• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Verba Bantu “Keinginan” Dalam Bahasa Jepang Nihongo No “Kibou” No Jyodoushi No Shiyou

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Verba Bantu “Keinginan” Dalam Bahasa Jepang Nihongo No “Kibou” No Jyodoushi No Shiyou"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN VERBA BANTU “KEINGINAN” DALAM

BAHASA JEPANG

NIHONGO NO “KIBOU” NO JYODOUSHI NO SHIYOU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

LARAIBA NASUTION NIM : 082203014

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGGUNAAN VERBA BANTU “KEINGINAN” DALAM

BAHASA JEPANG

NIHONGO NO “KIBOU” NO JYODOUSHI NO SHIYOU

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu ayarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan

OLEH

LARAIBA NASUTION NIM:082203014

Pembimbing, Pembaca,

Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. Zulnaidi,SS,M.Hum Nip:19600827 1991 03 1 001 Nip:19670807 2004 01 1 001

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(3)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D-III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Zulnaidi,SS,M.Hum

Nip:19670807 2004 01 1 001

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr.Syahron Lubis,M.A. Nip:19511013 1976 03 1 001

Panitia ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi,SS,M.Hum ( )

2. Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbilalamin, segala puji dan syukur Penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai persyaratan untuk

memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul “PENGGUNAAN

VERBA BANTU “KEINGINAN” DALAM BAHASA JEPANG (NIHONGO NO “KIBOU” NO JYODOUSHI NO SHIYOU)”

Dalam hal ini, Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam kertas

karya ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian kalimat,

penguraian materi dan pembahasan masalah, tetapi berkat bimbingan dan

pengarahan dari semua pihak, kertas karya ini dapat diselesaikan. Penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

Penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini,terutama kepada :

1. Bapak Dr.Syahron Lubis,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi,SS,M.Hum. selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III

Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

4. Bapak Zulnaidi,SS,M.Hum. selaku Dosen Pembaca.

(6)

6. Mrs. Mayumi Iwano dan Mr. Tsusaka Tomohiro selaku Native Speaker.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

8. kedua orang tua saya tercinta ayahanda H. Juned Nst dan ibunda Hj.

Susilawati Sinto, nenek, abang, kakak, yang sangat saya sayangi, yang telah

memberikan dorongan semangat, baik moril maupun materil, sehingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan kertas

karya ini.

9. Teman-teman saya : Dita, Rani, Defi, Ami, Alyn, Susi, kak Ayu, Bang Dwi,

Puti chan, Lisa chan serta anak-anak Kimochi serta rekan-rekan Mahasiswa

jurusan Bahasa Jepang stambuk ’08 kelas A dan B, yang telah membantu

Penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

10.Untuk adik ipar saya Ika Yuliana Iyu, juga teman-teman dance saya yaitu SG

Hi!2LO yang telah banyak membantu dan memberikan dukungannya kepada

Penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

11.Penulis mengucapkan terima kasih kepada guru les Bahasa Jepang, sejak di

sekolah menengah atas yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis.

Tiada lain harapan Penulis semoga Allah SWT melindungi kita dan semoga

kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga mengharapkan

kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan ketas karya ini

Medan, Juni 2011

Penulis,

LARAIBA NASUTION

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Metode Penulisan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM VERBA BANTU KEINGINAN DALAM BAHASA JEPANG ... 4

2.1. Verba Bantu/Jodoshi Dalam Bahasa Jepang ... 4

2.2. Pengertian Dari Jenis Verba Bantu Keinginan Dalam Bahasa Jepang ... 6

BAB III PENGGUNAAN VERBA BANTU KEINGINAN DALAM BAHASA JEPANG ... 7

3.1 Penggunaan Hoshii ... 7

3.2 Penggunaan Tai ... 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

4.1 Kesimpulan ... 19

4.2 Saran ... 20

(8)

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan:

USU Press.

Sudjianto. 2000. Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri B. Jakarta: Kesaint

Blanc.

Sudjianto & Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.

Jakarta: Kesaint Blanc.

http://www.google.com.

SINOPSIS

Penggunaan Verba Bantu “Keinginan” dalam Bahasa

Jepang

(9)

Tata Bahasa Jepang, kata diklasifikasikan menjadi 10 jenis kelas kata. Satu

dari sepuluh kelas kata yang perlu dipelajari para pembelajar Bahasa Jepang

adalah jodoushi. Jodoushi adalah verba bantu atau kata kerja bantu. Di antara

jenis-jenis Joudoshi yang di tulis oleh penulis adalah verba bantu keinginan atau

pengharapan dalam Bahasa Jepang yang disebut dengan Kiboo. Kiboo tersebut

adalah hoshii dan ~tai.

Hoshii adalah keinginan yang berkaitan dengan benda (misalnya: Saya ingin

sebuah mobil, Saya ingin uang, dan lain-lain). Yang dimana Hoshii adalah verba

bantu yang menyatakan pengharapan/keinginan orang pertama dan orang kedua

dalam kalimat tanya. Selain Hoshii yang berbentuk positif, bentuk negatif dari

Hoshii juga ada yaitu Hoshikunai. Yang dimana akhiran i-nya di hapus dan

kemudian ditambahkan kunai, yang artinya menjadi tidak ingin. Hoshii, selain

untuk menyatakan pengharapan/keinginan orang pertama dan orang kedua, juga

bisa untuk menunjukkan pengharapan/keinginan orang ketiga. Untuk orang

ketiga, bukan kata Hoshii lagi yang digunakan melainkan Hoshigaru atau

Hoshigatte iru. Yang dimana hoshigaru atau hoshigatte iru menyatakan

pengharapan/keinginan orang ketiga. Hoshigaru adalah keinginan yang masih

akan sedangkan hoshigatte iru adalah keinginan yang sudah terjadi. Hoshii dan

Hoshigaru cara peletakkannya hampir sama, kalau hoshii diikuti dengan kata

benda sedangkan hoshigaru diikuti partikel wo karena hoshigaru adalah kata kerja

yang memiliki objek. Arti dari hoshii dan hoshigaru adalah sama-sama

menunjukkan pengharapan/keinginan tetapi pola kalimat dan orang yang

(10)

Tai adalah untuk menyatakan pengharapan/keinginan seseorang dengan

suatu aktivitas. Kata kerja bentuk ini umumnya digunakan untuk menyatakan

pengharapan/keinginan si pembicara, atau orang pertama, tidak digunakan untuk

menjelaskan keinginan orang ketiga. Pengharapan/keinginan untuk orang ketiga

atau orang yang dibicarakan, bukan menggunakan ~tai melainkan ~tagaru atau

~tagatte iru. Pembentukannya diambil dari verba bentuk ~masu. ~Tagaru atau

~tagatte iru tidak digunakan untuk menyatakan keinginan orang pertama dan

bentuk keinginan tanpa melibatkan subjektifitas si pembicara/orang pertama.

Tagaru adalah keinginan yang masih akan, sedangkan tagatte iru adalah

keinginan yang sudah terjadi. Tagaru atau tagatte iru ini hanya khusus digunakan

untuk orang ketiga saja. Info atau berita yang diketahui oleh orang pertama

berdasarkan info atau berita dari orang lain. Tai maupun tagaru, cara

peletakkannya sama. Arti dari tai dan tagaru adalah sama-sama menunjukkan

pengharapan/keinginan tetapi pola kalimat dan orang yang melakukannya

berbeda. Dan perlu diingat bahwa objek tai dan tagaru ditandai dengan partikel

wo dan kata kerja. Perbedaan antara ~tai dan ~tagaru adalah, ~tagaru ditentukan

pada makna kebiasaan atau menunjukkan keinginan yang merupakan kebiasaan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat

sebagai alat komunikasi. Dengan menggunakan bahasa kita dapat menyampaikan

gagasan, pikiran, atau ide yang kita miliki yang kemudian akan dimengerti oleh si

lawan bicara. Dapat disimpulkan bahwa bahasa memiliki peranan yang penting

sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia.

Untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa asing khususnya Bahasa Jepang,

kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat merupakan suatu hal yang

sangat penting, karena dengan adanya kemampuan ini akan memudahkan

seseorang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, serta keinginannya terhadap

orang lain secara tepat sehingga terhindar dari kesalahfahaman.

Salah satu kesalahan berbahasa Jepang yang muncul pada pembelajar bahasa

asing adalah penggunaan ungkapan. Kesulitan pembelajar biasanya berupa

kurangnya pemahaman terhadap persamaan dan perbedaan kapan dan situasi

bagaimana suatu kosakata bisa digunakan dengan benar.

Di dalam Bahasa Jepang ada terdapat verba bantu atau kata kerja bantu

yang mengungkapkan pengharapan atau keinginan, yang mempunyai arti sama

tetapi penggunaannya berbeda. Hal ini kadang-kadang sulit dipahami dan

dimengerti dengan jelas pemakaiannya oleh orang-orang asing atau mahasiswa/i

(12)

Salah satu verba bantu yang mengungkapkan pengharapan atau keinginan

yaitu hoshii dan ~tai. Dalam penggunaan hoshii dan ~tai ini kita harus berhati-hati

dan teliti. Jika dilihat sekilas, kedua verba bantu ini mempunyai arti sama, tetapi

berbeda cara penggunaan dan makna yang terkandung di dalam kata tersebut.

Apabila kita tidak memahami cara penggunaanya menyebabkan kejanggalan

dalam Bahasa Jepang. Meskipun tidak berakibat fatal, tetapi bisa mengacaukan

komunikasi atau membingungkan lawan bicara.

Oleh karena itu, penulis berusaha menguraikan penggunaan dan perbedaan

yang terkandung dalam kedua verba bantu ini, untuk itu dalam kertas karya ini

penulis memilih judul :

“Penggunaan Verba Bantu Keinginan dalam Bahasa Jepang”

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini, adalah:

1. Untuk memahami perbedaan penggunaan “hoshii dan ~tai” yang berfungsi

sebagai verba bantu pengharapan/keinginan.

2. Untuk mengetahui lebih dalam apa itu verba bantu pengharapan/keinginan.

3. Untuk memberikan gambaran dalam pengunaan verba bantu tersebut secara

benar baik secara lisan maupun tulisan.

4. Untuk menambah wawasan dan keterampilan berbahasa (khususnya Bahasa

Jepang) yang nantinya dapat bermanfaat bagi penulis ataupun pembaca

(13)

1.3. Batasan Masalah

Seperti yang penulis kemukakan diawal, bahwa ada banyak verba bantu

yang menyatakan pengharapan atau keinginan seperti: hoshii, hoshigaru, ~tai,

~tagaru, dan lain-lain. Tetapi penulis akan menguraikan penggunaan hoshii dan

~tai yang merupakan verba bantu pengharapan atau keinginan tersebut dengan

contoh-contoh kalimatnya di dalam kertas karya ini.

1.4. Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

yaitu metode dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku sebagai referensi

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM VERBA BANTU

2.1. Verba Bantu/Jodoushi (Morfem Terikat) dalam Bahasa Jepang

Dalam tata Bahasa Jepang, kata diklasifikasikan menjadi 10 jenis kelas kata. Satu dari sepuluh kelas kata yang perlu dipelajari para pembelajar Bahasa Jepang

adalah jodoushi. Jodoushi yang di mana arti dari kanjinya sendiri dalam Bahasa

Indonesia adalah kata Bantu kata kerja. Jadi, Jodoushi diterjemahkan menjadi

verba bantu atau kata kerja bantu. Karena dia tidak memenuhi ciri sebuah kata

yaitu berdiri sendiri dan mempunyai arti sendiri. Morfem-morfem ini berfungsi

untuk memberi makna atau arti pada dasar kata kerja. Dengan melihat gambaran

klasifikasi kelas kata Bahasa Jepang, dapat diketahui bahwa jodoushi atau morfem

terikat adalah kelompok kelas kata yang termasuk ke dalam fuzokugo yang dapat

berubah bentuknya. Di dalam fuzokugo pun ada kelas kata yang dapat mengalami

perubahan dan ada juga yang tidak dapat mengalami perubahan. Kata-kata yang

dapat mengalami perubahan bentuk adalah jodoushi ini sendiri sedangkan

kata-kata yang tidak dapat mengalami perubahan bentuk adalah joushi. Kelas kata-kata ini

dengan sendirinya tidak dapat membentuk bunsetsu seperti meishi (nomina),

dooshi (verba), keiyoushi atau ada juga yang menyebutnya i-keiyoushi (ajektiva-i),

keiyoudoushi atau ada juga yang menyebutnya na-keiyoushi (ajektiva-na), fukushi

(adverbial), rentaishi (prenomina), setsuaokushi (konjungsi), dan kandoushi

(interjeksi). Ia akan membentuk sebuah bunsetsu apabila dipakai bersamaan

(15)

Ada beberapa kata yang termasuk jodoushi, yaitu:

1. ~Reru dan ~rareru (ukemi, kanoo, jihatsu, sonkei).

2. ~Seru dan ~saseru (kausatif).

3. ~Da dan ~desu (keputusan).

4. ~Nai, ~nu (negatif).

5. ~Ta (bentuk lampau).

6. ~Rashii (anggapan, dugaan, perkiraan).

7. ~U, ~yoo, ~daroo (perkiraan, kemauan).

8. ~Mao (perkiraan negatif).

9. ~Sooda (pemberitahuan).

10.~Yooda (perumpamaan, keputusan yang tidak pasti).

11.~Hoshi dan ~tai (pengharapan, keinginan).

12.~Masu (bentuk halus).

Dari semua jenis-jenis jodoushi, penulis hanya menerangkan dan

menjelaskan tentang hoshii dan ~tai yang merupakan kiboo

(pengharapan/keinginan) dalam Bahasa Jepang

2.2 Pengertian Dari Jenis Verba Bantu Keinginan dalam Bahasa Jepang Pengharapan/keinginan di dalam Bahasa Jepang disebut Kiboo. Kiboo

adalah jenis verba bantu yang dipakai untuk menyatakan pengharapan/keinginan

pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan. Morfem yang bermakna

pengharapan/keinginan ini adalah sebuah morfem yang terikat, maksudnya tidak

(16)

atau konjugasi dalam pemakaian untuk pengharapan/keinginan yang lampau atau

keinginan yang sedang dijalankan. Dalam Bahasa Jepang ada dua cara untuk

mengungkapkan pengharapan/keinginan. Ketika satu keinginan berkaitan dengan

benda (misalnya: Saya ingin sebuah mobil, Saya ingin uang, dan lain-lain) maka

yang dipakai adalah hoshii. Tapi ketika keinginan seseorang berkaitan dengan

sebuah aktivitas dan berbentuk kata sifat, dan diikuti dengan kata kerja (misalnya:

Saya ingin pergi, Saya ingin makan, dan lain-lain), maka yang dipakai adalah

~tai.

Pada kertas karya ini, penulis akan menerangkan tentang hoshii dan ~tai.

Selain itu juga akan menjelaskan sedikit tentang pengharapan/keinginan orang

yang dibicarakan atau orang ketiga yaitu hoshigaru/hoshigatte iru dan

tagaru/tagatte iru.

Dengan verba bantu pengharapan/keinginan ini, para mahasiswa/i yang

sedang belajar Bahasa Jepang akan mengerti dengan jelas apa itu kiboo

(pengharapan/keinginan) yang sebenarnya. Kiboo yang menjelaskan untuk diri

sendiri, lawan bicara dan orang yang dibicarakan.

(17)

BAB III

PENGGUNAAN VERBA BANTU KEINGINAN DALAM BAHASA JEPANG

3.1. Penggunaan Hoshii

Hoshii adalah verba bantu yang menyatakan pengharapan/keinginan orang

pertama dan orang kedua. Yang mana pola kalimat hoshii adalah:

~ ga hoshii desu (ingin~) yang merupakan bentuk positif yang digunakan untuk

menyatakan pengharapan/ keinginan untuk memiliki sesuatu yang berkaitan

dengan benda.

Contoh:

1. 私はカメラが欲しいです。

Watashi wa kamera ga hoshii desu.

(Saya ingin kamera.)

2. 私は新しいシャツが欲しいです。

Watashi wa atarashii shatsu ga hoshii desu.

(Saya ingin baju yang baru.)

3. その本が欲しいです。

Sono hon ga hoshii desu.

(Saya ingin buku yang itu.)

(18)

Ima, ichiban hoshii mono wa nandesuka?

(Sekarang, apa yang paling kamu inginkan?.)

Hoshii yang dijelaskan di atas merupakan pengharapan/keinginan dari si

pembicara sendiri atau orang pertama. Ingin memiliki benda atau barang yang

diinginkan oleh si pembicara atau orang pertama.

Contoh kalimat 1 dan 2, subjeknya adalah watashi dan kata bendanya adalah

kamera dan shatsu yaitu “baju”. Tetapi di contoh kalimat 2 ada kata sifat yaitu

atarashii yang menyatakan bahwa ingin memiliki sesuatu benda yang baru. Di

contoh kalimat 3, subjeknya tidak tertulis karena itu sudah menunjukkan bahwa

yang berbicara adalah si pembicara sendiri atau orang pertama. Jadi si pembicara

atau orang pertama langsung menunjukkan benda atau barang yang dia inginkan

dengan menggunakan sono yang artinya adalah itu dan benda yang diinginkan

adalah hon yaitu “buku”. Sedangkan di contoh kalimat 4, hoshii berada di

tengah-tengah antara ichiban dan mono dan hoshii tersebut menunjukkan kalimat

pertanyaan yang diajukan kepada lawan bicara. Karena yang diajukan pertanyaan

adalah orang pertama secara langsung jadi harus menggunakan hoshii.

(19)

Selain hoshii yang berbentuk positif, bentuk negatif dari hoshii juga ada

yaitu hoshikunai. Yang mana akhiran i-nya di hapus dan kemudian ditambahkan

~kunai, yang artinya menjadi tidak ingin. Bahwa si pembicara atau orang pertama

tidak ingin sesuatu benda. Pola kalimatnya adalah ~ ga hoshikunai desu yang

merupakan bentuk negatif.

Contoh:

1. 私はくつが欲しくないです。

Watashi wa kutsu ga hoshikunai desu.

(Saya tidak ingin sepatu.)

2. 何も欲しくないです。

Nani mo hoshikunai desu.

(Saya tidak ingin apa-apa.)

Dari kedua contoh kalimat di atas, dapat diketahui bahwa si pembicara atau

orang pertama tidak menginginkan sesuatu. Contoh kalimat 1, subjeknya adalah

watashi yaitu saya dan kata bendanya adalah kutsu yaitu “sepatu”. Dapat

diketahui berarti si pembicara benar-benar tidak menginginkan sepatu, tetapi si

pembicara menginginkan benda yang lain selain dari sepatu. Sedangkan contoh

kalimat 2, subjeknya tidak tertulis karena itu sudah menunjukkan bahwa

subjeknya adalah si pembicara itu sendiri dan dia benar-benar tidak menginginkan

apapun.

Hoshii, selain untuk menyatakan pengharapan/keinginan orang pertama dan

(20)

Untuk orang ketiga, bukan kata hoshii lagi yang digunakan melainkan hoshigaru

atau hoshigatte iru. Yang mana hoshigaru atau hoshigatte iru menyatakan

pengharapan/keinginan orang ketiga. Hoshigaru adalah keinginan yang masih

akan sedangkan hoshigatte iru adalah keinginan yang sudah terjadi. Pola kalimat

hoshigaru adalah ~hoshigaru/masu atau ~hoshigatteiru/imasu. Hoshigaru atau

hoshigatte iru ini merupakan kata kerja.

Contoh:

1. 赤ちゃんはミルクを欲しがって泣いています。

Akachan ga miruku wo hoshigatte, naiteimasu.

(Bayi itu ingin susu sehingga menangis.)

2. 山下さんは車を欲しがっている。

Yamashitasan wa kuruma wo hoshigatteiru.

(Yamashita ingin membeli mobil.)

Hoshigaru yang dijelaskan di atas berbeda subjek dan objeknya. Contoh

kalimat 1, subjeknya adalah akachan yaitu bayi dan objek yang diinginkan adalah

miruku yaitu “susu”. Contoh 1 hoshigaru diikuti dengan kata kerja yang lain yaitu

naiteiru/masu yang artinya “menangis”. Untuk menyatukan dua kata kerja, antara

hoshigaru dan naiteiru yang digunakan adalah bentuk ~te dan bentuk tersebut

diletakkan setelah hoshigaru. Maka menjadi hoshigatte naiteiru/masu. Akachan

inilah yang merupakan orang ketiga . Ini merupakan informasi yang diketahui

oleh orang pertama dan dijelaskan kepada orang kedua. Sedangkan contoh kalimat

(21)

yaitu mobil. Hoshigaru yang di kalimat kedua inilah yang menunjukkan bahwa

subjek yaitu Yamashita menginginkan sebuah mobil dan subjek inilah yang

merupakan orang ketiga dan ini juga merupakan informasi yang diketahui oleh

orang pertama dan dijelaskan kepada orang kedua.

Hoshii dan Hoshigaru cara penggunaannya hampir sama, kalau hoshii

menggunakan kata benda sedangkan hoshigaru menggunakan partikel wo karena

hoshigaru adalah kata kerja yang memiliki objek. Arti dari hoshii dan hoshigaru

adalah sama-sama menunjukkan pengharapan/keinginan tetapi baik pola

kalimatnya maupun orang yang melakukannya berbeda. Di sinilah keunikkan dari

hoshii dan hoshigaru itu sendiri. Dan perlu diingat bahwa objek hoshii ditandai

dengan partikel ga, sedangkan objek hoshigaru/hoshigatte iru ditandai dengan

partikel wo dan dalam situasi yang tidak resmi/informal, akhiran desu dalam

~hoshii desu bisa dihilangkan. Seperti ketika berbicara dengan teman atau orang

yang sudah dikenal sebagai lawan bicara kita. Sedangkan hoshigaru, ketika

berbicara dengan teman atau orang yang sudah dikenal, kata hoshigaru tidak

digunakan kata ~masu nya, karena kata ~masu nya merupakan bentuk yang

sopan/formal yang digunakan untuk orang yang di hormati atau kepada atasan

kita. Jadi, kepada teman atau orang yang sudah dikenal cukup mengatakan

hoshigaru atau hoshigatte iru.

3.2 Penggunaan Tai

Kata kerja bentuk ~tai adalah untuk menyatakan pengharapan/keinginan

(22)

untuk menyatakan pengharapan/keinginan si pembicara, atau orang pertama, tidak

digunakan untuk menjelaskan keinginan orang ketiga. Verba bantu ~tai biasa

dipakai setelah verba kata kerja dan dapat berkonjugasi. Pola kalimatnya adalah ~

wo kata kerja + Tai desu. (positif) ~ wo kata kerja + takunai desu. (negatif).

Contoh:

1. 今日は早く家に帰りたいです。

Kyou wa hayaku ie ni kaeritai desu.

(Hari ini saya ingin pulang lebih cepat.)

2. 寒いですね、何か冷たい物が飲みたいですね。

Samui desune, nani ka tsumetai mono ga nomitai desune.

(Panas yah, ingin rasanya minum sesuatu yang dingin.)

3. 私は映画を見たいです。

Watashi wa eiga wo mitai desu.

(Saya ingin menonton film.)

4. あなたも一緒に行きたいの?

Anata mo isshoni ikitaino?

(Kamu juga ingin pergi bersama kan?)

5. だれだって高い物よりは安い物が買いたいですよ。

Daredatte takai mono yori wa yasui mono ga kaitai desuyo.

(Siapapun ingin membeli barang yang murah daripada barang yang mahal.)

6. 彼女は気が弱く言いたい事もいえずにいる。

Kanojo wa ki ga yowaku, iitai kotomo iezuni iru.

(23)

7. 彼は僕に会いたくないから、来なかったんだよ。

Kare wa boku ni aitakunai kara, konakattanodayo.

(Dia (lk) tidak datang, karena tidak ingin bertemu dengan saya.)

8. 田中さんは行きたくないと言っています。

Tanakasan wa ikitakunai to itteimasu.

(Tanaka katanya tidak ingin pergi.)

Contoh kalimat 1, 2 dan 3 menyatakan pengharapan/keinginan si pembicara.

Namun dapat juga digunakan untuk selain orang pertama dalam kasus contoh

kalimat 4-8 dengan ketentuan:

Bentuk ~tai dapat digunakan untuk menjelaskan pernyataan, pertimbangan,

keputusan, dan perkiraan subjektif si pembicara. Pada contoh kalimat 4 terdapat

nuansa perkiraan si pembicara bahwa lawan bicara ingin pergi meskipun lawan

bicara tidak menyatakan ingin secara langsung. Kalimat seperti ini umumnya

muncul dalam kalimat tanya. Pada contoh kalimat 5 tidak dijelaskan secara pasti

siapa yang ingin membeli. Keinginan di sini menggambarkan kelumrahan bahwa

siapa pun akan berpikiran demikian. Pada contoh kalimat 6, meskipun hal yang

ingin dikatakan tersebut dilakukan oleh orang ketiga kanojo, namun tidak berarti

itu keinginan orang ketiga tersebut. Hal ini berdasarkan pandangan atau subjektif

si pembicara bahwa dia ingin mengatakan sesuatu. Pada contoh kalimat 7

dijelaskan anggapan si pembicara bahwa dia tidak ingin menemuinya. Sedangkan

contoh kalimat 8, bentuk ~tai digunakan dalam kalimat tidak langsung. Meskipun

orang ketiga tanaka telah mengatakan keinginan secara langsung kemudian

(24)

Kata kerja bentuk ~tai ini ada yang positif dan negatif. Karena pasti

seseorang memiliki keinginan dan tidak memiliki keinginan. Seperti

contoh-contoh kalimat di atas, ada ~tai dan ~takunai dari si pembicara sendiri maupun

perkiraan subjektif si pembicara sendiri. Bentuk ~tai ini sudah merupakan kata

kerja karena kata ~tai diiringi dengan kata kerja. Sebagai catatan, ~tai tidak bisa

dipakai untuk menyatakan atau mengungkapkan keinginan orang ketiga atau

orang lain dan kita tidak dapat menggunakan kata kerja bentuk ~masu –

~taidesuka untuk menawarkan sesuatu atau mengajak untuk melakukan sesuatu

kepada lawan bicara. Contohnya, ketika menawarkan teh, kita tidak boleh

mengatakan ocha wo nomitaidesuka?. Dalam hal ini menggunakan ungkapan

ocha wo nomimasenka?. Bentuk negatif dari ~tai adalah ~takunai, yang dimana

huruf ~i dari kata ~tai dihapus dan diganti dengan ~kunai. Seperti di contoh

kalimat 7 dan 8, bahwasannya si pelaku atau si pembicara tidak mempunyai

keinginan untuk bertemu dan tidak mempunyai keinginan untuk pergi.

Pengharapan/keinginan untuk orang ketiga atau orang yang dibicarakan,

bukan menggunakan ~tai melainkan ~tagaru atau ~tagatte iru. Pembentukannya

diambil dari verba bentuk ~masu. ~tagaru atau ~tagatte iru tidak digunakan untuk

menyatakan keinginan orang pertama dan bentuk keinginan tanpa melibatkan

subjektifitas si pembicara/orang pertama. ~tagaru adalah keinginan yang masih

akan, sedangkan ~tagatte iru adalah keinginan yang sudah terjadi. Pola

kalimatnya adalah ~ wo kata kerja + tagaru/masu atau ~ wo kata kerja + tagatte

iru/masu. (positif)

~ wo kata kerja + tagaranai/masen atau ~ wo kata kerja + tagatte inai/imasen.

(25)

Contoh:

1. 彼はしきりに彼女のことを知りたがった。

Kare wa shikiri ni kanojo no koto wo shiritagatta.

(Dia (lk) selalu ingin tahu tentangnya (dia perempuan).)

2. うちの子供は歯医者に行きたがらないです。

Uchi no kodomo wa haisha ni ikitagaranai desu.

(Anak saya tidak mau ke dokter gigi.)

3. 子供は大人のまねをしたがるものだ。

Kodomo wa otona no mane wo shitagaru mono da.

(Anak-anak ingin meniru orang dewasa.)

4. 父は海外旅行に行きたがっているが、母は行きたくないです。

Chichi wa kaigai ryokou ni ikitagatte iru ga, haha wa ikitakunai yo.

(Ayah ingin berwisata keluar negeri, tetapi ibu tidak ingin pergi.)

Contoh kalimat 1 menyatakan bahwa dia laki-laki sebagai orang ketiga

menyatakan keinginannya secara langsung. Pada contoh kalimat 2 bentuk

keinginan dinyatakan oleh sang anak kepada ibunya (si pembicara). Pada contoh

kalimat 3, si pembicara menggunakan ~tagaru berdasarkan pandangan umum

(bukan subjektif) atau mungkin suatu hal yang pernah di dengar bahwa setiap

anak ingin meniru orang dewasa. Sedangkan dalam contoh kalimat 4, sang ayah

(26)

memprediksikan bahwa ibu tidak ingin pergi. Di sini terdapat unsur penilaian

subjektif pembicara berdasarkan pengamatanya sehingga ia menggunakan bentuk

~tai.

~tagaru atau ~tagatte iru ini hanya khusus digunakan untuk orang ketiga

saja. Informasi atau berita yang diketahui oleh orang pertama berdasarkan

informasi atau berita dari orang lain. ~tai maupun ~tagaru, cara peletakkannya

sama. Sama-sama diikuti partikel wo dan kata kerja yang sama-sama memiliki

objek. Arti dari ~tai dan ~tagaru adalah sama-sama menunjukkan

pengharapan/keinginan tetapi baik pola kalimatnya maupun orang yang

melakukannya berbeda. Di sinilah keunikkan dari ~tai dan ~tagaru itu sendiri.

Dan perlu diingat bahwa objek ~tai dan ~tagaru ditandai dengan partikel wo dan

kata kerja, dan dalam situasi yang tidak resmi/informal, akhiran desu dalam ~tai

desu bisa dihilangkan. Seperti ketika berbicara dengan teman atau orang yang

sudah dikenal sebagai lawan bicara kita. Sedangkan ~tagaru, ketika berbicara

dengan teman atau orang yang sudah dikenal, kata ~tagaru tidak perlu digunakan

kata ~masu nya lagi, karena kata ~masu nya merupakan bentuk yang sopan/formal

yang digunakan untuk orang yang di hormati atau kepada atasan kita. Jadi, kepada

teman atau orang yang sudah dikenal cukup mengatakan ~tagaru atau ~tagatte

iru. Perbedaan antara ~tai dan ~tagaru adalah ~tagaru ditentukan pada makna

kebiasaan atau menunjukkan keinginan yang merupakan kebiasaan. Sedangkan

(27)

~Tai dan ~tagaru pasti diikuti dengan kata kerja. ~tai merupakan kata sifat,

yaitu kata sifat-i dan ~tagaru atau ~tagatte iru merupakan kata kerja. Kata kerja

dalam Bahasa Jepang terdapat 3 golongan, yaitu golongan pertama, kedua dan

ketiga. Yang dimana golongan pertama terdiri dari akhiran U, TSU, RU, BU, MU,

NU, KU, GU, SU. Golongan kedua terdiri dari akhiran ERU dan IRU. Golongan

ketiga hanya kata kerja KURU dan SURU / O SURU.

Contoh dari perubahan kata kerja tersebut jika diikuti dengan ~tai maupun

~tagaru adalah:

1. Kata kerja golongan pertama

Nomu : no-mi + tai, no-mi + tagaru/tagatte iru

Nomi : adalah morfem dasar yang berubah dari kata kerja nomu

~tai dan ~tagaru : morfem terikat yang dapat berkonjugasi dalam

perubahan waktu

2. Kata kerja golongan kedua

Taberu : tabe + tai, tabe + tagaru/tagatte iru

Tabe : adalah morfem dasar yang tidak dapat berubah

(28)

~tai dan ~tagaru : adalah morfem terikat yang dapat mengalami perubahan

bentuk menurut pemakaian waktu atau dapat

berkonjugasi

3. Kata kerja golongan ketiga

Kuru : ki + tai, ki + tagaru/tagatte iru

Ki : adalah morfem dasar yang mengalami perubahan dari

kata ~ku

~tai dan ~tagaru : adalah morfem terikat yang dapat mempunyai

perubahan bentuk berdasarkan waktu atau dapat

berkonjugasi

Suru : shi + tai, shi + tagaru

Shi : adalah morfem dasar yang mengalami perubahan dari

kata ~suru

~tai dan ~tagaru : adalah morfem terikat yang dapat mempunyai

perubahan bentuk berdasarkan waktu atau dapat

berkonjugasi

Ada bentuk lain dari verba bantu ini, yaitu bentuk ~garu. Verba bantu ~garu

hanya dapat diikuti oleh kata sifat saja. Verba bantu ~garu ini artinya adalah

merasa atau lebih dekat ke perasaan.

(29)

1. 弟は小さいけがでも痛がります。

Otouto wa chiisai kega demo itagarimasu.

(Adik (laki-laki) merasa sakit walau lukanya kecil)

2. 母はじしんのニュースを聞くととてもふあんがります。

Haha wa jishin no nyuusu o kiku to, totemo fuangarimasu.

(Ibu sangat merasa gelisah kalau mendengar berita gempa)

Pada contoh kalimat 1 pelakunya adalah adik (laki-laki) dan sebelum kata

~garu diikuti oleh kata sifat ~i, dan sifat ~i tersebut dihilangkan dan ditambahkan

dengan kata ~garu, dan pada contoh kalimat 2, pelakunya adalah ibu dan sebelum

kata ~garu dapat juga diikuti dengan kata sifat ~na. Dari contoh kalimat yang di

atas dapat disimpulkan bahwa pelaku ataupun si pemakai verba bantu ~garu yaitu

sangat jelas perasaan dari orang ketiga yang dibicarakan, bukan perasaan dari si

pembicara ataupun si lawan bicara.

BAB IV

(30)

4.1 Kesimpulan

Setelah pemaparan yang panjang lebar mengenai verba bantu Kiboo ini yaitu

mengenai hoshii dan ~tai dalam Bahasa Jepang, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Hoshii dan ~tai merupakan verba bantu yang sama-sama menerangkan

pengharapan/keinginan.

2. Hoshii merupakan verba bantu yang menyatakan pengharapan/keinginan

orang pertama dan orang kedua dalam kalimat, dan digunakan untuk

menyatakan pengharapan/keinginan untuk memiliki sesuatu yang berkaitan

dengan benda. Sedangkan ~tai menyatakan pengharapan/keinginan

seseorang dengan suatu aktivitas dan digunakan untuk menyatakan

pengharapan/keinginan si pembicara, atau orang pertama, tidak digunakan

untuk menjelaskan keinginan orang ketiga.

3. Hoshii diikuti kata benda sedangkan ~tai diikuti kata kerja.

4. Bentuk negatif dari hoshii adalah hoshikunai sedangkan bentuk negatif dari

~tai adalah ~takunai, yang mana huruf ~i yang berada di akhir kata hoshii

dan ~tai dihapus dan kemudian di tambahkan dengan ~kunai.

5. Pengharapan/keinginan untuk orang ketiga atau orang yang dibicarakan

adalah hoshigaru/hoshigatte iru dan tagaru/tagatte iru.

6. Hoshigaru adalah keinginan yang masih akan sedangkan hoshigatte iru

adalah keinginan yang sudah terjadi.

7. Hoshii dan Hoshigaru cara peletakkannya hampir sama, kalau hoshii diikuti

dengan kata benda sedangkan hoshigaru diikuti partikel wo karena

(31)

8. ~tagaru adalah keinginan yang masih akan, sedangkan ~tagatte iru adalah

keinginan yang sudah terjadi.

9. ~tai maupun ~tagaru, cara peletakkannya sama. Sama-sama diikuti partikel

wo dan kata kerja yang sama-sama memiliki objek.

4.2 Saran

1. Banyaknya verba bantu/jodoushi dalam Bahasa Jepang yang semuanya

diklasifikasikan menjadi 10 kelas kata. Salah satunya verba bantu

pengharapan/keinginan (kiboo) ini yang mencangkup hoshii dan ~tai yang

dimana penggunaan hoshii dan ~tai ini berbeda cara penggunaanya,

walaupun yang sama hanyalah subjek pelakunya yaitu orang pertama atau si

pembicara sendiri. Maka kita harus berhati-hati dan kita harus dapat

menelaah terlebih dahulu cara penggunannya dalam kalimat Bahasa Jepang

agar tidak kebingungan dalam berkomunikasi dengan Bahasa Jepang.

2. Penulis mengharapakan para pembaca khususnya pemakai Bahasa Jepang,

dapat berkomunikasi dengan menggunakan kalimat Bahasa Jepang yang

baik dan benar terutama dalam penggunaan verba bantu (joudoshi) ini yaitu

kiboo hoshii dan ~tai baik secara lisan maupun tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Darjat. 2009. Ungkapan Akhir Kalimat pada Bahasa Jepang Bunmatsu

(32)

8. ~tagaru adalah keinginan yang masih akan, sedangkan ~tagatte iru adalah

keinginan yang sudah terjadi.

9. ~tai maupun ~tagaru, cara peletakkannya sama. Sama-sama diikuti partikel

wo dan kata kerja yang sama-sama memiliki objek.

4.2 Saran

1. Banyaknya verba bantu/jodoushi dalam Bahasa Jepang yang semuanya

diklasifikasikan menjadi 10 kelas kata. Salah satunya verba bantu

pengharapan/keinginan (kiboo) ini yang mencangkup hoshii dan ~tai yang

dimana penggunaan hoshii dan ~tai ini berbeda cara penggunaanya,

walaupun yang sama hanyalah subjek pelakunya yaitu orang pertama atau si

pembicara sendiri. Maka kita harus berhati-hati dan kita harus dapat

menelaah terlebih dahulu cara penggunannya dalam kalimat Bahasa Jepang

agar tidak kebingungan dalam berkomunikasi dengan Bahasa Jepang.

2. Penulis mengharapakan para pembaca khususnya pemakai Bahasa Jepang,

dapat berkomunikasi dengan menggunakan kalimat Bahasa Jepang yang

baik dan benar terutama dalam penggunaan verba bantu (joudoshi) ini yaitu

kiboo hoshii dan ~tai baik secara lisan maupun tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Darjat. 2009. Ungkapan Akhir Kalimat pada Bahasa Jepang Bunmatsu

(33)

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan:

USU Press.

Sudjianto. 2000. Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri B. Jakarta: Kesaint

Blanc.

Sudjianto & Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.

Jakarta: Kesaint Blanc.

http://www.google.com.

SINOPSIS

Penggunaan Verba Bantu “Keinginan” dalam Bahasa

Jepang

Referensi

Dokumen terkait

tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik

Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu (akseptor) dengan kepatuhan dalam melakukan penyuntikan ulang di Puskesmas Sikumana Kota Kupang. edisi 3, Jakarta: PT Bina

KEGIATAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN (06) DAN APBD TAHUN ANGGARAN

Diharapkan aplikasi dapat mengoptimalkan kinerja daripada Windows XP dan membantu User dalam settingan registry agar kinerja sistem dari Windows XP

bahwa dalam rangka memberikan pelayanan guna meningkatkan ketertiban dan keamanan kepemilikan ternak, mencegah pencurian ternak di wilayah Kabupaten Berau, serta

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas pembuatan web untuk informasi bioteknologi molecular farming, bagaimana kita menampilkan gambar dan teks ke dalam perangkat komputer

Fitur,Menyimpan dan melihat informasi setiap sapi dalam kelompok, Mengingatkan pengguna pada moment penting seperti waktu injeksi obat, waktu kawin,dll, Semua data dapat

perkembangan diri siswa. Siswa perlu mendapat kesempatan untuk berkembang.. sesuai dengan potensi diri, terutama dalam menggali konsep-konsep IPA di kelas. Upaya untuk