• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88 dengan Metode ASTM D-323 di PT Pertamina Refinery Unit II Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88 dengan Metode ASTM D-323 di PT Pertamina Refinery Unit II Dumai"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN TEKANAN UAP REID (RVP) PADA BENSIN 88

DENGAN METODE ASTM D-323 DI PT PERTAMINA

REFINERY UNIT II DUMAI

TUGAS AKHIR

ACHMAD JULIANDA R 112401077

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN TEKANAN UAP REID (RVP) PADA BENSIN 88

DENGAN METODE ASTM D-323 DI PT PERTAMINA

REFINERY UNIT II DUMAI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

ACHMAD JULIANDA R 112401077

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Tekanan Uap Reid (RVP) Pada Bensin 88 Dengan Metode ASTM D-323 Di PT PERTAMINA REFINERY UNIT II Dumai

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Achmad Julianda R

Nomor Induk Mahasiswa : 112401077

Program Studi : Diploma (D3) Kimia

Departement : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP : 195408301985032001

Pembimbing,

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN TEKANAN UAP REID (RVP) PADA BENSIN 88 DENGAN METODE ASTM D-323 DI PT PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan judul “Penentuan Tekanan Uap Reid (RVP) Pada Bensin 88 dengan Metode ASTM D-323 di PT PERTAMINA REFINERY UNIT II Dumai”.

Karya ilmiah ini merupakan hasil kerja praktik di laboratory PT PERTAMINA RU II Dumai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademi mahasiswa/i untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma 3 untuk program studi Kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Romli Hasan dan Ibu Listriani. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan karya ilmiah ini, ibu Dr. Rumondang Bulan M.S selaku Ketua Departemen Kimia, ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D3-Kimia, Dekan dan Pembantu Dekan, seluruh staff dan pegawai serta seluruh dosen kimia FMIPA USU. Terimakasih juga penulis ucapakan kepada kedua adik penulis Wahyu dan Yola , kepada Windri, Reski, Aisyah, Fina, Aziz P, Azis T, Adit serta untuk seluruh teman seperjuangan D3 Kimia, seluruh anggota IMAKIN dan adik-adik D3 kimia yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun agar dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan atas kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Medan, Juni 2014

(6)

PENENTUAN TEKANAN UAP REID (RVP) PADA BENSIN 88 DENGAN METODE ASTM D-323 DI PT PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI

ABSTRAK

(7)

REID VAPOR PRESSURE DETERMINATION (RVP) ON USING GASOLINE 88 ASTM D-323 DI PT Pertamina REFINERY UNIT II

DUMAI

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran x

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Minyak Bumi 4

2.1.1 Asal Mula Minyak Bumi 4 2.1.2 Komposisi Minyak Bumi 6 2.1.2.1 Senyawa Hidrokarbon 7 2.1.2.2 Senyawa Bukan Hidrokarbon 9 2.1.3 Proses Pengolahan Minyak Bumi 12

2.1.3.1 Pengolahan Secara Umum 12 2.1.4 Jenis-jenis Minyak Bumi 13 2.1.5 Sifat Fisik Minyak Bumi 15

2.2 Bensin/Mogas 18

2.2.1 Motor Gassoline (Mogas) atau Bensin 18 2.2.2 Proses Pembuatan Bensin 20 2.2.3 Tekanan Uap Reid (RVP) 22

BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat 25

3.2 Bahan 25

3.3 Prosedur Penelitian 25

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Percobaan 28

(9)

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1 Data Hasil Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) Pada Bensin 88

28 4.2 Data Rerata Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) Pada

Bensin 88

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lamp

Judul Halaman

1 Spesifikasi Bahan Bakar Bensin 88 34

(12)

PENENTUAN TEKANAN UAP REID (RVP) PADA BENSIN 88 DENGAN METODE ASTM D-323 DI PT PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI

ABSTRAK

(13)

REID VAPOR PRESSURE DETERMINATION (RVP) ON USING GASOLINE 88 ASTM D-323 DI PT Pertamina REFINERY UNIT II

DUMAI

ABSTRACT

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi adalah suatu campuran yang sangat kompleks yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon yaitu senyawa-senyawa organik dimana setiap molekulnya hanya mempunyai unsur karbon dan hidrogen saja. Baik senyawa hidrokarbon maupun bukan senyawa hidrokarbon keduanya akan berpengaruh dalam menentukan cara-cara pengolahan yang dilakukan dalam kilang.

Maka dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, kebutuhan akan bahan bakar minyak bumi semakin banyak karena lebih ekonomis, tersedia dalam jumlah banyak, mudah dibawa dan bersih. Misalnya untuk bahan bakar motor gasoline seperti premiun, sangatlah besar kebutuhannya, padahal unit kilang sangatlah terbatas keberadaannya sehinggga diperlukan suatu proses lanjutan yang disebut proses konversi, blending dan proses lain yang dapat menunjang kebutuhan ini. Hasil dari primary proses maupun secondary proses, pada prinsipnya masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dan pengujian pada sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang mungkin belum dapat memenuhi persyaratan pasaran.

(15)

dilakukan dengan cepat, mudah dibuat duplikat oleh tenisi laboraturium biasa dan hasil ujinya dapat diinterpretasikan sebagai fungsi kinerja produk selama penggunaan. Disamping itu uji rutin juga dikerjakan dalam laboraturium kilang dan dimaksudkan agar hasil-hasilnya dapat digunakan untuk mengendalikan alat atau unit-unit dalam operasi kilang.

Karena sangat banyaknya uji, maka hanya beberapa macam uji yang sering dijumpai, maka dalam karya ilmiah ini uji yang akan dibahas mengenai uji tekanan uap reid terhadap motor gasoline seperti bensin yang berdasarkan sifat penguapannya.

(16)

1.2Permasalahan

Menurut ketentuan Dir.Jen.Migas, tekanan uap reid pada minyak bensin 88 yang ditentukan adalah maksimal 69 KPa. Jika hasil analisa tekanan uap reid pada minyak bensin 88 di PT PERTAMINA RU II Dumai melewati batas maksimal yang ditentukan, maka minyak bensin 88 akan menimbulkan masalah pada mesin.

Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah hasilnya sudah memenuhi spesifikasi dari Dir.Jen.Migas.

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah Tekanan Uap Reid (RVP) pada produk bahan bakar bensin 88 yang diproduksi oleh PT PERTAMINA RU II Dumai telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh Dir.Jen.Migas

2. Untuk mengetahui kegunaan dari penentuan Tekanan Uap Reid (RVP)

1.4 Manfaat

1. Dapat memberikan informasi apakah produk bahan bakar bensin 88 yang diproduksi oleh PT PERTAMINA RU II Dumai telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan oleh Dir.Jen.Migas

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Bumi

2.1.1 Teori Pembentukan Minyak Bumi

Menururt teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang engler dan teori tumbuh-tunbuhan (Hofer,1966), senyawa-senyawa organik penyusun minyak bumi merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta tahun. Oleh karena itu, minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil, selain batubara dan gas alam.

(18)

akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam tanah. (Nugroho,A.2006)

Minyak bumi berasal dari pormasi batuan yang berumur antara sepuluh juta sampai empat ratus juta tahun dan sekarang ini telah terbukti bahwa pembentukan minyak bumi berkaitan dengan pengembangan batuan sedimen berbutir halus, yang mengendap dilaut atau didekat laut dan bahwa minyak bumi adalah produk dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun demikian mengenai asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan diantaranya ada yang menganggap bahwa minyak bumi berasal dari bahan anorganik.

Pada tahun 1866, Berthelot mengajukan teori bahwa minyak bumi berasal dari reaksi antara karbid dengan air yang menghasilkan asitilen, yang selanjutnya karena suhu dan tekanan yang tinggi asitilen berubah menjadi minyak bumi.

Teori organik mengenai terjadinya minyak bumi diajukan oleh Engler pada tahun 1911 yang mengatakan bahwa minyak bumi terjadi dari bahan organik melalui tiga tahap. Tahan pertama, deposit binatang dan tumbuh-tumbuhan berkumpul pada dasar laut, yang selanjutnya yang akan terurai oleh bakteri. Karbohidrat dan protein yang diubah menjadi bahan yang dapat larut dalam air

atau menjadi gas, akan terbawah oleh aliran air atau udara. (Hardjuno,A.2001)

(19)

bermotor, pesawat terbang dan kereta api. Tumbuhan dan hewan juga menghasilkan minyak pelumas yang dibutuhkan untuk alat-alat mesin industri. (William,H,B.1995)

Minyak bumi bukan merupakan bahan yang seragam, melainkan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, bergantung pada lokasi lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.

Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokan kedalam senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon diklasifikasikan atas naftanik, farafinik dan aromatik sedangkan senyawa campuran antara unsur karbon, hidrogen, haloginida dan logam, dikelompokan dalam senyawa non hidrokarbon. (Jasji,E.1996)

2.1.2 Komposisi Minyak Bumi

Minyak bumi adalah suatu campuran yang sangat kompleks yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa-senyawa organik dimana setiap molekulnya hanya mempunyai unsur karbon dan hidrogen saja. Disamping itu dalam minyak bumi juga terdapat unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen dan logam-logam khususnya vanadium, nikel, besi dan tembaga yang terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit.

(20)

2.1.2.1 Senyawa Hidrokarbon

Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat banyak jumlahnya namun senyawa tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan senyawa hidrokarbon yaitu senyawa hidrokarbon parafin, naftan dan aromat. Disamping senyawa-senyawa tersebut, dalam produk minyak bumi juga terdapat hidrokarbon monoolefin dan diolefin, yang terjadi karena rengkahan dalam proses pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya pada destilasi minyak mentah dan proses rengkahan.

a. Senyawa Hidrokarbon Parafin

Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n+2. Senyawa ini mempunyai sifat-sifat kimia stabil dimana pada suhu biasa tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat dan asam sulfat berasap.

(21)

b. Senyawa Hidrokarbon Naftena

Senyawa hidrokarbon naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus umum CnH2n. Senyawa hidrokarbon naftena yang terdapat dalam minyak bumi adalah siklopentana dan sikloheksana yang terdapat dalam fraksi naftena dan fraksi minyak bumi dengan titik didih lebih tinggi. Walaupun jumlah atom karbon dalam cicin naften dapat mempunyai harga 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 namun umumnya dianggap bahwa senyawa naftena dalam fraksi minyak bumi hanyalah senyawa naftena yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6 atom karbon, karena memang senyawa naftena inilah yang dapat diisolasi dari fraksi minyak bumi.

c. Senyawa Hidrokarbon Aromat

Senyawa hidrokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 sehingga senyawa ini mempuunyai sifat kimia yang sangat reaktif. Senyawa ini muda dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi substitusi atau reaksi adisi tergantung kepada kondisi reaksi. Hanya sedikit sekali minyak mintah yang mengandung senyawa aroomat dengan titik didih rendah.

Disamping senyawa hidrokarbon aromat seperti benzena, dalam minyak mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon poliaromat seperti naftalena dan antrasen, terutama dalam fraksi beratnya.

d. Senyawa Hidrokarbon Monoolefin

(22)

mengandung senyawa monoolefin. Senyawa hidrokarbon akan mulai mengalami rengkahan apabila dipanaskan pada suhu sekitar 680oF. karena mempunyai ikatan rangkap maka senyawa monoolefin adalah reaktif sehingga banyak digunakan sebagai bahan dasar utama dalam industri petrokimia, seperti etilena (C2H4) dan propilena (C3H6).

e. Senyawa Hidrokarbon Diolefin

Senyawa hidrokarbon diolefin mempunyai rumus umum CnH2n-2 dan merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap dua. Seperti halnya dengan monoolefin, senyawa ini tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi terbentuk dalam proses rengkahan. Senyawa diolefin tidak stabil, sangat reaktif dan cenderung akan berpolimerisasi dan membentuk damar.

2.1.2.2 Senyawa Bukan Hidrokarbon

Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya adalah senyawa organik yang mengandung atom unsur belerang, oksigen, nitrogen dan logam-logam. Lazimnya senyawa ini dianggap sebagai senyawa pengotor karena pengaruhnya yang tidak baik selama proses pengolahan minyak bumi dalam kilang minyak seperti korosi dan peracunan katalis ataupun pengaruhnya yang buruk terhadap mutu produk. Karena pengotor ini tidak larut dalam minyak bumi atau produknya, maka pengotor ini disebut pengotor oleofilik. Di samping itu, air dengan garam-garam yang terlarut di dalamnya terdapat dalam keadaan terdispersi dan tidak larut dalam fase minyak disebut dengan pengotor oleofobik.

a. Senyawa Belerang

(23)

larut dalam minyak bumi. Kadar belerang dalam minyak mentah berkisar dari 0,04 sampai 6 %. Senyawa belerang yang umum terdapat dalam minyak bumi dan produk-produknya.

Adanya senyawa belerang dalam minyak bumi dan produknya perlu mendapat perhatian karena senyawa ini dapat menimbulkan pencemaran, korosi, menurunkan angka oktan.

b. Senyawa Oksigen

Kadar oksigen dalam minyak bumi berpariasi dari sekitar 0,1 sampai 2% berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena kontak yang lama dengan udara juga dapat menaikan kadar oksigen dalam minyak bumi.

Dalam minyak bumi, oksigen terutama terdapat sebagai asam organik yang terdistribusi dalam fraksi dengan konsentrasi yang tertinggi pada fraksi minyak gas. Asam organik tersebut terutama terdapat sebagai asam naftenat dan sebagian kecil sebagai asam alifatik. Disamping itu dalam destilat rengkahan bisa terdapat fenol dan kresol. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan mempunyai bau yang tidak enak.

c. Senyawa Nitrogen

(24)

Senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi senyawa nitrogen basa, yaitu piridin atau turunan piridin seperti kinolin dan iso kinolin dan senyawa nitrogen bukan basa yaitu senyawa pirool dan turunanya, seperti indol dan karbasol.

Adapun kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh adanya senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya ialah :

1. Menurunkan aktivitas katalis yang digunakan dalam proses rengkahan, reforming, polimerisasi, isomerisasi.

2. Kerosin yang jernih seperti air pada waktu destilasi, warnanya akan berubah menjadi kemerahan apabila terkena sinar matahari.

3. Nitrogen dalam bensin juga akan mempercepat pembentukan damar dalam karburator.

4. Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar pada penyimpanan. d. Senyawa Logam

(25)

terdapat di pusatnya sedangkan logam garam anorganik yang dapat larut dalam air, seperti garam klorid dan sulfat dari logam natrium, kalium, magnesium dan kalsium terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan terdispersi. Dalam destilasi minyak mentah senyawa logam cenderung akan berkumpul dalam fraksi residu. (Hardjono,A.2001)

2.1.3 Proses Pengolahan Minyak Bumi

Karena sifat-sifat minyak mentah sangat berpariasi dan jenis produk yang dapat dihasilkan juga dapat sangat banyak, maka istilah kilang minyak tidaklah memberikan gambaran yang jelas mengenai operasi-operasi apa saja yang dilakukan oleh sesuatu kilang. Suatu operasi yang tentu dioperasi di dalam semua kilang adalah destilasi yang memisahkan minyak bumi kedalam fraksi-fraksinya bersdasarkan daerah didihnya. Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya, dapat sederhana atau kompleks, tergantung pada produk-produk yang akan dibuat. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa tidak ada dua buah kilang minyak yang mempunyai sekema proses pengolahan yang sama.

2.1.3.1 Pengolahan Secara Umum

(26)

Sebaliknya, adanya aromat dalam fraksi bensin dalam minyak mentah, menyebabkan mutu bensin langsung baik.

Pada umumnya, tidak ada fraksi-fraksi atau gabungan fraksi-fraksi yang diperoleh dari pemisahan minyak mentah yang begitu saja digunakan sebagai produk minyak bumi. Masing-masing biasanya masih harus mengalami perlakuan (treating) lebih lanjut yang berbeda-beda tergantung kepada kotoran-kotoran yang ada dalam fraksi dan sifat-sifat yang diinginkan dalam produk jadi. Perlakuan yang paling sederhana terhadap fraksi ialah pencucian soda untuk menghilangkan senyawa belerang. Sedangkan serangkaian perlakuan yang kompleks adalah perlakuan pelarut(solvent treating), pengawamalaman dengan pelarut (solvent dewaxing), perlakuan lempung (clay treating) dan perlakuan hidro (hydrotreating) serta pencampuran (blending) untuk menghasilkan misalnya minyak pelumas. (Hardjono,A.2001)

2.1.4 Jenis-jenis Minyak Bumi

(27)

a. LPG

LPG adalah gas minyak bumimyang dicairkan pada suhu biasa dan tekanan sedang, sehingga LPG dapat disimpan dan diangkut dalam bentuk cair dalam bejana dalam suatu tekanan.

b. Bensin Motor

Bensin motor adalah campuran kompleks yang terutama terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon, yang mempunyai daerah didih sekitar 40-180oC dan digunakan sebagai bahan bakar mesin motor bakar.

c. Bensin Penerbangan

Bensin penerbangan adalah campuran senyawa hidrokarbon yang mempunyai daerah didih sekitar 35-170 oC dan digunakan sebagai bahan bakar mesin pesawat terbang.

d. Kerosin

Kerosin ialah fraksi-fraksi minyak bumi yang mempunyai dearah didih sekitar 150-300 oC.penggunaan utama kerosin ialah sebagai bahan bakar lampu penerangan. Disamping itu kerosin juga digunakan sebagai bahan bakar kompor dalam rumah tangga.

e. Bahan Bakar Diesel

Bahan bakar diesel adalah fraksi minyak bumi yang mendidih sekitar 175-370 o

(28)

f. Minyak Bakar

Minyak bakar adalah bahan bakar minyak yang dibakar untuk menghasilkan panas. Minyak bakar dapat berupa distilat, residu atau campuran diantara keduanya.

g. Minyak Pelumas

Minyak pelumas terdapat dalam bagian minyak mentah yang mempunyai daerah didih yang paling tinggi, yaitu sekitar 400 oC keatas. Fraksi minyak pelumas dipisahkan dari residu hasil distilasi minyak mentah dengan dengan distilasi hampa.

h. Malam Minyak Bumi

Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam malam minyak bumi mempunyai atom karbon dari 20-75 buah dan mempunyai titik lebur kira-kira 45-100 oC. malam yang melebur pada suhu sekitar 65oC atau lebih rendah, hampir seluruhnya terdiri dari senyawa hidrokarbon parafin normal.

i. Aspal

Aspal adalah bitumen setengah padat berwarna hitam yang berasal dari minyak bumi. (Hardjono,A.2001)

2.1.5 Sifat Fisik Minyak Bumi

(29)

Minyak bumi cair dapat berubah menjadi padat melalui penguapan. Fraksi-fraksi ringan akan membentuk gas dan uap, sedangkan fraksi-fraksi berat akan membentuk padatan. Titik didih fraksi-fraksi tersebut dapat berbeda-beda, tergantung oleh banayak dan jenis homolog-homolog penyusun raksi tersebut. Fraksi-fraksi dengan homolog yang sama, titik didihnya ditentukan oleh berat molekul senyawa penyusunnya.

Menurut Doerffer (1992), karakteristik fisik kimia minyak bumi adalah sebagai berikut:

a. Viskositas

Viskositas atau kekentalan didefinisikan sebagai ketahanan fluida terhadap aliran. Pada umumnya dinyatakan dalam ukuran waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan memlalui tabung dengan ukuran tertentu. Jika nilai viskositas rendah, maka fluida semakin mudah mengalir. Sebaliknya, jika nilai viskositas tinggi, maka fluida semakin sulit mengalir. Nilai vikositas minyak bumi bergantung pada kandungan fraksi ringan dalam temperatur di sekitarnya.

b. Daya larut dalam air

(30)

c. Gravitasi spesifik (GS)

GS minyak bumi menyatakan densitas minyak bumi tersebut dan seringkali dinyatakan dalam bentuk gravitasi API (American Petroleum Institute). Gravitasi API adalah rasio berat minyak bumi terhadap berat akuades pada volume yang sama pada 16oC dan tekanan 1 atm. Semua minyak bumi memiliki densitas lebih kecil daripada air, kecuali beberapa minyak berat dan residu. Jadi umumnya minyak bumi mempunyai nilai GA<1 atau nilai ºAPI >10. Minyak bumi dengan GS rendah memiliki nilai ºAPI yang tinggi, viskositas rendah, daya adhesi rendah dan kecenderungan emulsifikasi tinggi, sedangkan minyak bumi dengan GS tinggi memiliki nilai 0API rendah, viskositas tinggi, daya adhesi tinggi dan kecenderungan emilsifikasi rendah. d. Tegangan permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya tarik menarik antara permukaan molekul dari suatu fluida. Gaya ini menunjukkan laju penyebaran fluida di atas permukaan air atau tanah. Minyak bumi dengan GS rendah biasanya memiliki potensial laju penyebaran setelah terjadinya tumpahan minyak bumi di laut.

Selain sifat fisik kimia tersebut diatas, masih ada beberapa sifat penting minyak bumi serta turunannya yang perlu diketahui, yaitu :

a. Nilai Pembakaran

(31)

b. Berat atau Bobot Jenis

Bobot jenis suatu cairan adalah kerepatan cairan tersebut dibagi dengan kerapatan air pada 60oF (15,6oC). Bobot jenis minyak bumi dan produk turunannya biasanya dinyatakan dalam satuan oBe atau oAPI.

c. Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala dari suatu cairan bahan bakar semacam minyak bumi adalah temperatur minimum fluida pada waktu uap yang keluar dari permukaan fluida langsung menyala. Jika temperatur naik sedikit, yang disebut titik api (fire point), dapat menyebabkan uap membantu pembakaran. Oleh karena itu perlu diwaspadai agar temperatur maksimum minyak tidak melebihi titik nyalanya.

d. Titik Lumer (Pour Point)

Titik lumer dari suatu produk minyak bumi adalah temperatur terendah yang menyebabkan minyak bumi akan mengalir dibawah kondisi standar. Titik ini ditentukan dengan mencari temperatur maksimum, yang diperoleh bila permukaan sampel mnyak bumi dalam suatu tabung percobaan standar tidak bergerak selama 5 detik ketika tabung tersebut diputar ke posisi horisontal. Titik lumer sama dengan temperatur maksimum ditambah 5oF. (Nugroho,A.2006)

2.2 Bensin/Mogas

2.2.1 Motor Gassoline (Mogas) atau Bensin

(32)

berfungsi sebagai bahan bakar kendaraan yang menjadi alat transportasi manusia sehari-hari.

Mogas atau bensin adalah campuran isomer-isomer heptana dan oktana. Pembakaran bensin oleh gas oksigen dari udara akan menghasilkan energi yang berfungsi menjalankan mesin kendaraan. Efisiensi energi yang tinggi dan komponen bensin yang rantai karbonnya banyak bercabang. Adapun komponen mogas atau bensin yang rantainya lurus atau sedikit bercabang akan menghasilkan energi yang kurang efisien, artinya energi banyak terbuang sel agai kerja untuk menggerakan mesin.

Mogas atau bensin adalah cairan yang mudah disimpan, dipindahkan dan alirannya mudah dikontrol, selain itu juga bensin mempunyai sifat mudah menguap, mudah menyala dan terbakar. Di dalam pemakaiannya dalam motor pembakar, bensin cair ini terlebih harus lebih diubah bentuk menjadi uap atau kabut agar mudah terbakar.

Bensin-bensin yang mengandung molekul-molekul hidrokarbon dengan titik didih rendah akan memudahkan motor dihidupkan pada suhu sekeliling yang rendah. Disamping itu kendaraan dapat dijalankan tanpa pemanasan yang sedikit lama pada beban yang rendah. Bila suhu disekeliling cukup tinggi akan mengakibatkan bensin dapat mendidih dalam pipa yang terletak antara tangki dan karburator. Sehingga pompa bahan bakar tidak akan berfungsi dengan baik karena bensin mengandung gelembung-gelembung (kantong uap).

(33)

meningkatkan kualitas dan kuantitas bensin, dilakukan proses kertakan (cracking) dan reformasi terhadap fraksi-fraksi bertitik didih tinggi, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Kertakan katalitik berupa proses memanaskan bahan katalitik bertitik didih tinggi dibawah tekanan dan dengan kadar katalis ( tanah liat alumunium dicuci dengan asam dan dijadikan bubuk halus ). Dibawah kondisi ini molekul besar akan patah-patah menjadi fragmen kecil.

2. Kertakan kukus adalah suatu teknik mengubah alakana menjadi alkena. Reformasi katalitik mengubah senyawa alifatik menjadi senyawa aromatikalkena dan senyawa aromatik yang diperoleh dalam cara kertakan dan reformasi ini dijadikan bahan baku untuk membuat plastik dan senyawa organik sintetik lainnya.

2.2.2 Proses Pembuatan Bensin

(34)

1. Distilasi atmosferik

Distilasi atmosferik adalah pemisahan minyak bumi secara fisik menjadi fraksi-fraksinya dengan perbedaan titik didih pada kondisi tekanan atmosferik. pada proses distilasi ini terjadi penguapan dan pengembunan. Proses penguapan campuran hidrokarbon dalam minyak bumi dipanaskan dalam suhu tertentu sehingga komponen yang lebih ringan akan lebih cepat berubah fasanya dari cair menjadi uap. Proses pengembunan uap yang terbentuk dari proses penguapan didinginkan sehingga berubah fasa menjadi cair, kemudian ditampungnya.

2. Perengkahan (cracking)

Perengkahan adalah proses pengolahan minyak bumi dengan memutus ikatan tunggal C-C dan C-H dari hidrokarbon dengan berat molekul besar menjadi molekul kecil, pemutusan ikatan hidrokarbon tersebut dilakukan dengan menggunakan panas. Umpan dari proses ini bukan hanya minyak mentah melainkan residu yang berasal dari proses distilasi.

3. Reformasi (reforming) 4. Alkilasi

Alkilasi adalah proses dalam industri perminyakan yang bertujuan untuk menghasilkan komponen gasolin oktan tinggi dengan cara penggabungan antara olefin dan parafin.

5. Polimerisasi

(35)

menghasilkan polimer butilena atau gabungan propilena dan butilena. Polimer yang dihasilkan disebut polimer gasolin disingkat poligasoline. Tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan produk gasoline dengan angka oktan yang tinggi.

6. Isomerisasi

Isomerisasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk menghasilkan komponen gasolin oktan tinggi dengan mengubah n-pentana dan n-heksana. Masing-masing menjadi isopentana dan isoheptana. Umumnya isomerisasi dilakukan dengan mengubah n-heptana (ON 61,7) menjadi isopentana (ON 92,6) dan n-heksana (ON 34,0) menjadi isoheksana (2,3 dimetil butana ON 103,5). Atau mengubah butana menjadi isobutana.

Kemudian dilanjutkan dengan proses : a) Pemurnian (treating)

b) Pencampuran (blending)

c) Penambahan bahan kimia (aditif). (Fessenden.1997) 2.2.3 Tekanan Uap Reid (RVP)

Uji tekanan uap reid (reid vapor pressure, ASTM D 323-90) dikenakan kepada bensin, minyak mentah yang volatil dan produk minyak bumi lainnya yang volatil. Tekanan uap reid adalah tekanan mutlak pada suhu 37,8oC (100 oF) dalam psi atau kPa. Tekanan uap reid tidaklah sama dengan tekanan uap contoh yang sesungguhnya karena terjadinya sedikit penguapan contoh dan karena adanya uap air dan udara dalam ruangan.

(36)

termostart. Ruangan bensin, ruangan udara dan manometer dapat dilepas atau dihubungkan satu dengan yang lainnya. Uji ini dilakukan dengan mengisi ruangan bensin sampai penuh dengan contoh yang sebelumnya telah didinginkan. Ruangan bensin kemudian dihubungkan dengan ruangan udara dan manometer dan selanjutnya rangkaian alat ini direndam di dalam penangas air yang mempunyai suhu tetap yaitu 37,8 + 0,1oC atau 100 + 0,2oF. Secara periodik rangkaian alat ini dikeluarkan dari penangas air dan digojok sampai akhirnya manometer menunjukan harga tekanan keseimbangan yang tretap yang merupakan tekanan uap Reid.

Dalam praktek, uji tekanan uap Reid mempunyai arti yang penting sehubungan dengan :

a. Keamanan dalam pengangkutan bahan bakar

b. Sumbatan uap ( vapor lock ) dalam sistem pengumpanan bensin

c. Karakteristik mesin motor untuk dihidupkan dalam keadaan dingin (starting characteristics). (Hardjono,A.2001)

(37)

Metode reid adalah metode yang meliputi pengukuran tekanan uap gasolin. Juga dapat diterapkan pada minyak mentah mudah menguap (volatile crude oil) dan produk petroleum mudah menguap lainnya. Kecuali, LPG (Liquid Petroleum Gases). Tabung gasolin dalam tekanan uap diisi dengan sampel dan dihubungkan dengan tabung udara pada suhu 100oF (37,8oC). hal yang harus diperhatikan dalam penanganan sampel dalam pengukuran tekanan uap sangat sensitif pada kehilangan melalui penguapan dan perubahan komposisi yang didapat. Pengukuran tekanan uap reid harus merupakan pengukuran pertama yang dilakukan pada sampel sebelum melakukan pengukuran lainnya. (ASTM.1982)

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat

a) Reid Vapor Pressure apparatus yang terdiri dari :

a. Vapor chamber

b. Liquid chamber

b) Pressure gauge

c) Water bath

d) Cooling bath

e) Termometer ASTM 18C / 18F

f) Sample transfer connection

3.2. Bahan

a) Bensin 88

3.3 Prosedur Penelitian

A. Persiapan

1. Di bersihkan dan dikeringkan semua peralatan yang akan digunakan, terutama liquid chamber

(39)

3. Di dinginkan sampel didalam botol 1 liter dengan kapasitas sampel 70 80 % volume pada temperatur 0-1oC

4. Di rendam pressure gauge dalam water bath dengan temperatur 37,8 ± 0,1oC selama 10 menit sebelum pengerjaan.

5. Di dinginkan liquid chamber dalam bath dengan temperatur 0-1oC

6. Cara transfer sampel, seperti berikut :

B. Pengerjaan

1. Diambil sampel dari bak pendingin, tuangkan kedalam liquid chamber dengan bantuan transfer connection sampai luber

2. Dikeluarkan pressure gauge dari bath, pasang segera pada liquid chamber (usahakan waktu mengeluarkan pressure gauge dan pemasangan gauge ke liquidchamber tidak lebih dari 10 detik)

(40)

4. Setiap 5 menit, kocoklah alat tersebut agar proses penguapan liquid dalam alat itu sempurna. Lama perendaman sampai tekanan didalam gauge stabil C. Pelaporan dan Waktu Penyelesaian.

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1. Data Hasil percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88

Tanggal Jam Nomor Tangki RVP (kPa)

Keterangan Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88 :

(42)

RVP : Reid Vapor Pressure kPa : Kilo Pascal

Tabel 4.2. Data Rerata Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88

Tanggal Nomor Tangki Rerata RVP (kPa)

03.02.2014 T12 68

05.02.2014 T13 61

07.02.2014 T28 64

09.02.2014 T29 65

Keterangan Tabel 4.2 Data Rerata Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88 :

(43)

4.2 Pembahasan

(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penentuan Tekanan Uap Reid (RVP) yang dilakukan pada bensin 88, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Tekanan Uap Reid (RVP) pada produk bahan bakar bensin 88 yang diproduksi oleh PT PERTAMINA RU II Dumai telah sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Dir.Jen.MIGAS yaitu maksimal 69 kPa 2. Kegunaan dilakukannya penentuan dari tekanan uap reid (RVP) adalah untuk

keselamatan dalam transportasi minyak, untuk menghindari penyumbatan uap pada sistem umpan gasolin, untuk perencanaan tangki penyimpanan minyak dan untuk motor yang menggunakan penyalaan dengan busi.

5.2Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

American Society For Testing And Materials.(1982). Petroleum Products And Lubricants. Section 5. Copyright Annual Book of ASTM Standard. Philadelpia. USA

Fessenden J Ralph, Fessenden S. Joan. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Hardjono, A. (2001). Teknologi Minyak Bumi. Edisi pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Jasji, E. (1966). Pengolahan Minyak Bumi. Jakarta: Lemigas

Nugroho, A. (2006) Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Cetakan I. Graha Ilmu. Yogyakarta

(46)
(47)

Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Bakar Bensin – 88

No Properties Units Limits*) Methods

1 Reaseach Octane

(48)

14 Dye Content gr/ 100 L Max. 0.13 -

15 Odour Marketable -

Sampling Method ASTM D 4057

*) Refer to SK Dir. Jen. MIGAS

(49)

Gambar

Tabel 4.1. Data Hasil percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88
Tabel 4.2. Data Rerata Percobaan Tekanan Uap Reid (RVP) pada Bensin 88

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan percobaan analisa merkaptan sulfur pada bensin 88 dengan metode Uji Doctor Test IP – 30 dan ASTM-D-3227 di PT.PERTAMINA REFINERY UNIT II DUMAI. Dimana