu menghormati dengan secara khidmat dan berulang pada hari nasional di negara tersebut.

Pemahaman Pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan sikap sosial adalah sesuatu yang dimiliki oleh peserta didik sehingga memiliki sikap sosial yang baik. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala guttman.

No Variabel Sub Indikator Deskriptor No Soal + -

1 Sikap sosial

- Kejujuran - Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian atau ulangan

- Menyerahkan barang yang ditemukan kepada yang berwenang

- Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki - Menerima resiko (hukuman)

jika melakukan suatu kesalahan

- Tidak memberikan contekan kepada teman saat ujian - Jika terlambat datang

kesekolah, menyampaikan alasan sebenarnya kenapa bisa terlambat kepada guru

1 (6)

Toleransi - Menghargai satu sama lain - Menghargai individu dan

perbedaan

- Tujuannya kedamaian metodenya adalah toleransi

2 (6)

(17)

- Tidak memaksakan orang lain untuk pindah keyakinan - Mengganggu proses ibadah

orang lain

- Membantu teman yang tertimpa musibah

-

Kedisiplinan - Datang tidak tepat waktu - Patuh pada tata tertib dan

aturan sekolah - Mengerjakan dan

mengumpulkan tugas tepat waktu - Membawa buku tulis

sesuai mata pelajaran - Membuang sampah pada

tempatnya

- Melaksanakan amanat yang diberikan guru

- 3 (6)

Gotong royong - Mengharap imbalan Ketika membantu orang lain

- Aktif dalam bekerja kelompok

- Tidak mendahulukan kepentingan pribadi - Membersihkan ruang

kelas Bersama - Membersihkan toilet

Bersama

- 4 (5)

E. Kajian Pustaka

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut:

(18)

9

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nahda Habibah pada tahun 2019 dengan judul Pengaruh Pemahaman Mata Pelajaran Budi Pekerti Islam (BPI) Terhadap Sikap Spiritual dan Sosial Siswa, Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa pemahaman mata pelajaran Budi Pekerti Islam (BPI) dikategorikan Baik, dengan hasil rata-ratanya mencapai 27,36. Sikap Spiritual dan Sosial siswa dikategorikan Baik, dengan hasil rata-ratanya mencapai 90,50. Hasil perhitungan nilai rxy = 0,723, kemudian pada tabel “r” product moment dengan db 50 diperoleh nilai pada taraf 5%

= 0,273 dan taraf 1% = 0,354 dengan demikian nilai rxy lebih tinggi dibandingkan dengan nilai taraf 5% dan 1%. Maka Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu ada korelasi antara Pemahaman Mata Pelajaran Budi Pekerti Islam (BPI) Terhadap Sikap Spiritual dan Sosial Siswa.511 Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu mengangkat tema yang sama tentang hubungan pendidikan agama Islam dengan sikap sosial peserta didik. Perbedaannya terdapat pada fokus penelitian yaitu pada penelitian terdahulu berfokus pada bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap sikap sosial peserta didik, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan yaitu berfokus pada bagaimana hubungan pengetahuan pendidikan agama Islam dengan sikap sosial peserta didik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Metri Aulia pada tahun 2018 dengan judul:

“Pelaksanaan Penilaian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 5 Batusangkar. Kesimpulan dari penelitian Metri Aulia bahwa dalam

11Nahda Habibah, Pengaruh Pemahaman Mata Pelajaran Budi Pekerti Islam (Bpi) Terhadap Sikap Spiritual Dan Sosial Siswa, 2019.

(19)

perencanaan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial, guru Pendidikan Agama Islam sudah merujuk pada Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar penilaian Pendidikan, guru telah merumuskan tujuan penilaian sikap, menentukan teknik dan instrumen penilaian, menganalisis instrumen penilaian dan penggunaan KKM sebagai rujukan dalam pengambilan keputusan ketuntasan siswa. Kemudian dalam pelaksanaannya, penilaian sikap spiritual dan sikap sosial masih kurang maksimal karena masih adanya ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan yang telah dirancang seperti pada teknik penilaian yang digunakan. Selain itu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru dalam melakukan penilaian mengakibatkan tidak semua indikator aspek sikap spiritual dan sikap sosial dapat dinilai. Pada pengolahan dan pelaporan penilaian sikap spiritual dan sikap sosial sudah baik, guru telah menuliskan deskripsi naratif penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Kemudian melaporkannya pada wali kelas dan orang tua siswa serta melakukan tindak lanjut terhadap hasil penilaian sikap spiritual dan sikap sosial siswa.12 Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan perbedaannya dilihat dari judul maka judul skripsi Metri Aulia Adalah Pelaksanaan Penilaian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 5 Batusangkar.

Sedangkan judul penelitian saya adalah Hubungan antara Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar. Adapun persamaan penelitian saya dengan penelitian yang dilakukan oleh Metri Aulia yaitu sama-sama meneliti tentang sikap sosial.

12Metri Aulia. 2018, Pelaksanaan Penilaian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMPN 5 Batusangkar, 2018.

(20)

11

3. Penelitian yang dilakukan oleh Riska Kurniawati pada tahun 2019 dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Karakter Peserta Didik di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah pendidikan agama Islam memiliki pengaruh yang positif atau signifikan terhadap karakter Peserta didik. dan pendidikan agama Islam memiliki pengaruh juga terhadap karakter Peserta didik.13 Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan apabila dilihat dari judul skripsi maka judul skripsi Riska Kurniawati adalah Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Karakter Peserta Didik di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, Sedangkan judul skripsi saya adalah Hubungan Antara Pemahaman Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Sikap Sosial Peserta Didik Kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar. Persamaannya dapat dilihat dari jenis penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian Kuantitatif.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhamad Hamid Samiaji pada tahun 2018 dengan judul: “Analisis Sikap Sosial Dan Spiritual Dalam Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Untuk Kelas V Sd/Mi Edisi Revisi 2017 Terbitan Kemdikbud Berdasarkan Perkembangan Anak. Hasil penelitian ini adalah pertama dari aspek sikap sosial buku teks siswa ini sangat kompleks. Karena dalam buku teks ini ada tujuh sikap sosial yang harus dikuasai anak. Yaitu jujur; anak dikondisikan untuk mengungkapkan perasaan apa adanya dan tidak mencontek saat ulangan, disiplin; anak dibiasakan menyelesaikan tugas sesuai dengan petunjuk yang disediakan dan menjawab pertanyaan dengan tepat dan benar, tanggungjawab; anak

13Riska Kurniawati, Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Karakter Peserta Didik di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung, 2019.

(21)

diarahkan untuk menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, santun;

anak dikondisikan untuk hormat dan patuh pada orang tua dan guru, peduli;

anak diarahkan untuk memiliki kebiasaan tidak mengabaikan orang lain dan suka membantu, percaya diri; anak dikondisikan untuk berani tampil di depan orang lain, dan gotong royong; anak dikondisikan untuk menyelesaikan masalah dengan bekerjasama. Kedua, dari sikap spiritual buku teks siswa ada tiga sikap spiritual yang harus dikuasai anak. Yakni menerima ajaran agama; dimana anak dikondisikan untuk beriman kepada Allah dan meyakini bahwa rasul sebagai utusan Allah, menjalankan ajaran agama; anak diarahkan untuk terbiasa membaca Al-Qur’an dan menunjukkan perilaku terpuji, dan menghargai ajaran agama; anak dikondisikan untuk menghargai orang lain yang berbeda keyakinan dan pendapat.14 Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan dilihat dari dari judul, judul penelitian saya yaitu hubungan antara pemahaman pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar.

Persamaannya yaitu sama-sama yaitu sama-sama meneliti tentang sikap sosial.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan Nur Fahmi pada tahun 2021 dengan judul Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran Pai Dan Implikasinya Terhadap Sikap Sosial Siswa di Sma Ma’arif Nu 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) bentuk internalisasi nilai moderasi Islam dalam pembelajaran PAI di SMA Ma’arif

NU 1 Kemranjen dilakukan dengan tiga bentuk yaitu: melalui kegiatan

14Mukhamad Hamid Samiaji, Analisis Sikap Sosial Dan Spiritual Dalam Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Untuk Kelas V Sd/Mi Edisi Revisi 2017 Terbitan Kemdikbud Berdasarkan Perkembangan Anak, 2018.

(22)

13

pembelajaran PAI di dalam kelas, melalui kegiatan keagamaan, melalui muatan lokal sekolah. Adapun nilai moderasi Islam yang diinternalisasikan dalam pembelajaran PAI yakni nilai keadilan (a’dalah), keseimbangan (tawazun), dan toleransi (tasamuh). (2) Proses internalisasi nilai-nilai moderasi Islam dalam pembelajaran PAI di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen dilakukan melalui: tahapan transformasi nilai, tahapan transaksi nilai, dan tahapan transinternalisasi nilai. (3) Strategi yang dilakukan dalam menginternalisasikan nilai moderasi Islam dalam pembelajaran PAI di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen yaitu: pengenalan, pembiasaan, keteladanan, dan pengamalan. (4) Implikasi internalisasi nilai moderasi Islam terhadap sikap sosial siswa di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen yakni terbiasa melaksanakan ibadah, menghormati guru dan teman, peduli sosial, toleran, disiplin, tanggap terhadap lingkungan, dan taat peraturan.15 Relevansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan saya lakukan dapat dilihat perbedaannya dari judul dan penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif sedangkan penelitian yang akan saya lakukan menggunakan desain penelitian kuantitatif, tetapi sama-sama meneliti tentang sikap sosial.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mendeskripsikan pemahaman pendidikan agama Islam dan budi pekerti terhadap peserta didik di SMPN 17 Kota Makassar.

15Ikhsan Nur Fahmi, Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Islam Dalam Pembelajaran Pai Dan Implikasinya Terhadap Sikap Sosial Siswa Di Sma Ma’arif Nu 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas, 2021.

(23)

b. Untuk mendeskripsikan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMPN 17 Kota Makassar.

c. Untuk menganalisis apakah pendidikan agama Islam dan budi pekerti mempengaruhi secara positif terhadap sikap sosial peserta didik Kelas VIII di SMPN 17 Kota Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan ilmiah yaitu berkaitan dengan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keIslaman pada khususnya.

b. Kegunaan praktis yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat, bangsa, Negara dan agama.

(24)

15 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemahaman Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1. Pengertian Pemahaman

Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan pendidik dan menggunakan penerapan pada kasus lain.1

Menurut Mulyasa menyatakan bahwa pemahaman adalah kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.2 Sedangkan tingkat pemahaman dalam Taksonomi Bloom yang dikutip oleh Yamin merupakan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.

Hal terpenting dalam proses belajar mengajar adalah dimana peserta didik mampu memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Kemampuan dalam memahami merupakan hal yang mendasar, karena dengan pemahaman seseorang akan mencapai pengetahuan dengan baik. Dalam setiap melaksanakan suatu pekerjaan, pekerjaan tersebut akan terlaksana dengan baik apabila pekerjaan tersebut sudah dipahami sebelumnya.3

Definisi pemahaman menurut Wibowo dan Andiyani pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk menyerap arti materi atau bahan yang sedah dipelajari. Pemahaman tidak akan terwujud dan terlaksana apabila

1Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 24.

2E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 78.

3M.Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005), h. 28.

(25)

sebelumnya tidak ada pengetahuan sebelumnya. Sedangkan pengetahuan juga tidak akan bermakna apabila tidak didukung dengan adanya pemahaman.

Pemahaman dapat menggambarkan sebuah pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu hal ataupun materi.4

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu kemampuan yang dimilki seseorang dalam menerima informasi atau suatu hal dan dirinya mampu untuk menyampaikannya Kembali dengan kata-katanya sendiri tanpa mengubah konsep dari informasi atau suatu hal tersebut. Seseorang mampu memahami setelah sesutau itu diketahui dan diingat melalui penjelasan isi pokok sesuai makna yang telah dijelaskan.

2. Tingkat Pemahaman

Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Daryanto yang menyebutkan bahwa kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga.

a. Menerjemahkan

Pengertian menerjemahkan disini bukan hanya pengalihan arti dari Bahasa satu ke Bahasa yang lainnya, tetapi dapat juga menerjemahkan dalam artian dari konsep abstrak menjadi model simbolik.

b. Menginterpretasi

Kemampuanini merupakan kemampuan setelah kemampuan menerjemahkan, yaitu digunakan untuk mengenal dan memahami suatu hal.

c. Mengekstrapolasi

Kemampuan ini sifatnya lebih tinggi dari kemampuan menerjemahkan dan kemampuan menginterpretasi. Kemampuan ini sudah mencapai tingkat

4Wibowo Y. A. dan Andriyani, F. Pengembangan Ekstrakurikuler Olahraga Sekolah (Yogyakarta: UNY Press, 2015), h. 42.

(26)

17

memperhitungkan, memperkirakan, menyimpulkan, mengisi, dan menarik sebuah kesimpulan.5

Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman memiliki tiga tingkatan, yaitu menerjemahkan, menginterpretasi, dan mengekstrapolasi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Pemahaman memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurrut Toha faktor yang mempengaruhi pemahaman ada tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Psikologi

Pemahaman seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Misalnya apabila seseorang memiliki psikologi yang terganggu maka pemahaman orang tersebut akan terganggu juga.

b. Keluarga

Pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak adalah keluarga. Peran keluarga terutama orang tua sangatlah penting untuk keberlangsungan perkembangan tingkat pemahaman anak. Setiap keluarga memiliki cara masing-masing untuk mendidik anak-anaknya, sehingga hasil dari keluarga satu dengan keluarga yang lainnya akan berbeda.6

c. Kebudayaan

Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cara seseorang untuk memandang lingkungan sekitar. Kebidayaan sangatlah beraneka ragam dikarenakann kebiasaan dan sudut pandang seseorang yang dilakukan berbeda-beda. Tentu hal ini akan mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang.7

5Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rinela Cipta Daryanto, 2012), h. 106.

6Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta Daryanto, 2012), h. 107.

7M. Toha, Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali, 2003), h. 135.

(27)

Sedangkan menurut Irwanto, faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perhatian yang selektif, artinya rangsangan atau stimulus harus ditanggapi, akan tetapi individu hanya memusatkan pemahamannya pada rangsangan tertentu saja.

b. Ciri-ciri rangsang, artinya intensitas rangsang yang paling kuat, rangsangan yang bergerak atau dengan lebih manarik untuk dialami.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu, artinya adalah individu yang satu dengan yang lainnya tidak tergantung pada nilai tiap kebutuhannya.8

4. Pemahaman Materi (hasil belajar) menurut peraturan menteri

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

a.

Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.

b.

Ketuntasan Belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.

c.

Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB),

8Irwanto, dkk. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran (Bandung: Pusaka Bani Quraisy, 2009), h. 96.

(28)

19

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).9

5.

Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran berbeda dengan istilah pengajaran, perbedaan ini terletak pada orientasi subjek yang difokuskan, dalam istilah pengajaran pendidik merupakan subjek yang sangat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, sedangkan pembelajaran memfokuskan pada peserta didik.

Untuk memahami hakikat dari pembelajaran, kita dapat melihat dari dua segi, yaitu: dari segi bahasa (etimologis) dan istilah (terminologis). Secara bahasa, kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris, instruction yang berarti sederhana “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang, melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya”.10

Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan. Dimana di dalamnya terdapat berbagai komponen yaitu terdiri dari pendidik, peserta didik, dan materi pembelajaran. Interaksi dari ketiga komponen ini melibatkan sarana dan prasarana seperti: metode, media, dan penataan ruang belajar, sehingga terciptalah suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Etimologi pembelajaran menurut Zayadi yang dikutip oleh Heri Gunawan dalam bukunya yaitu kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu instruction yang bermakna upaya untuk membelajarkan seseorang maupun

9Manteri Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia.

(https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud104-2014PenilaianHasilBelajar.pdf)

10Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung:

Rosdakarya, 2012), h. 270.

(29)

kelompok melalui berbagai upaya, berbagai metode, dan pendekatan ke arah pencapaian yang telah ditetapkan.11

Berdasarkan pengertian diatas, pembelajaran adalah suatu proses pendidikan dimana pembelajaran dilaksanakan oleh pendidik secara terprogram untuk menjadikan peserta didik lebih aktif.

6. Tujuan Pembelajaran Pendidikan agama Islam a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk sebuah individu. Dalam konteks Pendidikan tinggi salah satu tujuan utama adalah mencapai hasil proses belajar yang optimal. Hasil belajar menerapkannya untuk dalam kehidupan nyata.

Jadi pengaruh pembelajaran dalam metode pembelajaran yang digunakan dalam proses Pendidikan memiliki peran yang sangat signitifkan dalam mencapai hasil belajar ya ng di inginkan.

Segala macam tindakan tidak akan luput dari suatu tujuan yang menafasi seluruh rangkaian kegiatan, dimana tujuan merupakan salah satu komponen yang bersifat pokok. Tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:12

1) Tujuan Pendidikan Nasional, merupakan suatu tujuan yang paling umum dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan pemerintah dalam bentuk undang-undang. Tujuan pendidikan Nasional bersumber dari sistem nilai pancasila yang dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi

11Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Rosdakarya, 2014), h. 116.

12Lisa Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada, 2010), h.

37.

(30)

21

mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.13

2) Tujuan Institusional, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan Institusional merupakan tujuan antara tujuan khusus dengan tujuan umum untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tertinggi.

3) Tujuan kurikuler, merupakan tujuan yang harus dicapai dari setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan ini merupakan tujuan untuk mencapai lembaga pendidikan, oleh karena itu, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.

Tujuan pembelajaran agama Islam tidak terlepas dari tujuan akhir pendidikan agama Islam yang terletak pada pengabdian penuh kepada Allah, baik pada tingkat perseorangan, kelompok, maupun kemanusiaan dalam arti yang luas.14 Hal ini dapat dipahami dari firman Allah Swt; Al Qur'an surah Ali Imran/2:102.

ن ۡوُمِل ۡسُّم ۡمُتـ ۡنَا َو َّلَِّا َّنُت ۡوُمَت َلَّ َو ٖهِتٰقُت َّقَح َ هاللّٰ اوُقَّتا ا ۡوُنَمٰا َنۡيِذَّلا اَهُّيَاـٰٰۤي

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.15

13Sisdiknas, UU RI No. 20 Tahun 2003 (Cet. V Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 7.

14Abidin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II Jakarta: Kencana 2010), h. 62.

15Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 99.

(31)

7. Pengertian Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Daradjat yang dikutib oleh Abdul Majid dan Dian Andayani adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar dapat memahami dan mngerti ajaran Islam secara menyeluruh.

Kemudian menghayati tujuan yang akhirnya dapat diamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.16 Pendidikan agama Islam tersebut adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya.617

Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati kemudian mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.18

Pendidikan agama Islam dan budi pekerti adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk saling mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia, mengajarkan ajaran agama Islam dari sumber utama kitab suci Al-Qur’an dan al-Hadits yaitu melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan dan pengalaman.19

Pendidikan agama Islam dan budi pekerti dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual yang mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, kemudian pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu maupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi ini bertujuan untuk mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

16Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130.

17Ahmad Munjih Nasih dan Llilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 7.

18Departemen Agama RI, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum dan Dasar (Jakarta: Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama), Tth. h. 3.

19Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia).

(32)

23

8. Tujuan Pendidikan agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam dalam perspektif psikologi pendidikan, tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan, yang diusahakan oleh proses pendidikan dan usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya atau pada kehidupan masyarakat sekitar.20

9. Fungsi Pendidikan agama Islam

Beberapa fungsi pendidikan agama Islam antara lain:

a. Menumbuhkan dan memelihara keimanan

Telah kita ketahui bahwa setiap anak yang lahir di dunia sudah dibekali agama tauhid, namun pembawaan ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya.

Pentingnya pendidikan agama Islam yaitu untuk menumbuhkan pembawaan tersebut berkembang sehingga anak memiliki iman yang kuat dan kokoh.

Pendidikan agama Islam berfungsi untuk memelihara agar keimanan akan tetap lurus atau dijalan yang benar.

b. Membina dan menumbuhkan akhlak mulia

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu usaha pewarisan dan pelestarian ajaran agama Islam dari generasi muda, maka pendidikan Islam mempunyai tugas pokok untuk pembinaan akhlak anak didik.21

c. Membina dan meluruskan ibadah

Pendidikan agama Islam berfungsi membina anak didik agar dapat melaksanakan ibadah secara tertib dan rutin serta dapat meluruskan kesalahan- kesalahan yang mereka lakukan baik teori maupun praktik.

d. Menggairahkan amal dan melaksanakan ibadah

20Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam (Depok: Kencana 2017), h.

244.

21Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Pendidikan (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012), h. 20-30.

(33)

Anak yang telah menerima pendidikan oleh orang tuanya, umumnya sudah melaksanakan ibadah dan amal-amal lainnya. Umumnya, amal dan ibadah mereka statis, oleh karena itu pendidikan agama Islam dapat menumbuhkan semangat pada anak didik untuk melakukan melakukan ibadah dan amal hingga mencapai taraf maksimal.

e. Mempertebal rasa dan sikap keberagaman serta mempertinggi solidaritas sosial.

Mengingat anak masih dalam proses pertumbuhan, maka perlu dibimbing agar jiwa keagamaannya dapat tumbuh secara normal. Apabila pendidikan agama Islam diberikan secara tertib dan teratur, maka akan mempertebal rasa keberagamaan dan menetapkan sikap keberagamaan. Disamping itu mengingat bahwa pendidikan dapat diberikan secara klasikal maka dapat memperbesar solidaritas sosial serta ukhuwah Islamiyah. Pendidikan agama Islam juga dapat mempertinggi sikap gotong royong, dan sepenanggungan antara satu dengan yang lainnya.22

10. Pengertian Budi Pekerti

Budi pekerti dalam bahasa inggris adalah moralitas. Moralitas memiliki beberapa pengertian yaitu: adat istiadat, sopan santun, perilaku dan budi pekerti (memiliki arti perilaku). sedangkan menurut kurikulum berbasis kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukan melalui norma-norma agama, hukum, tata krama, sopan santun, budaya dan adat istiadat masyarakat.

Budi pekerti dalam bahasa inggris adalah moralitas. Moralitas memiliki beberapa pengertian yaitu: adat istiadat, sopan santun, perilaku dan budi pekerti (memiliki arti perilaku). sedangkan menurut kurikulum berbasis kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut

22Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Pendidikan Islam (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002), h. 28-30.

(34)

25

kebaikan dan keburukan melalui norma-norma agama, hukum, tata krama, sopan santun, budaya dan adat istiadat masyarakat.

Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang tujuannya mengembangkan watak atau tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidup dengan jujur, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang menekankan ke arah efektif tanpa meninggalkan ranah kognitif dan ranah psikomotorik. Karena, budi pekerti merupakan nilai hidup manusia yang dilaksanakan bukan hanya sekedar kebiasaan, tetapi didasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi lebih baik. Budi pekerti ini didapat dari proses internalisasi dari apa yang telah diketahui, dibutuhkan waktu sehingga terbentuk budi pekerti yang baik dalam kehidupan manusia.23

1. Pengertian sikap

Sikap menurut Zikri merupakan suatu kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu dan juga dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.24

G.W Allport mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental, syaraf, dan kesiapan seseorang untuk melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek yang berkaitan dengannya.725

Dari pengertian sikap di atas, penulis mengemukakan pendapat bahwa sikap adalah suatu respon atau bentuk tubuh ketika melihat suatu objek akan menimbulkan suatu perilaku tertentu.

23 Nurul Zuriah, Pendidikan dan Budi Pekerta Dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: PT

Aksara, 2008), h. 17-20.

24Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri dan Lingkungan (Cet. 1 Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 109.

25Michael Adryanto, Psikologi Sosial (Cet. III Jakarta: Erlangga, 1994), h. 137.

(35)

2. Proses pembentukan dan perubahan sikap

Proses pembentukan dan perubahan sikap antara lain:

a. Adopsi: kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama- kelamaan secara bertahap akan diserap di dalam diri individu dan akan mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang.

b. Diferensiasi: hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia kemudian dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya: misalnya balita yang dulunya takut kepada orang dewasa yang bukan ibunya, maka lama kelamaan balita akan mengetahui mana ibunya, kakeknya, pamannya dan lainnya.

c. Integrasi: pembentukan sikap yang dimulai secara bertahap yang didapatkan dari pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga terbentuklah sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma: pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman traumatis dapat menyebabkan terbentuknya sikap, misalnya orang pernah naik ojek dan jatuh, dia tidak akan menaikinya lagi.26

Dari teori diatas, penulis mengemukakan bahwa proses pembentukan sikap terdiri dari 4, diantaranya:

a. Adopsi: peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus yang kemudian diserap dan akan mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang

b. Diferensiasi: hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia kemudian dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya.

26Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Diri dan Lingkungan (Cet. 1 Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), h. 109.

(36)

27

c. Integrasi: pembentukan sikap seseorang yang dimulai secara bertahap yang didapatkan dari pengalamannya.

d. Trauma: pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalakan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan.

B. Konsep Sikap Sosial

1. Pengertian sikap sosial

Sikap sosial adalah kesadaran individu menentukan sikap yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Misalnya sikap masyarakat terhadap bendera kebangsaan. Mereka selalu menghormatinya dengan secara khidmat dan berulang pada hari nasional di negara tersebut.27

Sikap sosial adalah kesadaran individu untuk bertindak secara nyata dan berulang ulang terhadap objek sosial tertentu.28

Sikap sosial pada dasarnya berkaitan erat dengan beberapa konsep ilmu jiwa sosial atau psikologi sosial lainnya seperti komitmen dan pelibatan diri, baik pada sistem norma atau nilai tertentu, atau kelompok tertentu, atau mungkin pelibatan ke pribadi lain diluar dirinya.29

Sikap sosial merupakan suatu perwujudan harmoni kehidupan. Kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi.30

27Abu Ahmadi dkk, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta), h. 163.

28Said Hawa. Pendidikan spiritual, (Yogyakarta: Mitra Pustaka 2006)

29Alex Sobur. Psikologi Umum. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2011) hal. 371

30Permendikbud No 24 tahun 2016 Tentang Kompetensi Dasar Pembelajaran Pada Kurikulum 2013. Jakarta: Permendikbud

(37)

2. Nilai-nilai yang harus diajarkan di sekolah

Menurut Lickona (2012) mengatakan bahwa terdapat nilai moral yang sebaiknya diajarkan di sekolah yaitu:

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan suatu bentuk nilai. Dalam hubungannya dengan manusia, berarti adanya perilaku tidak menipu, berbuat curang, atau mencuri. Ini merupakan salah satu cara menghormati orang lain.

b. Toleransi

Toleransi merupakan bentuk refleks dari sikap hormat, sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang memiliki pemikiran ras, dan keyakinan berbeda-beda. Toleransi merupakan sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai bentuk perbedaan.

c. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan merupakan nilai yang dapat menjadikan kita menghormati diri sendiri. Misalnya, Ketika seseorang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dapat membahayakan diri baik secara fisik maupun moral.

d. Disiplin diri

Disiplin diri membentuk seseorang untuk tidak mengikuti keinginan hati yang mengarah pada perendahan nilai atau perusakan diri.

e. Tolong-menolong

Sikap tolong-menolong dapat memberikan bimbingan untuk berbuat kebaikan dengan hati. Ini dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan tanggung jawab terhadap etika yang berlaku secara luas.

f. Sikap peduli sesama

(38)

29

Sikap peduli sesame dapat diartikan “berkorban untuk”. Sikap ini dapat membantu untuk tidak hanya mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab kita tetapi juga merasakannya.

(39)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menjelaskan hubungan antar variabel dan menguji teori. Sumber data yang digunakan adalah data yang didapatkan peneliti dari hasil pengamatan dan wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:

a. Variabel independen (variabel bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang berperan memberi pengaruh terhadap variabel lain.

b. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dijadikan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh sebuah atau sejumlah variabel lain.1

Berdasarkan penjelasan diatas, maka variabel bebas (variabel independen) pada penelitian ini adalah pemahaman pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti, sedangkan variabel terikat (variabel independen) pada penelitian ini adalah sikap sosial peserta didik kelas VIII di SMP 17 Kota Makassar.

1Hagul, Peter, et.al, (1989), Penentuan Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel

“Metode Penelitian dan Survey”, Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (Ed), Jakarta: LP3ES.

Variabel bebas (X)

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Variabel terikat (Y)

Sikap sosial peserta didik kelas VIII di SMP 17

Kota Makassar

(40)

31

Kedua variabel hubungan pemahaman pendidikan agama Islam dan sikap sosial peserta didik kelas VIII SMP 17 Kota Makassar saling mempengaruhi dan dipengaruhi serta dijadikan sebagai aspek yang sangat penting yang akan diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMPN 17 Kota Makassar Jl. Tamangapa Raya V No.5, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Alasan peneliti ingin melakukan penelitian ini yaitu karena dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga menghemat biaya, sekolah SMPN 17 merupakan sekolah favorit di Kota Makassar, saya adalah alumni dari SMPN 17 Kota Makassar sehingga secara emosional memiliki kedekatan terhadap guru sehingga mempermudah saya untuk melakukan penelitian.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti langsung ke objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah:

1. Pendekatan psikologis yaitu tujuannya untuk mempermudah peneliti dalam dalam meninjau perilaku atau sikap sosial dalam suatu kelompok tertentu.

2. Pendekatan asosiatif, yang tujuannya untuk mengetahui hubungan antara pemahaman pendidikan agama Islam dan budi pekerti dengan sikap sosial peserta didik kelas VIII di SMP 17 Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang menjadi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Gambar

Tabel 1.1  Indikator Penilaian………………………………………  7           Tabel 3.1   Jumlah peserta didik Kelas VIII di SMPN 17 Kota
Tabel 4.14  Uji Kolerasi
Tabel 4.15  Uji T
Foto dengaan Kepala Sekolah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini bertujuan 1) untuk mengetahui pendidikan dalam rumah tangga yang dialami peserta didik di SMPN 6 Satap Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep, 2) prestasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola perpustakaan sangat berperan dalam memberdayakan perpustakaan sebagai sumber belajar peserta didik SMP Negeri 17 Makassar,

Dari hasil analisis data dan pembahasan mengenai hubungan antara sikap asertif dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqh peserta didik kelas

Berdasarkan definisi operasional yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman peserta didik terhadap mata

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK PADA KELAS VIII DI SMPN SE KECAMATAN PARIANGAN SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat

Sesuai data yang diperoleh maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut yaitu “Korelasi antara Aktivitas belajar Pendidikan Agama Islam dengan Akhlak Peserta Didik di SMPN

Deskriptif Hasil Belajar Matematika yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Terbalik ( Reciprocal Teaching ) Pada Peserta Didik Kelas VIII MTsN Model Makassar

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis motivasi belajar peserta didik kelas VIII.6 SMP Negeri 27 Makassar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi sebelum bulan ramadhan yaitu: