• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek dan Tantangan Ilmu Administrasi Dalam Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prospek dan Tantangan Ilmu Administrasi Dalam Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSPEK DAN TANTANGAN ILMU ADMINISTRASI

DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH

DI INDONESIA

Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar Tetap

dalam Bidang Ilmu Manajemen Pembangunan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara

Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 7 Februari 2009

Oleh:

MARLON SIHOMBING

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Selamat Pagi

Salam Sejahtera untuk kita semua

Yang saya muliakan,

Bapak Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera

Utara

Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara

Para Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Sumatera Utara

Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara

Para Dekan Fakultas/Pembantu Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana,

Direktur dan Ketua Lembaga di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

Para Dosen, Mahasiswa, dan Seluruh Keluarga Besar Universitas

Sumatera Utara

Seluruh Teman Sejawat serta para undangan dan hadirin yang saya

muliakan

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan waktu dan kesehatan sehingga kita dapat menghadiri upacara pengukuhan ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan pidato dengan judul:

“PROSPEK DAN TANTANGAN ILMU ADMINISTRASI DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI INDONESIA”

PENDAHULUAN

Hadirin yang saya muliakan,

Perkembangan ilmu administrasi sebagai disiplin ilmu tidak terlepas dari hakekat manusia sebagai mahkluk yang bersifat inquisitive, yang selalu berfikir untuk mencari dan menemukan kebenaran dari waktu ke waktu,

(5)

is” dalam bentuk pertanyaan “what is probable” demikian selanjutnya; Moeljarto (2003; 11).

Selain alasan itu ilmu administrasi sebagaimana dengan ilmu-ilmu sosial lainya memiliki sifat iconoclastic, bahwa setiap keberadaan teori senantiasa akan mendapatkan kritikan untuk mencapai tingkat validitas dan relevansi yang lebih tinggi. Untuk melihat perkembangan ini Irfan Islamy: mengkatagorikan aspek perkembangan ilmu administrasi atas

“administrative technology vs administrative ideology”. Dalam perkembangannya kedua aspek administrasi ini sangat jelas mengalami ketimpangan. Kita telah merasakan laris manisnya ilmu administrasi yang berkosentrasi pada administrative technology yang lebih bersifat applied

seperti: human resourches management, e-commerce, e-government, organization learning, strategic planning, balance score card, benchmarking

(Irfan Islamy; 2006). Dalam proses meningkatkan kinerja administrasi, perkembangan ini tidak salah, tetapi pelu perhatian pada keseimbangannya dengan administrative ideology sebagai pure science yang lebih ideologi dan filosofis, seperti: government ethics, democratic public administration, welfare economics dan lain-lain.

Dalam satu seminar yang diselenggarakan oleh persadi di STIA LAN RI Jakarta baru-baru ini (2007). Pada seminar ini banyak mempertanyakan tentang lambannya perkembangan administrative ideology dan bahkan disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab kebobrokan administrasi kita pada saat ini,sehingga perlu menjadi perhatian kita bersama terutama para sarjana administrasi, bahwa pengembangan administrasi bukanlah sekedar menyangkut aspek efektifitas, efesiensi dan ekonomis semata, akan tetapi

political ideology, phylosopy dan government ethics sebagai komponen-komponen daripada administrative ideology.

Tuntutan untuk senantiasa mewujudkan validitas dan relevansi yang lebih baik sesuai perkembangan, sekaligus telah memicu pergeseran administrasi negara (tradisional) menuju management public. Ada beberapa alasan untuk meninggalkan paradigma administrasi negara tersebut;

1. Adminitrasi negara tradisional tidak mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efesien sehingga perlu diganti menuju ke orientasi ke pencapaian kinerja dan akuntabilitas.

(6)

3. Dalam Administrasi Negara kurang jelas penetapan tujuan organisasi dan pribadi demikian dengan ukuran kinerja harus diganti dengan tujuan yang lebih jelas dan penetapan keberhasilan kinerja yang lebih terukur.

4. Kurangnya komitmen politik para staf pada elit politik yang berkuasa untuk menumbuhkembangkan sistem birokrasi yang outward looking.

5. Penekanan perlunya transformasi nilai, mewirausahakan administrasi sektor publik.

Hadirin yang kami muliakan,

Pandangan seperti ini sangatlah menuntut perubahan paradigma birokrasi Weberian yang bertumpu pada structural and efficiency dan masih mewarnai birokrasi pemerintahan kita pada saat ini termasuk di daerah, harus ditransformasi menuju birokrasi yang cultural base, yaitu suatu sosok birokrasi yang menghargai variasi lokal, partisipasi, serta kepimpinan yang komit dengan masyarakatnya, atau menjadi ”administrasi publik” D. Osborne T. Gaebler menyatakan: ”Reinventing Government” (1992). Sejalan dengan D. Osborne dan Plastrik, bannishing bureaucracy (1994).

Wujud perkembangan dan perubahan paradigma administrasi demikian tersebut telah menumbuhkan sensitiftas atau perhatian administrasi publik terhadap pembangunan. Hal ini dikenal sebagai “Manajemen Pembangunan”, yaitu administrasi yang berbenah untuk melihat persoalan-persoalan pembangunan secara khusus.

Ada berbagai alasan yang mengarahkan perhatian administrasi negara pada masalah-masalah pembangunan, antara lain:

1. Administrasi Publik tidak terlepas dari masalah-masalah pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan itu sendiri.

2. Administrasi Publik mengembangkan penelaahan mengenai sikap dan peranan birokrasi (behavorial approach), serta berbagai masalah hubungan antara manusia, seseorang atau kelompok dalam birokrasi tersebut, juga ditelaah tentang bagamana keputusan diambil dan pengetahuan dikembangkan.

(7)

4. Administrasi Publik memberikan tekanan kepada ekologi sosial dan kultural. Disini ditekankan telaah terhadap hubungan dan sikap administratif dengan ekologi sosial dan budaya masyarakat tertentu.

Majelis sidang terbuka yang saya hormati,

Keempat alasan tersebut saling tekait satu sama lain dalam pengembangan administrasi pembangunan. Lebih spesifik dapat dilihat bahwa kecenderungan administrasi pembangunan berorientasi untuk mendukung pembangunan dan usaha-usaha ke arah modernisasi, guna mencapai tingkat kehidupan yang lebih sejahtera secara sosial dan ekonomi. Namun harus pula dipahami bahwa, administrasi pembangunan tetap mendasarkan diri pada administrasi publik dan peralatan analisis administrasi negara sehingga manajemen pembangunan secara disiplin keilmuan tidak dapat dipisahkan dari administrasi negara.

Perkembangan perhatian administrasi pada masalah-masalah pembangunan tersebut pada saat ini telah diperkuat dengan pergeseran konsep

“government” menjadi ”governance”. Artinya, dalam penyelenggaraan pemerintah telah berkembang istilah “governance” yang memiliki makna aplikasi yang berbeda dengan “government”. Kalau government merujuk pada institusi negara secara formal, ditandai dengan monopoli kekuasaan dalam pembuatan dan pelaksanaanya secara otoritatif, sedangkan governance menunjukkan perubahan makna pemerintahan yang merujuk tidak semata-mata pada monopoli kekuasaan pemerintah, tetapi melibatkan segenap elemen (stakeholder) baik internal birokrasi maupun eksternal birokrasi publik, yaitu rakyat (society) dan dunia usaha (private sector)

Sjamsuddin (2007; 256). Governance adalah mekanisme pengolahan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor pemerintahan dalam kegiatan kolektif. Mardiasmo (2002);

Thoha (2003); Prasojo (2005).

Pergeseran konsep ini juga dapat dilihat sekaligus sebagai proses transfer kewenangan dari pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat harus diberikan kewenangan dalam proses-proses pembangunan; Marlon (2008; 219). Bahkan popularitas governance yang sering dipadukan dengan istilah

(8)

sampai pada saat ini untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Oleh karena itu mereka (masyarakat) haruslah dilibatkan dalam proses kepemerintahan tersebut. Hal ini juga mengandung makna, mempercayai masyarakat agar dipercaya. Dalam kaitan ini Hubbard (2001) mengatakan governance is more than government yang kemudian governance diartikan sebagai how

societies steer themselves. Dalam arti bagaimana merubah mindset

yang birokratik (inward looking) menjadi public administration yang

(outward looking), Marlon (2008; 207).

HAKIKAT ILMU ADMINISTRASI

Majelis yang saya hormati,

Hakikat Ilmu Administrasi, dalam upaya mencapai tingkat scientific validity

dan policy relevancenya, senantiasa akan menjadi pemicu dinamika perkembangan teori-teori dan paradigma dalam ilmu administrasi. Karena masalah pembangunan dan fenomena globalisasi bersifat multifacet, maka teori administrasi juga akan berkembang sesuai dengan keanekaragaman tantangan yang dihadapi. Dalam dimensi ekonomi politik globalisasi telah merubah hubungan negara (state) dengan pasar (market) dalam model hubungan yang lebih market led development daripada bersifat state led development seperti selama ini. Hal ini mendorong pengembangan sosok birokrasi untuk merefleksasikan entrepreneurial bureaucracy. Adapun birokrasi seperti itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) bersifat sensitif dan responsif terhadap peluang baru yang timbul di dalam pasar,khususnya sebagai akibat dari proses globalisasi, liberalisasi, dan regionalisasi perdagangan.

2) Mampu melepaskan diri dari rutinitas kerja yang terkait dengan fungsi instrumental birokrasi dan mampu melakukan terobosan (breakthrough)

melalui pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam rangka mengatasi sifat-sifat inertia birokrasi.

3) Mempunyai wawasan jauh kedepan (futuristic) dan melihat sesuatu persoalan dalam kaitannya dengan variabel-variabel yang lain

(systemic).

4) Jeli terhadap adanya sumber-sumber potensial baik yang berasal dari dalam negeri maupun sumber eksternal (outsourcing).

(9)

6) Mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan sumber secara optimal dan menggeser pemanfaatan sumber produktifitas rendah menuju pemanfaatan sumber bagi kegiatan yang berproduktifitas tinggi.

Birokrasi yang entrepreneural, tidak puas dengan kondisi statis dan seringkali harus menciptakan destabillizing forces dalam rangka creative constructive equilibrium. Moeliarto; (2003), Osborne dan Gaebler (1993), Osborne dan Plastrik (2000).

Salah satu langkah strategis di Indonesia dalam upaya meningkatkan peranan administrasi publik ataupun manajemen pembangunan, dapat dikembangkan pada atau melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu facet yang kompleks namun sangat dinamis. Pengembangan konsep otonomi daerah dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia telah menjadi keharusan, sebagaimana telah ditetapkan oleh para pendiri negara ini pada UUD 1945 atas berbagai pertimbangan yang dilakukan, baik pada aspek heterogenitas latar belakang suku, agama, budaya ataupun dengan luasnya wilayah tanah air, sehingga pilihan sistem pemerintahan yang desentralistis menjadi pilihan yang paling tepat untuk diterapkan. Banyak pelajaran secara timbal balik (mutual) dalam hal prospek dan tantangan yang dapat dipetik oleh ilmu administrasi dalam memperbaiki tingkat validitas maupun relevansi kebijakannya secara konseptual dengan upaya memperbaiki praktik desentralisasi untuk lebih baik dan lebih baik lagi kedepan. Dalam menelusuri kondisi empiris tentang pengembangan administrasi dan praktik desentralisasi tersebut, penulis menggunakan hasil penelitian desertasi yang berjudul: “Desentralisasi dan Pembangunan Masyarakat Wilayah Pesisir Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara”, Marlon (2007).

PROSPEK DAN TANTANGAN ILMU ADMINISTRASI DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH STUDI KASUS PEMBANGUNAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR KABUPATEN LANGKAT

(10)

Berbagai jenis flora dan fauna laut, serta potensi keindahan alam yang seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat daerah pesisir, namun, keadaannya ”paradoksial”. Besarnya potensi wilayah pesisir, dengan perkembangan teknologi dan manajemen pengelolaan sumber daya alam, tidak diikuti oleh tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir dan bahkan di sisi lain lingkungan semakin rusak.

Salah satu faktor yang dipertanyakan sebagai faktor penyebabnya adalah ketidakberhasilan faktor pendekatan dan pelaksanaan pembangunan yang diterapkan, pendekatan pembangunan yang digunakan selama ini lebih menggambarkan pendekatan sentralistis. Dalam hal mana rancangan dan pelaksanaan pembangunan sangat diatur melalui pusat.Teori teori politik klasik sampai dengan Max Weber, yang menempatkan negara sebagai sentrum utama dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan nasib dan kehidupan rakyat pada umumnya. Dalam hal ini, negara dipandang dapat melakukan segala cara untuk memaksakan kehendaknya kepada masyarakat. Struktur kekuasaan negara dibuat sedemikian rigid untuk menciptakan birokrasi yang loyal dan tunduk kepada kepentingan pemerintah pusat. Oleh karena itu, demokrasi dipandang sebagai sebuah sistem yang jelek, karena memberikan ruang kepada rakyat mengambil bagian dalam proses dan pengambilan kebijakan publik.

Keadaan ini secara signifikan dirasakan dalam berbagai dimensi pembangunan terutama pada masa berlakunya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, undang-undang ini dikeluarkan oleh Orde Baru terutama didorong oleh faktor, untuk menyusun strategi menciptakan koordinasi keamanan, ketertiban, ketenangan dan stabilitas politik.

Walaupun pemerintah dapat menekan jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan dari 70 Juta orang menjadi 15 Juta orang pada masa tahun 1990 namun kesenjangan ekonomi justru makin melebar, demikian juga dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah serta antara desa pedesaan dan perkotaan. Hal ini adalah konsekwensi sosial yang harus dibayar untuk mewujudkan optimisme sentralisasi yaitu untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (Sutrisno, dalam Dewata dkk 1995).

(11)

Environment: A Summary of Policies, Strategies, Actions and Issues”

sebagai kerja sama BAPPENAS dan lembaga CIDA (Bengen; 2004). Sejak inilah sektor kelautan dan pesisir mulai mendapat perhatian.

Perhatian ini pada tahun 1993 kelautan menjadi sektor yang tersendiri dalam GBHN yang mengamanatkan 3 hal perhatian utama yaitu:

1. Pembangunan kelautan diarahkan pada penganekaragaman, pemanfaatan, dan pembudidayaan sumber daya kelautan serta pemeliharaan kelestarian ekosistem dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

2. Pengamanan kawasan laut sebagai media penghubung perlu terus ditingkatkan untuk menjamin kelancaran kegiatan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan berwawasan nusantara, dan

3. Pendayagunaan sumber daya kelautan untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang sangat memerlukan pendalaman pengetahuan tentang potensi yang terkandung di dalam dan di dasar nusantara. Pemetaan dasar laut dan pengungkapan potensi yang ada di dalamnya yang sangat strategis bagi pengembangan perencanaan pendayagunaan sumber daya kelautan perlu terus ditingkatkan.

Pada sisi lain, tahun 1999 pemerintah juga telah melakukan perubahan besar tentang sistem pemeritahan daerah sebagaimana diatur sebelumnya pada UU No. 5 Tahun 1974 diganti dengan UU No. 22 tahun 1999. Pada tahun 2004 kembali direvisi dan diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Perubahan aturan ini memaknai akan perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Indonesia. Semangat yang dapat digaris bawahi dari kelahiran UU tersebut adalah desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir dan laut kepada wilayah otonom.

”Dalam UU No. 32 tahun 2004 Pasal 18 ayat 4, disebutkan bahwa: kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud paling jauh 12 Mil diukur dari garis pantai ke arah laut lepas atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi, dan 1/3 dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. Kewenangan tersebut lebih rinci meliputi:

1. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut 2. Pengaturan administratif

3. Pengaturan tata ruang

4. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah

(12)

Selanjutnya pada tahun 1999 secara kelembagaan perhatian terhadap eksplorasi terhadap laut dan perikanan menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dapat dikatakan menjadi tonggak sejarah yang kuat bagi pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan laut. Kalau selama ini perhatian program pembangunan pesisir tersebar di berbagai instansi maka dengan departemen baru ini keseluruhan program dapat terkordinir melalui DKP. Kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 serta kelahiran DKP diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan melalui suatu pola manajemen kelautan yang profesional dan berbasis masyarakat. Karena pembangunan dengan dasar otonomi daerah, akan dapat lebih fokus kepada upaya pembangunan pedesaan melalui program-program penyedian prasarana, pembangan agribisnis, industri kecil dan kerajinan, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam (Nugroho, 2004; 27).

Kabupaten Langkat sebagai lokasi penelitian dapat dikatakan sebagai kabupaten pesisir di Provinsi Sumatera Utara memiliki 17 kecamatan dan 8 kecamatan di antaranya adalah kecamatan pesisir dengan memiliki 42 desa pesisir. 8 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Secanggang,Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang dan Pangkalan Susu.

Keadaan masyarakat pesisir di lokasi penelitian ini masih mengalami persoalan kemiskinan. Hal ini dapat ditunjukkan dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2001 dan BPS Provinsi Sumatera Utara menunjukkan posisi indikator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat berada pada ranking dua terakhir diantara kabupaten/kota se-provinsi Sumatera Utara. Hal ini secara signifikan tergambar pada kodisi umum masyarakat pesisir yang masih miskin (Marlon, 2006).

Kawasan hutan bakau seluas 35.000 ha yang sangat penting untuk: (1) Pelindung pantai dari gelombang dan pelingdung intrusi laut, (2) Penahan angin, (3) Mencegah abrasi pantai dan (4) Habitat Ikan, telah mengalami kerusakan 72, 29% dan saat ini terus (bertambah) mengalami kerusakan (Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB, 2002). Pengangguran dan putus sekolah semakin meningkat (Laporan kuliah internship FISIP-USU, 2006).

(13)

kemiskinan, ketimpangan pendapatan yang menghimpit masyarakat wilayah pesisir ini, sangat menuntut penanganan khusus daripada pemerintah. Otonomi daerah sebagai wujud penyelenggaraan desentralisasi pemerintahan, diharapkan menjadi momentum strategis untuk menjawab berbagai persoalan pembangunan, harus direfleksikan melalui administrasi publik dan manajemen pembangunan.

Konsekwensi daripada desentralisasi secara empiris adalah lahirnya pemerintah daerah yang memiliki kewenangan otonom.

”Hal ini dapat dimaknai menjadi tiga hal. Pertama, sebagai pemerintah daerah yang mengacu pada organ yang melaksanakan urusan dan fungsi yang didesentralisasi. Kedua, sebagai pemerintahan daerah yang mengacu pada fungsi menjalankan dalam kerangka desentralisasi. Ketiga, sebagai daerah otonom tempat di mana lokalitas berada dan membentuk kesatuan hukum sendiri yang meskipun tidak berdaulat, tetap memiliki hak untuk mengurus dirinya sendiri (Muluk, 2006; 36)”.

Sekarang ini, dalam rangka pemerintahan daerah kita mengimplementasikan kebijaksanaan otonomi daerah undang-undang No 22 tahun 1999 yang telah direvisi dan diganti dengan undang-undang No 32 tahun 2004, sangat berbeda dengan kebijaksanaan otonomi daerah sebelumnya terutama dengan undang-undang No 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Undang-undang ini membungkus sentralisasi pola hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah dengan istilah ”Dekonsentrasi”. Dengan undang-undang ini, daerah harus bertanggung jawab untuk memelihara negara kesatuan. Sehingga karena tuntutan tanggung jawab tersebut, daerah tidak diberi peluang untuk mengambil inisiatif kebijaksanaan yang sekiranya akan merugikan pusat termasuk di dalamnya yang menyangkut politik dan bahkan administratif pada tingkat lokal (Gaffar dalam Rudito, 2003; 56). Banyak urusan pemerinthahan dan masyarakat yang seharusnya dapat dan lebih baik diselesaikan oleh pemerintah daerah, harus menunggu arahan atau penanganan langsung dari pusat.

(14)

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Hal ini ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan martabat masyarakat di daerah, memberikan ruang politik yang lebih luas, peningkatan kualitas demokrasi, peningkatan efisiensi pelayanan publik, peningkatan percepatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan diharapkan juga untuk meningkatkan kualitas kepemerintahan dalam wujud kepemerintahan yang baik.

Akan tetapi implementasi sebuah kebijaksanaan bukanlah hal yang sederhana, karena implementasi akan menyangkut interpretasi, organisasi, komitmen, kesiapan aparat dan masyarakat secara sinergis untuk melakukan pembangunan. Pemerintah daerah harus kreatif dan senantiasa menghidupkan inisiatif, dan prakarsa masyarakat, melalui berbagai strategi yang dapat dilakukan. Persoalannya adalah apakah pemerintah daerah dalam hal ini mampu menggunakan peluang dan sekaligus tantangan yang diberikan oleh Undang-Undang No 32 tahun 2004 tersebut melalui refleksi administrasi publik?

Dari sudut latar belakang masalah inilah penulis melakukan suatu kajian tentang “Desentralisasi Dan Pembangunan Masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara” (Marlon, 2007) dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1 Apakah desentralisasi mempengaruhi kesiapan otonomi daerah, kepemerintahan yang baik (Good Governance), perencanaan partisipatif, kekokohan masyarakat sipil dan hubungan harmonis dengan pemerintah yang lebih tinggi?

2 Seberapa besar pengaruh yang nyata Otonomi Daerah menurut UU No.32 Tahun 2004 terhadap: Ketatapemerintahan yang baik, Perencanaan Partisipatif dan Pemberdayaan Masyarakat Wilyah Pesisir Kabupaten Langkat?

(15)

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Otonomi daerah adalah perwujudan desentralisasi yaitu yang merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, untuk mengatur dan mengurusi urusan rumah tangganya, mulai dari kebijakan perencanaan, implementasi dan evaluasi di berbagai bidang seperti: keuangan, kepegawaian, kelembagaan untuk mewujudkan pelayanan dan demokrasi.

Dari konsep organisasi dan manajemen hakikat desentralisasi dan otonomi daerah adalah efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas. Oleh sebab itu faktor kesiapan otonomi daerah yang tercermin dari kesiapan birokrasi (X1), desentralisasi kebijakan (X2), kreativitas aparatur (X3), dapat dipandang sebagai faktor utama untuk menggerakkan otonomi yang responsif, cepat, efektif, inovatif terhadap tuntutan masyarakat yang selalu berubah dan kompleks melalui active administration. Wujud penyelenggaraan otonomi daerah seperti itu akan menciptakan Good Governance(X4); perencanaan partisipatif (X5), pemberdayaan masyarakat (X6), secara sinergis mempengaruhi pembangunan masyarakat wilayah pesisir (Y).

(16)

Pembangunan Masyarakat Wilayah Pesisir Pemberdayaan Civil Society (PCS) /

Pengemb kelembagaan

-Keadaan Sosial Ekonomi

-Sarana prasarana Sektor Pesisir

-Pemerataan

-Kelestarian Lingkungan

Variabel X7

Kondisi Ekternal Desentralisasi (KEDP) Hubungan dengan pemerintah yang lebih tinggi

Administrasi

Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Desentralisasi Dan Pembangunan Masyarakat Pesisir

Keterangan:

= Variabel Eksogen atau Variabel X; Kesiapan Birokrasi (X1),

Desentralisasi Kebijakan (X2) dan Kesiapan Aparatur (X3).

= Varabel Endogen terdiri dari variabel Good Governance (X4), Variabel

Perencanaan Partisipatif (X5), Variabel Pemberdayaan Civil Society

(X6) dan Variabel Kondisi Ekternal (X7).

= Variabel Endogen Utama yaitu Variabel Y.

(17)

Dari diagram di atas dapat dilihat model hubungan antar variabel melalui arah-arah panah dengan dimensi atau indikator masing-masing.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Otonomi Daerah melalui: Kepemerintahan yang baik (GG), Perencanaan Partisipatif(PP), Kekokohan Masyarakat Sipil (PCS),dan Kondisi Eksternal Desentralisasi (KEDP), mempengaruhi Pembangunan Masyarakat Wilayah Pesisir.

2. Ada pengaruh signifikan antara otonomi daerah terhadap Good Governance (kepemerintahan yang baik), perencanaan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara Good Governance, Perencanaan Partisipatif dan Pemberdayaan Masyarakat terhadap Pembangunan Masyarakat Pesisir.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

1. Hasil Analisis Data Deskriptif

Tabel 1. Deskripsi Rekapitulasi Persentase Penilaian Respoden per

Variabel Penelitian

Sumber: Hasil Analisis Data Deskriptif Penelitian.

Keterangan: Wilayah Pesisir Y

(18)

2. Hasil Analisis Data Kuantitatif dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur, struktur hubungan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil Analisis Data dan Analisis Jalur

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktur tersebut dapat dijelaskan secara berurutan sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Kerangka hipotesis (1) dibuktikan melalui persamaan struktural:

Y = α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 X5 + α6 X6 + α7 X7 + ε Y = -0,180 + 0,59 – 0,01 + 0,225 + 0,331 + 0,550 + 0,170 + ε

ε =

1

R

2

= 10,727

(19)

Penjelasan:

1. Besarnya kontribusi kesiapan birokrasi pada saat ini secara empiris menunjukkan hasil negatif (- 0,180) kalau dihubungkan langsung dengan pembangunan masyarakat wilayah pesisir di Kabupaten Langkat.

2. Desentralisasi kebijakan dan kesiapan aparatur tidak memberi pengaruh secara nyata secara empiris terhadap pembangunan masyarakat wilayah pesisir apabila dihubungkan secara langsung.

3. Besarnya pengaruh ketatapemerintahan yang baik secara langsung dengan pembangunan masyarakat wilayah pesisir adalah 0,1162 = 1,4%.

4. Besarnya pengaruh perencanaan partisipatif secara langsung dengan pembangunan masyarakat wilayah pesisir adalah 0,3312 = 11%.

5. Besarnya pengaruh pemberdayaan masyarakat secara langsung terhadap pembangunan masyarakat wilayah pesisir adalah 0,5502 = 30%.

6. Besarnya pengaruh hubungan harmonis dengan pemerintah yang lebih tinggi adalah 0,172 = 2,9%.

7. ε =

1

R

2 = 52%

Kerangka Hipotesis (2.1) dibuktikan melalui persamaan:

X4 = α 1 X1 + α 2 X2 + α 3 X3 + ε X4 = 0,185 + 0,179 + 0,570 + ε

ε =

1

R

2 = 0,68

Penjelasan:

1. Besarnya pengaruh kesiapn birokrasi secara langsung terhadap kepemerintahan yang baik adalah 0,1852 = 3,33%.

2. Besarnya pengaruh desentralisasi kebijakan terhadap kepemerintahan yang baik secara langsung adalah 0,179 2 = 3,2%.

3. Besarnya pengaruh kesiapa aparatur terhadap kepemerintahan yang baik secara langsung adalah 0,5702 = 32,5%.

4. ε = 68%.

Kerangka Hipotesis (2.2.) dibuktikan melalui persamaan:

X5 = α 1 X1 + α 2 X2 + α 3 X3 + ε X5 = 0,307 + 0,259 + 0,590 + ε

ε =

1

0

,

536

(20)

Penjelasan:

1. Pengaruh kesiapan birokrasi terhadap perencanaan partisipatif secara langsung adalah: 0,3072 = 9,4%.

2. Pengaruh desentralisasi kebijakan dengan perencanaan partisipatif secara langsung adalah: 0,2592 = 6,7%.

3. Pengaruh kesiapan aparatur pemerintah terhadap perencanaan partisipatif secara langsung adalah: 0,5902 = 35%.

4. ε = 68%.

Kerangka Hipotesis (2.3) dibuktikan melalui persamaan:

X6 = α 1 X1 + α 2 X2 + α 3 X3 + ε X6 = 0,317 + 0,475 + 0,493 + ε ε =

1

R

2

ε =

1

0

,

422

= 0,76

Penjelasan:

1. Pengaruh kesiapan birokrasi terhadap pemberdayaan masyarakat secara langsung adalah 0,3172 = 10%.

2. Pengaruh desentralisasi kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat secara langsung adalah 0,4752 = 23%.

3. Pengaruh kesiapan aparatur terhadap pemberdayaan masyarakat secara langsung adalah 0,4932 = 24%.

4. ε = 76%.

Kerangka Hipotesis (3) dibuktikan melalui persamaan:

Y = α 4 X4 + α 5 X5 + α 6 X6 + α 7 X7 + ε Y = 0,116 + 0,224 + 0,618 + 0,113 + ε

ε =

1

R

2

=

1

0

,

710

= 0,54

Penjelasan:

1. Besarnya pengaruh kepemerintahan yang baik terhadap pembangunan masyarakat wilayah pesisir secara langsung adalah: 0,1162 = 1,4%.

2. Besarnya pengaruh perencanaan partisipatif terhadap pembangunan masyarakat wilayah pesisir secara langsung adalah: 0,2242 = 5%.

3. Besarya pengaruh pemberdayaan masyarakat terhadap pembangunan masyarakat wilayah pesisir secara langsung adalah: 0,6182 = 38%.

4. Besarnya pengaruh hubungan harmonis dengan pemerintah yang lebih tinggi secara langsung adalah 0,113 = 1,2%.

(21)

PENUTUP

Hadirin yang saya muliakan,

Hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan mengarahkan, implementasi otonomi daerah hendaknya dikembangkan dengan mengaplikasikan Good governance, Perencanaan Partisipatif, Pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini pemerintah tidak perlu secara langsung mengayuh tetapi lebih baik mengambil posisi sebagai pengatur atau penyetir sesuai dengan pandangan UNDP dalam konsep pengembangan

good governance. Pemerintah harus mengakui bahwa dirinya tidak profesional untuk mengurusi berbagai masalah terutama yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat secara langsung, oleh karena itu yang perlu dikembangkan adalah bagaimana menyetir dengan konsep goog governance, perencanaan partisipatif dengan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai kristalisasi nilai-nilai reformasi, tuntutan daerah dan masyarakat, UU No 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah sudah barang tentu akan memberikan peluang dan kesempatan besar bagi daerah dalam melaksanakan pembangunan apabila dapat dikelola dengan baik dan tepat. Akan tetapi hasil analisis penelitian menekankan agar kepemerintahan dapat dilaksanakan dengan mengikuti diagram jalur (path) model hasil analisis dan pembahasan yang ditemukan untuk memperbaiki kecendrungan pola perilaku administrasi yang dilakukan selama ini. Adapun diagram jalur tersebut adalah sebagai berikut:

Implementasi OTDA

4. Masyarakat sebagai subjek 5. Goverment is Us

Gambar 3.

(22)

Dengan model anjuran diagram jalur ini, pengembangan kepemerintahan pendekatan desentralisasi akan terwujud dengan baik melalui active administration. Active Administration adalah pendekatan yang dikembangkan dengan bertumpu pada masyarakat. Active administration

dapt menjadi ruh pendekatan kolaboratif dalam mensinergikan antar

stakeholder pembangunan, menghidupkan kreativitas dengan pendekatan perencanaan partisipatif serta kemandirian mayarakat melalui pemberdayaan masyarakat, yang akan mengaplikasikan konsepsi

government is us, artinya otonomi daerah harus dilihat sebagai pelembagaan politik, dimana rakyat diberi kesempatan untuk menggunakan hak-hak politiknya (Islamy, 2001).

Dalam hal ini, otonomi daerah menjadi instrumen yang penting untuk menyuarakan berbagai persoalan sosial ekonomi masyarakat lokal, seperti masalah pengangguran, kemiskinan dan sebagainya, harus dapat ditangkap dengan baik oleh administrasi serta dapat diselesaikan dengan pendekatan active administration yang berbasis pada masyarakat/publik sesuai dengan perkembangan dan hakekat otonomi daerah.

(23)

daerah dapat menjadi gap, antara perkembangan ilmu administrasi dengan prakteknya. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, dalam hal mana akan dapat diselesaikan melalui aplikasi hakekat ilmu administrasi publik itu sendiri.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya muliakan,

Dalam perjalanan karier saya sebagai akademisi hingga pada saat ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam keberhasilan yang telah saya capai. Untuk itu izinkanlah saya dengan segala hormat untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SPA(k) yang telah memberikan banyak kemudahan melalui kesempatan, dorongan, dan dukungan moral maupun moril sehingga saya dapat mencapai pendidikan doktor dan menjadi guru besar di FISIP USU. Demikian juga, Beliau sebagai Mahaguru saya, yang telah banyak memberikan inspirasi akademis, semangat dan ketenangan jiwa. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan suka cita untuk bapak dan keluarga.

2. Yang terhormat Alm. Prof. Adham Nasution yang telah merekomendasikan saya menjadi salah seorang dosen di FISIP USU, serta mendorong saya segera mengikuti Program Pendidikan Pascasarjana (S-2).

3. Ucapan terima kasih kepada Dekan FISIP USU Bapak Prof. Dr. M Arif Nasution, MA, yang telah mendorong, memotivasi, dan merekomendasi saya untuk mengikuti program pendidikan Doktor (S-3). Demikian juga atas arahan dan bimbingan akademis yang diberikan dalam peranan sebagai salah seorang promotor saya dalam program pendidikan S-3 cukup memaknai keberhasilan saya. Untuk itu saya ucapkan terima kasih.

Demikian juga kepada para mantan Dekan FISIP USU, Alm. Prof Adham Nasution, Almarhumah Prof. Dr. Asma Affan M.P.A., Bapak Drs. Amru Nasution, M.Kes. dan Prof. Subhilhar, M.A., Ph.D. serta keluarga besar FISIP USU sebagai bagian dari hidup dan karier saya selama ± 29 tahun.

(24)

dosen dan pembimbing saya di FISIP USU, Almarhum Prof. Adham Nasution, Almarhum Drs. J. W. Jebua, Almarhum Drs. G.H. Simatupang. Pembimbing saya di Pascasarjana UGM Alm. Prof. Dr. Moeljarto, M.P.A., Alm. Prof. Soepomo, Prof. Dr. Budiwinarno, M.A. dan para dosen saya antara lain: Prof. Dr. Amien Rais, M.A., Alm. Prof. Dr. Affan Gaffar, M.A., Prof. Dr. Moctar Mas’ud, M.A., Alm. Prof. Dr. Riswanda Imawan, Prof. Dr. Miftah Thoha, M.P.A., Prof. Dr. Sofyan Effendy, M.P.A., Prof. Dr. Agus Dwianto, M.A., Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A. dan Prof. Yahya Muhaimin, M.A.

Promotor dan co promotor saya di Program Doktor S-3 Perencanaan Wilayah USU Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Dr. Arif Nasution, M.A., Prof. Dr. Ramli, M.S., Dr. Ardian, M.A. serta para dosen saya: Prof. Chairuddin P. Lubis DTM&H, SPA(k), Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, M.S.I.E., Prof. Dr. Affandy, M.Sc., Dr. Polin Pospos dan lain-lain. Untuk ketulusan para guru dan pembimbing/promotor yang saya muliakan, saya ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.

5. Kepada seluruh sahabat-sahabat saya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu pada masa pendidikan SD, SMP, SMA, dan Administrasi Negara FISIP USU, Administrasi Pascasarjana UGM, Program Doktor S-3 Perencanaan Wilayah Angkatan I USU tahun 2004. 6. Kepada sahabat-sahabat saya khususnya di FISIP USU dan lebih khusus

di Administrasi Negara.

7. Kepada Kepala Balitbang Provinsi Sumatera Utara, Bapak T. Azhar Aziz serta staf atas dorongan dalam masa-masa studi S-3 dan dukungan yang tak ternilai bagi saya.

8. Kepada Jemat GKPI Padang Bulan Medan, Bapak Pdt. Jones L. Tobing, S.Th. Pdt. Simson Tarigan, S.Th., Pdt. Mega Br. Aritonang, S.Th., Pdt. Kumala Tobing, S.Th., Bapak Guru Jemat St. M.L. Tobing, S.Th., dan semua parhalado, terima kasih atas dukungan doa.

9. Terima Kasih juga saya sampaikan kepada Panitia Pengukuhan yang telah memberikan waktunya yang sangat berharga, sehingga dapat terselenggaranya acara pengukuhan ini.

10. Hadirin yang saya muliakan jabatan akademik Guru Besar yang saya capai ini tidak mungkin tercapai tanpa doa dan dukungan seluruh keluarga yang saya cintai, untuk itu izinkanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan hormat saya dihadapan sidang yang terhormat ini.

(25)

membesarkan dan mendidik ananda sehingga dapat mencapai jabatan akademik tertinggi Guru Besar. Kiranya Tuhan memberikan sukacita, kesehatan dan umur yang panjang untuk kalian, Tuhan memberkati. Demikian juga kepada mertua saya Bapak ST. T. Simanjuntak dan Ibu Alm. T. Br. Pasaribu dan D. Br. Siagian, saya mengucapkan terima kasih atas segala doa dan kasih yang diberikan sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan Doktor dan mencapai jabatan Guru Besar. Kepada istri saya yang tercinta Ernawaty Debora, S.Sos., saya menyampaikan hormat dan terima kasih atas cinta kasih, kasih sayang, doa, pegorbanan, kebersamaan, kesabaran, kesetiaan dalam menghadapi suka dan duka, kiranya Tuhan senantiasa membaharui cinta dan kasih sayang kita, untuk sehidup semati mengayuh bahtera keluarga yang telah kita bina selama 23 tahun lebih.

Demikian kepada anak-anak kami tersayang dan saya banggakan, Boy Reonaldi, Hosiana Ayu Hidayati, dan Erma. Bapak mengucapkan cinta dan kasih sayang yang tulus untuk kalian bertiga. Rajin belajar, senantiasa berdoa kepada Tuhan, maka cita-citamu juga akan tercapai.

Demikian juga kepada semua keluarga “adek-adek saya dan Lae-Lae”, saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan perhatian kalian semua.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bardach, Eugene, 1979, The Implementation Game: What Happens After a Bill Becomes a Law, MIT-Press, Cambridge.

,1980, Implementation Studies and The Study of Implements,

American Political Science Association, Washington.

Bengen, Dietrech, 2004, Menuju Pembangunan Pesisir dan Laut Berkelanjutan Berbasis Eko-Sosial Sistem, Pusat Pembelajaran, Makasar.

Budiman, Arief, 1995, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Cernea, Michael M, 1988, Mengutamakan Manusia Di Dalam Pembangunan (Edisi Indonesia), UI Press, Jakarta.

Cohen dan Uphoff, 1977, Rural Development Participation; Concept and Measurement for Project Design Implementation, and Evaluation,

Cornell University, New York.

Dye, Thomas, R. 1981, Understanding Public Policy, (fourth edition),

Prentice Hall Inc, USA.

Effendi, Sofyan, Pelayanan Publik, Pemerataan dan Administrasi Negara Baru, Prisma No. 12, 1986.

Edwards III, George C, 1980, Implementating Public Policy, Congressional Quartely, USA.

Eka, Chandra, Dkk, 2003, Membangun Forum Warga, Akatiga.

Faza, Soraya, 2004, Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.

Gunawan, Jamil, Dkk, 2005, Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal,

LP3ES, Jakarta.

Hariyoso, S, H, 2002, Pembaruan Birokrasi dan Kebijaksanaan Publik,

(27)

Haris, Syamsudin, 2005, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI-Press, Jakarta.

Henry, Nicholas, 1980, Public Administration and Public Affairs (second edition), Prentice-Hall, Inc, USA.

Hidayat, Syaraif, Dkk, 2001, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pustaka Quantum, Jakarta.

Hossein, Bhenjamin dkk, 2005, Naskah Akademik Tata Hubungan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah, FISIP UI, Jakarta.

Imawan Riswanda, 2002, Hakekat Desentralisasi, Makalah Seminar.

Indradi, Syamsiar Syamsudin, 2006, Mewirausahakan Birokrasi Untuk Mensejahterkan Masyarakat, Brawijaya Press, Malang.

Islamy, M Irfan, 2001, Upaya Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat dalam Pemerintahan dan Pembangunan di Daerah.

Jala, 2002, Masyarakat Pinggiran Yang Kian Terlupakan, Khopalindo, Jakarta.

Juliantara, dkk., 2006, Desentralisasi Kerakyatan, Gagasan dan Praksys,

Pondok Edukasi, Bantul.

Korten, D.C. & Sjahrir, 1988, Pembangunan Berdimensi Kerakyatan (Edisi Indonesia), Yayasan Obor, Jakarta.

, 1984, Pembangunan Yang Memihak Rakyat; Kupasan Tentang Teori dan Metode Pembangunan, LSP, Jakarta.

_____, 2002, Menuju Abad Ke-21, Tindakan Suka Rela dan Agenda Global,

Yayasan Obor, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta.

(28)

Miraza, Bachtiar Hassan, 2005, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,

ESEI, Bandung.

Mochtar, MS Hilmy, 2005, Politik Lokal dan Pembangunan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Muluk, Khairul, 2007, Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah, FIA Unibraw, Malang.

______, 2006, Desentalisasi Pemerintahan Daerah, Bayu Media, Malang.

Nugroho, Iwan dan Roehim, Dahuri, 2004. Pembangunan Wilayah Prespektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.

Pranoto, Aris Kabul, 2006, Implementasi Kebijkan Publik Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Humas Ditjen BP3K.

Prasojo, Eko, 2005. Demokrasi di Negeri Mimpi, Departemen Ilmu Administrasi FISIP-UI. Jakarta.

Purwanto, Agus E, Dkk, 2007, Metode Penelitian Kuantitaif Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, Penerbit Gava Media, Yogjakarta.

Ridwan, Kuncoro, 2006, Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur, Alfabeta, Bandung.

Rudito, Bambang, Dkk, 2003. Akses Peran Serta Masyarakat, ICSD, Jakarta.

Sihombing, Marlon, 2007, Desentralisasi dan Pembangunan Masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Sugiono, 1992, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

______, 2004, Statistik Nonparametris, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Suryono, Agus, 2006, Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Ilmu Sosial, Unibraw Malang.

(29)

Sjamsiar Sjamsuddin, 2005, Good Governance di Indonesia, Jurnal Administrasi Negara Vol. VIII No. 2.

, 2005, Kepemerintahan dan Kemitraan, CV. Sofa, Malang.

Tjokrowinoto, Moeljarto, 2003. Pembangunan Dilema dan Tantangan,

Pustaka Pelajar, Jakarta.

,1981. Metodologi Penelitian, Lembaga Pendidikan Doktor UGM.

, 2003, Prospek dan Tantangan Administrasi di Era Globalisasi, Jurnal Administrasi Negara Vol. VII No. 2.

Tjokroamidjojo, 1987. Perencanaan Pembangunan, CV Mas Agung, Jakarta.

Wahab, Solichin, 1999, Ekoomi Politik Pembangunan, Brawijaya University Press, Malang.

Wijaya, Mahendra, 2001, Prospek Indutrialisasi Pedesaan, Pustaka Cakra Surakarta, Surakarta.

(30)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. KETERANGAN DIRI

Nama Lengkap : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A. Tempat/Tgl. Lahir : Sidikalang, 16 Agustus 1959

Agama : Kristen Protestan

NIP/Pangkat/Golongan : 131 568 391/Pembina Utama Muda/IVc Jabatan Fungsional : Guru Besar

No. Karpeg : E 060051

Nama Ayah Gr. J. Sihombing Nama Ibu : D. Br. Nadapdap

Nama Istri : Ernawati Debora, S.Sos.

Nama Anak : Boy Reonaldi Sihombing (Mahasiswa Adm. Negara Fisip-USU)

: Hosiana Ayu Hidayati (Siswi SMA Negeri 17 Medan)

: Erma (Siswi SD St. Petrus Medan)

Alamat Rumah : Jl. Bunga Ester VI No. 3 Pasar VI P. Bulan Medan

B. PENDIDIKAN

1. SD SD Negeri 1 Pagar Jati, Lubuk Pakam 1971

2. SMP SMP RK Lubuk Pakam 1975

3. SMA SMA Negeri 223 Jurusan Paspal, Lubuk Pakam 1979 4. D-III Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan FE-USU 1982 5 S-1 Administrasi Negara FISIP-USU 1985 6 S-2 Administrasi Negara Program Pascasarjana UGM

Yogyakarta

1991

7 S-3 Program Doktor Perencanaan Wilayah SPs USU 2007

C. KURSUS/PENATARAN YANG PERNAH DIIKUTI

1. Penataran Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, B-7 Pusat, Untuk Penatar Tingkat Nasional. Tahun 1986 Medan.

2. Kursus Studi Wilayah (PAU) Tahun 1991, Universitas Gajah Mada.

(31)

4. Kursus Singkat Bahasa Inggris Tahun 1995. University Malacca, Kuala Lumpur.

5. Kursus Singkat Menulis Karya Ilmiah Tahun 1995, University Malacca, Kuala Lumpur

6. Workshop Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar dan Penasihat Akademik, FISIP USU, Medan.

7. Workshop Pengembangan Kurikulum, UPP USU, Medan. 8. Loka Karya Pengembangan Pengajaran, UPP USU Medan. 9. Loka Karya Penilaian Kepangkatan Dosen, Unimed Medan 10. Loka Karya Penasihat Akademik UPP USU Medan

D. RIWAYAT JABATAN

1. 1985 – sekarang Dosen FISIP-USU

2. 1995 – 1998 Sekretaris Unit Pengabdian Masyarakat FISIP-USU 3. 1995 – 1999 Ketua Program Diploma Perpajakan FISIP-USU 4. 1999 – 2000 Direktur PK2PTS (Pusat Kajian Kebijakan

Pembangunan Toba Samosir)

5. 2000 – sekarang Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP-USU 6. 2000 - sekarang Penanggung Jawab Jurnal Analisis Administrasi dan

Kebijakan Departemen Adm. Negara Fisip USU 7. 2001 – 2005 Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Usuluddin IAIN

SUSQA Pekanbaru Riau. (ex officio) 8. 2002 - sekarang Dosen Pascasarjana MAP UMA Medan 9. 2002 – sekarang Dosen Pasca Sarjana (S-2) Magister Studi

Pembangunan SPs.Univ. Sumatera Utara 10. 2004 - sekarang Staf Ahli Balibang Prov. Sumatera Utara 11. 2006 - sekarang Sekretaris Tim Staf Ahli Balitbang Pemprovsu 12. 2007 - sekarang Dosen Pascasarjana (S-2) PWD USU

13. 2007 - sekarang Dosen Pascasarjana (S-2) MIP UDA Medan

14. 2007 - sekarang Ketua Program Pascasarjana (S-2) MIP UDA Medan 15. 2008 - sekarang Dosen S-3 Perencanaan Wilayah USU

16. 2008 - sekarang Ketua Redaksi Innovasi Media Publikasi Penelitian Balitbang Pemprovsu

E. PENELITIAN

(32)

2. Implementasi Program Pirbun ADB Besitang dalam Pembangunan Masyarakat Desa, Tahun 1991.

3. Studi Evaluasi Program Pembangunan Masyarakat Desa, Tahun 1991. 4. Implementasi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dalam Pembangunan

Masyarakat Pedesaan, Tahun 2005.

5. Penelitian Pelayanan Publik Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi, Pemprovsu, Tahun 2005.

6. Studi Etika Manajemen Organisasi Kemasyarakatan Kabupaten Dairi, Tahun 2005.

7. Analisis Sosial Budaya terhadap Pengembangan Budaya, Tahun 2005. 8. Studi Analisis Kebijakan Insentif dan Prestasi Kerja di Pemerintahan

Prov. Sumatera Utara, Tahun 2006.

9. Evaluasi Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir Sumut, Tahun 2006.

10. Implementasi Good Governance Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2006.

11. Pengembangan Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota dalam Rangka Pemberdayaan Potensi Daerah Sumatera Utara, Tahun 2007. 12. Analisis Alokasi APBD Sektor Pendidikan dalam APBD Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2008.

13. Kajian Peranan Organisasi Kemasyarakatan dalam Menjaga Stabilitas Keamanan di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2008.

14. Studi Analisis Ranperda Kelitbangan Pemprovsu Tahun 2008.

F. KARYA ILMIAH YANG DITERBITKAN

1. Reformasi Pemerintahan Desa Lokakarya Pemerintahan Desa Tahun 2004, FISIP USU.

2. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan, Tahun 2005, Mitra Publisindo.

3. Pengembangan Kawasan melalui Paradigma Perencanaan Partisipatif, Tahun 2005, Wahana, Program Doktor (S-3) Perencanaan Wilayah USU. 4. Perencanaan Partisipatif dalam Pembangunan, Tahun 2005, Inovasi.

Media Litbang Provinsi Sumatera Utara Volume 2.

5. Perumusan Kebijakan Pengupahan, Kasus Pemberlakuan Upah Minimum Provinsi di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005.

6. Analisis Anatomi Sosial Budaya Ekonomi Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Matondahan Kabpaten Simalungun, JIANA UNRI Tahun 2005.

(33)

8. Mengambil Makna Dari Tulisan Demitrios Argyades dalam Kerangka Reformasi Administrasi, Tahun 2004, Inovasi Litbang Prov. Sumatera Utara.

9. Keuangan Desa, Loka Karya Administrasi Keuangan Desa Deli Serdang Tahun 2006.

10. Etika Manajemen Organisasi Kemasyarakatan LSM Tahun 2006, Disampaikan pada Semiloka Organisasi Kemasyarakatan Kabupaten Dairi Tahun 2006.

11. Peranan Birokrasi Sukarela (Voluntatif Association) dalam Mendukung Otonomi Daerah Studi Deskriptif di Kabupaten Tobasa, Jiana Vol. 5 Tahun 2005.

12. Implementasi Good Governance di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara, Media Litbang Provsu Tahun 2007.

13. Implementasi Program Pirbun dlam Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten Langkat Tahun 1991, Berkala Penelitian Pascasarjana UGM. 14. Administrasi Keuangan Negara, Mitra Publisindo Tahun 2004.

15. Pengantar Ilmu Politik, Mitra Publisindo, Tahun 2005.

16. Desentralisasi dan Pembangunan Masyarakat Pesisir Kabupaten Langkat Pascasarjana Administrasi Negara, (S-2) UGM Tahun 2007.

17. Evaluasi Pembangunan Masyarakat Pedesaan di Wilayah Pesisir, Disampaikan Pada Seminar Nasional Litbang Depdagri Tahun 2007.

G. CERAMAH/SEMINAR

1. Penataran Penyusunan SAP, Sebagai Peserta, USU Medan Tahun 1995. 2. Diskusi Panel ” Kesiapan Daerah untuk mengatur dan mengelola Rumah

Tangganya Sendiri” FISIP USU Tahun 1995.

3. Seminar Nasional XIII AIPI, Sebagai Peserta, Bangkinang Tahun 1995. 4. Forum UM-USU, Sebagai Peserta, Univ. Malaya, 3-4 Januari 1997. 5. Talk Show Beranda Otonomi Daerah Tahun 2003

6. Upaya Peningkatan Pajak Daerah, Sebagai Narasumber, Medan Tahun 2005.

7. Metodelogi Penelitian Balitbang Pemprovsu sebagai Pembicara, Tahun 2005.

8. Peranan Lembaga Sosial Kemasyarakatan Sebagai Pembicara, Sidikalang Tahun 2006.

9. Desentralisasi dan Pengembangan Masyarakat Wilayah Pesisir, S-3 Perencanaan Wilayah Tahun 2007.

(34)

H. PENGAJARAN

1. Administrasi Keuangan Negara Adm. Negara FISIP USU 2. Teori-Teori Pembangunan Adm. Negara FISIP USU 3. Kebijakan Keuangan dan Politik

Perpajakan

Adm. Negara FISIP USU

4. Kapita Selekta Administrasi Negara Adm. Negara FISIP USU 5. Manajemen Publik Adm. Negara FISIP USU 6. Manajemen Pembangunan MAP UMA

7. Keuangan Negara MAP UMA

8. Manajemen Publik MIP UDA

9. Kebijakan Publik MIP UDA

10. Administrasi Keuangan Negara Adm. Usuluddin UIN SUSQA Riau 11. Teori-Teori Pembangunan Adm. Usuluddin UIN SUSQA Riau 12. Kebijakan Keuangan dan Politik

Perpajakan

Adm. Usuluddin UIN SUSQA Riau

(35)

Gambar

Tabel 1.  Deskripsi
Gambar 3. Implikasi dan Rekomendasi Jalur Hubungan antar Variabel

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dan kepada Pihak atau Peserta yang berkeberatan atas pengumuman ini, dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas pengumuman penetapan pemenang kepada Panitia Pengadaan

Khan, On approximation in weighted spaces of continuous vector- valued functions , Glasgow Math.. Khan

Dan kepada Pihak atau Peserta yang berkeberatan atas pengumuman ini, dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas pengumuman penetapan pemenang kepada Panitia Pengadaan

DAFTAR HASIL EVALUASI PENAWARAN ADMINISTRASI, TEKNIS, HARGA, DAN EVALUASI KUALIFIKASI UNTUK SELURUH PESERTA YANG DIEVALUASI.

Dan kepada Pihak atau Peserta yang berkeberatan atas pengumuman ini, dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas pengumuman penetapan pemenang kepada Panitia Pengadaan

Untuk menghitung kerugian head mayor maupun kerugian head minor yang terjadi di sepanjang jaringan pipa dapat digunakan persamaan Hazzen Williams dimana kapasitas aliran pada