• Tidak ada hasil yang ditemukan

sikap peserta didik kelas viii terhadap rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "sikap peserta didik kelas viii terhadap rokok"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP PESERTA DIDIK KELAS VIII TERHADAP ROKOK DI SMP NEGERI 23 PADANG

JURNAL

Oleh:

Gusrefnidarti NPM. 10060038

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2014

(2)

SIKAP PESERTA DIDIK KELAS VIII TERHADAP ROKOK DI SMP NEGERI 23 PADANG

Oleh:

Gusrefnidarti*

*Mahasiswa

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by the phenomenon that the researchers found in the field where the students found smoking bandwagon, their students to his friend asking for money to buy cigarettes, their learners like or dislike the smell of cigarette smoke, the students holding a cigarette in the yard of the school, their learners feel associate with smoking. Study the researchers raised concerns about the attitude of students of class VIII of SMP Negeri 23 cigarettes in Padang.

This type of research is descriptive quantitative method. The study population was a class VIII students SMP Negeri 23 Padang. The samples in this study using simple random sampling technique. From the results of the calculation obtained a sample of 70 people. The instruments used in the study was a questionnaire. Formula used to analyze the data in order to see the percentage of students in class VIII attitudes to smoking in SMP Negeri 23 Padang.

The results of the analysis of the data obtained: (1) The attitude of students towards smoking in terms of response to cognitive evaluative criteria very well. (2) The attitude of students towards smoking in terms of affective evaluative response to the criteria quite well. (3) The attitude of students towards smoking in terms of behavioral responses to the evaluative criteria very well. So the results, on the attitude of students of class VIII to smoking in SMP Negeri 23 Padang that the attitude is good enough so that learners do not smoke and stay away from cigarettes.

Keywords: Attitude, Students, Cigarettes

A. Latar Belakang Masalah

Seiring berjalannya waktu kemajuan zaman semakin berkembang dan maju.

Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan- permasalahan dalam kehidupan sehari- hari yang mengakibatkan perubahan sosial, kultural, dan ekonomi yang begitu pesat.

Setiap manusia dilahirkan dengan ketidakberdayaan dan ketidaktahuan sejalan dengan perkembangan usia, manusia mulai belajar untuk mengenali lingkungannya dan untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan.

Semua ini diperoleh melalui dunia pendidikan, artinya pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang bermutu dan berkualitas tinggi yang menjadi penerus bangsa ini.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi yang dimiliki individu menjadi potensi-potensi yang mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau suatu pekerjaan. Individu memilih sekolah sebagai salah satu lembaga untuk mendapatkan suatu pendidikan, dan sekolah juga merupakan salah satu lembaga yang berkewajiban mencerdaskan bangsa seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa :

Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk perkembangan peserta didik agar menjadi manusia bertaqwa, kreatif,

(3)

mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan tersebut merupakan harapan semua pihak yang terkait dalam bidang pendidikan, seperti guru, orang tua, masyarakat, peserta didik itu sendiri dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi peserta didik.

Pendidikan yang didapat oleh peserta didik di sekolah bisa berupa keterampilan, sikap atau kepribadian. Demikian pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah sangat bermanfaat bagi peserta didik, dan bisa membawa perubahan bagi peserta didik. Baik perubahan kepribadian, perilaku, pegetahuan, sikap, maupun keteraampilan.

Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Walgito (2003:

123) mengatakan bahwa “mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutaan, terhadap suatu masalah yang dihadapkan kepadanya”.

Menurut Walgito (2003: 127) bahwa

“sikap itu merupakanorganisasi pendapat, keyakinan seseorang megenai objek atau situasi yang relatif, yang disertai perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya”. Hanurawan (2010: 64) mengatakan bahwa “sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka terhadap suatu objek”.

Selanjutnya Hanurawan (2010: 65) menjelaskan:

Sikap seseorang ditentukan oleh komponen sikap, dan komponen sikap itu yaitu: 1) komponen respon evaluatif kognitif dari sikap adalah gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu objek.

Misalnya seseorang berpendapat tentang motor, mana motor yang

cocok untuk laki-laki dan mana motor yang cocok untuk perempuan. 2) komponen respon evaluatif efektif dari sikap adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka. 3) komponen respon evaluatif perilaku dari sikap adalah tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka. Misalnya, peserta didik terbiasa untuk merokok didalam anggota kelompok tertentu, namun karena merokok itu secara sosial dan peraturan dilarang maka peserta didik tidak melakukannya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap secara umum adalah suatu respon yang diperlihatkan oleh seseorang terhadap suatu objek atau suatu masalah yang dialaminya. Dilihat dari hakikat remaja dan ciri-ciri remaja secara umum dari pandagan masyarakat yang megatakan bahwa remaja itu adalah periode atau perubahan perilaku antara masa anak-anak ke masa dewasa.

Menurut Sarwono (2007: 7) bahwa

“perkembangan fisik remaja adalah suatu tahap perkembangan fisik ketika alat kelamin manusia mencapai kematangan”.

Senada dengan hal di atas masa remaja adalah masa perubahan, dan perubahan yang terjadi pada remaja diantaranya perubahan identitas diri, konsep diri, sosial kemasyarakatan, sosial keluarga, masalah pendidikan, globalisasi informasi dan teknologi dan masih banyak lagi perubahan yang di peroleh oleh remaja itu sendiri. Perubahan yang terjadi dan diperlihatkan oleh peserta didik sebagai seorang remaja bisa disikapi secara positif dan bisa secara negatif.

Banyak hal yang dilakukan oleh peserta didik dalam menghadapi perubahan seperti perubahan dalam bersikap, gaya rambut, berpakaian dan melakukan tindakan yang tidak baik dan tidak bermanfaat di sekolah seperti membolos, merokok.

(4)

Peserta didik di SMP bisa dikatakan seorang remaja karena sedang mengalami banyak perubahan yang ada dalam dirinya, baik secara psikis maupun secara psikologis yang bisa menimbulkan permasalahan bagi peserta didik itu sendiri. Karena bagi peserta didik masa remaja adalah masa mencari jati diri jadi mereka menganggap masa remaja itu tidak hanya masa pubertas saja melainkan masa remaja itu adalah masa kebebasan untuk mengenal dunia. Kuatnya pengaruh teman sering dianggap sebagai biang keladi tingkah laku remaja yang buruk.

Menurut Sarwono (2007: 133) bahwa

“penentu tindakan seseorang remaja adalah diri remaja itu sendiri”.

Fisher (Sarwono, 2007: 133) menjelaskan bahwa “terbukti kalau kebiasaan merokok pada remaja yang selama ini dianggap disebabkan oleh pengaruh teman sepenuhnya benar”. Hal itu terjadi sejauh remaja atau peserta didik itu sendiri memang sudah menjadi perokok atau mempunyai keinginan untuk menjadi perokok. Remaja atau peserta didik yang tidak pernah atau tidak ingin menjadi perokok tetap tidak terpegaruh.

Menurut Willis (2008: 83-84) tempat yang paling strategis dalam membentuk perkembangan anak supaya masa remajanya menjadi bermanfaat adalah keluarga dan sekolah. Keluarga akan berusaha agar bisa memenuhi kebutuhan materi bagi anggota keluarganya sehingga mereka lupa dengan kebutuhan psikologis anggotanya terutama terhadap anak yang sedang menginjak masa remaja, sedangkan sekolah ingin peserta didiknya lulus dengan nilai yang terbaik, tetapi mereka lupa dengan kebutuhan peserta didik yang tidak ingin di paksa sehingga peserta didik mencari kesibukan tersendiri dengan cara merokok dengan teman sebaya.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No: 0256 tahun 2014 dijelaskan tentang larangan merokok di sekolah adalah: 1) membuat larangan merokok di lingkungan sekolah karena asap rokok dapat merusak kesehatan lingkungan. Dengan alasan asap rokok yang menempel di baju, sofa, karpet, ataupun benda-benda lain yang ada di lingkungan sekitar akan meninggalkan

residu racun yang tidak baik, 2) penolakan terhadap iklan, promosi dan kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan rokok dalam bentuk apapun untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan, degan demikian rokok tidak lazim laki berada di lingkungan sekolah, 3) memberlakukan larangan adanya reklame, pamflet dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari perusahaan rokok beredar atau dipasang di lingkungan sekolah, dan 4) membuat larangan menjual rokok di kantin, toko, koperasi atau bentuk penjualan lain di lingkungan sekolah, serta 5) memasang tanda bebas asap rokok/daerah bebas rokok di lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil pegamatan dan observasi pada kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK) dari tanggal 4 Juli 2013 hingga 14 Desmber 2013 di SMP Negeri 23 Padang, terlihat fenomena diantaranya: adanya peserta didik ikut- ikutan merokok, adanya peserta didik meminta uang kepada temannya untuk membeli rokok, adanya peserta didik yang merokok di saat masih di pekarangan sekolah, adanya peserta didik yang tidak suka dengan bau dan asap rokok, adanya peserta didik yang merasa terganggu oleh rokok, adanya peserta didik yang tidak mau dianggap tidak gaul oleh teman- temannya, adanya peserta didik yang menganggap bahwa merokok dapat menghilangkan stres, adanya peserta didik yang merokok agar diterima oleh kelompok tertentu. Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut lagi mengenai

“Sikap Peserta Didik Kelas VIII terhadap Rokok Di SMP Negeri 23 Padang”.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti dapat mengidentifikasi sebagai berikut:

1. Adanya peserta didik yang merokok di saat masih di pekarangan sekolah.

2. Adanya peserta didik yang tidak suka dengan bau dan asap rokok.

3. Adanya peserta didik yang merokok dianggap gaul oleh teman-temannya.

4.

Adanya peserta didik yang merasa terganggu oleh rokok

.

(5)

5.

Adanya peserta didik yang menganggap bahwa merokok dapat menghilangkan stres

.

6. Adanya peserta didik yang merokok agar diterima oleh kelompok tertentu.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah penelitian ini dengan membahas tentang:

1. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif kognitif.

2. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif afektif.

3. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif perilaku.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap peserta didik terhadap rokok?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan:

1. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif kognitif.

2. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif afektif.

3. Sikap peserta didik tentang rokok dilihat dari segi respon evaluatif perilaku.

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan maka penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi:

1. Orang tua, penulis berharap supaya bisa sebagai masukan terhadap orang tua berkenaan dengan sikap peserta didik terhadap rokok sehingga bisa mencengah peserta didik supaya tidak merokok.

2. Guru BK/ konselor, penulis berharap supaya konselor bisa memberikan masukan kepada peserta didik tentang sikap merokok dan juga

dapat bermanfaat pada saat memberikan layanan untuk mengatasi sikap merokok peserta didik/klien.

3. Peserta didik, penulis berharap supaya peserta didik bisa menambah atau memperoleh pemahaman mengenai rokok dan upaya-upaya untuk meghindarinya.

4. Peneliti, dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mengetahui dan memahami lebih luas mengenai sikap peserta didik terhadap rokok selain itu, penelitian ini akan membantu peneliti menghadapi dunia kerja nantinya.

5. Peneliti selanjutnya, manfaat bagi peneliti lain yakni sebagai acuan terkait dengan penelitian tersebut, kemudian sebagai bahan masukan bagi peneliti supaya hasil penelitian lebih sempurna.

B. Metodologi Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan “sikap peserta didik tehadap rokok di SMP Negeri 23 Padang”.

Menurut Lehmann (Yusuf, 2005: 83)

“Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail”

Metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian- kejadian.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah negeri kota Padang tepatnya di SMP Negeri 23 Padang yang terletak di jalan Limau Manis, Kecamatan Pauh.

Berdasarkan hasil pengamatan, observasi, dan wawancara ketika peneliti Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan “sikap peserta didik terhadap rokok di SMP Negeri 23

(6)

Padang”, peneliti melihat dari peserta didik di sekolah sering merokok di depan umum baik perempuan maupun laki-laki.

Waktu penelitian adalah waktu dilaksanakannya penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai tahap akhir, penelitian dilaksanakan pada semester I kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 23 Padang.

Populasi dan Sampel Penelitian

Adapun populasi dalam penelitian ini peserta didik kelas VIII yang berjumlah 229 orang di SMP Negeri 23 Padang. Adapun teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik Simple Random Sampling (sampel acak sederhana).

Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa alat pengumpulan data berupa angket.

Teknik Analisis Data

Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43) dengan rumus.

P= ×100

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang temasuk ke dalam kriteria baik 19 orang peserta didik (27,14 %), pada kriteria cukup baik 51 orang peserta didik (72,86), sementara tidak seorangpun dari peserta didik yang memilih sikap pada kriteria sangat baik, kriteriaKurang baik dan pada kriteria sangat tidak baik. Jadi dapat disimpulkan sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang kriteria cukub baik dengan rata-rata skor yang diperoleh 57 responden dan sikap peserta didik terhadap rokok yaitu peserta didik menjauh dari rokok dan tidak timbul perilaku menyimpang tentang rokok.

Peserta didik akan mengetahui bagaimana bahaya rokok dan tidak menyukai rokok sehingga tidak timbul perilaku menyimpang seperti merokok di perkarangan sekolah.

Respon Evaluatif Kognitif.

Menurut Ahmadi (2007: 151) komponen ini berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan objek. Misalnya: orang tahu bahwa rokok itu nikmat, menghilangkan stres, memberikan rasa kenyamanan, karena mereka melihat dari pandangan terhadap kehidupan sehari-hari orang yang suka merokok. Sikap kita terhadap rokok itu mengandung pegertian bahwa kita tahu tentang bahaya rokok bagi tubuh.

Respon Evaluatif Afektif.

Penilaian negatif maka perasaannya seperti seseorang melihat teman atau orang tuanya tidak suka dengan rokok, atau merasakan bau dan rasanya yang tidak enak, dan merasakan bahwa rokok itu berbahaya dan mahal. Ahmadi (2007:

152) mengatakan komponen ini merupakan dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Misalnya: jika orang mengatakan bahwa mereka senang dan suka rokok, ini melukiskan perasaan mereka terhadap rokok.

Respon Evaluatif Perilaku.

Menurut Baron dan Byrne (Walgito 2011: 66) respon ini adalah komponen perilaku atau action component yang berhubungan kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap objek sikap.

Hanurawan (2010: 65) menjelaskan bahwa Komponen ini adalah tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Ini menunjukkan seseorang untuk berperilaku dan bukan berperilaku secara terbuka. Komponen ini juga menunjukkan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan bertindak terhadap objek. Misalnya, menunjukkan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap rokok, seperti

(7)

kecenderungan untuk mendekat kepada teman yang merokok dan mencoba untuk merokok.

D. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang, dilihat dari segi:

1. Sikap Peserta Didik terhadap Rokok Dilihat dari Segi Respon Evaluatif Kognitif.

Respon evaluatif kognitif tergolong ke dalam kriteria sangat baik 13 orang peserta didik (18,57%), pada kriteria baik 51 orang peserta didik (72,86%), pada kriteria cukup baik 5 orang peserta didik, sementara tidak seorangpun dari peserta didik yang memilih sikap pada kriteria kurang baik dan pada kriteria sangat tidak baik. Jadi dapat disimpulkan sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari segi respon evaluatif kognitif tergolong ke dalam kriteri baik sehingga peserta didik megetahui bahaya rokok dan menjauhi rokok.

2. Sikap Peserta Didik terhadap Rokok Dilihat dari Segi Respon Evaluatif Afektif.

Respon evaluatif afektif tergolong ke dalam kriteria kriteria sangat baik 6 orang peserta didik (8,57%), pada kriteria baik 42 orang peserta didik (60.00%), pada kriteria cukup baik 20 orang peserta didik (28,57%), pada kriteria sangat tidak baik 1 orang peserta didik (1,43%), dan tidak seorangpun dari peserta didik yang memilih sikap pada kriteria kurang baik. Jadi dapat disimpulkan sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari segi respon evaluatif afektif tergolong ke dalam kriteri baik sehingga peserta didik tidak menyukai rokok dan menjauhi rokok.

3. Sikap Peserta Didik terhadap Rokok Dilihat dari Segi Respon Evaluatif Perilaku.

Respon evaluatif perilaku tergolong ke dalam kriteria sangat baik 2 orang peserta didik (2,86%),

pada kriteria cukup baik 12 orang peserta didik (17,14%), pada kriteria kurang baik 52 orang peserta didik (74,29%), tidak seorangpun dari peserta didik yang memilih sikap pada kriteria baik, dan pada kriteria sangat tidak baik. Jadi dapat disimpulkan sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari segi respon evaluatif perilaku tergolong ke dalam kriteri kurang baik sehingga peserta didik menjauhi rokok.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap peserta didik kelas VIII terhadap rokok di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari tiga respon yaitu respon evaluatif kognitif, respon evaluatif afektif, dan respon evaluatif perilaku, maka respon evaluatif afektif berada pada kriteria cukup baik (72,86%) sehingga di masa remaja yang rawan dengan dipegaruhi sehingga dia tetap merokok.

E. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan saran kepada:

1. Peserta didik, agar bisa mengetahui dan mendapatkan pemahaman mengenai sikap peserta didik terhadap rokok supaya menjauhi rokok.

2. Guru BK, agar dapat meningkatkan pemahaman dan bisa memberikan masukan kepada peserta didik tentang sikap terhadap rokok.

3. Kepala sekolah, agar menjadikan ini pertimbangan untuk meningkatkan pengawasan, meningkatkan kedisiplinan dan dibuat peraturan baru terhadap peserta didik yang sering keluar masuk, duduk-duduk di luar kelas/kantin

4. Guru, agar bisa menjaga perilaku seorang guru yang tidak merokok di sembarangan tempat sehingga tidak dicontoh oleh peserta didik, dan membuat peraturan sekolah tentang larang merokok bagi guru mata pelajaran dan guru yang lainnya sehingga peserta didik tidak merokok lagi di perkarangan sekolah.

5. Program Studi, agar dapat melahirkan guru BK yang profesional nantinya jika berada di lapangan serta memilki

(8)

ilmu mengenai pentingnya mengetahui sikap peseta didik terhadap rokok sehingga tidak kualahan untuk menagani peserta didik.

6. Peneliti selanjutnya, agar dijadikan pedoman bagi penelitian yang berkaitan dengan masalah rokok.

KEPUSTAKAAN

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Kencana.

Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pegantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sarwono, Wirawan. Sarlito. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003.

Undang-Undang Pendidikan dan Kebudayaan RI No 256 Tahun 2014. Tentang Larangan Merokok di Sekolah.

Willis, Sofyan. 2008. Remaja dan Masalahnya.

Bandung: Alfabeta.

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Andi Offset

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Kognitif Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan,