• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN (FORGIVENESS) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN PERSELINGKUHAN (Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, setiap individu mempunyai keinginan untuk menjalin hubungan dengan individu lain. Seorang individu bahkan dianggap dewasa secara sosial apabila dirinya telah mampu berhubungan dengan orang lain, menjadi anggota masyarakat dan berperan di dalamnya (Sarwono, 1998). Ada berbagai macam bentuk hubungan antar manusia. Beberapa bentuk hubungan terjadi karena dipilih dengan bebas, ditentukan oleh individu dengan alasan khusus beberapa bentuk hubungan lainnya terjadi secara kebetulan. Kasih sayang antara orang tua dengan anaknya, keinginan untuk menjalin hubungan cinta kasih antara dua orang

yang berbeda lawan jenis, persaingan yang sehat antara pemain tenis yang sedang bertanding, merupakan segelintir contoh bentuk hubungan antar manusia yang

banyak ragamnya tersebut (Sears, 1999).

Bila dua orang individu menjalin suatu hubungan, kehidupan mereka akan terjalin satu sama lain. Apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lain. Berbagai emosi yang kuat dapat terasa dalam berbagai bentuk hubungan tadi. Orang lain dapat membuat seseorang merasa sedih atau gembira, menceritakan gosip terbaru, membantu melakukan sesuatu, mengkritik pendapat, memberikan hadiah atau nasihat atau bahkan membuat jengkel, marah, dan benci.

(2)

Pacaran telah menjadi semacam gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, di mana remaja ingin mencoba karena terdorong rasa ingin tahu mereka yang tinggi, Remaja memiliki banyak waktu senggang di antara jam kuliah atau pulang sekolah ataupun antara kuliah (www. pacaran.com, 10 Mei 2011).

Pada hubungan perselingkuhan ditinjau dari teori interdependence dan teori empati ini yang dinilai merupakan teori yang paling tepat untuk menjelaskan sifat altruis. Empati merupakan gabungan dari segi egoisme dan simpati. Berbeda dengan sifat egoisme yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan (stress) diri sendiri, serta sifat simpati yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang lain, empati merupakan suatu sifat yang membuat seseorang ikut merasakan penderitaan orang lain. Dengan kata lain, ia akan merasakan penderitaan orang lain sebagai

penderitaannya sendiri. Pada kelanjutannya, seseorang akan menolong dengan fokus pertolongan pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaannya sendiri, karena

dengan terbebasnya orang lain dari penderitaan itulah, maka si penolong akan terbebas pula dari penderitaannya sendiri (Sarwoto, 1999).

Kegiatan menolong itu sendiri dapat dipicu dari berbagai faktor, yaitu faktor situasi, misalnya karena adanya orang lain yang kebetulan berada bersama kita pada tempat kejadian (bystanders), menolong jika orang lain juga menolong, karena desakan waktu, atau karena kemampuan yang dimiliki; bisa juga karena faktor dari dalam diri sendiri, misalnya karena perasaan, sifat dasar, agama, tahapan moral, orientasi seksual, atau jenis kelamin.

(3)

Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing baik secara positif ataupun negatif. Di dalam proses pacaran tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain.

Konflik yang terjadi dalam hubungan romantis (pacaran) dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain ketidakcocokan, ketidaksetiaan dan perselingkuhan. Sebenarnya konflik atau interaksi negatif ini sangat wajar terjadi dalam suatu hubungan romantis (pacaran). Konflik yang terjadi ini tentu saja sangat mempengaruhi keadaan emosi individu yang terlibat di dalamnya. Salah satu emosi interpersonal yang hampir luput dari perhatian peneliti perilakuan melibatkan pengalaman-pengalaman, yang sehari-harinya disebut sebagai luka perasaan.

Beberapa contoh luka perasaan antara lain kecewa, sedih, jengkel, kesal, marah, benci, merasa dihina, tidak dihargai, direndahkan, sakit hati, dan dendam (Sears,

1999).

Berdasarkan konflik-konflik yang terjadi di atas, dijelaskan bahwa hubungan perselingkuhan yaitu ketika orang melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya, hubungan perselingkuhan adalah hal ditakutkan oleh banyak orang dalam membina hubungan percintaan. Sebab perselingkuhan akan dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kedua pasangan yang dapat berakibat fatal seperti munculnya perpecahan atau perceraian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh adalah tidak berterus terang, tidak jujur, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang, serong. Selingkuh dapat diartikan sebagai keadaan ketika seseorang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan komitmennya. Pelaku dalam komitmen merupakan dalam hubungan yang punya komitmen tinggi lebih merasakan kerugian dengan terputusnya hubungan, sehingga dapat diharapkan akan berusaha untuk mengakui dan meminta maaf atas kesalahan perbuatannya. Maksudnya, saat dua orang memutuskan untuk pacaran, mempunyai komitmen untuk menjaga hubungan tersebut. Misalnya, lawan jenis yang boleh mengajak jalan berdua cuma pacar,

(4)

mungkin juga dimotivasi oleh rasa bersalah yang besar, cepat mengakui dan meminta maaf yang tampaknya memiliki pengaruh positif pada kemampuan pasangan yang dilukai untuk berempati pada dan kemudian memaafkan pasangan yang menyakiti.

Pada sebuah riset yang dilakukan psikolog Drigotas SM dan koleganya selingkuh disebut sebagai dating infidelity. Istilah ini mengacu pada adanya perasaan bahwa pasangan telah melanggar norma dalam pacaran, yang berkaitan dengan interaksi terhadap orang lain dan diikuti timbulnya kecemburuan, serta persaingan (www.fakta dan alasan selingkuh.com, 24 April 2011).

Selingkuh juga dibagi dua, yaitu selingkuh fisik dan emosional. Selingkuh fisik artinya melakukan kontak fisik dengan lawan jenis, seperti pelukan dan ciuman dengan orang yang bukan pacar kita. Sedangkan selingkuh emosional lebih berupa perasaan kita terhadap orang lain yang bukan pacar. Contoh, kangen dan pengen

sering bicara dengan seseorang yang bukan pacar (dalam situs www.wordpress.com, 24 April 2011).

(5)

Perselingkuhan bukan hanya menghadirkan rasa sakit di antara pasangan yang menjalaninya, tetapi juga memunculkan kebencian. Tak heran, banyak pasangan yang tak bisa memaafkan jika rekannya tersebut berkhianat padanya tanpa memikirkan apa sebenarnya alasan yang memicunya. Ketika bertengkar memunculkan sakit hati salah satu pasangan, maka bisa jadi dia pun mengambil langkah ekstrem dengan membalas lewat perselingkuhan. Hal ini adalah momen yang rentan. Dalam situasi seperti ini, selingkuh seperti perilaku reaktif dari perilaku proaktif.

Pasangan perlu mengambil pertolongan dari pihak ketiga seperti teman dan keluarga untuk mencari solusi sebelum menyesal karena keputusan yang diambil tidak memikirkan dampak jangka panjang. Dan yang tak kalah penting adalah bagaimana mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Jadi tidak

bijaksana bila melakukan kekerasan nonfisik, marah-marah, apalagi mengumpat-umpat orang lain termasuk pacar. Tetapi bukan dalam arti diam saat timbul masalah,

selesaikanlah dengan bijak, bicarakan secara terbuka. Tanpa keterbukaan akan menimbulkan konflik dalam diri masing-masing yang bahkan bisa mengarah terhadap rutinitas harian dan prestasi belajar ataupun bekerja.

Dalam sejarahnya, wanita yang mampu memaafkan peselingkuhan, biasanya memiliki alasan lain di luar cinta yang terkhianati pasangannya. Tak boleh sekedar memanjakan ego, karena kehormatan di mata masyarakat baginya haruslah tetap dijunjung tinggi, sehingga ia bersedia merelakan pasangannya berbagi tubuh dengan yang lain, karena ia merasa tak mampu memenuhi hasrat prianya yang tak mampu ia penuhi. Sesuai dengan kodratnya semata sebagai konco wingking, ia tak berani maju ke depan, dan lebih memilih tegar dalam diamnya, bersedia dimadu dan ikhlas melepaskan miliknya menjadi milik wanita lain. Kesediaan memaafkan pengkhianatan yang dilakukannya, sejatinya adalah penunjukan sikap bijak yang mencoba berempati. Sebuah usaha menempatkan diri pada posisinya, memahami juga perasaannya, bahwa benar tak ada manusia yang sempurna (www.untukku.com, 30 Maret 2011).

Perselingkuhan memang merupakan suatu ancaman yang dapat mengganggu

(6)

mencemari hubungan tersebut. Karena meskipun telah ada kata maaf yang terucap, beberapa sikap dan sifat akan muncul sebagai tindak proteksi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.

Beberapa sifat dan sikap baru akan timbul ke permukaan. Sifat ragu atas kesetiaan sang pacar, berkurangnya rasa percaya pada sang pacar, dan besar kemungkinan akan muncul rasa cemburu/kecurigaan yang cukup besar pada pasangan yang berselingkuh, merupakan beberapa kondisi baru yang bisa hadir apabila salah satu pasangan telah melakukan tindak perselingkuhan namun tindakannya itu termaafkan (www.perselingkuhan.com, 12 Februari 2011).

Dalam sebuah penelitian, Gottman (dalam McCullough, 1997) menguji laporan diri pengalaman emosional pasangan yang sedang terlibat dalam hubungan romantis selama saat-saat paling positif dan paling negatif yang terjadi dalam setting

laboratorium. Dari hasil penelitian tersebut, Gottman melaporkan penilaian pasangan pada daftar cek afeksi terbagi dalam tiga macam respon emosional. Respon afeksi

pertama adalah perasaan positif pada umumnya yang ditandai dengan keramahan, cinta dan perilaku hubungan-konstruktif. Respon afektif kedua, yang oleh Gottman disebut sebagai perasaan sakit-serangan yang dirasakan, ditandai dengan rengekan, perasaan tidak bersalah korban, ketakutan dan kecemasan. Respon afektif ketiga, disebut sebagai kemarahan yang pada tempatnya. Respon ini ditandai dengan amarah, penghinaan dan pikiran membalas dendam pada pasangan.

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan Gottman tersebut, McCullough, (1998) memberikan asumsi bahwa dua pernyataan afektif negatif yang menandai interaksi interpersonal di sekitar hubungan interpersonal, sebagaimana pada penelitian Gottman (McCullough, 1997), ternyata cocok dengan dua elemen sistem motivasional yang mempengaruhi respon seseorang pada serangan pasangannya. Secara khusus, McCullough, (1998) menyatakan bahwa (a) perasaan sakit-serangan yang dirasakan ternyata cocok dengan motivasi untuk menghindari kontak, baik secara personal maupun psikologis dengan orang yang menyakiti perasaan (avoidance); dan (b) perasaan kemarahan yang pada tempatnya ternyata cocok dengan motivasi untuk membalas dendam atau melukai orang yang menyakiti

(7)

Seseorang dianggap memberi maaf jika menghambat perasaan ingin membalas dendam atau membangun perasaan, perilaku dan kognisi positif (McCullough, 1997). Sebagai contoh, ketika memberi maaf, individu mungkin mengenali faktor penyebab situasi yang membuat si pelaku melakukan tindakan yang menyakiti hati (kognitif), merasa simpati atau merasa kasihan pada si pelaku (afektif) dan mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah atau membantu si pelaku (perilaku). Motivasi yang seperti ini dapat menciptakan suatu keadaan psikologis, yang biasa disebut orang sebagai memberi maaf (forgiveness).

Bagi sebagian besar orang, memberi maaf pada orang yang telah melukai perasaannya sangatlah tidak mudah, meskipun perilaku memberi maaf sudah diajarkan dan dilatihkan sejak kecil. Norma sosial serta agama juga memberikan ajaran tentang memberi maaf yaitu memaafkan orang yang telah melukai hati dianggap sebagai mulia. Ada orang yang secara tulus bisa memaafkan orang yang telah menyakiti hatinya. Namun pada sebagian besar kasus, seringkali orang tidak bisa benar-benar memaafkan orang yang telah menyakiti hatinya, meskipun secara verbal menyatakan sudah memaafkan. Hal ini terjadi karena, seperti yang dinyatakan oleh Pascal memaafkan bukan berarti melupakan. Artinya, orang yang disakiti hatinya mungkin memang sudah memaafkan pelaku tetapi dia tidak bisa melupakan perbuatan pelaku, meskipun mungkin dia juga tidak punya keinginan membalas dendam kepada pelaku.

Baumeister (Zechmeister & Romero, 2002) menyatakan bahwa memberi maaf yang palsu ini mungkin dimotivasi oleh keinginan korban untuk memenuhi peran yang ditentukan secara sosial atau agama. Korban mungkin juga memaafkan karena tuntutan moral atau memenangkan kekuasaan atas pelaku. Ada juga kasus-kasus di mana orang yang sudah disakiti hatinya berulang kali oleh pasangannya justru memaafkan pelaku dan hubungan dengan pasangan berlanjut lagi,

(8)

Penelitian sebelumnya telah menyatakan dan mereview bukti yang mendukung bahwa empati; tingkat luka perasaan; tingkat hubungan dan tingkat kepribadian mungkin mempengaruhi perilaku memberi maaf, pendapat tentang perilaku memberi maaf sebagai suatu fenomena motivasional, yang khususnya digerakkan oleh empati (McCullough, 1998).

Memaafkan perselingkuhan adalah penting jika ingin melanjutkan hubungan dengan pasangan. Memberikan maaf kepada orang yang bersalah adalah memberikan diri izin untuk melanjutkan. Hal ini akan mencoba yang terbaik untuk memahami penyebab di balik perselingkuhan. Hal ini adalah cara untuk membiarkan kemarahan berkurang apakah ingin melanjutkan hubungan. Memaafkan adalah tidak sama dengan melupakan. Memaafkan membuka pintu untuk rekonsiliasi, tetapi tidak jadi segera memulihkan kepercayaan. Memaafkan diberikan secara bebas, karena untuk

memberikan kepercayaan harus diterima kembali oleh orang yang hilang di tempat pertama. Memaafkan adalah tentang pelonggaran beberapa beban. Hal ini tentang

mengakui semua manusia dan membuat kesalahan. Dengan memaafkan pasangan, yaitu mengundang mereka untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan memberikan hubungan setiap kesempatan yang layak. Memaafkan sulit dan butuh waktu (www.Hicow.com, 4 Februari 2012).

Menganalisis apa yang salah dalam hubungan dapat memberikan perspektif yang baik. Konfrontasi dapat menjadi cara yang baik untuk melampiaskan setiap perasaan orang lain, dan yang paling penting untuk melihat apakah hubungan bisa diselamatkan. Hubungan baru hanya akan bertahan jika melepaskan masa lalu. Beberapa langkah memaafkan pacar yang selingkuh yaitu memahami alasan kenapa pasangan melakukan perselingkuhan, di mana hal tersebut dapat menjadi pegangan untuk menjalani hubungan pacaran pasca perselingkuhan. Menyiapkan waktu khusus untuk bicara berdua dengan pasangan, sampaikan semua hal-hal yang mengganjal di hati dan yang ada di kepala. Seandainya ingin bertanya tentang perselingkuhan itu, tanyakan saja langsung, dan minta dia menjawab sejujurnya harus siap sakit hati mendengar penjelasannya. Membuat perjanjian baru dengan pasangan untuk memulai hubungan lagi. Saat mau memaafkan, coba lihat apa alasan mau

(9)

Sebuah penelitian yang dilakukan University of Texas at Austin, yang dipublikasikan dalam jurnal 'Personality and Individual Differences' dengan kesimpulan bahwa reaksi para partisipan berdasarkan naluri dasar kecemburuan. Dikatakan bahwa separuh dari laki-laki akan memaafkan ketidaksetiaan pasangan mereka. Selama selingkuh tersebut dilakukan pada perempuan. Berbeda dengan perempuan yang cenderung tidak memaafkan dan melupakan bila pacar mereka bersama pria lain. Para peneliti meminta 718 siswa membayangkan jika mereka memiliki hubungan jangka panjang dan apa reaksi mereka untuk beberapa skenario perselingkuhan yang berbeda. Dan hasilnya adalah secara keseluruhan sebanyak 50 persen pria cenderung melanjutkan hubungan dengan seorang perempuan yang menghabiskan waktu dengan perempuan lain. Sementara itu, 22 persen mengatakan mereka bisa memaafkan penghianatan dengan pria lain. Sedangkan hasil untuk perempuan adalah kebalikannya, yaitu sebanyak 28 persen mengatakan akan mempertahankan sang pacar bila mereka mendapati pacar mereka selingkuh dengan perempuan lain. Hanya 21 persen mengatakan mereka akan mempertahankan hubungannya dengan sang pacar yang selingkuh dengan pria lain. (www.getoutdoors.com, 4 Februari 2012).

Berdasarkan uraian penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa memaafkan memiliki peranan dalam hubungan pacaran setelah terjadi perselingkuhan agar hubungan tidak berakhir, di mana memaafkan dipengaruhi oleh empati. Jika dapat terbentuk empati yang tinggi maka akan menghasilkan memaafkan yang akan menyelamatkan hubungan pacaran tersebut. Berkaitan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara empati dengan memaafkan pada pasangan yang melakukan perselingkuhan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara empati dengan memaafkan (forgiveness) pada pasangan yang melakukan perselingkuhan.

C.Tujuan Penelitian

(10)

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Memperkaya khasanah psikologi terutama pada bidang psikologi sosial. 2. Secara Praktis

(11)

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN MEMAAFKAN

(

FORGIVENESS

) PADA PASANGAN YANG MELAKUKAN

PERSELINGKUHAN

(Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

SKRIPSI

Oleh : Galuh Sekar Sari

(06810105)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(12)

PERSELINGKUHAN

(Studi pada Suatu Hubungan Pacaran)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Galuh Sekar Sari

(06810105)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(13)
(14)
(15)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah pada Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara empati dengan memaafkan (forgiveness) pada pasangan yang melakukan perselingkuhan (studi pada suatu hubungan pacaran)”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu dengan rasa tulus dan ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Hudaniah, M.Si., Psi selaku Pembimbing I yang telah banyak mengeluarkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. Ibu Yuni Nurhamida S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa dengan sabar telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan serta masukan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Ari Firmanto, S.Psi selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini 5. Dosen-Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas

ilmu yang telah diberikan kepada penulis

6. Kedua Orangtuaku Ayah Gatot Basuki dan Ibu Astutik terimakasih atas do’a, kasih sayang, perhatian, nasehat dan dukungan yang tiada hentinya selama ini hingga lulus kuliah

7. Untuk saudaraku mas Arya Gandi dan mbak Dhemes, mas irwan, serta adiku andien terima kasih atas doa, kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materiil, dan juga kebersamaan yang indah.

8. Anjar Irawan sayangku, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dukungan,

(16)

9. Sahabat - sahabat terbaikku Chacha, mimi, mami, terima kasih atas persaudaran, dukungan, kebersamaan dan canda tawanya.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2006 yang masih tersisa, terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan keceriaan yang terjalin selama ini.

11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Malang, 26 Januari 2012

(17)

DAFTAR ISI

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi perilaku memaafkan ... 15

B. Empati ... 16

1. Pengertian Empati ... 16

2. Komponen Empati ... 17

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi empati ... 18

C. Hubungan Pacaran ... 20

D. Hubungan antara Empati dan Perilaku Memaafkan ... 22

E. Kerangka Pemikiran ... 25

D. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 29

(18)

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Penelitian ... 33

1. Tahap persiapan (Tanggal 8-21 Desember 2011) ... 33

2. Tahap Pelaksanaan ... 33

G. Validitas dan Realibilitas ... 35

1. Validitas ... 35

2. Reliabilitas ... 37

H. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 40

B. Analisis Data ... 41

C. Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Empati ... 32

Tabel 3.2 Blue Print Skala Memaafkan ... 33

Tabel 3.3 Validitas Item Skala Empati ... 36

Tabel 3.4 Validitas Item Skala Memaafkan ... 37

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala Empati ... 38

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala Memaafkan ... 38

Tabel 4.1 Sebaran T Score Empati ... 40

Tabel 4.2 Sebaran T Score Memaafkan ... 41

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Empati dan Memaafkan ... 50

Lampiran 2. Data Tryout ... 54

Lampiran 3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 56

Lampiran 4. Data Penelitian ... 68

Lampiran 5. Perhitungan X dan Y ... 74

Lampiran 6. Nilai T-Score X dan Y ... 76

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar. (2006). Sikap manusia-teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Dayakisni, Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Golemen, D. 2003. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Golemen, D. 2003. Kecerdasan emosional. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan. Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan. Jakarta : Erlangga.

Kerlinger, N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Lestarianie, S.G. 2005. Perbedaan empati antara siswa sekolah kejuruan (Musik) Dengan Siswa Sekolah Menengah Umum. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur)

McCullough, M.E., Rachal, K.C., Sandage, S.J., Worthington, E.L., Brown, S.W, & Hight, T.L. 1998. Interpersonal forgiving in close relationship : II. theoritical elaboration and measurement. Journal of Personality and Social Psychology.

Vol. 75. No. 6. p 1586-1603.

McCullough, M., Worthington, E.L., dan Rachal, K.C. 1997. Impersonal forgiving in close relationships. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 73. No. 2. p 321-336.

Santrok, W. 2003. Adolesence (perkembangan remaja). Jakarta: Erlangga

Sarwono, S.W. 1998. Psikologi sosial Jilid II. Jakarta : Rajawali

Suneni, Deni. 2006. Hubungan antara empati dengan kemampuan interaksi sosial pada remaja di SMU Islam Pujon Malang. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

(22)

Volkmann, R. Jeffrey., (2006). A longitudinal analysis of the forgiveness process in romantic relationships (Dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy at George Mason University).

Wardhati. 2006. Jurnal psikologi pemaafan. (http:// fatur.staff.ugm.ac.id/file/psikologi pemaafan.pdf).

Winarsunu, Tulus. (2007). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

Winarsunu, Tulus. (2004). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press.

Yusnovalia, Antin. 2011. Forgiveness pada istri yang suaminya berselingkuh. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur.

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Zechmeister, J.S., & Romero, C., 2002. Victim and offender accounts of interpersonal conflict : autobiographical narratives of forgiveness and unforgiveness. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 82. No. 4, p 675-686

http://www.fakta dan alasan selingkuh.html, diakses 24 April 2011.

http://www.psikologiums.net/modules.php?name=News&file=article&sid=30, diakses 27 juli 2011

http://www.untukku.com.html, diakses 30 Maret 2011.

http://www.perselingkuhan.html, diakses 12 Februari 2011

http://www.Hicow.com, diakses 4 Februari 2012

http://bolgs.wulandiniramadhanty.com, diakses 4 Februari 2012

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan rasa puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan Rasulullah SAW melimpahkan Rahmat, hidayah, inayah-NYA kepada penulis hingga dapat

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas