REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI
TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS
KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
DAHNIL SYAHPUTRA NIM : 060600176
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 3 Februari 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Olivia Avriyanti Hanafiah,drg.,Sp.BM
NIP: 132 206 391
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
pada tanggal 3 Februari 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Abdullah, drg
ANGGOTA : Indra Basar Siregar, drg.,M.Kes
Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Bedah Mulut
Tahun 2010
Dahnil syahputra
Rekonstruksi Ankilosis Sendi Temporomandibula Akibat Osteomielitis
Kronis Dengan Teknik Total Joint Replacement
viii + 30 Halaman
Salah satu gangguan dari sendi temporomandibula adalah osteomielitis.
Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang. Secara klinis
osteomielitis disebut juga suatu infeksi dari tulang yang dimulai dari medular kaviti
dan sistem havers , melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar kedalam tulang
kortikal dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Invasi bakteri ke tulang kanselus,
yang mana dikarenakan oleh inflamasi dan oedema pada rongga sumsum tulang,
sebagai akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah sehingga
terjadi gangguan pada suplai darah di dalam tulang. Terjadinya kegagalan
mikrosirkulasi pada tulang kanselous merupakan faktor utama terjadinya
osteomielitis, karena daerah yang terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose
dan akhirnya terjadi sequester yang mana merupakan tanda umum dari osteomielitis.
Osteomielitis pada sendi temporomandibula adalah kondisi yang sangat jarang
dan kebanyakan timbul bersamaan dengan osteomielitis di lokasi yang lain pada
sendi temporomandibula tanpa keterlibatan bagian tulang yang lain lebih jarang dan
jarang dilaporkan
Ankilosis sendi temporomandibula adalah perlekatan kapsular sendi yang
disebabkan perlekatan jaringan fibrous atau tulang pada sendi dan dapat melibatkan
kondilus, diskus dan fossa. Sehingga mandibula tidak dapat bertranslasi dalam fossa.
Hal ini mengakibatkan menurunnya kemampuan mandibula untuk membuka mulut
mulai dari sebagian hingga imobilisasi sempurna rahang.
Ankilosis dapat terjadi pada sendi temporomandibula apabila osteomielitis
terjadi pada sendi temporomandibula, dimana kepala kondilar mandibula melekat
dengan fossa glenoid, akan menyebabkan gangguan yang normal dan menyebabkan
kekakuan pada mandibula.
Perawatan ankilosis sendi temporomandibula akibat ostemieltis kronis pada
dewasa dapat dilakukan dengan cara rekonstruksi sendi temporomandibula dengan
cara total joint replacement untuk mengkoreksi ankilosis yang terjadi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyalesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Universistas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM sebagai kepala bagian Departemen Bedah
Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM sebagai pembimbing skripsi telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
3. S.Hamzah Daliemunthe. Drg., Sp.Perio sebagai pembimbing akademik yang telah
memberi bimbingan kepada penulis dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi.
4. Ketua tim penguji (Abdullah,drg) dan anggota tim penguji (Indra Basar Siregar
drg., M.Kes dan Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM) yang memberi masukan
5. Penghormatan penulis yang teristimewah kepada orang tua tercinta ayahanda
Aswin Lauw, dr dan ibunda Khoe Siu Hun yang telah memberikan dorongan, baik
moril maupun material serta doanya kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis
selama menjalani masa pendidikan.
7. Sahabat-sahabat dan kerabat dekat penulis Fanny Wong, Calvin, Henny, Merina,
Vera, Vincent, Findya, Tia, Ida, Yufri, Martono, Kriswandy Putra, Steven
Pardamean, Christian Andri dan Abeng-abeng Community serta teman-teman
seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, semangat dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
8. Pegawai non-edukatif Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan
juga petugas perpustakaan yang telah banyak membantu penulis.
Akhirnya Penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat.
Medan, 1 Februari 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN………. ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………... iii
KATA PENGANTAR……….. iv
2.2 Osteomielitis Kronis Supuratif………... 5
2.3 Osteomielitis Kronis Non Supuratif………... 6
2.4 Garres Osteomielitis………... 7
BAB 3 ANKILOSIS PADA SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS 3.1 Gambaran Klinis……… 11
3.2 Pemeriksaan penunjang/radiografik……….. 14
BAB 4 REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT 4.1 I ndikasi dan Kontraindikasi Total Joint Replacement……... 18
4.2 Teknik bedah Total Joint Replacement... 19
4.3 Perawatan pasca bedah……….. 23
4.4 Komplikasi………. 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Osteomielitis kronis pada rahang... 8
2 Foto MRI osteomielitis pada rahang... 8
3 Foto CT scan aksial osteomielitis pada rahang... 9
4 Foto CT scan sequester pada rahang... 9
5 (Bird face) hipoplasi mandibula oleh karena ankilosis... 13
6 Penyimpangan dagu dan mandibula ke sisi yang cacat... 13
7 Pembukaan mulut yang terbatas... 14
8 Foto 3D CT scan pada ankilosis... 14
9 Pandangan ankilosis secara koronal... 15
10 Nasal tracheal ... 19
11 Insisi Pre-aurikular... 20
12 Pembukaan sendi... 20
13 Batas osteotomi... 21
14 Eminensia artikular diratakan dengan bur diamond... 21
15 Implan protesa fossa... 22
16 Pemasangan komponen mandibula dan sekrup... 22
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Bedah Mulut
Tahun 2010
Dahnil syahputra
Rekonstruksi Ankilosis Sendi Temporomandibula Akibat Osteomielitis
Kronis Dengan Teknik Total Joint Replacement
viii + 30 Halaman
Salah satu gangguan dari sendi temporomandibula adalah osteomielitis.
Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang. Secara klinis
osteomielitis disebut juga suatu infeksi dari tulang yang dimulai dari medular kaviti
dan sistem havers , melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar kedalam tulang
kortikal dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Invasi bakteri ke tulang kanselus,
yang mana dikarenakan oleh inflamasi dan oedema pada rongga sumsum tulang,
sebagai akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah sehingga
terjadi gangguan pada suplai darah di dalam tulang. Terjadinya kegagalan
mikrosirkulasi pada tulang kanselous merupakan faktor utama terjadinya
osteomielitis, karena daerah yang terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose
dan akhirnya terjadi sequester yang mana merupakan tanda umum dari osteomielitis.
Osteomielitis pada sendi temporomandibula adalah kondisi yang sangat jarang
dan kebanyakan timbul bersamaan dengan osteomielitis di lokasi yang lain pada
sendi temporomandibula tanpa keterlibatan bagian tulang yang lain lebih jarang dan
jarang dilaporkan
Ankilosis sendi temporomandibula adalah perlekatan kapsular sendi yang
disebabkan perlekatan jaringan fibrous atau tulang pada sendi dan dapat melibatkan
kondilus, diskus dan fossa. Sehingga mandibula tidak dapat bertranslasi dalam fossa.
Hal ini mengakibatkan menurunnya kemampuan mandibula untuk membuka mulut
mulai dari sebagian hingga imobilisasi sempurna rahang.
Ankilosis dapat terjadi pada sendi temporomandibula apabila osteomielitis
terjadi pada sendi temporomandibula, dimana kepala kondilar mandibula melekat
dengan fossa glenoid, akan menyebabkan gangguan yang normal dan menyebabkan
kekakuan pada mandibula.
Perawatan ankilosis sendi temporomandibula akibat ostemieltis kronis pada
dewasa dapat dilakukan dengan cara rekonstruksi sendi temporomandibula dengan
cara total joint replacement untuk mengkoreksi ankilosis yang terjadi.
BAB I
PENDAHULUAN
Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang. Secara
klinis osteomielitis disebut juga suatu infeksi tulang yang dimulai dari kavitas medula
dan sistem Havers, melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar ke dalam tulang
kortikal dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Invasi bakteri ke tulang kanselus,
yang dikarenakan oleh inflamasi dan oedema pada rongga sumsum tulang, sebagai
akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah sehingga terjadi
gangguan suplai darah di dalam tulang. Terjadinya kegagalan mikrosirkulasi pada
tulang kanselus merupakan faktor utama terjadinya osteomielitis, karena daerah yang
terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose dan akhirnya terjadi sequester yang
merupakan tanda umum dari osteomielitis.
Osteomielitis lebih banyak dijumpai pada mandibula daripada maksila. Alasan
utamanya adalah karena suplai darah pada maksila lebih banyak dan darah didapatkan
dari beberapa arteri, dimana darah didapat dari saluran pembuluh darah yang
kompleks. Suplai darah utama pada mandibula hanya berasal dari arteri alveolaris
inferior dan tulang kortikal mandibula lebih tebal sehingga mencegah penetrasi dari
pembuluh darah ke dalam periosteal tulang dan tulang kanselus mandibula lebih
mudah mengalami iskemik jika terinfeksi.
Beberapa faktor etiologi terjadinya osteomielitis, seperti luka karena trauma,
radiasi dan bahan-bahan kimia, dapat menyebabkan inflamasi pada rongga medula
dalam bidang medis dan pustaka kedokteran gigi, yang sebenarnya infeksi pada
tulang disebabkan oleh mikroorganisme piogenik.
Osteomielitis pada sendi temporomandibula adalah kondisi yang sangat jarang
dan kebanyakan timbul bersamaan dengan osteomielitis di lokasi lain pada mandibula
sebagai akibat dari penyebaran lokal infeksi tulang. Osteomielitis pada sendi
temporomandibula tanpa keterlibatan bagian tulang yang lain lebih jarang terjadi dan
jarang dilaporkan.
Osteomielitis pada sendi temporomandibula kronis dapat menyebabkan
terjadinya ankilosis pada sendi temporomandibula dan dapat mengganggu pergerakan
mandibula terhadap maksila sehingga sendi temporomandibula tidak dapat dibuka
dan ditutup.
Ankilosis yang terjadi oleh karena osteomielitis kronis pada sendi
temporomandibula dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa. Apabila terjadi
pada anak-anak maka akan mengganggu pertumbuhan dari rahang anak yang
mengakibatkan terjadinya hipoplasia mandibula pada sisi yang terkena.
Ketika sendi temporomandibula terkena ankilosis oleh karena osteomielitis
kronis ada beberapa cara perawatan yang dapat dilakukan yaitu secara konservatif
atau terapi secara bedah, interpositional graft dan total joint replacement.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan segala hal yang perlu
diketahui dokter gigi berkenaan dengan osteomielitis rahang terutama osteomielitis
pada sendi temporomandibula, agar selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan
sebelum melakukan tindakan bedah dan mengkonsultasikan terlebih dahulu ke dokter
Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang profesional dengan pedoman yang jelas tentang penatalaksanaan pasien
BAB 2
OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG
Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang,
infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu akut, subakut dan kronis yang memiliki gambaran klinis
yang berbeda, tergantung pada sifat alamiah penyakit tersebut.7
Ada beberapa jenis organisme yang terdapat pada lesi ini, yang paling umum
adalah S. Aureus dan S. Albus, beberapa jenis streptococci atau dalam beberapa jenis
organisme. Infeksi spesifik dari osteomielitis ini adalah tuberkulosis, sifilis dan
aktinomikosis.6
Osteomielitis terjadi pada maksila maupun mandibula. Pada maksila biasanya
lesi lebih terlokalisir dan tidak menyebar, tetapi pada mandibula lesi bersifat lebih
menyebar.
Klasifikasi osteomielitis kronis pada saat ini masih sangat membingungkan.
Proses penyakit yang berbeda telah dideskripsikan oleh satu istilah ini dalam
beberapa kasus.1
Osteomielitis kronis yang melibatkan tulang rahang dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu: supuratif dan nonsupuratif.1
2.1 Patogenesis
Patogenesis osteomielitis pada rahang biasanya ditandai dengan adanya
Inflamasi terjadi di dalam rongga medula dalam tulang spongiosa dan dapat
melibatkan trabekula spongiosa serta dapat mempenetrasi korteks dan mencapai
periosteum. Daerah sumsum tulang dipenuhi oleh neutrofil, debris nekrotik dan
mikroorganisme. Jaringan sumsum tulang yang berlemak dan sumsum hematopoetik
menjadi nekrosis dan berganti menjadi eksudat inflamasi. Tekanan di dalam rongga
medula meningkat dan pembuluh darah menjadi hancur. Akibatnya perfusi vaskular
mengakibatkan terjadinya nekrosis pada tulang spongiosa dan korteks. Pada tulang
trabekula yang nekrosis terjadi hipereusinofilik. Osteosit membesar dengan tepi yang
berwarna biru tua. Pembentukan sequester dapat terjadi. Sequester akan dikolonisasi
oleh mikroorganisme dalam bentuk biofilm dan akan memperparah inflamasi.
Infiltrat inflamasi mengandung sel plasma, selain itu juga terdapat limfosit
dan makrofag. Fibrosis pada sumsum tulang akan terjadi setelah faktor pertumbuhan
fibroblas dilepas. Pembentukan tulang baru berlangsung dengan cepat dan memicu
tulang penderita menjadi sklerosis. Aktivitas osteoblas meningkat yang
mengakibatkan meningkatnya diameter intralesional dan trabekular medula.
2.2 Osteomielitis kronis supuratif
Osteomielitis kronis supuratif disebut juga osteomielitis kronis sekunder .
Osteomielitis kronis supuratif adalah ostemielitis yang paling umum terjadi, dimana
sering terjadi oleh karena invasi bakteri yang menyebar. Sumber yang paling sering
adalah dari gigi, penyakit periodontal, infeksi dari pulpa, luka bekas pencabutan gigi
dan infeksi yang terjadi dari fraktur. Sering dijumpai pus, fistel dan sequester pada
Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit, malaise,
demam, anoreksia. Setelah 10 – 14 hari setelah terjadinya osteomielitis supuratif,
gigi-gigi yang terlibat mulai mengalami mobiliti dan sensitif terhadap perkusi, pus
keluar di sekitar sulkus gingiva atau melalui fistel mukosa dan kutaneus, biasanya
dijumpai halitosis, pembesaran dimensi tulang akibat peningkatan aktivitas periosteal,
terbentuknya abses, eritema, lunak apabila dipalpasi. Trismus kadang dapat terjadi
sedangkan limphadenopati sering ditemukan. Temperatur tubuh dapat mencapai 38 –
39oC dan pasien biasanya merasa dehidrasi.
2.3 Osteomielitis kronis nonsupuratif
Istilah osteomielitis nonsupuratif menggambarkan bagian yang lebih
heterogenik dari osteomielitis kronis. Menurut Topazian yang termasuk jenis
osteomielitis kronis supuratif ini antara lain osteomielitis tipe sklerosis kronis,
periostitis proliferasi, serta aktinomikotik dan bentuk yang disebabkan oleh radiasi.
Hudson menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi osteomielitis
berkepanjangan akibat perawatan yang tidak memadai, atau meningkatnya virulensi
dan resistensi antibiotik dari mikroorganisme yang terlibat. Oleh karena itu klasifikasi
ini juga menggabungkan beberapa kasus dan juga meliputi bentuk supuratif dari
osteomielitis yang merupakan stadium lanjutan dari bentuk nonsupuratif.
Gejala klinis yang biasanya dijumpai adalah rasa sakit yang ringan dan
melambatnya pertumbuhan rahang.
Gambaran klinis yang dijumpai adalah adanya sequester yang makin
2.4 Garres osteomielitis
Garres osteomielitis banyak terjadi pada anak-anak, terkadang juga terjadi
pada orang dewasa. Pada rahang, Garres osteomielitis sering berkaitan dengan karies
akut lanjutan pada pasien anak kecil yang sudah berlanjut menjadi pulpitis dan lesi
periapikal. Untuk menjadi Garres osteomielitis respon inflamasi meluas melalui
tulang ke permukaan luar, merangsang periosteum menebal dan membentuk lapisan
tulang baru. Pada saat terjadi bentuk lain dari osteomielitis, margin gingiva bebas
tetap berada di atas ketinggian kontur gigi, dan menyebabkan terjadinya impaksi
makanan pada sulkus gingiva.
Gambaran klinis yang dijumpai adalah bentuknya lebih terlokalisir, keras,
pembengkakan tulang mandibula yang tidak halus pada bagian bawah dan samping
pada tulang mandibula dan disertai dengan karies pada molar satu8.
Gejala klinis yang dijumpai adalah limphadenopati, hiperpireksia dan
biasanya tidak sertai dengan leukositosis8.
Gambar 2. Foto MRI osteomielitis pada rahang
(6 Februari 2010)
Gambar 3. Foto CT scan aksial osteomielitis pada rahang.
Gambar 4. Foto CT Scan sequester pada rahang. a. Foto aksial CT scan menunjukan adanya multipel sequester b. Coronal CT scan menunjukkan adanya sequester pada kasus yang
berbeda pada ostemielitis kronis (http://imaging.consult.com/image/topic/dx/Musculoskeletal?title=Osteomyelitis
BAB 3
ANKILOSIS PADA SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT
OSTEOMIELITS KRONIS
Osteomielitis pada sendi temporomandibula adalah kondisi yang sangat
langka dan kebanyakan terjadi bersama-sama dengan lokasi lain osteomielitis
mandibula sebagai akibat penyebaran infeksi lokal tulang2.
Mastoiditis dan osteomielitis pada tulang temporal atau mandibula juga dapat
menyebabkan terjadinya ankilosis pada sendi temporomandibula21.
Ankilosis sendi temporomandibula adalah perlekatan kapsular sendi yang
disebabkan perlekatan jaringan fibrous atau tulang pada sendi dan dapat melibatkan
kondilus, diskus dan fossa. Sehingga mandibula tidak dapat bertranslasi dalam fosa.
Hal ini mengakibatkan menurunnya kemampuan mandibula untuk membuka mulut
mulai dari sebagian hingga imobilisasi sempurna rahang.
Beberapa klasifikasi telah digunakan untuk menjelaskan ankilosis sendi
temporomandibula. Kazanjian (1938) mengklasifikasikan ankilosis sendi
temporomandibula sebagai berikut: 28,21
a) Pseudo-ankilosis / ankilosis ekstra artikular
Ankilosis yang terjadi dimana mandibula tidak dapat digerakkan terhadap
maksila yang disebabkan penyakit di luar sendi yang secara tidak langsung
b) Ankilosis murni / ankilosis intra artikular
Ankilosis murni ini terjadi akibat proses penyakit intra artikular dimana
menyebabkan perlekatan antar tulang atau tulang terhadap fibrous.
Ankilosis juga dapat terjadi hanya pada satu sisi rahang, sehingga disebut
juga ankilosis unilateral. Sedangkan bila mengenai kedua sisi rahang maka disebut
dengan ankilosis bilateral.28
Ankilosis pada sendi temporomandibula dapat menyebabkan fraktur
patologis, akibatnya terjadi perubahan posisi kondilus terhadap fossa. Perubahan
posisi menyebabkan penekanan pada jaringan retrodiskal dan berlanjut hingga
menyebabkan kerusakan jaringan seperti robeknya ligamen diskal lateral dan medial,
perdarahan dan peradangan di dalam sendi. Peradangan sekunder dan perdarahan
merangsang matrik dan membentuk jaringan ikat fibrous serta merangsang persarafan
sensori kondilus dan mengakibatkan spasme otot, nyeri dan hambatan pembukaan
mulut.
3.1 Gambaran klinis
Trismus adalah karakteristik yang mendasari semua bentuk dari ankilosis.
Parah tidaknya cacat yang timbul tergantung pada umur penderita pada saat
timbulnya ankilosis. Meskipun demikian destruksi pada sendi yang berkembang
dapat memberikan efek langsung kepada pertumbuhan mandibula, efek sekunder juga
dapat terjadi pada pertumbuhan maksila disertai pemendekan tinggi wajah bagian
Gambaran klinis ketika ankilosis sendi temporomandibula terjadi pada
masa pertumbuhan:
1) Dampak pada wajah:
a. Penyimpangan dagu dan mandibula ke sisi yang cacat
b. Defisiensi vertikal pada sisi yang cacat
c. Retrognatia mandibula dengan ramus yang pendek dan kecil
d. Retrusi pada maksila
e. Profil wajah yang cembung
f. Berkurangnya pertumbuhan mandibula yang menyebabkan
terjadinya Bird face
2) Dampak pada mulut
a. Penyimpangan median line dari maksila dan mandibula pada sisi
yang cacat
b. Biasanya terjadi maloklusi klas II, meskipun terkadang oklusi klas
I dapat terlihat.
c. Gigitan silang pada gigi posterior
d. Penyimpangan pembukaan mulut pada sisi yang cacat
e. Trismus
f. Pada ankilosis bilateral, trismus dapat terjadi disertai dengan
gigitan terbuka
g. Oral higiene yang parah dapat mengakibatkan terjadinya karies
Gambar 5. (Bird face) hipoplasia mandibula oleh karena ankilosis
Gambar 6. Penyimpangan dagu dan mandibula ke sisi yang cacat
Gambar 7. Pembukaan mulut yang terbatas
(28 januari 2010)
3.2 Pemeriksaan penunjang / radiografik
Dari hasil pemeriksaan radiografik ankilosis sendi temporomandibula
menunjukkan adanya kehilangan bentuk sendi normal dengan penyatuan prosesus
kondiloideus dan fosa glenoidalis.
Gambar 8. Foto 3D CT scan pada ankilosis
Gambar 9. Pandangan ankilosis secara koronal
BAB 4
REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT
OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT
REPLACEMENT
Strategi perawatan kelainan pada sendi temporomandibula tergantung pada
usia penderita pada saat adanya kelainan. Lama dan gambaran klinisnya pada
anak-anak dapat terjadi unilateral mikrognatia yang menyebabkan penurunan pertumbuhan
pada sisi yang terlibat. Apabila terjadi pada anak usia 5-14 tahun, derajat deformitas
menurun progresif sejalan dengan bertambahnya usia dan apabila ankilosis muncul
pada waktu periode perkembangan telah usai maka masalah mikrognatia tidak akan
terjadi18.
Tujuan bedah dari sendi yang mengalami ankilosis adalah untuk memperbaiki
fungsi mandibula sebaik mungkin. Akan tetapi jika ankilosis mengenai anak-anak,
maka pertimbangan umum adalah untuk menyelamatkan pertumbuhan mandibula
mendekati normal22.
Beberapa bahan dapat digunakan untuk rekonstruksi ankilosis sendi
temporomandibula. Bahan alloplastik yang dapat digunakan adalah:13
1) Proplast / Teflon implants
Bahan ini merupakan sejenis bahan plastik yang mempunyai derajat kekakuan
yang tinggi. Selain itu, bahan ini tidak menyerap air maupun protein, dimana tidak
ada satu pun yang melekat padanya. Bahan ini juga tahan terhadap larutan organik,
2) Christensen TMJ fossa eminence prosthesis
Jenis ini digunakan pada total joint replacement. Bahan ini merupakan
sejenis bahan tipis dan bersifat kaku. Selain itu, bahan ini juga merupakan protesa
yang sesuai untuk menggantikan permukaan artikulasi sendi temporomandibula yang
terdiri dari fossa glenoid dan eminensia artikular dari tulang temporal. Protesa ini
terbuat dari cobalt-chrome alloy metal yang dicor. Ukurannya bervariasi. Untuk
rekonstruksi total joint replacement, digunakan TMJ condylar prosthesis dan
Chirstensen TMJ fossa eminence prosthesis. Bahan-bahan ini didesain untuk
menggantikan permukaan artikular dari kondilus mandibula. TMJ condylar prosthesis
ditempatkan setentang dengan Christensen TMJ fossa eminence prosthesis dan
disekrup ke ramus mandibula dengan sekrup cobalt chrome alloy.
3) Bahan akrilik
Bahan akrilik telah digunakan oleh Maurel (1948) untuk rekonstruksi
ankilosis. Akrilik merupakan bahan yang sederhana, murah dan mudah dibuat. Bahan
ini dapat bertoleransi dengan baik dalam tubuh. Jenis bahan akrilik adalah seperti
acrylic marbles dan acrylic fossa implant.
4) Tantalum foil
Bahan ini bisa beradaptasi dengan fragmen ramus dan ditempatkan dengan
menggunakan kawat tantalum yang diikat pada tantalum foil. Bahan ini telah
direkomendasikan oleh Eggers (1946) dan Goodsell (1947).
Bahan silikon merupakan sejenis bahan yang elastis. Bahan ini mudah
dibentuk sesuai dengan celah yang terdapat pada sendi temporomandibula setelah
dilakukan osteotomi dan dapat mempertinggi vertikal ramus.
4.1Indikasi dan kontraindikasi total joint replacement
Total joint replacement pada sendi temporomandibula diindikasikan
pada pasien dengan keadaan sebagai berikut:23
1) Kondisi atritis seperti osteoatritis, traumatik atritis, rheumatoid atritis.
2) Ankilosis.
3) Revisi prosedur dimana perawatan lain telah gagal seperti rekonstruksi
alloplastik dan autogenous graft.
4) Nekrosis avaskular.
5) Multiply operated joint (sendi yang telah dioperasi berulang kali).
6) Tumor jinak.
7) Keganasan seperti pasca eksisi tumor
8) Degenerasi pada sendi dengan kelainan anatomi yang berat.
9) Abnormalitas perkembangan.
Kontraindikasi pada total joint replacement pada sendi
temporomandibula dengan kondisi sebagai berikut:23
1) Kondisi pasien dengan kuantitas dan kualitas tulang yang tidak memadai.
2) Rekonstruksi sendi temporomandibula sebagian.
3) Pasien dengan tulang rahang belum berkembang dengan baik.
4.2Teknik bedah total joint replacemant
Perawatan total joint replacement dengan teknik bedah adalah sebagai
berikut:
1) Pasien dioperasi di bawah anestesi umum dengan menggunakan intubasi
nasal trakeal. Penempatan tube endoskopik nasal trakeal dilakukan oleh
ahli anastesi.
Gambar 10. Nasal trakeal Januari 2010)
2) Dilakukan insisi pada daerah pre-aurikular dan retro-mandibula.
3) Insisi pada daerah pre-aurikuler dilakukan agar terlihat leher kondilus dan
permukaan lateral lengkung zigomatik.
Gambar 12. Pembukaan sendi (9 Desember 2009)
4) Osteotomi dilakukan dengan menggunakan bur fisur yang bertujuan untuk
melakukan kondilektomi. Kondilektomi pertama dilakukan setinggi
sigmoid notch. Osteotomi kedua dilakukan kira-kira 5 mm dibawah
sigmoid notch. Ini dilakukan untuk implan fosa glenoidalis.
Gambar 13. Batas osteotomi pertama
dan kedua
(9 Desember 2009)
Gambar 14. Eminensia artikular diratakan dengan bur diamond
6) Setelah itu dapat dilakukan fossa implan.
Gambar 15. Implan protesa fossa
7) Pada daerah retro-mandibula, insisi dilakukan untuk menempatkan protesa
kondilar.
8) Setelah protesa kondilar ditempatkan, oklusi diperiksa untuk ketepatan.
Gambar 16. Pemasangan komponen
mandibula dan sekrup
9) Setelah itu luka bedah diirigasi dengan larutan anti bakteri.
10) Setelah itu insisi dijahit
Gambar 17. Insisi dijahit (Chirstenseen RW, TMJournal, 2006 : 27) (28 Januari 2010)
4.3 Perawatan pasca bedah
Pemakaian antibiotik dan steroid yang mengandung analgesik harus diberikan
pada setiap pasien yang menjalani rekonstruksi sendi temporomandibula untuk
mencegah infeksi. Pemakaian obat diteruskan hingga selama tujuh hari sampai
dengan sepuluh hari. Pasien harus melakukan diet ringan dan dihindarkan dari
nyeri yang tidak nyaman. Aspek paling penting adalah melatih pergerakan
mandibula. Ini dapat dicapai dengan melakukan fisioterapi pada hari kedua pasca
operasi untuk meningkatkan derajat pergerakan dan mengurangi pembengkakan dan
spasme otot.22
4.4 Komplikasi
Rekonstruksi sendi temporomandibula mempunyai komplikasi yaitu adanya
spasme, pembengkakan, dislokasi sendi, muntah, mual, perdarahan, mikrognatia,
pembentukan parut, kerusakan pada nervus fasialis, perforasi meatus auditorius
externa dan infeksi.22
Resiko yang paling besar pada rekonstruksi ankilosis adalah kemungkinan
untuk terjadinya ankilosis rekuren. Kemampuan pada dewasa muda untuk
membentuk tulang heteropatik yang bisa menyebabkan ankilosis rekuren. Dua
komplikasi lain yang dikhawatirkan adalah perforasi ke dalam fossa kranial dan
BAB 5
KESIMPULAN
Osteomielitis pada sendi temporomandibula kronis dapat menyebabkan terjadi
ankilosis pada sendi temporomandibula sehingga mengganggu peranan penting pada
pergerakan rahang, diantaranya mengunyah, menelan bernafas dan berbicara
termasuk menguap. Osteomielitis pada sendi temporomandibula biasanya terjadi
karena perluasan infeksi yang sifatnya odontogenik maupaun non odontogenik dari
mandibula sehingga terjadi osteomielitis pada sendi temporomandibula.
Diagnosa ankilosis pada sendi temporomandibula dapat ditegakkan dengan
foto MRI dan CT-scan.
Ankilosis pada sendi temporomandibula apabila terjadi pada anak-anak akan
menyebabkan terjadinya hipoplasia/mikrognatia pada mandibula karena pusat
pertumbuhan mandibula ada pada sendi temporomandibula.
Osteomielitis sendi temporomandibula pada dewasa dapat menyebabkan
fraktur patologis yang akan menyebabkan kerusakan jaringan, pendarahan dan
peradangan di dalam sendi sehingga merangsang matriks dan membentuk jaringan
ikat yang akan menyebabkan pembukaan mulut terbatas.
Perawatan ankilosis sendi temporomandibula akibat ostemieltis kronis pada
dewasa dapat dilakukan dengan cara rekonstruksi sendi temporomandibula dengan
cara interpositional graft dan total joint replacement untuk mengkoreksi ankilosis
Perencanaan pre-operatif yang hati-hati, manajemen peri-operatif, perawatan
post-operatif yang teratur, dan keadaan yang siap untuk merawat komplikasi yang
mungkin terjadi adalah kunci untuk melakukan operasi yang sukses untuk bedah
DAFTAR PUSTAKA
1. Baltensperger MM, Eyrich KG. Osteomyelitis of the jaws. 2009
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
2. Kaufmann M, Obwegeser J. Osteomyelitis of the temporomandibular joint. In
: Baltensperger MM, Eyrich KG. Osteomyelitis of the jaws. Springer-Verlag
Berlin Heidelberg, 2009:205-13.
3. Topazian RG. Osteomyelitis of the jaw. In : Topazian RG, Golberg MH. Oral
and maxillofacial infections. 2nd ed. Philedephia : W. B. Sauders Company,
1987:204-38.
4. Coulthard P, Horner K, Sloan P, et al. Disorder of the temporomandibular
joint. 1st ed. Spain: Churchill livingstone, 2003:229-40.
5. Peterson LJ. Complex odontogenic infection. In: Peterson LJ, Ellis E, Hupp
JR, Tucker MR. Oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St. Louis : Mosby,
2003:375-79.
6. Sapp JP, Osteomyelitis. In : Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Oral and
maxillofacial pathology. 2nd ed. St. Louis : Mosby, 2004:87-93.
7. Shafer WG, Hine MK, Levy BM, et al. A text book of oral pathology. 4th ed.
Canada : WB saunders company, 1983:498-510
8. Topazian RG, Golberg MH. Oral and maxillofacial infection. 3rd ed.
Philadhelpia : WB saunders company, 1994:252-88.
9. Quinn PD. Total temporomandibular joint reconstruction. University of
<http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/027823919590381X> (8 Sept
2009).
10.Winslow CP, Dichard A, McGuire KA. Osteomyelitis of the
temporomandibular joint. American journal of otolaryngology. 2001;22(2).
<http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii S0196070901450095 > (8 Sept
2009).
11.Midwinter KI, Gill KS, Spencer JA, et al. Osteomyelitis of the
temporomandibular joint in patients with malignant otitis externa. Deparment
of otorhinolaryngology. 1999;113:451-53. <
pubmed/10505160> (8 Sept 2009).
12.Marsot K, Doyen JE, Grauer WO , et al. Sapho syndrome of the
temporomandibular joint associated with sudden deafness. American journal
of neuroradiology. 1999;20:902-05. <http://www.ajnr.org/cgi/content/
abstract/20/5/902> (1 Sept 2009).
13.Gerard DA, Hudson JW. The Christensen temporomandibular joint prosthesis
system.
<http://www.
tmjournal.com/library/CP-009.pdf> (8 Sept 2009)14.Baur DA. Distraction osteogenesis of the mandible. 2005.
<http://www.emedicine.com> (8 Sept 2009).
15.Kuber AC, Zoller JE. Distraction technique. In: Booth PW, Eppley B,
Schmelzeisen R, eds maxillofacial trauma and esthetic facial rescontruction.
16.Keith DA. Surgery of the temporomandibular joint. In : Keith DA. Atlas of
oral and maxillofacial surgery. Philedephia : W. B. Saunders Company, 1992
: 205-6,208,215.
17.Kumpulan makalah ilmiah. Osteomielitis rahang pada anak. PABMI. 3-4
desember 1988 medan. Ed 5th.
18.Purbawanto BA, Kasim A, Mangunjaya S. Kondilektomi pada penderita
dewasa dengan ankilosis sendi temporomandibula. Jurnal kedokteran gigi UI;
10:711-7.
19.Komorowoska A. congenital temporomandibular joint ankylosis-case report.
European journal of orthodontics 1997;19:243-8.
20.Sashikiran ND, Reddy SVV, Path R, et al. management of
temporo-mandibular joint ankylosis in growing children. 2005.
21.Weteid AA, Ekrish AE, Mutairi KA, et al. temporomandibular joint ankylosis
caused by mastoiditis:presentation of a rare case and literature review. Saudi
Dent J. 2002; 12(2):2.
22.Archer WH. Oral and maxillofacial surgery. 5th Ed. Philadelphia : W.B.
Saundres Company, 1975; 2 : 1527-38.
23.Anonymous. An innovation implant for total joint replacement.
24.Anonymous. Specialist in oral and maxillofacial surgery.
25.Quinn PD. Alloplastic reconstruction of the temporomandibular joint. Texas :