• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA EVALUASI ATRIBUT WISATA TERHADAP KEPUASAN, KEPERCAYAAN DAN DESTINATION LOYALTY (Studi pada Candi Prambanan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA EVALUASI ATRIBUT WISATA TERHADAP KEPUASAN, KEPERCAYAAN DAN DESTINATION LOYALTY (Studi pada Candi Prambanan)."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

11

2.1

Pengertian Pariwisata

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Bab 1, Pasal 1 tentang

Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Wardiyanto (2011:3), mengemukakan bahwa secara etimologis kata

“pariwisata” diidentikan dengan kata “

travel”

dalam bahasa inggris yang

diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke

tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini

pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan

secara individu atau kelompok dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan

untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Yoeti (1996:118), menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan

yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke

tempat lain, dengan maksud bukan untuk usaha atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan

yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke

tempat lain dengan maksud bukan untuk berbisnis ataupun melakukan pekerjaan

2.1

Pengertian Par

riw

iwi

isata

Menuru

ut

t

U

Undang-Undan

ang No. 10 Tahun 2009, Ba

Bab

b

1, Pasal 1 tentang

Kepariwi

wis

sataan, pa

ariwi

wisa

sata a

ada

dala

lah

h be

berb

bag

agai

ai m

mac

cam

a

kegiata

an

n

wisata dan

didu

uk

kung ber

rba

baga

g

i fa

f

silitas

s

se

sert

rta

a

l

laya

ana

nan

n

ya

yang disediaka

kan

n

oleh ma

masyarakat,

p

pengusah

aha,

a,

p

pemer

rin

intah,

dan pemerin

ta

h daerah.

Wa

W

rd

diy

iy

anto (2011:3), menge

mu

kakan bahwa seca

ra

ra etimo

molo

logi

g

s ka

ata

“p

par

ariw

iwisat

at

a” diidentikan dengan kata “

travel”

dalam baha

sa

a inggr

gris

is yang

g

di

diar

a

tika

an

se

bagai

perjalanan

yan

g di

la

kuka

n

be

rkali-kali d

ari

su

at

atu te

emp

mpa

at k

ke

e

tempat

lain. Atas dasa

r it

u pu

la

d

engan

meli

hat si

tuasi dan ko

nd

disi saat in

ni

pa

ari

r

wi

isa

ta dapat dia

rtikan s

ebag

ai suatu p

erja

la

na

n

tere

nc

ana ya

ng

g dil

la

akuk

kan

n

secara individ

du at

atau

au

k

k

elom

l

ompo

pok

k da

dari

r

sua

atu

tu t

tem

empa

pat

t k

ke

t

tem

empa

pat

t la

in

dengan tuju

juan

an

un

ntu

t

k mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Yo

Yoet

eti

(1

(199

99

6:

6:11

118)

8),

me

menj

njel

elas

askan ba

ahw

hwa

a

par

p

ariw

iwis

isat

ata

a

ad

adal

al

ah

ah s

sua

uatu

tu p

per

erja

jala

lanan

ya

ang

ng d

dil

ilak

akuk

ukan

an u

unt

ntuk

uk

s

se

ementara

ra wak

ktu

tu, yang

g

d

di

iselengg

ggarak

akan

an

d

dar

ari

i

su

suat

atu

u te

em

mpat ke

tempat lain, dengan maksud bukan

n untuk usa

saha atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata

a untuk m

menikmati perjalanan tersebut guna

bertamasya dan rekreasi atau untuk

k meme

en

nuhi keinginan yang beraneka ragam.

(2)

dan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

2.2

Destinasi Wisata

Kotler (2010:29) menjelaskan bahwa destinasi wisata merupakan tempat

dengan bentuk yang memiliki batasan nyata atau berdasarkan persepsi, baik berupa

batasan secara fisik (pulau), secara politik, atau berdasarkan pasar.

Hadinoto (1996:115), destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang

dipilih oleh seorang pengunjung dimana dia dapat tinggal selama waktu tertentu.

Kata destinasi dapat digunakan untuk suatu kawasan terencana, yang sebagian atau

seluruhnya dengan amenitas dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi,

restoran, hotel, atraksi, toko pengecer yang dibutuhkan pengunjung.

2.3

Definisi Taman Wisata Candi

Untuk definisi candi sudah diatur dalam Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 Tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi

Borobudur dan Candi Prambanan serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya.

Adapun definisi-definisi tersebut adalah :

1.

Taman wisata adalah taman di sekeliling candi beserta segala fasilitasnya

yang dibangun sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Taman

Purbakala Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah yang pelaksanaannya

dilakukan oleh Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Taman Wisata Candi

Borobudur dan Candi Prambanan.

2.2

Destinasi Wi

Wisata

Kotl

l

e

er (2010:29) menje

ela

l

sk

skan

a

b

bah

ahwa

w

d

destinasi wisata me

m

rupakan tempat

dengan

n

b

bentuk yang m

mem

emil

il

iki batasan nyata atau

u b

ber

erda

dasa

sarkan persepsi,

i, baik berupa

ba

a

t

tasan seca

cara

ra

f

fis

is

ik (pu

u

la

la

u), secara pol

u)

it

ik, atau ber

da

dasa

s

rkan

n

p

pas

as

ar

ar

.

Ha

Had

dino

to

to

(19

96

:115), destina

si

merupakan s

ua

tu

k

kaw

a

asan

n

s

spe

pesi

sifik ya

yang

di

ipi

pi

li

lih

h oleh

h

s

eorang pengunjung dima

na

dia dapat

t

inggal selam

ma

a

wa

akt

ktu

u

tertentu

u.

Ka

Kata

ta des

s

t

ti

nasi dapat digunak

an

untuk

sua

tu kaw

as

an terencana, yang

g

seb

bag

agia

ian

n atau

seluruh

hnya dengan

am

enitas

dan

p

elay

an

an

produk

wi

sata, fasili

t

tas rekrea

a

si

si,

restora

an, hotel, atraksi, toko

pengecer yang

dib

utuh

kan pengunjung.

2.

2

3

Definisi Taman Wisata Cand

ndi

Untuk definisi candi sudah diatur dalam Keputusan Presid

d

en

en R

R

ep

epub

ubl

lik

In

In

do

donesia

N

No

mo

r

1

1 Ta

Tahu

hun 19

9

92

92 T

T

en

enta

tang

ng Penge

elo

lola

laan

an T

T

am

an

Wisat

ata

a

C

Candi

Borobu

budu

d

r dan

n

Ca

Candi Prambanan

n serta Pe

Pengendalian L

L

in

ingk

gkunga

g

n Ka

Kawasannya.

Adapun definisi-definisi tersebut

t

adalah :

1.

Taman wisata adalah tama

man di sek

e

eliling candi beserta segala fasilitasnya

yang dibangun sesuai den

n

ga

g

n

Rencana Induk Pembangunan Taman

(3)

2.

Candi adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan beserta candi-candi

lainnya yang terletak di masing-masing kawasan.

3.

Kawasan candi adalah areal tanah yang terletak di sekeliling candi, baik

yang dipergunakan untuk pembangunan Taman Wisata maupun pelestarian

lingkungan.

4.

Pengelolaan adalah pengoperasian, pengurusan, pemanfaatan, penataan,

pengaturan, pemeliharaan, pengawasan, pengembangan, serta pemungutan

hasil dari taman wisata dan/atau fasilitas lainnya.

5.

Pengendalian adalah perencanaan, peruntukan atau penggunaan dan

pengawasan lingkungan.

6.

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Tengah, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah

Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang, Pemerintah Kabupaten Daerah

Tingkat II Klaten, atau Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman.

7.

Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pariwisata.

2.3.1. Peruntukan kawasan candi

Peruntukan kawasan candi dietetapkan bagi :

1.

Pengamanan dan pelestarian nilai-nilai budaya terutama objek arkeologi

yang ada;

2.

Penanggulangan terhadap kemungkinan usaha yang dapat merusak kawasan

candi;

3.

Kawasan candi adalah

h

a

areal tanah y

y

an

ang

g

terletak di sekeliling candi, baik

yang dipergu

gu

n

nakan untuk pembangunan Taman Wi

W

sata maupun pelestarian

lingk

k

u

ungan.

4.

P

Pengelolaan

ad

adal

alah

ah

pengoperasian, peng

ng

ur

urus

usan

an, pemanfaata

an,

n

penataan,

pen

nga

gatu

tu

ra

ra

n, pem

m

el

el

ih

iharaan, pen

ga

wasan, pen

n

ge

gembanga

gan,

n,

s

se

erta pem

mun

u

gutan

ha

hasi

si

l

dari

ri

t

aman wisata dan/atau fasilitas lainnya.

5.

.

Peng

ngen

dalian ada

la

h perenc

an

aan, perun

tu

kan atau

p

p

engg

gun

un

a

aan da

an

p

pengawasan lingkung

an

.

6.

Pe

merintah

D

aerah adal

ah

P

em

erin

ta

h

Provinsi

D

aerah Ting

ngkat I Jawa

wa

Tengah, Pemerintah

Pro

vi

nsi Daer

ah

Istim

ewa Yogyakarta,

Pemeri

rintah

h

Kabupaten

Da

Daer

erah

ah

T

Tin

ingk

gkat II Magela

lang

ng,

Pe

Pe

me

merintah

Kabup

p

at

at

e

en Dae

e

ra

rah

h

Tingkat II Klaten, atau Peme

eri

rint

t

ah

ah Kabupaten Daerah Tingkat II Slema

man

n.

7.

7.

Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang

ng

p

pariw

iwis

s

at

ata.

2.3.1.

1

Pe

P

runtuk

uk

a

an kawasan can

ndi

Peruntukan kawasan cand

di dietetapk

a

an bagi :

1.

Pengamanan dan pelestari

rian nilai-n

-nilai budaya terutama objek arkeologi

yang ada;

(4)

3.

Peningkatan kelestarian dan pemugaran lingkungan pemukiman pedesaan

di sekitar taman wisata dan candi yang mempunyai nilai-nilai tradisional

dan dapat dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata;

4.

Pengembangan dan pendayagunaan objek dan daya tarik;

5.

Penciptaan kawasan lindung untuk menjamin kelestarian candi dan

mendukung taman wissata.

2.3.2. Kawasan candi

Kawasan candi sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Taman

Purbakala Nasional dibagi dalam tiga zona yang masing-masing ditetapkan

peruntukan, luas dan batasnya.

a.

Zona 1

1.

Zona 1 merupakan lingkungan kepurbakalaan yang diperuntukan bagi

perlindungan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi.

2.

Luas zona 1 untuk Candi Prambanan adalah kurang lebih 39,8 Ha, dan

berbentuk segi empat terhadap kedudukan candi induk.

b.

Zona 2

1.

Zona 2 merupakan kawasan di sekeliling zona 1 masing-masing candi dan

diperuntukan bagi pembangunan taman wisata sebagai tempat kegiatan

kepariwisataan, penelitian, kebudayaan, dan pelestarian lingkungan candi.

2.

Luas zona 2 untuk Candi Prambanan kurang lebih 37,2 Ha.

c.

Zona 3

dan dapat dikembangk

gkan

an menjadi obj

bj

ek

ek dan daya tarik wisata;

4.

Pengembang

ng

a

an dan pendayagunaan objek dan d

d

ay

aya tarik;

5.

Penc

cip

iptaan kawasan lin

indu

dung

ng

u

u

nt

ntuk

uk

m

menjamin kele

est

st

arian candi dan

mendukung ta

tama

man

n

wi

w

ssata.

2.3.2. Ka

Kaw

wasa

an

n

candi

Kaw

wasan candi

se

suai denga

n

Rencana

Induk Pemb

ban

a

gu

una

na

n

n

Tama

a

n

Pu

Purb

rbakal

la

Nasional dibagi dalam

tiga

zona

yang masing-masi

in

ng d

dit

itet

et

ap

apkan

peruntu

ukan, luas dan batasnya.

a.

Zona 1

1.

Zona

1

merup

upak

akan

an

l

lin

ingk

g

ungan kepu

purb

rbak

akal

alaa

aan

n

ya

y

ng diper

un

untu

tukan ba

ba

gi

gi

perlindungan dan pemeliharaa

aa

n ke

kel

lestarian lingkungan fisik candi.

2.

Luas zona 1 untuk Candi Prambanan adalah kurang lebih 39

39

,8 H

8

Ha,

a,

d

dan

be

b

rbent

b

tuk

k se

e

gi

gi

e

e

m

mpat terha

hada

dap

p

ke

kedu

dudu

dukan ca

a

nd

nd

i

i

in

ind

du

k

k.

b.

Zo

Z

na 2

1.

Zona 2 merupakan kawas

san di sekel

liling zona 1 masing-masing candi dan

diperuntukan bagi pemba

angunan ta

taman wisata sebagai tempat kegiatan

kepariwisataan, penelitian, ke

kebuda

dayaan, dan pelestarian lingkungan candi.

(5)

1.

Zona 3 merupakan kawasan di luar zona 2, masing-masing candi dan

diperuntukan bagi pemukiman terbatas, daerah pertanian, jalur hijau, atau

fasilitas tertentu yang disediakan untuk menjamin keserasian dan

keseimbangan di zona 1 pada umumnya, dan untuk mendukung kelestarian

candi serta fungsi taman wisata pada khususnya.

2.

Penataan ruang, peruntukan, dan pengembangan zona 3 dilakukan oleh

Pemerintah Daerah yang bersangkutan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan pertimbangan Menteri.

3.

Luas zona 3 untuk Candi Prambanan kurang lebih 663Ha.

2.3.3. Luas zona

1.

Luas zona 1, zona 2, zona 3 pada Candi Prambanan dituangkan dalam peta

dengan skala ketelitian 1:25.000 sebagaimana terlampir dalam Keputusan

Presiden.

2.

Kawasan Candi Prambanan meliputi antara lain areal tanah yang terletak di

sekeliling candi-candi Rara Jonggrang, Lumbung, Bubrah, Sewu, Plaosan,

dan Sojiwan.

2.4

Perilaku Konsumen

Loundon dan Bitta (1993:6), menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah

suatu proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang terlibat

dalam mengevaluasi, memperoleh, menginginkan, memilih dan menggunakan

barang dan jasa.

fasilitas tertentu y

y

an

an

g

g disediakan

u

untuk menjamin keserasian dan

keseimbang

g

an

an di zona 1 pada umumnya, dan unt

ntuk

uk

mendukung kelestarian

cand

d

i

i

s

serta fungsi taman

n wis

isat

ata pa

pada

da

khu

hususnya.

2.

P

Penataan rua

ang

ng

,

,

pe

pe

runtukan, dan pengem

emba

ba

ng

nga

an zona 3 di

ila

lakukan oleh

Peme

meri

rint

nta

ah Dae

era

ra

h

h yang bersangkutan be

rdas

rd

as

arkan

n

pe

pera

ratu

tu

ran peru

rundang-un

unda

dangan

an

yang berlaku dengan memperhatikan perti

imb

m

anga

an

n Me

Ment

n

eri.

3.

.

Luas

as

zona 3 untuk Candi Pram

ba

nan kurang lebih 663Ha.

2.3.3.

Luas zona

1.

Luas zona 1, zona 2,

zona 3 pada C

andi

P

rambanan dituangka

n

n dalam

m peta

a

dengan s

kala

a

k

ket

etel

elit

itia

ian

n

1:25.000 sebag

agai

aima

mana

na

t

ter

e

la

mpir dalam

m K

Keputus

s

an

an

Presiden.

2.

2.

Kawasan Candi Prambanan meliputi antara lain areal tanah y

yan

n

g

g t

terl

rl

e

etak

ak di

sek

ke

li

li

li

li

ng

can

andi

di

-c

-candi R

R

ar

ar

a

a Jo

Jong

nggr

gran

ang, Lum

mbu

bu

ng

ng,

,

B

Bu

b

br

ah, S

h

Sewu

u, P

Pl

a

aosan,

da

d

n Soji

jiwa

wan.

2.4

Perilaku Konsumen

Loundon dan Bitta (1993:6)

),

,

menjel

elaskan bahwa perilaku konsumen adalah

(6)

Peter dan Olson (2005:5), mendefinisikan perilaku konsumen merupakan

interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita

dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

Menurut Engel (2001:3), perilaku konsumen adalah tindakan langsung

untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Schiffman dan Kanuk (1997:6), perilaku konsumen adalah bagaimana

individu mengambil keputusan untuk menggunakan sumber yang ada (waktu, uang,

tenaga) dalam mengkonsumsi barang. Dari pengertian para ahli di atas, maka

peneliti mengacu pada penelitian Schiffman dan Kanuk (1997:6) yaitu melihat

konsumen dari seberapa sering membeli barang, menggahabiskan uang dan tenaga

untuk membeli barang tersebut.

2.4.1. Proses pengambilan keputusan

Sumber : Kotler, er et all

Gambar 2.1

Buyer Decision Process

Menurut Kotler (2007:213), dalam membuat keputusan pembelian,

biasanya konsumen akan melalui lima tahap, yaitu :

a.

Problem Recognition : Proses dimulai saat konsumen menyadari masalah

atau adanya kebutuhan. Kebutuhan dapat disebabkan oleh rangsangan dari

Problem recognation

Information search

evaluation of alternatives

purchase decision

postpurchase behaviour

dimana manusia melakukan a

a

sp

sp

ek

ek pertukaran

n

da

dalam hidup mereka.

Menurut En

Eng

gel (2001:3), perilaku konsumen ad

ad

alah tindakan langsung

untuk mendap

apatkan, mengkonsu

ums

msi,

, dan

an

m

m

en

e

gh

ghabiskan produk

k d

d

an jasa termasuk

proses k

keputusan yan

ng

g

me

me

n

ndahului dan mengi

i

ku

kut

ti

t

tin

inda

dak

kan ini.

Sc

chi

hiff

ffma

ma

n dan

n

Ka

Kanuk (1997:6), perilaku

k

konsume

men

n

ad

ad

al

a

ah bag

gaimana

indivi

vi

du

du

m

me

engam

mbil keputusan untuk menggunakan sumber

ya

yang ada

a

(

(wa

wakt

k

u, u

u

an

a

g,

te

ena

naga)

) dala

la

m mengkons

um

si baran

g.

Dari peng

er

tian para ah

hli

l

di

i

at

atas

a

, mak

ka

pe

pene

neliti

m

m

en

gacu pada pene

li

tian Sch

if

fman d

an

Kanuk (1997:6)

yait

t

u

u me

melihat

konsum

m

en dari sebe

ra

pa sering

me

mb

eli

ba

rang

, mengga

habi

skan uan

g

g dan tena

a

ga

ga

untuk

membeli barang terse

but.

2.

2

4.1. Proses pengambilan keput

tus

usan

n

Sumb

b

er

e

: Kot

tl

ler, er et all

Gambar 2.1

Buye

yer Decision

n Process

Menurut Kotler (2007:213

3

),

)

d

dalam membuat keputusan pembelian,

bi

k

k

l l i li

t h

it

Pr Proboblem re

recogngnatatioionn

In

Infoformrmatatioionn

se

searchh

evaluation off al

alteernrnatativivees

pu purcrchahasese de decicisision

po

poststpupurcrchhase be

(7)

internal maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya, seseorang sudah

mengetahui bagaimana cara mengatasinya dan termotivasi oleh objek yang

diketahui dapat memuaskan kebutuhannya.

b.

Information Search : Konsumen yang tersadar kemudian bisa melanjutkan

ataupun tidak ke tahap pencarian informasi. Seberapa besar pencitraan

konsumen tergantung akan kekuatan yang mendorong mereka, jumlah

informasi awal yang ada, kemudahan dalam mendapatkan informasi lebih,

nilai yang diberikan terhadap informasi tambahan, dan kepuasan yang

didapat dari pencarian tersebut. Konsumen bisa mengumpulkan informasi

dari beberapa sumber, baik personal, komersial, ataupun umum. Dengan

mengumpulkan informasi, konsumen dapat meningkatkan kesadaran atau

pengetahuan dari pilihan dan fitur-fitur produk yang tersedia.

c.

Evaluation of Alternatives : Dalam situasi pembelian terdapat beberapa

proses evaluasi. Pertama, konsumen akan melihat produk sebagai

sekumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan derajat

kepentingan yang berbeda dari setiap atribut. Ketiga, konsumen akan

membentuk keyakinan dari setiap merek berdasarkan setiap atribut.

Keempat, konsumen diasumsikan memiliki fungsi keperluan untuk setiap

atribut. Kelima, konsumen sampai pada sikap mereka terhadap merek yang

berbeda melalui beberapa prosedur evaluasi.

d.

Purchase Decision : Dalam tahap evaluasi, konsumen akan mengurutkan

merek di daftar pilihan yang ada dan membentuk keinginan membeli.

Secara umum, konsumen akan membeli merek yang paling diinginkan.

diketahui dapat memu

u

as

as

ka

kan kebutuha

hann

nnya

y

.

b.

Information

n

Se

Search : Konsumen yang tersadar

k

kem

em

udian bisa melanjutkan

ataupu

pun tidak ke tahap

p

pen

enca

c

ri

ri

an

an

in

i

fo

formasi. Seberap

pa

a

besar pencitraan

k

konsumen ter

erga

ga

nt

ntun

u

g akan kekuatan ya

ya

ng

ng

m

m

e

endorong mer

er

ek

e

a, jumlah

info

form

rmas

as

i

i

awal y

y

a

ang ada, kemudahan dalam

m

m

mendapa

pa

tk

tk

an

an

informa

asi

s

lebih,

ni

nila

lai

i ya

ang

ng dib

er

ikan terhadap informasi tambahan

n

,

dan ke

kepu

puas

asan y

yang

dida

apat dari penca

ri

an tersebu

t.

Konsumen

bi

sa mengump

mpulka

a

n

n in

informas

si

da

dari

beberapa sumber

,

baik p

er

sonal, k

om

ersial, ataupun um

umum

m

.

.

De

Den

ngan

mengumpu

lkan

informa

si,

ko

nsum

en dapat men

ingk

atkan

kes

sadaran at

t

au

au

pengetahuan dari p

ilihan

dan

fitur-f

itur

produ

k yang tersedia.

c.

Evaluation

o

of

f

Al

Al

te

tern

rn

at

at

iv

ives

: Dalam si

situ

tuas

asi

i

pe

pemb

m

elia

n terd

ap

p

at

at beberap

ap

a

a

proses evaluasi. Pertama, ko

ko

ns

n

umen akan melihat produk seb

ebag

aga

ai

sekumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan member

r

ik

ikan

n

d

der

eraj

ajat

ke

k

pe

nt

t

i

ingan

n

ya

yang

ng berbe

b

da

da d

dar

ari

i

se

seti

tiap atr

t ib

ibut

ut

. Ke

Ke

ti

ti

ga

,

k

konsum

men

en akan

me

m

mben

en

tu

tuk

k keyakinan

da

dari setia

a

p merek berd

p

rdas

asar

a

kan se

se

ti

ti

a

ap atribut.

Keempat, konsumen dias

sumsikan m

memiliki fungsi keperluan untuk setiap

atribut. Kelima, konsumen

n sampai p

p

ad

a sikap mereka terhadap merek yang

berbeda melalui beberapa pro

rosedu

ur evaluasi.

(8)

Namun dapat muncul dua faktor diantara keinginan membeli dengan

keputusan membeli, yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak diduga

sehingga disaat seseorang sudah memutuskan membeli, jika ternyata kedua

faktor tersebut muncul dapat merubah keputusan pembelian seseorang.

e.

Postpurchase Behaviour : Setelah membeli, konsumen akan merasakan

puas atau tidak puas dan berpengaruh terhadap kegiatan purna jual yang

sangat signifikan terhadap pemasaran.

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Sumber : Kotler (2007:214)

Gambar 2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Pada gambar di atas, Kotler (2007:214) menjelaskan bahwa perilaku

pembelian jasa oleh konsumen akan sangat dipengaruhi beberapa faktor yang terdiri

dari budaya, sosial, pribadi dan psikologi

1. M ot ivasi 2. Persepsi 3. Penget ahuan 4. Keyakinan dan

sikap

Faktor

Psikologi

1. Usia dan t ahap siklus hidup 2. Sit uasi ekonomi 3. Gaya hidup 4. Kepribadian dan konsep diri

Faktor Pribadi

1. Kelompok 2. Keluarga 3. Peran dan

St at us

Faktor Sosial

1. Kebudayaan 2. Sub-budaya 3. Kelas Sosial

Faktor Budaya

sehingga disaat seseor

r

an

an

g

g sudah memu

mutu

tuskan membeli, jika ternyata kedua

faktor tersebu

but

t muncul dapat merubah keputusan

n

p

p

embelian seseorang.

e.

Postpu

purchase Behaviour

ur

:

:

Se

Sete

e

la

lah

h

me

memb

m

eli, konsume

en

n

akan merasakan

puas atau tida

dak

k

pu

puas

a

dan berpengaruh

h

t

t

er

erha

hada

dap

p kegiatan pur

r

na

n

jual yang

sang

ngat

at s

s

ig

ig

nifika

a

n

n

te

terhadap pem

as

aran.

2.

.

4.

4.2.

2

Fakt

kt

or-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

n

Sumber

er : Kotle

er

r (2007:214)

Ga

a

mb

mbar 2.2

Faktor-Faktor Yang Mem

mp

pengaruhi Perilaku Konsumen

1. Moot ivasi

2. Perrsepssii

. Penget at ahuhuan

K

Keyakinan dan sikap

i

1 Moot ivas

1 M t i

Fa

kt

o

or

Psikolo

g

gi

3. K K 3 4 4. 1. Usia dan t ahap siklus hidup

2. Sit uaasisi

ekonomi

3. Gaya hidup

4. Kepribadian da

dannkokonsnsepepddiririi

1 U i d

Fakt

o

r Pribad

i

d 1. Kelompok

2. Keluarga

3.

3. Peran dan St at us 1 K l k

F

F

1 K l k

Fa

kt

or Sosial

1 3 3 1 1 1. Kebudayaan 2. Sub-budaya

3. KelasSSososiaiall

F

1 Kebudayaan

F

F

(9)

Faktor Budaya

yang mempengaruhi perilaku konsumen tediri dari budaya,

sub budaya dan kelas sosial.

a.

Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Jika

makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri,

maka perilaku manusia sebagian besar muncul dari pembelajaran.

b.

Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan

lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggota-anggotanya.

Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis.

Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar

sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan mereka.

c.

Kelas sosial adalah devisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur

dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yag

serupa.

Faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari:

a.

Kelompok yang mempengaruhi langsung karena seseorang menjadi

anggotanya disebut kelompok keanggotaan, sedangkan kelompok acuan

berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung atau tidak

langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang.

b.

Keluarga adalah organisasi (kelompok kecil pembeli) yang paling penting

dalam masyarakat karena dapat sangat mempengaruhi perilaku pembelian

konsumen.

a.

Budaya adalah penent

t

u

u

ke

keinginan da

d n

n pe

perilaku yang paling mendasar. Jika

makhluk ya

a

ng

ng lebih rendah perilakunya sebagi

ian

an besar diatur oleh naluri,

maka

a

p

perilaku manusia se

seba

bagi

gian

n

bes

b

es

ar

a

m

muncul dari pem

mbe

b

lajaran.

b.

S

Setiap buday

a

a

te

erd

rd

ir

i

i dari sub-budaya ya

ya

ng

ng

l

leb

ebi

ih kecil yang

me

m

mberikan

lebi

bih

h

ba

ba

ny

n

ak c

cir

ir

i-

i

ciri dan sosialisasi khu

su

sus

s

angg

go

ota-

a-

an

anggotanya

ya.

Sub-bu

buda

daya t

te

erdiri dari bangsa, ag

am

a, kelompok, ras,

da

d

n da

daer

erah

ah

g

geogr

r

af

a

is.

Bany

nyak

sub-buday

a

yang mem

be

ntuk segmen pasar pent

ntin

i

g da

dan

n

pemasa

ar

se

seri

ng merancang pro

du

k dan

pr

ogram pemasaran yang dises

s

u

uaik

kan

an

d

den

en

gan

ke

butuhan mereka.

c.

Kelas sosial adalah

devi

si

masyara

ka

t ya

ng relatif permanen

dan te

eratu

ur

dengan para an

angg

ggot

otan

anya

ya menganut ni

i

la

lai-

i-ni

nila

lai

i,

m

minat

,

da

n tingka

kah

h laku y

y

ag

ag

serupa.

Faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi perilaku konsumen te

terd

rdir

iri

i da

dar

ri:

a.

a

Ke

K

l

lomp

ok y

k

yan

an

g

g mempen

enga

garu

ruhi

hi

l

langsung

g

ka

kare

rena

s

eseorang

g m

m

e

enjadi

an

a

gg

ggotan

an

ya

ya

d

isebut kelom

mpo

p

k kean

anggotaan, sed

dan

n

gk

gkan kelom

ompok acuan

berfungsi sebagai titik perbanding

gan atau acuan langsung atau tidak

langsung dalam membentu

uk sikap a

at

tau tingkah laku seseorang.

b.

Keluarga adalah organisasi

(

(kelo

o

m

mpok kecil pembeli) yang paling penting

(10)

c.

Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut

orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang

mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

Faktor-faktor pribadi

yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:

a.

Usia akan mempengaruhi dalam mengambil keputusan karena orang akan

merubah keputusan pembelian barang dan jasa yang akan dibeli selama

masa hidupnya. Konsumsi ini juga dibentuk oleh siklus hidup berkeluarga.

b.

Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerjaan

seseorang memengaruhi pola konsumsinya.

c.

Situasi ekonomi terkait dengan kemampuan orang secara ekonomis untuk

membeli barang dan jasa.

d.

Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam

psikografiknya yang menampilkan tidak sekedar kelas sosial atau

kepribadian seseorang namun lebih menampilkan pola berinteraksi

seseorang secara keseluruhan di dunia. Gaya hidup seseorang adalah pola

hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.

e.

Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan

respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan

dirinya.

f.

Konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi

dan mencerminkan identitas mereka.

Faktor-faktor psikologis

yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri

dari:

mencerminkan penghar

ar

ga

gaan yang di

di

be

beri

rikan oleh masyarakat.

Faktor-fakto

tor pribadi

yang mempengaruhi peri

rila

la

ku konsumen adalah:

a.

Usia

a

ak

kan mempengaruhi

h

d

dal

alam

am

m

m

en

en

ga

gamb

m

il keputusan

k

k

arena orang akan

merubah kepu

utu

usa

sa

n

n

pembelian barang d

dan

an j

j

as

asa

a yang akan di

dibeli selama

ma

asa

sa

h

hid

du

upnya. K

K

on

sumsi ini juga dibentu

k

k ol

ol

eh sik

klu

lus

s hi

hidu

d

p berk

k

el

e

uarga.

b.

Pe

Peke

kerjaa

an

n

mempengaruhi bar

an

g dan jasa yang

d

di

be

l

liny

nya.

a. P

Peker

r

ja

j

an

sese

e

o

orang memengaruhi pola k

on

sumsinya

.

c.

c.

Si

Situ

asi ekonomi terk

ai

t dengan kemam

pu

an orang secara

ek

konom

m

is

is

u

u

ntuk

k

membeli ba

rang

dan jasa.

d.

Gaya hidup adalah

po

la

kehidupan seseo

rang yang diwuju

d

dkan d

dalam

m

psikogra

fiknya

ya

y

yan

ang

g

menampilkan

n

t

tid

idak

ak

s

s

ek

e

ed

ar kelas

s

s

o

osial at

at

au

au

kepribadian seseorang namu

mu

n

n

l

lebih menampilkan pola berinte

era

raks

ksi

seseorang secara keseluruhan di dunia. Gaya hidup seseorang

g ad

adal

l

ah

ah

p

p

o

ola

hi

hi

d

du

p se

seor

r

an

ang

g

y

yang die

i

ks

kspr

pres

esik

ikan

an

dalam a

d

a

kt

kt

iv

ivit

itas,

mi

i

na

t

t,

d

dan o

opi

pi

ni

ni

n

nya.

e.

Ke

K

pr

p

ibad

adia

ia

n

mengacu pada

da karakte

e

ri

ristik psikologi

i

u

u

ni

nik

k

ya

y

ng

g

m

m

e

enyebabkan

respon yang relatif kon

nsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan

dirinya.

f.

Konsep diri adalah bahwa ap

pa yan

ang dimiliki seseorang memberi kontribusi

(11)

a.

Motivasi merupakan alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan

suatu tindakan.

b.

Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih,

mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk

gambaran berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk

bertindak. Sementara itu, bagaimana seseorang bertindak akan dipengaruhi

oleh persepsinya atau situasi tertentu.

c.

Pengetahuan, pada saat orang bertindak, mereka belajar. Belajar

menggambarkan perubahan perilaku seseorang individu yang bersumber

dari pengalaman.

d.

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai

sesuatu. Sedangkan sikap menguraikan evaluasi, perasaan, dan

kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif

konsisten.

2.5

Persepsi

Schiffman dan Kanuk (1997:146), persepsi adalah proses yang dilalui

dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan guna

membentuk gambaran berarti mengenai dunia.

Rangkuti (2002:33), persepsi merupakan proses dimana individu memilih,

mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat

inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari proses persepsi

tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan.

b.

Persepsi adalah pr

pros

oses yang di

dilalui orang dalam memilih,

mengorgani

i

sa

sasikan, dan menginterpretasikan i

inf

nfor

o

masi guna membentuk

gamb

b

a

aran berarti menge

ena

nai

i

du

duni

ni

a.

a.

S

S

eseo

eorang yang term

mot

o

ivasi siap untuk

b

bertindak. Sem

men

enta

a

ra itu, bagaimana sese

eor

oran

ang

g

be

b

rtindak akan

n

dipengaruhi

oleh

eh

p

p

er

er

se

se

psinya

ya

a

a

t

tau situasi te

rt

entu.

c.

Pe

Peng

ngetah

hu

uan, pada saat orang bertindak

,

me

re

reka

k

b

bel

elaj

ajar

ar.

. Be

e

la

l

jar

meng

nggambarkan

perubahan pe

ri

laku seseo

ra

ng individu

u yang

g

b

ber

e

sumb

e

er

da

dari

pengalaman.

d.

Ke

yakinan

ad

alah pemik

ir

an

des

krip

ti

f

yang dim

ilik

i seseoran

ng mengen

nai

a

sesuatu. Sedangkan

s

ik

ap men

gu

raik

an evaluasi, pera

asaan, dan

n

kecenderun

ga

ga

n

n

da

dari

ri

s

ses

eseo

e

rang terhada

da

p

p

suat

su

atu

u

ob

o

je

j

k

atau ide

y

y

a

ang rela

a

ti

tif

f

konsisten.

2.

2.5

5

Pe

P

rsep

si

i

Schiffma

ma

n

n dan Kanuk (1

(1997:146)

6), persepsi adala

lah

h

pr

p

oses

y

y

a

ang dilalui

dalam memilih, mengorganisasi

ikan, dan m

menginterpretasikan rangsangan guna

membentuk gambaran berarti men

ngenai du

n

nia.

Rangkuti (2002:33), persepsi

s

mer

erupakan proses dimana individu memilih,

(12)

Persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tingkat

kepentingan pelanggan, kepuasan pelanggan, dan nilai.

Seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepinya

terhadap sesuatu. Dua orang yang memiliki motif sama namun dengan persepsi

yang berbeda bisa menghasilkan keputusan yang berbeda pula. Persepsi ini tidak

hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga rangsangan yang berhubungan

dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

2.6

Perceived Culture Differentiation

Menurut Oliver (1980 dalam Huang dan Chiu 2006), perceived culture

differences

adalah perasaan atau anggapan wisatawan akan seberapa menariknya

kebudayaan yang ditampilkan dan dialami di tempat tujuan wisata. Hal ini dapat

ditunjukan dari produk atau feature

dari kebudayaan, karakteristiknya, warisan,

ataupun acara-acara dan atraksi kebudayaan yang ditampilkan.

Oliver (1980) juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya yang dirasakan

(pengalaman) merupakan suatu pengaruh yang subtansial pada persepsi aktual.

Sementara itu, berdasarkan pada paradigma diskonfrimasi, kualitas hubungan

merupakan hasil dari proses evaluasi dimana para wisatawan membandingkan

ekspektasi mereka tentang seberapa menarik budaya dari tempat tujuan wisata

tertentu yag diharapkan akan menyajikan pengalaman aktual terkait dengan budaya.

Menurut Yoeti (1997:1), Indonesia pada dasarnya mengembangkan konsep

pariwisata budaya (cultural tourism). Konsep ini menggunakan potensi seni dan

Seseorang yang termo

mo

ti

tivasi bertind

dak

ak akan dipengaruhi oleh persepinya

terhadap sesuatu. Du

Dua orang yang memiliki motif sama

ma namun dengan persepsi

yang berbeda

da b

isa menghasilkan

an

k

kep

put

tus

usan

an

yan

ang berbeda pula

a. Persepsi ini tidak

hanya te

tergantung pad

da

a

ra

rang

ng

sangan fisik, tetapi

i

jug

ug

a

a ra

rang

ngsangan yang be

b

rhubungan

de

e

n

ngan lin

n

gk

gkun

un

ga

ga

n seki

ita

tar da

n keadaan individu y

an

n

g

g bersan

ngk

gk

ut

ut

a

an.

2.

.

6

6

Perc

rcei

ved Culture Differentiat

io

n

M

Menu

rut Oliver (19

80

dalam

H

uang d

an

Chiu 2006),

pe

rc

rceive

e

d

d

cu

cu

lt

l

ure

differen

nce

s

adalah

per

asaan atau ang

gapa

n

wi

satawan

akan seberap

a

menarikn

n

ya

ya

kebuda

yaan yang ditampil

kan

da

n

dialami

di

tem

pat tujuan wisata.

H

Hal ini d

dapa

at

ditunj

njuk

uk

an dar

i

pr

od

duk

uk

a

ata

ta

u

u

fe

fe

a

at

ure

dari keb

eb

ud

uday

ayaa

aa

n,

n, karak

teristikny

nya

a, waris

s

an

an,

,

at

a

aupun acara-acara dan atraksi kebu

buda

d

ya

ya

an yang ditampilkan.

Oliver (1980) juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya ya

y

ng

ng

d

dir

ir

a

asak

akan

(p

(p

en

enga

g

lama

n)

)

mer

up

upak

akan

an suatu

p

pen

enga

garu

ruh

h y

yang sub

ubta

tans

ns

ia

ial

l

pad

da perseps

ps

i

i

ak

aktual.

Seme

e

nt

ntar

a

a itu,

,

b

b

e

erd

dasarkan pad

d

a

a paradi

g

gma diskonfrim

mas

asi,

i,

kualita

tas

s hubungan

merupakan hasil dari proses ev

valuasi dim

m

ana para wisatawan membandingkan

ekspektasi mereka tentang sebera

rapa mena

arik budaya dari tempat tujuan wisata

tertentu yag diharapkan akan menyaji

jikan

n pengalaman aktual terkait dengan budaya.

(13)

budaya yang kita miliki, mulai dari bangunan, cendera mata, bahan-bahan promosi,

makanan dan minuman.

Sedangkan menurut Pendit (1994:79), secara lebih spesifik, hal-hal yang

dapat diteliti dari daya tarik pariwisata dalam hal sosio budaya antara lain :

1.

Adat istiadat : Pakaian, makanan dan tata cara hidup daerah, pesta rakyat.

2.

Seni bangunan

3.

Pentas, pagelaran, dan festival : Gamelan, musik, seni tari, dan lainnya.

4.

Pameran, pekan raya.

5.

Sejarah (peninggalan purbakala) : Bekas istana, tempat ibadah, legenda.

2.7

Perceived Safety

Menurut Awaritefe (2003), perceived safety adalah perasaan atau anggapan

wisatawan dimana tidak terlalu beresiko dan merasa lebih aman saat berpergian ke

destinasi wisata. Perasaan ini bisa muncul berdasarkan pengalaman perjalanan

wisatawan sebelumya baik ke destinasi yang sama atau berbeda.

Wisatawan dapat mudah diserang sebagai korban kejahatan. Hal ini karena

wisatawan merupakan target mudah dari tindak kriminal terutama mereka yang

berada di tempat dan waktu yang salah. Kemudian saat kejadian tersebut diangkat

oleh media dan dapat mempengaruhi persepsi dan perasaan wisatawan secara

umum terhadap destinasi tersebut.

Garafalo (1979), menyimpulkan bahwa ketakutan wisatawan bisa

disebabkan oleh beberapa sumber, antara lain pengalaman pribadi mereka, diskusi

dengan teman dan kerabat, ulasan oleh media massa (televisi, internet, koran,

Sedangkan menurut Pe

Pe

nd

nd

i

it (1994:7

7

9)

9),

se

s

cara lebih spesifik, hal-hal yang

dapat diteliti dari da

ay

ya tarik pariwisata dalam hal sosio bu

budaya antara lain :

1.

Adat

t

i

istiadat : Pakaian, m

mak

akan

anan

n

dan

d

an

tat

ata

a

cara hidup dae

e

ra

r

h, pesta rakyat.

2.

S

Seni banguna

an

n

3.

Pent

ntas

as

,

, pa

pa

gelara

an

n,

d

dan festival

:

Gamelan, m

m

us

us

ik, seni

ni ta

ta

ri

ri,

,

dan lain

nny

n

a.

4.

Pa

Pame

m

ran,

n, p

ekan raya.

5.

Seja

arah (peninggal

an

purbakala

)

: Bekas istana, tempat i

ba

badah,

l

leg

eg

en

da.

2.7

Pe

rceived Sa

fe

ty

Menurut Awaritefe

(200

3), perceived safety adalah perasaan ata

au ang

gg

gapa

n

n

wisata

taw

wan dimana

t

id

dak

ak

t

ter

erla

lalu

lu

b

b

eresiko dan me

mera

rasa

sa

l

l

eb

ebih

i

aman saat

b

b

er

er

p

pergian

n

ke

ke

de

d

stinasi wisata. Perasaan ini bisa

a

mu

mun

ncul berdasarkan pengalaman perjal

alan

anan

an

wi

wisa

ata

tawa

w

n sebelumya baik ke destinasi yang sama atau berbeda.

Wi

Wi

sat

ta

wa

n da

dapa

pat

t mudah

h

di

dise

sera

rang

ng

s

seb

ebagai k

kor

or

ba

ba

n

n ke

kej

ja

hat

h

tan.

H

al i

ini

ni

k

ka

arena

wisata

ta

wa

wan meru

ru

pa

pa

k

kan target mud

udah dari

ti

tindak kriminal

l

te

teru

rutama

m

m

e

ereka yang

berada di tempat dan waktu yang

g salah. Kem

mudian saat kejadian tersebut diangkat

oleh media dan dapat mempeng

garuhi pe

r

rsepsi dan perasaan wisatawan secara

umum terhadap destinasi tersebut.

(14)

radio), persepsi mengenai tingkat kriminalitas saat itu, serta persepsi mereka

terhadap efektifitas polisi di destinasi tersebut.

George (2003:575-578), menjelaskan bahwa keamanan pribadi menjadi

faktor besar dalam proses pengambilan keputusan dalam memilih perjalanan. Jika

wisatawan merasa tidak aman atau terancam saat berlibur di destinasi wisata,

mereka dapat membangun pandangan yang negatif terhadap suatu destinasi. Hal ini

berdampak buruk bagi industri pariwisata dan dapat terjadi penurunan jumlah

wisatawan di area tersebut. Secara spesifik hal ini dapat terjadi jika :

1.

Wisatawan yang potensial memutuskan untuk tidak mengunjungi destinasi

tersebut karena memiliki reputasi tingkat kriminalitas yang tinggi.

2.

Wisatawan merasa destinasi wisata tidak aman, sehingga mereka tidak

beraktivitas di luar fasilitas akomodasi mereka.

3.

Wisatawan yang merasa terancam atau tidak aman, memilih tidak kembali

ke destinasi tersebut dan tidak suka merekomendasikan kepada orang lain.

2.8

Perceived Convenient Transportation

Hadinoto (1996:34), menjelaskan bahwa transportasi memiliki dampak

besar pada volume dan lokasi pengembangan pariwisata. Agar pariwisata bisa

berkembang, maka suatu destinasi harus assessible

(bisa didatangi). Pengaturan

perjalanan nyaman, komparatif ekonomis dari pasar wisata ke destinasi harus ada

atau harus tidak ada.

Jarak waktu terbaik dari perjalanan darat dari gateway

(pintu gerbang)

sampai di hotel maksimal 2 jam. Karena waktu kedatangan dan keberangkatan dari

George (2003:575-578

78

)

), menjelask

k

an

an b

b

ahwa keamanan pribadi menjadi

faktor besar dalam p

p

r

roses pengambilan keputusan dalam

m memilih perjalanan. Jika

wisatawan m

merasa tidak aman

n

at

tau

au ter

er

an

anca

ca

m

m

saat berlibur di

di destinasi wisata,

mereka

a

d

dapat memba

ang

ng

un

un p

p

andangan yang nega

a

ti

tif

f

te

terh

rhad

adap suatu desti

tinasi. Hal ini

be

e

r

rdampak

k bu

buru

ru

k

k bagi

gi

i

ind

ndustri pariwisata dan d

d

ap

apat

a

terja

adi

di

p

p

en

enurunan

n jumlah

wisata

ta

wa

wa

n

n d

di are

rea ters

eb

ut. Secara spe

si

fik hal ini dapat terj

ad

ad

i jika

k

:

:

1.

.

Wisa

sata

wan yang p

ot

ensial memutuskan untuk tidak meng

gun

u

jung

ngi

i

d

destinas

si

te

ersebut karena memi

li

ki reput

as

i tingka

t kr

iminalitas yang

ti

i

ng

n

gi

i.

.

2.

Wi

satawan

me

rasa des

tina

si

wis

at

a ti

dak aman,

sehingga

m

merek

ka tida

dak

k

beraktivitas di luar

fasilit

as

akomoda

si

mer

eka.

3.

Wisatawan

ya

ya

ng

ng

m

mer

eras

asa

a

terancam ata

a

u

u

ti

tida

dak

k

am

am

an

a

, me

mi

lih

ti

i

da

dak

k kemb

b

a

ali

i

ke destinasi tersebut dan tida

da

k

k su

u

ka

ka merekomendasikan kepada orang

g

l

l

ai

ain.

n.

2.

2.8

8

Pe

P

rc

eive

i

d

d

Conv

Co

nven

eni

ient T

Tra

ans

nspo

port

rtat

atio

ion

Ha

H

dinoto

to

(

(

1

1996:34), menj

njelaskan

b

bahwa transpor

or

ta

tasi

s

mem

m

il

il

ik

iki dampak

besar pada volume dan lokasi p

pengemban

n

gan pariwisata. Agar pariwisata bisa

berkembang, maka suatu destina

a

si

s

harus

a

assessible

(bisa didatangi). Pengaturan

perjalanan nyaman, komparatif ekon

nomis

is dari pasar wisata ke destinasi harus ada

(15)

destinasi itu sangat penting dan harus menyenangkan wisatawan, maka kawasan

gateway harus direncanakan dengan fasilitas baik serta sikap karyawan perlu sopan

dan menyenangkan pula.

Menurut Awaritefe (2003), convenient transportation atau kenyamanan

transportasi bagi wisatawan tidak hanya destinasi harus selalu dekat dengan

bandara internasional, namun juga terkait dengan waktu yang dihabiskan dari

bandara ke tempat tujuan; akses ke lokasi-lokasi wisata; kesanggupan memenuhi

kebutuhan spesial manula, orang cacat, ataupun anak kecil dan kemudahan

mendapatkan tempat penyewaan mobil; serta kemudahan untuk mengerti sistem

transportasi yang ada. Kenyamanan transportasi ini menurut Huang dan Chiu

(2006) didefinisikan sebagai efisiensi atas transportasi yang diambil untuk

memastikan wisatawan mendapatkan jasa transportasi dalam tingkatan yang wajar.

2.9

Kepercayaan (Trust)

Mangan dan Collins (2002 dalam Huang dan Chiu 2006), menjelaskan

bahwa kepercayaan didefinisikan sebagai keinginan untuk bersandar pada tempat

tujuan wisata yang sangat diminati atau keyakinan pada berbagai aktivitas

wisatawan di tempat tujuan wisata yang terpercaya.

Kepercayaan merupakan sarana menuju komitmen dan hubungan yang

lebih jauh yang bermanfaat penting bagi kedua belah pihak yang saling percaya

(Morgan dan Hunt, 1994). Dilanjutkan menurut Gronroos (1994) bahwa sumber

daya yang dimiliki oleh penjual, seperti SDM, teknologi dan sistem, harus dapat

digunakan sedemikian rupa sehingga konsumen memiliki kepercayaan pada

dan menyenangkan pula.

Menurut Aw

wa

aritefe (2003),

convenient transpo

o

rt

r

ation

atau kenyamanan

transportasi b

bagi wisatawan ti

ida

da

k

k

ha

ha

nya

ny

a

de

d

st

stinasi harus se

ela

la

lu dekat dengan

bandar

r

a

a internasiona

al,

l, n

nam

am

un juga terkait de

d

ng

ng

an

an

w

w

ak

a

tu yang diha

habiskan dari

ba

a

n

ndara ke

e t

tem

em

pa

p

t tuju

u

an

an; ak

ses ke lokasi-lokasi

w

w

is

is

ata; kes

esan

n

gg

ggup

u

an m

em

emenuhi

kebutu

tuha

ha

n

n

spes

sia

ia

l

manula, orang cacat, ataupun a

na

k

ke

ke

cil

da

dan

n

ke

kemu

m

da

dahan

me

me

nd

ndapatka

ka

n

tempat pen

ye

waan mob

il

; serta kemudahan untu

k

k meng

nger

er

t

ti siste

m

m

tr

tran

ans

sport

tasi

yang ada. Ken

ya

manan

tr

anspor

tasi

ini menurut Hua

ang

d

dan

an

C

C

hiu

(2006)

) didefinisik

an

sebagai

efi

sien

si

ata

s

transporta

si

yang dia

ambil

l

untu

tuk

k

memast

ikan wisatawan men

dapa

tk

an jasa tr

an

spor

tasi dalam tingkatan

yang w

wajar

r.

2.

2

9

Kepercayaan (Trust)

t

Mangan dan Collins (2002 dalam Huang dan Chiu 2006)

),

,

me

menj

njel

elas

ask

kan

ba

bahw

hwa keperc

ay

aan

n

di

dide

defi

finisikan

n

se

seba

baga

gai

i ke

ke

inginan

i

n

un

un

tu

tuk

k

b

be

rs

an

d

dar pa

ada

da

t

e

empat

tujuan

n

w

w

is

at

a ya

ya

n

ng sangat dimi

minati ata

au

u keyakinan pa

pa

da

da

ber

ba

ba

ga

ga

i

i aktivitas

wisatawan di tempat tujuan wisat

ta yang terp

percaya.

Kepercayaan merupakan sarana m

menuju komitmen dan hubungan yang

lebih jauh yang bermanfaat penting

g

bag

gi

i kedua belah pihak yang saling percaya

(16)

sumber daya tersebut. Dengan demikian, kepercayaan perusahaan akan semakin

terpelihara dan semakin kuat. Pada suatu studi mengenai hubungan dalam industri

jasa, Moorman (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan seseorang

untuk mengandalkan exchanged partneryang diyakininya.

Definisi ini berarti perusahaan harus dapat meyakinkan konsumen agar jasa

yang diberikan dapat diandalkan. Lebih lanjut diungkapkan bahwa memelihara dan

memperkuat kepercayaan merupakan hal yang penting dalam kualitas hubungan,

khususnya untuk membina keberhasilan hubungan dalam jangka panjang.

2.10

Kepuasan (Satisfaction)

Kepuasan konsumen (wisatawan) telah menjadi konsep sentral dalam teori

dan aplikasi pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktifitas

bisnis. Kepuasan konsumen juga dipandang sebagai salah satu indikator terbaik

untuk meraih laba di masa yang akan datang (Fornell, 1992; Kotler, 2000). Fakta

yang menunjukkan bahwa menarik konsumen baru lebih mahal dari pada

mempertahankan konsumen yang ada, juga menjadi pemicu meningkatnya upaya

untuk menjaga kepuasan konsumen. Kata kepuasan atau satisfaction

berasal dari

b

ahasa latin “

satis

” yang berarti cukup baik atau memadai dan “

facio

yang berarti

melakukan atau membuat. Kepuasan merupakan salah satu indikator yang

mempengaruhi loyalitas. Semakin tinggi tingkat kepuasan, maka loyalitas akan

semakin tinggi.

Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kotler (2006:23) yang mendefinisikan

kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal

jasa, Moorman (1999) mende

de

fi

fi

ni

nisikan kepe

erc

rcay

ayaan sebagai kesediaan seseorang

untuk mengandalkan

an exchanged partneryang diyakininya

ya.

Defini

nisi ini berarti perus

s

a

ahaa

aa

n

n

ha

ha

ru

ru

s

s

da

d

pa

pat meyakinkan

k

kon

o

sumen agar jasa

yang d

d

ib

iberikan dapat

t

d

dia

and

nd

alkan. Lebih lanjut d

diun

ungk

gk

ap

apka

k

n bahwa me

e

me

m

lihara dan

me

memperku

uat

at

k

kep

ep

ercaya

ya

an

an

merupakan

h

al yang

pe

nt

ntin

ing

g

dala

am

m

ku

kual

a

itas hub

ubungan,

khusus

usny

ny

a

a

u

untuk

k

me

mbina keberhasilan hubungan dalam ja

ng

ngka pan

nja

jang

ng

.

.

2.

2.10

10

K

Ke

puasan (Satisfacti

((

on

)

Ke

puasan k

on

sumen (w

isat

aw

an

) te

lah

menjadi konsep sentr

al

al dalam teo

or

ri

dan ap

plikasi pemasaran, se

rta me

ru

pakan

sala

h sa

tu tujuan esensial

b

a

agi akti

ti

fi

ta

as

bisnis

is

.

.

Kepuasan

kon

onsu

sume

men

n

ju

juga

ga dipandang

g

seb

s

ebag

agai

ai

s

sal

a

ah

satu indika

kato

tor terb

b

ai

ai

k

k

un

u

tuk meraih laba di masa yang aka

ka

n

n da

da

t

tang (Fornell, 1992; Kotler, 2000). Fa

Fakt

kta

ya

yang

ng

m

m

enunjukkan bahwa menarik konsumen baru lebih mahal

al

d

dar

ari

i pa

pada

me

memp

mpertah

ha

nk

k

an

k

kon

onsu

su

m

men yang

g

a

a

da

da

,

, ju

juga

ga

m

enjadi

di

p

pem

emi

icu

me

ningkatn

i

nya

ya

u

upaya

untu

k

k

me

me

njag

j

g

a ke

ke

p

puasan konsume

men. Kata

a

k

kepuasan atau

sa

sa

ti

tisf

faction

on

be

berasal dari

b

ahasa latin “satis” yang berarti c

cukup baik atau memadai dan “facio

yang berarti

melakukan atau membuat. Kep

puasan m

merupakan salah satu indikator yang

mempengaruhi loyalitas. Semakin ti

t

nggi

gi tingkat kepuasan, maka loyalitas akan

(17)

dari pembandingan kinerja suatu produk dan jasa dengan harapan. Jika kinerja di

bawah harapan, konsumen menjadi tidak puas, sebaliknya jika kinerja melebihi

harapan, konsumen akan merasa puas dan senang.

Menurut Scnaars (1998), ada empat macam kemungkinan antara kepuasan

dan loyalitas konsumen, yaitu failures, forced loyalty, defectors,dan

success.

Perusahaan perlu untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kepuasan pelanggan

hubungannya terhadap loyalitas seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah ini

untuk menentukan strategi agar kepuasan pelanggan tetap berhubungan positif

terhadap loyalitas.

Sumber: Scnaars (1998)

Gambar 2.3

Tipe Loyalitas Konsumen

Menurut Crosby dan Stephens (1987 dalam Huang dan Chiu 2006),

Kepuasan atau ketidakpuasan adalah perbandingan dari ekspektasi konsumen

kepada persepsi mengenai interaksi jasa (service encounter) yang sebenarnya.

Dari pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum

pengertian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan dilihat dari kesesuaian antara

harapan

(expectation)

pelanggan dengan persepsi, pelayanan yang diterima

(kenyataan yang dialami).

Failures

Tidak puas dan tidak loyal

LOYALITAS

Rendah

Tinggi

Forced Loyalty Tidak puas, namun terikat

Defectors

Puas tetapi tidak loyal

Success

Puas, loyal

Rendah

Tinggi

KEPUASAN

harapan, konsumen akan mer

ras

as

a

a puas dan sen

enan

ang.

g

Menurut Scna

naars (1998), ada empat macam kemu

mung

n

kinan antara kepuasan

dan loyalita

a

s

s

konsumen, yaitu

u

fa

fa

il

l

ur

ures

es,

, fo

forc

ced

e

loyalty, defe

fect

c

ors

,dan

success

.

Perusa

a

ha

haan perlu unt

ntuk

uk

m

m

engetahui seberapa j

jau

au

h

h

ti

tin

ngkat kepuasan

an pelanggan

hu

u

b

bunganny

nya

a

te

te

rh

rh

adap

p

l

l

o

oyalitas seperti yang dijela

sk

skan

a

pad

da

a ga

gamb

mb

ar di b

b

a

awah ini

untuk

k

me

mene

nentuk

ka

an str

at

egi agar kepuasan pelanggan teta

p

p berh

hub

ubun

unga

gan po

osi

s

tif

te

erh

rh d

adap loy

oyal

itas.

Sumber: Sc

S

naars (1998)

Gambar 2.3

Ti

Tipe

pe L

Loy

o

alitas

as

K

Kon

onsu

sume

men

n

Me

Menu

nu

ru

rut

t

Cr

Cros

sby

by

d

dan

S

S

teph

hen

ens

s (198

98

7

7 dala

lam

m

Hu

Huan

an

g

g

da

da

n

n

Ch

Chiu

iu 2006),

Kepuasan atau ketidakpuasan a

a

da

dalah perb

r

andingan dari ekspektasi konsumen

kepada persepsi mengenai interak

ksi jasa (ser

rvice encounter)

yang sebenarnya.

Dari pendapat para pakar t

t

er

e

sebut

dapat disimpulkan bahwa secara umum

pengertian kepuasan atau ketidakpuas

asan

an pelanggan dilihat dari kesesuaian antara

Failures

Tidak puas dan

tidak loyal

LOYALITAS

Rendah

Tinggi

Forced Loyalty

Tidak puas,

namun terikat

De

fe

ctors

P

Puas tettapapiitidak

lo

loyayall

Success

Puas, loyal l

Rend

ah

Tinggi

gi

R

KEP

Gambar

gambaran berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk gambbaran berarti mengeenanaii  duduninia.a
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu Lanjutan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pedagang Kaki Lima selanjutnya disingkat PKL adalah pedagang yang melakukan usaha perdagangan di lahan terbuka dan tertutup, pada sebagian fasilitas umum yang

Mata kuliah ini berupaya mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang: 1) peran teori konseling dalam mengorganisir pemikiran konselor tentang perilaku manusia;

terhadap orang lainsehingga perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Agar anak dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh. baik terhadap diri siswa. Begitu

Dalam kajian nilai ekonomi pekerjaan ini, waktu penyelesaian pekerjaan berdasarkan hasil pengujian sementara volume material sesuai dengan standar analisa harga satuan

(kiri) Foto thoraks posisi telentang menunjukkan sekumpulan kecil udara di bawah diafragma (panah) pada pasien dengan pneumoperitoneum.. (kanan) Foto polos abdomen posisi

menggunakan persamaan, gambar rajah, jadual, graf dan cara lain yang sesuai untuk menjelaskan jawapan anda. 4 Show your working, it may help you to get

"Digital Boundary" geospatial data in the form of: Digital vector maps (DLG), digital raster maps (DRG), digital image map (DOM), digital elevation model (DEM). 3)