• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visualisasi Dan Representasi Foto Makanan (Food Photography) Di Media Sosial Instagram (Studi Kasus: Kuliner Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Visualisasi Dan Representasi Foto Makanan (Food Photography) Di Media Sosial Instagram (Studi Kasus: Kuliner Bandung)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

IRMA ROCHMAWATI 90.102.13.005

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Desain

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan, sehingga tesis yang berjudul “VISUALISASI DAN REPRESENTASI FOTO MAKANAN (FOOD PHOTOGRAPHY) DI MEDIA

SOSIAL INSTAGRAM (STUDI KASUS: KULINER BANDUNG)” ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai syarat utama dalam penyelesaian program studi Magister Desain.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ahadiat Joedawinata selaku dosen pembimbing tesis, yang penuh perhatian dan kesabaran telah meluangkan waktu untuk memberikan dorongan, bimbingan, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini. 2. Prof. Dr. Primadi Tabrani dan Dr. Abay D. Subarna selaku penguji sidang

tesis yang telah bersedia mengkoreksi dan memberikan saran-saran pada tesis ini.

3. Tidak lupa kepada Prof. Dr. Biranul Anas Zaman yang sebelumnya telah menyetujui proposal penelitian ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

(5)

2. Dr. Ir. Herman S. Soegoto, MBA, selaku Dekan Fakultas Pasca Sarjana Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Abay D. Subarna selaku Ketua Program Studi Magister Desain Universitas Komputer Indonesia.

4. Seluruh staf pengajar (dosen) dan seluruh staf karyawan/karyawati Magister Desain Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan pelayanan terbaik selama penulis mengikuti proses pendidikan.

5. Tak lupa, penulis ucapkan terima kasih juga kepada rekan-rekan seperjuangan (Angkatan 1) di Program Studi Magister Desain Universitas Komputer Indonesia, diantaranya Syarip Yunus, Setia Surya Kusumah, Linda M. Silviana, Elah S. Purnama, Merlina F. Nasrudin, Ria F. Luqman, Willy Surya Sani, Tony Kurniawan, Achmad Deptian, Firmansyah, dan Bambang Candra Purnama.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis terbuka atas kritik dan saran membangun. Akhir kata penulis dengan rendah hati berharap semoga karya kecil dengan segala keterbatasannya ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap khazanah Desain Komunikasi Visual Indonesia.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Kerangka Penelitian ... 7

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.8. Metode Penelitian ... 13

1.8.1. Metodologi ... 13

1.8.2. Pengumpulan Data ... 15

1.8.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 17

1.8.4. Rancangan Penelitian ... 18

1.8.5. Hasil Pengujian ... 20

(7)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 26

2.2.3.1. Perkembangan Fotografi di Indonesia ... 55

2.2.3.2. Perkembangan Fotografi dari Mekanik ke Digital ... 58

2.2.3.3. Perkembangan Kamera dan Fotografi Ponsel ... 63

2.2.3.4. Unsur-Unsur Visual Foto ... 72

2.2.3.5. Komposisi dalam Fotografi ... 80

2.2.4. Fotografi Makanan (Food Photography) ... 83

2.2.4.1. Teknik Fotografi Makanan ... 88

2.2.4.2. Komposisi dalam Memotret Makanan ... 90

2.2.4.3. Fenomena Memotret Makanan dan Penyebarannya ... 94

2.2.4.4. Motivasi Seseorang dalam Memotret Makanan ... 98

2.2.5. Kuliner ... 101

2.2.6. Media Sosial ... 104

2.2.7. Instagram ... 113

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 121

3.1. Dasar Pemilihan Makanan Bandung sebagai Kasus Penelitian ... 121

3.2. Kuliner/Makanan Bandung ... 125

(8)

BAB IV ANALISIS VISUAL DAN REPRESENTASI FOTO MAKANAN

BANDUNG DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM ... 165

4.1. Analisis Visual Foto Makanan Bandung ... 165

4.2. Perbedaan Kualitas Visual Foto Makanan Bandung ... 186

4.3. Analisis Representasi Foto Makanan Bandung ... 188

4.4. Perbedaan Representasi Foto Makanan Bandung ... 191

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 195

5.1. Kesimpulan ... 195

5.2. Saran ... 199

DAFTAR PUSTAKA ... 200

GLOSARIUM ... 204

(9)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi membawa pengaruh pada kehidupan masyarakat,

diantaranya dengan memberikan kemudahan dalam memecahkan berbagai

masalah. Masyarakat informasi merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

mendeskripsikan sebuah masyarakat yang dapat membuat kemungkinan terbaik

dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru (Webster, 2006).

Dalam masyarakat informasi orang akan mendapatkan keuntungan yang penuh

dari teknologi baru dalam segala aspek kehidupan. Contohnya seperti telepon

genggam (handphone), dan pelayanan informasi seperti internet, e-mail,

komunitas maya (virtual community) dan lain sebagainya.

Keberadaan Internet sebagai media baru memiliki kelebihan dalam

menyajikan berbagai informasi secara aktual. Fitur-fitur dalam internet yang

disebut jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial

lainnya yang disuguhkan oleh internet membuat penggunanya dapat memilih

dengan cara apa berkomunikasi dan berbagi informasi, salah satunya adalah

berbagi gambar. Kemudahan dan hal-hal yang bersifat instan yang menjadi fitur

internet membuat sebagian besar penggunanya merasa nyaman sehingga banyak

(10)

Internet dihuni oleh jutaan orang non-teknik yang menggunakannya setiap

hari untuk berkomunikasi dan mencari informasi (Ardianto dkk, 2007:151). Salah

satu perkembangan teknologi informasi adalah dengan adanya mobile

photography atau fotografi dengan menggunakan perangkat genggam (telepon

seluler/ponsel) yang muncul sejak lahirnya kamera yang diterapkan pada

perangkat tersebut. Teknologi ini telah berhasil menyajikan sebuah pengalaman

memotret yang lebih mudah dan cepat dari teknologi sebelumnya. Jika dahulu

memotret membutuhkan kemampuan khusus dan proses yang panjang, pada masa

sekarang penggunaan teknologi kamera pada perangkat genggam telah mengubah

persepsi fotografi itu sendiri, termasuk salah satunya adalah kebiasaan memotret

makanan dengan kamera ponsel.

Kebiasaan memotret makanan sebelum disantap tidak lepas dari

menjamurnya media sosial dewasa ini. Dan tanpa disadari, para generasi muda di

Indonesia perlahan-lahan mulai terjangkit wabah kebiasaan memotret makanan

dan mengunggahnya ke laman media sosial mereka, seperti Instagram.

Kemunculan Instagram yang merupakan salah satu media sosial berbasis foto ini,

membawa fenomena baru dalam jejaring pertukaran foto online.

Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan

pengguna mengambil foto, mengolah foto dengan menerapkan filter digital, dan

membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram itu

sendiri. Media sosial yang bertujuan mengunggah foto ini mampu menarik hingga

(11)

Gambar 1.1. Aktifitas Memotret Makanan Melalui Instagram (sumber: http://tekno.liputan6.com/)

Diantara foto yang diunggah di media sosial Instagram, terdapat

foto-foto yang mengangkat tema makanan atau yang lebih dikenal dengan food

photography. Foto makanan (food photography) diunggah dalam bentuk hasil foto

dengan kualitas visual yang berbeda-beda. Jenis makanan yang disebarkan

melalui foto ini pun beraneka macam dan menghasilkan representasi yang

beragam pula. Hasil foto makanan tentunya akan memperoleh persepsi yang

berbeda antara sesama fotografer (maker) atau pengguna media sosial Instagram

dengan penikmat (viewer) hasil foto tersebut. Namun jika dicermati, respon atau

tanggapan yang diberikan pada umumnya bukanlah mengenai kemampuan teknik

pemotretan semata, melainkan juga berkaitan dengan unsur-unsur non teknik

seperti sensasi dan persepsi yang dihasilkan dari foto makanan tersebut. Beda

orang yang melihat, beda pula persepsi yang muncul terhadap visualisasi dari foto

(12)

Penelitian ini difokuskan pada foto makanan atau kuliner Bandung yang

tersebar di media sosial Instagram. Ratusan foto makanan Bandung diunggah

setiap harinya ke media sosial Instagram, entah itu unggahan yang hanya sekedar

hobi saja atau foto makanan yang bersifat komersial/promosi. Semua orang kini

mengenal kota Bandung sebagai “Kota Kuliner”. Salah satu tokoh dari kota

Bandung ini, yaitu Haryoto Kunto (1940-1999) menuliskan sejarah kota Bandung

dalam beberapa buku karangannya. Salah satu buku yang banyak menyebutkan

Bandung sebagai kota kuliner adalah dalam karya Haryoto Kunto yang berjudul

“Semerbak Bunga di Bandung Raya (Granesia, 1986).” Di dalamnya, Haryoto

Kunto khusus menuliskan satu bab mengenai jajanan atau makanan yang ada di

kota Bandung. Dalam urusan makanan, kota Bandung tempo doeloe memiliki

beberapa spesialities yang sanggup memuaskan selera kaum pengudap (tukang

jajan). Bahkan sampai kini pun, ibukota Priangan masih memiliki makanan khas,

dengan mutu dan cita rasa sempurna (Kunto, 1986).

Teknologi kamera yang berbeda menghasilkan kualitas visual yang

berbeda pula. Pelaku fotografi yang terlibat juga berbeda tingkat kemampuannya

dalam mengatur visualisasi foto yang dihasilkan sehingga hal ini menjadi menarik

dan penting untuk dikaji, karena dari berbagai literatur yang ada, baik karya tulis

ilmiah dan buku, belum ada kajian yang membahas hal tersebut secara spesifik.

Kajian ini diharapkan menjadi sebuah kajian kualitatif yang dapat menjadi bahan

literatur khususnya ilmu desain dalam fenomena perkembangan teknik fotografi,

(13)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, maka terdapat

butir-butir penting yang dapat teridentifikasi, sebagai berikut:

1) Perkembangan teknologi fotografi dari mekanik ke digital, salah satunya

adalah kemunculan teknologi aplikasi Instagram.

2) Instagram sebagai media sosial berbasis foto, banyak menampilkan foto

makanan (food photography) yang setiap objek fotonya menghasilkan

presentasi yang berbeda.

Berdasarkan identifikasi di atas, maka terdapat rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Adanya perbedaan kualitas visual dan representasi foto makanan (food

photography) dari fotografi mekanik hingga digital yang tersebar di media

sosial Instagram.

2) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan kualitas

visual dan representasi foto makanan (food photography) dari fotografi

(14)

1.3. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut:

1) Mengapa terjadi perbedaan kualitas visual dan representasi foto makanan dari

fotografi mekanik hingga digital yang tersebar di media sosial Instagram?

2) Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan dari fotografi mekanik hingga digital yang tersebar

di media sosial Instagram?

3) Apa kekhususan secara kualitas visual dari foto makanan yang dihasilkan

oleh teknologi Instagram yang tidak dimiliki oleh fotografi mekanik maupun

digital?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan (food photography) dari fotografi mekanik hingga

digital yang tersebar di Instagram.

2) Mendeskripsikan pengaruh perkembangan teknik visualisasi terhadap kualitas

dan intensitas representasi yang dihasilkan teknologi fotografi makanan.

3) Mengetahui hubungan antara foto makanan yang tersebar di Instagram

(15)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada pengembangan bidang

keilmuan desain, yaitu diantaranya:

1) Menjadi rujukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, khususnya

yang berkaitan dengan topik, objek, dan metodologi yang sama, diantaranya

perkembangan teknik fotografi dari mekanik ke digital, khususnya foto

makanan (food photography), representasi visual, dan media sosial Instagram.

2) Menjadi bahan acuan bagi para praktisi desain, khususnya desainer dan

fotografer dalam proses pembelajaran mengenai kemajuan teknologi food

photography agar tidak hanya memberikan pengetahuan yang bersifat teknis

saja, namun turut memberikan pemahaman akan makna fotografi untuk media

sosial dalam penyebaran hasil foto melalui aplikasi Instagram dan

representasi visual yang dihasilkan.

1.6. Kerangka Penelitian

Penelitian ini berawal dari struktur pemikiran penelitian yang dirancang

dalam upaya mempertajam substansi dan struktur permasalahan penelitian. Lalu

memfokuskan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penyebab terjadinya

perbedaan kualitas visual dan representasi foto makanan dari fotografi mekanik

hingga digital yang tersebar di media sosial Instagram.

Penelitian dibagi dalam tiga bagian penting yaitu Teknik (T), Objek (O),

dan Representasi (R). Secara umum dipahami dan dibahas mengenai teori-teori

(16)

Gambar 1.2. Skema Pemikiran Penelitian

Dibahas juga mengenai perkembangan teknik fotografi mulai dari sebelum

lahirnya visual foto (non-foto) kemudian perkembangan teknologi fotografi dari

mekanik ke digital hingga munculnya teknologi Instagram. Objek yang menjadi

fokus penelitian ini adalah gambar/foto makanan. Lalu dijelaskan secara teori

mengenai visualisasi dan representasi serta kaitannya dengan objek penelitian.

Kasus penelitian secara khusus membahas mengenai hubungan teknik

fotografi digital melalui Instagram dengan makanan/kuliner Bandung sebagai

kasus penelitiannya dan disimpulkan aspek-aspek yang menjadi penyebab

(17)

Gambar 1.3. Kerangka Penelitian Foto Makanan (Food Photography)

Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian

Objek Kajian

Fotografer/ Pengguna (user)

Instagram

Foto Makanan/  Kuliner Bandung 

di Instagram 

Penikmat (viewer)/ Pengikut (followers)

Instagram

Analisis Visual

Analisis Representasi

Mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana terjadinya perbedaan kualitas visual dan representasi pada foto makanan yang tersebar

di media sosial Instagram

Analisis dilakukan berdasarkan

kajian teori Proses pengolahan data hasil observasi

(5W1H & P3E)

Hasil Analisa Fenomena Perkembangan Teknologi Fotografi dari Mekanik ke Digital

(18)

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Dikarenakan luasnya ruang lingkup permasalahan penelitian yang akan

dikaji, maka peneliti akan membatasi kajiannya. Adapun batasan penelitian

diuraikan sebagai berikut:

1) Dari aspek objek penelitian, dibatasi pada objek foto makanan yang diunggah

dan disebarkan melalui media sosial Instagram. Sebagai contoh, peneliti akan

memfokuskan objek penelitiannya pada foto makanan/kuliner Bandung yang

tersebar di Instagram.

(19)

2) Dari aspek teknik fotografi, dibatasi pada teknologi fotografi dari mekanik ke

digital dengan menggunakan perangkat genggam atau smartphone berbasis

iOS (Apple inc.) seperti iPhone, yang hasil fotonya diunggah dan disebarkan

melalui media sosial Instagram.

Gambar 1.5. Skema Ruang Lingkup Teknik Kajian

Landasan yang digunakan peneliti memilih perangkat ini adalah

pertimbangan bahwa iPhone merupakan parameter perangkat genggam

pertama dirilisnya aplikasi Instagram dan yang memiliki lebih banyak

pengguna aplikasi ini dibandingkan perangkat genggam lainnya. Terbukti

dengan adanya komunitas “iPhonesia”, yaitu komunitas fotografer iDevices

(20)

3) Dari aspek subjek penelitian, dibatasi hanya pada pengguna media sosial

Instagram yang khusus mengunggah dan menyebarkan foto makanan/kuliner

Bandung.

Gambar 1.6. Skema Ruang Lingkup Subjek Kajian

Selain itu diuraikan juga mengenai sifat-sifat dari makanan Bandung.

4) Dari aspek waktu penelitian, mulai dikaji pada foto makanan Bandung yang

disebarkan melalui Instagram dalam periode penelitian yaitu dari mulai

Januari 2014 hingga Desember 2015. Pembatasan ini dilakukan atas dasar

jumlah foto yang diunggah ke Instagram sangat banyak dan bertambah terus

(21)

Berdasarkan penjelasan di atas, batasan kasus penelitian dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

TEKNIK Fotografi digital (mobile phone) dengan Instagram sebagai media penyebarannya.

PELAKU (maker) Fotografer makanan, yang juga sebagai pengguna Instagram dengan perangkat iPhone.

TARGET (viewer) Pengudap (tukang jajan), penikmat foto yang juga sebagai pengguna Instagram.

OBJEK Foto Makanan (food photography), kuliner Bandung

LOKASI Bandung

WAKTU Januari 2014 hingga Desember 2015

Tabel 1.1. Batasan Kasus Penelitian

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Hal ini didasari pada sifat data yang ingin dihasilkan, yakni bersifat deskriptif

mengenai bagaimana terjadinya perbedaan representasi visual yang dihasilkan

dari foto makanan di media sosial Instagram. Penelitian ini secara umum adalah

penelitian bidang desain yang menjadikan visual foto makanan sebagai objek

kajian dan makanan Bandung sebagai studi kasus agar menghasilkan sebuah

deskripsi pemahaman mendalam tentang representasi foto. Pemahaman diperoleh

dengan cara menelaah dan menginterpretasi data penelitian sehingga pendekatan

(22)

Denzin dan Lincoln (2009:2) mengungkapkan bahwa pendekatan kualitatif

adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian dengan beragam metoda,

mencakup pendekatan interpretif dan naturalistik terhadap subjek kajiannya. Pada

penelitian kualitatif, peneliti mempelajari benda-benda dalam konteks alaminya,

berupaya memahami atau menafsirkan fenomena yang dilihat dari sisi makna

yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya. Artinya, dalam konteks penelitian

tesis ini, pemaparannya dikemukakan secara kualitatif dengan mendeskripsikan

hasil penelitian sesuai dengan temuan pada analisis data.

Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah

konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif

dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap

individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat

ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya

dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi

yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk

memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan

demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan

instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

Metodologi analisis kualitatif utama yang digunakan dalam penelitian ini

(23)

sebagai fondasi pembedahan objek, sebelum analisis representasi dilakukan pada

awal akan dilakukan analisa visual dengan membedah foto makanan Bandung

yang disebarkan di Instagram. Pembedahan dilakukan pada unsur-unsur visual

dalam foto seperti komposisi dan warna. Analisa visual ini bertujuan untuk

mengetahui unsur-unsur visual apa saja yang muncul sebagai kualitas dan

intensitas dalam foto makanan yang tersebar di Instagram sehingga representasi

visual foto dapat dipahami.

Perbedaan representasi dipicu oleh perbedaan visual foto. Teori

Representasi (Theory of Representation) yang dikemukakan oleh Stuart Hall

(1997) menjadi teori pendukung yang digunakan penelitian ini. Teori ini

diharapkan mampu memperkaya dan mempertajam penelitian.

Pelaku Objek Representasi

Pemotret (maker),

pengguna (user) Instagram yang berperan dalam unggahan hasil foto

Visual foto makanan/ kuliner Bandung yang tersebar di media sosial Instagram

Representasi apa yang dihadirkan melalui visualisasi foto makanan Bandung

Tabel 1.2. Tabel Analisis Representasi

1.8.2. Pengumpulan Data

Menurut Creswell (1998:110), aktivitas dalam perolehan data yaitu

menentukan lokasi perolehan data (locating site) dan kemudian membuat akses

(24)

Selanjutnya pengumpulan data (collecting data) dan merekam informasi

(recording information) dan kemudian menyimpan data (storing data). Oleh

sebab itu, lokasi wawancara serta informan akan disesuaikan dengan kebutuhan

penelitian.

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan beberapa pendekatan.

Pertama, dilakukan studi literatur mengenai objek penelitian yaitu makanan

Bandung. Peneliti mengacu pada 2 (dua) buku karya Haryoto Kunto yang banyak

membahas seputar kota Bandung, diantaranya buku “Wajah Bandoeng Tempo

Doeloe” (Granesia, 1984) dan buku “Semerbak Bunga di Bandung Raya”

(Granesia, 1986). Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa jenis makanan

Bandung yang terkenal dari era tahun 60-an. Kedua, dilakukan observasi atau

pengamatan langsung pada objek foto makanan Bandung yang tersebar di

Instagram. Dalam observasi, alat seperti kamera pada perangkat genggam dan

komputer digunakan sebagai alat untuk merekam objek.

Pendekatan selanjutnya yang digunakan adalah studi literatur mengenai

teori-teori yang relevan dalam penelitian ini. Studi literatur adalah studi dengan

menggunakan data literatural seperti buku-buku, artikel dan penelitian ilmiah

mengenai desain komunikasi visual secara umum dan fotografi secara khusus,

foto makanan (food photography), teori visual, teori representasi, dan metodologi

penelitian terkait. Beberapa artikel dari sumber media cetak (koran dan majalah)

maupun internet yang berkaitan juga turut dipelajari sebagai referensi. Wawancara

(25)

Menurut Creswell dalam Kuswarno (2009:66), hal-hal yang berhubungan

dengan proses pengumpulan data disarankan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Yang diamati Beberapa individu yang pernah mengalami suatu fenomena.

Akses data Menentukan individu-individu yang pernah mengalami suatu fenomena.

Strategi pengambilan sample/informan

Menentukan informan yang benar-benar pernah mengalami suatu fenomena.

Bentuk data Wawancara dengan informan sampai dengan 10 orang

Proses perekaman Wawancara secara terbuka

Isu lapangan Menempatkan fenomena yang dialami informan dalam tanda kurung (bracketing method).

Penyimpanan data Transkip wawancara dan file dalam komputer.

Tabel 1.3. Hal-hal Penting dalam Perolehan Data Sumber: Creswell dalam Kuswarno (2009:66)

1.8.3. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mengumpulkan data dengan beberapa metode seperti observasi

langsung, studi literatur dan wawancara, data akan dianalisis untuk mendapatkan

hasil yang valid. Hasil wawancara dengan narasumber berupa penjelasan

mengenai fotografi, khususnya foto makanan dan pengamatan langsung kemudian

di rangkum ulang, diklasifikasikan dan diolah untuk disesuaikan dengan model

analisa. Data-data pendukung berupa dokumen dari berbagai sumber diolah untuk

memperkuat argumen dan memperkaya materi. Data-data tersebut akan dianalisis

(26)

1) Tahap Analisis Visual

Pada tahap ini diuraikan unsur-unsur visual yang ada pada foto makanan

Bandung, yang terdiri dari elemen-elemen desain dan sistem desain visual.

Melalui analisa visual ini akan didapatkan uraian berupa unsur-unsur apa saja

yang muncul sebagai kualitas dan intensitas dalam foto makanan Bandung.

Tahap analisa visual ini merupakan tahap awal analisa sebagai fondasi

sebelum dilanjutkan pada analisa representasi.

2) Tahap Analisis Representasi

Setelah analisis visual selanjutnya adalah tahap analisis representasi. Analisis

ini didasarkan dan bersumber dari pemetaan analisa visual yang sudah

dijabarkan sebelumnya. Pada analisis representasi ini akan dijabarkan

representasi apa yang dihadirkan oleh masing-masing pemotret (maker) atau

pelaku foto makanan Bandung di Instagram dan penikmat foto (viewer) yang

menangkap stimulus dari objek foto makanan tersebut.

1.8.4. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian mengacu pada skema pemikiran penelitian yang

terfokus pada kasus penelitian, yaitu penilaian persepsi publik terhadap visualisasi

dan representasi foto makanan Bandung yang tersebar di media sosial Instagram.

Kemudian dideskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan kualitas

(27)
(28)

1.8.5. Hasil Pengujian

Hasil pengujian pada analisis visual, yaitu berupa data mengenai kualitas

dan intensitas unsur visual foto pada 4 jenis makanan Bandung yang diteliti,

kemudian diselaraskan dengan kesesuaian landasan teori, sehingga teridentifikasi

masing-masing strategi komunikasi visual pada foto-foto tersebut. Selanjutnya

akan dihubungkan dengan representasi yang dihasilkan oleh foto makanan

Bandung, apakah dapat diwakilkan secara visualisasi atau tidak.

Kedua hasil pengujian ini saling melengkapi satu sama lain sebagai bahan

pertimbangan untuk menentukan terjadinya perbedaan representasi visual diantara

foto makanan Bandung.

Gambar 1.8. Proses Analisa Kasus Penelitian

1.9. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab. Setiap

bab menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian secara sistematis

berdasarkan struktur pemikiran penelitian yang sudah dirancang oleh peneliti.

(29)

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang penelitian mengenai fenomena atau

gejala yang dijadikan kasus penelitian, kemudian mengidentifikasi dan

merumuskannya ke dalam suatu uraian permasalahan yang bertujuan untuk

mengetahui jawaban atas masalah yang diteliti, yaitu perbedaan visual dan

representasi foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram. Di dalamnya

juga disebutkan tujuan dan manfaat dari penelitian, ruang lingkup penelitian

beserta metode yang digunakan dalam penelitian ini. Sebelumnya diuraikan

dahulu mengenai kerangka penelitian yang menjelaskan struktur pemikiran

penelitian tesis yang mengacu pada skema berikut:

(30)

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini dipaparkan beberapa teori yang relevan digunakan dalam

penelitian. Membahas mengenai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

konteks penelitian, yaitu foto makanan dan media sosial Instagram. Dibahas juga

kajian teori seperti teori representasi, teori komunikasi visual, perkembangan

fotografi yang berkaitan dengan foto makanan, kuliner, dan media sosial

Instagram. Lebih khusus peneliti juga membahas perkembangan fotografi dari

mekanik ke digital, fotografi ponsel, serta mengenai food photography hingga

fenomena memotret makanan dan penyebarannya melalui media sosial. Posisi

bahasan bab II ini pada struktur pemikiran penelitian adalah dari yang Umum

(31)

Bab III Objek Penelitian

Dalam bab ini secara khusus membahas mengenai objek penelitian.

Diuraikan mengenai dasar pemilihan foto makanan sebagai objek penelitian yang

disusun berdasarkan metode pengumpulan data atas pertimbangan pemilihan

makanan/kuliner Bandung sebagai studi kasus. Kemudian secara khusus dibahas

mengenai foto makanan Bandung yang tersebar di Instagram dan pelaku (maker)

foto makanan Bandung di Instagram yang juga sebagai pengguna (user) di media

sosial tersebut, guna menemukan representasi visual dari foto makanan Bandung.

Posisi bahasan bab III ini pada struktur pemikiran penelitian yaitu pada kasus

penelitian.

(32)

Bab IV Analisis Visual dan Representasi Foto Makanan Bandung di Instagram

Pada bab ini dibedah mengenai analisis kualitas visual terhadap hasil foto

makanan Bandung dilihat dari unsur-unsur visual yaitu elemen desain dan sistem

desain. Kemudian dari analisa visual tersebut dipaparkan analisa representasi foto

makanan mulai dari perkembangan teknologi fotografi dari mekanik ke digital

hingga pada teknik fotografi ponsel melalui teknologi Instagram. Hasil dari

analisis ini dideskripsikan berdasarkan siapa pelaku (maker) dan penikmat

(viewer) dari foto makanan tersebut. Posisi bahasan bab IV ini pada struktur

pemikiran penelitian adalah dari yang Umum hingga Perkembangan dan akhirnya

(33)

Bab V Kesimpulan Dan Saran

Bagian kesimpulan penelitian ini berupa hasil analisa visualisasi dan

representasi foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram. Kesimpulan

ini juga menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Posisi

bahasan bab V ini adalah sebagai berikut:

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas visual foto

makanan yang tersebar di Instagram banyak dipengaruhi oleh unsur visual

fotografi, yaitu komposisi. Selain itu peneliti juga menemukan unsur visual pada

foto makanan, yang banyak diantaranya menggunakan unsur garis, bidang, dan

warna. Unsur visual fotografi sangat penting karena berkaitan dengan teknik

visual dalam memotret makanan yang juga berlaku pada fotografi Instagram yang

dilakukan dengan menggunakan perangkat genggam (ponsel).

Faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan dari fotografi mekanik hingga digital yang tersebar di

media sosial Instagram, dalam kasus makanan Bandung, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1) Keunikan rasa dari makanan Bandung,

2) Ketepatan dan Kelengkapan visual foto makanan Bandung yang tersebar di

Instagram,

3) Kualitas kamera (alat) yang digunakan untuk memotret objek makanan,

(35)

5) Kemampuan penikmat foto (viewer) dalam mengamati visual foto makanan

dan pengenalan rasa makanan Bandung dari pengalaman mencicipi

sebelumnya.

Gambar 5.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas visual dan representasi

foto makanan Bandung

Foto makanan Bandung yang dihasilkan oleh teknik fotografi digital, salah

satunya Instagram, memiliki kekhususan secara kualitas visual. Diantaranya:

Kualitas visual fotografi Instagram biasanya ditentukan oleh kualitas dari kamera

yang ada pada jenis perangkat/ponsel yang digunakan oleh si pelaku (maker).

(36)

1) Alat (kamera/perangkat genggam) yang digunakan untuk memotret makanan

teknologinya kurang pintar, sedangkan manusianya (pelaku) lebih pintar dari

alat yang digunakan sehingga menghasilkan kualitas visual foto yang kurang

mewakili realitas objek makanannya.

2) Alat (kamera/perangkat genggam) yang digunakan untuk memotret makanan

teknologinya lebih pintar, sedangkan manusianya (pelaku) kurang pintar

untuk mengeksplorasi alat itu sehingga menghasilkan kualitas visual foto

yang kurang mewakili realitas objek makanannya.

3) Alat (kamera/perangkat genggam) yang digunakan untuk memotret makanan

teknologinya kurang pintar, sedangkan manusianya (pelaku) juga kurang bisa

mengekplorasi alat yang digunakannya sehingga menghasilkan kualitas visual

foto yang sangat kurang mewakili realitas objek makanannya.

4) Alat (kamera/perangkat genggam) yang digunakan untuk memotret makanan

teknologinya pintar, dan manusianya (pelaku) juga pintar dalam

mengeksplorasi alat yang digunakan sehingga menghasilkan kualitas visual

foto yang dapat mewakili realitas objek makanannya. Kemungkinan yang

keempat ini menjadi unggul dalam merepresentasikan realitas dari objek

makanan yang kompleks.

Namun dari empat kemungkinan di atas, peneliti menyadari bahwa ada hal

yang lebih unggul dalam hal merepresentasikan suatu realitas yang kompleks.

(37)

1) Realitas yang nyata diciptakan oleh Tuhan, yang sebenarnya sangat kompleks

dan holistik.

2) Ilmu, Teknologi, Bahasa, Seni dan Filosofi diciptakan oleh manusia, itu

semua merupakan upaya optimasi manusia untuk mewakili “realitas”, akan

tetapi tidak sebenar-benarnya “realitas” itu sendiri.

3) Teknologi digital sebagai salah satu upaya yang dibuat oleh manusia, untuk

mewakili “realitas”.

4) Penelitian ini adalah tentang apa, mengapa, dan bagaimana terjadinya

perbedaan kualitas visual dan representasi dari realitas objek foto kuliner

Bandung dalam konteks fotografi dengan teknologi digital Instagram sebagai

media sosial.

Hampir semua hal yang berkaitan dengan penciptaan seni rupa, termasuk

fotografi di era digital yang terjadi saat ini, dianggap sederhana dan mudah.

Masyarakat yang dulu menganggap fotografi menjadi suatu pekerjaan yang sulit

dan membutuhkan biaya yang mahal, namun sekarang ini fotografi merupakan

pekerjaaan yang mudah dan murah. Dan memang tidak dapat dipungkiri lagi, dulu

fotografi merupakan aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang

saja, karena untuk bisa menguasai kamera saja butuh keterampilan yang tidak

mudah serta waktu yang lama. Belum lagi prosesnya yang rumit dan

membutuhkan biaya yang relatif mahal. Maka, dulu tidak setiap orang bisa

(38)

Situasional atau keadaan di lingkungan yang hampir semuanya

menggunakan media sosial mendorong seseorang untuk ikut serta menggunakan

dan melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang sedang diminati. Salah satunya

memotret makanan dan menyebarkannya ke media sosial, termasuk Instagram.

5.2. Saran

Melalui analisa visual dan representasi ini, ada beberapa hal yang penting

untuk dipahami secara praktis oleh desainer grafis khususnya oleh para desainer

dan fotografer makanan. Melalui pemahaman yang baik, diharapkan desainer dan

fotografer makanan dapat lebih teliti dalam melahirkan keputusan desain

termasuk didalamnya pemilihan unsur visual foto karena telah mengetahui

dampak representasi yang ditimbulkannya. Selain itu, dengan memahami

penelitian ini diharapkan dapat memperluas pandangan akan peran yang

diembannya. Kerangka penelitian ini, juga dapat digunakan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya baik dalam konteks visual fotografi.

Singkatnya, sebagaimana penelitian interpretatif lainnya, analisis

representasi merupakan suatu seni dan kreativitas yang kesimpulannya bisa jadi

berbeda, jika dilakukan oleh analis berbeda, meskipun kasusnya sama. Tetapi,

meskipun begitu hanya kerangka atau model yang bermanfaatlah yang bertahan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ardianto dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori & Praktik. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Barthes, Roland. 1977. Image Music Text. London: Fontana Press.

Barthes, Roland. 1981. Camera Lucida. New York: Hill and Wang.

Baudillard, J. P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Berger, John. 1985. Ways of Seeing: Based on the BBC Television Series.

London: British Broadcasting Corporation and Penguin Books.

Bull, Stephen. 2009. Photography. London: Routledge.

Bungin, B. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Collier Jr, John. & Collier, Malcolm. 1986. Visual Anthropology: Photography as

A Research Method, Revised and Expanded Edition. Albuquerque:

University of New Mexico Press.

Creswell, John. W. 2008. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approches. (3rd ed). California: Sage Publishing.

Danesi, Marcel & Peron. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar

Mengenai Semoitika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Dwi Atmoko, Bambang. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Media Kita.

Emmison, Michael & Smith, Philip. 2007. Researching The Visual. London: Sage

Publications

Fidler, Roger F. 1997. Mediamorphosis: Understanding New Media. California:

Sage Publications Company.

Forrester, Michael. 2002. Psychology of The Image. New York: Routledge.

(40)

Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representation and Signifying

Practises. London: Sage.

Holmes, D. 2012. Teori Komunikasi: Media, Teknologi dan Masyarakat.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kress, Gunther & Van Leeuwen, Theo. 2006. Reading Images: The Grammar of

Visual Design. (2nd ed). New York: Routledge.

Kunto, Haryoto. 1984. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung: Granesia.

Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga di Bandung Raya. Bandung: Granesia.

La Grange, Ashley. 2005. Basic Critical Theory for Photographers. Oxford:

Focal Press.

Peres, Michael R. dkk. 2007. The Concise Focal Encyclopedia of Photography:

From the First Photo on Paper to the Digital Revolution. Oxford: Focal

Press.

Piliang, Y. A. 2009. Posrealitas: Realitas Kebudayaan Dalam Era Posmetafisika.

Yogyakarta: Jalasutra.

Rosa, Hartmut & E. Scheuerman, William. 2009. High-Speed Society, Social

Acceleration, Power and Modernity. Pennsylvania: The Pennsylvania

State University Press.

Rose, Gillian. 2002. Visual Methodologies. London: Sage Publication Ltd.

Sachari, Agus. 2002. Sosiologi Desain. Bandung: ITB Bandung.

Sachari, Agus. 2005. Pengantar Metode Penelitian Budaya Rupa dan Desain

(Arsitektur, Seni Rupa, dan Kriya). Jakarta: Erlangga.

Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sachari, Agus & Sunarya, Yan Yan. 2001. Wacana Transformasi Budaya. Bandung:

ITB Bandung.

Sanaji, Miftah. 2013. Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Bandung. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Sarvas, R. & Frohlich, David M. 2011. From Snapshots to Social Media – The

(41)

Schirato, Tony & Webb, Jen. 2004. Reading The Visual. Crows Nest: Allen &

Unwin Publishing.

Scruton, Roger. 1981. Critical Inquiry: Photography and Representation. (vol. 7).

577-603. The University of Chicago Press.

Spencer, D. A. 1973. The Focal Dictionary of Photographic Technologies.

Oxford: Focal Press.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Strinati, Dominic. 2004. An Introduction To Theories of Pupular Culture. (2nd ed).

New York: Routledge.

Turner, B.S. 1988. Status. Milton Keynes: Open University Press.

Van Leeuwen, Theo & Jewitt, Carey. 2001. Handbook of Visual Analysis.

London: SAGE Publications Ltd.

Vihma, Susan. 1995. Products as Representations: A Semiotic and Aesthetic

Study of Design Products. Michigan: University of Art and Design.

Webster, F. 2006. Theories of The Information Society. New York: Routledge.

Sumber Jurnal Akademik

Boyd, M. D. 2007. Social Networks Sites: Definition, History and Scholarship.

Journal of Computer-Mediated Communication, 11.

Rahman, Moch. Abdul. 2008. Estetika Dalam Fotografi Estetik. Bahasa dan Seni,

36 [2], 178-185.

Sumber Artikel Online

Frommer, D. 2010. Here’s How To Use Instagram. Dikutip dari Business Insider:

www.businessinsider.com. Diakses pada 10 Mei 2015.

http://instagram.com/ (diakses 10 Mei 2015)

http://anissaisyaa.blogspot.com/2013/06/fenomena-jejaring-sosial-instagram.html

(diakses 10 Mei 2015)

(42)

http://www.europepress.com/history/photography_history.htm (diakses 20 Juni

2015)

http://inventors.about.com/od/pstartinventions/a/Photography.htm (diakses 20

Juni 2015)

http://mrgeleq.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-kamera.html

(diakses 20 Juni 2015)

https://sites.google.com/site/edufotografi/home/ (diakses 20 Juni 2015)

http://photodoto.com/camera-history-timeline/ (diakses 20 Juni 2015)

http://www.infographicscreator.com/2014/04/11/timeline-infographic-evolution-camera/ (diakses 20 Juni 2015)

http://keoughp.wordpress.com/2013/05/27/best-of-both-worlds-analog-vs-digital-photography/ (diakses 20 Agustus 2015)

https://www.instagram.com/dunia_kulinerbdg/ (diakses 20 Agustus 2015)

https://www.instagram.com/infobandungkuliner/ (diakses 20 Agustus 2015)

https://www.instagram.com/girleatworld (diakses 20 Agustus 2015)

http://duniakulinerbandung.com/ (diakses 20 Agustus 2015)

(43)

90.102.13.005

Universitas Komputer Indonesia

Fakultas Pascasarjana, Program Studi Magister Desain Jl. Dago (Ir. H. Djuanda) 160-162, Bandung, 40132

e-mail: irmaroch@gmail.com

Abstrak. Fotografi makanan atau food photography sekarang ini menjadi populer dalam penyebaran

foto online melalui media sosial

Instagram. Fenomena memotret

dengan mengunakan kamera pada perangkat genggam dan menyebar

luaskannya ke media sosial

Instagram menghasilkan kualitas

visual dan representasi yang

berbeda-beda, khususnya terhadap

objek foto makanan. Dalam

penelitian ini dibahas juga

perkembangan foto makanan dari sebelum lahirnya teknologi fotografi

(teknik non-foto), perubahan

teknologi fotografi dari mekanik ke digital, hingga munculnya teknologi fotografi Instagram dalam memotret makanan dan menyebarluaskannya melalui media sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penyebab terjadinya

perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan yang tersebar di Instagram serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif

melalui pengamatan pada foto

makanan yang tersebar di Instagram, menganalisa setiap foto makanan yang dikaji dari unsur-unsur visual,

apakah mampu merepresentasikan realitas dari makanan itu atau tidak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kualitas visual dan representasi dari foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram dalam kasus Kuliner

Bandung. Kualitas visual foto

makanan ditentukan oleh kualitas kamera dan teknik fotografi yang dikuasai oleh pelaku (maker). Visual

foto tidak dapat sepenuhnya

merepresentasikan realitas, karena

tidak hanya melibatkan indera

penglihatan (visual) tetapi juga melibatkan indera lainnya, seperti auditori. Melalui pemahaman yang

baik, diharapkan desainer dan

fotografer makanan dapat lebih teliti dalam melahirkan keputusan desain

termasuk didalamnya pemilihan

unsur visual foto karena telah

mengetahui dampak representasi

yang dihasilkannya.

Kata kunci: Foto Makanan,

Instagram, Kuliner Bandung,

Representasi, Visual.

(44)

this research also discussed the development of food photography from the birth of photographic technology (non-photo technique), the technological change from mechanical to digital photography, until the born of Instagram photographic technology in food photography and share it widely to social media.

This study aims to find out the causes and the factors that affected of the differences in the visual quality and representation of food photography that spread in Instagram. By using descriptive qualitative method through observation of food photography spread on Instagram, analyzes each food photograph that were examined from visual elements, should be able to represent the reality of the food object or not. Results from the study indicate that there are differences in visual quality and representation of the food photography spread in social media Instagram in case study of Bandung Culinary. The visual quality of photography determined by the quality of camera and capability of the photographer (maker) in photographic techniques. The Visualization of food photography can not fully represent the reality, because it involves not only the sense of sight (visual) but also involve other sense, such as auditory. Through a good understanding,

Keywords: Bandung Culinary, Food Photography, Instagram,

Representation, Visual.

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi membawa pengaruh pada kehidupan

masyarakat, diantaranya dengan

memberikan kemudahan dalam

memecahkan berbagai masalah.

Keberadaan Internet sebagai media baru memiliki kelebihan dalam

menyajikan berbagai informasi

secara aktual. Fitur-fitur dalam internet yang disebut jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya yang disuguhkan oleh internet membuat penggunanya dapat memilih dengan cara apa berkomunikasi dan berbagi informasi, salah satunya adalah berbagi gambar.

Salah satu perkembangan teknologi informasi adalah dengan adanya mobile photography atau fotografi

dengan menggunakan perangkat

genggam (telepon seluler/ponsel) yang muncul sejak lahirnya kamera yang diterapkan pada perangkat tersebut. Teknologi ini telah berhasil

menyajikan sebuah pengalaman

memotret yang lebih mudah dan cepat dari teknologi sebelumnya. Jika dahulu memotret membutuhkan kemampuan khusus dan proses yang

panjang, pada masa sekarang

(45)

ini, salah satunya adalah Instagram.

Kemunculan Instagram yang

merupakan media sosial berbasis foto ini, membawa fenomena baru dalam media pertukaran foto online. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengolah

foto dengan menerapkan filter

digital, dan membagikannya ke

berbagai layanan media sosial,

termasuk milik Instagram itu sendiri.

Media sosial yang bertujuan

mengunggah foto ini mampu

menarik hingga ribuan foto yang

dipotret menggunakan telepon

seluler lalu diunggah melalui

Instagram setiap harinya.

Diantara foto-foto yang diunggah di media sosial Instagram, terdapat foto-foto yang mengangkat tema makanan atau yang lebih dikenal

dengan food photography. Foto

makanan (food photography)

diunggah dalam bentuk hasil foto dengan kualitas visual yang

berbeda-beda. Jenis makanan yang

disebarkan melalui foto ini pun beraneka macam dan menghasilkan representasi yang beragam pula. Hasil foto makanan tentunya akan memperoleh persepsi yang berbeda antara sesama fotografer (maker)

atau pengguna media sosial

Instagram dengan penikmat (viewer) hasil foto tersebut. Namun jika dicermati, respon atau tanggapan yang diberikan pada umumnya

bukanlah mengenai kemampuan

teknik pemotretan semata, melainkan juga berkaitan dengan unsur-unsur

makanan tersebut.

Penelitian ini difokuskan pada foto makanan atau kuliner Bandung yang tersebar di media sosial Instagram. Ratusan foto makanan Bandung diunggah setiap harinya ke media sosial Instagram, entah itu unggahan yang hanya sekedar hobi saja atau

foto makanan yang bersifat

komersial/promosi. Semua orang kini mengenal kota Bandung sebagai “Kota Kuliner”. Salah satu tokoh dari kota Bandung ini, yaitu Haryoto

Kunto (1940-1999) menuliskan

sejarah kota Bandung dalam

beberapa buku karangannya.

Menurut Kunto (1986), Dalam

urusan makanan, kota Bandung tempo doeloe memiliki beberapa spesialities yang sanggup memuaskan selera kaum pengudap (tukang jajan). Bahkan sampai kini

pun, ibukota Priangan masih

memiliki makanan khas, dengan mutu dan cita rasa sempurna.

Teknologi kamera yang berbeda menghasilkan kualitas visual yang berbeda pula. Pelaku fotografi yang

terlibat juga berbeda tingkat

kemampuannya dalam mengatur

visualisasi foto yang dihasilkan sehingga hal ini menjadi menarik dan penting untuk dikaji, karena dari berbagai literatur yang ada, baik karya tulis ilmiah dan buku, belum ada kajian yang membahas hal tersebut secara spesifik. Kajian ini diharapkan menjadi sebuah kajian kualitatif yang dapat menjadi bahan literatur khususnya ilmu desain

(46)

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 1 Batasan Penelitian

TEKNIK Fotografi digital

(mobile phone)

OBJEK Foto Makanan (food

photography), kuliner Bandung

LOKASI Bandung

WAKTU Januari 2014 hingga

Desember 2015

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui apa faktor-faktor

penyebab terjadinya perbedaan kualitas visual dan representasi

foto makanan (food

photography) yang tersebar di media sosial Instagram.

2) Mendeskripsikan pengaruh

perkembangan teknik visualisasi

2. METODE

Penelitian ini berawal dari struktur pemikiran penelitian yang dirancang dalam upaya mempertajam substansi dan struktur permasalahan penelitian. Lalu memfokuskan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

penyebab terjadinya perbedaan

kualitas visual dan representasi foto makanan dari fotografi mekanik hingga digital yang tersebar di media sosial Instagram.

Penelitian dibagi dalam tiga bagian penting yaitu Teknik (T), Objek (O), dan Representasi (R). Secara umum dipahami dan dibahas mengenai

teori-teori yang menjelaskan

keterkaitan diantara (T-O-R) dengan pelakunya (maker).

Gambar 1 Skema Pemikiran Penelitian 

Dibahas mengenai perkembangan teknik fotografi mulai dari sebelum

lahirnya visual foto (non-foto)

(47)

Kasus penelitian secara khusus

membahas mengenai hubungan

teknik fotografi digital melalui Instagram dengan kuliner Bandung sebagai kasus penelitiannya dan

disimpulkan aspek-aspek yang

menjadi penyebab terjadinya

perbedaan (kualitas dan intensitas) representasi visual yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian

kualitatif. Hal ini didasari pada sifat data yang ingin dihasilkan, yakni

bersifat deskriptif mengenai

bagaimana terjadinya perbedaan

representasi visual yang dihasilkan dari foto makanan di media sosial Instagram. Penelitian ini secara umum adalah penelitian bidang desain yang menjadikan visual foto makanan sebagai objek kajian dan makanan Bandung sebagai studi kasus agar menghasilkan sebuah

deskripsi pemahaman mendalam

tentang representasi foto.

Pemahaman diperoleh dengan cara menelaah dan menginterpretasi data penelitian sehingga pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan

kualitatif.

Metodologi analisis kualitatif utama yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analisis Representasi.

Analisis ini dipilih karena memiliki

relevansi dengan permasalahan

terkait perbedaan presentasi dalam setiap objek foto. Teori Representasi (Theory of Representation) yang dikemukakan oleh Stuart Hall (1997)

menjadi teori pendukung yang

digunakan penelitian ini. Teori ini

Pelaku Pemotret (maker),

pengguna (user) Instagram yang berperan dalam unggahan hasil foto.

Objek Visual foto

makanan/ kuliner Bandung yang tersebar di media sosial Instagram.

Representasi Representasi apa

yang dihadirkan melalui visualisasi foto makanan Bandung.

Namun, sebagai fondasi pembedahan objek, sebelum analisa representasi dilakukan pada awal akan dilakukan analisa visual dengan membedah foto makanan Bandung yang tersebar

di media sosial Instagram.

Pembedahan dilakukan pada unsur-unsur desain visual dalam foto seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan lain-lain. Juga dikaji dari

berbagai sistem desain seperti

komposisi, keseimbangan, irama, proporsi, dan lain-lain.

Analisa visual ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur visual apa saja yang muncul sebagai kualitas dan intensitas dalam foto makanan yang tersebar di Instagram sehingga

representasi visual foto dapat

dipahami.

(48)

seputar kota Bandung, diantaranya buku “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe” (Granesia, 1984) dan buku “Semerbak Bunga di Bandung Raya” (Granesia, 1986). Kedua, dilakukan observasi atau pengamatan langsung pada objek foto makanan Bandung yang tersebar di Instagram. Dalam observasi, alat seperti kamera pada perangkat genggam dan komputer

digunakan sebagai alat untuk

merekam objek.

Pendekatan selanjutnya yang

digunakan adalah studi literatur mengenai teori-teori yang relevan dalam penelitian ini. Studi literatur adalah studi dengan menggunakan data literatural seperti buku-buku,

artikel dan penelitian ilmiah

mengenai desain komunikasi visual secara umum dan fotografi secara

khusus, foto makanan (food

photography), teori visual, teori

representasi, dan metodologi

penelitian terkait. Beberapa artikel dari sumber media cetak (koran dan majalah) maupun internet yang

berkaitan juga turut dipelajari

sebagai referensi.

3. PEMBAHASAN

3.1.Objek Penelitian

Untuk penelitian ini dilakukan pada tiga objek yaitu foto makanan Bandung yang tersebar di media sosial Instagram, pengguna (user)

melalui pendekatan literatur

mengenai makanan Bandung.

Peneliti mengacu pada literatur buku

Haryoto Kunto yang banyak

membahas seputar kota Bandung, diantaranya buku “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe” (Granesia, 1984) dan buku “Semerbak Bunga di Bandung Raya” (Granesia, 1986). Selain itu ada buku karya Miftah Sanaji (2013) yang berjudul “Wisata Kuliner Makanan Daerah Khas Bandung”, di dalamnya disebutkan 25 resep makanan khas Bandung yang menggugah selera.

Setelah mengumpulkan data

jenis-jenis makanan Bandung dari

bukunya Haryoto Kunto (1986) dan Miftah Sanaji (2013), selanjutnya

dilakukan pengamatan terhadap

makanan Bandung yang banyak dijual di restoran/cafe, juga penjual jajanan di sekitar kota Bandung. Terakhir dilakukan pengkategorian

jenis makanan dari foto-foto

makanan Bandung yang tersebar di media sosial Instagram.

Peneliti mengkategorikan data jenis-jenis makanan Bandung yang akan dipilih dengan menggunakan metode

analisis daftar cek (checklist).

Analisis checklist adalah metode

analisa yang menggunakan daftar

tertulis yang terstruktur untuk

menganalisa suatu sistem dan

didasarkan pada pengalaman

(49)

silang (✖).

Analisis daftar cek (checklist) jenis makanan Bandung yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Analisis Checklist Jenis Makanan Bandung

Analisis checklist ini dilakukan

untuk mengkategorikan makanan Bandung yang selanjutkan akan

dari jumlah tanda ceklist (✔)

terbanyak. Kesimpulan daftar

makanan Bandung yang dipilih dapat ditentukan dari tabel berikut:

 

Tabel 4 Pemilihan Jenis Makanan Bandung

Gado-gado 3 1 TIDAK

Nasi Rames 3 1 TIDAK

Martabak 3 1 TIDAK

Kue Balok 3 1 TIDAK

(50)

kasus foto makanan Bandung dalam penelitian ini.

   

3.2.Analisis

Analisis yang dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Tahap Analisis Visual

Pada tahap ini diuraikan unsur-unsur visual yang ada pada foto makanan Bandung, yang terdiri dari elemen-elemen desain dan sistem desain visual. Melalui analisa visual ini

akan didapatkan uraian berupa

unsur-unsur apa saja yang muncul sebagai kualitas dan intensitas dalam foto makanan Bandung. Tahap analisa visual ini merupakan tahap awal analisa sebagai fondasi sebelum dilanjutkan pada analisa representasi.

Tabel 5 Contoh Analisis Visual Makanan Bandung

Analisis Visual Foto Makanan: Lontong Kari

Unsur-unsur Desain Visual

Garis melengkung

Bidang lingkaran,

segiempat

Warna kuning, coklat,

hijau, biru

Tekstur tidak beraturan

Pola beraturan

Gelap Terang cahaya dari atas

objek

menimbulkan bayangan pada bawah objek

Prinsip-prinsip Desain Visual

Komposisi Rules of Third

Keseimbangan ada

Irama ada

Kesatuan ada

Kontras tinggi

Titik Fokus titik perhatian

tertuju pada objek lontong

Sudut Pandang

(51)

visual yang sudah dijabarkan

sebelumnya. Pada analisis

representasi ini akan dijabarkan representasi apa yang dihadirkan

oleh masing-masing pemotret

(maker) atau pelaku foto makanan

proses representasi. Pertama,

representasi mental, yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada dikepala

kita masing-masing (peta

konseptual), representasi mental

masih merupakan sesuatu yang

abstrak. Kedua, ‘bahasa’ yang

berperan penting dalam proses

konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang

lazim, supaya kita dapat

menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu.

Representasi adalah salah satu

praktik penting memproduksi

budaya. Kebudayaan merupakan

konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasa yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama (Stuart Hall dalam Newsletter Kunci, 2000).

penglihatan (visual) dan menarik perhatian penikmat foto sampai menimbulkan interpretasi pada foto makanan yang dilihatnya sehingga terjadinya tanggapan (opini) publik. Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan representasi publik terhadap foto makanan yang tersebar di Instagram. Diantaranya faktor latar belakang budaya, situasi, kepentingan, pengalaman, kondisi fisik dan lingkungan. Selain itu, perbedaan representasi visual foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram dengan beragam sensasi yang dimunculkan, kurang dapat merepresentasikan realitas dari objek makanan tersebut.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, berikut ini adalah

aspek-aspek yang mempengaruhi

perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram, diantaranya:

1) Objek Makanan

• Tingkat kandungan

elemen-elemen visual yang

memancarkan image positif.

• Tingkat keunikan rasa dari

kuliner Bandung.

2) Fotografer (maker)

• Tingkat penguasaan kamera

atau perangkat yang

digunakan.

• Tingkat penguasaan

(52)

dioperasikan.

4) Visual Foto Makanan

• Tingkat ketepatan dan

kelengkapan image yang dihasilkan.

5) Pengamat Foto Makanan

(viewer)

• Tingkat pengenalan rasa

dari pengalaman

sebelumnya.

• Tingkat kemampuan dalam

mengamati visual foto

makanan.

Hasil dari penelitian menunjukan

bahwa kualitas visual dan

representasi foto makanan

dipengaruhi oleh pelaku fotografi makanan (maker), objek visual foto

makanan, dan pengamat foto

makanan (viewer). Semuanya saling berhubungan serta dapat dinilai dari tingkat-tingkat kemampuan kamera (alat) dan pelakunya (manusia).

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas visual foto makanan yang tersebar di media sosial Instagram banyak dipengaruhi oleh unsur visual fotografi, yaitu komposisi. Selain itu peneliti juga menemukan unsur visual pada foto makanan, yang banyak diantaranya

(ponsel).

Faktor-faktor penyebab terjadinya

perbedaan kualitas visual dan

representasi foto makanan dari fotografi mekanik hingga digital yang tersebar di media sosial Instagram, dalam kasus makanan Bandung, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Keunikan rasa dari makanan

Bandung,

2) Ketepatan dan Kelengkapan

visual foto makanan Bandung yang tersebar di Instagram,

3) Kualitas kamera (alat) yang

digunakan untuk memotret objek makanan,

4) Tingkat penguasaan atau

kemampuan pelaku fotografi

(baik itu fotografer atau

penyebar foto) yang juga

pengguna media sosial

Instagram dalam hal visualisasi fotografi makanan,

5) Kemampuan penikmat foto

(viewer) dalam mengamati

visual foto makanan dan

pengenalan rasa makanan

Bandung dari pengalaman

mencicipi sebelumnya.

Foto makanan Bandung yang

(53)

alatnya sehingga menghasilkan kualitas visual foto yang kurang

mewakili realitas objek

makanannya.

2) Teknologi kamera (alat) lebih

pintar, sedangkan fotografer

(manusia) kurang pintar untuk mengeksplorasi alat itu sehingga menghasilkan kualitas visual foto yang kurang mewakili realitas objek makanannya.

3) Teknologi kamera (alat) kurang

pintar, dan fotografer (manusia) juga kurang bisa mengekplorasi alatnya sehingga menghasilkan kualitas visual foto yang sangat kurang mewakili realitas objek makanannya.

4) Teknologi kamera (alat) dan

fotografer (manusia) sama-sama pintar sehingga menghasilkan kualitas visual foto yang dapat

mewakili realitas objek

makanannya.

Namun dari empat kemungkinan di atas, peneliti menyadari bahwa ada hal yang lebih unggul dalam hal

merepresentasikan suatu realitas

yang kompleks. Diantaranya dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

1) Realitas yang nyata diciptakan

oleh Tuhan, yang sebenarnya sangat kompleks dan holistik.

2) Ilmu, Teknologi, Bahasa, Seni

dan Filosofi diciptakan oleh manusia, itu semua merupakan upaya optimasi manusia untuk mewakili “realitas”, akan tetapi

tidak sebenar-benarnya

“realitas” itu sendiri.

mengapa, dan bagaimana

terjadinya perbedaan kualitas visual dan representasi dari

realitas objek foto kuliner

Bandung dalam konteks

fotografi dengan teknologi

digital Instagram sebagai media sosial.

Hampir semua hal yang berkaitan

dengan penciptaan seni rupa,

termasuk fotografi di era digital yang terjadi saat ini, dianggap sederhana

dan mudah. Dulu fotografi

merupakan aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang saja, karena untuk bisa menguasai kamera saja butuh keterampilan yang tidak mudah serta waktu yang lama. Belum lagi prosesnya yang rumit dan membutuhkan biaya yang relatif mahal. Maka, dulu tidak setiap orang bisa melakukan pekerjaan menjadi seorang fotografer. Situasional atau keadaan di lingkungan yang hampir

semuanya menggunakan media

sosial mendorong seseorang untuk

ikut serta menggunakan dan

melibatkan diri pada

kegiatan-kegiatan yang sedang diminati. Salah satunya memotret makanan dan menyebarkannya ke media sosial, termasuk Instagram.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ahadiat Joedawinata yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna

mengarahkan penulis dalam

Gambar

Gambar 1.1. Aktifitas Memotret Makanan Melalui Instagram
Gambar 1.2. Skema Pemikiran Penelitian
Gambar 1.3. Kerangka Penelitian
Gambar 1.4. Skema Ruang Lingkup Objek Kajian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa mampu mengungkapkan makna secara tertulis sesuai dengan tujuan komunikasinya dengan struktur wacana dan fitur-fitur bahasa yang lazim digunakan dalam budaya bahasa

Adanya motivasi yang lebih tinggi dari para untuk mengkonsumsi Teh Pagilaran menunjukkan bahwa teh tersebut telah memenuhi kebutuhan para konsumen terhadap produk

Pendaftaran Cagar Budaya adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada pemerintah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana fenomena foto selfie pada media sosial

Hasil yang diperoleh dari uji korelasi adalah (1) Pengurus Gapoktan umumnya berusia produktif; tingkat pendidikan formal pengurus umumnya SD; tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK Mutiara menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman 6 MST, jumlah daun 6 MST,

Pada indikator pertama dan ketiga memiliki skor lebih kecil karena pada media audio visual ini masih terdapat istilah-istihah yang belum sesuai dengan Ejaan

Salah satunya adalah nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat investasi, selain itu Indeks Harga