• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DALAM PEMBINAAN PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROFIL PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DALAM PEMBINAAN PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DALAM PEMBINAAN PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK

(Studi pada Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang)

JURNAL

Oleh:

RATNA SARI NPM: 11060330

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

Profil Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten Dalam Pembinaan Perilaku Belajar Peserta Didik

(Studi pada Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang) Oleh

Ratna Sari

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

Background of this research is the lack of students behavior during the learning process.

The purposes of this research is to know about: 1)Implementation of content control service in constracting students cognitive learning behavior. 2)Implementation of content control service in constracting students affective learning behavior. 3)Implementation of content control service in constracting students motorik learning behavior. This research is a descriptive quantative research.

The population of this research is the whole in class VIII grade students of SMP Adabiah Padang (86 students). Technique sampling of this research is total sampling. The data was gotten from quastionaire and analyzed by using technique of percentage. From the data analysis, it can found that: 1)Implementation of content control service in contracting students cognitive learning behavior is good enough. 2)Implementation of content control service in constracting students affective learning behavior is not good enough. 3)Implementation of content control service in constracting students motorik learning bahavior is good enough. Recommended to students, konselor, program study and the next researcher

Keyword: Content control service, learning behavior, student

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan, melainkan bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan sumber daya manusia Indonesia yang berkelanjutan Menurut Prayitno (2004: 4) pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia. Manusia yang berakhlak mulia, memiliki moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun agar dapat menjadi penerus dalam pembangunan indonesia yang lebih baik lagi, salah satu caranya adalah dengan mendapatkan pendidikan yang layak dalam pembangunan potensi mereka.

Menurut Tohirin (2004: 26) bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu melalui pertemuan tatap muka atau

hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Senada dengan itu menurut Salahuddin (2010: 16) bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis.

Menurut Prayitno (2004: 2) menjelaskan bahwa Layanan penguasaan konten merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. Senada dengan itu menurut Sukardi (2008: 62) layanan penguasaan konten yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan perilaku dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecekatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dari kegiatan belajar lainnya yang sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi dan kesenian.

Menurut Syah (2011: 115) perilaku belajar adalah suatu proses usaha yang

(3)

dilakukan oleh individu pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan.

Dengan belajar seseorang bisa tahu, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar adalah kunci yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan.

Willis (2012: 81) mengemukakan pada saat guru mengajar, tentu ada interaksi antara peserta didik dengan guru. Dalam interaksi itu guru berusaha mengubah perilaku belajar peserta didiknya. Adapun perilaku-perilaku belajar yang akan diubah itu terdiri dari:

1. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kecerdasan atau kepintaran otak. Artinya dengan belajar peserta didik akan bertambah kecerdasannya, akalnya makin berkembang dan pengetahuannya akan bertambah.

2. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berhubungan dengan emosi, perasaan, dan dapat mengatakan apa yang dirasakannya kepada orangtua atau saudara. Misalnya perasaan sedih dan marah serta perasaan suka. Guru dapat mengembangkan perasaan-perasaan supaya berkembang dengan baik. Tidak meledak-ledak. Kalau dia tidak senang dapat mengungkapkan dengan baik kepada guru atau orang tua. Perasaan tertekan tidak boleh ditahan, karena dapat membahayakan dirinya sebagai akibat perasaan yang tidak tersalurkan. Perasaan tertekan disebut stres. Kalau seseorang banyak mengalami stres, maka dia akan bertingkah laku aneh, dan bisa menjadi seorang yang seperti sakit jiwa.

3. Perilaku motorik, yaitu perilaku yang berhubungan dengan gerak motorik, seperti gerak kaki, tangan, bicara, dan sebagainya. Dengan perilaku ini seseorang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Perilaku ini tidak berjalan dengan sendirinya, karena harus dikendalikan oleh otak.

Lebih lanjut (Aunurrahman, 2011: 49- 52) Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar menurut terdiri dari 3 ranah perilaku balajar atau kawasan, yaitu:

1. Perilaku Kognitif yaitu terdiri dari enam jenis perilaku seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Perilaku Afektif, terdiri dari lima perilaku seperti penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

3. Perilaku Motorik, yaitu bentuk perilaku belajar yang terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, dan kreativitas yang dilakukan peserta didik ketika belajar.

Menurut (Aunurrahman, 2011:56) adapun untuk mencapai perbahan yang diharapkan, baik perubahan pada aspek ranah kognitif maupun afektif dan motorik, maka peserta didik hendaknya memperhatikan perilaku belajarnya secara sungguh-sungguh dengan beberapa prinsip yang dapat mendukung terwujudnya hasil belajar yang diinginkan.

Berdasarkan observasi penulis selama melakukan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK) Kependidikan dan Sekolah yang peneliti laksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014 sampai dengan 6 Desember 2014 di SMP Adabiah Padang terlihat adanya bahwa dari 29 orang peserta didik yang ada di dalam setiap masing-masing kelas VIII terdapat 11 sampai 14 orang peserta didik per kelas kurang fokus dalam belajar, kurang menghoramati guru, suka menjahili teman dalam belajar, adanya peserta didik yang kurang bisa mengontrol emosi ketika dimarahi guru dalam belajar, adanya peserta didik yang sering berpindah tempat duduk tanpa seizin dari gurunya dan peserta didik yang sering keluar masuk kelas pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.

Selanjutnya wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 25 Febuari 2015 di SMP Adabiah Padang dengan mewawancarai 1 dari 3 orang guru BK yang ada di sekolah tersebut, dengan guru BK berinisial “LF” adalah di peroleh informasi bahwa kebanyakan peserta didik menunjukkan sikap kurang hormat dan kurang menghargai gurunya, masih ada peserta didik yang belum menunjukkan sikap tanggung jawab dan ketidak disiplinan saat di lingkungan sekolah, menganggap guru itu sama besar dengannya dan adanya peserta didik membuang sampah sembarangan di kelas.

Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan perilaku belajar terhadap peserta didik.

Berdasarkan fenomena

permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Profil Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang”.

(4)

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana pelaksanaaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang?

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap dan menggambarkan bagaimana:

1. Pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku kognitif peserta didik kelas VIII dalam belajar 2. Pelaksanaan layanan penguasaan konten

dalam pembinaan perilaku afektif peserta didik kelas VIII dalam belajar.

3. Pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku motorik peserta didik kelas VIII dalam belajar.

Menurut Willis (Yuhana, 2012: 21) pembinaan perilaku belajar terhadap anak dapat diarahkan dalam beberapa aspek:

a. Pembinaan mental dan kepribadian beragama.

b. Pembinaan mental ideologi Negara Pancasila.

c. Membina kepribadian yang wajar.

d. Pembinaan keterampilan khusus.

e. Pembinaan ilmu pengetahuan.

f. Pengembangan bakat khusus.

Lebih lanjut Haryanto (2011: 23) dalam mewujudkan perilaku belajar secara tepat diharapkan peserta didik dapat: Memiliki minat yang besar, memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian, memiliki kesabaran, keakraban, memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan memiliki perilaku yang disiplin dan metode dan teknik dalam belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 September 2015 di SMP Adabiah Padang. penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif untuk mendeskripsikan dan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat bagaimana pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang .

Jenis Penelitian ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif, dimana mendiskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi apa adanya. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013: 147).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi dari penelitian ini yaitu mencakup seluruh peserta didik di kelas VIII dengan jumlah sampel 86 orang peserta didik.

Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling.

Jenis data yang digunakan ialah jenis data interval. Menurut Riduwan (2010: 85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain, dan mempunyai bobot yang sama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden seperti data yang dikumpulkan pada peneltian ini adalah profil layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di SMP Adabiah Padang. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang dibutuhkan seperti data yang didapatkan dari tata usaha dan guru BK.

Agar pengumpulan data berjalan dengan lancar maka peneliti menjalankan prosedur sebagai berikut:

1. Melakukan studi kepustakaan untuk mendalami teori-teori yang berkaitan dengan profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang.

2. Membuat kisi-kisi instrumen.

3. Menyusun atau merumuskan item/pernyataan.

4. Angket disusun dengan lima alternatif jawaban, dimana jawaban menggunakan tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang telah tersedia. Peneliti menggunakan 5 alternatif jawaban yang disediakan dalam penelitian ini yaitu Selalu, Sering, Kadang-Kadang, Jarang dan Tidak Pernah.

5. Angket di judge oleh 3 orang Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK STKIP PGRI Sumbar).

6. Melakukan uji coba angket kepada 10 responden untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan

(5)

melalui pengolahan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Memeriksa kelengkapan isi instrumen (angket) yang telah diterima dari sampel penelitian.

b)Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan penelitian yang telah dijawab responden.

c) Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan data ke tabel pengolahan.

d)Mencari presentase untuk setiap data atau total skor pernyataan sabyek penelitian dengan rumus presentase yang dikemukakan oleh Sudjana (2005:43) sebagai berikut:

 100

N P F

Keterangan :

P = Persentase F = Frekuensi n = Jumlah sampel 100 = Bilangan tetap HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dideskripsikan sebelumnya tentang pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang, selanjutnya peneliti akan menjelaskan bagaimana pembahasan hasil penelitian ini, yaitu:

1.

Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Kognitif Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar pada kognitif peserta didik sebanyak 50 peserta didik dengan persentase 58,14% berada pada kategori cukup baik. Hal ini terungkap bahwa dari 86 peserta didik hanya 2 peserta didik berada pada kategori sangat kurang baik dengan persentase 2.33%, pada kategori kurang baik sebanyak 33 peserta didik dengan persentase 38.37% sedangkan pada kategori kurang baik hanya 50 peserta didik dengan persentase 58,14 berada pada kategori cukup baik, 1 peserta didik dengan

persentase 1.16% berada pada kategori baik.

Menurut Aunurrahman (2011: 49-52) perilaku belajar kognitif peserta didik terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi. Kelima jenis bagian dari periaku kognitif ini bersifat hirarkis artinya perilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang. Perilaku belajar terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum memiliki perilaku belajar yang lebih tinggi

Senada dengan itu menurut Willis (2012: 81) perilaku kognitif yaitu perilaku perilaku yang berhubungan dengan kepintaran otak artinya dengan belajar peserta didik akan bertambah kecerdasannya

,

akalnya makin berkembang dan pengetahuannya semakin bertambah.

Beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan perilaku belajar kognitif adalah perilaku yang berhubungan dengan kepintaran atau cara berfikir seseorang akan bertambah kecerdasannya dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukannya dalam berperilaku belajar dengan tingkatan yang terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk perilaku belajar kognitif peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang, sebagian besar peserta didik tergolong mampu dalam berprilaku belajar kognitif dengan kategori cukup baik, hal ini akan berdampak positif bagi peserta didik itu sendiri. Untuk mencapai perubahan perilaku belajar kognitif yang diharapakan, maka belajar hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh beberapa prinsip yang dapat mendukung terwujudnya perilaku belajar lebih baik yang diinginkan.

2.

Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Afektif Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar pada afektif peserta didik sebanyak 42 peserta didik dengan persentase 48,84% berada pada kategori kurang baik. Hal ini terungkap bahwa dari 86 peserta didik hanya 7 peserta didik

(6)

berada pada kategori sangat kurang baik dengan persentase 8,14%, pada kategori cukup baik sebanyak 26 peserta didik dengan persentase 30,23%, sedangkan pada kategori baik hanya 11 peserta didik dengan persentase 12,79%.

Menurut Aunurrahman (2011: 49- 52) perilaku belajar afektif peserta didik terdiri dari penenrimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Kelima jenis bagian dari periaku afektif merupakan suatu proses yang dinamis, di mana peserta didik melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuan untuk mencapai tingkatan- tingkatan kemampuan melalui proses perilaku belajar yang dilakukan di sekolah.

Selanjutnya Willis (2012: 81) perilaku afektif yaitu perilaku yang brhubungan dengan emosi, perasaan dan dapat mengatakan apa yang dirasakannya kepada orang tua atau guru. Misalnya perasaan sedih, marah dan perasaan suka.

Guru dapat mengembangkan perasaan perasaan yang berkembang dengan baik.

Kalau dia tidak senang dapat mengungkapkannya dengan baik kepada guru atau orang tua. Perasaan tertekan tidak boleh ditahan, karena dapat membahayakan dirinya sebagai akibat perasaan yang tidak tersalurkan.

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan perilaku belajar afektif adalah perilaku yang berhubungan dengan emosi dan perasaan sesorang dengan memiliki tingkatan yang terdiri dari penenrimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup yang dilakukan seseorang dalam berperilaku belajar.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk perilaku belajar afektif peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang, sebagian besar peserta didik tergolong tidak mampu dalam berprilaku belajar afektif dengan kategori kurang baik, hal ini akan berdampak negatif bagi peserta didik itu sendiri. Untuk mencapai perubahan perilaku belajar afektif yang diharapakan, maka belajar hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh beberapa prinsip yang dapat mendukung terwujudnya perilaku belajar lebih baik yang diinginkan.

3.

Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam Pembinaan Perilaku Belajar Motorik Peserta Didik di Kelas VIII SMP Adabiah Padang

Berdasarkan hasil pengolahan data yang peneliti lakukan, dapat diungkapkan bahwa secara umum pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar pada motorik peserta didik sebanyak 43 peserta didik dengan persentase 50,00% berada pada kategori cukup baik. Hal ini terungkap bahwa dari 86 peserta didik hanya 39 peserta didik berada pada kategori kurang baik dengan persentase 45,35%, pada Skategori cukup baik sebanyak 43 peserta didik dengan persentase 50,00%, pada kategori baik sebanyak 4 peserta didik dengan persentase 4,65%.

Menurut Aunurrahman (2011: 49- 52) perilaku belajar motorik peserta didik terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing dan kreativitas. Keempat jenis bagian dari periaku motorik proses ini merupakan suatu kegiatan yang dinamis di mana peserta didik melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuan atau keterampilan motoriknya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan motorik yang lebih tinggi melalui proses belajar atau latihan yang dilakukan.

Lebih lanjut Willis (2012: 82) perilaku motorik yaitu perilaku yang berhubungan dengan gerak motorik seperti gerak tangan, kaki, bicara dan sebagainya.

Orang akan dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain baik secara langsung, maupun secara tidak langsung.

Dengan perilaku ini peserta didik akan bisa berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain.

Beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan perilaku belajar motorik adalah perilaku yang berhubungan dengan gerak motorik seperti gerak tangan, kaki, bicara dan sebagainya dengan memiliki tingkatan terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing dan kreativitas, yang dilakukan peserta didik dalam berperilaku belajar di kelas.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk perilaku belajar motorik peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang, sebagian besar peserta didik tergolong mampu dalam berprilaku belajar motorik dengan kategori cukup baik, hal ini akan berdampak positif bagi peserta didik itu sendiri. Perilaku belajar motorik peserta didik yang sering keluar masuk kelas, adanya peserta didik yang sering berpindah tempat duduk dengan teman dan

(7)

sebagainya, hal tersebut tidak terjadi lagi.

Untuk mencapai perubahan perilaku belajar motorik yang diharapakan, maka belajar hendaknya memperhatikan secara sungguh- sungguh beberapa prinsip yang dapat mendukung terwujudnya perilaku belajar lebih baik yang diinginkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang secara umum dari 86 peserta didik mempunyai perilaku belajar yang cukup baik. Lebih jelasnya dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Profil pelaksanaan layanan penguasaan

konten dalam pembinaan perilaku kognitif peserta didik di kelas VIII dalam belajar berada pada kategori cukup baik.

2. Profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku afektif peserta didik di kelas VIII dalam belajar berada pada kategori kurang baik.

3. Profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku motorik peserta didik di kelas VIII dalam belajar berada pada kategori cukup baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik di kelas VIII SMP Adabiah Padang sebagian besar peserta didik dapat dikategorikan “Cukup Baik”.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti mengemukakan saran, sebagai berikut:

1. Peserta Didik, agar mampu mempertahankan dan meningkatkan lagi perilaku-perilaku yang lebih baik lagi dalam belajar, khususnya yang berhubungan dengan perilaku belajar peserta didik di kelas sehingga tidak ditemukan lagi perilaku belajar peserta didik yang kurang baik di kelas pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.

2. Guru BK, agar mampu memahami peserta didik secara menyeluruh dan berusaha menciptakan situasi yang menimbulkan rasa betah dan nyaman

peserta didik pada saat di kelas, khususnya yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling pada layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik, sehingga tidak ditemukan lagi perilaku belajar kurang baik peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.

3. Pengelola Program Studi, agar dapat di jadikan masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan serta menghasilkan tenaga guru BK di sekolah yang profesional dan memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang matang.

4. Peneliti Selanjutnya, dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai profil pelaksanaan layanan penguasaan konten dalam pembinaan perilaku belajar peserta didik dengan variabel yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Prayitno. 2004. Pengembangan Kompetensi Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling Konseling. Padang: FIP UNP.

Riduwan, 2010. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung:

Alfabeta..

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo . Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Pustaka Phoenix.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tohirin, 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(8)

Willis, Sofyan. 2012. Psikologi Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Yuhana, Fitria. 2012. Pembinaan Sikap dan Cara Belajar yang Baik Melalui Kegiatan Masjid di Masjid Raya Balai Baru Kuranji Padang. Skripsi.

Padang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto.

2011. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang hasil belajar IPA dan keterampilan berkomunikasi peserta didik, khususnya di kelas VIII D SMP Negeri 1 Padangan, setelah

Tingkat Motivasi Belajar Siswa pada Kelas VIII G di SMP Negeri 6 Kota Bengkulu Sebelum Pretest diberikan Layanan Penguasaan Konten Menggunakan Teknik Media Audio Visual