1 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI “POLIMERISASI AKRILAMIDA”
ABSTRAK
Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi rantai polimer yang panjang
dan berulang. Terdapat dua cara dalam pembuatan polimer, yaitu secara konvensional dan secara radiasi.
Telah dilakukan percobaan polimerisasi secara radiasi menggunakan mesin berkas elektron 350 keV/10mA
dengan kecepatan konveyor 0,9cm/detik, lama waktu iradiasi kira-kira 13 detik. Dalam percobaan ini
dilakukan pembuatan polimer poliakrilamida menggunakan monomer akrilamida. Ditimbang monomer
akrilamida sebanyak 30,0053 gram kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Larutan yang berisi
monomer akrilamida tersebut diiradiasi dengan dosis sebesar 39,9 kGy. Poliakrilamida yang terbentuk
kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil percobaan diperoleh poliakrilamida kering
sebanyak 3,4240 gram dari hasil pencucian menggunakan aquadest dan 3,7125 gram dari hasil pencucian
menggunakan aseton. Kemudian dari hasil uji swelling menunjukkan bahwa derajat pengembangan poloakrilamida yang dicuci menggunakan air lebih besar dibandingkan dengan poliakrilamida yang dicuci
menggunakan aseton. Dari hasil pengamatan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan struktur mikro antara poliakrilamida yang dicuci dengan aseton dan poliakrilamida yang dicuci
dengan aquadest.
TATA KERJA
Alat
Peralatan dan fasilitas yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya adalah : Mesin Berkas Elektron
350 keV/10mA, kecepatan konveyor 0,9 cm/detik. Spektrofotometer dengan perangkat lunak Genesys CTA
Reader, mikroskop, berbagai piranti gelas, wadah cuplikan dari kaca berbentuk baki, neraca analitik, spatula, sarung tangan, pinset dan microwave.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : monomer akrilamida, aquadest, dan aseton.
Cara Kerja
1. Preparasi Sampel
Ditimbang 30,0053 gram monomer akrilamida kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest.
2. Irradiasi Sampel
Larutan sampel disiapkan ke dalam wadah kaca dan diberi label. Sampel diirradiasi dengan dosis
irradiasi sebesar 39,9 kGy dan tegangan 300 kV, arus disesuaikan dosis yang diinginkan dan kecepatan
2 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
didiamkan dalam suhu kamar selama 2 jam, kemudian diukur rapat optiknya menggunakan
spektrofotometer CTA reader. Rapat optik CTA itu sebanding dengan dosis serap. 3. Pencucian dan Pengeringan Poliakrilamida
Sampel yang telah diirradiasi, sebagian dicuci menggunakan aquadest dan sebagian lagi dicuci
menggunakan aseton. Pencucian dilakukan hingga diperoleh poliakrilamida yang tidak berlendir.
Kemudian dilakukan pemanasan dalam microwave agar diperoleh poliakrilamida kering. 4. Analisis Sampel Hasil Iradiasi
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui banyaknya poliakrilamida hasil iradiasi. Analisis
kualitatif dilakukan dengan melakukan uji swelling (daya pengembangan) poliakrilamida dalam air selama 24 jam dan uji struktur mikro menggunakan mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Polimerisasi
Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi rantai polimer yang panjang
dan berulang. Sedangkan polimer itu sendiri merupakan senyawa makromolekul yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil (monomer) yang saling berikatan. Terdapat dua cara membuat polimer yaitu
secara konvensional menggunakan inisiator berupa bahan kimia dan secara radiasi. Pada percobaan ini
dilakukan polimerisasi radiasi menggunakan sumber radiasi pengion berupa berkas elektron yang berasal
dari Mesin Berkas Elektron milik PTAPB-BATAN.
Kelebihan polimerisasi secara radiasi ini diantaranya adalah tidak memerlukan bahan kimia sebagai
inisiator karena dengan radiasi pengion akan terbentuk radikal dan ion-ion serta prosesnya dapat terjadi
pada suhu rendah. Proses polimerisasi menggunakan radiasi pengion dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap inisiasi, propagasi dan terminasi. Peran radiasi pengion disini hanya terletak pada tahap inisiasi saja.
Radikal bebas yang dihasilkan oleh radiasi pengion digunakan sebagai energi awal untuk memulai reaksi.
Selanjutnya, reaksi polimerisasi berlanjut hingga tahap terminasi. Radikal yang dihasilkan oleh radiasi
pengion relatif homogen walaupun melewati fase padat dan tidak mengalami kenaikan suhu yang tinggi
selama polimerisasi sehingga reaksinya mudah untuk dikontrol.
Tahapan proses polimerisasi terdiri dari :
1. Tahap inisiasi
Kekhasan reaksi polimerisasi adalah pada tahap inisiasi. Radikal bebas dihasilkan oleh radiasi pengion
kemudian bereaksi dengan monomer yang belum jenuh.
3 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215 2. Tahap propagasi
Pertumbuhan rantai polimer dengan terjadinya ikatan antara radikal propagasi dengan monomer.
3. Tahap terminasi
Pertumbuhan radikal propagasi sudah mengalami kejenuhan kemudian mulai melakukan reaksi
penggabungan sampai mencapai keseimbangan dan reaksi berhenti.
Polimerisasi Akrilamida
Akrilamida merupakan struktur kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat yang
sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya.
Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida
memiliki rumus kimia C3H5NO dan berpotensi bahaya bagi kesehatan (dapat menyebabkan kanker atau
karsinogenik).
Gambar 1. Struktur Kimia Akrilamida
Akrilamida dapat membentuk rantai polimer panjang yang dikenal sebagai poliakrilamida, yang
juga karsinogenik. Polimer ini dipakai dalam pengental karena ia akan membentuk gel bila tercampur air.
Dalam laboratorium biokimia poliakrilamida dipakai sebagai fase diam dalam elektroforesis gel (PAGE
4 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
dan dalam pembuatan bahan pengepres. Beberapa akrilamida dipakai dalam pembuatan zat pewarna, atau
untuk membentuk monomer lain.
Gambar 2. Struktur Kimia Poliakrilamida
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui berat polimer yang dihasilkan, dalam hal ini
poliaklrilamida. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menimbang berat poliakrilamida kering hasil
polimerisasi. Poliakrilamida tersebut kemudian dicuci. Dalam pencucian poliakrilamida, digunakan
aquadest dan aseton. Setelah dicuci, kemudian poliakrilamida tersebut dikeringkan. Dari hasil percobaan
diperoleh poliakrilamida kering sebanyak 3,4240 gram dari hasil pencucian menggunakan aquadest dan
3,7125 gram dari hasil pencucian menggunakan aseton. Dari hasil keseluruhan diperoleh 7,1365 gram
poliakrilamida dari 30,0053 gram akrilamida. Selebihnya tetap berupa akrilamida (tidak menjadi
poliakrilamida) karena lapisan sampel pada saat iradiasi kurang tipis sehingga dosis yang diterima tidak
terdistribusi secara merata. Selain itu, akrilamida yang dibuat juga digunakan untuk percobaan
kopolimerisasi blok.
Kemudian untuk mengetahui bahwa poliakrilamida yang dihasilkan bersifat hidrofilik atau tidak,
dilakukan dengan uji pengembangan atau uji swelling. Uji swelling dilakukan dengan cara memasukkan poliakrilamida yang telah kering ke dalam 50 ml aquadest. Dilakukan pengamatan sebanyak dua kali, yaitu
pada 2 jam awal dan 24 jam kemudian. Derajat pengembangannya dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut.
Derajat pengembangan atau S (%) = berat setelah perendaman − berat kering
berat kering
x 100%.
Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
5 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa poliakrilamida lebih suka dengan air daripada dengan
aseton. Hal tersebut dapat terlihat dari derajat pengembangannya. Dari hasil tersebut, derajat
pengembangan poliakrilamida yang dicuci menggunakan air ternyata lebih besar dibandingkan dengan
poliakrilamida yang dicuci menggunakan aseton.
Proses yang terjadi adalah air akan terdifusi oleh poliakrilamida karena adanya gugus hidrofilik.
Setelah mencapai tahap kesetimbangan, air yang terserap akan terikat dengan gugus karboksilat
membentuk ikatan hidrogen. Pada akhirnya air yang terserap akan tetap tertahan pada poliakrilamida
sehingga poliakrilamida mengalami penggembungan atau mengembang.
a.sebelum mengembang b.setelah mengembang
Gambar 3. Proses Pengembangan Polimer
Selain uji swelling, juga dilakukan pengamatan struktur mikro terhadap poliakrilamida tersebut. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, terdapat perbedaan struktur poliakrilamida yang dicuci
dengan aseton dan aquadest. Namun struktur mikro tersebut kurang begitu jelas dikarenakan sampel yang
diamati terlalu tebal.
Aseton Aquadest
Gambar 4. Struktur Mikro Poliakrilamida
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi rantai polimer yang panjang
6 Dyah Kumala Sari | Teknokimia Nuklir | 010800215
2. Poliakrilamida dapat dibuat dengan mengiradiasi monomer akrilamida menggunakan MBE milik
PTAPB-BATAN.
3. Dari hasil percobaan diperoleh poliakrilamida kering sebanyak 3,4240 gram dari hasil pencucian
menggunakan aquadest dan 3,7125 gram dari hasil pencucian menggunakan aseton.
4. Derajat pengembangan poloakrilamida yang dicuci menggunakan air lebih besar dibandingkan dengan
poliakrilamida yang dicuci menggunakan aseton karena adanya gugus hidrofilik.
DAFTAR PUSTAKA
Christina P, Maria dan Kartini Megasari.2007.Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan dan
Contoh Aplikasinya.Yogyakarta : STTN-BATAN.
Megasari,Kartini.2010.Presentasi Praktikum Polimerisasi.Yogyakarta : STTN-BATAN.
Swantomo,Deni,dkk.2008.Pembuatan Komposit Polimer Superabsorben dengan Mesin Berkas Elektron.Yogyakarta : STTN-BATAN.
Tarwito.2010.Diktat Kuliah Kimia Radiasi.Yogyakarta : STTN-BATAN. http://id.wikipedia.org/wiki/Polimerisasi, diakses pada 20 Januari 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/Akrilamida, diakses pada 20 Januari 2011
http://catatankimia.com/catatan/akrilamida.html, diakses pada 20 Januari 2011
Asisten,
Kartini Megasari, S.ST
Yogyakarta, 21 Januari 2011 Praktikan,