Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
TUGAS AKHIR
Oleh:
JULIANA DALIMUNTHE 042410025
PROGRAM DIPLOMA III ANALISA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KONSENTRASI TAWAS DALAM PENGOLAHAN AIR SUNGAI ULAR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
JULIANA DALIMUNTHE 042410006
Medan, Juni 2007 Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
Dra. Hayati Lubis, Msc. Apt. NIP 130 353 238
Disahkan Oleh: Dekan,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
Adapun judul dari tugas akhir ini adalah : “Penetapan Konsentrasi Tawas
dalam Pengolahan Air” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi dorongan, bantuan dan dukungan moril maupun spritual kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan
pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan doa restu dan
motivasi hingga laporan Tugas Akhir ini selesai
2. Kakak dan abang tercinta yang telah memberikan doa restu dan
motivasi hingga laporan Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisyahputra, selaku Dekan Fakultas
Farmasi
4. Ibu Dra. Hayati Lubis, Msi, Apt, selaku dosen pembimbing pada
penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan
penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini.
5. Bapak dan Ibu dosen berserta seluruh staf Program Studi Diploma III
6. Semua rekan-rekan Mahasiswa Analis Farmasi Angkatan 2004 yang
telah memberikan saran dan dukungan dalam menyelesaikan laporan.
7. Buat sahabat-sahabat ku, terutama Shuban, Ryah, Tray, Ike, Midah,
yang telah banyak membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan tugas akhir ini masih belum
sempurna, oleh karena itu segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Dan akhirnya atas bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah
diberikan dari semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih serta semoga
penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
memberikan Rahmad dan Berkah-Nya atas bantuan yang diberikan kepada
penulis.Amin.
Medan, Juni 2007
Penulis,
Lembar Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi... v
Bab I. Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 2
Bab II. Tinjauan pustaka ... 3
2.1. Dasar Pengenalan Air ... 3
2.2. Air yang dapat Diminum ... 3
2.2.1. Sumber Air Minum ... 4
2.2.2. Syarat-syarat Air minum ... 6
2.3. Standar Kualitas Air Minum ... 6
2.3.1. Parameter Fisik... 6
2.3.2. Parameter Kimia... 7
2.4. Proses Pengolahan Air ... 9
2.5. Sedimentasi dan Flokulasi ... 9
2.5.1. Sedimentasi ... 9
2.5.2. Koagulasi/Flokulasi ... 10
2.6. Aluminium Sulfa ... 10
Bab III. Metodologi ... 13
3.1. Prinsip Jar Test ... 13
3.2. Alat-alat ... 13
3.3. Bahan-bahan ... 13
3.4. Cara Kerja ... 14
Bab IV. Hasil Dan Pembahasan ... 15
4.1. Hasil ... 16
4.2. Pembahasan ... 16
Bab V. Kesimpulan Dan Saran ... 18
5.1. Kesimpulan ... 18
5.2. Saran ... 18
Daftar Pustaka ... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan dalam kehidupan bagi
semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan dari generasi ke generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daa air harus ditanamkan
pada segenap pengguna air.
Karena semakin majunya tingkat hidup seseorang, maka akan semakin
tinggi pula tingkat kebutuhan air untuk masyarakat tersebut. Untuk keperluan
minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari per orang, sedangkan
secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat
Indonesia maka kebutuhan air pun pasti lebih besar dan kebutuhan negara-negara
yang sedang berkembang.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestic, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung
pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan pelindungan
2
1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui konsentrasi tawas pada proses terbentuknya
partikel-partikel halus yang ada dalam air sungai ular menjadi partikel-partikel-partikel-partikel yang
lebih besar.
- Untuk memperoleh air yang jernih sehingga dapat dikonsumsi oleh
masyarakat.
1.3. Manfaat
Dengan mengadakan pengujian Flokulasi JAR TEST di laboratorium,
maka dapat diketahui konsentrasi tawas sesuai dengan tingkat kekeruhan air yang
dipakai untuk dapat menghasilkan air yang bersih, baik untuk industri khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Pengenalan Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. (Sutrisno,
T., 1991)
Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau.
Karena air merupakan suatu larutan yang hampir bersifat universal, maka zat-zat
yang paling alami maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut
didalamnya. Dengan demikian air di alam mengandung zat-zat terlarut. (Linsley,
1986).
2.2 Air yang Dapat Diminum
Air yang dapat diminum berarti air yang bebas dari bakteri yang berbahaya
dan ketidakmurniannya secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak
berwarna dan tidak berbau, serta tidak mengandung bahan tersuspensi atau
kekeruhan. Lagi pula air minum harus tampak menarik dan menyenangkan untuk
diminum. Standard untuk air minum telah ditentukan oleh WHO baik untuk Eropa
maupun internasional dan Dinas Kesehatan masyarakat Amerika Serikat untuk
angkutan antara negara bagian (US Dept. H. E. W. 1962). Menteri perumahan dan
pemerintahan daerah Inggris (1969) juga telah menentukan secara terperinci
4
2.2.1 Sumber Air Minum
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap mengikuti suatu aliran yang
dinamakan “Cylus Hydrologie” dengan adanya penyinaran matahari maka semua
air yang ada dipermukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena
adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada ditempat yang tinggi yang
sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa semakin
lama akan semakin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah, yang
menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini
sebagian mengalir ke dalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka
peresapan rapat air ini. Jika air ini keluar pada permukaan bumi, maka air ini
tersebut dinamakan mata air. Air permukaan yang mengalir dipermukaan bumi
umumnya berbentuk sungai-sungai, laut, danau dan sebagainya.
Sumber-sumber air :
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3 %. Maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air
minum.
2. Air Atmosfir
Dalam keadaan murni air ini sangat bersih, tetapi dengan adanya
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu
dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaknya pada menampung air hujan, jangan dimulai pada saat
3. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi dan terdapat
pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu,
daun-daun dan sebagainya.
Air permukaan ada dua macam yaitu :
a. Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
b. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organik yang telah membusuk. Contoh zat-zat organik tersebut adalah Fe dan Mn.
Jika semakin pekat warna air rawa maka akan semakin tinggi pula pembusukan
zat organik tersebut terjadi, berarti kadar Fe dan Mn dalam akan semakin tinggi
pula.
4. Air tanah
Terbagi atas :
a. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena ada daya proses penyerapan air dari permukaan tanah.
b. Air Tanah Dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tidak semudah pada air tanah dangkal. Hal ini harus digunakan
bor dan memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu
6
c. Mata Air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah.
2.2.2 Syarat-syarat Air Minum
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni
dalam arti sesuai dengan syarat air untuk kesehatan, maka harus diusahakan air
yang ada sedemikian rupa sehingga syarat yang dibutuhkan tersebut terpenuhi,
atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki. Dengan demikian
bagaimana syarat-syarat air yang baik, haruslah diketahui oleh setiap petugas
kesehatan. (Azwar Azrrul, 1996)
a. Syarat Fisik
Air tidak boleh berwarna, air tidak boleh berasa, air tidak boleh berbau,
dan air harus jernih. (Sutrisno, 1991)
b. Syarat Kimia
Air yang tidak tercemar oleh zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan
tidak menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan. (Azwar Azrul, 1996)
2.3 Standar Kualitas Air Minum
Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia ditetapkan oleh Dep.Kes.
RI yang terdapat dalam Permenkes RI No. 1/BIRHUKMAS/I/1975 sebagai mana
juga ditetapkan oleh U. S. Public Health Service. (Sutrisno, 1991)
2.3.1 Parameter Fisik
a. Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya
tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga
oleh bahan tersuspensi.
b. Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberi warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
c. Rasa
Air minum biasanya tidak memberikan rasa/tawar
d. Bau
Air minum berbau tidak disukai oleh masyarakat karena dapat memberikan
petunjuk kualitas air.
e. Suhu
Sebaiknya pada suhu yang sejuk atau tidak panas karena : (a) tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan
kesehatan, (b) menghambat reaksi-reaksi kimia didalam saluran/pipa, (c)
mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan (d) dapat
menghilangkan dahaga bila diminum (Effendi, 2003)
2.3.2 Parameter Kimia
No Parameter Kimia Maks. Yang Diperbolehkan
1
2
3
4
Derajat Keasaman (pH)
2.4 Proses Pengolahan Air
Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum
yang memenuhi standart air minum yang telah ditentukan.
Pada hakekatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam 3 tingkatan
pengolahan yaitu :
1. Pengolahan Fisik
Yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisiran lumpur dan pasir, serta
mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air yang akan diolah.
2. Pengolahan Kimia
Yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk
membantu proses pengolahan selanjutnya. Misalnya : dengan pembubuhan kapur
dalam proses pelunakan dan sebagainya (Sutrisno, T., 1991)
2.5 Sedimentasi dan Flokulasi
2.5.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang
tersuspensi dalam cairan/zat cair karena pengaruh gravitasi (gaya berat secara
alami). Proses sedimentasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Sedimentasi alamiah (murni) apabila partikel-partikel padat tersuspensi
mengendap karena gaya beratnya sendiri tanpa penambahan bahan
10
2. Sedimentasi setelah penambahan bahan kimia, apabila sedimentasi ini
dilakukan setelah penambahan bahan kimia untuk menghilangkan secara
gravitasi partikel-partikel padat yang telah menjadi besar, lebih berat
dan lebih stabil karena penambahan bahan kimia. (Depkes RI, 1993)
2.5.2 Koagulasi/Flokulasi
Koagulasi/flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus
yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar
sehingga bisa diendapkan dengan menambahkan bahan koagulan.
2.6 Aluminium Sulfat
Aluminium sulfat terdapat dalam bentuk butiran halus. Aluminium sulfat
berwarna putih keabu-abuan sampai coklat muda yang merupakan material asam
berkristal dan bersifat korosif. Bentuk yang biasa digunakan sebagai koagulan
adalah Al2(SO4)3. 14 H2
Al
O dengan berat molekul 594. aluminium sulfat bereaksi
di dalam air dalam suasana alkali membentuk endapan Aluminium hidroksida.
2(SO4)3. 14 H2O + 3 Ca(HCO3)2 Al2 (OH)3 + 3 Ca SO4 + 14 H2O + 6
CO
Aluminium sulfat (taawas) merupakan bahan koagulan yang paling banyak
dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat, juga ekonomis dan
murah di dapat dipasaran serta mudah disimpan. Makin banyak dosis tawas yang
2
Jika suasana air tidak cukup basa untuk bereaksi dengan endapan, maka air
kapur atau soda abu coklat dipakai untuk menaikkan alkalinitasnya. Air kapur
lebih disukai diandingkan dengan natrium karbonat (soda abu) karena harganya
perlu dicari dosis tawas optimum yang harus ditambahkan. Pemakaian tawas
paling efektif antara pH 5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang
dengan dosis tawas perlu ditambah alkalinitas dengan menggunakan larutan kapur
Ca (OH)2 atau soda abu (Na2CO3
2.7 Flokulasi Jar Test
). (Depkes RI, 1993)
Untuk koagulasi yang baik, konsentrasi yang lebih normal dari koagulan
harus dimasukkan kedalam air dan dicampur secara sempurna. Konsentrasi yang
optimal juga tergantung pada keadaan air baku. Percobaan laboratorium yang
disebut dengan “Jar Test” biasanya dipakai untuk menentukan konsentrasi dari
koagulan. (Viessman, 1985)
Sebagaian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air
permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting
pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari
air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan adanya partikel-partikel kecil dan koloid
yang berukuran 10 nm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah
kwarts, tanah liat, sisa tanaman, gangguan dan sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan
sifat-sifat tertentu yang disebut flokulasi. Yang biasa digunakan adalah tawas,
selain pembubuhan flokulasi diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk.
Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dari koloid tersebut dan
akhirnya bersama-sama mengendap.
Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dari koloid
12
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan
partikel-partikel adalah sama.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah, yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit, 100 rpm), bila perlu
pembubuhan bahan kimia untuk koreksi pH.
2. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok (15 menit, 20 rpm).
Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk.
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang berkurang dari larutan melalui
sedimentasi ( 15 menit atau 30 menit, 0 rpm).
Proses flokulasi sebenarnya tidak bisa terganggu. Namun, efisiensi
proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar dan jenis zat
tersuspensi. pH larutan, kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan
pengadukan dan adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu (seperti fosfat,
BAB III
METODOLOGI
Prinsip Jar Test
Sesuatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan
koloid dapat dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan
partikel-partikel adalah sama (biasanya negatif), sehingga ada repulse elektrostatis
antara partikel satu sama dengan lainnya.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat Jar Test, beaker gelas 50 ml; 100 ml;
200 ml; 250 ml; dan 1 l, pipet volum 5 ml; dan 50 ml, pipet tetes, buret, peralatan
untuk analisa hasil flokulasi dan analisa air bak, pH meter dan stop watch.
Bahan-bahan
- Larutan tawas (tergantung kadar yang di butuhkan) :
Bila dibutuhkan konsentrasi tawaas 1% yaitu timbang 10 gram aluin atau
Al2(SO4)3. 14 H2
- NaOH 0,1 N dan HCI 0.1 N :
O dalam 1 liter Aquadest.
Kedua larutan ini dibutuhkan untuk penyesuaian nilai pH yang diinginkan
14
Cara Kerja
1) Siapkan seluruh peralatan bahan yang akan digunakan.
2) Diambil sample air baku kira-kira 6 liter
3) Diperiksa kekeruhan air baku yang akan di Jar test
4) Disiapkan larutan tawas 1% dengan cara:
- Pipet 10 ml Larutan tawas 10%
- Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan aquadest sampai
tanda batas aduk hingga homogen.
5) Disediakan 6 buah beker gelas 1000 ml dan masing-masing beaker gelas
diisi dengan 1000 ml sampel air baku.
6) Kemudian diturunkan Agitador jar test, dan diaktifkan alat dan atur
putaran pada 140 rpm, untuk putaran cepat dan atur timer selama 5 menit.
7) Larutan diinjeksi masing-masing beaker glass dengan variasi dosis tawas
yang diinginkan, berdasarkan hasil perhitungan:
l
8) Perhatikan kecepatan pembentukan flor, tingkat kekeruhan secara visual,
atur putaran pada posisi pada 30 rpm untuk putaran lambat, atur timer
selama 10 menit, matikan alat, angkat agitador, diamkan selama 20 menit,
untuk proses pengendapan, perhatikan secara visual kecepatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil pengamatan Jar test maka didapat hasil sebagai berikut :
Hari ke I
Sample Item Unit 1 2 3
Sample ml 1000 1000 1000
Dosis Taawas (alum) ppm 60 70 80
pH unit 6.44 6.12 5.94
Total Suspended Solid mg/L 0.0106 0.0115 0.0126
Turbidity NTU 1,65 1,32 1,12
Hari ke II
Sample Item Unit 1 2 3
Sample ml 1000 1000 1000
Dosis Taawas (alum) ppm 60 70 80
pH unit 6.5 6.1 5.9
Total Suspended Solid mg/L 0.0132 0.0138 0.0143
Turbidity NTU 1,56 1,21 1,08
16
Dari hasil percobaan diatas, diperoleh adanya hubungan antara konsentrasi
Al2(SO4)3 dengan kekeruhan air baku, yakni makin tinggi kekeruhan air makin
tinggi konsentrasi Al2(SO4)3 yang dibutuhkan untuk menjernihkan air baku
tersebut.
Dari hubungan tersebut dapat juga diperoleh suatu gambaran, yakni makin
tinggi konsentrasi Al2(SO4)3 yang digunakan ternyata kekeruhan bukan makin
rendah, malah ada titik tertentu yang bila kekeruhan sudah tercapai titik tersebut
dengan kata lain, kekeruhan yang dipeoleh paling rendah, kekeruhannya akan
semakin tinggi, titik tersebut dengan titik optimum.
Titik optimum tersebut diperoleh ketika Al2(SO4)3 yang ditambahkan dengan
konsentrasi tertentu bekerja semaksimal untuk mengikat flok penyebab kekeruhan
sehingga air akan terlihat makin jernih.
Dengan demikian konsentrasi Al2(SO4)3
a) Pada Hari I
optimum yang diperlukan untuk
menjernihkan air masing-masing sample dapat tertera pada tabel sebagai berikut :
- Sampel I dengan kekeruhan awal 1,65 NTU dibutuhkan konsentrasi
Al2(SO4)3
- Sampel II dengan kekeruhan awal 1,32 NTU dibutuhkan konsentrasi
Al
sebesar 60 ppm
2(SO4)3
- Sampel III dengan kekeruhan awal 1,12 NTU dibutuhkan konsentrasi
Al
sebesar 70 ppm
2(SO4)3
b) Pada Hari II
sebesar 80 ppm
- Sampel II dengan kekeruhan awal 1,21 NTU dibutuhkan konsentrasi
Al2(SO4)3
- Sampel III dengan kekeruhan awal 1,08 NTU dibutuhkan konsentrasi
Al
sebesar 70 ppm
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :
- Penentuan konsentrasi optimum Al2(SO4)3
a. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,65 NTU dibutuhkan kira-kira 60 ppm yang dibutuhkan untuk
menjernihkan air sungai ular yang dilakukan dengan memakai metode jar
test. Adalah sebagai berikut:
b. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,32 NTU dibutuhkan kira-kira 70 ppm
c. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,12 NTU dibutuhkan kira-kira 80 ppm
d. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,56 NTU dibutuhkan kira-kira 60 ppm
e. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,21 NTU dibutuhkan kira-kira 70 ppm
f. Air sungai Ular dengan kekeruhan 1,08 NTU dibutuhkan kira-kira 80 ppm
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian untuk penjernihan air sungai ular yang sedang
banjir karena tingkat kekeruhannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan air
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts. G. Dr. Ir & Sri. S. S., (1984), Metode Penelitian Air, Penerbit Usaha
Nasional, Surabaya.
Azwar Azrul, (1996), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Cetakan
Kedelapan, Penerbit PT. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Buckle. K. A., (1987), Ilmu Pangan, Cetakan Kedua, Penerbit University
Indonesia Press, Jakarta.
Direktur Jenderal PPM & PLP, (1993), Pedoman Tehnis Perbaikan Kualitas Air,
Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Effendi. H., (2003), Telaah Kualitas Air, penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Soemitrat. J., (1994), Kesehatan Lingkungan, Cetakan Pertama, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sutrisno. T., (1991), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit PT. Rineka Cipta,
20
Viessman, W., (1985), Water Supply and Pollution Control, 4th Edition, Harper