• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREK Dendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREK Dendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PROLIFERASIPROTOCORM LIKE BODIES(PLBs) ANGGREK DendrobiumHIBRIDAIN VITROSEBAGAI RESPONS TERHADAP

PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

Oleh

YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN

Teknik kultur jaringan merupakan salah satu alternatif proliferasi anggrek dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu yeng relatif lebih singkat. Proliferasi PLBs Anggrek dengan kultur jaringan dilakukan dengan menambahkan pepton dan beberapa konsentrasi air kelapa dalam media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari (1) Pengaruh pemberian pepton terhadap proliferasi PLBs dari

protocormanggrekDendrobiumhibrida; (2) Pengaruh air kelapa terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida; dan (3) Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pepton dan air kelapa dalam pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobium

(2)

42 Yenni Sofialita Nainggolan

MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 g/l. Setiap unit percobaan terdiri dari 1 botol kultur yang masing-masing botol berisi 5cluster protocorm. Setiap media perlakuan di perkaya dengan 20 gr/l sukrosa, dan sebelum tingkat kemasaman media diatur menjadi 5,8 ditambah dengan pemadat media 7 gram agar-agar. Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 1,5 kg/cm2selama 7 menit. Semua kultur anggrek dipelihara pada ruang kultur bersuhu 26 ± 20C. Pengamatan dilakukan untuk variabel jumlah total PLBs, bobot total PLBs, bobot 100 butir PLBs, dan pengamatan visual pada umur 8 MSP. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan BNT 5%. Pada umur 7 hari setelah pengulturan eksplan berupaprotocorm Dendrobiumhibrida yang dikulturkan di media perlakuan, mulai teramati mengalami proliferasi PLBs. Hasil penelitian padaprotocorm

AnggrekDendrobiumhibrida berumur 8 MSP menunjukkan bahwa (1) Pemberian 2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 gr/l tanpa air kelapa, dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida dibandingkan tanpa pemberian 2 gr/l pepton ke dalam media MS (Murashige and Skoog) yang ditambah estrak tomat 200 gr/l dan tanpa air kelapa, (2) Pemberian beberapa konsentrasi air kelapa mulai dari 100, 200, dan 300 ml/l tanpa pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida. Konsentrasi air kelapa 200 ml/l merupakan media terbaik untuk meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs, (3) Pengaruh pepton terhadap proliferasiprotocorm like bodies(PLBs) dan bobot total PLBs anggrek

(3)

43 Yenni Sofialita Nainggolan

tanpa air kelapa pemberian pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs. Namun pada media yang diberi air kelapa, penambahan pepton justru menurunkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs.

Kata kunci: Air kelapa,Dendrobium,in vitro,Pepton, PLBs, Proliferasi,

(4)

PROLIFERASIPROTOCORM LIKE BODIES(PLBs) ANGGREK DendrobiumHIBRIDAIN VITROSEBAGAI RESPONS TERHADAP

PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

(Skripsi)

Oleh

YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

ABSTRAK

PROLIFERASIPROTOCORM LIKE BODIES(PLBs) ANGGREK DendrobiumHIBRIDAIN VITROSEBAGAI RESPONS TERHADAP

PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

Oleh

YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN

Teknik kultur jaringan merupakan salah satu alternatif proliferasi anggrek dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu yeng relatif lebih singkat. Proliferasi PLBs Anggrek dengan kultur jaringan dilakukan dengan menambahkan pepton dan beberapa konsentrasi air kelapa dalam media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari (1) Pengaruh pemberian pepton terhadap proliferasi PLBs dari

protocormanggrekDendrobiumhibrida; (2) Pengaruh air kelapa terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida; dan (3) Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pepton dan air kelapa dalam pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobium

(6)

42 Yenni Sofialita Nainggolan

MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 g/l. Setiap unit percobaan terdiri dari 1 botol kultur yang masing-masing botol berisi 5cluster protocorm. Setiap media perlakuan di perkaya dengan 20 gr/l sukrosa, dan sebelum tingkat kemasaman media diatur menjadi 5,8 ditambah dengan pemadat media 7 gram agar-agar. Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 1,5 kg/cm2selama 7 menit. Semua kultur anggrek dipelihara pada ruang kultur bersuhu 26 ± 20C. Pengamatan dilakukan untuk variabel jumlah total PLBs, bobot total PLBs, bobot 100 butir PLBs, dan pengamatan visual pada umur 8 MSP. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan BNT 5%. Pada umur 7 hari setelah pengulturan eksplan berupaprotocorm Dendrobiumhibrida yang dikulturkan di media perlakuan, mulai teramati mengalami proliferasi PLBs. Hasil penelitian padaprotocorm

AnggrekDendrobiumhibrida berumur 8 MSP menunjukkan bahwa (1) Pemberian 2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 gr/l tanpa air kelapa, dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida dibandingkan tanpa pemberian 2 gr/l pepton ke dalam media MS (Murashige and Skoog) yang ditambah estrak tomat 200 gr/l dan tanpa air kelapa, (2) Pemberian beberapa konsentrasi air kelapa mulai dari 100, 200, dan 300 ml/l tanpa pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida. Konsentrasi air kelapa 200 ml/l merupakan media terbaik untuk meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs, (3) Pengaruh pepton terhadap proliferasiprotocorm like bodies(PLBs) dan bobot total PLBs anggrek

(7)

43 Yenni Sofialita Nainggolan

tanpa air kelapa pemberian pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs. Namun pada media yang diberi air kelapa, penambahan pepton justru menurunkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs.

Kata kunci: Air kelapa,Dendrobium,in vitro,Pepton, PLBs, Proliferasi,

(8)

PROLIFERASIPROTOCORM LIKE BODIES(PLBs) ANGGREK DendrobiumHIBRIDAIN VITROSEBAGAI RESPONS TERHADAP

PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

Oleh

Yenni Sofialita Nainggolan

Proposal

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)
(10)
(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 1 Maret 1994, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Hotman Nainggolan dan Ibu Lasmavera Sipayung.

Jenjang pendidikan formal yang telah Penulis lalui yaitu Sekolah Dasar (SD) Citra Insani Bumi Depasena Kecamatan Rawajitu Timur pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri ) 01 Rawajitu Timur pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Universitas Lampung (YP UNILA) PADA TAHUN 2012. Pada tahun 2012, Penulis melanjutkan

pendidikan di Jurusan Agroteknologi Konsentrasi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur Mandiri.

Pada tahun 2015 Penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung Pacet Cianjur, Jawa Barat. Selama menjadi

(13)

Dengan Rasa Syukur Kupersembahkan Karya Kecil Ini untuk:

Mama dan Bapak yang telah mengajariKu tentang kehidupan, memberi dukungan

dan selalu tulus menyayangiKu, Adik-adikKu tersayang Kiki, Novri, Selin, dan

(14)

Sukses cepat tercapai bila kita fokus pada apa yang kita

inginkan, bukan pada hal yang kita takuti

(15)

SANWACANA

Puji Syukur Penulis panjatkan ke pada Tuhan Yang Maha ESA karena berkat kasih dan karunia-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama melakukan penelitian hingga selesainya skripsi ini, Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih setulis hati kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat, saran, kesabaran, dan motivasi selama Penulis melaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si. selaku Pembimbing kedua dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat, saran, kesabaran, motivasi dan bimbingan skripsi kepada penulis.

3. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si. selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran dan kritik yang dapat bermanfaat dan membangun untuk perbaikan skripsi ini. 4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,

(16)

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan PS Agroteknologi Fakulta Petanian Universitas Lampung.

6. Kedua orangtua Penulis Bapak Hotman Nainggolan dan Ibu Lasmavera Sipayung yang Penulis sayang dan cintai karena telah memberikan doa, kasih sayang, motivasi baik moril maupun materil untuk masa depan dan cita-cita penulis .

7. Keluarga Penulis adikku Jelli Kiki Oktransiska Nainggolan, Roma Novriyanti Nainggolan, Ade Marselina Nainggolan, Reza Morales Nainggolan, dan Opungku, terimakasih atas doa, kasih sayang, motivasi kepada Penulis. 8. Keluarga besar di laboratorium kultur jaringan UNILA sekaligus sahabat

seperjuangan, Rezlinda Nurbaiti, Yanti Marchelina, Ria Rizky Lestari, Wiwik Ferawati, Resti Astria, Syanda Giantara Kepala Mega, dan Vanny Unjunan Sari atas bantuan, kerjasama, persaudaraan dan motivasi dari awal hingga akhir penelitian.

9. Mbak Hayane Adeline Warganegara, S. P, Mbak Habibah, S.P, Mbak Defika, S.P, Mbak vivi, S.P, Mbak pipit dan Mbak Maya, S.P, atas persaudaraan dan bantuannya kepada Penulis.

10. Teman-teman Agroteknologi ’12Selly Novitasari Sitio, Rina Yunika Sari, Windari Anggraini, Santia Putri dan semuanya yang tidak dapat di sebutkan satu per satu atas bantuan dan pesahabatannya.

11. Teman dan Sahabat Sejak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

(17)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Landasan Teori... 5

1.5 Kerangka Pemikiran... 8

1.6 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 AnggrekDendrobium... 11

2.2 Perkecambahan AnggrekDendrobium... 12

2.3 Teknik KulturIn Vitro... 13

2.4 Eksplan... 15

2.5 Media KulturIn Vitro... 16

2.6 Air Kelapa ... 18

(19)

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 22

3.2 Alat dan Bahan... 22

3.3 Rancangan Percobaan, Pengamatan, dan Analisis Data ... 23

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 24

3.4.1 Persiapan Botol Kultur dan Sterilisasi Alat... 24

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Tomat... 24

3.4.3 Pembuatan Media Perlakuan... 25

3.4.4 Eksplan dan Penanaman... 27

3.4.5 Pemeliharaan Kultur... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Perkembangan Umum Kultur Protocorm Anggrek Dendrobium Hibrida... 29

4.1.2 Rata-rata Pertambahan Jumlah PLBs... ... 30

4.1.3 Bobot Total PLBs... 31

4.1.4 Bobot 100 Butir PLBs ... 33

4.1.5 Pengamatan Visual dan Foto... 33

4.2 Pembahasan... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi nutrisi dan vitamin per 100 gram pada bahan

adenda tomat. ... 20 2. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tua. 21 3. Komposisi media MS... 27 4. Jumlah kandungan Nitrogen pada media dasar dan perlakuan. ... 37 5. Peranan masing-masing unsur hara dan vitamin dalam media kultur... 48 6. Data asli pertambahan jumlah PLBs anggrekDendrobiumhibrida 8 MSP. 49 7. Hasil analisis ragam dengan Statistix 8 pada rata-rata pertambahan jumlah

PLBs anggrekDendrobiumhibrida 8 MSP (data asli). ... 50 8. Hasil pemisahan nilai tengah rata-rata pertambahan jumlah PLBs anggrek

Dendrobiumhibrida 8 MSP sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan air kelapa menggunakan uji BNT 5% dengan Statistix 8. ... 50 9. Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata pertambahan jumlah PLBs

anggrekDendrobiumhibrida 8 MSP. ... 51 10. Data asli bobot total PLBs anggrekDendrobiumhibrida 8 MSP. ... 51 11. Hasil analisis ragam dengan Statistix 8 pada bobot total PLBs anggrek

Dendrobiumhibrida 8 MSP ... 51 12. Hasil pemisahan nilai tengah rata-rata bobot total PLBs anggrekDendrobium

hibrida 8 MSP sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan air kelapa

menggunakan uji BNT 5% dengan Statistix 8. ... 52 13. Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot total PLBs anggrek

(21)
(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. (A) Bahan tomat yang digunakan sebagai adenda media (B) Tomat ditimbang sesuai dengan kebutuhan (C) Tomat dihaluskan

menggunakanblander ... 25 2. Protocormhasil penyebaran polong telah berproliferasi menjadi

PLBs pada 12 MSP (B) Eksplanprotocormyang dipindahkan di media perlakuan selama 8 MSP (C) Penanaman eksplan

di media perlakuan (D) Eksplan yang terkontaminasi. ... 28 3. Eksplanprotocormpada salah satu media perlakuan pada saat awal

Pengulturan (B)Protocorm Like Bodies(PLBs) pada media

MS (murashige and skoog) dengan penambahan 200 g/l ekstrak tomat dan 200 ml/l air kelapa yang berumur 4 minggu pengulturan

(C)Protocorm Like Bodies(PLBs) pada media yang sama

dengan umur 8 minggu pengulturan dan siap untuk diamati. ... 29 4. Rata-rata pertambahan jumlah PLBs pada kulturin vitroanggrek

Dendrobiumhibrida 8 minggu pengulturan sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan air kelapa. Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang tidak sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%

berdasarkan data transformasi. (BNT 5%= 69,643). ... 30 5. Rata-rata pertambahan bobot total PLBs pada kulturin vitro anggrek

Dendrobiumhibrida 8 minggu pengulturan sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan air kelapa. Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang tidak sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%

berdasarkan data transformasi. (BNT 5%= 412,28). ... 32 6. Penampilan PLBs anggrekDendrobiumhibrida pada 8 MSP . ... 35 7. (A) Terdapat beberapa PLBs yang sudah terlihat primodia

(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi baik sebagai bunga potong maupun tanaman hias dalam pot (Kasutjianingati dan Irawan, 2013). Di dunia kurang lebih anggrek terdiri dari 25.000-30.000 spesies, sedangkan di Indonesia jumlahnya

diperkirakan mencapai 5000 spesies (Puspitaningtya, 1999). Salah satu genus anggrek terbesar adalahDendrobiumdari familiOrchidaceae. Genus anggrek ini merupakan kekayaan sumber daya genetik Indonesia yang banyak terdapat di kawasan timur, seperti Papua dan Maluku. Namun, sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai tetua dalam persilangan untuk

menghasilkan keturunan yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang diinginkan konsumen (Uesato, 1996).

Karakteristik yang sesuai dengan selera konsumen terhadapDendrobium

(24)

2

tanaman anggrek di Indonesia pada tahun 2005–2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 produksi anggrek 7.902.403 tangkai, tahun 2006 10.703.444 tangkai, tahun 2007 9.484.393 tangkai, tahun 2008 15.430.040 tangkai, dan pada tahun 2009 16.205.949 tangkai. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami

penurunan yaitu 14.050.445 tangkai dan pada tahun 2011-2014 kembali

mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 produksi anggrek sebesar 15.490.256 tangkai, tahun 2012 20.727.891 tangkai, tahun 2013 20.277.672 tangkai, dan pada tahun 2014 24.633.789 tangkai (BPS, 2010). Indonesia juga telah melakukan ekspor anggrek tetapi daya saing anggrek Indonesia di pasar luar negeri masih sangat rendah karena mutu anggrek yang diproduksi juga masih rendah oleh karena itu, diperlukan penyediaan bibit dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat serta bebas dari penyakit.

Penyediaan bibit anggrek dapat dilakukan baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, benih tanaman anggrek diperoleh dengan cara mengecambahkan biji hasil persilangan atau silang dalam. Akan tetapi, menurut Hendaryono (2000) biji anggrek tidak memiliki cadangan makanan, namun di alam, anggrek dapat bersimbiosis denganmycorrhizadimanamycorrhizaakan mensuplai bahan-bahan organik sehingga biji mampu untuk berkecambah

walaupun dalam persentasi sangat kecil. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, pemisahaan rumpun, atau pemotongan keiki yang keluar dari ujung batang dancloningmelalui teknik kulturin vitro.

(25)

3

jumlah yang banyak. Perbanyakan anggrek secara vegetatif dengan sistem konvensional membutuhkan waktu yang lama dan kondisi bibit rawan terhadap penyebaran penyakit. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi tanaman anggrek maka dilakukan perbanyakan anggrek secara vegetatif yang lebih cepat, dalam jumlah yang banyak, dan memiliki sifat yang sama dengan induknya yaitu melalui teknik kulturin vitro.

Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secarain vitro, yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang mengandung nutrisi lengkap, zat pengatur tumbuh (ZPT) serta kondisi ruang kultur, suhu dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003). Kelebihan dari Teknik kulturin vitroadalah dapat memperbanyak tanaman dalam waktu yang relatif singkat, menghasilkan jumlah tanaman yang seragam dalam jumlah banyak, tanaman bebas virus dengan cara penumbuhan sel bebas virus dari tanaman induk yang terserang atau terinfeksi virus. Pengembangbiakan tanaman dengan teknik kulturin vitrodapat dilakukan setiap saat dan tidak bergantung musim (Karjadi dan Buchory, 2008).

(26)

4

Skoog atau yang lebih dikenal dengan media MS. Media yang digunakan untuk pengecambahan biji harus mengandung air (akuades) sebagai pelarut, garam-garam makro, garam-garam-garam-garam mikro, sukrosa, sumber karbohidrat, vitamin, ZPT serta suplemen lain seperti senyawa-senyawa nitrogen organik dan asam-asam organik (Gamborg dan Skyluk, 1981). Menurut Wetter dan Constabel (1991) keistimewaan dari media MS adalah media MS mengandung nitrat, kalium, dan amonium yang tinggi.

Salah satu eksplan yang dapat digunakan adalah PLBs (protocorm like bodies). PLBs adalah proses terbentuknya embrio somatik tanpa melalui pembentukan kalus. Proses ini dikenal dengan sebutan embriogenesis somatik (Smith, 2000). Pada kasus dimana biji anggrek sulit untuk berkecambah dan ketersediaannya sangat terbatas, maka proliferasiprotocormuntuk mendapatkan PLBs (Prtocorm like bodies) dalam jumlah yang banyak akan sangat bermanfaat untuk

menghasilkan propagul atau bibit anggrek dalam jumlah banyak. Ketersediaan PLBs anggrek dalam jumlah banyak bermanfaat untuk tujuan konservasi,

komersial, maupun untuk mempelajari rekayasa genetika tanaman. Penambahan ekstrak tomat, pepton dan air kelapa pada media MS dapat meningkatkan

(27)

5

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa masalah seperti berikut ini: 1. Apakah pemberian pepton dapat berpengaruh terhadap proliferasi PLBs dari

protocormanggrekDendrobiumhibrida?

2. Apakah penambahan air kelapa dapat memberikan respon yang positif terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida?

3. Apakah terdapat interaksi antara pepton dan air kelapa dalam pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengaruh pemberian pepton terhadap proliferasi PLBs dari

protocormanggrekDendrobiumhibrida.

2. Mempelajari pengaruh air kelapa terhadap proliferasi PLBs dariprotocorm

anggrekDendrobiumhibrida.

3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pepton dan air kelapa dalam

pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dariprotocormanggrekDendrobium

hibrida.

1.4 Landsan Teori

(28)

6

Nilai ekonomis anggrek yang tinggi dan peluang pasar anggrek luas sehingga anggrek dapat dijual dengan bentuk bibit dalam botol (in vitro), tanaman hias pot, dan sebagai bunga potong. Antusias masyarakat terhadap anggrek menunjukkan peningkatan yang konsisten dari waktu ke waktu. Namum, ketersediaan bibit anggrek secara konvensional belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, teknik kulturin vitrodirasa cukup efektif untuk menyediakan bibit anggrek dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu yang relatif singkat.

Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secarain vitro, yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang mengandung nutrisi lengkap, ZPT serta kondisi ruang kultur, suhu dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003). Dalam teknik kulturin vitro

dibutuhkan media tanam berupa media kultur yang mengandung seluruh hara essensial bagi tanaman. Komponen media kultur berupa garam mineral, air, gula, asam amino, vitamin, ZPT, dan pemadat media. Senyawa organik lainnya seperti air kelapa, ekstrak tomat, pepton dapat ditambahkan ke dalam media guna untuk merangsang dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Lakitan, 1995).

(29)

7

Hasil penelitian Lisdianah (2008) menunjukkan bahwa media yang tidak diberi tripton berbeda nyata terhadap yang diberi tripton dalam meningkatkan persentase

protocormyang membentuk primordia daun. Sedangkan dari analisis ragam diketahui bahwa tripton tdak berpengaruh terhadap bobot 100 butirprotocorm. Pemberian air kelapa ke media growmore secara signifikan meningkatkan persentaseprotocormyang membentuk primordia daun.

Hidayati (2007) melaporkan hasil penelitiannya bahwa penambahan pepton 0,5-2 g/l dapat meningkatkan bobot 100 butirprotocormpada media yang digunakan dalam perkecambahan biji anggrek dan persentaseprotocormyang membentuk primordia daun aggrekDendrobiumhibrida pada media 1/2 MS pada umur 8 minggu setelah tanam dibandingkan dengan tanpa pepton. Hal ini diperkuat dengan penelitian Kristianti (2011) untuk jenis anggrekPhalaeonopsishibrida yang menyatakan bahwa penambahan berbagai konsentrasi pepton berpengaruh nyata pada variabel jumlah daun.

Hasil penelitian Sari (2008) menunjukkan bahwa penggunaan media dasar growmore dengan penambahan pepton dapat digunakan sebagai alternatif media 1/2 MS pada perkecambahan biji anggrekDendrobium. Sedangkan Indrawati (2008) menyatakan bahwa penambahan tripton ke dalam media 1/2 MS, Vacin and Went, dan Hyponex dapat meningkatkan pertumbuhanprotocormyang lebih baik dari pada tanpa tripton.

(30)

8

aktif, seperti mioinositol, leuoantosianin dan sitokinin. Diphenylureayang berperan dalam aktivitas pembelahan sel juga terdapat didalam air kelapa (George, 1996). Sedangkan Arditti dan Ernst (1992) menyatakan bahwa air kelapa mengandung auksin, prekusor, sitokinin, nitrogen, asam amino, koenzim, asam-asam organik, vitamin, gula, dan gula alkohol.

Menurut Arditti dan Ernst (1992) Pepton adalah salah satu sumber nitrogen yang berasal dari hasil penguraian oleh enzim pankreas hewan dengan kandungan berbagai asam amino dan vitamin, dimana terdapat 16,16 % total kandungan nitrogen pada pepton. Vitamin yang terkandung dalam pepton adalah piridoksin, biotin, thiamin, asam nikotinat, dan riboflavin. Sedangkan beberapa jenis asam amino yang terkandung didalam pepton adalah arginin, asam aspartat, sistein, asam glutamate, glisin, histidin, iso leusin, leusin, lisin, metionin, enilalanin, triptofan, tirosin, dan valin.

1.5 Kerangka Pemikiran

(31)

9

permintaan pasar terhadap anggrek, penyediaan bibit anggrek cenderung susah dan lambat. Hal ini dikarenakan penyediaan bibit anggrek dengan perbanyakan generatif yaitu melalui biji banyak mengalami kendala seperti biji anggrek sangat kecil dan tidak memiliki endosperm, selain itu waktu yang relatif lama.

Salah satu cara yang efektif dalam menyediakan bibit anggrek adalah dengan teknikin vitro. Dalam perbanyakan dengan teknikin vitrodiperlukan media tanam dan lingkungan tumbuh yang optimal untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Media tanam dapat berupa media cair atau padat, yang mengandung suplai unsur hara, garam-garam mineral, sumber karbohidrat, vitamin, ZPT serta suplemen lainnya yang digunakan untuk perkecambahan biji, pembesaranprotocormserta pertumbuhan dan perkembanganseedlinganggrek.

Media yang sering digunakan dalam teknik kulturin vitroadalah media MS (Murahige and Skoog, 1962) hal ini dikarenakan media MS mengandung unsur makro, mikro A, mikro B, vitamin, dan gula, seperti yang sering dilaporkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Akan tetapi, hanya menggunakan media MS dirasa kurang optimal sehingga dimodifikasi dengan penambahan ekstrak tomat, pepton dan berbagai konsentrasi air kelapa.

Asam amino merupakan sumber nitrogen organik. Senyawa yang sering

(32)

10

percobaan ini digunakan eksplan berupaprotocormyang dikulturkan dimedia. Dalam pengkulturan biji anggrek atau perbanyakan PLBs, kensentrasi air kelapa yang ditambahkan ke dalam media dapat memegang peranan penting.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut ini: 1. Penambahan pepton dapat meningkatkan proliferasi PLBs dariprotocorm

anggrekDendrobiumhibrida.

2. Penambahan air kelapa dapat meningkatkan proliferasi PLBs dariprotocorm

anggrekDendrobiumhibrida.

(33)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AnggrekDendrobium

Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari familiOrchidaceaeyang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan taman. FamiliOrchidaceaemerupakan herba menahun kerap kali epifit.

Kebanyakan memiliki akar rimpang atau batang yang membesar (pseudobulbs), bertepi daun rata, kerap kali berdaging, hampir selalu berseling dua baris. Bunga berkelamin dua dan memiliki bibir (labellum) yang berbeda-beda. 2 Bakal buah tenggelam, beruang satu. Biji berjumlah sangat banyak, mudah bertaburan, dan ringan (Van Steenis, 1997). Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007).

AnggrekDendrobiummerupakan tanaman berbunga indah yang tersebar luas di pelosok dunia termasuk di Indonesia, kontribusi anggrek Indonesia dalam

(34)

12

Secara umum sistematika tanaman anggrekDendrobiummenurut Yusnita (2010), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermathophyta

Subdivisi :Angiospermae

Kelas :Monocotyledonae

Ordo :Orchidales

Famili :Orchidaceae

Subfamili :Epidendroideae

Tribe :Epidendrae dendrobieae

Subtrib :Dendrobiinae

Genus :Dendrobium

2.2 Perkecambahan AnggrekDendrobium

(35)

13

2.3 Teknik KulturIn Vitro

Karena sulitnya perkecambahan anggrek melalu teknik konvensional maka digunakan teknik yang lebih mudah, efektif, dan efesien yaitu melalui teknik kulturin vitro. Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secarain vitro, yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang mengandung nutrisi lengkap, ZPT serta kondisi ruang kultur, suhu dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003).

Metode kultur jaringan berasal dari tahun 1902, ketika Gottlieb Haberlandt memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan memelihara sel tumbuhan yang sehat dalam media kultur. Schwann dan Schleiden merupakan pencetus teori totipotensi pada tahun 1838 yaitu, bahwa setiap sel tanaman memiliki informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika berada dalam kondisi yang sesuai (Yusnita, 2003) Dalam kultur jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat sedemikian mungkin untuk ditanam disebuah media yang steril dan lingkungan yang terkendali. Seperti teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang ditanam di media tersebut ternyata dapat bertumbuh dan berkembang menjadi individu baru bila kondisinya sesuai. Tanaman anggrek sendiri baru dapat dikulturkan pada tahun 1922 oleh Knudson.

(36)

14

dengan metode kultur jaringan yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak bergantung dan dipengaruhi oleh musim, dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, serentak, dan bebas dari penyakit sehingga bibit yang dihasilkan sehat dan seragam. Metode kultur jaringan merupakan cara alternatif untuk menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Perkembangbiakan atau regenerasi dalam kulturin vitrodapat dilakukan melalui jalur organogenesis dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tahap kalus. Embriogenesis somatik adalah menumbuhkan embrio (calon tanaman) dari sel somatik atau sel tanpa dibuahi. Dapat juga

didefinisikan sebagai proses regenerasi eksplan melalui pembentukan struktur menyerupai embrio (embrioid) dari sel somatik yang telah memiliki calon akar dan tunas. Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus). Sedangkan

embriogenesiszygoticmerupakan suatu proses dimana sel somatik berkembang membentuk tumbuhan baru melalui fusi gamet (pembuahan).

(37)

15

Keberhasilan akan tercapai apabila kalus atau sel yang digunakan bersifat embriogenik yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan perbanyakan dalam skala besar, jumlahnya dapat lebih ditingkatkan melalui inisiasi sel

embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus primer Embrio somatik dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas. Dengan memiliki struktur tersebut maka perbanyakan melalui embrio somatik lebih menguntungkan dari pada pembentukan tunas adventif yang unipolar. Di samping strukturnya, tahap perkembangan embrio somatik menyerupai embrio zigotik. Pembentukkan embrio somatik dapat digolongkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap globular, tahap hati, tahap torpedo, tahap kotiledon, tahap kecambah, dan tahap planlet.

2.4 Eksplan

Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang ditanam dalam media yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus yaitu bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan tanaman seperti daun, batang dan akar. Pemilihan bagian tanaman sebagai bahan eksplan

menentukan keberhasilan eksplan untuk dikulturkan. Pada dasarnya setiap bagian tanaman dapat dijadikan sebagai bahan eksplan,tetapi dalam memilih bagian tanaman yang akan dikulturkan harus mempertimbangkan faktor kemudahan

(38)

16

dengan posisi sesuai asalnya yaitu bagian bawah eksplan menempel pada media (posisi polar) atau dibalik sehingga bagian bawah menjadi di atas (posisi apolar). Pada spesies tertentu hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar dan tunas yang muncul dari eksplan (Nusmawarhaeniet al., 2001).

2.5 Media KulturIn Vitro

Mata rantai pertama dalam pelaksanaan teknik kulturin vitro adalah persiapan media tanam. Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakkan

tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat bergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Dalam media tanam diberikan berbagai garam mineral, air, gula, asam amino, vitamin, zat pengatur tumbuh, pemadat media untuk pertumbuhan dan

perkembangan, dan terkadang arang aktif untuk mengurangi efek penghambatan dari persenyawaan polifenol

(39)

17

Adapun kompisisi media kultur jaringan tanaman adalah sebagai berikut: 1) Air

Air merupakan komponen yang penting di dalam pengulturan eksplan karena 95% dari media mengandung air. Untuk tujuan penelitian, digunakan air destilata, dan untuk penelitian dengan materi eksplan dari protoplas, meristem dan sel sebaiknya digunakan aquades. Dimana air destilata (air suling) tersebut telah steril dari kontaminasi mikroorganisme atau substansi yang dapat merusak proses perkembangan eksplan. Selain itu, air destilata merupakan air yang murni tidak mengandung unsur-unsur mineral (Madigan, 2003).

2) Larutan Garam Anorganik

Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien, yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K, Mg, Ca, S, P dan 7 elemen

mikronutrien, yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah kecil meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cl (Wetherell, 1976). Unsur-unsur makro biasanya diberikan

dalam bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4, sedangkan unsur mikro biasanya diberikan

dalam bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI, Na2MoO4.2H2O5, CuSO4.5H2O, dan CoCl2.6H2O (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Vitamin adalah bahan yang perlu ditambahkan dalam media kultur

(40)

18

3) Zat-zat organik

Senyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber

energi dalam kultur in vitroadalah karbohidrat. Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur C, H, O sebagai elemen penyusun utama. Bahan-bahan organik yang termasuk karbohidrat meliputi gula, pati, dan selulosa. Karbohidrat mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan dan untuk

keseimbangan tekanan osmotik dalam media. Karbohidrat yang sering digunakan adalah sukrosa meskipun terkadang diganti dengan glukosa dan fruktosa dapat digunakan tetapi harganya lebih mahal hasilnya tidak selalu lebih baik dari pada sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1–5% (10 - 15 g/l), tetapi untuk kebanyakkan pengkulturan konsentrasi optimum sukrosa adalah

3%. Sedangkan kadar sukrosa untuk keperluan pengkulturan berkisar antara 2-4%. Kadar sukrosa yang digunakan sebagai sumber energi untuk menginduksi pertumbuhan eksplan dalam medium adalah 2 - 7%. Sukrosa bersifat labil terhadap suhu tinggi sehingga apabila disterilkan dalam autoklaf bersama-sama zat lain akan mengakibatkan penguraian sukrosa menjadi kombinasi antara sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Keuntungan dari penguraian

ini adalah terbentuknya aldosa (D-glukosa) dan ketosa (D-fruktosa) yang melimpah ruah (Hendaryono danWijayani, 1994).

2.6 Air Kelapa

(41)

19

perkecambahan dan pertumbuhan. Air kelapa sudah sejak dahulu digunakan sebagai campuran media. Konsentrasi air kelapa yang biasa digunakan adalah 7-15% (70-150 ml/l) (Katuuk, 1989), dapat juga sampai 200 ml/l (Hendaryono & Wijayani, 1994). Pada air kelapa selain mengandung bahan makanan seperti asam amino, asam organik, gula dan vitamin juga terkandung sejumlah hormon tumbuh seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin serta senyawa lain yang dapat memacu proses perkecambahan biji (Yusnida, 2006). Selain itu, air kelapa juga digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman karena mengandung sejumlah besar zat-zat biokimia yang berperan untuk pertumbuhan tanaman, juga berfungsi sebagai suplemen karena dapat memacu pertumbuhan sel, jaringan, maupun organ pada tanaman, seperti biji dan akar pada teknik kultur

(42)

20

Tabel 1. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tua Komposisi Air kelapa muda Air kelapa tua

(mg/100 ml) (mg/100 ml)

Mn Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi

Zn 1,05 3,18

Ca 24,67 26,5

Sukrosa 4,89 3,45

2.7 Tomat

Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatannya hanya sebatas sebagai lalap dan bahan tambahan dalam masakan. Kandungan senyawa dalam buah tomat di antaranya solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam

sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen, α danß-karoten), protein, lemak, vitamin, mineral dan histamin (Canene Adamset al., 2005). Beberapa studiin vitro

(43)

21

Berikut ini merupakan komposisi kandungan nutrisi dan vitamin yang terdapat dalam tomat (Tabel 2).

Tabe 2. Komposisi nutrisi dan vitamin per 100 gram pada bahan adenda tomat.

(44)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas pertanian, Universitas Lampung, yang dimulai pada bulan April sampai dengan Juni 2016.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalahlaminar air low cabinet(LAFC), botol kultur, plastik, karet, bunsen, pembakar bunsen (korek api), pinset, spatula, kramik, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, pH meter,

magnetic stirrer,timbangan elektrik, autoklaf, pipet, mistar, kertas label, dan alat tulis.

Sedangkan bahan yang digunakan adalahprotocormanggrekDendrobiumhibrida hasil persilangan anggrek berbunga merah besar dan D2278 yang diperoleh dari laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, spritus, agar-agar, air kelapa, pepton, media MS, dan tomat. Sedangkan untuk tahap pemeliharaan fasilitas yang digunakan adalah ruang kutur yang berisi rak kultur dan diatur dengan suhu26 +2 C, dan lampu fluoresens (TL)

(45)

✁ ✂

3.3 Rancangan Percobaan, Pengamatan dan Analisis Data

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) dengan 8 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Setiap unit percobaan terdiri dari 1 botol kultur yang masing-masing botol berisi 5cluster protocorm.

Rancangan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan perlakuan faktorial 2x4. Faktor pertama adalah penggunaan pepton (dengan 2 g/l dan tanpa pepton) sedangkan faktor kedua adalah perbedaan konsentrasi air kelapa (0, 100, 200, dan 300 ml/l). Media dasar yang digunakan adalah media MS (Murashige and Skoog, 1962). Semua media perlakuan ditambahkan 200 g/l ekstrak tomat dan 7 g/l agar.

Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan atau kurang lebih 8 minggu setelah tanam.

Variabel yang diamati adalah: 1. Jumlah total PLBs yang terbentuk

Jumlahprotocormyang bertambah dihitung setelah tanaman berumur 8 minggu setelah tanam.

2. Bobot total PLBs

Penghitungan bobot total PLBs dilakukan dengan cara menimbang bobot keseluruhanprotocormdalam satuan mili gram (mg).

3. Bobot 100 butir PLBs

(46)

✄ ☎

4. Pengamatan visual dan foto

Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu mengamatan dengan indra pengelihatan (pengamatan visual) dan dengan pengamatan memalui foto.

Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett, sedangkan untuk aditivitas diuji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi maka akan dilanjutkan dengan analisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan botol kultur dan sterilisasi alat

Botol kultur yang akan digunakan dicuci dan di sterilkan menggunakanautoclaf Bundenbergselama kurang lebih 2 jam dengan tekanan 1,5 kg/cm dengan suhu 121 C. Kemudian botol kultur tersebut dan alat-alat lainnya yang akan

digunakan seperti cawan petri, alat diseksi (pinset, spatula, gunting), dan alat-alat gelas lainnya disterilisasi kembali menggunakanautoclaftommy selama 30 menit pada tekanan 1,5 kg/cm dan suhu121 C.

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Tomat

(47)

✆ ✝

kadar atau konsentrasi bahan terlarut seperti gula, garam, dan protein (Sarjana, 2008). Tomat memiliki derajat Brix sebesar 4%.

Pengolahan bahan adenda tomat menjadi ekstrak tomat diawali dengan pencucian tomat dengan air aquades sampai bersih kemudian dilakukan sterilisasi tomat dengan cara merendam tomat dengan 5%bayclinselama 5 menit. Kemudian tomat dibilas dengan air mengalir sampai bersih. Selanjutnya tomat ditimbang seberat 200 gram (Gambar 1B). Kemudian, buah tomat di-blanderhingga halus atau kurang lebih selama 5 detik (Gambar 1C). Buah tomat yang telah di-blander, kemudian disaring dengan saringan teh setelah itu disaring kembali menggunakan kapas. Setelah didapatkan ekstrak tomat kemudian dicampurkan ke dalam media MS

Gambar 1. (A) Bahan tomat yang digunakan sebagai adenda media (B) Tomat ditimbang sesuai dengan kebutuhan (C) Tomat dihaluskan menggunakanblander

3.4.3 Pembuatan media perlakuan

Media dasar yang digunakan untuk perlakuan pada penilitian ini adalah media MS (Murashige and Skoog, 1962) dengan penambahan ekstrak tomat 200 mg/l

kemudian dikombinasikan dengan dan tanpa pepton dan berbagai konsentasi air kelapa (0, 100, 200, dan 300 ml/l).

(48)

✞6

Media MS dibuat dengan cara memasukkan larutan stok makro, mikro A, mikro B, CaCl, Fe, Vitamin MS, dan Mio Inositol. Kemudian ditambahkan sukrosa (gula) sebanyak 20 gr/l, dan air kelapa sesuai dengan konsentrasi yang digunakan (0, 100, 200, dan 300 ml/l). Untuk media perlakuan yang menggunakan pepton, diberian pepton sebanyak 2 g/l, lalu ditera hingga satu liter. Setelah larutan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah mengukur pH menggunakan pH meter. pH yang diinginkan adalah 5,8 jika kurang dari standar maka dilakukan

penambahan KOH dan jika lebih dari standar maka dilakukan penambahan Hcl.

Pada saat akan dimasak ditambahkan agar-agar sebanyak 7 g/l kemudian dimasak sampai mendidih. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol kultur yang sudah disterilisasi sebanyak 30 ml/botol, lalu ditutup menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet gelang. Botol–botol yang sudah beriisi media kemudian di

(49)

27

Tabel 3. Komposisi media MS

Senyawa dalam Larutan Stok Konsentrasi Media MS (mg/l)

Eksplan yang digunakan adalahprotocormanggrekDendrobiumhibrida yang berasal dari perkecambahan antara anggrek berbunga merah besar dan anggrek D2278. Setelah polong siap dipanen, polong disebar ke dalam beberapa media, kemudian setelah 3 bulan dilakukan subkultur dengan cara mengambilprotocorm

(50)

28

tanggal tanam dan identitas tanaman lalu botol dibungkus dengan plastikwrapp. Setelah itu, botol kultur diletakkan pada rak yang berada di ruang kultur (Gambar 2).

Gambar 2. (A)Protocormhasil penyebaran polong telah berproliferasi menjadi PLBs pada 12 MSP (B) Eksplanprotocormyang dipindahan di media perlakuan selama 8 MSP (C)Penanaman eksplan di media perlakuan (D) Eksplan yang terkontaminasi.

3.4.5 Pemeliharaan kultur

Semua kultur yang telah selesai ditanam, kemudian disimpan di dalam ruang kultur yang terdapat rak kultur di dalamnya. Di atas rak kultur diberikan lampu fluoresens (TL) dengan intensitas 1.000–2.000 lux, dan ruangan diatur pada suhu 26 +2 C secara terus menerus. Kultur dipelihara selama 2 bulan, kemudian dilakukan pengamatan pada masing-masing perlakuan.

B A

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian 2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 gr/l tanpa air kelapa, dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida dibandingkan tanpa pemberian 2 gr/l pepton ke dalam media MS (Murashige and Skoog) yang ditambah estrak tomat 200 gr/l dan tanpa air kelapa . 2. Pemberian beberapa konsentrasi air kelapa mulai dari 100, 200, dan 300 ml/l

tanpa pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs dariprotocormanggrekDendrobiumhibrida. Konsentrasi air kelapa 200 ml/l merupakan media terbaik untuk meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs.

3. Pengaruh pepton terhadap proliferasiprotocorm like bodies(PLBs) dan bobot total PLBs anggrek Dendrobiumhibrida bergantung pada konsentrasi air kelapa, yaitu pada media tanpa air kelapa pemberian pepton dapat

meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs. Namun pada media yang diberi air kelapa, penambahan pepton justru menurunkan

(52)

42

5.2 Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arditti, J. dan R. Ernst. 1992.Micropropagation of Orchid. New York: Jhon Wiley and Sons Inc.

Badan Pusat Statistika. 2010.Produksi Tanaman Anggrek Tahun 2005-2014. Indonesia.

Botanical. 2011.Tomato Natural Source of Lycopene. http://www.botanical-online.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2016.

Gamborg, O. L. dan J. P. Shyluk. 1981. Nutrition, Media, and Characteristic of Plant Cell and Tissue Culture.dalamGunawan, L. W., 1988. Teknik Kultur Jaringan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Canene-Adams K., J. K. Campbell, S. Zaripheh, E. H.Jeffery, J. W. Erdman Jr. 2005. The Tomato As a Functional Food.J. Nutr. 135: 1226–1230. George, E. F. 1996.Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd. Basingstoke: England.

George, E.F., M.A. Hall, dan G.J De Klerk. 2008.Plant Propagation by Tissue Culture 3rd Edition. Netherland: Springer Publishing.

Giovannucci, E. 1999. Tomatoes, tomato-based products, lycopene, and cancer: review of the epidemiologic literature. J. Natl. Cancer Inst. 91:317–331. Gunawan, I. 2007.Perlakuan Sterilisasi Eksplan Anggrek Kuping Gajah

(Bulbophyllum beccarii Rchb.f) dalam Kultur In Vitro.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, L.W. 1995.Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura. Jakarta: Penebar Swadaya.

(54)

44

Hendaryono, D.P.S. 2000.Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.

Hendaryono, D.P.S. 2007.Pembibitana Amggrek dalam Botol. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Hidayati, R. D. 2007.Pengaruh Beberapa Konsentrasi Kinetin Atau Pepton Pada Perecambahab Biji Anggrek Dendrobium sp Secara In Vitro.(Skripsi). Universitas lampung.

Indra. 2008.Media Pengembangan dan media Tanam dan Pertumbuhan

.http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF. Diakses pada tanggal 9 Mei 2016. Indrawati, W. 2008.Hibridisasi Berbagai Tetua Anggrek Dendrobium Optimasi

Pengecambahan Biji Serta Aklimatisasi Planlet Untuk Menghasilkan Hibrida Dendrobium Baru.(Tesis). Universitas Lampung.

Karjadi, A.K. dan A. Buchory. 2008.Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola.Bandung: Puslitbang Hortikultura.

Kasutjianingati dan R. Irawan. 2013. Alternative perbanyakan in-vitro anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis). Jember: Departemen Produksi Pertanian. Politeknik Negeri.

Katuuk, J. R. P. 1989.Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman, Jakarta: Departemen Pertanian dan Kehutanan.

Kristianti, L. 2011.Pengaruh Ekstrak Touge dan Konsentrasi Pepton Terhadap Pembesaran Seedling Phalaeonopsis Hibrida In vitro.(Skripsi). Universitas Lampung.

Lakitan, B. 1995.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Graindo Persada.

Lisdianah, N.Hibridisasi dan Pengaruh Air Kelapa dan Tripton Terhadap

Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium sp. (Skripsi). Universitas Lampung.

Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Amerika: Pearson Education Inc.

Murashige, T. Dan F. Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth and Bioassasys with Tobacco Tissue Cultures. Physol Plant. 15:473-497. Nusmawarhaeni, S. D. Prihartini, dan E.P. Pohan, 2001.Membuat Tanaman

(55)

45

Pierik, R.L.M. 1987.In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers.

Puspitaningtyas, O. M. 1999.Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Cagar Alam Kersik Luway Kalimantan Timur.Bogor: Buletin Kebun Raya Indonesia. Rahardja. 1988.Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman secara Modern.

Jakarta: Penebar swadaya.

Rahayu, R.Y. 2007.Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi Filler Tepung Tapioka yang Berbeda.(Skripsi). Universitas Gajah Mada. Ramadianaet al. 2008. Pengecambahan biji dan pertumbuhanseedling

PhalaenopsisHibridaIn Vitropada dua media dasar dengan atau tanpa arang aktif. Jurnal Agrotropika. 16(2): 70-75.

Sari, A. P. 2008.Pengaruh Media Dasar 1/2 MS dan Growmore dan Pemberian Pepton Terhadap Pengecambahan Anggrek Dendrobiun In Vitro. (Skripsi). Universitas Lampung.

Sarjana, 2008.Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk Pangan. Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Smith, R. H. 2000.Plant Tissue Culture : techniques and experiments. London.: Academic press.

Soerojo. 1992. Pengembangan Usaha Peranggrekan di Indonesia. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia. 5: 22-24.

Uesato, K. 1996. Influences of temperature on the growth of ceratophalae type

Dendrobium. The Organizing Committee of 2nd Asia Pacific Orchid Conference, Ujung Pandang. 1−4.

Van Steenis, C. G. G. J. 1997.Flora.Pradnya Paramita: Jakarta.

Wetter, L.R. dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman (edisi bahasa Indonesia).Bandung: ITB.

Widiastoety, D., N. Sovia, dan Syafni. 1998. Kultur embrio pada anggrek

Dendrobium. Jurnal Hortikultura.7(4): 860−863.

Widiastoety, D. 2001. Perbaikan Genetic dan Perbanyakan Bibit secara In Vitro dalam Mendukung Perkembangan Anggrek di Indonesia.Jurnal Litbang Pertanian. 20(4): 138-143.

(56)

46

Wetherell, D. F. 1976.Plant Tissue Culture Series.New Jersey: Avery Publishing Group Inc.

Yusnida, B. 2006. Pengaruh pemberian giberelin (GA3) dan air kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan (Phalaenopsis amabilisbl) secara

in vitro. Hayati. 2(2): 41-46.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Yusnita. 2010.Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Bandar Lampung: UniversitasLampung.

Gambar

Tabel 1. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tua
Gambar 1. (A) Bahan tomat yang digunakan sebagai adenda media (B) Tomatditimbang sesuai dengan kebutuhan (C) Tomat dihaluskanmenggunakan blander
Tabel 3. Komposisi media MS
Gambar 2. (A) Protocorm hasil penyebaran polong telah berproliferasi menjadiPLBs pada 12 MSP (B) Eksplan protocorm yang dipindahan di mediaperlakuan selama 8 MSP (C) Penanaman eksplan di media perlakuan(D) Eksplan yang terkontaminasi.

Referensi

Dokumen terkait