PERAWATAN KAKI
PADA LANSIA
Oleh :
DINA APRILLIA ARIESTINE
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ... 1
PERUBAHAN KAKI AKIBAT PROSES MENUA ... 1
PERUBAHAN MAKROSKOPIS ... 2
PERUBAHAN SIRKULASI ... 3
PERUBAHAN PADA TUBUH YANG MEMPENGARUHI KAKI PERUBAHAN FISIK ... 3
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN EKONOMI ... 3
KELAINAN KAKI PADA LANSIA KELAINAN MUSKULOSKELETAL ... 3
KELAINAN ARTRITIK ... 4
KELAINAN METABOLIK (DIABETIK) ... 5
KELAINAN KULIT ... 5
KELAINAN KUKU ... 5
PENILAIAN KAKI KOMPREHENSIF ... 5
PERAWATAN KAKI PADA LANSIA NON-DIABETES ... 6
PERAWATAN KAKI PADA LANSIA DIABETES ... 7
KESIMPULAN ... 8
PENDAHULUAN
Keluhan pada kaki meningkat dengan bertambahnya usia dan terjadi pada 20% lanjut
usia (lansia). Hal ini menghambat mobilitas dan menyebabkan risiko jatuh dan fraktur 2 kali
lebih besar pada lansia.1 White dan Mulley (1989) mendapat hasil penelitian dari 96 orang
yang berusia 80 tahun ke atas, sebanyak 77% mengalami kesulitan dalam menggunting kuku
kaki dan sebanyak 30% mengeluh rasa nyeri pada kaki. Masalah pada kaki yang umum
terjadi antara lain berupa corns/callus (68%), kuku yang abnormal (56%), hallux valgus
(34%) dan kelainan jari kaki yang lain (48%).2 Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil
penelitian Dunn dkk.3 Penelitian Thomson dan Masson (1992) mendapatkan sebanyak 39%
pasien diabetes lansia tidak dapat menjangkau jari kaki mereka.4
Pada tahun 1987, sebanyak 38.000 operasi amputasi di Amerika Serikat dilakukan
pada penderita diabetes lansia berumur 65 tahun ke atas. Hal ini membuat Kongres Amerika
Serikat mengharuskan Medicare untuk menanggung therapeutic shoes pada penderita
diabetes.5
Kelainan kaki biasanya terjadi pada lansia dan menyebabkan kesulitan dalam
mobilitas, rasa nyeri dan ketidakseimbangan gaya berjalan (gait). Perubahan berupa neuropati
dihubungkan dengan penyakit sistemik, seperti diabetes melitus, yang potensial untuk
perkembangan ulkus yang dapat mengakibatkan amputasi pada kaki atau tungkai bawah.6
Diperkirakan bahwa risiko untuk mendapat komplikasi kaki akibat diabetes dapat diturunkan
dari 85% menjadi 49% dengan pencegahan yang memadai, edukasi pasien dan perawatan
kaki sendiri.7 Perawatan kaki pada saat sekarang ini dilakukan oleh podiatrist/chiropodist,
perawat, orthotist, dokter umum, dokter spesialis diabetes, reumatologi, geriatri, bedah
ortopedi, dan bedah podiatri.6
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perubahan dan kelainan pada
kaki lansia serta perawatannya.
PERUBAHAN KAKI AKIBAT PROSES MENUA
Proses menua pada kaki lansia biasanya membuktikan adanya perubahan makroskopis
yang nyata dan perubahan sensitifitas, gangguan gerakan sendi dan tenaga otot, yang dapat
mengalami penurunan fungsi.8
PERUBAHAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan kaki lansia secara lokal dimulai dengan inspeksi kaki. Kulit yang menua,
cenderung untuk menjadi kering, tidak elastis, dan dingin yang dapat menunjukkan
hiperkeratosis. Serat kolagen dan elastin dalam matriks seluler menjadi berkurang kelarutan
dan elastisitasnya. Kulit kering disebabkan karena kelembaban dan lubrikasi yang berkurang,
yang dapat menghilangkan elastisitas sehingga dapat mengakibatkan kulit semakin rapuh.
Kekeringan dapat memicu terbentuknya fisura yang memudahkan terjadinya infeksi bakteri.
Kulit yang lebih tua dapat memperbaiki diri, tapi dengan kecepatan yang lebih lambat
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Jaringan subkutan di dorsum pedis dan pinggir
kaki menjadi lebih tipis, yang dapat mengurangi kemampuan untuk menahan tekanan
misalnya dari sepatu yang sempit. Konstriksi pembuluh darah menyebabkan kehilangan
rambut di sepanjang sisi luar tungkai dan dorsum pedis dan kulit menjadi lebih dingin. Rasa
hangat yang abnormal merupakan tanda adanya bagian kaki yang terinfeksi.
Pada telapak kaki, bagian hiperkeratosis membuat kegiatan berjalan menjadi tidak
nyaman. Penebalan kulit adalah suatu respons terhadap disfungsi keratin dan tekanan yang
persisten. Lapisan lemak pada plantar pedis menjadi atrofi, menyebabkan terbentuknya callus
yang terasa nyeri di bawah kaput metatarsal dan tumit.
Kuku kaki menebal dan membuat pedicure menjadi lebih sulit dan berisiko.
Perubahan kuku kaki dapat dipercepat oleh trauma yang persisten, seperti yang dipengaruhi
oleh abrasi bagian depan sepatu yang terlalu pendek.
Bentuk kaki cenderung untuk berubah pada lansia. Perubahan struktur dan fungsi
disebabkan oleh beban statis dan dinamis yang dibawa bertahun-tahun. Kaki yang menua
biasanya lebih lebar. Permukaan yang keras mengurangi fungsi otot kaki instrinsik yang pada
akhirnya menyebabkan atrofi otot jari kaki kecil. Apabila gagal untuk mengkompensasi stres
dapat memicu peradangan jaringan lunak dan tulang. Edema disebabkan oleh kelainan
sirkulasi yang juga mengganggu bentuk kaki. Seseorang dengan kelebihan berat badan
mempunyai kaki yang lebar dengan pembesaran dorsum pedis yang disebabkan oleh
timbunan lemak di bawah kulit yang tipis.
Kemampuan sensori berkurang menurut umur. Jika pasien kehilangan proprioseptif,
gait juga terganggu. Pergerakan sendi juga berkurang seiring waktu. Gaya otot juga
berkurang pada lansia karena hilangnya jumlah dan ukuran serat otot. Transmisi impuls saraf
juga melambat. Kelemahan muncul karena meningkatnya otot rangka yang digantikan
dengan jaringan fibrous.8
PERUBAHAN SIRKULASI
Resistensi pembuluh darah perifer bertambah sebagai respons terhadap menyempitnya
lumen pembuluh darah vaskuler dan arteriosklerosis. Akibatnya, sedikit saja luka pada kaki
dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Akibat sedikitnya oksigen yang dibawa oleh
darah karena sedikit udara yang diinspirasi, maka metabolisme basal menjadi lebih rendah.
Respons terhadap stres menghilangkan efisiensi, karena cadangan jantung yang berkurang
dan sistem endokrin yang tertekan. Osteoporosis menurunkan kalsium darah, yang dapat
menyebabkan fraktur pada kaki.8
PERUBAHAN PADA TUBUH YANG MEMPENGARUHI KAKI
Perubahan Fisik
Kemampuan visual yang menurun menyebabkan berkurangnya kemampuan
memeriksa sendiri kaki, kaos kaki, sepatu dan kemampuan menggunting kuku kaki.
Penurunan fleksibilitas sendi pada punggung, panggul dan lutut juga mempengaruhi kegiatan
memakai sepatu serta kebersihan kaki. Gait juga mengalami perubahan.8
Perubahan Psikososial dan Ekonomi
Kesendirian menyebabkan lansia tidak membutuhkan untuk memakai sepatu dan kaos
kaki yang sesuai. Masalah emosional juga dapat dipicu oleh kehilangan penghasilan yang
dapat menghambat lansia untuk membeli sepatu yang sesuai dan memperbaiki sepatu.8
KELAINAN KAKI PADA LANSIA
Kelainan Muskuloskeletal
Kelainan muskuloskeletal kaki pada lansia biasanya merupakan hasil dari degenerasi
otot, tendon, ligamen dan sendi yang berhubungan dengan umur.
1. Corns (Clavi)
Terdapat pada lebih dari 50% populasi lansia dan dapat muncul pada atau
antara jari-jari kaki. Corns kemungkinan hasil sekunder terhadap pembentukan hallux
valgus, yang mendorong jari kaki ke atas menghasilkan ketidakseimbangan
melakukan fleksi dan ekstensi. Corns disebabkan oleh pembentukan jaringan
hiperkeratosis di atas jaringan tulang. Ada 2 tipe: 1) tipe yang muncul pada
hammertoe, di atas sendi interfalang proksimal, 2) tipe yang muncul di atas mallet toe,
di mana ada deviasi plantar pada distal falang yang menghasilkan pembentukan
jaringan hiperkeratosis pada ujung distal jari kaki.
2. Neuroma
Mempengaruhi 8-10% populasi lansia di atas 65 tahun dan sering dilihat
sebagai kombinasi dengan bursitis interdigital kronis atau inflamasi. Biasanya muncul
di antara jari ketiga dan keempat, tetapi dapat juga antara jari kedua dan ketiga. Nyeri
dapat timbul sewaktu-waktu tapi lebih nyeri bila lansia memakai sepatu. Daerah yang
nyeri dapat dipalpasi di antara metatarsal.
3. Calluses
Callus (keratosis plantaris) pada lansia disebabkan oleh atrofi lapisan lemak
yang berhubungan dengan proses menua. Dapat dijumpai di bawah kaput metatarsal,
yang paling sering terdapat di antara metatarsal kedua dan ketiga. Callus pada plantar
mempengaruhi 50% populasi lansia, kemungkinan disebabkan oleh hilangnya fungsi
jari kaki yang progresif.
4. Hallux Valgus (Bunions)
Kelainan ini dapat muncul pada semua usia, tapi lebih sering pada usia di atas
50 tahun. Lebih banyak terjadi pada wanita dengan rasio 4:1. Hallux valgus progresif
sering menyebabkan subluksasi atau dislokasi sendi metatarsofalangeal kedua, yang
mengakibatkan hammertoe dan pembentukan callus yang lebih berat. Keparahan dari
deviasi bukan merupakan indikator nyeri sebenarnya. Malah, pemasangan sepatu
lebih menjadi masalah dibandingkan dengan rasa nyerinya.
5. Heel Spurs
Heel spurs biasanya terdapat pada bagian inferior dan posterior tumit. Masalah
ini dapat menjadi sumber nyeri yang hebat pada lansia. Penyebabnya pada lansia
kemungkinan atrofi lapisan tumit, pembentukan spur inferior atau plantar fasciitis.
Nyeri muncul pada pagi hari sewaktu bangun tidur atau setelah pasien duduk lama,
tapi hilang secara bertahap setelah berjalan 15 atau 20 menit. Nyeri tumit
posterior biasanya dihubungkan dengan kalsifikasi dari insersi tendon Achilles.9
Kelainan Artritik 1. Osteoartritis
Biasanya terdapat pada sendi metatarsofalangeal pertama yang mengalami
hipertrofi tulang.
2. Artritis Gout
Sebanyak 80% pasien artritis gout memiliki sendi metatarsofalangeal pertama
yang mengalami inflamasi.
3. Artritis Reumatoid
Diperkirakan 85% pasien dengan artritis reumatoid mengalami penyakit kaki.
Sendi yang terlibat adalah metatarsofalangeal dari telapak kaki. Pasien dengan
vaskulitis reumatoid dapat bermanifestasi dalam bentuk ulserasi kulit dan iskemia jari
kaki dengan meningkatnya risiko infeksi, terutama mereka yang mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang.9
Kelainan Metabolik (Diabetik)
Diabetes melitus adalah penyakit yang paling sering menyebabkan kelainan pada
kaki. Penyakit arteri dan neuropati merupakan penyebab utama dari komplikasi kaki diabetik.
Polineuropati diabetik mengakibatkan hipestesia. Proses ini berlangsung antara 2-7
tahun tergantung pada tes sensitifitas yang digunakan. Tekanan yang berulang-ulang pada
kaki menimbulkan inflamasi yang jika berlama-lama akan menyebabkan nekrosis dan
ulserasi.9
Kelainan Kulit
Kebanyakan individu mengalami kekeringan dan penipisan kulit sesuai dengan
pertambahan usia. Hal ini mengakibatkan cracking, fisura, inflamasi dan infeksi. Insidens
penyakit kanker kulit juga menunjukkan peningkatan.9
Kelainan Kuku
Kira-kira sepertiga pasien geriatri mengeluhkan masalah kuku kaki. Kelainan kuku
lansia yang paling sering adalah batas kuku incurvated, onychauxis (hipertrofi), onikogrifosis
(ram’s horn) dan onikomikosis. Kuku hipertropik dapat menyebabkan ulserasi nail bed pada
lansia. Batas kuku incurvated dapat menyebabkan iritasi, inflamasi dan infeksi.9
PENILAIAN KAKI KOMPREHENSIF
Penilaian kaki meliputi evaluasi 6 komponen: gait, struktur tulang, integritas kulit,
status pembuluh darah, adanya defisit neurologik dan kondisi kuku kaki.
1. Gait
Gait yang tidak seimbang atau tidak terkoordinasi, berjalan dengan kaki
menyeret (shuffling), langkah pendek menunjukkan gaya berjalan abnormal yang
dapat menyebabkan callus atau pembentukan ulkus.
2. Struktur Tulang
Periksa apakah terdapat hammertoe atau overlapping, atau kaku. Periksa juga
apakah terdapat bunion yang terdapat area kemerahan atau tekanan yang
menyebabkan jari kaki miring ke lateral. Pes planus (kaki rata) dapat menyebabkan
rasa nyeri dan kaku pada lansia.
3. Integritas Kulit
Periksa apakah terdapat kekeringan kulit yang berlebihan, crack atau fisura.
Periksa juga kulit di sela jari kaki. Rasa gatal dan panas di sela jari kaki, merupakan
gejala adanya infeksi jamur tinea pedis (athlete’s foot).
4. Status Pembuluh Darah
Palpasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior merupakan bagian yang
penting dalam menilai pembuluh darah. Jika tidak dapat dipalpasi, alat Doppler
digunakan untuk menilai status pembuluh darah. Warna dan suhu kedua kaki harus
sama dengan tubuh. Penilaian suhu dengan menggunakan punggung tangan dapat
memberikan perkiraan yang lebih akurat. Capillary refill diperiksa dengan menekan
kuku jari atau kulit di ujung jari sampai berwarna putih. Normal jika kembali dalam
waktu 3 detik. Rambut yang berkurang atau tidak adanya bulu pada kaki
menunjukkan adanya penurunan perfusi arteri.
5. Defisit Neurologik
Sensori atau persepsi tekanan diukur dengan menggunakan alat monofilamen
Semmes-Weinstein 5.07. Jika pasien tidak bisa merasakan pada satu tempat pun,
dikatakan ia menderita neuropati.
6. Kondisi Kuku Jari Kaki
Kuku jari kaki dinilai berdasarkan panjang, ketebalan, adanya jamur dan
kebersihannya.10
PERAWATAN KAKI PADA LANSIA NON-DIABETES
Lansia harus berhati-hati pada saat mandi karena persepsi suhu dapat salah. Demikian
juga pada lansia yang takut kehilangan keseimbangan di bak mandi atau pancuran yang licin.
Perawatan yang seksama harus diarahkan pada saat mencuci sela-sela kaki, terutama jika ada
overlap pada jari-jari kaki. Kaki harus dikeringkan dengan lembut namun teliti.
Pedicure adalah masalah bagi lansia yang penglihatannya menurun dan
keterampilannya berkurang. Lansia dengan artritis dan obesitas dapat terhalang dalam
menjangkau jari kaki mereka.
Sirkulasi superfisial dapat ditingkatkan dengan pemijatan, idealnya dengan losion
kulit. Ahli terapi dapat mengajarkan pasien untuk memeriksa kaki, terutama pada sela-sela
kaki selama pemijatan dan berhati-hati pada kulit lepuh dan lecet yang dapat menimbulkan
komplikasi yang serius
Para dokter harus mengingatkan lansia agar selalu memakai kaos kaki bila
menggunakan sepatu untuk mencegah iritasi kaki dan selalu menjaga kaki dalam keadaan
bersih. Kaos kaki harus pas, sesuai dengan konstruksi kaki dan tidak kusut. Bahan kaos kaki
yang stretch dapat membuat kaki overlap atau flex.
Sepatu merupakan bagian yang sangat penting pada lansia. Kesalahan dalam
pemilihan sepatu dapat mengganggu mobilitas lansia. Sepatu harus nyaman, tidak
menyebabkan tanda kemerahan pada kulit atau tanda-tanda iritasi lainnya. Sandal atau sepatu
slip-on dilarang karena menyebabkan tumit pemakai keluar dari sepatu. Hak sepatu harus dari
karet untuk mencegah pemakai dari terpeleset.8
PERAWATAN KAKI PADA LANSIA DIABETES
Perawatan kaki pada lansia diabetes dan non-diabetes sebenarnya hampir sama.
Dianjurkan juga untuk memperhatikan kaki setiap hari untuk melihat apakah ada perubahan
warna kulit, peningkatan pada suhu kulit, pembengkakan kulit, luka atau perubahan pada
kuku kaki.
Menghindari kaos kaki dari bahan katun juga dianjurkan, karena dapat menimbulkan
kelembaban yang menyebabkan masalah dalam penyembuhan dan timbulnya infeksi jamur.
Bahan dari poliester dan serat akrilik adalah yang terbaik karena tidak membuat lembab dan
terasa lebih lembut.
Yang terpenting adalah agar selalu menjaga kadar gula darah selalu terkontrol. Tidak
merokok serta berolahraga. Jalan kaki adalah adalah salah satu olahraga yang terbaik.11
KESIMPULAN
Lansia mempunyai masalah pada kaki yang disebabkan oleh proses menua atau
penyakit sistemik yang dapat menyebabkan kelainan-kelainan kaki. Perubahan pada kaki
akibat proses menua dapat dilihat dari kulit yang menjadi lebih kering, jaringan subkutan
dorsum pedis yang menjadi lebih tipis, penebalan kulit plantar pedis dan kuku jari kaki, dan
bentuk kaki yang menjadi lebih lebar.
Kemampuan sensorik kaki dan pergerakan sendi juga berkurang pada lansia.
Konstriksi pembuluh darah juga menyebabkan perubahan sirkulasi pada kaki lansia sehingga
rambut berkurang dan kulit kaki menjadi lebih dingin. Perubahan fisik serta perubahan sosial
ekonomi juga dapat mempengaruhi kaki.
Kelainan kaki lansia terdiri dari kelainan muskuloskeletal, artritis, metabolik, kelainan
kulit dan kuku kaki. Penilaian kaki secara komprehensif sangat diperlukan, meliputi evaluasi
6 komponen: gait, struktur tulang, integritas kulit, status pembuluh darah, adanya defisit
neurologik dan kondisi kuku kaki.
Perawatan kaki sangat diperlukan untuk mengurangi kesulitan dalam mobilitas,
mengurangi rasa nyeri dan ketidakseimbangan gaya berjalan. Pada lansia dengan penyakit
sistemik, seperti diabetes melitus, perawatan kaki diperlukan untuk mencegah komplikasi
kaki akibat diabetes.
KEPUSTAKAAN
1. Gorter K et al. Variation in diagnosis and management of common foot problems by GPs.
Family Practice 2001;18;569-73.
2. White EG, Mulley GP. Footcare for Very Elderly People: A Community Survey. Age and
Ageing 1989;18;275-8.
3. Dunn JE et al. Prevalence of Foot and Ankle Conditions in a Multiethnic Community
Sample of Older Adults. Am J Epidemiol 2004;159;491-8.
4. Thomson FJ, Masson EA. Can Elderly Diabetic Patients Co-operate with Routine Foot
Care?. Age and Ageing 1992;21;333-7.
5. Wooldridge J, Bergeron J, Thornton C. Preventing Diabetic Foot Disease: Lessons from
the Medicare Therapeutic Shoe Demonstration. American Journal of Public Health
1996;86;935-8.
6. Gilbert N, Galloway T, Green R. Foot care: who cares? Reviews in Clinical Gerontology
1998;8;197-202.
7. Bell RA et al. Diabetes Foot Self-care Practices in a Rural, Triethnic Population. The
Diabetes Educator 2005;31;75-83.
8. Edelstein JE. Foot Care for the Aging. Physical Therapy 1988;68;1882-6.
9. Gudas CJ. Common Foot Problems in the Elderly. Dalam: Calkins E et al, editor. The
Practice of Geriatrics. Philadelphia: WB Saunders Company; 1986. hal. 441-50.
10.Bryant JL, Beinlich NR. Foot Care: Focus on the Elderly. Orthopaedic Nursing
1999;18;53-60.
11.Foot Care Guidelines. The Diabetes Educator 2004;30;384.