• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hygiene Sanitasi Pengelolaan Bumbu Siomay Pada Pedagang Siomay Di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hygiene Sanitasi Pengelolaan Bumbu Siomay Pada Pedagang Siomay Di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan Tahun 2011"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN BUMBU SIOMAY PADA PEDAGANG SIOMAY DI Jl. Dr. MANSYUR PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

YULAN YANTI ANGELINA SIBUEA NIM. 071000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penelitian terhadap hygiene sanitasi pengelolaan makanan pada bumbu siomay yang dijual oleh pedagang siomay di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan di Kota Medan perlu dilaksanakan karena semakin banyaknya tempat penyelenggaraan makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran hygiene sanitasi pada pengelolaan bumbu siomay dan memeriksa kandungan bakteri Escherichia coli pada bumbu siomay. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli di laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun dari keenam prinsip hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay memenuhi syarat kesehatan baik itu dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, maupun pada penyajian makanan, juga kepemilkikan fasilitas sanitasi yang belum memenuhi syarat. Dari 14 sampel bumbu siomay yang dijual hanya 2 sampel yang tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung bakteri Escherichia coli dan hanya 3 sampel yang memenuhi syarat kesehatan dari 14 sampel karena tidak mengandung bakteri Coliform. Dari 11 sampel yang mengandung bakteri Coliform, ada 5 sampel yang mengandung 11.000 APM/gram.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pedagang untuk menggunakan bahan baku yang berkualitas dan memperhatikan hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay terutama pada pengolahan dan penyajian bumbu siomay agar menjaga kebersihan tangan dan anggota tubuhnya. Juga memperhatikan kepemilikan fasilitas sanitasi. Oleh sebab itu, perlu diadakan penyuluhan dan pengawasan makanan jajanan oleh BPOM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) dan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang hygiene sanitasi agar makanan jajanan yang dijual memenuhi syarat kesehatan.

(3)

ABSTRACT

Research on the management of food hygiene sanitation in spice of siomay sold by vendors along Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan in Medan to be implemented because of the increasing number of food venues were not comply with health requirements.

This study is descriptive in order to get an overview on the management of hygiene sanitation and to find available of Escherichia coli in spice of siomay. Data were collected through interviews, observation and examination of bacterium Escherichia coli in the laboratory.

The results showed that none of the six principles of hygiene sanitation management spice of siomay comply with health requirements consist of selection, storage, processing, transport and serve the spice of siomay, and owner sanitation facilities were not comply with health requirements. From the 14 samples spices of siomay are sold only 2 samples were not comply with health requirements because contain bacteria Escherichia coli and only 3 samples were comply with health requirements from the 14 samples because it does not contain coliform. From the 11 samples that contained coliform, there are 5 samples containing 11.000 APM / gram of bacteria.

Based on these results, it is suggested to traders to use quality materials and attention to hygiene sanitation especially on the processing and the serve spice of siomay for maintaining cleanliness of hands and limbs. Also pay attention to the ownership of sanitation facilities. The promotion of good hygiene sanitation and controlling are necessary to do by government instance like BPOM and Official of Healthy Medan City. In order to the dessert is sold can comply with the stipulation of healthy.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulan Yanti Angelina Sibuea

Tempat / Tanggal Lahir : Sibolga / 18 Juli 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Asrama Kodim 0210 Tarutung, Tapanuli Utara

Alamat di Medan : Jl. Jamin Ginting Gg. Dipanegara No. 21 Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994 – 1995 : TK Samudera Cabang XL Makorem Koorcab Rem 023 PD I / Bukit Barisan, Sibolga

2. Tahun 1995 – 2000 : SD Negeri No. 084093 Sibolga, Tapanuli Tengah 3. Tahun 2000 – 2001 : SD Negeri No. 173104 Tarutung, Tapanuli Utara 4. Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Tarutung, Tapanuli Utara

5. Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Tarutung, Tapanuli Utara 6. Tahun 2007 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hygiene Sanitasi Pengelolaan Bumbu Siomay Pada Pedagang Siomay Di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan Tahun 2011 “ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Rasa sayang, cinta dan terima kasih yang dalam kepada kedua orangtua dan kakak penulis atas doa dan semangat serta memberikan semua yang dibutuhkan penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Surya Dharma, MPH dan Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pemikiran, waktu, bimbingan dan kesabarannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penelitian skripsi ini penulis juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama. MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan pengarahan serta Kak Dian yang turut membantu dalam kelancaran skripsi ini.

5. Ibu Nunuk sebagai kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU). Dan Ibu Ipit sebagai analis laboratorium juga kepada teman-teman di FMIPA yaitu Yanti, Nila, Mirza. 6. Buat teman-temanku GB (Gerombolan Siberat), Lusi, Dina, Kiki, Fifi, Raisa, B’Ab,

B’Riga yang telah mendukung dan memberikan semangat. Juga kepada Bang Ketler, Kak Adev, Bonar, Bang Alek, Bang Jo yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat kawan kompakku dan kawan berkelahi Laurita Sinurat yang selalu menghibur, memberikan motivasi, cerewet, dan selalu ada setiap dibutuhkan. Juga buat teman-teman kos (Kak Lian, Riris, Ita, Agustina, Udur, Bernadetta, Christin, Grace, Evia, Elsa, Nova, Kak Lusi, Putri, Mispa dan Imel).

8. Buat pedagang siomay yang telah bersedia meluangkan waktunya., teman-teman kampus dan semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Medan, Mei 2011

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Makanan ... 7

2.2. Siomay Sebagai Makanan Jajanan ... 8

2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang) ... 9

2.4. HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) ... 10

2.5. Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 13

2.5.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 13

2.5.2. Pentingnya Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 15

2.6. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan ... 15

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan ... 16

2.6.2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 16

2.6.3. Pengolahan Makanan ... 18

2.6.3.1. Persyaratan Untuk Tenaga Pengolah Makanan ... 18

2.6.3.2. Persyaratan Peralatan Dalam Proses Pengolahan Makanan .... 19

2.6.4. Penyimpanan Makanan Masak ... 19

2.6.5. Pengangkutan Makanan ... 20

2.6.6. Penyajian Makanan ... 20

2.7. Bakteri Indikator Polusi ... 20

2.8. Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Melalui Perantara Makanan ... 22

2.9. Escherichia coli ... 24

2.9.1. Klasifikasi Escherichia coli ... 24

2.9.2. Sifat-Sifat Escherichia coli ... 25

2.10. Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Oleh Escherichia coli ... 25

2.11. Diagram HACCP Pembuatan Makanan Siomay ... 28

(8)

HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN BUMBU SIOMAY PADA PEDAGANG SIOMAY DI Jl. Dr. MANSYUR PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH :

YULAN YANTI ANGELINA SIBUEA NIM. 071000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(9)

HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN BUMBU SIOMAY PADA PEDAGANG SIOMAY DI Jl. Dr. MANSYUR PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

YULAN YANTI ANGELINA SIBUEA NIM. 071000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yulan Yanti Angelina Sibuea

Tempat / Tanggal Lahir : Sibolga / 18 Juli 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Asrama Kodim 0210 Tarutung, Tapanuli Utara

Alamat di Medan : Jl. Jamin Ginting Gg. Dipanegara No. 21 Padang Bulan,

Medan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1994 – 1995 : TK Samudera Cabang XL Makorem Koorcab Rem 023

PD I / Bukit Barisan, Sibolga

2. Tahun 1995 – 2000 : SD Negeri No. 084093 Sibolga, Tapanuli Tengah

3. Tahun 2000 – 2001 : SD Negeri No. 173104 Tarutung, Tapanuli Utara

4. Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Tarutung, Tapanuli Utara

5. Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Tarutung, Tapanuli Utara

6. Tahun 2007 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi

1. Tahun 2007 – 2009 : UKM KMK UP POMK FKM USU

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hygiene Sanitasi

Pengelolaan Bumbu Siomay Pada Pedagang Siomay Di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan Tahun 2011 “ yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Rasa sayang, cinta dan terima kasih yang dalam kepada kedua orangtua dan kakak

penulis atas doa dan semangat serta memberikan semua yang dibutuhkan penulis selama

penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Surya Dharma, MPH dan

Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan pemikiran, waktu, bimbingan dan kesabarannya kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penelitian skripsi ini penulis juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari

banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama. MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis selaku Dosen Penasehat Akademik yang membantu selama

(12)

4. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan

pengarahan serta Kak Dian yang turut membantu dalam kelancaran skripsi ini.

5. Ibu Nunuk sebagai kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU). Dan Ibu Ipit sebagai

analis laboratorium juga kepada teman-teman di FMIPA yaitu Yanti, Nila, Mirza.

6. Buat teman-temanku GB (Gerombolan Siberat), Lusi, Dina, Kiki, Fifi, Raisa, B’Ab,

B’Riga yang telah mendukung dan memberikan semangat. Juga kepada Bang Ketler,

Kak Adev, Bonar, Bang Alek, Bang Jo yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat kawan kompakku dan kawan berkelahi Laurita Sinurat yang selalu menghibur,

memberikan motivasi, cerewet, dan selalu ada setiap dibutuhkan. Juga buat

teman-teman kos (Kak Lian, Riris, Ita, Agustina, Udur, Bernadetta, Christin, Grace, Evia,

Elsa, Nova, Kak Lusi, Putri, Mispa dan Imel).

8. Buat pedagang siomay yang telah bersedia meluangkan waktunya., teman-teman

kampus dan semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Medan, Mei 2011

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1.Makanan ... 7

2.2.Siomay Sebagai Makanan Jajanan ... 8

2.3.Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang) ... 9

2.4.HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) ... 10

2.5.Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 13

2.5.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 13

2.5.2. Pentingnya Hygiene dan Sanitasi Makanan ... 15

2.6.Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan ... 15

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan ... 16

2.6.2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 16

2.6.3. Pengolahan Makanan ... 18

2.6.3.1. Persyaratan Untuk Tenaga Pengolah Makanan ... 18

2.6.3.2. Persyaratan Peralatan Dalam Proses Pengolahan Makanan .... 19

2.6.4. Penyimpanan Makanan Masak ... 19

2.6.5. Pengangkutan Makanan ... 20

2.6.6. Penyajian Makanan ... 20

2.7.Bakteri Indikator Polusi ... 20

2.8.Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Melalui Perantara Makanan ... 22

2.9.Escherichia coli ... 24

2.9.1. Klasifikasi Escherichia coli ... 24

2.9.2. Sifat-Sifat Escherichia coli ... 25

2.10.Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Oleh Escherichia coli ... 25

2.11.Diagram HACCP Pembuatan Makanan Siomay ... 28

(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1.Jenis Penelitian ... 30

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2. Waktu Penelitian ... 30

3.3.Sampel Penelitian ... 30

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Data Primer ... 31

3.4.2. Data Sekunder ... 31

3.5.Pelaksanaan Penelitian ... 31

3.5.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 31

3.5.2. Alat dan Bahan ... 32

3.5.2.1. Alat ... 32

3.5.2.2. Bahan ... 32

3.6.Cara Pemeriksaan Laboratorium ... 33

3.6.1. Test Perkiraan ... 33

3.6.2. Test Penegasan ... 34

3.6.3. Pembacaan Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 35

3.7.Definisi Operasional ... 35

3.8.Aspek Pengkuran ... 36

3.9.Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Karakteristik Pedagang Siomay ... 38

4.3. Hygiene Sanitasi Pengelolaan Bumbu Siomay ... 39

4.4. Fasilitas Sanitasi ... 49

4.5. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli dan Coliform Bumbu Siomay ... 51

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1. Prinsip - Prinsip Hygiene Sanitasi dalam Pengelolaan Bumbu Siomay ... 53

5.1.1. Pemilihan Bahan Makanan ... 53

5.1.2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 55

5.1.3. Pengolahan Makanan ... 56

5.1.4. Penyimpanan Makanan Masak ... 58

5.1.5. Pengangkutan Makanan ... 61

5.1.6. Penyajian Makanan ... 62

5.2. Fasilitas Sanitasi ... 66

5.3. Kandungan Bakteri Coliform dan Escherichia coli pada Bumbu Siomay ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel ABTKP (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Krisis) ... 29

Tabel 4.1. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Umur ... 38

Tabel 4.2. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan ... 39

Tabel 4.3. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan ... 41

Tabel 4.4. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Pengolahan Makanan ... 42

Tabel 4.5. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Penyimpanan Makanan Masak ... 45

Tabel 4.6. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Pengangkutan Makanan ... 46

Tabel 4.7. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Penyajian Makanan ... 47

Tabel 4.8. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Fasilitas Sanitasi yang Digunakan .. 50

Tabel 4.9. Keberadaan Bakteri Escherichia coli Pada Bumbu Siomay ... 51

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011.

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Lampiran 4. Daftar Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli pada Bumbu Siomay.

Lampiran 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

942/Menkes/SK/VII/2003.

Lampirab 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 715/Menkes/SK/V/2003.

Lampiran 7. Master Data Uji Kelayakan Fisik.

(17)

ABSTRAK

Penelitian terhadap hygiene sanitasi pengelolaan makanan pada bumbu siomay yang dijual oleh pedagang siomay di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan di Kota Medan perlu dilaksanakan karena semakin banyaknya tempat penyelenggaraan makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran hygiene sanitasi pada pengelolaan bumbu siomay dan memeriksa kandungan bakteri

Escherichia coli pada bumbu siomay. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli di laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak satupun dari keenam prinsip hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay memenuhi syarat kesehatan baik itu dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, maupun pada penyajian makanan, juga kepemilkikan fasilitas sanitasi yang belum memenuhi syarat. Dari 14 sampel bumbu siomay yang dijual hanya 2 sampel yang tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung bakteri Escherichia coli dan hanya 3 sampel yang memenuhi syarat kesehatan dari 14 sampel karena tidak mengandung bakteri Coliform. Dari 11 sampel yang mengandung bakteri Coliform, ada 5 sampel yang mengandung 11.000 APM/gram.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pedagang untuk menggunakan bahan baku yang berkualitas dan memperhatikan hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay terutama pada pengolahan dan penyajian bumbu siomay agar menjaga kebersihan tangan dan anggota tubuhnya. Juga memperhatikan kepemilikan fasilitas sanitasi. Oleh sebab itu, perlu diadakan penyuluhan dan pengawasan makanan jajanan oleh BPOM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) dan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang hygiene sanitasi agar makanan jajanan yang dijual memenuhi syarat kesehatan.

(18)

ABSTRACT

Research on the management of food hygiene sanitation in spice of siomay sold by vendors along Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan in Medan to be implemented because of the increasing number of food venues were not comply with health requirements.

This study is descriptive in order to get an overview on the management of hygiene sanitation and to find available of Escherichia coli in spice of siomay. Data were collected through interviews, observation and examination of bacterium Escherichia coli in the laboratory.

The results showed that none of the six principles of hygiene sanitation management spice of siomay comply with health requirements consist of selection, storage, processing, transport and serve the spice of siomay, and owner sanitation facilities were not comply with health requirements. From the 14 samples spices of siomay are sold only 2 samples were not comply with health requirements because contain bacteria Escherichia coli and only 3 samples were comply with health requirements from the 14 samples because it does not contain coliform. From the 11 samples that contained coliform, there are 5 samples containing 11.000 APM / gram of bacteria.

Based on these results, it is suggested to traders to use quality materials and attention to hygiene sanitation especially on the processing and the serve spice of siomay for maintaining cleanliness of hands and limbs. Also pay attention to the ownership of sanitation facilities. The promotion of good hygiene sanitation and controlling are necessary to do by government instance like BPOM and Official of Healthy Medan City. In order to the dessert is sold can comply with the stipulation of healthy.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa

adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta

mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas

sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan

tubuh yang lain. Selain itu, makanan juga berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu diperhatikan

kualitas makanan melalui ketersediaan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya dan

bebas dari cemaran mikroba. Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme akan

mengakibatkan gangguan kesehatan karena mikroorganisme tersebut dapat memproduksi

racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit (Mulia, 2005).

Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh hygiene sanitasi makanan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang

memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene sanitasi

makanan dan minuman yang diutamakan pada usaha yang bersifat umum seperti restoran,

rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman

merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk

(20)

hotel (Depkes, 2003). Makanan jajanan ini masih mengandung resiko yang cukup

potensial menyebabkan terjadinya penyakit atau ganguan kesehatan. Oleh karena itu,

makanan jajanan yang kita konsumsi haruslah terjaga kebersihannya.

Salah satu jenis makanan jajanan yang beredar di masyarakat adalah siomay.

Siomay merupakan jenis makanan jajanan yang digemari masyarakat. Harga yang relatif

murah dan keberadaannya yang mudah dijangkau membuat banyak orang tertarik untuk

mengkonsumsinya.

Umumnya pedagang menjajakan siomay di pinggir-pinggir jalan raya, pasar

tradisional dan sekolah-sekolah. Tempat penjualan yang tidak terkoordinir dan tidak

menetap menyebabkan dagangan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi

yang demikian memungkinkan siomay dapat tercemar. Pencemaran juga dapat terjadi

pada semua tahap proses produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan hingga

penyajian ke tangan konsumen.

Dalam kegiatan proses produksi makanan dan minuman, pentingnya tindakan

hygiene sanitasi juga analisis bahaya dan titik pengendalian kritis (HACCP : Hazard Analysis Critical Control Point) yang merupakan salah satu upaya untuk mrnghindari pencemaran terhadap hasil produksi. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi yang

harus diperhatikan dalam proses pengolahan makanan dan minuman yaitu pemilihan

bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan

makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan (Depkes RI, 2004).

Dalam penyajian siomay biasanya pedagang menggunakan peralatan makan yang

(21)

digunakan secara berulang-ulang. Kemudian diletakkan begitu saja di gerobak penjualan.

Oleh sebab itu, besar kemungkinan peralatan makan tersebut tercemar bakteri.

Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang berpotensi dalam kerusakan

makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan

berkembang biak lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang

menjadi 2.000.000 sel, kemudian dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 sel. Karena

pertumbuhannya yang sangat cepat, maka kemungkinan untuk menjadi penyebab

penyakit besar sekali. Makanan yang masih dijamin aman untuk dikonsumsi paling lama

adalah dalam waktu 6 jam, karena lebih dari itu kondisi makanan sudah tercemar berat

dan tidak layak untuk dikonsumsi (Depkes RI, 2004).

Salah satu bakteri yang terdapat dalam makanan jajanan adalah Escherichia coli. Dalam persyaratan mikrobiologi Escherichia coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia (Chandra, 2007).

Adanya Escherichia coli menunjukkan suatu tanda praktik sanitasi yang tidak baik karena Escherichia coli bisa dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui air, makanan, susu dan produk-produk lainnya

(Supardi, 1999).

Bakteri Escherichia coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit seperti kolera, disentri,

gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lain (Nurwantoro, 1997).

Namun bakteri ini secara relatif mudah dibunuh dengan pemanasan yaitu akan mati pada

(22)

Berdasarkan penelitian Nababan (2007) pada bumbu pecel yang dijual di pasar

Kota Medan diketahui bahwa dari 10 sampel yang diperiksa ternyata tidak mengandung

bakteri Escherichia coli, tetapi ditemukan bakteri Coliform pada semua sampel. Namun pada penelitian Sembiring (2010) pada susu kental manis yang merupakan bahan

tambahan pada makanan dan minuman yang dijual di sepanjang Jl. Dr. Mansyur

diketahui bahwa dari 20 sampel susu kental manis yang diperiksa, terdapat 5 sampel

mengandung bakteri Escherichia coli.

Siomay merupakan makanan jajanan yang berasal dari proses pencampuran

dimana bahan utamanya adalah kentang, bakso, telur, tahu, dan sayuran yang telah

direbus kemudian dicampur dengan bumbu kacang (bumbu siomay) sebagai pelengkap

makanan siomay. Bumbu siomay tersebut terbuat dari kacang tanah olahan yang

dicampur dengan bawang putih, bawang merah, cabai, gula merah, air dan garam.

Sekarang ini banyak pedagang yang menjual berbagai jenis makanan jajanan

keliling dengan menggunakan sepeda, gerobak sorong atau dilokasi usahanya sendiri.

Seperti yang dapat kita amati di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan terdapat

banyak pedagang yang menggunakan gerobak sorong dan sepeda untuk menjajakan

makanannya. Salah satunya adalah padagang siomay.

Gerobak-gerobak siomay berjejer dan selalu ramai dikunjungi mahasiswa maupun

pengunjung yang sengaja singgah saat melintasi jalan tersebut. Cita rasa siomay yang

enak berasal dari bumbu kacangnya yang kental membuat siomay ini terasa lebih nikmat.

Secara keseluruhan cita rasa siomay cocok untuk semua lidah karena rasanya

tidak terlalu pedas dan juga tidak terlau manis. Adapun pengolahannya kebanyakan

(23)

masih banyak pedagang yang kurang memperhatikan hygiene sanitasi pengolahan

makanan yang dijualnya sehingga rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen

penyebab penyakit.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis ingin mengetahui mengenai

hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay yang dijajakan di Jl. Dr. Mansyur Padang

Bulan Medan dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman

Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan dan kandungan bakteri Escherichia coli

pada bumbu siomay berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

1.2. Perumusan Masalah

Cita rasa makanan siomay yang terletak pada bumbu kacang (bumbu siomay)

yang tidak terlalu pedas dan juga tidak terlalu manis membuat masyarakat baik anak-anak

hingga dewasa menyukai makanan tersebut sehingga banyak yang mengkonsumsinya.

Namun akibat dari hygiene sanitasi dalam pengolahannya tidak diperhatikan maka tidak

menutup kemungkinan bumbu siomay tersebut mengandung mikroorganisme penyebab

penyakit. Demikian juga dengan bumbu siomay yang dijual di sepanjang Jl. Dr. Mansyur

Padang Bulan Medan, kemungkinan juga mengandung mikroorganisme penyebab

(24)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay dan

kandungan bakteri Escherichia coli bumbu siomay yang dijual di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pemilihan bahan baku makanan

2. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bahan baku makanan

3. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengolahan bumbu siomay

4. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyimpanan bumbu siomay

5. Untuk mengetahui hygiene sanitasi pengangkutan bumbu siomay

6. Untuk mengetahui hygiene sanitasi penyajian bumbu siomay

7. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Escherichia coli pada bumbu siomay.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi instansi yang terkait untuk meningkatkan upaya

penyehatan bahan makanan.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam mengonsumsi

makanan yang dijual oleh pedagang keliling.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan

Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu

kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses

tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang

rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme

dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di

dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan

dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat

bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan

hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan

substansi-substansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Putraprabu, 2008).

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan

tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari

pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

(26)

2.2. Siomay sebagai Makanan Jajanan

Makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualannya dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk

dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel

(Depkes RI, 2003).

Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris

disebut street food menurut Food and Agriculture Organization (FAO) didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki

lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau

dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat

mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan

bervariasi. Karena pengolahannya yang praktis dan hemat waktu maka makanan jajanan

sangat digemari (Februhartanty dan Iswarawanti, 2004).

Seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jajanan berarti jenis

makanan selingan yang biasanya dijajakan pedagang keliling atau warung. Makanan

jajanan atau disingkat jajanan saja, sejak dulu telah menghias dunia kuliner Indonesia.

Baik sebagai panganan selingan saat menyantap menu utama maupun sebagai panganan

jajan semata. Jumlah dan ragamnya banyak sekali. Mulai dari kerak telor, siomay,

batagor, bakso, beragam jenis es, kembang tahu, toge goreng, martabak, hingga jenis kue

baik kering atau basah. Karena bervariasi itulah maka makanan jajanan sangat digemari.

Siomai atau siomay adalah salah satu jenis

makanan ini disebut shaomai, sementara dalam siu maai.

(27)

Dalam

daging untuk isi, mulai dari siomay

daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan

tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu namun disajikan dalam bentuk yang

lebih sederhana.

Telur ayam dan sayuran seperti

juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomay. Tahu bakso atau tahu isi

juga termasuk ke dalam jenis siomay. Siomay (siomay bandung) dihidangkan setelah

disiram saus kacang yang dibuat dari

dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lai

manis, sambal botol, atau saus tomat. Rahasia dari bumbu kacang yang lezat adalah

jangan dibuat terlalu kental ataupun terlalul cair.

2.3. Proses Pembuatan Bumbu Siomay (Bumbu Kacang) Bahan :

a. Kacang tanah 250 gram

b. Merica 1 sendok teh

c. Bawang putih 3 siung

d. Bawang merah 3 siung

e. Mentega 1 sendok makan

f. Merica

g. Cabe merah 2 – 3 gram

(28)

i. Penyedap rasa secukupnya

j. Garam secukupnya

Cara membuat :

a. Kacang tanah digoreng kemudian di haluskan.

b. Cabe merah, bawang putih, bawang merah dihaluskan kemudian ditumis.

c. Masukkan kacang yang sudah dihaluskan, tambahkan air gula merah, merica,

penyedap dan garam secukupnya.

2.4. HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)

HACCP merupakan akronim yang digunakan untuk mewakili suatu sistem

analysis hazard dan titik kendali kritis. Konsep HACCP merupakan suatu metode manajemen keamanan makanan yang sistematis dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang

sudah dikenal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi hazard (bahaya) yang

kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan makanan, dan

tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya hazard tersebut.

Ada 7 (tujuh) prinsip yang diterbitkan oleh Codex Alimentarius (1997b) dan NACMCF (USA) (1997) yang dikutip oleh Cassianos (2005), yaitu :

Prinsip 1 : Lakukan analisis hazard

Prinsip 2 : Tentukan titik kendali kritis (critical control point, CCP) Prinsip 3 : Tetapkan batasan kritis

Prinsip 4 : Bentuk sistem untuk memantau pengendalian CCP

Prinsip 5 : Tetapkan tindakan perbaikan yang akan dilakukan saat hasil pemantauan

(29)

Prinsip 6 : Bentuk prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP bekerja

dengan efektif

Prinsip 7 : Dokumentasikan semua prosedur dan catatan yang berkaitan dengan prinsip

tersebut dan penerapannya.

Analisis bahaya pada siomay yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti

Escherichia coli, Salmonella spp., dan bakteri lainnya.

2. Bahaya kimia yang berasal dari gangguan pestisida, desinfektan, bahan tambahan

makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia tidak mudah dihilangkan dan

kadarnya harus di bawah batas yang sudah ditentukan.

3. Bahaya fisik yang tidak boleh ada dalam makanan seperti rambut, potongan kuku

penjamah makanan, debu.

Bagan Keputusan/Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari

Thaheer (2005) yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/bahan mentah

Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku berupa kacang tanah, kentang, telur, bakso,

tahu, dan sayuran mengandung bahaya pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan makanan termasuk cara penggunaan oleh konsumen

dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang

dapat diterima?

(30)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan bumbu siomay

Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 4 : Apakah pada tahap penggorengan dan penggilingan kacang tanah dan

penumisan bahan-bahan pangan lainnya (cabe, bawang merah dan

bawang putih yang sudah digiling halus), bahaya dapat muncul atau

bertambah sampai tingkat yang tidak dapat diterima?

Ya

Pertanyaan 5 : Apakah pengolahan selanjutnya yaitu pencampuran kacang tanah, cabe,

bawang merah, bawang putih, air gula merah, merica, penyedap dan

garam dapat menjamin hilangnya atau kurangnya bahaya sampai tingkat

yang dapat diterima?

Tidak

Pertanyaan 6 : Apakah pengolahan akhir yaitu pemasakan bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

(31)

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan bahan-bahan pangan

lainnya (kentang, telur, tahu, bakso, dan sayuran)

Pertanyaan 7 : Apakah formulasi/komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat

diterima?

Ya

Pertanyaan 8 : Apakah pengolahan makanan yaitu perebusan bertujuan untuk

menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

Ya CCP 1 = titik pengendalian kritis

2.5. Hygiene dan Sanitasi Makanan

2.5.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan

Istilah hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena

sangat erat kaitannya. Tetapi bila kita kaji lebih mendalam pengertian hygiene dan

sanitasi ini mempunyai perbedaan, yaitu hygiene lebih mengarah pada kebersihan

individu, sedangkan sanitasi lebih mengarah pada kebersihan faktor-faktor

lingkungannya (Azwar, 1990).

Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan istilah hygiene dan sanitasi mempunyai

perbedaan. Yang dimaksud dengan hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia sehingga timbul

upaya mencegah timbulnya penyakit akibat pengaruh lingkungan kesehatan yang buruk

dan membuat kondisi lingkungan yang baik agar terjamin pemeliharaan kesehatannya.

(32)

pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia (Azwar, 1990).

Pengertian hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi

kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang

bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara

keseluruhan. Sedangkan sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang

menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan

minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan, mulai dari

sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,

pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsi masyarakat atau konsumen.

Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan

merugikan pembeli, mengurangi kerusakan ataupun pemborosan makanan. Misalnya

menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah

untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan dan berceceran di

tempatnya berjualan (DepKes RI, 2004).

Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang,

tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau

(33)

2.5.2. Pentingnya Hygiene dan Sanitasi Makanan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan dari manusia untuk menunjang

kehidupannya. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai

sumber energi zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyabaran

penyakit. Oleh karena itu prinsip dasar hygiene sanitasi tempat pengelolaan makanan

diperlukan agar konsumen dapat dilindungi kesehatannya dari bahaya kontaminasi

makanan dan organisme penyakit menular.

Makanan yang aman dari mikroorganisme tidak terlepas dari pemeliharaan

hygiene sanitasi makanan yang baik, karena hygiene sanitasi merupakan salah satu

pemecahan untuk melindungi makanan dari kontaminasi (Djajadiningrat, 1989).

2.6. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan

Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah

pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan

bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip hygiene

sanitasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004) :

1. Pemilihan Bahan Makanan

2. Penyimpanan Bahan Makanan

3. Pengolahan Makanan

4. Penyimpanan Makanan Masak

5. Pengangkutan Makanan

(34)

2.6.1. Pemilihan Bahan Makanan

Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan

perjalanan makanan yang begitu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu

luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari

penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang

dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :

a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan

dengan baik misalnya berupa swalayan.

b. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah

dengan baik.

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan

mutunya yaitu dari bentuk, warna, kesegaran, bau, dan lainnya. Bahan makanan yang

baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia

seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

2.6.2. Penyimpanan Bahan Makanan

Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena :

a. Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia

b. Kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan benturan dan lain-lain.

Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah

rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu

(35)

mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan

disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Dalam penyimpanan bahan makanan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut :

a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi

syarat.

b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga :

1) Mudah untuk mengambilnya.

2) Tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan tikus.

3) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk

harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

4) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk

riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu

(Depkes RI, 2004) :

1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 ºC – 15 ºC untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur.

2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 ºC – 10 ºC untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.

3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 ºC – 4 ºC untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.

(36)

2.6.3. Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang

mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi. Dalam hal ini persyaratan untuk tenaga

pengolah makanan dan peralatan pada proses pengolahannya harus diperhatikan (Depkes

RI, 2004).

2.6.3.1 Persyaratan untuk tenaga pengolah makanan

Syarat untuk tenaga pengolah makanan adalah :

a. Kondisi badan sehat dengan surat keterangan dokter.

b. Bebas dari penyakit menular (TBC, Typhus, kolera, carrier penyakit).

c. Harus punya buku pemeriksaan kesehatan.

d. Tidak merokok selama mengolah makanan.

e. Tidak makan atau mengunyah.

f. Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin tidak berhias.

g. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya.

h. Selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja.

i. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benar.

(37)

2.6.3.2 Persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan

Adapun persyaratan peralatan dalam proses pengolahan makanan yaitu :

a. Permukaan alat harus utuh tidak cacat dan mudah dibersihkan.

b. Lapisan permukaan alat tidak mudah larut dalam asam/basa atau garam yang

lazim dipakai dalam proses makanan.

c. Apabila alat tersebut kontak dengan makanan, maka alat tersebut tidak akan

mengeluarkan logam berat beracun berbahaya, seperti timah hitam (Pb),

Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon (Stibium).

2.6.4. Penyimpanan Makanan Masak

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penyimpanan makanan jadi adalah :

a. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya.

b. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu 65,5 ºC atau lebih atau disimpan

dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang.

c. Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) harus

disimpan dalam suhu 5 ºC sampai 1 ºC.

d. Tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan :

1) Jarak makanan dengan lantai 15 cm.

2) Jarak makanan dengan dinding 5 cm.

(38)

2.6.5. Pengangkutan Makanan

Dalam prinsip pengangkutan siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut

(Depkes RI, 2004) :

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.

2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan

yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau anti bocor.

3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap panas 60 ºC

dan tetap dingin 4 ºC.

4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam keadaan

tertutup sampai di tempat penyajian.

5. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk hal lainnya.

2.6.6. Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.

Makanan yang disajikan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas dari

kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi selera makan pembeli.

2.7. Bakteri Indikator Polusi

Bakteri indikator polusi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk

adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan. Mikroorganisme yang digunakan

sebagai indicator polusi adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, Streptokokus fekal, dan Clostridium perferingens.

(39)

1. Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran

karena terdapat dalam jumlah besar dalam kotoran manusia dan hewan, dimana

bakteri tersebut merupakan bakteri komensal di dalam saluran pencernaan manusia

dan hewan.

2. Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran pencernaan

organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.

3. Bakteri indikator harus selalu terdapat didalam contoh dimana ditemukan

mikroorganisme pathogen enterik.

4. Bakteri indikator harus dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri pathogen

enteric yang berbahaya.

5. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik yang berarti tidak

memberikan hasil positif yang salah, dan sangat sensitif yang berarti dapat

mendeteksi adanya bakteri indikator dalam jumlah yang sangat kecil.

6. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus relatif mudah dikerjakan.

7. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus aman yang berarti tidak boleh

membahayakan bagi kesehatan orang yang melakukannya.

8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti

kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat

didalam air.

Syarat-syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi

karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat

klorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Sifat masing-masing bakteri indikator perlu

(40)

2.8. Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Bakteri Melalui Perantara Makanan

Makanan merupakan unsur lingkungan yang penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup, dapat pula menjadi sumber penurana

penyakit apabila makanan tersebut tidak tidak dikelola secara higienis.

Penyakit yang bersumber dari makanan dapat digolongkan dalam:

a. Food Infection (bacteria and viruses) atau makanan yang terinfeksi, seperti

salmonellosis, shigellosis, cholera, tularemia, tuberculosis, brucellosis, hepatitis dan sebagainya.

b. Food intoxication (bakteri) atau keracunan makanan karena bakteri seperti

staphylococcal food poisoning, clostridium perfringens food poisoning, botulism food poisoning, bacillus cereus food poisoning.

c. Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia seperti

cadmium, antimony, zink, insect dan bahan kimia lainnya.

d. Poisoning plants and animals atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan beracun seperti jengkol, jamur, kentang (solanin), ikan buntal.

e. Parasites atau penyakit parasit seperti cacing taenasis, cysticerosis, trichinosis, ascariasis (Depkes RI, 1992).

Uraian tersebut menerangkan bahwa penyakit melalui perantara pangan ada lima

penyebab dan menurut Kusumaningsih (2008) bahwa penyakit timbul disebabkan dua

hal, yaitu pertama makanan atau minuman tersebut mengandung mikroba/bakteri dalam

jumlah yang cukup untuk menimbulkan gejala sakit, kedua makanan atau minuman

(41)

penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman dapat digolongkan dalam dua

kelompok besar, yaitu:

1. Infeksi makanan (food infection) yaitu penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroba patogen,

kemudian mikroba tersebut dapat menembus sistem pertahanan tubuh dan hidup serta

berkembang biak di dalam tubuh. Mikroba yang dapat menginfeksi dan menimbulkan

penyakit adalah mikroba yang mempunyai data patogenitas tinggi dan daya virulensi

kuat, sehingga dapat berkembang biak dan menyebar ke dalam tubuh induk semang

yang peka. Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan dari mulai masuknya bibit

penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala sakit, karena infeksi makanan

biasanya lebih lama dari intoksikasi makanan. Mikroba-mikroba potensial penyebab

infeksi makanan antara lain Salmonella, Bacillus antracis, Campylobacter, Shigella, Vibrio, Yersinia, Escherichia coli, dan lainnya.

2. Intoksikasi makanan (food intoxication) yaitu penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang mengandung racun yang diproduksi oleh mikroba yang

tumbuh dalam makanan. Umumnya masa inkubasi intoksikasi terjadi lebh cepat

setelah mengkonsumsi makanan tercemar dibandingkan dengan infeksi makanan.

Mikroba-mikroba potensial penyebab intoksikasi makanan antara lain Clostridium botulinum, C. Perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan lainnya.

2.9. Escherichia coli

(42)

dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat komensal maupun

berpotensi pathogen. Bila Escherichia coli, oleh berbagai sebab, tersangkut diorgan lain (misalnya saluran kemih), penyakit akan timbul.

Bakteri Coliform adalah bakteri yang digunakan sebagai indikator sanitasi atau adanya pencemaran. Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman dapat

digunakan untuk menduga kemungkinan adanya bakteri enteropatogenik atau

enterotoksik-kogenik yang berbahaya bagi kesehatan. (Hardiansyah dan Rimbawan,

2001)

2.9.1. Klasifikasi Escherichia coli

Sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat enterovirulen. Keempat kelas tersebut adalah Escherichia coli enteropatogenik (EPEC), Escherichia coli

enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli enteroinvasif (EIEC), dan Escherichia coli

enterohemoragik (EHEC). EPEC menyebabkan diare yang parah pada bayi, meskipun

mekanismenya belum dapat dijelaskan.

ETEC menghasilkan dua jenis toksin yang bersifat stabil dan agak labil terhadap

panas dan menyebabkan diare pada anak serta bayi, yaitu penyakit yang mirip dengan

kolera dan diare petualang (ditularkan lewat air dan makanan). EIEC menginvasi dan

(43)

2.9.2. Sifat - Sifat Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 µm, tersusun tunggal, berpasangan dengan peritikus (Supardi, 2001). Escherichia coli tumbuh pada suhu antara 10ºC-40ºC, dengan suhu optimum 37ºC dan mati pada suhu 60ºC

selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama.

Escherichia coli relative peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. Sedangkan proses pembekuan tidak akan membinasakan bakteri, sehingga

dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka waktu relative panjang (Volk dan

Wheleer, 1984)

2.10. Penyakit – Penyakit yang Disebabkan Oleh Escherichia coli

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-penyakit saluran

pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit

penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut.

Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan

adanya Escherichia coli dalam air tersebut karena dalam feses manusia baik dalam keadaan sakit maupun sehat terdapat bakteri ini dalam tubuhnya.

Bakteri Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis, infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama

meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor urinarius

(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial). Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit yaitu

berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic dengan benar.

(44)

1. Penyakit diare

Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap

grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah

diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan

frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah,

panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa

menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau

terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

2. Infeksi saluran kemih

Penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab

infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejalanya yaitu

sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura. Kebanyakan infeksi ini disebabkan

oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe antigen O. 3. Sepsis

Bila pertahanan tubuh ibu tidak kebal, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis

Escherichia coli karena tidak memiliki antibody IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.

4. Meningitis

Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi. Bakteri

(45)

2.11. Diagram HACCP pembuatan siomay

Diagram 2.1. Diagram HACCP pembuatan siomay Bumbu Siomay

(Bumbu Kacang)

Kentang, telur, tahu, bakso, sayuran Kacang tanah Cabe, bawang merah, bawang putih Digiling

Digoreng Dipotong-potong

dengan pisau Dimasak (100⁰C) berupa tindakan pengendalian bahaya Escherichia coli

( CCP 1 )

Ditumis Digiling

Dicampur dan ditambahkan dengan air gula merah atau santan, merica,

penyedap dan garam

Dimasak (100⁰C) berupa tindakan pengendalian bahaya Escherichia coli

( CCP 1 )

(46)
[image:46.612.108.581.98.203.2]

Tabel 2.1. Tabel ABTPK ( Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis ) Titik

Pengendalian Bahaya Cara Pengendalian Parameter Titik Pengendalian Kritis Batas Kritis Nilai

Target Pemantauan

Tindakan

Koreksi

Bumbu

Siomay

E. coli Pemasakan

hingga

mendidih

Tidak ada

E. coli

E. coli =

0/gram Tidak ada nilai target Pemasakan benar-benar mendidih Pemasakan ulang

2.12. Kerangka Konsep Penelitian

Hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay berdasarkan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003

Pemeriksaan bumbu siomay di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU berdasarkan Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Keberadaan

E. coli dan Jumlah

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survey bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui

gambaran hygiene sanitasi pengelolaan bumbu siomay dan kandungan Escherichia coli

pada bumbu siomay yang dijajakan di sepanjang Jl. Dr. Mansyur di Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dan observasi terhadap pedagang yang menjual siomay di

sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Medan. Lokasi pemeriksaan sampel dilakukan

di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU.

Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut adalah :

1. Jumlah konsumen dan pedagang cukup banyak.

2. Tempat pedagang menjajakan siomay dipinggir jalan raya, dekat dengan parit dan

mudah dijangkau.

3. Belum pernah dilakukan penelitian bumbu siomay ditempat tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2011

3.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah pedagang siomay yang berjualan di Jl. Dr. Mansyur

Padang Bulan Medan. Sampel yang diambil adalah jumlah seluruh sampel (total

(48)

melakukan wawancara dan observasi hygiene sanitasi pada pengelolaan bumbu siomay

peneliti juga melakukan pemeriksaan laboratorium pada bumbu siomay.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi langsung ke lokasi menggunakan lembar

observasi dan wawancara langsung terhadap pedagang siomay dan data yang diperoleh

dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap bumbu siomay untuk mengetahui jumlah

bakteri Escherichia coli.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung sebagai bahan

kepustakaan, pengumpulan informasi dari internet, dan peraturan pemerintah.

3.5. Pelaksanaan Penelitian

3.5.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Persiapkan kantong plastik yang bersih dan belum pernah digunakan.

2. Pesan siomay dengan memisahkan bumbu siomay dan campuran makanan

lainnya kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam plastik.

3. Plastik diberi kode dan tanggal pengambilan dengan menggunakan spidol.

(49)

3.5.2. Alat dan Bahan 3.5.2.1. Alat

1. Autoclave

2. Incubator 37ºC dan 44ºC

3. Timbangan

4. Labu Erlenmeyer

5. Rak tabung reaksi

6. Tabung reaksi

7. Cawan petri

8. Pipet steril 1cc dan 10cc

9. Kawat ose

10.Tabung Durham

11.Kapas alcohol

12.Kulkas

13.Object glass

14.Mikroskop

15.Spidol

3.5.2.2. Bahan

1. LB (Lactose Broth)

2. BGLB ( Brilliant Green Lactose Broth) 2%

3. EMB (Eosin Methylene Blue) 4. Alkohol 70%

(50)

6. Wipol

3.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium

Timbang 10 gram bumbu siomay, lalu ditambahkan dengan 90 ml aquades atau

menggunakan buffet phospat. Kemudian saring dan ampasnya dibuang.

Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) atau Angka Paling Mungkin (APM) dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan menggunakan

metode tabung ganda : 3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml.

Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari :

1. Test Perkiraan (Presumtive Test) 2. Test Penegasan (Confirmative Test)

3.6.1 Test Perkiraan (Presumtive Test)

Media yang digunakan adalah Lactose Broth. Cara pemeriksaan :

1. Siapkan 9 tabung reaksi yang sudah diisi dengan tabung durham didalamnya

dimana tabung ke-1 sampai tabung ke-6 masing-masing berisi media Lactose Broth Single Strain sebanyak 10 ml. Kemudian tabung ke-7 sampai tabung ke-9 masing-masing berisi media Lactose Broth Double Strain. Tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-masing tabung diberi tanda berupa nomor urut, tanggal

pemeriksaan dan volume.

2. Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan yaitu bumbu

siomay. Masukkan ke dalam :

Tabung ke-1 sampai dengan tabung ke-3 masing-masing sebanyak 0,1 ml.

(51)

Tabung ke-7 sampai dengan tabung ke-9 masing-masing sebanyak 10 ml

Masing-masing tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen dan media

tercampur.

3. Inkubasikan pada suhu 35ºC- 37 ºC selama 24 jam. Setelah 24 jam diperiksa ada

tidaknya pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang

menunjukkan peragian lactose (pembentukan gas). Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan test (+) atau positif, maka dilanjutkan

dengan test penegasan.

Apabila test dalam waktu 24 jam tidak membentuk gas, dimasukkan ke dalam

inkubator kembali pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Bila terbentuk gas pada tabung

durham, hasil menunjukkan positif dan test dilanjutkan dengan test penegasan.

Bila test negatif berarti Escherichia coli negatif dan tidak perlu dilakukan test penegasan.

3.6.2 Test Penegasan (Confirmative Test)

Media yang dipergunakan adalah Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraaan.

Cara pemeriksaannya :

1. Dari tiap-tiap tabung Presumtive yang positif, dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung Confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%.

2. Tabung Confirmative diinkubasikan pada suhu 44 ºC selama 24 jam untuk memastikan adanya Coliform tinja.

3. Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2%

(52)

3.6.3 Pembacaan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung

yang menunjukkan adanya gas pada seri tabung yang diinkubasikan pada suhu 44 ºC.

Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel Most Probable Number (MPN) atau Angka Paling Mungkin (APM), maka akan diperoleh indeks MPN Coliform untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 37 ºC dan indeks Escherichia coli untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 44 ºC.

3.7 Definisi Operasional

1. Bumbu siomay adalah hasil olahan dari kacang tanah dengan penambahan bahan

lain seperti cabe rawit, cabe merah, bawang merah, bawang putih, gula merah,

asam jawa, kencur, gula pasir, garam, dan daun jeruk purut sebagai bumbu

pelengkap pada makanan jajanan siomay.

2. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,

orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat

menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan yang dinilai berdasarkan

wawancara dan observasi di tempat penjualan.

3. Memenuhi syarat kesehatan adalah keadaan dimana hasil observasi dan

wawancara sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 dan hasil

dari pemeriksaan di laboratorium sesuai dengan standar yang ditetapkan

Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 yaitu 0 per gram sampel (negatif).

4. Tidak memenuhi syarat kesehatan adalah keadaan dimana hasil observasi dan

wawancara tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 dan

(53)

ditetapkan Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 yaitu > 0 per gram sampel

(positif).

5. Jumlah kandungan Escherichia coli adalah jumlah Escherichia coli yang terdapat pada bumbu siomay yang berasal dari penjual siomay di sepanjang Jl. Dr.

Mansyur yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU dengan

metode test perkiraan dan test penegasan.

6. Pemeriksaan laboratorium adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan

alat dan cara kerja tertentu di dalam suatu ruangan khusus yakni di Laboratorium

Mikrobiologi FMIPA USU.

3.8 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah melihat gambaran hygiene sanitasi pengolahan bumbu

siomay yang dijual di sepanjang Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan di Kota Medan meliputi

pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,

penyimpanan makanan yang sudah masak, pengangkutan makanan dan penyajian

makanan serta fasilitas sanitasi yang tersedia.

Wawancara dan observasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner berupa

pertanyaan yang mengajukan dua kategori jawaban yaitu “ya” dan ”tidak”. Jika salah satu

pertanyaan dari wawancara dan observasi pada enam tahap hygiene sanitasi tidak sesuai

Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene

Sanitasi Makanan Jajanan, maka tahap tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Jika

dalam hasil pemeriksaan diperoleh data yang menunjukkan bahwa terdapat bakteri

(54)

syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang

Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasagoba.

3.9 Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil observasi dan wawancara hygiene <

Gambar

Tabel 2.1. Tabel ABTPK ( Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis )
Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Distribusi Pedagang Siomay Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan
Tabel 4.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan di instalasi gizi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar depot air minum isi ulang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi, pengawasan internal, dan perizinan.. Sedangkan kandungan

analisis dan pembahasan dari penelitian tentang Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan hygiene dan sanitasi makanan oleh penjamah makanan di rumah makan di sekitar kampus 1 UIN Alauddin Makassar

Terdapat banyak faktor yang meliputi higiene sanitasi pada pengelolaan makanan di rumah sakit, mulai dari memilih bahan makanan yang akan digunakan, berbagai

analisis dan pembahasan dari penelitian tentang Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan