• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Merkaptan Sulfur Pada Bensin 88 Dengan Metode Uji Doctor Test IP-30 Dan ASTM-D-3227 Di Pertamina Refinery Unit II Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Merkaptan Sulfur Pada Bensin 88 Dengan Metode Uji Doctor Test IP-30 Dan ASTM-D-3227 Di Pertamina Refinery Unit II Dumai"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Bumi

2.1.1 Teori Pembentukan Minyak Bumi

Menururt teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang engler dan

teori tumbuh-tunbuhan (Hofer,1966), senyawa-senyawa organik penyusun minyak

bumi merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta

tahun. Oleh karena itu, minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil, selain

batubara dan gas alam.

Semua bahan bakar fosil dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan

rumus kimia Cx(H2O) yang memfosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh

tumbuhan dengan mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui proses

fotosintesis. Kebanyakan bahan bakar fosil diproduksi kira-kira 325 juta tahun

yang lalu, yaitu pada abad Carboniferous dalam era Paleozoic bumi. Setelah

tumbuhan mati maka karbohidrat dapat berubah menjadi senyawa hidrokarbon

dengan rumus kimia CxHy akibat tekanan dan temperatur yang tinggi serta tidak

tersedianya oksigen (anaerob). Hal yang sama dikemukakan pula oleh Chator dan

Somerville (1978) yang menjelaskan bahwa minyak bumi merupakan salah satu

produk minyak mentah alami yang dihasilkan dari konfersi biomasa pada

temperatur dan tekanan yang tinggi secara alami dilingkungan aerob, senyawa

(2)

membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak sebanding dengan dampak yang

akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam tanah.

(Nugroho,A.2006)

Minyak bumi berasal dari pormasi batuan yang berumur antara sepuluh

juta sampai empat ratus juta tahun dan sekarang ini telah terbukti bahwa

pembentukan minyak bumi berkaitan dengan pengembangan batuan sedimen

berbutir halus, yang mengendap dilaut atau didekat laut dan bahwa minyak bumi

adalah produk dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun

demikian mengenai asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan

diantaranya ada yang menganggap bahwa minyak bumi berasal dari bahan

anorganik.

Teori anorganik yang lain, dimana asetilen juga merupakan bahan dasar,

diajukan oleh Mendelejeff. Menurut Mendelejeff asetilen terjadi karena reaksi

antara logam karbid dengan asam.Pada tahun 1866, Berthelot mengajukan teori

bahwa minyak bumi berasal dari reaksi antara karbid dengan air yang

menghasilkan asitilen, yang selanjutnya karena suhu dan tekanan yang tinggi

asitilen berubah menjadi minyak bumi.

Teori organik mengenai terjadinya minyak bumi diajukan oleh Engler

pada tahun 1911 yang mengatakan bahwa minyak bumi terjadi dari bahan organik

melalui tiga tahap. Tahan pertama, deposit binatang dan tumbuh-tumbuhan

berkumpul pada dasar laut, yang selanjutnya yang akan terurai oleh bakteri.

Karbohidrat dan protein yang diubah menjadi bahan yang dapat larut dalam air

(3)

Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-juta

senyawa kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang terbentuk

dari dekomposisi yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Minyak bumi dan derivat minyak bumi menghasilkan bahan bakar kendaraan

bermotor, pesawat terbang dan kereta api. Tumbuhan dan hewan juga

menghasilkan minyak pelumas yang dibutuhkan untuk alat-alat mesin industri.

(Brown,H,W.1995)

Minyak bumi bukan merupakan bahan yang seragam, melainkan

mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, bergantung pada lokasi lapangan

minyak dan juga kedalaman sumur.

Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur

karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya

terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokan kedalam senyawa

hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon diklasifikasikan atas naftanik, farafinik dan

aromatik sedangkan senyawa campuran antara unsur karbon, hidrogen, haloginida

dan logam, dikelompokan dalam senyawa non hidrokarbon. (Jasji,E.1996)

2.1.2 Komposisi Minyak Bumi

Hampir semua senyawa dalam minyak bumi disusun dari hidrogen dan

karbon. Bahan-bahan ini disebut Hidrokarbon, juga terdapat senyawa-senyawa

lain yang mengandung sejumlah kecil belerang, oksigen, dan nitrogen. Dalam

penghilangan, operasi fisik seperti penguapan, fraksionasi, dan pendinginan

(4)

treating dan penyaringan ditentukan oleh adanya senyawa belerang, oksigen,

nitrogen, dan selebihnya sejumlah kecil hidrokarbon reaktif yang mungkin ada.

Komposisi kimia dan sifat-sifat minyak mentah sangat bervariasi, tetapi

komposisi elemental pada umumnya adalah tetap, yang ditampilkan pada tabel

berikut ini :

Tabel 2.1 Komposisi Elemntal Minyak Bumi

Komposisi Persen (%)

beberapa seri homolog hidrokarbon. Setiap seri mempunyai komposisi elemental

yang relatif konstan. Dekomposisi tidak sempurna protein dapat menjelaskan

kandungan nitrogen dan sulfur yang berada dalam minyak mentah, sedangkan

oksigen dapat berasal dari asal sumber bahan, atau merupakan hasil oksidasi

produk antara (intermediate). Dalam minyak mentah, konsentrasi sulfur, nitrogen,

dan oksigen bertambah sesuai dengan kenaikan titik didih fraksi. Pada umumnya

sulfur berada sebagai merkaptan dan sulfide, meskipun terdapat juga H2S dan

sedikit belerang bebas. Sebagaian besar senyawa belerang berada dalam bentuk

besar, selebihnya terdapat dalam senyawa khusus.(Branan,C.2002)

Berikut ini adalah keterangan mengenai jenis-jenis senyawa yang terdapat

(5)

2.1.2.1 Senyawa Hidrokarbon

Walaupun senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat

banyak jumlahnya namun senyawa tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3

golongan senyawa hidrokarbon yaitu senyawa hidrokarbon parafin, naftan dan

aromat. Disamping senyawa-senyawa tersebut, dalam produk minyak bumi juga

terdapat hidrokarbon monoolefin dan diolefin, yang terjadi karena rengkahan

dalam proses pengolahan minyak bumi dalam kilang, misalnya pada destilasi

minyak mentah dan proses rengkahan.

a. Senyawa Hidrokarbon Parafin

Senyawa hidrokarbon parafin adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan

rumus umum CnH2n+2. Senyawa ini mempunyai sifat-sifat kimia stabil dimana

pada suhu biasa tidak bereaksi dengan asam sulfat pekat dan asam sulfat berasap.

Senyawa hidrokarbon parafin sampai dengan 4 buah atom karbon, pada

suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa gas. Metana dan etana terutama terdapat

dalam gas alam sedangkan propana, butana dan i-butana merupakan kompenen

utama elpiji. Senyawa hidrokarbon parafin dengan 5 sampai 16 buah atom karbon

pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berupa cairan dan terdapat dalam fraksi

naftana, bensin, kerosin, solar, minyak diesel dan minyak bakar. Senyawa

hidrokarbon parafin dengan lebih dari 16 buah atom karbon, pada suhu kamar dan

(6)

b. Senyawa Hidrokarbon Naftena

Senyawa hidrokarbon naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan

rumus umum CnH2n. Senyawa hidrokarbon naftena yang terdapat dalam minyak

bumi adalah siklopentana dan sikloheksana yang terdapat dalam fraksi naftena

dan fraksi minyak bumi dengan titik didih lebih tinggi. Walaupun jumlah atom

karbon dalam cicin naften dapat mempunyai harga 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 namun

umumnya dianggap bahwa senyawa naftena dalam fraksi minyak bumi hanyalah

senyawa naftena yang mempunyai cincin dengan 5 dan 6 atom karbon, karena

memang senyawa naftena inilah yang dapat diisolasi dari fraksi minyak bumi.

c. Senyawa Hidrokarbon Aromat

Senyawa hidrokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh

dengan rumus umum CnH2n-6 sehingga senyawa ini mempuunyai sifat kimia yang

sangat reaktif. Senyawa ini muda dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami

reaksi substitusi atau reaksi adisi tergantung kepada kondisi reaksi. Hanya sedikit

sekali minyak mintah yang mengandung senyawa aroomat dengan titik didih

rendah.

Disamping senyawa hidrokarbon aromat seperti benzena, dalam minyak

mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon poliaromat seperti naftalena dan

antrasen, terutama dalam fraksi beratnya.

d. Senyawa Hidrokarbon Monoolefin

Senyawa hidrokarbon monoolefin mempunyai rumus umum CnH2n dan

(7)

dua. Monoolefin dianggap tidak terdapat di dalam minyak mentah tetapi sedikit

banyak terbentuk dalam proses rengkahan sehingga bensin rengkahan banyak

mengandung senyawa monoolefin. Senyawa hidrokarbon akan mulai mengalami

rengkahan apabila dipanaskan pada suhu sekitar 680oF. karena mempunyai ikatan rangkap maka senyawa monoolefin adalah reaktif sehingga banyak digunakan

sebagai bahan dasar utama dalam industri petrokimia, seperti etilena (C2H4) dan

propilena (C3H6).

e. Senyawa Hidrokarbon Diolefin

Senyawa hidrokarbon diolefin mempunyai rumus umum CnH2n-2 dan

merupakan senyawa tidak jenuh dengan dua buah ikatan rangkap dua. Seperti

halnya dengan monoolefin, senyawa ini tidak terdapat dalam minyak mentah

tetapi terbentuk dalam proses rengkahan. Senyawa diolefin tidak stabil, sangat

reaktif dan cenderung akan berpolimerisasi dan membentuk damar.

2.1.2.2 Senyawa Bukan Hidrokarbon

Senyawa bukan hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi dan

produknya adalah senyawa organik yang mengandung atom unsur belerang,

oksigen, nitrogen dan logam-logam. Lazimnya senyawa ini dianggap sebagai

senyawa pengotor karena pengaruhnya yang tidak baik selama proses pengolahan

minyak bumi dalam kilang minyak seperti korosi dan peracunan katalis ataupun

pengaruhnya yang buruk terhadap mutu produk. Karena pengotor ini tidak larut

dalam minyak bumi atau produknya, maka pengotor ini disebut pengotor oleofilik.

(8)

keadaan terdispersi dan tidak larut dalam fase minyak disebut dengan pengotor

oleofobik.

a. Senyawa Belerang

Disamping sebagai senyawa belerang, di dalam minyak bumi belerang

juga terdapat sebagai unsur belerang yang terlarut karena sedikit banyak belerang

dapat larut dalam minyak bumi. Kadar belerang dalam minyak mentah berkisar

dari 0,04 sampai 6 %. Senyawa belerang yang umum terdapat dalam minyak bumi

dan produk-produknya.

Adanya senyawa belerang dalam minyak bumi dan produknya perlu

mendapat perhatian karena senyawa ini dapat menimbulkan pencemaran, korosi,

menurunkan angka oktan.

b. Senyawa Oksigen

Kadar oksigen dalam minyak bumi berpariasi dari sekitar 0,1 sampai 2%

berat. Oksidasi minyak bumi dengan oksigen karena kontak yang lama dengan

udara juga dapat menaikan kadar oksigen dalam minyak bumi.

Dalam minyak bumi, oksigen terutama terdapat sebagai asam organik

yang terdistribusi dalam fraksi dengan konsentrasi yang tertinggi pada fraksi

minyak gas. Asam organik tersebut terutama terdapat sebagai asam naftenat dan

sebagian kecil sebagai asam alifatik. Disamping itu dalam destilat rengkahan bisa

terdapat fenol dan kresol. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan

(9)

c. Senyawa Nitrogen

Kadar nitrogen dalam minyak bumi umumnya rendah, berkisar dari 0,1 %

sampai 2% berat. Minyak yang mempunyai kadar belerang dan aspal yang tinggi,

biasanya juga mempunyai kadar nitrogen tinggi. Senyawa nitrogen terdapat dalam

semua fraksi minyak bumi tetapi konsentrasinya makin tinggi dalam fraksi-fraksi

yang mempunyai titik didih tinggi.

Senyawa nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dapat dibagi menjadi

senyawa nitrogen basa, yaitu piridin atau turunan piridin seperti kinolin dan iso

kinolin dan senyawa nitrogen bukan basa yaitu senyawa pirool dan turunanya,

seperti indol dan karbasol.

Adapun kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh adanya senyawa

nitrogen yang terdapat dalam minyak bumi dan produknya ialah :

1. Menurunkan aktivitas katalis yang digunakan dalam proses rengkahan,

reforming, polimerisasi, isomerisasi.

2. Kerosin yang jernih seperti air pada waktu destilasi, warnanya akan

berubah menjadi kemerahan apabila terkena sinar matahari.

3. Nitrogen dalam bensin juga akan mempercepat pembentukan damar dalam

karburator.

4. Menyebabkan terjadinya endapan dalam minyak bakar pada penyimpanan.

d. Senyawa Logam

Praktis semua logam terdapat dalam minyak bumi, tetapi karena

jumlahnya kecil, yaitu 5 sampai 400 bagian per juta maka adanya logam dalam

(10)

macam logam seperti besi, nikel, vanadium dan arsen yang walaupun jumlahnya

hanya sedikit sekali, namun sudah dapat meracuni beberapa katalis. Disamping itu

logam vanadium yang terdapat dalam minyak bakar dapat menyebabkan korosi

turbin gas dan pipa-pipa pembangkit uap, merusak batu tahan api dinding dapur

dan menurunkan mutu produk pecah belah dalam industri keramik. Logam-logam

berat seperti vanadium, nikel dan tembaga di dalam minyak bumi umumnya

dianggap terdapat sebagai senyawa kompleks parafirin, dimana logam-logam ini

terdapat di pusatnya sedangkan logam garam anorganik yang dapat larut dalam

air, seperti garam klorid dan sulfat dari logam natrium, kalium, magnesium dan

kalsium terdapat dalam minyak bumi dalam keadaan terdispersi. Dalam destilasi

minyak mentah senyawa logam cenderung akan berkumpul dalam fraksi residu.

(Hardjono,A.2001)

2.2 Pengolahan Minyak Bumi

Minyak mentah (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengeboran minyak

bumi belum dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara

langsung. Hal itu karena minyak bumi masih merupakan campuran dari berbagai

senyawa hidrokarbon, khususnya komponen utama hidrokarbon alifatik dari rantai

C yang sederhana/pendek sampai ke rantai C yang banyak/panjang, dan

senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.Untuk menghilangkan senyawa-senyawa-senyawa-senyawa yang

bukan hidrokarbon, maka pada minyak mentah ditambahkan asam dan basa.

Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen

(11)

fraksi-fraksi melalui proses distilasi bertingkat. Distilasi bertingkat adalah proses

distilasi (penyulingan) dengan menggunakan tahap-tahap atau fraksi-fraksi

pendinginan sesuai trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga proses

pengembunan terjadi pada beberapa tahap atau beberapa fraksi tadi. Cara seperti

ini disebut fraksionasi.

Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen

murni (senyawa tunggal). Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis,

dan mengingat bahwa minyak bumi mengandung banyak senyawa hidrokarbon

maupun senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon. Dalam hal ini senyawa

hidrokarbon memiliki isomer-isomer dengan titik didih yang berdekatan. Oleh

karena itu, pemisahan minyak mentah dilakukan dengan proses distilasi

bertingkat. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilat minyak bumi ialah campuran

hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu.

2.2.1 Pengolahan Tahap Pertama

Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi

bertingkat, yaitu pemisahan minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan

titik didih masing-masing fraksi.Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan

tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih

rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang

disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi itu

makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi

akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih

(12)

komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen yang pada suhu

kamar berupa gas.Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut:

a. Fraksi Pertama

Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan.

Minyak bumi dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah,

sedangkan gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran. Gas yang

dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung

komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid

Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).

b. Fraksi Kedua

Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih

lebih kecil 90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan

dengan suhu 30 oC – 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencairdan keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan

campuran alkana dengan rantai C5H12– C6H14.

c. Fraksi Ketiga

Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih

lebih kecil dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90 oC – 175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14–

(13)

d. Fraksi Keempat

Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil

dari 200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu

175 oC - 200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20–

C12H26.

e. Fraksi Kelima

Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan

titik didih lebih kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah)

akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin)

merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.

f. Fraksi Keenam

Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi

dengan titik didih lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas

(minyak solar) akan mencair dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak

solar). Minyak solar merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34.

g. Fraksi Ketujuh

Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu

tinggi, yaitu di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.Pada trayek ini

dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang

tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang

(14)

yang masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34–

C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44–C24H50) untuk

membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74) digunakan untuk bahan

bakar dan pelapis jalan raya.

2.2.2 Pengolahan Tahap Kedua

Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil

unit pengolahan tahapan pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk

mendapatkan dan menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) dan

non bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar dan mutu yang lebih

baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.

Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat

berupa pemecahan molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses

polimerisasi, alkilasi), atau perubahan struktur molekul (proses reforming).Proses

pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini:

1. Konversi Struktur Kimia

Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa

hidrokarbon lain melalui proses kimia.

a. Perengkahan (cracking)

Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul

hidrokarbon yang lebih kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan

stabil.Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

 Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan

(15)

 Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan

panas dan katalisator untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih

tinggi menjadi bensin dan karosin. Proses ini juga akan menghasilkan

butana dan gas lainnya.

 Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses

perengkahan yang merupakan kombinasi perengkahan termal dan

katalitik dengan "menyuntikkan" hidrogen pada molekul fraksi

hidrokarbon tidak jenuh.Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi

dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin, avtur, dan solar. Jumlah yang

diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik dibandingkan

dengan proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja. Selain

itu, jumlah residunya akan berkurang.

b. Alkilasi

Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon

isoparafin secara kimia menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat

ini dapat dijadikan bensin atau avgas.

c. Polimerisasi

Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk

membentuk molekul tunggal yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah

untuk menggabungkan molekul-molekul hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen,

(16)

d. Reformasi

Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta

untuk mendapatkan produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan

angka oktan yang lebih tinggi. Di samping itu, dapat pula berupa konversi

katalitik komponen-komponen nafta untuk menghasilkan aromatik dengan angka

oktan yang lebih tinggi.

e. Isomerisasi

Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa

menambah atau mengurangi bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi

hidrokarbon garis bercabang yang memiliki angka oktan lebih tinggi. Dengan

proses ini, n-butana dapat diubah menjadi isobutana yang dapat dijadikan sebagai

bahan baku dalam proses alkilasi.

2. Membersihkan Produk dari Kontaminasi (treating)

Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap

pertama dan proses pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan

zat-zat yang merugikan seperti persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak

sedap. Kontaminan ini harus dibersihkan misalnya dengan menggunakan caustic

soda, tanah liat, atau proses hidrogenasi. (http://perpustakaancyber.blogspot.com

/2013/04/proses-pengolahan-minyak-bumi-dan-minyak-mentah-dan komposisinya

.html)

2.3 Sifat Fisik Kimia Minyak Bumi

Di alam bentuk fisik minyak bumi sangat beragam. Ada yang kasar, padat,

(17)

berbentuk gas yang terkondensasi. Bentuk fisik tersebut memiliki kemungkinan

yang sama untuk ditemukan dalam satu lokasi asalkan terjadi perubahan tekanan,

suhu, maupun perubahan fisik dan kimia lainnya pada senyawa hidrokarbon

pembentukannya.

Minyak bumi cair dapat berubah menjadi padat melalui penguapan.

Fraksi-fraksi ringan akan membentuk gas dan uap, sedangkan fraksi-fraksi berat

akan membentuk padatan. Titik didih fraksi-fraksi tersebut dapat berbeda-beda,

tergantung oleh banyak dan jenis homolog-homolog penyusun fraksi tersebut.

Fraksi-fraksi dengan homolog yang sama, titik didihnya ditentukan oleh berat

molekul senyawa penyusunnya.

Menurut Doerffer (1992), karakteristik fisika kimia minyak bumi adalah

sebagai berikut :

a. Viskositas

Viskositas atau kekentalan didefenisikan sebagai ketahanan fluida

terhadap aliran. Pada umumnya dinyatakan dalam ukuran waktu yang diperlukan

untuk mengalirkan cairan melalui tabung dengan ukuran tertentu. Jika nilai

viskositas rendah, maka fluida semakin mudah mengalir. Sebaliknya, jika nilai

viskositas tinggi, maka fluida semakin sulit mengalir. Nilai viskositas minyak

bumi bergantung pada kandungan fraksi ringan dan temperatur disekitarnya.

b. Daya Larut Dalam Air

Daya larut adalah proses ketika suatu substansi (solute) akan terlarut pada

(18)

c. Gravitasi Spesifik (GS)

GS minyak bumi menyatakan densitas minyak bumi tersebut dan

seringkali dinyatakan dalam bentuk gravitasi API (American Petroleum Institute).

Gravitasi API (oAPI) adalah rasio berat minyak bumi terhadap berat akuades pada volume yang sama, pada suhu 16oC dan tekanan 1 atm. Semua minyak bumi nmemiliki densitas lebih kecil dari pada air, kecuali beberapa minyak beratdan

residu. Minyak bumi denga GS rendah memiliki nilai oAPI yang tinggi, viskositas rendah, daya adhesi rendah dan kecenderungan emulsifikasi tinggi, sedangkan

minyak bumi dengan GS tinggi memiliki nilai oAPI rendah, viskositas tinggi, daya adhesi tinggi dan kecenderungan emulsifikasi rendah.

d. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan adalah gaya tarik menarik antara permukaan

molekul dari suatu fluida. Gaya ini menunjukkan laju penyebaran fluida diatas

permukaan air atau tanah. Minyak bumi dengan GS rendah biasanya memiliki

potensial laju penyebaran lebih besar. Tegangan permukaan minyak bumi akan

semakin turun sejalan dengan peningkatan temperatu dan peningkatan laju

penyebaran setelah terjadinya tumpahan minyak bumi dilaut.

Selain sifat fisik kimia tersebut diatas, masih ada beberapa sifat penting

minyak bumi serta turunannya yang perlu diketahui, yaitu :

a. Nilai Pembakaran

Nilai pembakaran, biasanya nilai pembakaran tinggi, dinyatakan dalam

(19)

b. Berat atau Bobot Jenis

Bobot jenis suatu cairan adalah kerepatan cairan tersebut dibagi dengan kerapatan

air pada 60oF (15,6oC). Bobot jenis minyak bumi dan produk turunannya biasanya

dinyatakan dalam satuan oBe atau oAPI. c. Titik Nyala (Flash Point)

Titik nyala dari suatu cairan bahan bakar semacam minyak bumi adalah

temperatur minimum fluida pada waktu uap yang keluar dari permukaan fluida

langsung menyala. Jika temperatur naik sedikit, yang disebut titik api (fire point),

dapat menyebabkan uap membantu pembakaran. Oleh karena itu perlu diwaspadai

agar temperatur maksimum minyak tidak melebihi titik nyalanya.

d. Titik Lumer (Pour Point)

Titik lumer dari suatu produk minyak bumi adalah temperatur terendah

yang menyebabkan minyak bumi akan mengalir dibawah kondisi standar. Titik ini

ditentukan dengan mencari temperatur maksimum, yang diperoleh bila permukaan

sampel mnyak bumi dalam suatu tabung percobaan standar tidak bergerak selama

5 detik ketika tabung tersebut diputar ke posisi horisontal. Titik lumer sama

dengan temperatur maksimum ditambah 5o Fahrenheit. (Nugroho,A.2006)

2.4 Produk Minyak Bumi

Ada beberapa macam cara penggolongan produk jadi yang dihasilkan oleh

kilang minyak. Di antaranya produk jadi kilang minyak yang dapat dibagi

menjadi: produk bahan bakar minyak (BBM) dan produk bukan bahan bakar

(20)

Termasuk dalam produk BBM adalah :

1. bensin penerbangan

2. bensin motor

3. bahan bakar jet

4. kerosin

5. solar

6. minyak diesel

7. dan minyak bakar.

Sedangkan yang termasuk produk BBBM adalah :

1. elpiji(liquified petroleum gases-LPG)

2. pelarut

3. minyak pelumas

4. gemuk

5. aspal

6. malam paraffin

7. karbon hitam (carbon black)

8. dan kokas

(Hardjono.A.2001)

Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh Kilang PT Pertamina (Persero) RU II

Dumai dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu :

1.Produk-produk yang mudah menguap “Liquified Potreleum Gases” atau

LPG.

(21)

3. Distillate seperti bahan baker diesel dan minyak gas.

4. Residue seperti minyak baker residue, green coke.

Keempat kelompok produk ini dihasilkan oleh kilang milik PT.Pertamina RU

II Dumai . Hal ini yang membedakan dengan kilang – kilang yang lain milik

PT.Pertamina , yang mana kilang RU II Dumai menghasilkan produk akhir

yang khas yaitu berupa green cooke .Berbagai macam produk yang dihasilkan

oleh kilang RU II Dumai pertahunnya dapat dilihat dari table berikut ini :

Table 2.2 Produk BBM PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

No Jenis Produk Juta BBL/Tahun Volume (%)

Motor gasoline yang dikenal sebagai bensin atau premium adalah cairan

yang berasal dari minyak bumi dan sebagian besar tersusun dari hidrokarbon yang

memiliki trayek didih ASTM sekitar 40 – 180 ℃ , dan digunakan sebagai bahan

bakar mesin motor bakar .(Hardjono.A.2001)

Komponen mogas dapat diperoleh antara lain dari proses destilasi

(22)

Untuk membuat produk jadi yang memenuhi spesifikasi , diperlukan proses

pencampuran antara komponen – komponen dari hasil proses diatas serta

penambahan aditif untuk menaikkan mutu nya .

Kualitas Premium ini jika berdasarkan spesifikasi ditetapka oleh Dirjen.

Migas yang utama adalah angka oktan yaitu ukuran relative yang menunjukkan

kecenderungan tidak terjadinya pembakaran spontan “Premature Detonation”

ketika bahan bakar ini terkena panas dan tekanan dalam ruang bakar mesin bakar

yang diindikasikan dengan terjadinya knocking (ketukan) . Makin tinggi angka

oktan dari Premium ini menunjukkan karakteristik anti – knock yang lebih bagus .

Premium 88 adalah Premium yang mempunyai angka oktan 88 atau identik

dengan campuran 88% iso-oktan dan 12% normal-heptana .

2.5.2 Proses Pembuatan Bensin 88

Gasoline yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan belum dapat

langsung digunakan, melainkan masih ditambahkan beberapa bahan kimia atau

dicampur (Blending) dengan gasoline lainnya yang tujuannya untuk memperbaiki

mutu gasoline itu sehingga sesuai dengan spesifikasinya sehingga aman dalam

pemakaiannya dan tidak mencemari lingkungan. Bahan kimia yang ditambahkan

itu disebut aditif, sedangkan gasoline yang dihasilkan dari suatu proses disebut

komponen gasoline, umumnya komponen gasoline tersebut diperoleh dari

(23)

1. Proses Distilasi Atmosferik

Distilasi atmosferik adalah proses pemisahan minyak bumi secara fisika

menjadi fraksi – fraksi nya dengan dasar perbedaan titik didih pada kondisi

tekanan atmosferik . Naphtha yang dihasilkan sebagai komponen gasoline dari

proses distilasi ini mempunyai angka oktan yang berkisar 55-60 ON .

2. Proses Perengkahan (cracking)

Perengkahan adalah proses pengolahan minyak bumi dengan memutuskan

ikatan tunggal C-C dan C-H dari hidrokarbon berat molekul besar menjadi berat

molekul kecil. Secara umum proses perengkahan dibagi menjadi 3 , yaitu :

a. Thermal Cracking

Adalah suatu proses perengkahan dengan menggunakan panas , dan

merupakan proses untuk memecah molekul hidrokarbon berat molekul besar

menjadi berat molekul kecil pada suhu 455-540 ℃ dan tekanan 100-1000 psig.

Produk yang dihasilkan disebut cracked gasoline . Umumnya mempunyai angka

oktan lebih tinggi dari komponen gasoline yang dihasilkan dari proses distilasi .

Angka oktan cracked gasoline yang dihasilkan dari proses thermal cracking ini

berkisar 69-73 ON .

b. Catalytic cracking

Adalah perengkahan dengan menggunakan katalis panas . Katalis ini dapat

berupa cair atau padatan (granular) . Umumnya produk yang dihasilkan

mempunyai angka oktan berkisar 90-94 ON .

(24)

Suatu proses dalam industry perminyakan yang bertujuan untuk mengubah

struktur hidrokarbon yang mempunyai angka oktan rendah menjadi hidrokarbon

angka oktan tinggi . Senyawa hidrokarbon angka oktan rendah umumnya berupa

hidrokarbon normal parafin , sedangkan senyawa hidrokarbon oktan tinggi berupa

naften dan aromat , gasoline yang dihasilkan mempunyai angka oktan berkisar

anatara 94-100 ON .

3. Proses Isomerisasi

Adalah proses yang bertujuan untuk menghasilkan komponen gasoline

oktan tinggi dengan cara mengubah N-pentana dan N-Heksana masing – masing

menjadi Iso-pentana dan Iso-heksana . Umumnya isomerisasi dilakukan dengan

mengubah N-pentana (ON 61,7) menjadi Iso-pentana (ON 92,6) dan N-heksana

(ON 34,0) menjadi Iso-heksana ( 2,3 dimethyl Butana ON 103,5) atau mengubah

butana menjadi iso butana . Proses reaksi terjadi dengan menggunakan platina dan

asam klorida .

4 . Proses Alkilasi

Adalah proses dalam industry perminyakan yang bertujuan untuk

menghasilkan komponen gasoline oktan tinggi dengan cara penggabungan olefin

dan parafin . Proses ini mereaksikan antara iso butana dan olefin dengan

menggunakan katalis alumunim klorida dan asam klorida atau menggunakan asam

sulfat . Komponen gasoline yang dihasilkan dari proses alkilasi ini disebut alkiat

(25)

5 . Proses Polimerisasi

Adalah proses penggabungan olefin menjadi poliolefin degan berat

molekul besar dalam trayek didih cair gasoline Olefin yang digabung adalah

propilen menghasilkan polipropilena, n-butilena atau isobutulena menghasilkan

polimer butilena atau gabungan propilena dan butilena. Polimer yang dihasilkan

disebut polimer gasolin disingkat poligasoline. Tujuan proses ini adalah untuk

mendapatkan produk gasoline dengan angka oktan yang tinggi.

6 . Pencampuran (Blending)

Adalah pencampuran dari dua komponen atau lebih yang berbeda angka

oktannya yang bertujuan untuk mendapatkan angka oktan yang di kehendaki .

Agar kualitas produk hasil blending memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan ,

maka harus dilakukan uji laboratorium .Yang kemudian diikuti dengan

penambahan zat aditif.

2.6 Karakteristik Bensin 88

Penggunaan bensin harus aman , tidak membahayakan manusia , tidak

merusak mesin , harus efesien dalam penggunaannya serta tidak menimbulkan

pencemaran bagi lingkungan . Bensin sebagai bahan bakar pada mesin yang

menggunakan penyalaan api busi , dalam penggunaannya dicampur dengan udara

, dan campuran ini dinyalakan oleh percikan api busi dalam waktu yang tepat .

(26)

kesempurnaan pembakaran , bensin secar cepat dapat dilihat dari sifat / spesifikasi

yaitu :

a . sifat mutu pembakaran (ignition quality)

b. sifat penguapan (volatility)

c. sifat pengkaratan (corrosivity)

d. sifat kestabilan (stability) (Rand,S J.2003)

2.6.1 Sifat Pengkaratan

Unsur – unsur dalam bahan bakar mogas diamping hidrokarbon , terdapat

pula unsur – unsur sulfur , nitrogen , halogen , dan logam . Senyawa unsur yang

bersifat korosif adalah sulfur . Senyawa – senyawa sulfur dalam mogas yang

korosif dapat berupa merkaptan , hydrogren sulfide , tiofena . Pada pembakaran

senyawa sulfur akan teroksidasi oleh oksigen dalam udara menghasilkan oksida

sulfur . Bila oksida sulfur ini bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfat .

Terbentuknya asam sulfat ini dapat bereaksi dengan logam , terutama dalam gas

buang . Oleh karean itu , gasoline harus bebas dari senyawa yang bersifat korosif

sebelum dan sesudah pembakaran .

2S + 2O (udara) ⇾ 2SO

2SO + O (udara) ⇾ 2SO

2SO + 2H O ⇾ 2H SO (korosif)

(27)

2.7 Spesifikasi Bensin

Spesifikasi adalah batasan minimum atau maximum suatu produk yang

ditetapkan secara resmi oleh pemerintah . Untuk produk bensin , spesifikasinya

ditetapkan oleh Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi . Penetapan spesifikasi ini

melalui beberapa pertimbangan mengenai kebutuhan ideal bagi kendaraan

bermotor serta kebijaksanaan umum mengenai lingkungan dan keselamatan

masyarakat . Suatu bahan bakar maupun pelumas meliputi / terdiri atas batasan

sifat – sifat dari : uji sifat fisika , kimia dan unjuk kerja mesin . Sedangkan

peralatan dan metode uji , pada umumnya dituntut menggunakan metode standar .

Metode standar yang banyak dipakai antara lain : ASTM (American Society for

Testing and Materials) dan IP (Institue Of Petroleum)

Sifat – sifat bensin yang ditentukan oleh Dirjen Migas antara lain adalah :

1. Harus dapat terbakar secara merata didalam cylinder tanpa adanya

gangguan yang berupa pembakaran yang tidak normal dan detonasi pada

mesin .

2. Mudah terbentuknya campuran antara uap minyak dan udara serta mudah

untuk dinyalakan dalam keadaan dingin .

3. Tidak boleh terlalu mudah menguap , sehingga ketika mesin panas , bensin

didalam saluran bahan bakar akan mendidih , mengakibatkan timbulnya

gelembung – gelembung udara yang akan menganggu aliran bensin

menuju ruang bakar yang berupa sumbatan uap (vapor lock) .

4. Tidak meninggalkan getah (gum) pada sistem penyimpanan , penyaluran

(28)

5. Harus tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami

perubahan kimia dan tidak membentuk getah .

6. Harus cukup bersih , tidak menimbulkan pengkaratan dengan logam lain .

2.7.1 Merkaptan Sulfur ( Uji Doctor Test IP-30 )

Salah satu pengujian atau metode yang digunakan dalam menentukan

mutu kualitas produk bensin salah satunya dengan menggunakan metode Uji

Doctor Test IP-30 yang bertujuan untuk menentukan secara kualitatif ada atau

tidaknya senyawa – senyawa belerang dalam bentuk merkaptan. Metode ini juga

dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya senyawa hidrogen sulfida.

Analisa merkaptan dapat dilihat dengan cara mecampurkan bensin dengan larutan

sodium plumbit dan menambahkan serbuk sulfur yang mana hasilnya ditandai

dengan perubahan warna pada sulfur yang mengambang diantara lapisan sampel

dengan larutan atau perubahan pada kedua fase zat tersebut .

Merkaptan adalah komponen sulfur organik . Secara kimiawi dia berupa

komponen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon yang mengikat gugus –SH.

Merkaptan sulfur dibatasi karena sifat korosinya terhadap tembaga dan cadmium

serta bau yang tidak sedap . Baik merkaptan sulfur maupun senyawa korosif yang

kompleks lain nya juga dibatasi penggunaannya . (Annual Book ASTM standard

(29)

2.7.2 Merkaptan sulfur ( ASTM D-3227 )

Merkaptan sulfur adalah senyawa hidrokarbon , dimana satu atom karbon

terikat dengan atom sulfur dan atom hidrogen dengan simbol RSH .Kandungan

sulfur dalam minyak bumi sangat penting untuk diketahui , yang berguna untuk

menentukan proses treating dan pengolahan minyak bumi dan produk – produk

distilasinya . Semakin rendah kandungan sulfur semakin baik bahan bakar tersebut

. Kandungan sulfur yang tinggi memerlukan prosedur pengolahan yang lebih

kompleks untuk menghasilkan produk yang memenuhi kualitas yang diinginkan

.(Anonim, 2002)

Metode ASTM D-3227 adalah metoda uji secara kuantitatif merkaptan

yang ditetapkan dengan metode potensiometri, dimana titik ekuivalen ditunjukkan

oleh lonjakan perubahan potensial . Dibandingkan titrasi indikator , titrasi

potensiometri lebih memberikan hasil yang akurasinya lebih tinggi .Prinsip kerja

dari metoda ini sejumlah sampel yang bebas dari H S dilarutkan dalam solvent

Na-asetat alkholik dititrasi secara potensiometri dengan larutan standart perak

nitrat menggunakan elektroda glass dengan kondisi tersebut ,merkpatan sulfur

diendapkan sebagai merkaptida perak dan titik akhir titrasi ditunjukkan oleh

perubahan potensial . Terdapatya merkaptan dalam produk akan menyebabkan

bau , mempunyai pengaruh kurang baik terhadap elastomer sistem bahan bakar

dan korosif terhadap komponen sistem bahan bakar .(Annual Book ASTM

Gambar

Table 2.2 Produk BBM PT Pertamina (Persero) RU II Dumai

Referensi

Dokumen terkait