• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ARANG AKTIF DAN KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ARANG AKTIF DAN KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF ACTIVE CHARCOAL AND CONCENTRATION IRRIGATE COCONUT TO GROWTH OF PROTOKORM ORCHID OF

DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO

By Pebria Sisca

Growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid use medium that is manure of Growmore ( 32:10:10) as alternative medium. Giving of active charcoal at functioning culture medium as absorbstion of toxic compound capable to pursue growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid. Addition of materials of addenda organic one of them irrigate coconut is also passed to worthwhile culture medium for the growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid.

This research aim to know influence (1) Giving of active charcoal in medium of Growmore to growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid, (2) Giving of coconut water in medium of Growmore to growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid, (3) Giving of is make-up of concentration irrigate coconut growth of protocorm of Dendrobium hybrid, (4) Interaction between active charcoal and coconut water in medium of Growmore to growth of orchid protocorm of Dendrobium hybrid.

This research is executed by in Tissue Culture laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung in December 2011 till March 2012. This research use complete random device with factorial treatment device (2x4). First factor is without active charcoal and with active charcoal (2 g/l) and second factor is various concentration irrigate coconut (0, 50, 100, and 200 ml/l). Each;Every treatment combination consist of 5, each;every restating consist of 5 bottle, and each;every bottle contain 10 protocorm. Data analysed with manner homogeneity between treatment tested with test of Barlett. Obtained data, analyse manner and continued by using Least of Significant Different (LSD) at real level 5%.

Result of research indicate that (1) Giving of active charcoal (2 g/l) in medium of Growmore depress the make-up of length grow on orchid protocorm of

Dendrobium hybrid, however can improve wet wight of orchid crop protocorm of Dendrobium hybrid, (2) Giving of coconut water in medium of Growmore

(2)

and wet wight of orchid protocorm of Dendrobium hybrid, (3) Giving of is make-up of concentration irrigate coconut from 50 ml/l till 200 ml/l improve growth of crop, posed at by high improvement of bydm soriyt, amount of leaf, long of leaf, and wet wight of orchid protocorm of Dendrobium hybrid, (4) Giving of active charcoal and concentration irrigate coconut 50 ml/l can improve wet wight of orchid protocorm of Dendrobium hybrid, however giving of active charcoal with concentration irrigate coconut 0, 100, and 200 ml/l do not improve wet wight of orchid protocorm of Dendrobium hybrid.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH ARANG AKTIF DAN KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN

PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM

HIBRIDA IN VITRO

Oleh Pebria Sisca

Pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida menggunakan media yaitu pupuk Growmore (32:10:10) sebagai media alternatif. Pemberian arang aktif pada media kultur berfungsi sebagai pengabsorbsi senyawa toksik yang mampu menghambat pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida. Penambahan bahan adenda organik salah satunya air kelapa juga diberikan pada media kultur yang bermanfaat untuk pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) Pemberian arang aktif dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek

Dendrobium hibrida, (2) Pemberian air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida, (3) Pemberian peningkatan konsentrasi air kelapa pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida, (4) Interaksi antara arang aktif dan air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan rancangan perlakuan faktorial (2x4). Faktor pertama adalah tanpa arang aktif dan dengan arang aktif (2 g/l) dan faktor kedua adalah berbagai konsentrasi air kelapa (0, 50, 100, dan 200 ml/l). Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 botol, dan setiap botol berisi 10 protokorm. Data dianalisis dengan homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett. Data yang diperoleh, dilakukan analisis ragam dan dilanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

(4)

Dendrobium hibrida, (2) Pemberian air kelapa dalam media dasar Growmore meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, panjang akar, dan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida, (3) Pemberian peningkatan konsentrasi air kelapa dari 50 ml/l hingga 200 ml/l meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, dan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida, (4) Pemberian arang aktif dan konsentrasi air kelapa 50 ml/l dapat meningkatkan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida, akan tetapi pemberian arang aktif dengan konsentrasi air kelapa 0, 100, dan 200 ml/l tidak meningkatkan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

(5)

PENGARUH ARANG AKTIF DAN KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN

PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO

(Skripsi)

OLEH

PEBRIA SISCA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PENGARUH ARANG AKTIF DAN KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN

PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO

Oleh PEBRIA SISCA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ukuran bahan tanam yang digunakan sebagai eksplan. ... 24 2. Gambar persilangan tetua anggrek yang dijadikan bahan

perbanyakan tanaman. ... 25 3. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap

tinggi tunas anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Nilai tengah yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

dengan uji BNT. BNT 0,05= 0,3298. ... 31 4. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap

jumlah daun anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Nilai tengah yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

dengan uji BNT. BNT 0,05= 0,5186. ... 32 5. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap

panjang akar anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Nilai tengah yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

dengan uji BNT. BNT 0,05= 0, 2685. ... 33 6. Pengaruh pemberian arang aktif terhadap panjang akar anggrek

Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Nilai tengah yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT.

BNT 0,05= 0, 2360. ... 34 7. Pengaruh pemberian berbagai konsentrasi air kelapa terhadap

panjang akar anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Nilai tengah yang dikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

(8)

8. Pengaruh pemberian arang aktif dan berbagai konsentrasi air kelapa terhadap bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah tanam. Dua nilai tengah yang diikuti huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda nyata pada uji BNT.

BNT0,05= 0, 063. ... 36 9. Jumlah kultur anggrek Dendrobium hibrida umur 4 bulan setelah

tanam yang mengalami nekrosis per satuan percobaan pada seluruh perlakuan. ... 37 10.Kultur anggrek Dendrobium hibrida umur 4 bulan setelah tanam

yang mengalami nekrosis pada perlakuan air kelapa 0 ml/l (kiri)

dan perlakuan air kelapa 50 ml/l (kanan). ... 38 11.Penampilan visual anggrek Dendrobium hibrida 1 bulan setelah

tanam. ... 39 12.Penampilan visual anggrek Dendrobium hibrida 2 bulan setelah

tanam. ……….………. 40

13.Penampilan visual anggrek Dendrobium hibrida 3 bulan setelah

tanam. ……….………. 41

14.Penampilan visual anggrek Dendrobium hibrida 4 bulan setelah

tanam. ………... 42

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...………... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ....……….... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah. ………... 1

1.2 Tujuan Penelitian ………... 5

1.3 Landasan Teori ………... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ……….... 9

1.5 Hipotesis ………... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA. ………. 13

2.1 Tanaman Anggrek Dendrobium sp. ……….…………... 13

2.1.1 Sistematika Anggrek Dendrobium ………..………... 15 2.1.2 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrobium. ………... 15

2.1.3 Pola Pertumbuhan Anggrek Dendrobium ……….. 16 2.1.4 Morfologi Anggrek Dendrobium ………... 17

2.1.5 Cara Perbanyakan Anggrek Dendrobium ………... 18

2.2 Kultur Jaringan ……….……….. 18

2.3 Media kultur Anggrek ………...……..……… 19

III. BAHAN DAN METODE ………... 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………. 24

3.2 Alat dan Bahan ……… 24

3.3 Metode Penelitian ………... 25

(10)

3.4.1 Sterilisasi Alat ………... 26

3.4.2 Pembuatan Media kultur ……….……….... 26

3.4.3 Eksplan. ………... 27

3.4.4 Penanaman protokorm secara in vitro ..……….. 28

3.4.5 Pengamatan ……….... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 HASIL ... 30

4.1.1 Hasil analisis ragam pada berbagai jenis variabel pengamatan ... 30

4.1.2 Tinggi Tunas ... 31

4.1.3 Jumlah Daun ... 32

4.1.4 Panjang Daun ... 33

4.1.5 Panjang Akar ... 34

4.1.6 Bobot Basah ... 36

4.1.7 Jumlah Kultur Yang Mengalami Nekrosis ………. 37

4.1.8 Pengamatan Visual ………. 38

4.2 Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan. ... 49

5.2 Saran. ... 50

DAFTAR PUSTAKA ………... 51

(11)

Dia (Allah) menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala

macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada

tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan

(An-Nahl : 11)

Tuntutlah ilmu dari Buayan hingga Liang Lahat (Hadist Rasulullah saw)

Sains tanpa agama LUMPUH Agama tanpa ilmu pengetahuan

LUMPUH dan BUTA (Albert Einstein)

Akar pendidikan memang PAHIT, tetapi

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Sri Ramadiana, M.Si. ...

Sekretaris : Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(13)

Atas Rahmat, Nikmat serta Ridho dari Allah SWT

Penulis persembahkan karya ini untuk kedua

orang tua penulis tercinta

yang selalu tiada henti memberikan begitu banyak do’a, kasih

sayang, motivasi, dan dukungan kepada penulis.

Terima kasih

Untuk kedua adik penulis tersayang

Yang selalu memberikan semangat

Serta terima kasih untuk orang yang selalu menyayangi penulis

dalam suka dan duka

Dan kepada sobat yang selalu memberikan dukungan,

(14)

Judul Skripsi : PENGARUH ARANG AKTIF DAN

KONSENTRASI AIR KELAPA PADA MEDIA GROWMORE TERHADAP PERTUMBUHAN PROTOKORM ANGGREK DENDROBIUM HIBRIDA IN VITRO

Nama Mahasiswa : Pebria Sisca Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013052 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

1r. Sri Ramadiana, M.Si. Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. NIP 196912051994032002 NIP 196104021986031003

Ketua Program Studi Agroteknologi

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Menggala, pada tanggal 28 Februari 1991. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Bustami dan ibu Sepnaini. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di Taman Kanak-Kanak RA Daya pada tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 1 Labuhan Ratu Kedaton pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 bandar Lampung pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Konsentrasi Akademik dan Bakat (PKAB).

(16)

SANWACANA

Segala puji hanyalah untuk ALLAH SWT Robb semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam selalu senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rosulullah Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabat.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan perhatian, bantuan, bimbingan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Sri Ramadiana, M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan ilmu, nasihat, bantuan, saran, perhatian, dan bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku pembimbing kedua atas seluruh

bantuan, masukan, dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.

3. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku pembahas yang telah memberikan, ilmu, nasihat, saran, perhatian, dan masukan guna menyempurnakan skripsi ini. 4. Program Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2011 yang telah

(17)

5. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasihat, bimbingan, dan arahan kepada penulis selama masa studi.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kedua orang tua penulis, Bapak Bustami dan Ibu Sepnaini yang tiada henti senantiasa memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, pengorbanan, motivasi,

serta dukungan dalam setiap langkah penulis untuk meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.

9. Kedua adik penulis Ahmad Ridho dan Obi Putra atas keceriaan, kehangatan, kasih sayang, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

10.Orang yang senantiasa menemani penulis, Sujarman sebagai orang yang penulis sayangi telah banyak membantu dan memberikan dukungan.

11.Maiyulis, S.P. sebagai sahabat penulis yang selalu senantiasa membantu dan memberikan dorongan dan do’a kepada penulis.

12.Teman seperjuangan di laboratorium kultur Jaringan Reny Mita Sari, Resmia Fajarwati Hendradi, Yesi Safitri, Yohanes Hari Wibowo, Kresna Shifa, S.P., Maryo Gunawan atas bantuan dan kebersamaan dengan penulis.

(18)

14.Teman seperjuangan mahasiswa program studi Agroteknologi 2008 Martalina Aksuri, Rindang Andam Suri, Panji Setyo Ariska, Nico Alfredo, Nova Rina Firzayanti, S.P., Ajanu Rudit, Dewansyah Sabtaki, Satrio Tri handono, Samsu Ardona, Intan Rahayu Ningtyas, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, dan semangat selama masa perkuliahan.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan membalas segala kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang dan Masalah

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman anggrek, sebagian besar karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun bentuk yang sangat beragam. Selain itu harga tanaman anggrek cukup terjangkau oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.

Masyarakat kini mulai sadar akan pentingnya keindahan dan estetika, salah satunya dengan menyukai produk-produk tanaman hias seperti tanaman anggrek.

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya estetika menyebabkan

(20)

Tanaman anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang memiliki 25.000 sampai 30.000 spesies, yang terdiri dari kurang lebih 750 genera dan sekitar 5.000 spesies tersebar di Indonesia (Yusnita, 2010). Indonesia memiliki banyak plasma nutfah anggrek, sehingga potensial untuk menghasilkan anggrek hibrida. Adapun salah satu genus yang sangat populer dan sering dibudidayakan salah satunya yaitu anggrek Dendrobium.

Kebutuhan akan anggrek didominasi oleh jenis Dendrobium (34%), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%), Vanda Douglas (17%) serta anggrek lainnya (3%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

Anggrek Dendrobium merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak digemari oleh konsumen maupun pecinta anggrek. Selain karena harga yang cukup terjangkau, budidaya anggrek Dendrobium mudah dilakukan oleh masyarakat.

Potensi pasar anggrek dunia diperkirakan akan semakin meningkat ditahun mendatang seiring dengan semakin berkembangnya hibrida dan tipe-tipe baru anggrek (Griesbach, 2002). Indonesia berpotensi menjadi produsen anggrek terpenting di dunia karena tersedianya berbagai plasma nutfah anggrek yang sangat besar (Yusnita, 2010). Persilangan anggrek yang dilakukan diharapkan dapat

menghasilkan warna, bentuk, dan ukuran yang bervariasi (American Orchid Society, 1998).

(21)

menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2003). Perkembangan biji anggrek secara alamiah yaitu secara simbiotik dengan mikoriza (Arditti dan Ernst, 1993). Akan tetapi penyediaan bibit yang bermutu, massal dan seragam maka perbanyakan anggrek mutlak dilakukan melalui kultur jaringan. George (2008), menyatakan bahwa biji anggrek tidak memilki cadangan makanan, sehingga biji hanya akan tumbuh bila ditanam dalam media artifisial melalui kultur in vitro. Adapun tahapan pertumbuhan biji anggek terdiri atas pengecambahan biji, pembesaran protokorm dan pembesaran seedling untuk siap diaklimatisasi.

Telah banyak penelitian yang mengenai formulasi media kultur, akan tetapi masih terus diteliti karena masih perlu optimasi formulasi media. Pada penelitian ini menggunakan formulasi media pupuk Growmore dengan dan tanpa penambahan arang aktif serta pemberian bahan adenda organik berupa air kelapa. Media tumbuh yang dapat mendukung pertumbuhan protokorm salah satunya dengan menggunakan pupuk majemuk Growmore (32:10:10). Media dasar dengan pupuk Growmore mengandung unsur hara essensial yang diperlukan oleh tanaman, seperti unsur hara makro dan mikro, sering kali media dasar ini ditambahkan juga mio-inositol dan vitamin MS (Ramadiana, et al., 2010).

(22)

mengaborpsi racun (Arditti dan Ernst, 1993). Pada penelitian Larassati (2011), pemberian arang aktif 2 g/l dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot tanaman anggrek in vitro dalam media pembesaran seedling. Hasil penelitian Warganegara (2009), pemberian arang aktif 2 g/l dapat meningkatkan bobot basah tanaman anturium gelombang cinta. Oleh karena itu, pemberian arang aktif diharapkan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan protokorm.

Selain penambahan arang aktif, pemberian bahan adenda organik dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan anggrek in vitro. Salah satu bahan adenda organik tersebut adalah air kelapa. Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan dalam bentuk cair yang mengandung zat pengatur tumbuh. Air kelapa digunakan dalam media kultur, sebaiknya berasal dari kelapa muda, karena unsur yang terkandung pada air kelapa belum banyak terpakai dalam pembentukan embrio kelapa. Air kelapa banyak mengandung unsur-unsur seperti, asam amino, asam-asam organik, asam nukleat, purin, gula, gula alkohol, vitamin, mineral, dan zat pengatur tumbuh (George, 2008).

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pemberian arang aktif dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

2. Apakah terdapat pengaruh pemberian air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

(23)

4. Apakah terdapat interaksi antara arang aktif dan pemberian air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan perumusan masalah maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemberian arang aktif dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

2. Mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

3. Mengetahui pengaruh pemberian peningkatan konsentrasi air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

4. Mengetahui interaksi antara arang aktif dan air kelapa dalam media Growmore terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

1.3 Landasan Teori

(24)

Tanaman anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang memiliki 25.000 sampai 30.000 spesies, yang terdiri dari kurang lebih 750 genera (Hew dan Yong, 2004). Dendrobium merupakan satu-satunya genera terbesar di famili Orchidaceae. Lebih dari 10.000 spesies tersebar dari daerah Himalaya hingga kebagian tenggara Asia sampai Jepang, Australia, Tasmania, dan Pulau Pasifik (Kamemoto, et al., 1999).

Perbanyakan anggrek dengan cara kultur jaringan adalah cara perbanyakan yang efisien. Selain dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak, hasil yang diperoleh juga serempak dari segi umur tanaman. Kultur jaringan adalah teknik pengisolasian bagian tanaman seperti organ, jaringan, sel, dan protoplas yang

selanjutnya ditumbuhkan dalam media buatan secara aseptik sehingga bagian-bagian tersebut beregenerasi menjadi tanaman lengkap (George, 2008).

Pengecambahan biji anggrek dilakukan secara kultur in vitro, hal ini karena anggrek mempunyai biji yang sulit berkecambah dalam keadaan alami yang normal. Sulitnya biji anggrek untuk berkecambah disebabkan oleh ukuran biji sangat kecil, yaitu hanya terdiri dari beberapa ratus hingga beberapa ribu sel embrio yang dikelilingi oleh sel testa tanpa cadangan makanan (Yusnita, 2010). Perkecambahan adalah proses

pertumbuhan embrio dan komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru (Abidin, 1991). Pada biji anggrek,

(25)

disebut protokorm (Gunawan, 1995). Protokorm adalah struktur seperti korm berbentuk bulat padat dengan titik tumbuh meruncing berwarna hijau yang

merupakan hasil dari pengecambahan biji anggrek (Yusnita, 2010). Menurut George (2008), untuk menumbuhkan tanaman melalui kultur jaringan, media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media tersebut bisa menyuplai nutrisi-nutrisi yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh. Adapun komponen media dalam kultur jaringan terdiri dari unsur makro, unsur mikro, gula, zat pengatur tumbuh, vitamin, pemadat media atau agar-agar, asam amino, dan bahan organik.

Pada tahapan pengecambahan sampai pembesaran anggrek biasanya ditanam pada media ½ MS (Murashige dan Skoog, 1962) (Arditti, 1992). Tanaman anggrek cocok apabila dikulturkan pada media ½ MS. Akan tetapi, mengingat rumitnya pembuatan formulasi media MS serta mahalnya bahan-bahan kimia yang digunakan, maka dicari media alternatif lainnya. Bahan pengganti formulasi media MS salah satunya yaitu pupuk majemuk Growmore (32:10:10). Growmore merupakan pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru dan sangat mudah larut dalam air. Growmore mengandung unsur hara makro dan mikro, sehingga cocok untuk pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

(26)

konsentrasi 100-5.000 mg/l, tetapi paling efektif pada konsentrasi 100 mg/l (Yusnita, 2003).

Mio-inositol sering digunakan dalam media kultur anggrek yang merupakan bagian dari media MS. Mio-inositol sangat berguna untuk pertumbuhan planlet. Terbukti bahwa penambahan 100 ppm mio-inositol pada media kultur anggrek Cymbidium, pertumbuhan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan (Arditti dan Ernst, 1993).

Vitamin MS biasanya ditambahkan ke media kultur anggrek. Vitamin MS

merupakan salah satu komponen media yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan kultur (Yusnita, 2003). Vitamin MS yang sering digunakan dari kelompok vitamin B, yaitu tiamin-HCl (vitamin B1), piridoksin-HCl (vitamin B6), asam nikotinat, dan riboflavin (vitamin B2). Ketiga vitamin ini yang terpenting adalah tiamin. Asam sitrat dan asam askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah atau mengurangi pencoklatan atau penghitaman kultur. Arditti dan Ernst (1993), menyatakan bahwa pada media yang mempunyai konsentrasi vitamin tingkat rendah pada umumnya (kurang dari 1 ppm) seperti niacin (asam nikotinat),

pyridoxine (vitamin B6) dan thiamin (vitamin B1) memberi suatu peningkatan pertumbuhan di dalam kultur anggrek Cymbidium.

(27)

ke dalam media kultur dapat meningkatkan tinggi planlet, luas daun, dan jumlah akar anggrek yang terbentuk. Selain itu penambahan arang aktif 2 g/l juga dapat

meningkatkan jumlah tunas anakan yang terbentuk.

Pada kultur jaringan anggrek umumnya media kultur ditambah dengan air kelapa sebagai bahan adenda organik. Penambahan air kelapa umur muda dan sedang sebanyak 150 ml/l pada media dapat mendorong pertumbuhan tinggi tanaman, panjang dan lebar daun serta panjang dan jumlah akar planlet anggrek Dendrobium, sedangkan pemberian air kelapa tua tidak memberikan efek yang berbeda dengan media tanpa air kelapa. Kandungan hara air kelapa tua telah berkurang untuk

pembentukan daging buah kelapa atau endosperm kelapa (Widiastoety et al., 1997). Perlakuan tunggal air kelapa 250 ml/l menghasilkan munculnya protocorm like bodies (plb), daun dan akar paling cepat pada anggrek bulan (Phalaeonopsis amabilis BL) (Yusnida, et al., 2006). Sedangkan rata-rata pertambahan tinggi tanaman terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa 225 ml/l (Sari, et al., 2011). Menurut George (2008), bahan-bahan yang terkandung dalam air kelapa, antara lain: asam amino, asam-asam organik, asam nukleat, purin, gula, gula alkohol, vitamin, mineral, dan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang ditemukan dalam air kelapa antara lain : 9-B-D ribofuranosil zeatin, zeatin, N-N’-Diphenil urea dan 2(3-metil but-2-enilaming)-purin 6-one.

1.4 Kerangka Pemikiran

(28)

Dendrobium adalah salah satu jenis anggrek yang sangat diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu, produsen harus menyediakan permintaan anggrek Dendrobium sesuai dengan permintaan masyarakat yang meningkat di pasaran . Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, produsen anggrek dapat berbagai macam cara untuk

meningkatkan budidaya anggrek.

Terdapat dua teknik budidaya anggrek, yaitu dengan cara konvensional dan secara kultur jaringan. Cara konvensional yaitu dengan cara memisahkan anakan dan keiki. Sedangkan secara kultur jaringan terdapat dua eksplan yaitu eksplan yang berasal dari bagian vegetatif tanaman (potongan daun, akar, dan lainnya) serta eksplan yang berasal dari generatif tanaman (berupa biji). Di alam bebas, biji anggrek dapat berkecambah melalui simbiosis biji anggrek dengan mikoriza. Akan tetapi seperti yang telah diketahui, biji anggrek memiliki ukuran yang sangat kecil dan tidak

memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga sulit sekali untuk berkecambah di alam. Oleh karena itu, dengan perbanyakan secara in vitro (kultur jaringan)

merupakan solusi yang tepat untuk perbanyakan anggrek.

(29)

Media kultur yang digunakan pada penelitian ini adalah media dasar Growmore (32:10:10). Media dasar Growmore mengandung unsur-unsur essensial yang diperlukan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida yaitu berupa hara makro dan mikro. Selain itu pada media dasar juga ditambahkan mio-inositol dan vitamin MS sangat berguna umtuk pertumbuhan eksplan. Pada penelitian ini pula digunakan arang aktif pada media kultur. Hal ini berguna untuk menyerap senyawa racun yang dikeluarkan oleh anggrek berupa senyawa fenol. Senyawa fenol dapat mengganggu pertumbuhan protokorm, sehingga pertumbuhan protokorm dapat terhambat.

Selain pemberian arang aktif, pemberian bahan adenda berupa air kelapa dapat

meningkatkan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida. Pada penelitian ini, air kelapa yang digunakan yaitu berasal dari air kelapa muda yang belum

terbentuk embrio kelapa. Pada air kelapa mengandung asam amino, asam nukleat, purin, gula, gula alkohol, vitamin, mineral, dan zat pengatur tumbuh. Air kelapa juga sangat mudah didapat dan memiliki harga yang relatif murah.

Protokorm anggrek yang sudah memiliki primordia daun dan akar di pindah tanam (subkultur) ke dalam media kultur yang baru. Pemindahan kultur anggrek dilakukan dalam laminar air flow cabinet (LAFC) dan dalam keadaaan aseptik. Tujuan

(30)

Media yang digunakan untuk subkultur adalah yang ditambahkan arang aktif dan air kelapa. Penambahan arang aktif dan air kelapa diharapkan mampu meningkatkan tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, panjang akar dan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Penggunaan arang aktif dalam media Growmore dapat meningkatkan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

2. Penggunaan air kelapa dalam media Growmore dapat meningkatkan pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

3. Konsentrasi air kelapa 200 ml/l dalam media Growmore merupakan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium hibrida.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggrek Dendrobium sp. 2.1.1 Sistematika Anggrek Dendrobium

Tanaman anggrek diperkirakan berjumlah 20.000-30.000 jenis dari 700 genera yang berbeda. Kurang lebih 5.000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Potensi di dalam dunia penganggrek mempunyai harapan baik, karena ditunjang oleh kecocokan iklim dan banyaknya jenis anggrek bermutu sudah terbukti anggrek Indonesia

merupakan bahan induk untuk mendapatkan silangan yang berpotensi baik (Yusnita, 2010).

Dendrobium berasal dari kata “dendros”yang berarti pohon dan “bios” yang berarti hidup. Dendrobium dapat diartikan sebagai anggrek yang tumbuh di pohon yang masih hidup. Anggrek ini memiliki sekitar 1.400 spesies yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya Jepang, Cina, India, Semenanjung Malaka, Indonesia, Pulau Papua, dan Australia (Parnata, 2005).

(32)

goldii merupakan jenis anggrek Dendrobium yang sangat banyak variasinya. Warna bunga yang memiliki oleh jenis D. goldii yaitu putih, kuning pucat, keeemasan, merah tua, dan ungu. Panjang tangkai bunganya bisa mencapai 30-70 cm dan memiliki banyak bunga berukuran kecil.

Secara umum sistematika tanaman anggrek Dendrobium menurut Yusnita (2010), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Subfamili : Epidendroideae

Tribe : Epidendrae dendrobieae Subtrib : Dendrobiinae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium antenatum dan Dendrobium goldii

2.1.2 Syarat Tumbuh Anggrek Dendrobium

(33)

cahaya matahari penuh atau hampur penuh agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Anggrek epifit tumbuh menempel pada tumbuhan lain, tetapi tidak merugikan tanaman tempat tumbuhnya. Anggrek ini membutuhkan naungan yang tingkatannya tergantung pada genusnya. Anggrek lithofit tumbuh di bebatuan, umumnya tahan terhadap cahaya matahari penuh, hujan lebat, dan angin kencang. Anggrek saprofit tumbuh dan mendapatkan nutrisi dari sisa-sisa tanaman yang mati dan telah menjadi humus (Yusnita, 2010).

Anggrek Dendrobium hidup menempel di pepohonan dan bersifat epifit (Rentoul, 2003). Selain itu, anggrek Dendrobium cocok untuk tempat dengan altitude yang tidak terlalu tinggi dari permukaan air laut, misalnya 50-400 mdpl. Anggrek

Dendrobium memerlukan intensitas cahaya relatif lebih tinggi, yaitu 2.000-6.000 food candle. Serta suhu optimal yang dibutuhkan oleh anggrek Dendrobium antara 15,-300C dan kelembaban udara antara 40%-50% (Yusnita, 2010).

2.1.3 Pola Pertumbuhan Anggrek Dendrobium

Berdasarkan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua, yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga keluar dari ujung batang, dan akan berbunga kembali pada pertumbuhan anakan atau tunas baru. Sedangkan anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang adanya titik tumbuh di ujung batang,

(34)

dua ketiak daun. Anggrek Dendrobium termasuk ke dalam anggrek yang memiliki tipe pertumbuhan simpodial (Darmono, 2004).

2.1.4 Morfologi Anggrek Dendrobium

Sebagian besar anggrek yang tergolong epifit memiliki batang yang berbentuk bulb, oleh karena itu batang anggrek disebut pseudobulb (batang semu). Berdasarkan jumlah ruas (internode), batang semu anggrek dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang mempunyai banyak ruas (tipe homoblastik) dan yang hanya mempunyai satu ruas (tipe heteroblastik). Anggrek Dendrobium termasuk kedalam anggrek yang memiliki batang semu homoblastik (Hew dan Yong, 2004).

Daun anggrek sangat beragam dilihat dari bentuk, ukuran, dan ketebalannya. Kebanyakan anggrek mempunyai bentuk daun yang mirip dengan daun tanaman monokotil lainnya, yaitu memanjang dengan tulang daun sejajar dan tepi daun yang rata. Ketebalan daun anggrek digolongkan menjadi dua yaitu tebal berdaging dan tipis. Daun yang tebal dijumpai pada jenis anggrek Dendrobium (Yusnita, 2010).

(35)

Bunga anggrek mempunyai bentuk, susunan, warna, dan corak yang sangat beragam. Pada bagian bunga anggrek, terdapat infloresens bunga terdiri dari poros malai bunga (axis) dan kuntum-kuntum bunga. Dalam satu malai atau tandan bunga terdapat 1-40 kuntum bunga. Ukuran kuntum bunga sangat bervariasi dari 2-3 cm hingga 10-15 cm. Kebanyakan bunga anggrek merupakan bunga sempurna, yaitu mempunyai organ reproduksi jantan (androecium) dan organ reproduksi betina (gymnoecium). Petal atau mahkota bunga berjumlah tiga buah, dua diantaranya terletak berselang-seling dengan kelopak bunga, sedangkan yang terbawah mengalami modifikasi menjadi bibir bunga (labellum). Sepal atau kelopak bunga juga berjumlah tiga buah, yang teratas disebut dengan sepal dorsal, dan dua lainnya di bagian samping disebut sepal lateral. Di bagian tengah bunga terdapat tugu bunga (column atau

gynostemium) yang merupakan organ reproduksi jantan dan betina (Yusnita, 2010).

Buah dari anggrek Dendrobium berwarna kuning bila telah masak, memiliki bentuk bulat dengan tiga rusuk sejati. Biji-biji dalam polong terkumpul di tiga rusuk sejati yang berjumlah 1.300-4.000.000 biji dalam satu polong (Pierik, 1987). Bentuk polong buah anggrek dan waktu yang diperlukan sejak pembuahan hingga buah masak bervariasi tergantung genus atau spesies. Kebanyakan buah Dendrobium memerlukan waktu 3-3,5 bulan hingga masak (Yusnita, 2010).

Menurut Hew dan Yong (2004), setelah terjadi pembuahan maka ovari akan membesar dan akan membentuk polong. Pada polong buah anggrek terdapat biji yang jumlahnya sangat banyak dan ukurannya sangat kecil. Pierik (1987),

(36)

lebar 0,5-1 mm sehingga sering disebut dust seed. Biji anggrek terdiri dari testa yang tebal (kulit biji) yang membungkus embrio, embrio sendiri hanya terdiri dari 100 sel. Testa merupakan jaringan mati yang berisi udara 96 %. Menurut Koch dan Schultz (1975) dalam Arditti (1992), bobot biji anggrek Dendrobium per polong biasa lebih dari 500 mg per polong. Biji anggrek relatif sulit untuk berkecambah karena di dalamnya tidak terdapat endosperm. Di bagian distal embrio terdapat titik tumbuh potensial.

2.1.5 Cara Perbanyakan Anggrek Dendrobium

Perbanyakan tanaman anggrek dilakukan dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif. Cara generatif dilakukan dengan perbanyakan melalui biji yang didahului dengan penyerbukan bunga. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan menanam bagian tubuh dari tanaman itu sendiri dan bagian yang biasa digunakan seperti batang, akar, dan rhizom atau umbi. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara splitting (pemisahan anakan), pemotongan anak tanaman yang keluar dari batang (stek), dan pemotongan anak tanaman yang keluar dari tangkai bunga (keiki). Namun perbanyakan secara vegetatif ini kurang menguntungkan karena jumlah hasil perbanyakan yang dihasilkan oleh keiki sangat terbatas (Yusnita, 2010). Perbanyakan tanaman dengan teknik in vitro (kultur jaringan) untuk

(37)

2.2 Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan,atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan zat pengatur tumbuh, serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaan yang terkontrol. Awal terjadinya kegiatan teknik kultur jaringan dibuktikan adanya teori totipotensi sel. Totipotensi (total potensi genetik) adalah setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologi yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap dalam kondisi yang sesuai (Yusnita, 2003). Perbanyakan kultur jaringan harus menggunakan jaringan-jaringan muda dan lunak, karena jaringan tersebut biasanya lebih mudah berproliferasi dari pada jaringan berkayu atau jaringan yang sudah tua (Pierik, 1987).

Pengembangbiakkan tanaman secara kultur jaringan terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya tahap 0, yaitu tahap seleksi tanaman induk untuk eksplan agar diperoleh tanaman yang sehat dan bebas penyakit. Tahap ke-1 yaitu tahap inisiasi atau

(38)

pemanjangan tunas dan perkembangan akar, lalu dilanjutkan ke tahap 4 yaitu tahap aklimatisasi atau memindahkan planlet ke lingkungan luar (Yusnita, 2003).

2.3 Media kultur Anggrek

Pada kultur jaringan formulasi media yang dapat digunakan untuk pengecambahan biji anggrek, diantaranya adalah Vacin dan Went (Vacin dan Went, 1949) atau

Murashige dan Skoog (Murashige dan Skoog, 1962) dengan ukuran ½ MS atau penuh (full strength- MS macronutrients) (Sagawa, 1991). Akan tetapi, selain formulasi yang telah disebutkan di atas sering digunakan pada kultur jaringan, dapat digunakan media dasar alternatif seperti pupuk daun Growmore. Pupuk daun tersebut banyak beredar di pasaran dengan nama dagang Growmore dan Hyponex (Yulika, 2007).

(39)
[image:39.612.116.407.111.465.2]

Tabel 1. Komposisi Growmore 32-10-10

Kandungan Senyawa Persentase (%) Total

Total Nitrogen (N) 32

Fosfat (P2O5) 10

Kalium (K2O) 10

Kalsium (Ca) 0,05

Magnesium (Mg) 0,10

Sulfur (S) 0,20

Boron (B) 0,02

Tembaga (Cu) 0,0,5

Besi (Fe) 0,10

Mangan (Mn) 0,05

Molibdenum (Mo) 0,0005

Zing (Zn) 0,05

Pada media dasar ditambahkan pula mio-inositol dan vitamin. Menurut George (2008), mio-inositol sangat penting dalam pertumbuhan planlet. Mio-inisitol merupakan pengganti karbohidrat, meskipun fungsinya tidak terlalu sama seperti karbohidrat. Mio-inisitol mampu menyediakan sumber energi bagi tanaman atau planlet. Sedangkan penambahan vitamin yang merupakan kombinasi dari tiamin, asam nikotinat, dan piridoksin sangat cocok untuk media kultur. Vitamin ini diserap dengan baik oleh planlet pada media kultur, sehingga dapat meningkatkan

(40)

Media padat ditambah arang aktif atau active charcoal. Arang aktif sering ditambah pada media kultur jaringan dan menguntungkan pada media kultur jaringan. Arang aktif bukanlah suau zat pengatur tumbuh, hanyalah untuk memodifikasikan

komposisi media, dengan demikian dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman in vitro. Arang aktif merupakan arang yang dihasilkan dari proses pemanasan selama beberapa jam dengan menggunakan uap atau udara yang panas. Manfaat arang aktif mempunyai kemampuan untuk menyerap racun, diakibatkan oleh senyawa-senyawa yang merusak pertumbuhan tanaman (George, 2008).

Menurut Arditti dan Ernst (1993), terapat dua manfaat arang aktif yaitu, (1) arang aktif dapat memperbaiki aerasi pada media kultur anggrek, (2) arang aktif juga dapat mengabsorbsi etilen yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman. Selain dapat menyerap senyawa etilen, arang aktif mampu menyerap senyawa fenol yang berasal dari eksplan. Arang aktif juga berguna untuk menyerap racun atau senyawa inhibitor yang disekresikan oleh planlet ke dalam media. Menurut Widiastoety dan Marwoto (2004), penambahan arang aktif proanalis sebanyak 2 g/l ke dalam media kultur dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi planlet, luas daun, dan jumlah akar yang

terbentuk. Selain itu, penambahan arang aktif 2 g/l juga dapat meningkatkan jumlah tunas anakan yang terbentuk.

Pada media dasar sering ditambah bahan adenda organik. Bahan adenda organik merupakan bahan tambahan yang di masukkan ke dalam media kultur. Bahan adenda organik mengandung berbagai bahan-bahan organik yang berguna untuk

(41)

Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan cair berupa cadangan energi, selain mengandung zat pengatur tumbuh.

Penggunaan air kelapa tua kurang berdampak positif karena kandungan zat hara dalam air kelapa tersebut tidak mencukupi bagi kebutuhan tanaman atau kultur. Unsur hara tersebut telah digunakan untuk pembentukan daging buah kelapa. Pada air kelapa mengandung ion-ion anorganik (klorin, tembaga, magnesium, fosfat, kalium, sodium, dan sulfur), komponen nitrogen, macam-macam asam amino, asam fosfat, enzim (katalase, dehidrogenase, diastase, peroxidase, dan RNA polimerase), asam-asam organik vitamin (biotin, asam folik, niasin, asam pentotenat, riboflavin, piridoksin, dan tiamin), gula (fruktosa, glukosa, dan sukrosa), gula alkohol (mannitol, sorbitol, mio-inisitol, dan skillo-inositol), dan hormon pertumbuhan (auxin, sitokinin, dan giberelin) (Arditti dan Ernst, 1993).

Namun demikian, semua bahan-bahan nutrisi baik berasal dari senyawa anorganik maupun senyawa organik tersebut di atas, tingkat penyerapannya oleh tanaman atau planlet sangat berpengaruh oleh pH media itu sendiri. Untuk pertumbuhan planlet, pH yang sesuai adalah 5-6,5 sedangkan apabila pH terlalu rendah (<4,5) atau terlalu tinggi (>7) dapat menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan dan

(42)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Desember 2011 hingga Maret 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, Laminar Air Flow Cabiet (LAFC), botol kultur, gelas ukur, labu takar, bunsen, erlenmeyer, cawan petri, pinset, spatula, hand sprayer, neraca elektrik, pH meter, botol scotts, magnetic stirrer, karet gelang, plastik, plastik wrapp, milimeter blok, kamera dan alat tulis. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah protokorm anggrek Dendrobium yang telah dikulturkan in vitro selama kurang lebih 10 minggu sejak penyemaian biji yang sudah mempunyai primordia daun dengan bobot rata-rata 0,1 gram (Gambar 1).

[image:42.612.215.428.538.673.2]

(43)

Bahan tanam yang digunakan adalah protokorm hasil dari persilangan anggrek Dendrobium sp. dengan nomor persilangan P9 x P7.

[image:43.612.152.513.137.328.2]

P9 P7

Gambar 2. Gambar persilangan tetua anggrek yang dijadikan bahan perbanyakan tanaman.

Selain bahan tanam diatas, bahan-bahan lain yang digunakan yaitu pupuk Growmore (32:10:10), berbagai konsentrasi air kelapa (0, 50, 100, dan 200 ml/l), arang aktif 2 g/l, sukrosa, mio-inositol, vitamin MS, dan agar-agar. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah spritus, aquades, Bayclin, detergen, KOH 1 N, dan HCl 1 N.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan 8 perlakuan, masing-masing perlakuan memiliki 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 botol. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu botol kultur yang berisi 10

protokorm yang sudah memiliki primordia daun dan akar, berumur kurang lebih 10 minggu sejak penyemaian biji anggrek secara aseptik dan in vitro.

(44)

Rancangan perlakuan yang digunakan adalah rancangan perlakuan faktorial 2x4. Faktor pertama adalah tanpa arang aktif dan dengan arang aktif (2 g/l) serta faktor kedua adalah berbagai konsentrasi air kelapa : 0, 50, 100, dan 200 ml/l. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett. Dari data yang diperoleh, dilakukan analisis ragam dan kemudian, dilanjutkan dengan pemisah nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5 %.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Sterilisasi Alat

Peralatan yang digunakan untuk menanam sebelumnya harus disterilisasi. Alat-alat tersebut yaitu berupa botol kultur, petridish, pinset, spatula, dan alat-alat gelas lainnya. Peralatan tersebut dicuci terlebih dahulu lalu disterilisasi menggunakan autoklaf selama 30 menit pada tekanan 1,2 atm dengan suhu 1210C.

3.4.2 Pembuatan Media kultur

Media dasar yang digunakan untuk perlakuan dalam penelitian ini adalah 2 g/l Growmore (32:10:10) dengan konsentrasi 2 g/l. Pada media dasar tersebut

(45)
[image:45.612.116.516.331.518.2]

KOH 1 N bila pH kurang dari 5,8 dan HCl 1N bila pH lebih dari 5,8. Pada media yang diberi 2 g/l arang aktif, waktu pemberiannya bersamaan saat mencampurkan agar-agar sebanyak 7 g/l, lalu media dimasak hingga mendidih selama 10 menit. Setelah mendididh, larutan media dimasukkan ke dalam botol-botol kultur sebanyak 20 ml/botol, lalu tutup dengan plastik dan ikat dengan karet gelang. Botol-botol berisi media tersebut kemudian diautoklaf dengan tekanan 1,2 atm dengan suhu 121 0C selama 7 menit.

Tabel 2. Formulasi media dasar Growmore

No Komponen media Konsentrasi 1 Pupuk Growmore Biru (32:10:10) 2.000 mg/l 2 Vitamin MS

Asam nikotinat 0,5 mg/l Piridoksin-HCl 0,5 mg/l Tiamin-HCl 0,1 mg/l

Glisin 2 mg/l

3 Sukrosa 20.000 mg/l

4 Agar-agar 7.000 mg/l

5 Mio-inositol 100 mg/l

6 Arang aktif 2.000 g/l (sesuai perlakuan) 7 Air kelapa (0,50,100, dan 200 ml/l) (sesuai

perlakuan)

3.4.3 Eksplan

(46)

3.4.4 Penanaman protokorm secara in vitro

Penanaman eksplan dilakukan di dalam laminar air flow cabinet. Eksplan berupa protokorm diambil menggunakan spatula sebanyak 10 butir protokorm yang

berprimordia daun, kemudian disebar pada media perlakuan. Setelah itu botol ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang, lalu botol dibungkus dengan plastik wrapp. Botol-botol yang telah berisi eksplan diletakkan pada rak-rak kultur di dalam ruang kultur bersuhu 24o ± 2oC dengan penerangan lampu fluorescence berintensitas ± 1000 Lux. Kultur-kultur tersebut dipelihara selama 4 bulan atau 16 minggu tanpa adanya kegiatan subkultur.

3.4.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada umur empat bulan setelah penanaman protokorm. Dalam perkembangannya, protokorm yang ditanam akan menjadi seedling atau bibit anggrek kecil yang sudah lengkap akar, batang semu, dan daun. Variabel yang diamati setelah 16 minggu masa petumbuhan protokorm adalah:

1. Tinggi tunas

Tinggi tunas diukur dari pangkal batang tanaman sampai daun terpanjang dengan menggunakan mistar lalu dirata-rata dalam satuan senti meter (cm). 2. Jumlah daun

(47)

3. Panjang daun

Panjang daun diukur dari pangkal akar hingga ujung daun terpanjang dengan menggunakan mistar dalam satuan senti meter (cm).

4. Panjang akar

Panjang akar diukur dari pangkal akar hingga ujung akar dengan menggunakan mistar lalu dirata-rata dalam satuan senti meter (cm). 5. Bobot basah

Pengukuran bobot basah tanaman dilakukan dengan cara menimbang tanaman tersebut dalam satuan gram (g).

6. Foto

(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian arang aktif (2 g/l) dalam media dasar Growmore menekan peningkatan panjang akar anggrek Dendrobium hibrida, akan tetapi mampu meningkatkan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

2. Pemberian air kelapa dalam media dasar Growmore meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, panjang akar, dan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida.

3. Peningkatan konsentrasi air kelapa dari 50 ml/l hingga 200 ml/l meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi tunas, jumlah daun, panjang daun, dan bobot basah tanaman anggrek Dendrobium hibrida. 4. Pemberian arang aktif dan konsentrasi air kelapa 50 ml/l dapat meningkatkan

(49)

5.2 Saran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1991. Dasar pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa Raya. Bandung. American Orchid Society. 1998. Cattleya. Florida. AOS Education Commite.

http://www.orchidweb.org. Diakses 25 Oktober 2011.

Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Willey and So Inc. United States of America. 691 p.

Arditti, J. and R. Ernst. 1992. Mikcroproragation of Orchids. New York. John Wiley and Sons. 640 p.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Pasar Ekonomi Anggrek. Jakarta.

Bey, Y., W. Syafitri, dan Sutrisna. 2006. Pengaruh pemberian Giberelin (GA3) dan air kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis BL.) secara in vitro. Jurnal Biogenesis. 2(2):41-46.

Darmono, D.W. 2004. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hlm.

Direktorat Tanaman Hias. 2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek. http://www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 9 Mei 2012. George, E.F., M.A. Hall and G-J de-Klerk (Eds.). 2008. Plant Propagation by

Tissue Culture In Practice, Part 1. England: Exegetics Limited.

Griesbach, R.J. 2002. Development of Phalaenopsis Orchids For The Mass-Market. In J. Janick and A. Whipkey (eds), Trends in New Crops and new Uses. ASHS Press, Alexandria, VA. P. 458-465.

(51)

Haryadi dan Pamenang. 1983. Pengaruh sukrosa dan air kelapa pada kultur jaringan anggrek bulan. Agron. 14(1): 4-8.

Hew, C. S. and Yong, J. W. H. 2004. The Phisiology of Tropical Orchids In relation To The Industry. World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. USA. 369 p. Indani, M. 2007. Pengaruh Pepton dan Media Dasar Terhadap Pertumbuhan

Protokrom Anggrek Dendrobium Hibrida In Vitro. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 59 hlm.

Kamemoto, H., Amore, T. D., and Kuehnle, A. R. 1999. Breeding Dendrobium Orchids in Hawaii. University of Hawaiii Press. Canada. P : 3-5. Larassati, I.S. 2011. Pengaruh Berbagai Jenis Buah Pisang dan Arang Aktif

Terhadap Pertumbuhan Seedling Anggrek Dendrobium Secara In Vitro. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 56 hlm.

Maiyulis. 2012. Pengaruh Arang Aktif dan Konsentrasi Air Kelapa Pada Media ½ MS terhadap Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium sp. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 73 hlm.

Mattson, J.S., and Mark, H. B. 1971. Activated carbon, surface chemistry and adsorption from solution. New York. Marcel Dekker, Inc.

Morel, G. M. 1974. Clonal Multiplication of Orchids. In: The Orchids: ScientificStudies. (C.L. Withener, ed) :169-222.

Parnata, A. S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Agromedia Pustaka. Jakarta. 194 hlm.

Pierik, R. L. M. 1987. In vitro Culture of Higher Plants. Martins Nijhoff Published. Dordrecht, Nederland. P. 149-158.

Ramadiana, S., D. Hapsoro , dan Yusnita. 2008. Upaya untuk Mendapatkan Tanaman Anggrek Dendrobium Unggul Baru melalui Persilangan,

Pengecambahan Biji dan Seleksi Progeni serta Perbanyakan Klonal In Vitro. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi XVI. Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

Rentoul, J.N. 2003. Growing Orchids, Complete and Unbridged. Singapore. Publishing solutions. 790 p.

(52)

Salisburry, F.B. dan C.W. Ross. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3.

Terjemahan oleh Lukman dan Sumaryono. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Sari, Y. P., Manurung, H., dan Asripah. 2001. Pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan anggrek kantong semar (Paphilopedilum supardii braem and loeb) pada media knudson secara in vitro. J.HOrt. 10(10): 219-231.

Sugara, R dan Raharjo, R. S. 2009. Jurnal Teknologi Alternatif Pemanfaatan limbah Air Kelapa untuk Penigkatan Kualitas Produksi Budidaya Rumput laut. http://www.scribd.comn/doc/17515261/karya-tulis-ilmiah. Diakses Tanggal 9 Mei 2011.

Syaputri, G. 2009. Pengaruh arang aktif dan bubur pisang ambon pada pembesaran seedling Dendrobium hibrida in vitro. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 48 hlm.

Untari, R. 2003. Jurnal Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam. http://www.eshaflora.com/index. Diakses Tanggal 6 November 2011.

Warganegara, H.A. 2009. Pengaruh jenis media dasar dan arang aktif terhadap pertumbuhan Anthurium Wave of Love In vitro. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 56 hlm.

Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor dan Lembaga sumber Daya Informasi. IPB. Bogor. Widiastoety, D, S. Kusumo, dan Syafni. 1997. Pengaruh Tingkat Ketuaan Air

Kelapa dan Jenis Kelapa terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium. J.Hort. 7(3): 768-772.

Widiastoety, D. S. dan B. Marwto. 2004. Pengaruh Berbagai Sumber Arang Dalam Media Kultur In Vitro terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek Oncidium. J.Hort. 14(1): 1-5.

Widiastoety, D. dan Purbadi. 2003. Pengaruh Bubur Ubi kayu dan Ubi jalar Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Dendrobium.

http://www.iptek.net.id. Diakses tanggal 2 Juni 2012.

(53)

Wong, M. 2006. Mature Leaf Clorosis and Necrosis. http://www.ctahr.edu/freepubs. Diakses tanggal 22 Juli 2012.

Yulika, F. 2007. Pengaruh Media Dasar dan Pepton pada Pertumbuhan Protokorm Anggrek Phalaenopsis in vitro. (Skripsi). Universitas lampung. Lampung. 60 hlm.

Yusnida, Syafitri, W., dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan

(Phalaenopsis amabilis, BL.) Secar In Vitro.

http://docs.google.com/viewr?a=v&q=cache:MYWkQTvE8LIJ.ac.id. Diakses Tanggal 9 Mei 2012.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta. 105 hlm.

Gambar

Tabel 1.  Komposisi Growmore 32-10-10
Gambar 1.  Ukuran bahan tanam yang digunakan sebagai eksplan
Gambar 2.  Gambar persilangan tetua anggrek yang dijadikan bahan perbanyakan
Tabel 2.  Formulasi media dasar Growmore

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas 4 MST, jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk

Pengaruh konsentrasi benziladenin (BA) terhadap persentase tanaman berbunga Dendrobium hibrida pada umur tiga bulan setelah aplikasi..

Anggrek Dendrobium hibrida berumur 8 MSP menunjukkan bahwa (1) Pemberian 2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 gr/l tanpa air kelapa,

Lamanya cekaman air menurunkan pertumbuhan bibit kelapa sawit melalui penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar primer, bobot basah tajuk, bobot basah

Konsentrasi dan waktu pemberian pupuk daun berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, jumlah daun, bobot basah batang, bobot kering batang, bobot basah daun, bobot kering

Karakter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan luas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman berbeda sangat nyata terhadap variabel panjang tunas, jumlah daun, luas daun, jumlah akar, bobot basah

Lamanya cekaman air menurunkan pertumbuhan bibit kelapa sawit melalui penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar primer, bobot basah tajuk, bobot basah