• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Medan Denai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Medan Denai"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

OLEH

WIDYAWATI 087033008/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

WIDYAWATI 087033008/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM

PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI Nama Mahasiswa : Widyawati

Nomor Induk Mahasiswa : 087033008

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si ) Ketua

( Ir. Evi Naria, M.Kes ) Anggota

Ketua Program Studi

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )

Dekan

( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 30 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI

TESIS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Desember 2010

(6)

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kota Medan merupakan daerah endemis DBD di mana setiap tahunnya terjadi meningkatan kasus. Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan, di antaranya adalah kegiatan penyuluhan kesehatan. Namun hingga saat ini kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pre-test post-test control group design dengan sampel seluruh siswa SD kelas lima di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan Denai yang berjumlah 105 orang. Sampel dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok dengan satu kali penyuluhan, dua kali penyuluhan dan tanpa perlakuan yang jumlahnya masing-masing 35 orang. Penelitian ini dilakukan dengan cara pre-test untuk ketiga kelompok, kemudian diberikan penyuluhan kesehatan untuk kelompok perlakuan dan dilakukan post-test pada ketiga kelompok. Kelompok perlakuan akan menilai hasil penyuluhan yang diberikan meliputi materi, media, metode dan komunikator. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan uji t-test dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD dalam pencegahan DBD.

Hasil uji t-test menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok satu kali penyuluhan dan kelompok dua kali penyuluhan (p = 0,00). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan materi mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam peningkatan pengetahuan ( Nilai B = 0,590 dan p = 0,00) dan sikap ( Nilai B = 0,154

dan p = 0,039 ) untuk kelompok satu kali penyuluhan dan pengetahuan (Nilai B = 0,635 dan p = 0,000) pada kelompok dua kali penyuluhan, sedangkan

media mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam perubahan sikap (Nilai B = 0,524 dan p=0,001) pada siswa SD dalam pencegahan DBD.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan lebih dari dua kali agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswa SD yang akhirnya siswa dapat melakukan tindakan pencegahan DBD di lingkungan rumah dan sekolah.

(7)

ABSTRACT

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) until now is still one the health problem in Indonesia which can bring social and economic impact and related to human behavior. Medan City is en endemic area of DHF occur each year in which the increase of cases. Various attempts have been done to prevent DHF case and one of them is extension on health. But so far this activity has not shown an optimal result.

The purpose of this quasi-experimental study with pre and post test control group design to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever. The samples for this study were all of the 105 Grade V students of SD Negeri 060910 in Medan Denai Subdistrict. The samples were divided into 3 (three) groups such a group with once extension, a group with twice extension and a group without being given any extension consisting of 35 students. This study was conducted by doing a pre test for the three groups, then extensions on health were given to two experiment groups and then a post test was given to the three groups. The experiment groups would evaluate the results of extension given including the materials, media, method and communicators. Before and after extension, the data were analyzed through t-test

followed by multiple linear regression to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever.

The result of t-test showed that there was an average difference between the value of knowledge and attitude before and after the extension was given to the groups with once and twice extensions (p = 0,000). The result of multiple linear regression test showed that the materials of the extension had the dominant influence on the improvement of knowledge (value of B = 0,590 and p = 0,000) and attitude (value of B = 0,154 and p 0,039) for the group with once extension, and knowledge (value of B = 0,635 and p = 0,000) for group with twice extension. Media had the most dominant influence in changing attitude (value of B = 0,524 and p = 0,001) in the Primary School students in preventing dengue hemorrhage fever (DHF).

The District Health Office, especially health workers under their supervision are suggested to do the extension for more than twice in order to have the attitude changed, especially in improving the knowledge and attitude of Primary Scholl student that, finally, the student can do the prevention of DBD in their school and home environment.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

tesis ini yang berjudul “ Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan

Sikap Siswa Sekolah Dasar dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di

Kecamatan Medan Denai ”.

Penulisan Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(9)

4. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan

masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku komisi pembimbing yang telah memberikan

masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Wirsal Hasan, M.P.H selaku

penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Suamiku tercinta dan tersayang Muchlis, S.K.M serta ananda Muhammad

Fauzan dan Aulia Khusnul Arif yang penuh pengertian, kesabaran, motivasi

dan do’a dalam memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan

pendidikan ini tepat waktu.

8. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan

Denai yang telah menerima penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Para Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008, khususnya Minat Studi Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku atas dukungannya dan kebersamaan yang

diberikan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

(10)

Akhirnya hanya kepada Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan

atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini

dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan penelitian lanjutan.

Medan, Desember 2010

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Widyawati lahir di Medan pada tanggal 3 Desember 1972, merupakan anak

kedua dari 3 bersaudara dari Ayahanda Drs. Sarman Saputra dan Ibunda Aidar, saat

ini bertempat tinggal di Jalan Puskesmas Perumahan Griya Selasih Dusun V (Selasih)

Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar

Muhammadiyah 13 Medan tamat tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama Josua 1

Medan tamat tahun 1988, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan tamat tahun 1991,

Akademi Keperawatan Yayasan Binalita Sudama Medan tamat 1994, melanjutkan ke

Program Studi Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan ) Universitas Sumatera Utara

tamat tahun 2003. Tahun 2008 penulis mengikuti pendidikan lanjut S2 di Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tanggal 7 Pebruari 1999 dengan Muchlis S.K.M dan

sampai saat ini telah dikaruniai 2 orang putra yang bernama Muhammad Fauzan dan

Aulia Khusnul Arif.

Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Keperawatan

(12)

DAFTAR ISI

1.2. Permasalahan……….……….. 7

1.3. Tujuan Penelitian………...……….. 8

1.4. Hipotesis ………...……….. 8

1.5. Manfaat Penelitian……….……….. 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.……… 10

2.1. Penyuluhan Kesehatan …………...……… 10

2.2. Pengetahuan ... 21

2.6. Kerangka Kosep Penelitian………... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN………...……….. 43

3.1. Jenis Penelitian………..………... 42

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 43

3.3. Populasi dan Sampel...……….. 43

3.4. Metode Pengumpulan Data...……….. 44

3.5. Variabel dan Definisi Operasional...………... 49

3.6. Metode Pengukuran...………... 50

(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 54

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 54

4.2 Karakteristik Responden... 55

4.3 Analisis Univariat... 57

4.4. Analisis Bivariat... 62

4.5. Analisa Multivariat... 75

BAB 5. PEMBAHASAN... 78

5.1. Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan.... 78

5.2. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Perlakuan... 83

5.3. Pengaruh Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap………... 84 5.4. Keterbatasan Penelitian………... 86

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1. Kesimpulan... 88

6.2. Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 . Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 48

3.2. Metode Pengukuran... 52

4.1. Gambaran Siswa SD Negeri 060910………... 55

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur……….. 55

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 56

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Mendapatkan Informasi Tentang DBD………. 56

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan………. 57

4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum Diberikan Penyuluhan ………... 58

4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sesudah Diberikan Penyuluhan………. 59

4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Sesudah Diberikan Penyuluhan ………. 60

4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Evaluasi Proses Penyuluhan………. 62

4.10. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Satu Kali Penyuluhan………. 63

4.11. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Dua Kali Penyuluhan………. 64

(15)

4.13. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada

Kelompok Satu Kali Penyuluhan……… 65

4.14. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada

Kelompok Dua Kali Penyuluhan……… 65

4.15. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada

Kelompok Tanpa Penyuluhan……… 66

4.16. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan

Sesudah Diberikan Penyuluhan………... 67

4.17. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah

Diberikan Penyuluhan………. 67

4.18. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Pengetahuan pada

Kelompok Satu Kali penyuluhan……….. 69

4.19. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Sikap pada Kelompok

Satu Kali penyuluhan……….. 71

4.20. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Pengetahuan pada

Kelompok Dua Kali Penyuluhan……… 73

4.21. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Sikap pada Kelompok

Dua Kali Penyuluhan………... 75

4.22. Variabel Penelitian yang Paling Mempengaruhi terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Satu Kali Penyuluhan………… 76

4.23. Variabel Penelitian yang Paling Mempengaruhi terhadap Peningkatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 . Landasan Teori …….………..………... 39

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 41

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Materi Penyuluhan………... 93

2. Kuesioner Penelitian ... 103

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………... 108

4. Hasil Output Data Penelitian………. 112

(18)

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kota Medan merupakan daerah endemis DBD di mana setiap tahunnya terjadi meningkatan kasus. Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan, di antaranya adalah kegiatan penyuluhan kesehatan. Namun hingga saat ini kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pre-test post-test control group design dengan sampel seluruh siswa SD kelas lima di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan Denai yang berjumlah 105 orang. Sampel dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok dengan satu kali penyuluhan, dua kali penyuluhan dan tanpa perlakuan yang jumlahnya masing-masing 35 orang. Penelitian ini dilakukan dengan cara pre-test untuk ketiga kelompok, kemudian diberikan penyuluhan kesehatan untuk kelompok perlakuan dan dilakukan post-test pada ketiga kelompok. Kelompok perlakuan akan menilai hasil penyuluhan yang diberikan meliputi materi, media, metode dan komunikator. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan uji t-test dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD dalam pencegahan DBD.

Hasil uji t-test menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok satu kali penyuluhan dan kelompok dua kali penyuluhan (p = 0,00). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan materi mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam peningkatan pengetahuan ( Nilai B = 0,590 dan p = 0,00) dan sikap ( Nilai B = 0,154

dan p = 0,039 ) untuk kelompok satu kali penyuluhan dan pengetahuan (Nilai B = 0,635 dan p = 0,000) pada kelompok dua kali penyuluhan, sedangkan

media mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam perubahan sikap (Nilai B = 0,524 dan p=0,001) pada siswa SD dalam pencegahan DBD.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan lebih dari dua kali agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswa SD yang akhirnya siswa dapat melakukan tindakan pencegahan DBD di lingkungan rumah dan sekolah.

(19)

ABSTRACT

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) until now is still one the health problem in Indonesia which can bring social and economic impact and related to human behavior. Medan City is en endemic area of DHF occur each year in which the increase of cases. Various attempts have been done to prevent DHF case and one of them is extension on health. But so far this activity has not shown an optimal result.

The purpose of this quasi-experimental study with pre and post test control group design to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever. The samples for this study were all of the 105 Grade V students of SD Negeri 060910 in Medan Denai Subdistrict. The samples were divided into 3 (three) groups such a group with once extension, a group with twice extension and a group without being given any extension consisting of 35 students. This study was conducted by doing a pre test for the three groups, then extensions on health were given to two experiment groups and then a post test was given to the three groups. The experiment groups would evaluate the results of extension given including the materials, media, method and communicators. Before and after extension, the data were analyzed through t-test

followed by multiple linear regression to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever.

The result of t-test showed that there was an average difference between the value of knowledge and attitude before and after the extension was given to the groups with once and twice extensions (p = 0,000). The result of multiple linear regression test showed that the materials of the extension had the dominant influence on the improvement of knowledge (value of B = 0,590 and p = 0,000) and attitude (value of B = 0,154 and p 0,039) for the group with once extension, and knowledge (value of B = 0,635 and p = 0,000) for group with twice extension. Media had the most dominant influence in changing attitude (value of B = 0,524 and p = 0,001) in the Primary School students in preventing dengue hemorrhage fever (DHF).

The District Health Office, especially health workers under their supervision are suggested to do the extension for more than twice in order to have the attitude changed, especially in improving the knowledge and attitude of Primary Scholl student that, finally, the student can do the prevention of DBD in their school and home environment.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep ” Paradigma

Sehat ” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya

pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)

dibandingkan dengan upaya pelayanan pengobatan (kuratif) dan pemulihan

(rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda

(double burden), dimana penyakit infeksi menular masih memerlukan perhatian

besar, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit

degeneratif. Selanjutnya berbagai penyakit baru (new emerging disease) ditemukan,

serta kecendrungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang selama ini sudah

berhasil dikendalikan (re-emerging disease) (Depkes RI, 2003).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular

yang sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku

manusia. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan

dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup

(21)

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypty, muncul pertama kali pada tahun 1951 di Filipina dan selanjutnya menyebar

ke berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia penyakit DBD ini

pertama kali ditemukan di Surabaya dan DKI Jakarta pada tahun 1986, kemudian

menyebar ke berbagai daerah dengan jumlah kasus kematian yang terus meningkat

dari tahun ke tahun. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas

penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar

luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia

(Depkes RI, 2004).

Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara

sebagai Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dengan angka kesakitan dan kematian yang

relatif tinggi. Berdasarkan data di wilayah Provinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah

endemis DBD, yaitu ; Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten

Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan

Kabupaten Karo. Angka kejadian DBD di Propinsi Sumatera Utara dalam lima tahun

terakhir terus meningkat, tahun 2005 terjadi 3.790 kasus dengan kematian 68 orang,

tahun 2006 terjadi 2.222 kasus dengan kematian 34 orang, tahun 2007 terjadi 4.427

kasus dengan kematian 41 orang, tahun 2008 terjadi 4.401 kasus dengan kematian

50 orang dan tahun 2009 terjadi 4.705 kasus dengan kematian 58 orang (Dinkes.

Provinsi Sumut, 2010).

Dalam kurun waktu dua bulan (Januari - Pebruari 2010), dilaporkan sebanyak

(22)

daerah di Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara, kasus DBD terbanyak dilaporkan dari Kota Medan yakni

197 dirawat dan 1 orang meninggal. Kemudian, Deli Serdang 170 dirawat dan 3

orang meninggal, Pematang Siantar 129 dirawat dan 5 orang meninggal serta Tanjung

Balai 9 dirawat dan 1 orang meninggal

Kecamatan yang ada di Kota Medan semuanya sudah merupakan daerah

endemis DBD. Kecamatan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan

Kota, Medan Baru, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Selayang, Medan

Perjuangan dan Medan Petisah merupakan sepuluh kecamatan yang paling tinggi

kasusnya. Adapun angka kejadian DBD di Kota Medan dalam lima tahun terakhir

adalah sebagai berikut : tahun 2005 terjadi 1.960 kasus dengan kematian 24 orang,

tahun 2006 terjadi 1.376 kasus dengan kematian 20 orang, tahun 2007 terjadi 1.917

kasus dengan kematian 18 orang, tahun 2008 terjadi 1.545 kasus dengan kematian 14

orang dan tahun 2009 terjadi 1.940 kasus dengan kematan 18 orang ( Dinkes Kota

Medan, 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya tetap terjadi

kenaikan kasus DBD, walaupun selama ini berbagai upaya pencegahan dan

penanggulangan telah dilakukan. Dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk

DBD (PSN-DBD) melalui gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur),

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), abatisasi selektif, fogging atau pengasapan pada

(23)

Selain upaya-upaya yang disebutkan di atas, penyuluhan kesehatan juga

merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk merubah

perilaku masyarakat. Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok dan

masyarakat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan

perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang

maksimal, metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan

harus disesuaikan dengan sasaran.

Pada penelitian Kustini dan Betty (2007) memperlihatkan bahwa pendidikan

kesehatan berpengaruh positif terhadap perilaku aktif pada ibu-ibu terhadap

pencegahan DBD. Penelitian Rumondang (2008) juga memperlihatkan bahwa metode

ceramah dan film lebih berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan pada

dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD dari pada metode ceramah

dan leaflet.

Penyuluhan DBD berkaitan erat dengan peran serta masyarakat dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan DBD. Masyarakat seharusnya memahami bahwa

PSN-DBD adalah cara yang paling utama, efektif dan sederhana. Kegiatan ini harus

didukung oleh peran serta masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan

mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tempat, baik di rumah-rumah,

(24)

Sampai saat ini penyuluhan kesehatan belum menampakkan hasil yang optimal

dilihat dari peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD yang masih

rendah (Suhardiono, 2005), partisipasi orang tua dan wali murid khusunya ibu dalam

kegiatan pencegahan DBD di rumah masih sangat rendah (Hasanah, 2005).

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakan dasar

perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Sementara

itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40 – 50 %.

Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting.

Di Indonesia bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) yang merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat di sekolah

(Notoatmodjo, 2005).

Di dalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan karena

mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan di

sekolah adalah merupakan investasi (human investment) bagi pembangunan bangsa.

Oleh karena itu komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru dan karyawan

sekolah adalah merupakan sasaran dari promosi kesehatan di sekolah. Promosi

kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan

kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sekolah

merupakan lembaga yang dengan sengaja di dirikan untuk membina dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral maupun

(25)

Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara

upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku

hidup sehat. Hal ini disebabkan sekolah merupakan komunitas yang telah

terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan

masyarakat, anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima

perubahan atau pembaharuan, karena anak sekolah sedang berada dalam taraf

pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap

stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).

Penyuluhan lebih efektif dilakukan pada sekolah dengan sasaran pada siswa

sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena :

a. Secara statistik jumlah murid sekolah dasar (SD) adalah yang paling besar,

sehingga apabila model yang ditemukan cukup efektif untuk memberikan

kontribusi dalam penanggulangan DBD, maka diharapkan daya ungkitnya

terhadap pengendalian DBD cukup besar.

b. Anak-anak pada usia SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga

antusiasme mengikuti program lebih tinggi dari anak sekolah menengah pertama

(SMP)/ sekolah menengah atas (SMA) (Winch dkk, 2002).

c. Pendidikan kesehatan paling ideal jika dimulai sejak usia dini, melibatkan

seluruh komponen perilakunya, dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor, serta

menggunakan pendekatan active learning, sebab dengan pendekatan ini

(26)

anak-anak bisa memilih apa yang paling baik mereka lakukan dan mereka bisa

memberikan makna atas apa yang mereka lihat (Jensen dan Simovska, 2005).

Kota Medan mempunyai jumlah sekolah dasar (SD) mencapai 841 unit dengan

jumlah siswa sebanyak 272.155 orang ( Profil Kota Medan, 2009). Hal ini merupakan

potensi yang besar jika dapat diberdayakan dalam melaksanakan pencegahan DBD di

lingkungan masing-masing. Apabila seluruh siswa mempunyai pengetahuan yang

baik dan sikap yang positif dapat melaksanakan kegiatan pencegahan DBD akan

diharapkan penurunan kasus DBD di Kota Medan.

Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap meningkatkan pengetahuan dan sikap pada

siswa sekolah dasar dalam pencegahan DBD sehingga mempunyai dampak pada

penurunan kasus DBD.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan

adalah belum optimalnya penyuluhan DBD yang dilakukan selama ini serta melihat

potensi yang besar dari siswa sekolah dasar, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar

(27)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue.

2. Menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap

siswa sekolah dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar terhadap

pencegahan Demam Berdarah Dengue sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan.

2. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa

sekolah dasar terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk program

pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue melalui

(28)

2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Sekolah agar dapat memberdayakan

siswa sekolah dasar sebagai potensi yang besar untuk ikut berperan dalam

pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

3. Bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan

masyarakat khususnya dalam bidang promosi kesehatan dalam melakukan

penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan dan pemberantasan Demam

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan 2.1.1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat

untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan

meminta pertolongan (Effendy, 2003).

2.1.2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,

klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan

kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga

(30)

dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk

dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok

ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang

rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di

berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam

perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat

dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat

pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,

sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi

yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak

terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya

menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk

(31)

2.1.4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode

yang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku

baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku

baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah

yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya

klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum

(32)

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini

mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode

yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi

apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan

diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi

kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat

bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat

menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat

menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh

(33)

Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,

seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal

mungkin.

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap

hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode

yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat

pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada

umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media

massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media

massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan

dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan

(34)

2.1.5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.1.5.1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam

menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi

untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,

2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada

setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak

indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin

jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini

dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek

sehingga mempermudah persepsi.

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,

mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,

merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk

belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang

diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,

mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan

akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan

pengertian yang diperoleh.

(35)

a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu

ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan

misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga

dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu

proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara

dan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada

waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, videocassette dan lain-lain.

Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat

peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan yang hendak dicapai

a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat

dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah

laku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/

(36)

masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,

prosedur dan tindakin.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap

harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus

mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat

sehingga mempunyai hasil yang maksimal.

2.1.5.2. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke

arah positif terhadap kesehatan.

Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan

yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat

mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke

perilaku yang positif.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan

penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

(37)

d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi

menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini

adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau

tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi

kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,

mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak

memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan

mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar

dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media

ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media

cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,

(38)

seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta

jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,

sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan

matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar

lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,

sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh

panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat

canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

mengoperasikannya.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan

sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan

(39)

2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor

penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan

dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan

kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat

didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga

membosankan.

2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima

pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak

begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan

kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah

tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal

sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan

waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian

sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran

penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang

digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang

(40)

2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman

yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya

(Keraf, 2001).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005).

2.2.2.Tingkatan pengetahuan

Notoatmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap

obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain

kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali

(Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,

(41)

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,

menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih

ada kaitannya antara satu dengan lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada

(42)

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

dengan menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima

informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan

nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek

fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat

dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir

(43)

d. Minat

Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman.

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang

baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman

terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan

yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya

dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena

lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

(44)

2.3. Sikap 2.3.1. Pengertian

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau

merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari

suatu objek rangsangan (Sarwono, 2003).

Allen, et.al. dalam Azwar (2005), menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola

perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap

stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

2.3.1. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam dari Notoatmodjo (2005), sikap terdiri dari tiga

komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu :

a. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap.

Komponen kognitif berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu

terhadap suatu objek. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan

pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah kontroversial. Misalnya

sikap seseorang terhadap DBD berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang

(45)

b. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional

subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan

individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Misalnya

bagaimana orang menilai terhadap penyakit DBD, apakah penyakit tersebut biasa

saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap terhadap penyakit

DBD, apa yang dilakukan seseorang agar mencegah atau tidak terkena DBD.

Interaksi antara komponen tersebut adalah selaras dan konsisten. Hal ini

dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga

komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja

diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi

ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap (Azwar,

2005).

2.3.1.Tingkatan Sikap

(46)

1. Menerima ( receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu

benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu

setuju dan tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif

dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki

intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun

(47)

2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap

Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar

terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan,

seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

Apakah penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau sikap negatif,

akan tergantung pada berbagai faktor lain.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman

akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2. Pengaruh orang lain

Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang

mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang diharapkan,

yang tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya akan banyak

mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang

(48)

sosialnya lebh tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau

suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap. Apabila hidup dalam masyarakat yang mempunyai

norma sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung.

Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kelompok,

maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan

individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas

pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap

tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai

(49)

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaranannya.

Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama menentukan sistem kepercayaan

maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan

dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

6. Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan

sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi

dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh

bentuk sikap yang didasari oleh factor emosional adalah prasangka (prejudice).

Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan

kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.

2.5. Demam Berdarah Dengue 2.5.1. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue dan dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang sering

(50)

2.5.2. Penyebab

Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti. Virus sebagai penyebab DBD ini sampai sekarang dikenal ada empat tipe

yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Virus ini termasuk dalam group B Arthopod Borne Virus. Ke

empat serotype virus ini ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Hasil penelitian di

Indonesia menunjukkan bahwa virus dengue tipe 3 merupakan serotype yang

dominan untuk menyebabkan kasus yang berat (Depkes, RI, 2005).

2.5.3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari DBD menurut Depkes (2005) adalah :

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus

selama 2 – 7 hari. Demam dapat menurun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi

dan pada hari ke-6 atau ke-7 demam mendadak menurun.

b. Perdarahan terjadi di semua organ, seperti manifestasi perdarahan di bawah kulit

yaitu dengan uji tourniquet (Rumple Leede ) positif, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, melena dan hematuria.

2.5.4. Derajat DBD

Derajat DBD menurut Depkes (2005) dikelompokkan dalam empat derajat

yaitu :

a. Derajat I, yaitu demam disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala

(51)

b. Derajat II, yaitu gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah perdarahan

spontan biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit atau bentuk perdarahan

lainnya.

c. Derajat III, yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat

dan lemah, hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien

gelisah.

d. Derajat IV, yaitu syok berat dengan tidak teraba denyut nadi maupun tekanan

darah.

2.5.5. Cara Penularan

Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk tersebut mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia

yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada

manusia pada gigitan berikutnya.

2.5.6. Pengobatan

Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus

dengue belum ada. Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita DBD adalah

penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma dan pemberian obat

(52)

2.5.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah

memberantas vector yaitu nyamuk Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap

jentik-jentik penyakit. Hal ini dikarenakan vaksin untuk mencegah dan obat untuk

membasmi virus dengue belum tersedia ( Depkes RI, 2005). Cara pencegahan yang

dianggap paling tepat adalah :

1. Pemberantasan nyamuk dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan

(pengasapan/fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang

hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di

dinding rumah.

Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus

dengan interval satu minggu. Pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk

yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk nyamuk lainya

akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan

mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan

terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan

siklus kedua. Penyemprotan kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan

yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum

(53)

2. Pemberantasan jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dilakukan

dengan cara :

a. Fisik

PSN dengan cara fisik dikenal dengan kegiatan 3M yaitu menguras dan

menyikat bak mandi, bak WC dan lain-lain, menutup tempat penampungan air

rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain), mengubur, menyingkirkan atau

memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban, tempurung dan

lain-lain.Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur

sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang

biak di tempat itu.

Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3M plus yaitu mengganti air di dalam

vas bunga, tempat minum burung atau tempat yang sejenis seminggu sekali,

memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar/rusak, membersihkan dan

mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air hujan seperti pelepah

pisang, melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik

(abate) di tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memasang

kawat kasa di rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam

kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memakai, menggunakan

(54)

b. Kimia

Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik ini antara lain dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang

biasa digunakan antara lain temephos. Formulasi temephos yang digunakan

adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±

1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini

mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan

insect growth regulator.

c. Biologi

Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah dengan

memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan

cupang/tempalo dan lain-lain.

2.6. Usaha Kesehatan Sekolah 2.6.1. Pengertian

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan

kebiasaaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan

dan pelayanan kesehatan di sekolah (Mubaraq, 2009).

Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu wahana untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat yang pada

(55)

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan upaya terpadu lintas program dan

sektoral yang ditinjau dari sudut pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan

salah satu strategi untuk mencapai kemandirian masyarakat khususnya peserta didik

dalam mengatasi masalah kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan selanjutnya akan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal

(Depkes RI, 1995).

2.6.2. Tujuan UKS

Tujuan umum dari UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan

derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingungan sehat sehingga

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka

pembentukan manusia seutuhnya, sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan

derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya menurunkan angka kesakitan

anak sekolah, meningkatkan kesehatan pesera didik baik fisik, mental maupun sosial,

serta memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip

hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha kesehatan di sekolah, di rumah

maupun di lingkungan masyarakat (Mubaraq, 2009).

2.6.3. Ruang Lingkup

Kegiatan utama UKS disebut dengan Tri Program UKS (Trias UKS) yang

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................
Gambar 2.1. Landasan Teori (Green, 2005)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kinerja campuran HRS-WC iller abu am pas tebu berdasarkan pengujian dengan alat Marshall yaitu, (1)KAO campuran sebesar 7,25%; (2) stabilitas campuran meningkat dan

Pada saat kompresor memampatkan udara atau gas, ia bekerja sebagai penguat ( meningkatkan tekanan ), dan sebaliknya kompresor juga dapat berfungsi sebagai pompa

Kemudian dari hasil uji swelling menunjukkan bahwa derajat pengembangan poloakrilamida yang dicuci menggunakan air lebih besar dibandingkan dengan poliakrilamida yang

Pelayanan publik dalam pengurusan E-KTP sudah sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam pembuiatan E-KTP dal ini memudahkan dalam pembuatan E-KTP yang baik dan benar yang

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah: penggunaan metode mind map dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Teknik Arsitektur FPTK UPI yang telah membantu Peneliti dalam proses..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan