PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI
TESIS
OLEH
WIDYAWATI 087033008/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
WIDYAWATI 087033008/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH
DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI Nama Mahasiswa : Widyawati
Nomor Induk Mahasiswa : 087033008
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
( Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si ) Ketua
( Ir. Evi Naria, M.Kes ) Anggota
Ketua Program Studi
( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )
Dekan
( Dr. Drs. Surya Utama, M.S )
Telah Diuji
Pada Tanggal : 30 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MEDAN DENAI
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Desember 2010
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kota Medan merupakan daerah endemis DBD di mana setiap tahunnya terjadi meningkatan kasus. Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan, di antaranya adalah kegiatan penyuluhan kesehatan. Namun hingga saat ini kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pre-test post-test control group design dengan sampel seluruh siswa SD kelas lima di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan Denai yang berjumlah 105 orang. Sampel dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok dengan satu kali penyuluhan, dua kali penyuluhan dan tanpa perlakuan yang jumlahnya masing-masing 35 orang. Penelitian ini dilakukan dengan cara pre-test untuk ketiga kelompok, kemudian diberikan penyuluhan kesehatan untuk kelompok perlakuan dan dilakukan post-test pada ketiga kelompok. Kelompok perlakuan akan menilai hasil penyuluhan yang diberikan meliputi materi, media, metode dan komunikator. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan uji t-test dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD dalam pencegahan DBD.
Hasil uji t-test menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok satu kali penyuluhan dan kelompok dua kali penyuluhan (p = 0,00). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan materi mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam peningkatan pengetahuan ( Nilai B = 0,590 dan p = 0,00) dan sikap ( Nilai B = 0,154
dan p = 0,039 ) untuk kelompok satu kali penyuluhan dan pengetahuan (Nilai B = 0,635 dan p = 0,000) pada kelompok dua kali penyuluhan, sedangkan
media mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam perubahan sikap (Nilai B = 0,524 dan p=0,001) pada siswa SD dalam pencegahan DBD.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan lebih dari dua kali agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswa SD yang akhirnya siswa dapat melakukan tindakan pencegahan DBD di lingkungan rumah dan sekolah.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhage Fever (DHF) until now is still one the health problem in Indonesia which can bring social and economic impact and related to human behavior. Medan City is en endemic area of DHF occur each year in which the increase of cases. Various attempts have been done to prevent DHF case and one of them is extension on health. But so far this activity has not shown an optimal result.
The purpose of this quasi-experimental study with pre and post test control group design to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever. The samples for this study were all of the 105 Grade V students of SD Negeri 060910 in Medan Denai Subdistrict. The samples were divided into 3 (three) groups such a group with once extension, a group with twice extension and a group without being given any extension consisting of 35 students. This study was conducted by doing a pre test for the three groups, then extensions on health were given to two experiment groups and then a post test was given to the three groups. The experiment groups would evaluate the results of extension given including the materials, media, method and communicators. Before and after extension, the data were analyzed through t-test
followed by multiple linear regression to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever.
The result of t-test showed that there was an average difference between the value of knowledge and attitude before and after the extension was given to the groups with once and twice extensions (p = 0,000). The result of multiple linear regression test showed that the materials of the extension had the dominant influence on the improvement of knowledge (value of B = 0,590 and p = 0,000) and attitude (value of B = 0,154 and p 0,039) for the group with once extension, and knowledge (value of B = 0,635 and p = 0,000) for group with twice extension. Media had the most dominant influence in changing attitude (value of B = 0,524 and p = 0,001) in the Primary School students in preventing dengue hemorrhage fever (DHF).
The District Health Office, especially health workers under their supervision are suggested to do the extension for more than twice in order to have the attitude changed, especially in improving the knowledge and attitude of Primary Scholl student that, finally, the student can do the prevention of DBD in their school and home environment.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
tesis ini yang berjudul “ Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan
Sikap Siswa Sekolah Dasar dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Medan Denai ”.
Penulisan Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan Tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp. A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
4. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan
masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
5. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku komisi pembimbing yang telah memberikan
masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Wirsal Hasan, M.P.H selaku
penguji tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi
kesempurnaan penulisan tesis ini.
7. Suamiku tercinta dan tersayang Muchlis, S.K.M serta ananda Muhammad
Fauzan dan Aulia Khusnul Arif yang penuh pengertian, kesabaran, motivasi
dan do’a dalam memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan
pendidikan ini tepat waktu.
8. Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan
Denai yang telah menerima penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Para Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10.Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008, khususnya Minat Studi Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku atas dukungannya dan kebersamaan yang
diberikan selama ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
Akhirnya hanya kepada Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan
atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk
itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini
dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan penelitian lanjutan.
Medan, Desember 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Widyawati lahir di Medan pada tanggal 3 Desember 1972, merupakan anak
kedua dari 3 bersaudara dari Ayahanda Drs. Sarman Saputra dan Ibunda Aidar, saat
ini bertempat tinggal di Jalan Puskesmas Perumahan Griya Selasih Dusun V (Selasih)
Desa Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar
Muhammadiyah 13 Medan tamat tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama Josua 1
Medan tamat tahun 1988, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan tamat tahun 1991,
Akademi Keperawatan Yayasan Binalita Sudama Medan tamat 1994, melanjutkan ke
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1 Keperawatan ) Universitas Sumatera Utara
tamat tahun 2003. Tahun 2008 penulis mengikuti pendidikan lanjut S2 di Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah pada tanggal 7 Pebruari 1999 dengan Muchlis S.K.M dan
sampai saat ini telah dikaruniai 2 orang putra yang bernama Muhammad Fauzan dan
Aulia Khusnul Arif.
Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Keperawatan
DAFTAR ISI
1.2. Permasalahan……….……….. 7
1.3. Tujuan Penelitian………...……….. 8
1.4. Hipotesis ………...……….. 8
1.5. Manfaat Penelitian……….……….. 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.……… 10
2.1. Penyuluhan Kesehatan …………...……… 10
2.2. Pengetahuan ... 21
2.6. Kerangka Kosep Penelitian………... 41
BAB 3. METODE PENELITIAN………...……….. 43
3.1. Jenis Penelitian………..………... 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 43
3.3. Populasi dan Sampel...……….. 43
3.4. Metode Pengumpulan Data...……….. 44
3.5. Variabel dan Definisi Operasional...………... 49
3.6. Metode Pengukuran...………... 50
BAB 4. HASIL PENELITIAN... 54
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 54
4.2 Karakteristik Responden... 55
4.3 Analisis Univariat... 57
4.4. Analisis Bivariat... 62
4.5. Analisa Multivariat... 75
BAB 5. PEMBAHASAN... 78
5.1. Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan.... 78
5.2. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah Penyuluhan Berdasarkan Perlakuan... 83
5.3. Pengaruh Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap………... 84 5.4. Keterbatasan Penelitian………... 86
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 88
6.1. Kesimpulan... 88
6.2. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1 . Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 48
3.2. Metode Pengukuran... 52
4.1. Gambaran Siswa SD Negeri 060910………... 55
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur……….. 55
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 56
4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Mendapatkan Informasi Tentang DBD………. 56
4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan………. 57
4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum Diberikan Penyuluhan ………... 58
4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sesudah Diberikan Penyuluhan………. 59
4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Sesudah Diberikan Penyuluhan ………. 60
4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Evaluasi Proses Penyuluhan………. 62
4.10. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Satu Kali Penyuluhan………. 63
4.11. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Dua Kali Penyuluhan………. 64
4.13. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada
Kelompok Satu Kali Penyuluhan……… 65
4.14. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada
Kelompok Dua Kali Penyuluhan……… 65
4.15. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah pada
Kelompok Tanpa Penyuluhan……… 66
4.16. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Diberikan Penyuluhan………... 67
4.17. Perbandingan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Diberikan Penyuluhan………. 67
4.18. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Pengetahuan pada
Kelompok Satu Kali penyuluhan……….. 69
4.19. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Sikap pada Kelompok
Satu Kali penyuluhan……….. 71
4.20. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Pengetahuan pada
Kelompok Dua Kali Penyuluhan……… 73
4.21. Hubungan Komponen Proses Penyuluhan dengan Sikap pada Kelompok
Dua Kali Penyuluhan………... 75
4.22. Variabel Penelitian yang Paling Mempengaruhi terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Satu Kali Penyuluhan………… 76
4.23. Variabel Penelitian yang Paling Mempengaruhi terhadap Peningkatan
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 . Landasan Teori …….………..………... 39
2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Materi Penyuluhan………... 93
2. Kuesioner Penelitian ... 103
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas………... 108
4. Hasil Output Data Penelitian………. 112
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kota Medan merupakan daerah endemis DBD di mana setiap tahunnya terjadi meningkatan kasus. Berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan telah dilakukan, di antaranya adalah kegiatan penyuluhan kesehatan. Namun hingga saat ini kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa Sekolah Dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pre-test post-test control group design dengan sampel seluruh siswa SD kelas lima di SD Negeri 060910 di Kecamatan Medan Denai yang berjumlah 105 orang. Sampel dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok dengan satu kali penyuluhan, dua kali penyuluhan dan tanpa perlakuan yang jumlahnya masing-masing 35 orang. Penelitian ini dilakukan dengan cara pre-test untuk ketiga kelompok, kemudian diberikan penyuluhan kesehatan untuk kelompok perlakuan dan dilakukan post-test pada ketiga kelompok. Kelompok perlakuan akan menilai hasil penyuluhan yang diberikan meliputi materi, media, metode dan komunikator. Untuk analisis data sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan dengan uji t-test dilanjutkan dengan uji regresi linear berganda untuk melihat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD dalam pencegahan DBD.
Hasil uji t-test menunjukkan terdapat perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok satu kali penyuluhan dan kelompok dua kali penyuluhan (p = 0,00). Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan materi mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam peningkatan pengetahuan ( Nilai B = 0,590 dan p = 0,00) dan sikap ( Nilai B = 0,154
dan p = 0,039 ) untuk kelompok satu kali penyuluhan dan pengetahuan (Nilai B = 0,635 dan p = 0,000) pada kelompok dua kali penyuluhan, sedangkan
media mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam perubahan sikap (Nilai B = 0,524 dan p=0,001) pada siswa SD dalam pencegahan DBD.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan lebih dari dua kali agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada siswa SD yang akhirnya siswa dapat melakukan tindakan pencegahan DBD di lingkungan rumah dan sekolah.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhage Fever (DHF) until now is still one the health problem in Indonesia which can bring social and economic impact and related to human behavior. Medan City is en endemic area of DHF occur each year in which the increase of cases. Various attempts have been done to prevent DHF case and one of them is extension on health. But so far this activity has not shown an optimal result.
The purpose of this quasi-experimental study with pre and post test control group design to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever. The samples for this study were all of the 105 Grade V students of SD Negeri 060910 in Medan Denai Subdistrict. The samples were divided into 3 (three) groups such a group with once extension, a group with twice extension and a group without being given any extension consisting of 35 students. This study was conducted by doing a pre test for the three groups, then extensions on health were given to two experiment groups and then a post test was given to the three groups. The experiment groups would evaluate the results of extension given including the materials, media, method and communicators. Before and after extension, the data were analyzed through t-test
followed by multiple linear regression to analyzed the influence of the extension on health on the knowledge and attitude of Primary School student in preventing Dengue Hemorrhage Fever.
The result of t-test showed that there was an average difference between the value of knowledge and attitude before and after the extension was given to the groups with once and twice extensions (p = 0,000). The result of multiple linear regression test showed that the materials of the extension had the dominant influence on the improvement of knowledge (value of B = 0,590 and p = 0,000) and attitude (value of B = 0,154 and p 0,039) for the group with once extension, and knowledge (value of B = 0,635 and p = 0,000) for group with twice extension. Media had the most dominant influence in changing attitude (value of B = 0,524 and p = 0,001) in the Primary School students in preventing dengue hemorrhage fever (DHF).
The District Health Office, especially health workers under their supervision are suggested to do the extension for more than twice in order to have the attitude changed, especially in improving the knowledge and attitude of Primary Scholl student that, finally, the student can do the prevention of DBD in their school and home environment.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep ” Paradigma
Sehat ” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
dibandingkan dengan upaya pelayanan pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden), dimana penyakit infeksi menular masih memerlukan perhatian
besar, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit
degeneratif. Selanjutnya berbagai penyakit baru (new emerging disease) ditemukan,
serta kecendrungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang selama ini sudah
berhasil dikendalikan (re-emerging disease) (Depkes RI, 2003).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular
yang sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku
manusia. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypty, muncul pertama kali pada tahun 1951 di Filipina dan selanjutnya menyebar
ke berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia penyakit DBD ini
pertama kali ditemukan di Surabaya dan DKI Jakarta pada tahun 1986, kemudian
menyebar ke berbagai daerah dengan jumlah kasus kematian yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar
luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah di Indonesia
(Depkes RI, 2004).
Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara
sebagai Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dengan angka kesakitan dan kematian yang
relatif tinggi. Berdasarkan data di wilayah Provinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah
endemis DBD, yaitu ; Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan
Kabupaten Karo. Angka kejadian DBD di Propinsi Sumatera Utara dalam lima tahun
terakhir terus meningkat, tahun 2005 terjadi 3.790 kasus dengan kematian 68 orang,
tahun 2006 terjadi 2.222 kasus dengan kematian 34 orang, tahun 2007 terjadi 4.427
kasus dengan kematian 41 orang, tahun 2008 terjadi 4.401 kasus dengan kematian
50 orang dan tahun 2009 terjadi 4.705 kasus dengan kematian 58 orang (Dinkes.
Provinsi Sumut, 2010).
Dalam kurun waktu dua bulan (Januari - Pebruari 2010), dilaporkan sebanyak
daerah di Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara, kasus DBD terbanyak dilaporkan dari Kota Medan yakni
197 dirawat dan 1 orang meninggal. Kemudian, Deli Serdang 170 dirawat dan 3
orang meninggal, Pematang Siantar 129 dirawat dan 5 orang meninggal serta Tanjung
Balai 9 dirawat dan 1 orang meninggal
Kecamatan yang ada di Kota Medan semuanya sudah merupakan daerah
endemis DBD. Kecamatan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan
Kota, Medan Baru, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Selayang, Medan
Perjuangan dan Medan Petisah merupakan sepuluh kecamatan yang paling tinggi
kasusnya. Adapun angka kejadian DBD di Kota Medan dalam lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut : tahun 2005 terjadi 1.960 kasus dengan kematian 24 orang,
tahun 2006 terjadi 1.376 kasus dengan kematian 20 orang, tahun 2007 terjadi 1.917
kasus dengan kematian 18 orang, tahun 2008 terjadi 1.545 kasus dengan kematian 14
orang dan tahun 2009 terjadi 1.940 kasus dengan kematan 18 orang ( Dinkes Kota
Medan, 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya tetap terjadi
kenaikan kasus DBD, walaupun selama ini berbagai upaya pencegahan dan
penanggulangan telah dilakukan. Dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD (PSN-DBD) melalui gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur),
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), abatisasi selektif, fogging atau pengasapan pada
Selain upaya-upaya yang disebutkan di atas, penyuluhan kesehatan juga
merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk merubah
perilaku masyarakat. Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).
Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan
perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang
maksimal, metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan
harus disesuaikan dengan sasaran.
Pada penelitian Kustini dan Betty (2007) memperlihatkan bahwa pendidikan
kesehatan berpengaruh positif terhadap perilaku aktif pada ibu-ibu terhadap
pencegahan DBD. Penelitian Rumondang (2008) juga memperlihatkan bahwa metode
ceramah dan film lebih berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan pada
dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD dari pada metode ceramah
dan leaflet.
Penyuluhan DBD berkaitan erat dengan peran serta masyarakat dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan DBD. Masyarakat seharusnya memahami bahwa
PSN-DBD adalah cara yang paling utama, efektif dan sederhana. Kegiatan ini harus
didukung oleh peran serta masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan
mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tempat, baik di rumah-rumah,
Sampai saat ini penyuluhan kesehatan belum menampakkan hasil yang optimal
dilihat dari peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD yang masih
rendah (Suhardiono, 2005), partisipasi orang tua dan wali murid khusunya ibu dalam
kegiatan pencegahan DBD di rumah masih sangat rendah (Hasanah, 2005).
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakan dasar
perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan. Sementara
itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40 – 50 %.
Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting.
Di Indonesia bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) yang merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat di sekolah
(Notoatmodjo, 2005).
Di dalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan karena
mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan di
sekolah adalah merupakan investasi (human investment) bagi pembangunan bangsa.
Oleh karena itu komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru dan karyawan
sekolah adalah merupakan sasaran dari promosi kesehatan di sekolah. Promosi
kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sekolah
merupakan lembaga yang dengan sengaja di dirikan untuk membina dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral maupun
Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif diantara
upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku
hidup sehat. Hal ini disebabkan sekolah merupakan komunitas yang telah
terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan
masyarakat, anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima
perubahan atau pembaharuan, karena anak sekolah sedang berada dalam taraf
pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap
stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).
Penyuluhan lebih efektif dilakukan pada sekolah dengan sasaran pada siswa
sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena :
a. Secara statistik jumlah murid sekolah dasar (SD) adalah yang paling besar,
sehingga apabila model yang ditemukan cukup efektif untuk memberikan
kontribusi dalam penanggulangan DBD, maka diharapkan daya ungkitnya
terhadap pengendalian DBD cukup besar.
b. Anak-anak pada usia SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga
antusiasme mengikuti program lebih tinggi dari anak sekolah menengah pertama
(SMP)/ sekolah menengah atas (SMA) (Winch dkk, 2002).
c. Pendidikan kesehatan paling ideal jika dimulai sejak usia dini, melibatkan
seluruh komponen perilakunya, dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor, serta
menggunakan pendekatan active learning, sebab dengan pendekatan ini
anak-anak bisa memilih apa yang paling baik mereka lakukan dan mereka bisa
memberikan makna atas apa yang mereka lihat (Jensen dan Simovska, 2005).
Kota Medan mempunyai jumlah sekolah dasar (SD) mencapai 841 unit dengan
jumlah siswa sebanyak 272.155 orang ( Profil Kota Medan, 2009). Hal ini merupakan
potensi yang besar jika dapat diberdayakan dalam melaksanakan pencegahan DBD di
lingkungan masing-masing. Apabila seluruh siswa mempunyai pengetahuan yang
baik dan sikap yang positif dapat melaksanakan kegiatan pencegahan DBD akan
diharapkan penurunan kasus DBD di Kota Medan.
Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap meningkatkan pengetahuan dan sikap pada
siswa sekolah dasar dalam pencegahan DBD sehingga mempunyai dampak pada
penurunan kasus DBD.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan
adalah belum optimalnya penyuluhan DBD yang dilakukan selama ini serta melihat
potensi yang besar dari siswa sekolah dasar, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
1. Menganalisis perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue.
2. Menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap
siswa sekolah dasar dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue.
1.4. Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar terhadap
pencegahan Demam Berdarah Dengue sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan.
2. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa
sekolah dasar terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk program
pencegahan dan pemberantasan Demam Berdarah Dengue melalui
2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Sekolah agar dapat memberdayakan
siswa sekolah dasar sebagai potensi yang besar untuk ikut berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah Dengue.
3. Bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan
masyarakat khususnya dalam bidang promosi kesehatan dalam melakukan
penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan dan pemberantasan Demam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan Kesehatan 2.1.1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan
ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan
meminta pertolongan (Effendy, 2003).
2.1.2. Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,
klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan
kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga
dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk
dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok
ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang
rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di
berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam
perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat
dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat
pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).
2.1.3. Materi/pesan
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi
yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak
terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk
2.1.4. Metode
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode
yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku
baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah
yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum
2. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu
metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini
mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1). Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
a. Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi
kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat
bantu pengajaran.
b. Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat
menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat
menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh
Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,
seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal
mungkin.
2). Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola
salju, memainkan peranan, permainan simulasi.
3. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media
massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media
massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan
dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
2.1.5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.1.5.1. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi
untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,
2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin
jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah persepsi.
Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,
mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,
merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk
belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang
diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,
mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan
akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan
pengertian yang diperoleh.
a. Alat bantu lihat
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu
ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan
misalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tiga
dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.
b. Alat bantu dengar
Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktu
proses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suara
dan lain-lain.
c. Alat bantu lihat-dengar
Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran pada
waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, videocassette dan lain-lain.
Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat
peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan yang hendak dicapai
a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat
dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah
laku/kebiasaan yang baru.
b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/
masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,
prosedur dan tindakin.
2. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat0berguna sebagai alat rantu belajar dan tetap
harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus
mengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat
sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
2.1.5.2. Media Penyuluhan
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke
arah positif terhadap kesehatan.
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan
yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke
perilaku yang positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi
menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan
mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar
dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media
ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media
cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan
penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar
lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor
penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
1. Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan
dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan
kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat
didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga
membosankan.
2. Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima
pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak
begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan
kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah
tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal
sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
3. Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan
waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian
sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran
penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang
digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang
2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman
yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya
(Keraf, 2001).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005).
2.2.2.Tingkatan pengetahuan
Notoatmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap
obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain
kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali
(Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan,
menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih
ada kaitannya antara satu dengan lainnya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
dengan menanyakan tentang materi yang akan diukur dari subjek penelitian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai berikut :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima
informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan rendah maka akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan
nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat
dikatagorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir
d. Minat
Minat adalah suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman.
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang
baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun jika pengalaman
terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan
yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya
dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai
budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karena
lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
2.3. Sikap 2.3.1. Pengertian
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau
merespon sesuatu baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari
suatu objek rangsangan (Sarwono, 2003).
Allen, et.al. dalam Azwar (2005), menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap
stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
2.3.1. Komponen Sikap
Menurut Allport (1954) dalam dari Notoatmodjo (2005), sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang satu sama lain yaitu :
a. Komponen kognitif (cognitive)
Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap.
Komponen kognitif berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu
terhadap suatu objek. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan
pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah kontroversial. Misalnya
sikap seseorang terhadap DBD berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang
b. Komponen afektif (affective)
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan
individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Misalnya
bagaimana orang menilai terhadap penyakit DBD, apakah penyakit tersebut biasa
saja atau penyakit yang membahayakan.
c. Komponen konatif (conative)
Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Misalnya sikap terhadap penyakit
DBD, apa yang dilakukan seseorang agar mencegah atau tidak terkena DBD.
Interaksi antara komponen tersebut adalah selaras dan konsisten. Hal ini
dikarenakan apabila dihadapkan dengan suatu obyek sikap yang sama maka ketiga
komponen itu harus mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja
diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain maka akan terjadi
ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap (Azwar,
2005).
2.3.1.Tingkatan Sikap
1. Menerima ( receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Sikap mempunyai arah artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu
setuju dan tidak setuju. Orang yang setuju terhadap suatu objek maka arahnya positif
dan sebaliknya orang yang tidak setuju maka arahnya negatif. Sikap memiliki
intensitas artinya kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap
Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan,
seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Apakah penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau sikap negatif,
akan tergantung pada berbagai faktor lain.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman
akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Pengaruh orang lain
Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, yang diharapkan,
yang tidak ingin dikecewakan atau orang yang berarti khususnya akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang
sosialnya lebh tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau
suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap. Apabila hidup dalam masyarakat yang mempunyai
norma sangat mungkin individu tersebut akan mempunyai sikap yang mendukung.
Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kelompok,
maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan
individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.
4. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas
pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap
tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajaranannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama menentukan sistem kepercayaan
maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan
dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
6. Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan
sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi
dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh
bentuk sikap yang didasari oleh factor emosional adalah prasangka (prejudice).
Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari oleh kelainan
kepribadian pada orang-orang yang sangat frustasi.
2.5. Demam Berdarah Dengue 2.5.1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang sering
2.5.2. Penyebab
Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Virus sebagai penyebab DBD ini sampai sekarang dikenal ada empat tipe
yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Virus ini termasuk dalam group B Arthopod Borne Virus. Ke
empat serotype virus ini ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa virus dengue tipe 3 merupakan serotype yang
dominan untuk menyebabkan kasus yang berat (Depkes, RI, 2005).
2.5.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari DBD menurut Depkes (2005) adalah :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2 – 7 hari. Demam dapat menurun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi
dan pada hari ke-6 atau ke-7 demam mendadak menurun.
b. Perdarahan terjadi di semua organ, seperti manifestasi perdarahan di bawah kulit
yaitu dengan uji tourniquet (Rumple Leede ) positif, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena dan hematuria.
2.5.4. Derajat DBD
Derajat DBD menurut Depkes (2005) dikelompokkan dalam empat derajat
yaitu :
a. Derajat I, yaitu demam disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala
b. Derajat II, yaitu gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah perdarahan
spontan biasanya dalam bentuk perdarahan di bawah kulit atau bentuk perdarahan
lainnya.
c. Derajat III, yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat
dan lemah, hipotensi yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien
gelisah.
d. Derajat IV, yaitu syok berat dengan tidak teraba denyut nadi maupun tekanan
darah.
2.5.5. Cara Penularan
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk tersebut mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia
yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada
manusia pada gigitan berikutnya.
2.5.6. Pengobatan
Pengobatan yang spesifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus
dengue belum ada. Oleh karena itu prinsip dasar pengobatan penderita DBD adalah
penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma dan pemberian obat
2.5.7. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah
memberantas vector yaitu nyamuk Aedes aegypti dan pemberantasan terhadap
jentik-jentik penyakit. Hal ini dikarenakan vaksin untuk mencegah dan obat untuk
membasmi virus dengue belum tersedia ( Depkes RI, 2005). Cara pencegahan yang
dianggap paling tepat adalah :
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan
(pengasapan/fogging) dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang
hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di
dinding rumah.
Untuk membatasi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus
dengan interval satu minggu. Pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk
yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk nyamuk lainya
akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang diantaranya akan
mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan
terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan
siklus kedua. Penyemprotan kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan
yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum
2. Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dilakukan
dengan cara :
a. Fisik
PSN dengan cara fisik dikenal dengan kegiatan 3M yaitu menguras dan
menyikat bak mandi, bak WC dan lain-lain, menutup tempat penampungan air
rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain), mengubur, menyingkirkan atau
memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban, tempurung dan
lain-lain.Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur
sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang
biak di tempat itu.
Pada saat ini telah dikenal dengan istilah 3M plus yaitu mengganti air di dalam
vas bunga, tempat minum burung atau tempat yang sejenis seminggu sekali,
memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar/rusak, membersihkan dan
mengeringkan tempat-tempat yang dapat menampung air hujan seperti pelepah
pisang, melakukan larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik
(abate) di tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, memasang
kawat kasa di rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam
kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memakai, menggunakan
b. Kimia
Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik ini antara lain dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang
biasa digunakan antara lain temephos. Formulasi temephos yang digunakan
adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±
1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini
mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan
insect growth regulator.
c. Biologi
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah dengan
memelihara ikan pemakan jentik yaitu ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain.
2.6. Usaha Kesehatan Sekolah 2.6.1. Pengertian
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina dan mengembangkan
kebiasaaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan
dan pelayanan kesehatan di sekolah (Mubaraq, 2009).
Usaha Kesehatan Sekolah adalah suatu wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat yang pada
Usaha Kesehatan Sekolah merupakan upaya terpadu lintas program dan
sektoral yang ditinjau dari sudut pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan
salah satu strategi untuk mencapai kemandirian masyarakat khususnya peserta didik
dalam mengatasi masalah kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan selanjutnya akan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal
(Depkes RI, 1995).
2.6.2. Tujuan UKS
Tujuan umum dari UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingungan sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka
pembentukan manusia seutuhnya, sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan
derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya menurunkan angka kesakitan
anak sekolah, meningkatkan kesehatan pesera didik baik fisik, mental maupun sosial,
serta memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha kesehatan di sekolah, di rumah
maupun di lingkungan masyarakat (Mubaraq, 2009).
2.6.3. Ruang Lingkup
Kegiatan utama UKS disebut dengan Tri Program UKS (Trias UKS) yang