• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN

AKAR TUNGGANG DAN PEMBERIAN AIR KELAPA

SKRIPSI

Oleh:

DEDI IRAWAN SARI 070301026

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN

AKAR TUNGGANG DAN PEMBERIAN AIR KELAPA

SKRIPSI

Oleh:

DEDI IRAWAN SARI 070301026 / BDP AGRONOMI

Sekripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

( Ir. Irsal, MP ) Ir. Sanggam Silitonga

NIP : 196301311989031004 NIP : 196009061986011001

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul skripsi : Respons pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa

Nama : Dedi irawan sari

Nim : 070301026

Departemen : Budidaya pertanian Program studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi pembimbing

Ir. Irsal, MP Ir. Sanggam Silitonga

Ketua

Anggota

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M.sc., Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

DEDI IRAWAN SARI. Respons pertumbuhan stum mata tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa. Dibimbing oleh IRSAL dan SANGGAM SILITONGA.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan stum mata tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa, dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kec. Sunggal, Deli Serdang pada Januari - April 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi air kelapa ( 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 1000 cc) dan panjang akar stum (15 cm, 20 cm dan 25 cm). Parameter yang diamati adalah persentase mata melentis di lapangan, panjang tunas, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan total luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST. Dengan pemberian air kelapa jumlah daun tertinggi adalah 1,4 helai pada konsentrasi 250 ml/ l air. Pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4 MST dengan rataan tertinggi 2,63 cm pada P1 (15 cm) dan terendah pada P3 (25 cm). Juga berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST dengan rataan tertinggi masing-masing 1,3 helai pada P1 untuk 4 MST, 7,95 helai pada P3 untuk 8 MST dan 13,3 helai pada P2 untuk 16 MST.Interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk.

Kata kunci : stum mata tidur karet, air kelapa, panjang akar

(5)

ABSTRACT

DEDI IRAWAN SARI. Response of Growth of stum eye sleep the rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut. Guided by IRSAL and SANGGAM SILITONGA.

Research aim to to know the response of growth of stum eye sleep the rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut, conducted [in Foreland countryside Congratulation, Kec. Sunggal, Deli Serdang at January - April 2011 using random device of factorial group 2 factor that is concentration irrigate the coconut ( 0 cc / l, 250 cc / l, 500 cc / l and 1000 cc) and length grow stum on ( 15 cm, 20 cm and 25 cm). Parameter perceived is percentage of eye melentis in field, long of bydm soriyt, amount of leaf, wet wight of coronet, dry wight of coronet, wet wight grow on the, dry wight grow on and total wide of leaf.

Result of research indicate that the concentration irrigate the coconut have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4 MST. With the giving irrigate the coconut of is amount of highest leaf is 1,4 piece of at concentration 250 ml/ l irrigate the. Amputation grow on to ride to have an effect on the reality to length of bydm soriyt 4 MST by rataan is highest 2,63 cm of at P1 ( 15 cm) and terendah of at P3 ( 25 cm). Also have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4, 8 and 16 MST by rataan is highest each 1,3 piece of at P1 to 4 MST, 7,95 piece of at P3 to 8 MST and 13,3 piece of at P2 to 16 MST.Intraksi have an effect on the reality to parameter of is amount of leaf 4 wet MST wight and of coronet.

Keyword : stum eye sleep the rubber, irrigate the coconut, long grow on

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Asahan pada tanggal 18 Maret 1988 dari ayah Supardi dan ibu Mariani. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negri 1 Aek Songsongan dan pada tahun 2007 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan diantaranya staf kaderisasi BKM Al-mukhlisin FP USU 2007/2008, kepala divisi BOS Himadita Nursery 2008/2009, ketua umum Himpunan Mahasiswa Aek Songsongan - Bandar Pulau (HIMAB) 2008/2009, ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) USU 2009/2010, sekbid ekowir Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) kota Medan 2010/2011. Sebagai asisten laboratorium Morfologi taksonomi dan Anatomi tumbuhan 2009/20011. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Bakri Sumatra Plantations kebun Tanah Raja estate, Kisaran, Kab. Asahan pada bulan Juli hingga Agustus 2010.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang dan Pemberian Air Kelapa”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada ujian akhir.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(8)

DAFTAR ISI

Parameter yang Diukur ... 12

Persentase mata melentis di lapangan ... 12 Persentase Mata Melentis di Lapangan ... 18

Panjang Tunas ... 20

Jumlah Daun ... 22

(9)

Berat kering akar... 25

Berat basah tajuk... 26

Berat kering tajuk ... 27

Total luas daun... 28

Pembahasan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Persentase mata melentis di lapangan (%) pada 1, 2, 3 dan 4 MST... 19

2. Panjang tunas (cm) 4, 8, 12 dan 16 MST... 21

3. Jumlah daun (helai) 4, 8, 12 dan 16 MST... 23

4. Bobot basah akar... 25

5. Bobot kering akar... 25

6. Bobot basah tajuk... 26

7. Bobot kering tajuk... 28

8. Total luas daun... 29

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi

Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap panjang tunas 4MST... 22 2. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi

Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap jumlah daun 4MST... 24 3. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi

Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap bobot basah tajuk 4MST... 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan penelitian dan letak tanaman dalam plot ... 40

2. Jadwal kegiatan ... 41

3. Deskripsi karet klon PB 260 ... 42

4. Data rangkuman pengamatan parammeter ... 43

5. Data persentasemelentis 1 MST ... 44

6. Daftar Sidikragam persentase melentis 1 MST ... 44

7. Data persentase melentis 2 MST ... 45

8. Daftar sidikragam persentase melentis 2 MST ... 45

9. Data persentase melentis 3 MST ... 46

10. Daftar sidikragam persentase melentis 3 MST ... 46

11. Data persentase melentis 4 MST ... 47

12. Daftar sidikragam persentase melentis 4 MST ... 47

(13)

23. Data jumlah daun 8 MST ... 53

24. Daftar sidik ragam jumlah daun 8 MST ... 53

25. Data jumlah daun 12 MST ... 54

26. daftar sidik ragam jumlah daun 12 MST ... 54

27. Data jumlah daun 16 MST ... . 55

28. Daftar sidik ragam jumlah daun 16 MST ... . 55

29. Data bobot basah tajuk ... . 56

30. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk... . 56

31. Data bobot kering tajuk ... . 57

32. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk ... . 57

33. Data bobot basah akar ... 58

34. Daftar sidik ragam bobot basah akar ... 58

35. Data bobot kering akar ... 59

36. Daftar sidik ragam bobot kering akar... 59

37. Data total luas daun ... 60

38. Daftar sidik ragam total luas daun ... 60

39.Foto lahan penelitian ... 61

40.Foto peneliti dan dosen pembimbing di lapanagan... 61

(14)

ABSTRAK

DEDI IRAWAN SARI. Respons pertumbuhan stum mata tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa. Dibimbing oleh IRSAL dan SANGGAM SILITONGA.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan stum mata tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa, dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kec. Sunggal, Deli Serdang pada Januari - April 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu konsentrasi air kelapa ( 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 1000 cc) dan panjang akar stum (15 cm, 20 cm dan 25 cm). Parameter yang diamati adalah persentase mata melentis di lapangan, panjang tunas, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan total luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST. Dengan pemberian air kelapa jumlah daun tertinggi adalah 1,4 helai pada konsentrasi 250 ml/ l air. Pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4 MST dengan rataan tertinggi 2,63 cm pada P1 (15 cm) dan terendah pada P3 (25 cm). Juga berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST dengan rataan tertinggi masing-masing 1,3 helai pada P1 untuk 4 MST, 7,95 helai pada P3 untuk 8 MST dan 13,3 helai pada P2 untuk 16 MST.Interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk.

Kata kunci : stum mata tidur karet, air kelapa, panjang akar

(15)

ABSTRACT

DEDI IRAWAN SARI. Response of Growth of stum eye sleep the rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut. Guided by IRSAL and SANGGAM SILITONGA.

Research aim to to know the response of growth of stum eye sleep the rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut, conducted [in Foreland countryside Congratulation, Kec. Sunggal, Deli Serdang at January - April 2011 using random device of factorial group 2 factor that is concentration irrigate the coconut ( 0 cc / l, 250 cc / l, 500 cc / l and 1000 cc) and length grow stum on ( 15 cm, 20 cm and 25 cm). Parameter perceived is percentage of eye melentis in field, long of bydm soriyt, amount of leaf, wet wight of coronet, dry wight of coronet, wet wight grow on the, dry wight grow on and total wide of leaf.

Result of research indicate that the concentration irrigate the coconut have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4 MST. With the giving irrigate the coconut of is amount of highest leaf is 1,4 piece of at concentration 250 ml/ l irrigate the. Amputation grow on to ride to have an effect on the reality to length of bydm soriyt 4 MST by rataan is highest 2,63 cm of at P1 ( 15 cm) and terendah of at P3 ( 25 cm). Also have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4, 8 and 16 MST by rataan is highest each 1,3 piece of at P1 to 4 MST, 7,95 piece of at P3 to 8 MST and 13,3 piece of at P2 to 16 MST.Intraksi have an effect on the reality to parameter of is amount of leaf 4 wet MST wight and of coronet.

Keyword : stum eye sleep the rubber, irrigate the coconut, long grow on

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan

barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban

kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.

Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih

mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya

mahal, akan tetapi karet alam digunakan sebagai bahan baku industri tetapi

diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan tetap stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik (Anwar, 2001).

Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan

teknologi dalam hal pengelolaan perkebunan karet, salah satunya dengan

pengelolaan bahan tanam karet yang memiliki daya produksi tinggi. Bahan tanam

karet yang dianjurkan adalah bahan tanaman klon yang diperbanyak secara

okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon

sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman

(17)

tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat skunder yang diinginkan

seperti relative tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, responsive terhadap

stimulant dan pupuk, serta volume kayu perpohon tinggi (Siagian, 2005).

Kelebihan bibit stum mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah diangkut. Sementara itu yang menjadi permasalahan adalah persentase kematian bibit di lapangan cukup tinggi, hal ini disebabkan perkembangan akar yang tidak optimal dan pertumbuhan tunas yang terhambat (Setiawan dan agus, 2005).

Untuk meningkatkan perkembangan akar dan pertumbuhan tunas maka dibutuhkan suatu bahan yang dapat merangsangnya, salah satunya dengan menggunakan air kelapa. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan(Bey, dkk, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet.

Tujuan Penelitian

(18)

Hipotesis Penelitian

Diduga ada perbedaan respons yang nyata pada pertumbuhan stum mata tidur karet akibat perbedaan panjang akar dan konsentrasi air kelapa muda serta interaksi kedua faktor tersebut.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Stum Mata Tidur Karet

Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar

yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Setiawan dan Agus, 2005).

Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Daniel, dkk, 1995).

(20)

Air Kelapa

Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niakin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pertumbuhan tanaman (http://mindforum.com, 2010).

Didalam air kelapa muda terdapat kandungan beberapa zat diantaranya adalah asam nikotinik 0,64 mg/ l, asam pantotenik 0,52 mg/ l, biotin 0,02 mg/ l, riboflavin 0,01 mg/ l, asam folik 0,003 mg/ l, sedikit thiamin dan pyridoxin, auksin 0,07 mg/ l, 1,3-dipenilurea 5,8 mg/ l,sorbitol 15 mg/ l, m-inositol 0,01 mg/ l, scyllo-inositol 0,05 mg/ l, kalium 312 mg/ 100 g, klor 183 mg/ 100 g, sodium 105 mg/ 100 g, posfor 37 mg/ 100 g, magnesium 30 mg/ 100 g, sulfur 24 mg/ 100 g, tembaga 0,1 mg/ 100 g dan copper 0,04/ 100 g (Yong, dkk, 2009).

(21)

pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).

Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%. Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas. Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.

Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akarnya adalah 12 jam.

Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon juga ditemukan dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).

(22)

Auksin

Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan

dalam persiapan tanaman hortikultura komersial terutama untuk akar (Dewi, 2008).

Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal. Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping.

Selain itu juga dapat memacu perkembangan akar liar pada batang (Salisbury dan Ross, 1995).

(23)

Sitokinin

Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu utama. Meskipun menghambat pemuluran akar primer, sitokinin sangat meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin dari kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).

Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).

(24)

dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).

(25)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 250 m diatas permukaan laut, mulai bulan Januari sampai April 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah stum mata tidur karet (klon: PB 260), air kelapa , polibek ukuran 18 cm x 40 cm, air, top soil dan pupuk kompos .

Alat yang digunakan adalah gelas ukur, ember, meteran, timbangan analitik, oven, Leaf Area Meter, cangkul, gembor dan pisau.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I : Pemotongan akar tunggang yang terdiri dari 3 taraf yaitu : P1 = 15 cm dari leher akar

P2 = 20 cm dari leher akar P3 = 25 cm dari leher akar

Faktor II: Konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 4 taraf yaitu: K0= 0 ml /l air

(26)

Jumlah kombinasi perlakuan 12 yaitu: Jumlah sampel /plot : 3 tanaman Jumlah seluruh sampel : 108 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 180 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + τi + αj + ßk + ( αß ) jk + εijk

i= 1,2,3 j=1,2,3,4 k=1,2,3, Dimana :

Yijk = hasil pengamatan pada blok ke-i,dengan pemotongan akar tunggang pada taraf ke-j dan konsentrasi air kelapa pada taraf ke-k

µ = nilai tengah

τi = efek dari blok ke-i

(27)

ßk = efek dari perlakuan konsentrasi air kelapa taraf ke-k

( αß ) jk = efek interaksi pemotongan akar tunggang taraf ke-j dan konsentrasi air kelapa taraf ke-k pada blok ke-i

εij = efek galat yang disebabkan faktor konsentrasi air kelapa taraf ke-j

dan faktor panjang akar ke-k pada blok ke-i

Jika perlakuan (pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi) nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Parameter yang Diukur

Persentase mata melentis di lapangan (%)

Persentase mata melentis di lapangan dihitung 1-4 MST dengan rumus: Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul

Jumlah tanaman seluruhnya

Tanda mata melentis adalah mata tunas pada okulasi mengalami pembengkakan dan mata tunas tersembul keluar dengan permukaan kulit seperti hendak pecah.

Panjang tunas (cm)

Panjang tunas diukur setiap 4 minggu sekali dimulai dari 4 MST sampai 16 MST. Panjang tunas diukur dari pangkal jendela okulasi sampai titik tumbuh tanaman tersebut.

(28)

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun tunas dihitung setiap 4 minggu sekali dimulai dari 4 MST sampai 16 MST.

Berat basah akar (g)

Pengukuran berat basah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 16 MST pada setiap tanaman yang menjadi sampel. Tanaman dibongkar terlebih dahulu, kemudian dikikis akar-akar halus yang menempel pada akar utama ( akar tunggang) dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar tersebut menggunakan air. Setelah itu dikeringanginkan dan ditimbang.

Berat kering akar (g)

Pengukuran berat kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 16 MST pada setiap tanaman yang menjadi sampel. Tanaman dibongkar terlebih dahulu, kemudian dikikis akar-akar halus yang menempel pada akar utama ( akar tunggang) dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar tersebut menggunakan air. Setelah itu dikering anginkan dan dimasukkan ke dalam amplop kertas. Berat kering akar didapat setelah pengovenan selama dua hari atau 48 jam dengan suhu 600C.

Berat basah tajuk (g)

(29)

Berat kering tajuk (g)

Pengukuran berat kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 16 MST pada tiap sampel tanaman. Tajuk dipotong sampai pertautan okulasi kemudian dimasukkan ke dalam amplop kertas. Berat kering tajuk didapat setelah pengovenan selama dua hari atau 48 jam dengan suhu 600C.

Total luas daun (cm2)

(30)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan lahan

Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 15,8 m x 5 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan ukuran plot 1 m x 1 m dan jarak antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah utara-selatan.

Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dan kompos

dengan perbandingan 2:1 yang diisi ke dalam polibek dengan ukuran 18 cm x 40 cm.

Pemilihan stum

(31)

Pemotongan akar tunggang stum mata tidur karet

Stum mata tidur yang telah dipilih kemudian dipotong akar tunggangnya dengan menggunakan pisau tajam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu P1 15 cm, P2 20 cm dan P3 25 cm.

Perendaman stum dengan air kelapa muda

Air kelapa yang digunakan dalam perendaman stum adalah air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda yang dilarutkan dengan 1 liter air. Stum okulasi mata tidur pada bagian akarnya direndam dengan larutan air kelapa sesuai dengan perlakuan masing- masing selama 12 jam, lalu dikering anginkan selama ± 3 jam.

Penanaman Stum

Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat lubang pada bagian tengah polibek menggunakan tugal. Selanjutnya stum mata tidur ditanam dengan mata okulasi menghadap Utara-Selatan agar mata okulasi mendapat sinar matahari pagi dan sore secara maksimal dan mata yang baru melentis akan terhindar dari siang yang terik. Penanaman dilakukan secara padat sehingga terhindar dari rongga-rongga udara. Selesai penanaman dilakukan penyiraman untuk menjamin pemadatan tanahnya.

Pemeliharaan tanaman Penyiraman

(32)

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sekali seminggu.

Penunasan

Penunasan dilakukan terhadap tunas-tunas liar yang tumbuh pada batang bawah (bukan tunas okulasi) dilaksanakan dengan menggunakan pisau. Penyiangan dilakukan apabila telah tumbuh tunas liar pada stum. Tujuannya untuk mempercepat tumbuhnya tunas okulasi.

Pemupukan

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas 4 MST, jumlah daun 4,8 dan 16 MST dan tidak nyata terhadap parameter persentase mata melentis dilapangan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan total luas daun. konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan tidak nyata terhadap parameter persentase mata melentis dilapangan, panjang tunas, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, berat kering akar dan total luas daun. Interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas 4 MST, jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk tetapi tidak nyata terhadap parameter persentase mata melentis dilapangan, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan total luas daun.

Persentase Mata Melentis di Lapangan

Dari tabel 1 sidik ragam persentase mata melentis di lapangan setelah di transformasi ke arc.sin x yang di karenakan penyebaran data diluar 30 – 70 % dengan n < 50 (Bangun, 1991), diketahui bahwa konsentrasi air kelapa, panjang akar maupun interaksi antara panjang akar dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata melentis di lapangan.

(34)

Tabel 1. Rataan persentase mata melentis dilapangan pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa pada 1, 2, 3 dan 4 MST.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

(35)

56,74 % , pada perlakuan panjang akar rataan tertinggi pada perlakuan P2 (20 cm) yakni sebesar 65,76 % dan terendah pada P3 (25 cm) yakni sebesar 52,98 %. Panjang Tunas

Dari tabel 2 sidik ragam panjang tunas setelah di transformasi ke akar kuadrat yang dikarenakan terdapat angka nol dalam data perhitungan (Bangun, 1991), diketahui bahwa pemotongan akar tunggang dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpangaruh nyata pada panang tunas 4 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas.

(36)

Tabel 2. Rataan panjang tunas pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa pada 4, 8, 12 dan 16 MST.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata

pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

(37)

P1 (15 cm) yakni sebesar 2.63 cm dan terendah pada P3 (25 cm) yakni sebesar 1.53 cm.

Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa pada parameter panjang tunas 4 MST.

Gambar 1. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa dengan berbagai taraf terhadap panjang tunas 4 MST.

Jumlah Daun

Dari tabel 3 sidik ragam jumlah daun setelah di transformasi ke akar kuadrat yang dikarenakan terdapat angka nol dalam data perhitungan (Bangun, 1991), diketahui bahwa konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa berpangaruh nyata pada jumlah daun 4 MST. Sedangkan pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4, 8 dan 16 MST.

(38)

Tabel 3. Rataan jumlah daun pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa pada 4, 8, 12 dan 16 MST.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata

pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

(39)

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dengan rataan tertinggi pada perlakuan P2 (20 cm) yakni sebesar 13.30 helai dan terendah pada P1 (15 cm) yakni sebesar 11.03 helai.

Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa pada parameter jumlah daun 4 MST.

Gambar 2. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa dengan berbagai taraf terhadap jumlah daun 4 MST.

Bobot Basah Akar

Dari tabel 4 sidik ragam bobot basah akar diketahui bahwa pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

(40)

Tabel 4. Rataan bobot basah akar pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa bobot basah akar tertinggi pada perlakuan K1 (250 cc/l) yaitu 8,27 gr dan pada panjang akar P2 (20 cm) yaitu 7,53 gr. Bobot Kering Akar

Dari tabel 5 sidik ragam bobot kering akar diketahui bahwa pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot kering akar pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

(41)

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa bobot kering akar tertinggi pada perlakuan K1 (250 cc/l) yaitu 2,00 gr dan pada panjang akar P2 (20 cm) yaitu 1,94 gr.

Bobot Basah Tajuk

Dari tabel 6 sidik ragam bobot basah tajuk diketahui bahwa pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata sedangkan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata

pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

(42)

Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa pada parameter bobot basah tajuk.

Gambar 5. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa pada bobot basah tajuk.

Bobot Kering Tajuk

Dari tabel 7 sidik ragam bobot kering tajuk diketahui bahwa pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

(43)

Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi Pemotongan akar tunggang Rataan

P1 P2 P3

K0 5,31 7,67 8,26 7,08

K1 6,59 6,95 4,22 5,92

K2 5,01 4,73 6,57 5,44

K3 5,74 6,32 5,98 6,01

Rataan 5,66 6,42 6,26

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan K0 (100 persen air) yaitu 7,08 gr dan pada panjang akar P2 (20 cm) yaitu 6,42 gr.

Total Luas Daun

Dari tabel 8 sidik ragam bobot kering tajuk diketahui bahwa pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

(44)

Tabel 8. Rataan total luas daun pada perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi Pemotongan Akar Tunggang Rataan

P1 P2 P3

K0 465,14 739,8 893,02 699,32

K1 633,80 679,2 413,49 575,50

K2

468,61 482,4 586,43 512,48

K3 561,81 632,82 604,67 599,77

Rataan 532,34 633,55 624,40

(45)

Pembahasan

Pengaruh pemotongan akar tunggang terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

Terjadinya perbedaan atau tidak seragamnya waktu melentis stum mata tidur di lapangan diduga akibat tercampurnya mata daun dan mata sisik dalam pelaksanaan okulasi. Penggunaan mata daun dalam okulasi lebih cepat tumbuh dibanding menggunakan mata sisik. Hal ini sesuai literatur (Siagian, 2005) yang menyatakan bahwa pertumbuhan mata okulasi yang berasal dari mata sisik nyata lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan okulasi yang berasl dari mata daun. Jika dalam pelaksanaan okulasi terjadi percampuran maka pertumbuhan tunas okulasi pada satu kelompok akan beragam.

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan panjang akar berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas 4 MST. Dengan pemotongan akar tunggang, maka perkembangan akar akan lebih banyak tumbuh kea rah samping dari akar utama. Biasanya berupa serabut-serabut akar yang disebut juga sebagai akar lateral. Dengan demikian luasan bidang penyerapan dan kontak perakaran dengan media semakin meningkat. Oleh sebab itu, penyerapan air dan garam mineral dapat berlangsung secara optimal sehingga dapat memberikan suplai makanan yang cukup untuk prtumbuhan tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (1993) yang menyatakan bahwa untuk memperluas permukaan kontaknya, akar juga membentuk bulu-bulu akar. Bulu akar merupakan penonjolan dari sel-sel epidermis akar.

(46)

perkembangan yang hampir sama meskipun pada awalnya terdapat perbedaan pekembangan pada awal pertumbuhan dengan perlakuan panjang akar yang berbeda, ini dikarenakan adanya pembatasan wadah dan media tumbuh yang sama ukuran dan volumenya. Hal ini sesuai literatur (Lakitan 1993) yang menyatakan bahwa sitem perakaran lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang bersangkutan, tetapi telah pula dibuktikan bahwa sistem perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi olehkondisi tanah atau media tumbuh tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan panjang akar berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST. Pemotongan akar tunggang merangsang pembentukan akar-akar lateral atau serabut-serabut akar dalam jumlah banyak. Jumlah akar yang banyak dapat menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Dengan meningkatnya sitokinin dapat menyebabkan tunas tumbuh secara optimal dan membentuk cabang dalam jumlah banyak sebagai tempat duduk daun. Hal ini sesuai literature Dewi (2008) yang menyatakan interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak.

Pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

(47)

kelapa yang diberikan masih kecil, belum tercapainya angka yang optimum. Selain kaet merupakan tanaman tahunan, terdapatnya cairan lateks pada karet juga merupakan faktor dari terhmbatnya fungsi kerja hormon. Disamping itu, pada saat mata tunas dorman hingga melentis perkembangan akar juga belum optimal.

Terjadinya perbedaan atau tidak seragamnya waktu melentis stum mata tidur di lapangan diduga akibat tercampurnya mata daun dan mata sisik dalam pelaksanaan okulasi. Penggunaan mata daun dalam okulasi lebih cepat tumbuh dibanding menggunakan mata sisik. Hal ini sesuai literatur (Siagian, 2005) yang menyatakan bahwa pertumbuhan mata okulasi yang berasal dari mata sisik nyata lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan okulasi yang berasl dari mata daun. Jika dalam pelaksanaan okulasi terjadi percampuran maka pertumbuhan tunas okulasi pada satu kelompok akan beragam.

(48)

Pemberian air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh belum menunjukkan pengaruh yang nyata pada umur tanaman 16 MST. Konsentrasi yang belum optimum dan terdapatnya cairan lateks dalam tubuh tanaman karet menjadi penghambat masuknya hormon pertumbuhan tersebut ke dalam tubuh tanaman. Seiring berjalannya pemeliharaan, hormon yang belum terserap atau masuk ke dalam tubuh tanaman hilang akibat tercuci oleh adanya penyiraman, hujan atau menguap akibat panas matahari.

Keberadaan auksin sebagai hormon yang berfungsi memacu perkembangan akar dan sitokinin yang memacu pertumbuhan tunas tentu akan menjadi suatu kombinasi hormon yang tepat dalam hal meningkatkan pertumbuhan stum mata tidur karet. Namun demikian, kelebihan salah satu hormon diantara keduanya justru malah berpengaruh sebaliknya, dengan kata lain dapat menghambat pertumbuhan dan hormon tersebut tidak akan berpengaruh bila hanya terdapat satu hormon saja diantara kedua hormon tersebut. Dengan adanya keseimbangan diantara dua hormon pertumbuhan tersebut maka sel akan lebih aktif membelah yang nantinya akan mampu menstimulasi pertumbuhan. Menurut (wilkins, 1992) keseimbangan hormon, dapat mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.

(49)

hormon sitokoinin tidak dapat berperan optimal tanpa adanya dukungan dan ketersdiaan daripada hormon auksin. Dengan kata lain peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin menurut (Werner, dkk., 2001).

Pemberian air kelapa meningkatkan kandungan sitokinin dalam tubuh tanaman, sehingga pertumbuhan tunas meningkat dan jumlah cabang bertambah banyak. Hal ini sesuai literatur (Dewi, 1998) yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi sitokinin akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah banyak. Pembentukan cabang dalam jumlah banyak menghasilkan daun dalm jumlah banyak pula. Pada umumnya daun yang muncul dalam jumlah banyak memilki luasan daun yang kecil.

Pengaruh interaksi antara pemberian air kelapa dan pemotongan akar

tunggang terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

(50)

sitokinin yang dapat merangsang pembelahan sel menuju pembentukan tunas dan memacu perkembangan kloroflas dan sintesis klorofil dalam hal pembentukan daun. Hal ini sesuai dengan literatur (Salisbury dan Ross, 1995) sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil.

Dengan terpacunya pembentukan akar maka sistem perakaran akan lebih baik dengan kondisi serabut akar yang cukup banyak dan daerah perakaran yang cukup luas karena perkembangan akar yang optimal maka penyerapan hara dalam hal pemenuhan kebutuhan metabolisme juga dapat dimaksimalkan, akibatnya pertumbuhan tunas juga akan lebih optimal. Hal ini karena perlakuan pemberian air kelapa yang didalamnya terdapat unsur K yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman, ini sesuai literatur (Hendaryono dan Wijayani, 1994) yang mengatakan bahwa air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan hara.

(51)
(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST. Dengan pemberian air kelapa jumlah daun tertinggi adalah 1,4 helai pada konsentrasi 250 ml/ l air sedangkan tanpa air kelapa 1,18 helai. . 2. Pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4

MST dengan rataan tertinggi 2,63 cm pada P1 (15 cm) dan terendah pada P3 (25 cm). Juga berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST dengan rataan tertinggi masing-masing 1,3 helai pada P1 untuk 4 MST, 7,95 helai pada P3 untuk 8 MST dan 13,3 helai pada P2 untuk 16 MST.

3. Interaksi hanya berpengaruh nyata terhadap parameterpanjang tunas 4 MST, jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk.

Saran

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknologi budidaya Karet. Dikutip dari www.ipard.com. Diakses Tanggal 25 Januari 2009.

Bangun, MK., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Bey, Y, Wan Syafii dan Sutrisna, 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Bulan. Universitas Riau. Riau. Daniel, T.W., John, A.H dan Frederick, S.B., 1995. Prinsip-prinsip Silvikultur.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Dewi, R. I. 2008. Peran Dan Fungsi Fitohormon Bagi Tanaman. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatip. Kanisius. Yogyakarta.

Anggrek. Diakses Tanggal 30 September 2010.

Lakitan, B., 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Majeed, M. 2003. Coconut Water And It’s the method Of Preparation. European Patent.

Maryoni, K. 2005. Pertumbuhan Stek Tujuh Ruas Panili Dengan Pemberian Beberapa Dosis Vermikompos Dan Konsentrasi Air Kelapa. Dikutip dari http://www.bdpunib.

Salisbury, F.B. dan Ross, W.C., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilit Tiga. Penerjemah. Lukman, D. R. Dan Sumaryono. Penerbit ITB: Bandung.

Siagian, N, 2005. Klon-Klon Anjuran Tanaman Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih. Tanjung Morawa.

Setiawan, H dan Agus, A., 2005. Petunjuk lengkap Budidaya Karet. PT Agromedia Pustaka, jakarta.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

(54)

Wilkins, M.B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan Kartasapoetra A.G. penerbit Bumi Aksara: Jakarta.

Werner, T., Motyka, V., Strnad, M. and Schmulling, T. 2001. Regulation of plant growth by cytokinin. USA.

Gambar

Tabel 1. Rataan persentase mata melentis dilapangan pada perlakuan
Tabel 2. Rataan panjang tunas pada perlakuan pemotongan akar tunggang
Gambar 1. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air
Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jenis mikroskop yang paling umum dan yang pertama diciptakan adalah mikroskop optis.Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri atas satu atau lebih lensa yang mampu

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada warga yang pernah atau sedang menderita Tuberkulosis Paru di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah termasuk dalam kategori

This pa- per presents an alternative analysis of 6-nitro-1’,3’,3’-trimethylspiro[2H- 1-benzopyran-2, 2’] (6-Nitro BIPS) behavior due to the impact of solvent polarity, durations

B. Pada tahap pertama skenario ini, dilakukan penyerangan serta proses alisis jenis serangan. Langkah awal yang dilakukan adalah menguji apakan Victim Server

Bank QNB Indonesia Tbk adalah model Altman Z-Score dengan tingkat akurasi sebesar 59,38 % sedangkan model Springate hanya memiliki 50 % tingkat akurasi dalam melakukan

Sikap masyarakat terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah di desa Pattongko menunjukkan bahwa gerakan dakwah Muhammadiyah melalui kajian, ceramah, khutbah, pembangunan

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa pada Jurnal Islamia tahun 2004-2018 ada sebanyak 15 jurnal dari 21 jurnal yang digunakan dalam penelitian adalah merupakan

Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan