• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Kota Medan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

SONDANG ANNA SITOHANG

077011085/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

(2)

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SONDANG ANNA SITOHANG

077011085/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

Anggota : 1. Prof.Dr.Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum

3. Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH, M.Hum

(4)

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sondang Anna Sitohang

Nomor Pokok : 077011085

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum) Ketua

(Prof. Dr. Muhammad Yamin,SH,MS,CN) Anggota

(Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum) Anggota

Ketua Program Direktur

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, M.Sc

(5)

ABSTRAK

Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas. Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Bersifat analisis karena gejala dan fakta yang dinyatakan oleh responden kemudian akan dianalisa terhadap berbagai aspek hukum baik dari segi hukum perseroan terbatas maupun hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian dihubungkan dengan data dan perilaku para pelaku yang berkaitan dengan judul penelitian.

Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 13 tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan dan Undang Undang Nomor 3, Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, secara jelas mengamanatkan pengusaha yang membayar upah seluruh tenaga kerja diatas Rp 1.000.000. (satu Juta Rupiah) atau mempekerjakan 10 orang karyawan, wajib hukum masuk Jamsostek. Faktor-faktor yang menyebabkan Perseroan Terbatas Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah, banyaknya karyawan yang sistem kontrak dan terdapat Perusahaan Wajib belum Daftar ( PWBD ), Tenaga Kerja yang masih rendah dan di bawah Upah Minimum Regional serta banyaknya perusahaan yang menganggap masuk program Jamsostek bukan kewajibannya. Dalam Mengatasi Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah dengan melakukan sosialisasi kepada perusahaan perusahaan yang belum mendaftarkan karyawannya serta melakukan kerja sama dengan pihak Kejaksaan untuk menindak secara hukum perusahaan yang tidak daftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek.

(6)

ABSTRACT

The Social Guarantee of Labor as on kind of social guarantee which gives both protection and welfare for labor human is participates in development activities by reducing unconvinced future, creating work serenity and tranquility efforts ; therefore, it can improve both production and productivity. The benefits in performing the social guarantee are very enjoyed by the labor, especially for low income workers even minimum levelof income,in which it do not cut their wagws for treatment costs if they or their family member are sick.

This research is analytic-deskriptive feature, it is the research aimed to obtain entire, complete and systematic description about the responsibility of the Limited Company (PT) in registering their workers as the Social Guarantee Participant of Labor in Medan City. It is analytic fuature, because both symptoms abd facts stated by respondent, then, will analyzed for various law aspects either from limited company’ regulation or civil law and labor law. The implemented approach is juridical-empirical, that is a research which analyzes the regulations of law then related with data and behavioral of the doers concerned with the title of research.

The responsibility of Limited Company in registering their workers as the Social Guarantee Participant of Labor is accordance with mandate of Act Number 13 Year 2003 about Labor, Act Number 3 Year 1992 about the Social Guarantee of Labor, that authorizes all entrepreneurs exactly to pay the wages of their workers above Rp. 1.000.000,- (one million rupiah) or employing 10 workers, it is a must to register them for social guarantee of labor. Some factors caused Limited Companies do not register their workers as the Social Guarantee of Labor are many of them are in contract system and there is Unregistered Company (PWBD), low-income workers, and under regional wages, also there are many companies state that the Social Guarantee of Labor Program is not their responsibility. In solving the case of the Limited Companies which do not register their workers as the guarantee social participant is by performing the socialization to all companies and also creating a collaborative with Justice Party to take action againts the companies that do not register their workers as the Social Guarantee Participant formally.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Kuasa, karena berkat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan dengan

judul; Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya

Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada

yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin Lubis,

SH, MS, CN dan Ibu Dr. T. Kei Zerina Devi Azwar, SH,CN, M.Hum masing-masing

selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat

serta bimbingan kepada saya, dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada

Dosen tamu Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum dan Prof. Dr. Syarifuddin

Kalo, SH, MS yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada

kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sekaligus sebagai panitia penguji

(8)

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan

kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi

Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Bapak

Prof.Dr M.Solly Lubis,SH, Prof.Dr. Tan Kamello, Prof.Dr.Syafruddin

Kalo,SH,M.Hum, Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, M.Kn, Dr.Pendastaren

Tarigan,SH,MS, Dr.Budiman Ginting, SH, M.Hum, dan lain lain serta para

karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah, SH, Mbak Sari, Mbak Lisa,

Mbak Afni, Mas Adi, Mas Rizal dan lain-lain yang telah banyak membantu dalam

penulisan ini dari awal hingga selesai.

5. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara di Program Magister Kenotariatan yang selalu memberikan

(9)

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima

kasih yang tak terhingga, kepada yang tercinta Ayahanda Turman Fufinus Sitohang

dan Ibunda Christina Sitanggang yang telah bersusah payah melahirkan,

membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang,

serta memberikan doa restu, sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara serta tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Suamiku

dan anak anakku yang selama ini memberikan dukungan dan perhatiannya.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis, mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu

dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada

kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan

ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan.

Medan, 1 Juli 2009

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Sondang Anna Sitohang

Tempat Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 8 April 1974

II. ORANG TUA

Nama Ayah : Turman Rufinus Sitohang

Nama Ibu : Christine Sitanggang

III. PEKERJAAN

Wiraswasta

IV. PENDIDIKAN

1. SD : SD Khatolik Lubuk Pakam, Lulus 1986

2. SMP : SMP Nasional Lubuk Pakam, Lulus 1989

3. SMA : SMA Khatolik Lubuk Pakam, Lulus 1992

4. S – 1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Lulus 2004

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian……… 18

BAB II : TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

...

23

A. Pengertian Perseroan Terbatas... 23

(12)

C. Pengusaha Sumut Lalai dan 60 Persen Pekerja Di

Sumut Belum Diikutkan Jamsostek ... 35

D. Penguasaha Lalai Daftarkan Karyawannya Sebagai

Peserta Jamsostek ... 36

E. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan

Sosial Tenaga Kerja ... 38

F. Kepesertaan Tenaga Kerja Sebagai Peserta Program

Jamsostek Minim ... 44

BAB III : FAKTOR-FAKTOR PERSEROAN TERBATAS

TIDAK MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PERSERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA

KERJA ... 45

A. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja... 45

B. Pemerintah Tindak Tegas Perusahaan yang Tidak

Daftarkan Karyawan Sebagai Peserta Jamsostek... 50

C. DPRD Sumatera Utara Dukung Dibentuknya Perda

Jamsostek ... 52

D. PT. Jamsostek Himbau Perusaaan Agar Daftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek... 53

E. Kejaksaan Sumut Akan Tindak Perusahaan yang Tidak

Daftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek... 60

BAB IV : UPAYA PT. JAMSOSTEK DALAM MENGATASI PERSEROAN TERBATAS YANG TIDAK MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI

PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ... 66

A. Sejarah PT Jamsostek... 66

(13)

C. Program PT Jamsostek Sebagai Pengelola Jaminan

Sosial Tenaga Kerja di Indonesia... 74

D. Upaya PT Jamsostek Dalam Mengatasi Perseroan yang Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jamsostek ... 93

E. Penunggak Iuran Jamsostek akan Segera Dipanggil Jaksa ... 95

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Konsepsi Pembangunan Nasional dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara

mencakup semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan

tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik

material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”1

“Sektor ketenagakerjaan sebagai sumber daya manusia merupakan faktor

yang penting bagi terselenggarakannya pembangunan nasional sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam mewujudkan satu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual.”2

“Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan juga bertujuan untuk

memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.

Sehingga merupakan hal penting yang harus diperhatikan, maka perlu adanya suatu

perangkat bagi sarana perlindungan dan kepastian hukum bagi tenaga kerja" 3

Pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan

1

Markus Wauran, Memandang Tenaga Kerja Sebagai Aset Perusahaan, (Jakarta, Pustaka Utama, 2006), halaman 5.

2

Marwan Sulaiman, Melihat Hukum Ketenaga Kerjaan Kita, (Jakarta, Info Pekerja, 2006), halaman 7.

3

(15)

pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan, adil

dan merata menjangkau seluruh rakyat.

Jaminan sosial bagi seluruh rakyat diantaranya diamanatkan dalam Pasal 120 ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja.4

“Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan bentuk perlindungan

ekonomi dan perlindungan sosial. Dikatakan demikian karena program ini

memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya

penghasilan dan perlindungan dalam bentuk pelayanan perawatan atau pengobatan

pada saat seorang pekerja tertimpa resiko-resiko tertentu”.5

Umumnya karyawan dan perusahaan beranggapan kompensasi merupakan bidang terpenting. Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah organisasi. Kompensasi merupakan salah satu bentuk pengembalian yang terkait dengan imbalan-imbalan misalnya gaji, tunjangan-tunjangan, status, promosi, benefit, dan bonus. 6

Menurut perspektif Sumber Daya Manusia setiap organisasi hendaknya

mampu memikat karyawan-karyawan potensial, memelihara, kontinuitas

operasi-operasinya dengan memiliki karyawan yang dapat mendukung program

perusahaan dengan baik. Oleh karena itu sudah semestinya memiliki sistem

(16)

Ada dua pertimbangan kunci dalam sistem kompensasi yang efektif. Pertama, sistem kompensasi harus tanggap terhadap situasi. Sistem harus sesuai dengan lingkungan dan mempertimbangkan tujuan-tujuan, sumber daya dan struktur organisasi. Kedua, sistem kompensasi harus dapat memotivasi karyawan-karyawan. Sistem sebaiknya memuaskan kebutuhan mereka, memastikan perlakuan adil terhadap karyawan, dan memberikan imbalan terhadap kinerja. Pemberian kompensasi yang baik dan adil akan berpengaruh pada peningkatan motivasi dan loyalitas anggota organisasi untuk bekerja dengan baik sesuai yang ditargetkan. 7

Di Indonesia, kepesertaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja juga

telah diwajibkan melalui Undang-Undang Nomor 3/1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja. Sedangkan pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 14/1993, Keputusan Presiden Nomor 22/ 1993 dan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor Per.05/MEN/1993. Dalam perspektif universal, hal-hal tersebut

merupakan bagian dari komponen Hak-hak Asasi Manusia atau HAM yang

ditetapkan PBB pada Tahun 1948, dan konvensi International Labour Organization

Nomor 102/1992.

“Hingga saat ini masih ada 19.000 perusahaan yang belum mengikutsertakan

sembilan juta tenaga kerja mereka dalam program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Jumlah pekerja tersebut merupakan 29 persen dari angkatan kerja yang ada di

Indonesia, yang saat ini mencapai 31 juta orang, dan mereka menjadi sasaran

pencapaian Jaminan Sosial Tenaga Kerja.”8

“Banyaknya perusahaan-perusahaan di Kota Medan yang tidak

memasukkan karyawannya menjadi peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja

7

Ibid, halaman 2.

8

(17)

(Jamsostek) menjadi perhatian dan pertanyaan bagi anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah atau DPRD Medan”.9

Banyak perusahaan yang tidak memasukkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek. Kalaupun ada tidak sesuai dengan daftar gaji yang sebenarnya dan tidak semua program Jamsostek dimasukkan. Akan merugikan para karyawan atau pekerja. Hampir seribuan perusahaan yang dikategorikan wajib menjadi peserta Jamsostek tetapi belum didaftarkan sampai saat ini. Beberapa perusahaan yang menjalankan program Jamsostek hanya sedikit sekali yang murni. Diantaranya ada yang hanya menyertakan karyawannya hanya sebatas program Jaminan Kesehatan, ada yang hanya mengikuti Jaminan untuk hari tua dan ada pula sebatas program jaminan keselamatan kerja. 10

Terhadap permasalahan semacam ini yang berhubungan dengan resiko sosial yang menimpa kaum tenaga kerja tersebut, perhatian pemerintah besar sekali, bahkan ikut terpanggil mendirikan suatu pertanggungan sosial yang direalisasikan dengan menyelenggarakan program Jamsostek yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 yang mulai berlaku tanggal 27 Pebruari 1993 sebagai Pelaksanaan Undang-undang Jamsostek Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian, Jaminan Pemeliharan Kesehatan sebagai perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan keluarganya dalam mengahadapi resiko-resiko sosial-ekonomi, dan mengurangi ketidakpastian masa depan.11

”Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang

memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut

menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan,

menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat

meningkatkan produksi dan produktifitas”.12

9

Jamhur Abdullah, DPRD Medan Prihatin Kondisi Karyawan, Suara Medan edisi 6 Mei 2007, halaman 2.

(18)

Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat

dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di

bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk

pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.

Namun di balik pentingnya Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini, sejumlah kasus

penyimpangan terhadap, pelanggaran hak karyawan ini, sering pula di langgar oleh

perseroan terbatas, di berbagai kota di Indonesia terjadi beragam pelanggaran atas

tindakan perseroan terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta

Jamsostek, akibatnya puluhan perusahaan diseret ke pengadilan karena tidak

mengikut-sertakan pekerjanya dalam program Jamsostek.

Masih banyak pengusaha yang sengaja tidak mengikuti aturan Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang program Jamsostek dengan tidak mendaftarkan para karyawannya. Oleh karenanya pemerintah kabupaten/kota diminta mendesak pengusaha segera mendaftarkan seluruh tenaga kerja diwilayahnya yang belum masuk program Jamsostek. Kakanwil I PT Jamsostek Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan, Masud Muhammad mengatakan, masih ada 64,70 persen lagi tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta Jamsostek di Medan. Masud menghimbau kiranya pengusaha di Medan, yang belum mendaftarkan karyawannya ke Jamsostek agar dilakukan karena hal tersebut telah tertuang di Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992. 13

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi E DPRDSU di ruang rapat gedung

Jamsostek, wakil rakyat DPRD Sumatera Utara merasa prihatin akibat minimnya

pengusaha kota Medan mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek,

dimana hal itu tentunya, sangat merugikan karyawan. Hal tersebut tidak bisa ditolerir

apalagi dengan dalih pertimbangan ekonomi biaya tinggi.

13

(19)

Sementara itu, Anggota Komisi E DPRDSU dari Fraksi PDS Burhanuddin Rajagukguk berpendapat, bahwa perlu penanganan serius tentang masalah Jamsostek khususnya perseorangan dan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK). Pelaksanaan otonomi daerah berada di Kabupaten/Kota, maka sasaran pelaksanaan Jamsostek ada didaerah. Oleh karenanya, perlu dipikirkan bersama, agar masing-masing kepala daerah dapat terlibat langsung untuk mendukung program jamsostek. Dengan melihat kepesertaan Jamsostek yang masih minim dan luasnya potensi yang belum tergali, saatnya dibuat Peraturan Gubernur atau Peraturan Daerah/Bupati/Walikota. Dan, peran Disnakertrans sangat strategis dalam menyukseskannya.14

Perusahaan tidak perlu ragu untuk mendaftarkan karyawannya masuk Jamsostek, karena klinik dan rumah sakit yang bekerja sama dengan jamsostek terus menerus kualitasnya ditingkatkan. Apalagi tenaga kerja yang di pekerjakan oleh perusahaan dengan sistem tenaga kerja outsorcing (OS). Kami sudah kunjungi langsung perusahaan dimaksud dan minta agar mereka segera mendaftar, ujar

Kakanwil PT Jamsostek Wilayah I di Medan.Menurut dia, Tahun ini pihaknya akan

bekerja secara all out mengajak perusahaan untuk segera mendaftar. Pokoknya Tahun ini sesuai dengan perintah menteri harus turun gunung, kita akan jemput bola. Lebih baik perusahaan dengan kesadaran sendiri masuk menjadi peserta Jamsostek. Sebab kalau tidak, mereka juga akan berurusan dengan yang berwajib, sebab melanggar Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992. Jadi lebih baik mendaftar secara bersamaan dengan kesadaran sendiri. 15

“Dalam hal perusahaan mendaftarkan karyawannya menjadi anggota

Jamsostek hendaknya jangan di di lihat dari ketentuan Undang Undang saja,

Kepesertaan pekerja dalam program Jamsostek, menurut Mudji, bukan sekadar

penegakan hukum positif yang diatur dalam peraturan perundangan, tetapi lebih dari

itu, yakni pemenuhan hak-hak normatif yang memang sudah seharusnya diterima

pekerja.”16

14

Wigoyo Puspoyo, Op. Cit, halaman 5.

15

Keterangan Kakanwil I PT Jamsostek Wilayah Sumatera Bagian Utara di Medan, Masud Muhammad, dalam temu pers dengan media cetak di Medan pada tanggal 12 Mei 2009 yang di terbitkan oleh Jurnal Jamsostek edisi Mei 2007, halaman 7.

16

(20)

Berkaitan dengan telah di syahkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas, sebagai pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun

1995, serta mengingat besarnya peranan Jamsostek bagi negara pada umumnya dan

tenaga kerja khususnya, maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian di

bidang Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek, yang berkaitan dengan peranan

perseroan terbatas untuk mendaftarkan karyawannya.

Penelitian ini di lakukan dengan judul, Tanggung Jawab Perseroan Terbatas

Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di

Kota Medan, untuk mengkaji keabsahannya secara hukum, sehingga dengan

demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat

di dalam penelitian ini.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja ?

2. Faktor-faktor Apakah yang menyebabkan Perseroan Terbatas Tidak

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial Tenaga

Kerja ?

3. Upaya Apakah yang di lakukan PT Jamsostek Dalam Mengatasi

Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai

(21)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan Perseroan Terbatas

Tidak Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Perserta Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

3. Untuk mengetahui upaya yang di lakukan PT Jamsostek Dalam

Mengatasi Perseroan Terbatas yang tidak mendaftarkan karyawannya

sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain :

1. Secara teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan

perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian

lanjutan tentang Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam

Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

b. Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam

penyempurnaan peraturan Perundang-undangan tentang aturan perseroan

terbatas, khususnya dalam hal tanggung jawabnya terhadap karyawan

(22)

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

pengetahuan hukum, terutama hukum perseroan terbatas dan hukum

tenaga kerja serta jaminan sosial.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para penegak

hukum terutama dalam hal pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Perusahaan atau Badan Hukum lainnya

yang tidak mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek serta

Hak-hak Pekerja lainnya yang telah diatur oleh Undang-Undang dan

peraturan hukum lainnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Tanggung Jawab Perseroan

Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga

Kerja di Kota Medan. Berdasarkan penelurusan kepustakaan dari hasil-hasil

penelitian yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara,

penelitian mengenai Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan

Karyawannya Sebagai Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan,

penelitian ini, baik dari segi judul, permasalahan dan lokasi serta daerah penelitian,

belum pernah di lakukan oleh peneliti lain, maka dengan demikian, penelitian ini

(23)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

”Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di

dalam masyarakat” 17, artinya bahwa hukum itu harus mencerminkan nilai-nilai yang

hidup di dalam masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe Pound, Eugen

Ehrlich, Benyamin Cardozo, Kantorowics, Gurvitch dan lain-lain, dimana aliran

pemikiran ini berkembang di Amerika.

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem Norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das solen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dari aksi manusia yang deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang membedakan antara apa yang ada (das sein) dan apa yang “seharusnya”, juga keyakinan Hume bahwa ada ketidak-mungkinan pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya bahwa hukum, yang merupakan pernyataan-pernyataan “seharusnya” tidak bisa direduksi ke dalam aksi-aksi alamiah.18

Pembangunan yang ditandai dengan perkembangan mekanisasi dan

otomatisasi industri, peningkatan penggunaan sarana moneter serta perubahan

keseimbangan penduduk dari pedesaan keperkotaan telah membawa perombakan

struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat membawa

perubahan-perubahan sosial dan kemudian perubahan-perubahan sosial itu akan mengakibatkan pula

terjadinya pergeseran nilai-nilai sosial di dalam kehidupan masyarakat.

Pergeseran nilai-nilai sosial tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya

kepincangan-kepincangan sosial di dalam tatanan kehidupan masyarakat yang

17

Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, halaman 66.

18

(24)

mungkin bisa berwujud perasaan cemas, prasangka, dan sikap masa bodoh yang

nantinya akan menimbulkan suatu keadaan yang tidak stabil di dalam masyarakat.

Untuk menetralisasi kemungkinan timbulnya ketidakstabilan tersebut, maka

pembangunan dibidang kesejahteraan harus diarahkan kepada berkembangnya tingkat

kesadaran tanggung jawab sosial, juga harus diupayakan untuk meningkatkan

kemampuan golongan masyarakat tertentu sebagai subyek yang dapat menentukan

masalah-masalah sosial yang dihadapi di dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu golongan tertentu ialah masyarakat tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan swasta maupun karyawan dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tenaga kerja merupakan bagian dari masyarakat yang ikut dalam proses pembangunan, khususnya di lapangan pangan produksi. Kesejahteraan tenaga kerja berupa jaminan perlindungan sosial menjadi faktor penentu bagi maju mundurnya perusahaan dalam mencapai produktivitas yang maksimal. Apabila fasilitas yang diterima tenaga kerja sebagai kontra prestasi penunaian kerja pada perusahaan jelek, maka akan mempengaruhi pula kesejahteraan keluarganya. Ini berarti semangat tenaga kerja dalam melakukan pengabdian berupa penunaian kerja di perusahaan tempat ia bekerja juga terpengaruh.19

Terhadap permasalahan semacam ini yang berhubungan dengan resiko sosial

yang menimpa kaum tenaga kerja tersebut, perhatian pemerintah besar sekali, bahkan

ikut terpanggil mendirikan suatu pertanggungan sosial yang direalisasikan dengan

menyelenggarakan program Jamsostek yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 1993 yang mulai berlaku tanggal 27 Pebruari 1993 sebagai

Pelaksanaan Undang-undang Jamsostek Nomor 3 Tahun 1992 yang mengatur

pemberian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian,

Jaminan Pemeliharan Kesehatan sebagai perlindungan dasar bagi tenaga kerja dan

keluarganya dalam mengahadapi resiko-resiko sosial-ekonomi, dan mengurangi

ketidakpastian masa depan.

19

(25)

Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai salah satu bentuk jaminan sosial yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi manusia tenaga kerja ikut menyumbang kegiatan pembangunan dengan mengurangi ketidakpastian masa depan, menciptakan ketenangan kerja dan ketentraman berusaha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktifitas. Manfaat diselenggarakannya jaminan sosial bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya.20

Dalam Teori Keadilan (equity theory) dikatakan bahwa individu akan

membuat perbandingan sosial dalam menilai imbalan dan status mereka sendiri.

Untuk itu persepsi karyawan merupakan faktor yang paling relevan dalam

menentukan keadilan sistem kompensasi di mana perbandingan kompensasi aktual

dengan yang diharapkan menentukan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan karyawan.

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek,

menjelaskan jenis-jenis program jaminan sosial yaitu meliputi jaminan kesehatan,

jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Secara yuridis program jaminan sosial tersebut merupakan usaha dari pemerintah

untuk menumbuhkan kepuasan pekerja dalam bekerja.

(26)

Kasus-kasus kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap tenaga kerja dalam berbagai bentuk masih terus terjadi dan seolah-olah menjadi sesuatu yang biasa dihadapi mereka yang bekerja sebagai pekerja, terlebih-lebih perlindungan hukumnya.

Sejak Tahun 2004, di masa pemerintahan Megawati, Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004 telah disahkan, berdekatan dengan disahkannya Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM) 2004-2009 dimana salah satu rencananya adalah Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak-hak Pekerja dan Keluarganya. Pemerintah periode saat ini telah pula mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Lebih lanjut, Peraturan Presiden Nomor. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) telah dikeluarkan untuk melaksanakan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004.22

Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara

yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan

hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan,

kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun. 23

(27)

Hal ini dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, diarahkan pada peningkatan harkat,

martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan diri sendiri dalam mewujudkan

satu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun

spiritual.

Pembangunan di bidang ketenagakerjaan dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran serta pengembangan sumber daya manusia diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja. 25

”Terwujudnya sumber daya manusia yang tinggi tersebut dibutuhkan suatu

kondisi yang kondusif untuk dapat menunjang percepatan cita-cita pembangunan

nasional secara menyeluruh. Hukum nasional disusun berdasarkan konsepsi-konsepsi

dan asas-asas hukum yang berasal dari hukum masyarakat Indonesia di masa kini dan

masa yang akan datang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”26

Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis membuat perusahaan harus mampu

meningkatkan efesiensi dan produktifitas karyawannya. Hal ini berarti perusahaan

harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, siap dan tidak takut

menghadapi perubahan lingkungan bisnis sebagai suatu tantangan yang harus

dihadapi.

25

Herman Hakim, Sistem Pengupahan Tenaga Kerja, (Jakarta, Penerbit : LP3IS, 2007), hal. 6.

26

(28)

Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan meningkatkan efektifitas sumber daya dalam organisasi, sehingga membentuk satuan kerja yang efektif. Manajemen sumber daya manusia yang efektif dapat meningkatkan efektifitas organisasional. Oleh karena itu perusahaan harus merencanakan, mendapatkan, menggunakan, melatih, mengembangkan, mengevaluasi dan memelihara jumlah serta kualitas karyawan dengan tepat. Pendayagunaan sumber daya manusia yang tepat menyangkut pemahaman terhadap kebutuhan individual maupun organisasional agar potensi sumber daya manusia dapat digali sepenuhnya. Salah satu variabel penting terhadap kebutuhan tersebut adalah kompensasi atau jaminan sosial. 27

2. Konsepsi

Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari asbtrak menjadi suatu yang konkrit, yang

disebut dengan operational definition28. Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai29.

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu

didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi untuk dapat

menjawab permasalahan penelitian.

”Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.”30

27

Ibid, halaman 7.

28

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi

Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta, Penerbit : Institut Bankir Indonesia,

1993), hal. 10

29

Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, (Medan : PPs – USU, 2002), h. 35

30

(29)

Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan

Komisaris.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk

berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah

Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini

dan/atau anggaran dasar.

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.31

31

(30)

Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang

merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan

pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

“Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau

imbalan dalam bentuk lain”.32

Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau

badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara

yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan

dalam bentuk lainnya.

Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,

termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa

yang telah atau akan dilakukan.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja,

termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja

atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota keluarganya. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah.

32

(31)

Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya

anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang

atau hilangnya kemampuan pekerja untuk menjalankan pekerjaannya.

Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan

seseorang untuk melakukan pekerjaan.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai Tanggung

Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya Sebagai Peserta

Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Kota Medan. Bersifat analisis karena gejala dan fakta

yang dinyatakan oleh responden kemudian akan dianalisa terhadap berbagai aspek

hukum baik dari segi hukum perseroan terbatas maupun hukum perdata dan hukum

ketenagakerjaan.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu suatu

penelitian yang meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian dihubungkan

dengan data dan perilaku para pelaku yang berkaitan dengan judul penelitian.

Data atau materi pokok dalam penelitian ini diperoleh langsung dari para

responden melalui penelitian lapangan (field research) yaitu para pekerja atau

karyawan perusahaan sebagai peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Direksi maupun

staf Perseroan Terbatas serta pejabat dan staf PT Jamsostek Medan dan Depnaker

(32)

Data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder serta bahan hukum tertier yaitu melalui penelitian kepustakaan (library

research) berupa peraturan Perundang-undangan, buku-buku, laporan hasil penelitian

terdahulu, dokumen resmi dan bahan-bahan kepustakaan lainnya berbentuk tertulis

yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber

penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari

perundang-undangan, cacatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan

dan putusan-putusan hakim.

Sedangkan bahan-bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi

buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan.

Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan

menghimpun bahan-bahan berupa :

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dalam penelitian ini

yaitu, Undang-undang Nomor 3 Tahun1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

(33)

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan

hukum primer antara lain : tulisan atau pendapat para pakar hukum dibidang

Tenaga Kerja, Perseroan Terbatas dan Hukum Perdata

c. Bahan hukum tertier yaitu yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti majalah, surat kabar, dan

internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat

informasi relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kota Medan, dimana Medan merupakan Ibukota

Provinsi Sumatera Utara, sekaligus sebagai pusat perekonomian dan terdapat ribuan

industri yang di miliki oleh perseroan terbatas, yang memperkerjakan ratusan ribu

karyawan yang menurut Undang Undang wajib di daftarkan sebagai peserta Jaminan

Sosial Tenaga Kerja.

4. Wawancara dan Nara Sumber

Dalam melakukan penelitian ini, maka penulis melakukan tehnik wawancara

dengan beberapa sumber, yaitu dengan wawancara langsung dengan karyawan

perusahaan yang terdaftar dan tidak terdaftar sebagai peserta asuransi Jamsostek, staf

bagian penerimaan pendaftaran kepersertaan Jamsostek di Kantor Cabang PT

(34)

5. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat :

a. Studi Dokumen.

Untuk memperoleh data sekunder perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu

dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori dan dokumen-dokumen lain yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

b. Pedoman Wawancara

Untuk memperoleh data primer, dilakukan wawancara dengan 10 (sepuluh)

orang karyawan karyawati perusahaan di kota Medan dengan perincian 5 orang yang

terdaftar sebagai peserta Jamsostek dan 5 orang yang tidak terdaftar, dengan

mempergunakan pedoman wawancara dan daftar pertanyaan.

5. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di

lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode

deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan

pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya di

dalam hal Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Dalam Mendaftarkan Karyawannya

(35)

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara ”kwalitatif,

selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru

ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.”33

Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang

terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah,

peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media

cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi

kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis

penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara

kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab segala

permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini.

33

(36)

BAB II

TANGGUNG JAWAB PERSEROAN TERBATAS DALAM

MENDAFTARKAN KARYAWANNYA SEBAGAI PESERTA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

A. Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi

dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang.

Perseroan Terbatas telah berdiri sejak ditandatanganinya akta pendirian

perseroan dihadapan Notaris oleh para pendirinya, sedangkan status badan hukum

perseroan diperoleh setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia.

Perseroan Terbatas merupakan Badan hukum yang paling diminati pada saat ini. Hampir rata-rata setiap orang yang memiliki modal menengah ke atas memilih berinvestasi atau melakukan bisnis dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Tanggung jawab pemegang saham pada Perseroan Terbatas hanya sebatas besarnya saham yang dimiliki, sehingga apabila terjadi sesuatu pada Perseroan Terbatas tersebut, maka harta kekayaan pribadi si pemegang saham aman34.

Perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1

ayat (1) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Undang-Undang serta peraturan pelaksanaannya.

34

(37)

Selain itu, perseroan terbatas sebagai badan hukum mempunyai elemen

yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut :

Dasarnya adalah perjanjian, Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan

Terbatas adalah perjanjian yang dibuat di antara para pendiri Perseroan Terbatas

tersebut, sehingga menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para

pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 atau dua orang/badan hukum.

Menurut Subekti, perjanjian ialah suatu peristiwa hukum dimana seorang

berjanji kepada seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua

orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan

atau ditulis.

Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas konsensualisme, yang berarti sepakat. Arti konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas. Hukum perjanjian menganut sifat terbuka, artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan, hal ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata.35

Dua syarat yang pertama dalam pasal 1338 KUHper, dinamakan syarat-syarat

subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan

perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif

35

(38)

karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang

dilakukan itu. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian itu batal demi

hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah

ada suatu perikatan. Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk

melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal. Dengan demikian, maka tiada dasar

untuk saling menuntut di depan hakim.

Dalam hal suatu syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak yang mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas. Jadi, perjanjian yang telah dibuat itu mengikat juga, selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi.36

Adanya para pendiri, Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum

sering juga disebut dengan perintis yang terdiri dari minimal 2 atau dua orang.

Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa pendiri

wajib menjadi Pemegang Saham tetapi tetap mempunyai kebebasan untuk

mengalihkan sahamnya kepada pihak lain. Undang-Undang Perseroan Terbatas

memberikan kewenangan agar para pendiri dapat berbisnis untuk dan atas nama

perusahaan, walaupun pendirian Perseroan Terbatas belum sempurna dalam arti

belum mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atau

selanjutnya disebut dengan "Menhum dan HAM, belum didaftarkan dan diumumkan.

Meskipun demikian perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab para pendiri secara

pribadi apabila tidak segera diratifikasi ketika perseroan sudah menjadi badan hukum

36

(39)

secara sempurna sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang

Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007.

Pendiri atau Pemegang Saham bernaung di bawah satu nama bersama,

Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas dari

nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena

itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan bersama-sama dengan

pengesahan anggaran dasarnya dilakukan oleh Menhum dan HAM.

Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang

Pemegang Saham. Berdasarkan prinsip teori klasik yaitu teori perjanjian yang dianut

oleh negara Indonesia tersebut maka Perseroan Terbatas harus mempunyai minimal 2

(dua) orang Pemegang Saham oleh sebab itu Perseroan Terbatas disebut sebagai

asosiasi Pemegang Saham atau asosiasi modal.

Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual, Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan Hukum atau rechtpersoon, legal entity manusia semu atau artificial person, Badan Intelektual atau Intelektual body). Sebagai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai wewenang bertindak atas dan untuk nama sendiri baik di luar maupun di dalam pengadilan, bertanggung jawab sendiri secara hukum, mempunyai harta kekayaan sendiri dan mempunyai pengurus, sehingga dengan demikian Perseroan Terbatas bertanggung jawab secara penuh, sebab dengan beberapa pengecualian maka Direksi, Komisaris atau pun Pemegang Saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap tindakan hukum Perseroan Terbatas.37

Diciptakan oleh hukum, Pengertian Perseroan Terbatas diciptakan oleh hukum

adalah dalam proses pendirian Perseroan Terbatas menurut pasal 7 ayat (6)

Undang-Undang Nomr 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa

37

(40)

Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya

telah disahkan oleh Menhum dan HAM.

Mempunyai kegiatan usaha, Sesuai pengertian Perseroan Terbatas yang tercantum dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas dan anggaran dasarnya maka terlihat bahwa tujuan pendirian Perseroan Terbatas adalah melaksanakan satu atau beberapa bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang akan diberikan kepada Pemegang Saham dalam bentuk deviden sesuai kebijaksanaan Perseroan Terbatas yang telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 38

Berwenang melakukan kegiatan usaha, Perseroan Terbatas sebagai suatu

badan hukum adalah merupakan subjek hukum, sehingga dapat melakukan

kegiatannya sendiri seperti manusia yang dilaksanakan oleh Direksi sebagai organ

Perseroan Terbatas.

Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh

perundang-undangan yang berlaku, Kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan ruang

lingkupnya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya, sebab apabila

Perseroan Terbatas melakukan kegiatan di luar ruang lingkupnya maka berarti

Perseroan Terbatas telah melakukan ultra vires dan bertanggung jawab terhadap

tindakannya tersebut.

Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor, Pengaturan

tentang modal dasar atau authorized capital, modal ditempatkan atau issued capital

dan modal disetor atau paid up capital terdapat dalam pasal 26 Undang-Undang

Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa Perseroan

Terbatas harus mempunyai modal-modal tersebut setelah Perseroan Terbatas

38

(41)

memperolah status badan hukum dan jumlah antara modal yang ditempatkan dan

modal yang disetor.

Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham, Prinsip hukum dalam suatu Perseroan Terbatas adalah bahwa tidak ada modal yang tidak dapat dibagi ke dalam saham-saham dan tidak mungkin ada saham yang tidak diambil dari modal perseroan. Eksistensinya terus berlangsung. Meskipun Pemegang Sahamnya silih berganti Perseroan Terbatas mempunyai prinsip keterpisahan, sehingga akibatnya mempunyai eksistensi yang terpisah diantara perseroan sebagai badan hukum dengan Pemegang Sahamnya. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat berlangsung terus, walaupun terjadi pergantian Pemegang Saham, peralihan saham atau adanya jaminan hutang.39

Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset-asetnya. Dalam

melaksanakan kegiatan usahanya Perseroan Terbatas mempunyai kewenangan secara

hukum untuk menerima, mengalihkan dan memegang aset-asetnya menurut peraturan

yang berlaku. Pembatasan terhadap kewenangan tersebut salah satunya di bidang

hukum agraria yang melarang Perseroan Terbatas memiliki hak milik atas tanah,

sehingga hanya diperbolehkan mempunyai hak guna usaha atau HGU, hak guna

bangunan atau HGB, Hak pakai dan Hak sewa.

Dapat menggugat dan digugat di pengadilan, Perseroan Terbatas dalam melakukan kegiatannya tentu mempunyai hubungan hukum dengan pihak lainnya. Dalam hubungan hukum tersebut seringkali terdapat tindakan-tindakan yang melanggar perjanjian yang sudah disepakati, sehingga untuk mempertahankan haknya masing-masing, maka baik Perseroan Terbatas maupun pihak lain tersebut dapat menggugat atau digugat di pengadilan. Apabila Perseroan Terbatas digugat maka sesuai prinsip perseroan yang menyatakan Perseroan Terbatas sebagai suatu badan hukum mandiri dan terpisah yang dapat disita oleh pengadilan hanya aset perseroan tersebut.40

39

Mahmud Rifai, Eksistensi Perseroan Terbatas, (Jakarta, Pustaka Loka, 2004), halaman 5.

40

(42)

Perseroan Terbatas mempunyai 3 atau tiga organ perusahaan yang berfungsi

untuk melakukan kegiatannya sehari-hari yaitu Direksi, Komisaris, RUPS yang

mempunyai tugas berbeda.

B. Pememerintah Provinsi Sumut Minta Pengusaha Patuhi Peraturan Jamsostek

Dalam rangka memberikan perlindungan tenaga kerja yang melakukan

pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja guna

memberikan ketenangan dalam bekerja yang pada akhirnya memberikan dampak

positif terhadap peningkatan produktivitas dan peningkatan disiplin tenaga kerja,

maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kembali menghimbau seluruh pengusaha

BUMN, BUMD dan Swasta di wilayah Sumatera Utara, untuk segera dilindungi

Jamsostek dalam upaya mematuhi dan melaksanakan Peraturan Jamsostek, hal ini

dikatakan Kakanwil I PT Jamsostek (Persero) Mas’ud Muhammad.41

Demikian juga pengusaha yang bekerja di sektor jasa konstruksi, dimana

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang program jamsostek

dalam lingkungan Jasa konstruksi sendiri, sudah diatur dalam peraturan Gubernur

Sumatera Utara antara lain SK Gubernur Nomor : 560/1046.K/Tahun 2004 tentang

pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja bagi kerja harian lepas, borongan,

perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi dan tenaga kerja informal

41

(43)

di Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, Nomor. 560/293.K/Tahun 2005 tentang

penyempurnaan tim koordinasi fungsional (KF) pelaksanaan program jamsostek di

Provinsi Sumatera Utara dan Nomor. 560/1840.K/Tahun 2005 tentang pelaksanaan

program jamsostek di Sumatera Utara.

Kedua pejabat tersebut memberi perhatian terhadap SK Gubernur tentang

program Jamsostek, karena ternyata di lapangan belum berfungsi optimal. “Kita

melihat banyak karyawan swasta, karyawan tetap maupun honorer serta harian lepas

sepertinya tidak diperhatikan haknya oleh perusahaan jasa konstruksi,” tandas dia lagi.

Dalam pertemuan tersebut dibicarakan sejumlah rencana kerja, termasuk kedua

instansi akan segera turun ke lapangan seperti ke daerah Medan, Deli Serdang,

Serdang Bedagai, Pematang Siantar, Nias sebagai prioritas pertama, guna dilakukan

pengecekan terhadap sejumlah perusahaan yang belum tunduk terhadap aturan

ketenagakerjaan bersifat wajib itu.

Untuk itu, kepada para pengusaha di Sumut dan sekitarnya yang belum

sempat mendaftarkan karyawannya sebagai peserta Jamsostek agar secepatnya

mendaftar. Sebab dengan demikian pihak perusahaan telah membantu para

karyawannya dengan jaminan sosial tenaga kerja, kata Djaili Azwar.

(44)

proyek tersebut kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja atau JKK dan Jaminan Kematian (JKM).

Adapun proyek-proyek tersebut meliputi proyek APBD,

Proyek-proyek atas Dana Internasional, Proyek-Proyek-proyek APBN, Proyek-Proyek-proyek swasta, dan

lain-lain. Sementara untuk menjadi peserta, pemborong bangunan (kontraktor)

mengisi Formulir pendaftaran kepesertaan Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada

kantor Jamsostek setempat sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai

pekerjaan. Kemudian, formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat

Perintah Kerja atau SPK atau Surat Perjanjian Pemborong atau SPP.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, antara lain, Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja.

Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah

sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah

dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6 (enam)

hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima) ,

sedangkan yang bekerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan

dibagi 21 (dua puluh satu).

Kemudian, Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga)

bulan penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam

(45)

dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan tergantung cuaca

upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas bulan terakhir. Untuk

tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu, penetapan

upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

Menurut Kepala Kantor Wilayah PT Jamsostek (Persero) , H. Mas’ud Muhammad, dukungan Pemprov Sumut terhadap program Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau Jamsostek sangat tinggi. Dukungan tersebut dibuktikan telah terbitnya Surat Keputusan Gubernur jauh sebelumnya. ”Makanya kedepan, karena program jamsostek adalah program pemerintah, PT Jamsostek dan Pemprovsu akan bersinergi lebih intenstif lagi untuk menggalang gerakan bersama, sehingga seluruh proyek di Sumut dapat masuk jamsostek,” tandasnya. 42

Sebagaimana diketahui, SK Gubernur Sumut itu memerintahkan kepada Pemerintah

Daerah Kota dan Kab di Sumut untuk melindungi tenaga kerja sekaligus memberikan

sanksi kepada pengusaha yang tidak melakukan kewajiban perlindungan jaminan

sosial kepada karyawannya. Sedangkan kepada bupati dan Walikota diperintahkan

menindak tegas para pengusaha yang tidak mematuhi SK tersebut. Terutama terhadap

para kontraktor yang memperoleh proyek yang dananya bersumber dari APBD,

maka mereka wajib mendaftarkan tenaga kerjanya kepada PT Jamsostek.

Berbagai persoalan tenaga kerja yang tidak masuk program kepesertaan Jamsostek

tidak saja melanda perusahaan swasta, namun tenaga kerja yang berkerja di

perusahaan Badan Usaha Milik Daerah disingkat BUMD juga sering hak hak pekerja

tersebut di abaikan oleh manajemen perusaan seperti BUMD di Binjai yang masih

masuk dalam wilayah pembinaan PT Jamsostek Cabang Medan.

42

(46)

Terdaftar di Jamsostek Setelah 4 Tahun Diabaikan MESKI belum

sepenuhnya, paling tidak untuk saat ini ratusan karyawan Perusahaan Daerah

disingkat PD Pembangunan Binjai sudah bisa sedikit bernapas lega. Betapa tidak,

setelah menempuh perjuangan panjang, akhirnya hak jaminan sosial mereka yang

sempat diabaikan 4 Tahun labih itu, akhirnya dipenuhi perusahaan. Hal itu diketahui

setelah sedikitnya 131 karyawan PD Pembangunan Binjai tersebut didaftarkan

menjadi peserta Jamsostek.

Kurang lebih 4 Tahun kami bekerja di sini, tapi baru kali ini kami terdaftar

sebagai mengetahui manfaat Jamsostek yang menjamin ketenagakerjaan itu.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,

termasuk media yang telah membantu kami keluar dari penindasan. Bantuan media

telah menggugah hati pimpinan PD Pembangunan untuk lebih memperhatikan

kesejahteraan kami selaku karyawan yang dipimpinnya, ujar puluhan karyawan

BUMD itu.

Memang gaji kami belum dibayarkan sampai sekarang, tapi pihak perusahaan

berjanji nanti bulan Juni depan gaji itu sekalian dibayar. Pokoknya saat ini kami

sudah sedikit lega dengan adanya Jamsostek ini, kami menjadi lebih nyata sebagai

seorang karyawan. Baru sekarang kami tahu manfaat Jamsostek ini, tambah mereka.

Bukan itu saja, puluhan karyawan PD Pembangunan yang ditemui di tempat

terpisah juga mengaku puas dengan jaminan sosial yang mereka miliki saat ini

walaupun gaji belum mereka terima, “Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih

(47)

membela kami dengan pemberitaan. Sehingga kini kami sudah menjadi peserta

Jamsostek yang berarti kehidupan kami lebih terjamin. Kini kami bisa merasa aman

bekerja karena bila kami sakit tidak sulit lagi berobat dan kalaupun terjadi kecelakaan

dalam bekerja kami sudah ada jaminan, jadi kini kami merasa senang,” ungkap

mereka.

Masih kata karyawan, selama ini mereka hanya bisa pasrah dengan nasib.

Mulai gaji yang kecil dan sering tersendat senda pembayarannya, hingga tidak

terdaftarnya mereka jadi peserta Jamsostek. “Kini kami merasa sedikit lega dengan

sudah menjadi peserta Jamsostek walau gaji kami masih di bawah UMR dan

pembayarannya sering tersendat sendat.

Kami berharap pihak pihak terkait di Pemko Binjai untuk dapat melakukan

upaya agar gaji yang kami terima bisa lebih baik paling tidak sesuai dengan

Keputusan Pemerintah tentang Upah Minimum Regional atau UMR sehingga

kehidupan kami menjadi lebih baik,” harap mereka yang mengaku selama dua Tahun

sudah bekerja hanya di beri gaji sebesar Rp 500.000,- / bulan.

Kalau PD Pembangunan sudah mendaftarkan karyawannya menjadi peserta Jamsostek itu merupakan kewajiban mereka selaku perusahaan yang telah diatur oleh Undang-Undang, begitu juga tentunya dengan pembayaran upah yang mana sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 186 Jo Pasal 111 ayat (4) Barang siapa membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 111 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 Tahun dan denda paling banyak Rp.200 Juta,43

43

Gambar

Tabel 1.  Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kantor Pusat Defisi   Humas
Tabel 2. Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) Kantor CabangMedan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menemukan bahwa penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja belum menjamin adanya kepastian

24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengenai kewajiban mendaftarkan tenaga kerjanya ikut BPJS Ketenagakaerjaan di UMKM tenun sarung

Menurut Pasal 99 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh jaminan sosial dari pengusaha sebagai pemberi kerja. Mengenai jaminan sosial

jaminan sosial tenaga kerja dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program,.. yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan

47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP TJSL) dapat ditinjau dari 3.. aspek yaitu istilah, subjek, dan objek ruang lingkup tanggung

47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (PP TJSL) dapat ditinjau dari 3.. aspek yaitu istilah, subjek, dan objek ruang lingkup tanggung

Tujuan dalam penelitian untuk mengkaji dua hal, pertama tanggung jawab hukum dari direksi perusahaan pada suatu Perseroan Terbatas (PT), dan kedua, kerugian atas

Sejalan dengan UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 ayat 3, CIMB Niaga merumuskan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social