• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Penyerap Panas Memanfaatkan Energi Panas Matahari Dengan Teknik Saluran Multi Belokan Tajam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimasi Penyerap Panas Memanfaatkan Energi Panas Matahari Dengan Teknik Saluran Multi Belokan Tajam"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PENYERAP PANAS MEMANFAATKAN ENERGI

PANAS MATAHARI DENGAN TEKNIK SALURAN

MULTI BELOKAN TAJAM

T E S I S

Oleh

MUHAMAD HAIYUM 027015010/TM

SE

K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

OPTIMASI PENYERAP PANAS MEMANFAATKAN ENERGI

PANAS MATAHARI DENGAN TEKNIK SALURAN

MULTI BELOKAN TAJAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam

Program Studi Teknik Mesin pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMAD HAIYUM 027015010/TM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : OPTIMASI PENYERAP PANAS MEMANFAATKAN ENERGI PANAS MATAHARI DENGAN TEKNIK SALURAN MULTI BELOKAN TAJAM

Nama Mahasiswa : Muhamad Haiyum Nomor Pokok : 027015010

Program Studi : Teknik Mesin

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir. Ahmad Syuhada, MSc ) Ketua

(Prof. Dr. Ir. Farel H. Napitupulu, DEA) ( Ir. Zamanhuri, MT) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B.,M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 02 Februari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ahmad Syuhada, M.Sc Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Farel H. Napitupulu, DEA

2. Ir. Zamanhuri, MT

(5)

ABSTRAK

Optimasi penyerap panas dengan memanfaatkan energi matahari (surya) dipengaruhi oleh beberapa karakteristik aliran fluida di dalam saluran. Saluran penampang persegi empat dengan belokan tajam 1800 sering digunakan sebagai laluan aliran pada berbagai tipe peralatan termal. Pola aliran dalam saluran tersebut mempunyai suatu stuktur tiga dimensi yang kompleks, karena pemisahan aliran disebabkan oleh perubahan arah yang mendadak/tiba-tiba dari aliran di dalam belokan tajam lebih-lebih untuk aliran sekunder yang disebabkan oleh gaya sentrifugal, oleh karena itu laju perpindahan panas konveksi lokal untuk permukaan daerah yang kecil diharapkan tingkat perubahan secara nyata. Melalui variasi sudut hambatan yang disusun secara zig zag diharapkan dapat ditemukan sudut hambatan yang sesuai dalam upaya mengoptimalkan penyerapan panas dengan memanfaatkan energi matahari dengan teknik saluran multi belokan tajam. Ukuran dari kolektor adalah 250 cm x 80 cm. Pada setiap sisi dari kotak absober dilapisi dengan isolator termal berupa karet bewarna hitam dengan tebal 10 mm. Sebagai penyerap radiasi surya pada pengujian ini digunakan pasir besi dengan tebal 6 cm. Kotak pasir besi terbuat dari kayu dengan tebal 15 mm dan sebagai penutup transparan digunakan kaca 5 mm dengan ukuran 250 cm x 80 cm. Posisi kotak pemanas udara dibuat miring 150 dengan tujuan agar proses aliran udaranya bisa berlangsung dengan adanya perbedaan elevasi masukan dan keluaran. Jumlah hambatan sebanyak sembilan buah. Susunan hambatan yang berbentuk saluran multi belokan tajam (dengan sudut hambatan 900 dan 1050) dan tanpa belokan. Pengukuran temperatur dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu : saluran tanpa belokan, saluran multi belokan tajam dengan sudut hambatan 900, dan saluran multi belokan tajam dengan sudut hambatan 1050. Pengujian dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan energi surya sebagai energi pemanas dan pengukuran temperatur dilakukan sebanyak 29 titik pada laluan aliran Pengujian dilakukan dari jam 11.00 sampai dengan 15.00 wib. Hasil penelitian menunjukan, distribusi temperatur absorber untuk ketiga tipe solar kolektor cenderung sama, distribusi temperatur tertinggi dapat dicapai oleh kolektor dengan belokan tajam sudut hambatan 1050 yaitu temperatur maksimum 830 Cpada waktu pukul 12.30 – 13.30. Tipe solar kolektor berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900 merupakan distribusi temperatur kedua tertinggi yang mampu dicapai yaitu 810 C. Waktu untuk distribusi temperatur optimal adalah pukul 12.30 – 13.30, ini terjadi ketiga tipe kolektor yang diuji, hal ini terjadi karena waktu itu merupakan radiasi terbesar yang mampu di pancarkan ke bumi. Hasil dari kajian ini menyatakan bahwa tipe kolektor saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 1050 memperoleh kemampuan memanaskan udara di dalam saluran kolektor paling optimal.

(6)

ABSTRACT

The optimum of heat absorber by exploiting the solar energy is influenced by some characteristics of fluid flow in a channel. The square longitudinal channel with the 180° sharp curve is always used as the streams for some various types of thermal instruments. The flowing pattern in that stream has a complex three dimensional structure, because the separation of stream is caused by a changing of sudden direction on the sharp curve, especially for the secondary stream which is caused by centrifugal affect. Therefore, the speed level of local conventional heat moving for the little surface area is expected to change clearly. Hopefully, through the variations of buffle angles which are structured zig-zagly, the suitable buffle angles can be created in optimalizing the heat absorber by using the solar energy with the technic of multi sharp curve channels. The size of collector is 250 cm x 80 cm Every side of the absorber box is coated by thermal isolator in the form of black rubber with the 10 mm thickness. As an absorber of solar radiation in this research, the iron sand with 6 cm thickness is used. The box of iron sand is made up of woods with its thickness is 15 mm and the transparent glass with the thickness of 6 mm, the length of 250 cm and the width of 80 cm is used at the top of its transparent cover. The air heater box is positioned leans at an angle of 15°, with the aims of the circulation of air stream could be exist because of the differences of an input and an output elevation. The total of buffle is nine. They are constructed in multi sharp curve of channel (with 90° and 105° buffle angles) and without a curve, too. The temperature degree was measured by some variations, they are the stream without curve, the stream with 90° multi buffle curves, the flow with 105° multi sharp curves. The survey was done in open air by using solar as the heat energy, the measurements of temperature was done on 29 spots at the stream of flow. The survey was done from 11 a.m. to 3 p.m. The results show that the distribution of absorber temperature for the three types of solar collector are inclined similar, the distribution of the first highest temperature could reach by collector at the 105° sharp curve with the buffle and the maximum temperature was 83° C. at 12.30 a.m. to 01.30 p.m. The ty pe of solar collector with 90° sharp curve and buffle was the second highest temperature which could reach 81° C. The optimal time for temperature distribution was from 12.30 a.m t0 01.30 p.m. This was happened for the three tested collectors. The highest temperature could be happened because of that time was as the time of highest radiated time wich could be radiated to the earth. The result of this study claimed that the type of collector with the sharp curved flow and had 105° buffle angle got the ability to heat the air in the most optimal collector in the channel.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia

yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan

judul “Optimasi Penyerap Panas Memanfaatkan Energi Panas Matahari Dengan

Teknik Saluran Multi Belokan Tajam”.

Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Thermal

dan Fluida Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala.

Penulisan tesis ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak

terutama komisi pembimbing dan melalui kolokium/seminar yang telah banyak

memberi masukan saran demi kesempurnaan pelaksanaan penelitian.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang tinggi kepada: Prof. Dr. Ir. Ahmad Syuhada, MSc (ketua),

Prof. Dr. Ir. Farel H. Napitupulu, DEA (anggota) dan Ir. Zamanhuri, MT (anggota),

selaku komisi pembimbing yang telah memberi petunjuk dan arahan mulai dari

pembuatan proposal sampai menjadi sebuah tesis. Prof. Dr. Ir. Armansyah

Ginting,M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

dan Dr. Ing.Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi

Pascasarjana Teknik Mesin FakultasTeknik yang telah memberikan kesempatan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Pascasarjana Teknik

Mesin. Direktur Politeknik Negeri Lhokseumawe dan Pemda NAD atas izin dan

kepercayaan yang diberikan untuk menempuh pendidikan Program Magister. Seluruh

dosen dan staf administrasi Program Studi Pascasarjana Teknik Mesin yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama penulis dalam pendidikan di

Program Magister. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya rekan-rekan yang

bergabung di Laboratorium Thermal dan Fluida Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala dan penyelesaian tesis in. Ayahanda dan

(8)

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya

kepada istri tercinta Erlina dan anak tersayang Muhammad Firrizqi Furqan, Firzha ade

Maulina, Firdhila Ananda Syahputri, yang telah memberikan banyak bantuan do’a,

dorongan, dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis

hanya bisa berdo’a semoga Allah melindungi dan memberikan balasan yang setimpal

kepada mareka.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan yang membangun

sangat diharapkan. Penulis juga berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2009

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Haiyum

Tempat/Tanggal lahir : Binjai / 25 Juni 1965

Alamat : Jl. Tgk. Muda Lamkota Lr. Benteng Mas No. 2 Kel. Uteun Bayi Lhokseumawe

Pekerjaan : Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar No. 2 Harapan Binjai, 1978

2. Sekolah Menengah Pertama Taman Siswa Binjai, 1981

3. Sekolah Menengah Atas Negeri I Binjai, 1984

4. S 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 1991

RIWAYAT PEKERJAAAN.

1. Kepala Lab. Uji Bahan Politeknik Negeri Lhokseumawe, 1989-1999.

2. Kepala Lab. Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Lhokseumawe, 1999- 2003.

3. Sekretaris HAKI Politeknik Negeri Lhokseumawe, 2003

PELATIHAN YANG DIUKUTI

3. Workshop On “PRE PROGRAM OF INFORMATION TECHNOLOGY

diadakan oleh IC - Star USU Medan, 02-03 Sep 2002

4. Workshop On “MSC / NASTRAN” diadakan oleh IC – STAR USU

Medan, 27 November- 24 Desember 2003

PENGALAMAN DALAM BIDANG PENELITIAN

1. Pengaruh addative pada oli Mesran SAE 20-50 terhadap putaran mesin

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

RIWAYAT HIDUP ……….. v

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

DAFTAR NOTASI ……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1.1 Latar Belakang ………... 1.2 Perumusan Masalah ………... 1.3 Tujuan Penelitian ………... 1.4 Manfaat Penelitian ………...

1 1 3 4 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Pendahuluan ... 2.2 Pola Aliran dan Perpindahan Panas Konveksi Bebas

pada Bidang Vertikal ... 2.3 Pola Aliran dan Konveksi Bebas pada Bidang Miring ... 2.4 Pola Aliran dan Perpndahan Panas Konveksi Bebas

pada Bidang Horizontal ………... 2.5 Pola Aliran dan Perpidahan Panas pada Saluran

dengan Belokan 900 ………. 2.6 Aliran Panas pada Saluran dengan Belokan Tajam 1800 ……….

2.7 Kerangka Konsep ……….

5 5 9 10 11 12 12 14

BAB 3 METODE PENELITIAN ……….

3.1 Tempat dan Waktu ………...

3.2 Bahan, Peralatan, dan Metode ………. 3.3 Pelaksanaan Penelitian ………. 3.4 Variabel yang Diamati ………. 3.5 Teknik Pengukuran, Pengolahan, dan Analisa Data ...

16 16 16 19 23 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Distribusi Temperatur di Sepanjang Laluan ……… 4.2 Distribusi Temperatur di Sepanjang Saluran ...

(11)

4.3 Optimasi Distribusi Temperatur Pada Saluran Kolektor ……….. 4.4 Distribusi Bilangan Rayleigh Sepanjang Saluran ……… 4.5 Simulasi MEH

37 40 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Lapisan batas diatas plat-palat vertikal ... 10

2.2 Ilustrasi aliran panas pada bidang miring ... 11

2.3 Ilustrasi aliran panas konveksi bebas pada bidang horizontal ………. 11

2.4 Aliran panas pada belokan 900 ……… 12

2.5 Pergerakan fluida ketika melewati belokan tajam ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 15

3.1 Sket alat penyerap panas yang dibuat ... 18

3.2 Tata letak hambatan pada kolektor dengan belokan tajam 180O dengan sudut hambatan 90O ... 19 3.3 Posisi pengukuran temperatur pada kolektor dengan belokan tajam 180O dengan sudut hambatan 90O .……… 20 3.4 Tata letak hambatan pada kolektor dengan belokan tajam 180 O dengan sudut bufle 1050 ... 20 3.5 Posisi pengukuran temperatur pada kolektor dengan belokan tajam 180 O dengan sudut hambatan 1050 ……… 20 3.6 Posisi pengukuran temperatur kolektor tanpa belokan ... 21

3.7 Diagram alir pelaksanaan penelitian ……… 22

4.1 Posisi pengukuran temperatur absorber pada laluan tanpa hambatan ... 24

4.2 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan tanpa hambatan ……….. 25

4.3 Posisi distribusi temperatur absorber pada laluan berbelokan tajam 900 .... 26

4.4 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan berbelokan tajam 900 ... 26

4.5 Posisi pengambilan temperatur absorber laluan berbelokan tajam 1050 ... 27

4.6 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan berbelokan tajam 1050 pukul 12.30 – 13.30 Wib ……….. 28

(13)

4.9 Distribusi temperatur sepanjang saluran tanpa hambatan dengan variasi

waktu pengukuran ……… 32

4.10 Posisi pengukuran temperatur udara pada saluran berbelokan tajam 900 32 4.11 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan sudut belokan 900 untuk waktu pukul 12.30-13.30 ……….. 33

4.12 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan sudut belokan 900 ... 34

4.13 Posisi pengukuran temperatur udara pada laluan berbelokan tajam 1050 35 4.14 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan sudut belokan 1050 untuk waktu pukul 12.30-13.30 ……….. 35

4.15 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan sudut belokan 1050 ... 37

4.16 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan variasi laluan ... 38

4.17 Distribusi bilangan Rayleigh sepanjang saluran ... 45

4.18 Distribusi bilangan Rayleigh pada belokan ... 46

4.19 Bentuk elemen penyerap panas tanpa penyekat ... 47

4.20 Bentuk elemen penyerap panas penyekat 900 ... 48

4.21 Bentuk elemen penyerap panas penyekat 1050 ... 48

4.22 Kontur aliran panas disepanjang penyerap panas tanpa penyekat ………... 49

4.23 Kontur aliran panas disepanjang penyerap panas penyekat 900 …………... 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Judul Halaman

1 Konstruksi Alat Penguji yang Digunakan………...56

2 Tabel Data Hasil Penghitungan Bilangan Rayleigh Terhadap Titik Pengukuran.59

3 Sifat-sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer...62

(15)

DAFTAR NOTASI

Simbol Besaran Satuan

A Luas bidang perpindahan panas m2

C konstanta aliran -

cp Kalor spesifik kJ/kg.oC

d Diameter m

g Konstanta grafitasi m/s2

Gr Angka Grashof -

hc Koefisien konveksi W/m2.0C

H Tinggi plat m

k konduktivitas thermal W/m oC

L Panjang karakteristik m

Nu Angka Nusselt -

Pr Bilangan Prandt -

q Laju perpindahan panas kJ

Q Perpindahan panas konveksi W

Ra Rayleigh number -

S Jarak antar dua plat m

Tw Temperatur plat 0C

Tα Tempertur laluan 0C

v Viskositas kinematis m2/s

α Difusitas thermal m2/s

β Koefisien muai termal K-1

ρ Massa jenis kg/m3

(16)

ABSTRAK

Optimasi penyerap panas dengan memanfaatkan energi matahari (surya) dipengaruhi oleh beberapa karakteristik aliran fluida di dalam saluran. Saluran penampang persegi empat dengan belokan tajam 1800 sering digunakan sebagai laluan aliran pada berbagai tipe peralatan termal. Pola aliran dalam saluran tersebut mempunyai suatu stuktur tiga dimensi yang kompleks, karena pemisahan aliran disebabkan oleh perubahan arah yang mendadak/tiba-tiba dari aliran di dalam belokan tajam lebih-lebih untuk aliran sekunder yang disebabkan oleh gaya sentrifugal, oleh karena itu laju perpindahan panas konveksi lokal untuk permukaan daerah yang kecil diharapkan tingkat perubahan secara nyata. Melalui variasi sudut hambatan yang disusun secara zig zag diharapkan dapat ditemukan sudut hambatan yang sesuai dalam upaya mengoptimalkan penyerapan panas dengan memanfaatkan energi matahari dengan teknik saluran multi belokan tajam. Ukuran dari kolektor adalah 250 cm x 80 cm. Pada setiap sisi dari kotak absober dilapisi dengan isolator termal berupa karet bewarna hitam dengan tebal 10 mm. Sebagai penyerap radiasi surya pada pengujian ini digunakan pasir besi dengan tebal 6 cm. Kotak pasir besi terbuat dari kayu dengan tebal 15 mm dan sebagai penutup transparan digunakan kaca 5 mm dengan ukuran 250 cm x 80 cm. Posisi kotak pemanas udara dibuat miring 150 dengan tujuan agar proses aliran udaranya bisa berlangsung dengan adanya perbedaan elevasi masukan dan keluaran. Jumlah hambatan sebanyak sembilan buah. Susunan hambatan yang berbentuk saluran multi belokan tajam (dengan sudut hambatan 900 dan 1050) dan tanpa belokan. Pengukuran temperatur dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu : saluran tanpa belokan, saluran multi belokan tajam dengan sudut hambatan 900, dan saluran multi belokan tajam dengan sudut hambatan 1050. Pengujian dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan energi surya sebagai energi pemanas dan pengukuran temperatur dilakukan sebanyak 29 titik pada laluan aliran Pengujian dilakukan dari jam 11.00 sampai dengan 15.00 wib. Hasil penelitian menunjukan, distribusi temperatur absorber untuk ketiga tipe solar kolektor cenderung sama, distribusi temperatur tertinggi dapat dicapai oleh kolektor dengan belokan tajam sudut hambatan 1050 yaitu temperatur maksimum 830 Cpada waktu pukul 12.30 – 13.30. Tipe solar kolektor berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900 merupakan distribusi temperatur kedua tertinggi yang mampu dicapai yaitu 810 C. Waktu untuk distribusi temperatur optimal adalah pukul 12.30 – 13.30, ini terjadi ketiga tipe kolektor yang diuji, hal ini terjadi karena waktu itu merupakan radiasi terbesar yang mampu di pancarkan ke bumi. Hasil dari kajian ini menyatakan bahwa tipe kolektor saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 1050 memperoleh kemampuan memanaskan udara di dalam saluran kolektor paling optimal.

(17)

ABSTRACT

The optimum of heat absorber by exploiting the solar energy is influenced by some characteristics of fluid flow in a channel. The square longitudinal channel with the 180° sharp curve is always used as the streams for some various types of thermal instruments. The flowing pattern in that stream has a complex three dimensional structure, because the separation of stream is caused by a changing of sudden direction on the sharp curve, especially for the secondary stream which is caused by centrifugal affect. Therefore, the speed level of local conventional heat moving for the little surface area is expected to change clearly. Hopefully, through the variations of buffle angles which are structured zig-zagly, the suitable buffle angles can be created in optimalizing the heat absorber by using the solar energy with the technic of multi sharp curve channels. The size of collector is 250 cm x 80 cm Every side of the absorber box is coated by thermal isolator in the form of black rubber with the 10 mm thickness. As an absorber of solar radiation in this research, the iron sand with 6 cm thickness is used. The box of iron sand is made up of woods with its thickness is 15 mm and the transparent glass with the thickness of 6 mm, the length of 250 cm and the width of 80 cm is used at the top of its transparent cover. The air heater box is positioned leans at an angle of 15°, with the aims of the circulation of air stream could be exist because of the differences of an input and an output elevation. The total of buffle is nine. They are constructed in multi sharp curve of channel (with 90° and 105° buffle angles) and without a curve, too. The temperature degree was measured by some variations, they are the stream without curve, the stream with 90° multi buffle curves, the flow with 105° multi sharp curves. The survey was done in open air by using solar as the heat energy, the measurements of temperature was done on 29 spots at the stream of flow. The survey was done from 11 a.m. to 3 p.m. The results show that the distribution of absorber temperature for the three types of solar collector are inclined similar, the distribution of the first highest temperature could reach by collector at the 105° sharp curve with the buffle and the maximum temperature was 83° C. at 12.30 a.m. to 01.30 p.m. The ty pe of solar collector with 90° sharp curve and buffle was the second highest temperature which could reach 81° C. The optimal time for temperature distribution was from 12.30 a.m t0 01.30 p.m. This was happened for the three tested collectors. The highest temperature could be happened because of that time was as the time of highest radiated time wich could be radiated to the earth. The result of this study claimed that the type of collector with the sharp curved flow and had 105° buffle angle got the ability to heat the air in the most optimal collector in the channel.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran penampang persegi empat dengan belokan tajam 1800 sering digunakan

sebagai laluan aliran pada berbagai tipe peralatan termal. Pola aliran dalam saluran

tersebut mempunyai suatu stuktur tiga dimensi yang kompleks, karena pemisahan

aliran disebabkan oleh perubahan arah yang mendadak/tiba-tiba dari aliran di dalam

belokan tajam [1] lebih-lebih untuk aliran sekunder yang disebabkan oleh gaya

sentrifugal [2], oleh karena itu laju perpindahan panas konveksi lokal untuk

permukaan daerah yang kecil diharapkan tingkat perubahan secara nyata.

Hampir semua riset yang telah ada, dilakukan pada aliran berkecepatan tinggi

dengan perpindahan panas konveksi paksa. Aplikasi dari riset tersebut biasanya untuk

teknologi tinggi yang sering dirancang bangun di negara-negara maju seperti untuk

saluran pendinginan dalam (internal cooling) dari turbin gas. Untuk perpindahan

panas/massa konveksi paksa, masalah yang dikaji adalah bilangan Reynold (Re) untuk

mendapat angka Nusselt (Nu) bagi penentuan karakteristik perpindahan panas, dan

angka Sherwood (Sh) untuk pengkajian karakteristi perpindahan panas/massa. Tetapi

penggunakan pada teknologi menengah, untuk proses pendinginan dan pemanas

dengan menggunakan energi pembakaran bahan bakar dan energi surya masih

(19)

Untuk pemahaman yang lebih baik dari karakteristik aliran dan perpindahan

panas konveksi alamiah pada saluran persegi empat dengan belokan tajam 1800, ini

diperlukan suatu pengkajian secara eksperimental dari karakteristik perpindahan panas

lokal pada saluran dengan pola gerakan aliran konveksi alamiah. Hasil ini juga dapat

digunakan pada perencanaan dari komponen-komponen penukar panas yang

bertemperatur medium ke bawah, seperti peralatan pemanas dan pendingin.

Sebagai latar belakang akan dilakukan suatu studi eksperimental untuk

membuat jelas pola aliran dan karakteristik perpindahan panas (massa) lokal pada

saluran persegi empat dengan sudut belokan tajam 1800 di bawah kondisi stasioner.

Kajian pada perpindahan panas/massa konveksi alamiah adalah angka Rayleigh (Ra).

Untuk mendapat distribusi Ra lokal maka diperlukan pengukuran distribusi

temperatur lokal, sehingga karakteristik medan aliran dapat diprediksikan.

Karakteristik aliran dalam saluran akibat pemanasan dapat diprediksi jika

distribusi temperatur di sepanjang laluan saluran terutama di belokan dapat di

dieksperimenkan. Dengan demikian untuk kasus ini, pemanasan dan pengukuran

temperatur fluida pada titik-titik tertentu melalui saluran uji adalah hal yang utama

pada riset ini. Untuk menjaga kestabilan temperatur pada objek uji, maka alat

(material) pemindah panas yang digunakan adalah pasir besi dengan sumber panas

energi matahari (surya) ataupun sumber pemanas lainnya.

Pergerakan fluida di dalam saluran ini dikarenakan oleh gaya apung (Buoyancy

Force) akibat adanya perbedaan gaya badan (Body Force) di antara partikel-partikel

(20)

partikel fuida di dalam saluran ketika pemanasan berlangsung. Pada penelitian ini

bidang pemanas (dinding saluran) yang akan ditinjau adalah pemanas bawah.

Sedangkan pengaruh terhadap posisi saluran dengan gaya grafitasi bumi akan ditinjau

dengan cara menvariasikan tata letak saluran aliran terhadap arah grafitasi.

1.2 Perumusan Masalah

Optimasi penyerap panas dengan memanfaatkan energi matahari (surya)

dipengaruhi oleh beberapa karakteristik aliran fluida di dalam saluran yang

diakibatkan oleh pemanasan. Hal ini dapat diprediksi jika distribusi temperatur

disepanjang laluan dapat dieksperimenkan.

Dengan demikian untuk permasalahan ini, akan dilakukan pemanasan dan

pengukuran temperatur fluida pada titik-titik tertentu di dalam saluran uji. Untuk

menjaga kestabilan temperatur pada objek uji, maka digunakan material penyerap

panas dari pasir besi dengan memanfaatkan energi panas matahari.

Dalam penelitian ini, akan mengkaji tentang pergerakan fluida di dalam

saluran multi belokan tajam 1800 yang disebabkan oleh gaya apung (buoyancy force)

dan gaya badan (body force) diantara partikel fluida dengan memvariasikan posisi

saluran terhadap arah grafitasi. Di dalam saluran tersebut diberi hambatan yang

disusun secara zig zag dengan sudut 900 dan 1050

Penelitian ini dibatasi oleh beberapa variabel untuk tidak melebarnya ruang

lingkup yang diteliti, adapun batasan tersebut adalah kecepatan angin dirata-ratakan 1

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan penyerapan panas dengan

memanfaatkan energi matahari dengan teknik saluran multi belokan tajam, adapun

parameter yang diharapkan adalah perubahan temperatur.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penyerapan panas pada absorber dengan parameter kenaikan

temperatur.

2. Mengetahui karakteristik pergerakan fluida terhadap posisi saluran multi belokan

tajam 1800.

3. Dengan diketahuinya karakteristik pergerakan fluida dan posisi saluran, maka

akan diperoleh suatu sistem penyerap panas optimal.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan:

1. Mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem penyerap panas.

2. Dalam bidang ilmu pengetahuan dapat dijadikan penelitiaan ini sebagai tambahan

informasi tentang optimasi sistim penyerap panas.

3. Mempopulerkan dan mengaplikasi hasil penelitian ilmu dasar untuk rekayasa pada

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Pada konveksi alami, akibat perbedaan temperatur akan terjadi perbedaan

densitas dari fluida dan akan menghasilkan perpindahan panas ke atau dari suatu

benda dari atau ke fluida. Berbeda dengan konveksi paksa, dimana kecepatan dari

fluida ditentukan oleh gaya luar. Sedangkan gerakan fluida pada konveksi alami

diakibatkan oleh kenaikan gaya apung akibat variasi temperatur dan densiti dari

partikel fluida. Seperti pada konveksi paksa perpindahan fluida secara umum oleh

gaya apung dapat berupa pola aliran laminer atau turbulen.

Perbedaan densitas dapat dilihat sebagai suatu fungsi dari koefesien ekspansi

volume fluida β berdasarkan defenisi

( )

∞ ∞ ∞

∞ −

− = − − =

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

∂∂

= ν Tv v Tv vT ρρT ρT

β 1 1 (2.1)

Pensubstitusian dalam hubungan di atas untuk ρ - ρ, gaya apung menjadi

ρgβ( ) untuk suatu objek pada temperatur Ts. Pengenalan terhadap gaya

apung dapat dilihat dalam bagian variabel ∞

T Ts

β, g dan ( TT) , hal ini jelas kelihatan

bahwa variabelnya ada tiga macam yaitu suatu system dari karakteristik dimensi

linier, L, dan sifat fluida,

s

(23)

Namun pada keadaan normal daerah gravitasi adalah konstan β dan g dapat digabung

menjadi suatu variabel (β g) untuk analisa dimensi.

Penulisan variabel-variabel, kenaikan setiap variabel tersebut yang tidak

diketahui powernya, dan pembentukan analisa dimensi, seperti yang ditunjuk pada

banyak literature, juga dapat dilihat melalui parameter tiga dimensi untuk korelasi

data pada pemindahan panas pada konveksi alami:

L Nu k L hc =

= (2.2)

1 λ

Pr 2

1 = =

Cp k

μ

λ (2.3)

L

s T L Gr

T g = = ∞ 2 3 2 ) _ ( μ ρ

β (2.4)

3 1 λ

Parameter pertama adalah bilangan Nusselt, parameter kedua adalah bilangan

Prandt, dan paremeter ketiga disebut bilangan Grashof, GrL adalah perbandingan dari

gaya apung terhadap gaya geser. Gaya apung dalam konveksi alami ditukar menjadi

gaya momentum dalam konveksi paksa. Di tulis sebagai ρgρ(TsT)adalah gaya

apung per satuan volume, (βgρ(TsT)L)menjadi gaya apung persatuan luas.

Sehingga perbandingan gaya apung terhadap gaya ikat adalah

) / /( )

(T T L v L

gρ s μ

β − ∞

) / L

. Bagaimanapun, kecepatan v adalah variabel bebas menuju

(24)

G

rL = 2 3 ) (

v L T T

g s

β (2.5)

Pada percobaan dasar yang berulang kali sudah diperoleh bilangan Nusselt

rata-rata yang dapat dihubungkan kebilangan Grashof dan bilangan Prandt 1 dengan

persamaan sebagai berikut:

Nu

f

=

C

(

Gr

f

Pr

f

)

n (2.6)

Dimana f menunjukkan bahwa semua sifat-sifat fisik harus dievaluasi pada

2

+

=T T

T s

f hasilnya, GrPr, diketahui sebagai bilangan Rayleigh, Ra.

Pengaruh aliran laminar dan turbulen telah diselidiki dalam konveksi alamiah,

aliran laminar terjadi bila (104 < Ra < 109), transisi dari aliran laminar ke turbulen

terjadi pada (Ra ~ 109) dan aliran turbulen terjadi bila (109 < Ra < 1012), bergantung

pada sistem geometrik [16] dan [17].

Studi secara intensif pada aliran turbulen dan perpindahan panas dalam saluran

dengan penampang persegi empat telah dilakukan lebih dari puluhan tahun. Pada

tahap awal dari studi, penyelidikan secara riset dan numeric dilakukan pada

belokan-U Chang [3], dengan pengukuran gerakan aliran kedua Jonhson [4] melakukan

prediksi numeric angka Nusselt untuk aliran turbulent tiga dimensi didalam saluran

belokan –U. Fan, C.S. and Metzger [5] melakukan numerik simulasi dari aliran tiga

(25)

sedangkan Breuer [6] melaporkan pengembangan teknik Large–Eddy Simulasi (LES)

untuk menghitung aliran turbulent di dalam belokan-U.

Sebena

Deng

rnya data-data yang telah diperoleh dari belokan-U tidak dapat langsung

digunakan pada belokan tajam, karena pada belokan-U dengan suatu belokan lembut

nampaknya pengaruh nyata hanyalah arus aliran kedua yang disebabkan oleh gaya

sentrifugal, sedangkan efek dari pemisahan dan penyatuan aliran tidak begitu penting.

Tetapi pada saluran persegi empat belokan tajam perkiraan bahwa pemisahan dan

penyatuan aliran di sekitar belokan merupakan faktor yang dominan dalam penentuan

perpidahan panas lokal.

an alasan di atas, beberapa periset telah melakukan studi experimental pada

aliran dan perpindahan panas dalam saluran persegi empat dengan belokan tajam [1],

[7] mengukur bilangan Nusselt rata-rata untuk perpindahan panas konveksi paksa

didalam dan sekitar belokan tajam 1800 empat persegi panjang. Chyu [8] juga

mempresentasikan distribusi perpindahan panas semi-lokal dan reset dilakukan

dengan teknik sublimasi naphthalene. Besserman [9] menggunakan teknik transient

dengan suatu cairan crytal thermography untuk pengukuran laju perpindahan panas

lokal dan mereka membandingkan hasil riset dan komputasi. Astarita [10] mengukur

temperatur dinding dan koeffisien perpindahan panas didalam saluran dengan teknik

infrared thermography. Hirota [11] mempresentasikan angka Sherwood yang

diperoleh dari metode sublimasi naphthalene, perhatian utama dari studi mereka

(26)

belokan tajam 1800 terhadap karakteristik aliran dan perpindahan panas telah

dipublikasikan [12], [13] dan [14].

Hampi

Mengi

r semua riset di atas yang telah ada, dilakukan pada aliran berkecepatan tinggi

dengan perpindahan panas konveksi paksa dan aplikasinya untuk teknologi tinggi

yang sering dirancang bangun di negara-negara maju. Tetapi pada

negara berkembang seperti Indonesia, yang masih banyak menggunakan teknologi

menengah, untuk proses pengering dan pemanas dengan menggunakan energi

matahari (surya) atau energi pembakaran bahan bakar, sangat membutuhkan data

aliran dan perpindahan panas alamiah pada saluran belokan tajam sebagai penukar

panas pada proses pengering/pemanas untuk hasil-hasil pertanian dan perikanan.

ngat data dan penjelasan tentang aliran dan perpindahan panas konveksi

alamiah (bebas) pada saluran belokan tajam sangatlah minim. Penelitian ini akan

mengkaji karakteristik aliran dan perpindahan panas koveksi alamiah pada saluran

persegi empat dengan multi belokan tajam. Dengan kajian ini di harap penggunaan

sistim penukar panas dengan teknik saluran belokan tajam dapat meningkatkan unjuk

kerja (performance) peralatan pangering.

2.2. Pola Aliran dan Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Bidang Vertikal

Dari gambar 2.1 dapat diterangkan bahwa apabila plat dipanaskan, akan

terbentuk suatu lapisan batas konveksi bebas. Profil kecepatan pada lapisan batas ini

(27)

kecepatan adalah nol. Kecepatan itu bertambah terus sampai mencapai suatu nilai

maksimum, dan kemudian menurun lagi hingga nol pada tepi lapisan batas, karena

kondisi ”arus bebas” (free stream) tidak ada pada sisitem konveksi bebas.

Perkembangan awal lapisan batas adalah laminar. Pada jarak tertentu dari tepi depan,

bergantung pada sifat-sifat fluida dan beda suhu antara dinding dan lingkungan, maka

terbentuklah pusaran-pusaran aliran, dan transisi kelapisan batas turbulenpun mulai

terjadi. Pada jarak lebih jauh pada plat itu lapisan batas mungkin sudah menjadi

turbulen sepenuhnya [15].

Gambar 2.1. Lapisan batas diatas plat-plat vertikal [15]

2.3 Pola Aliran dan Konveksi Bebas pada Bidang Miring

Bila suatu plat memiliki temperatur yang lebih tinggi dari temperatur fluida

dan plat tersebut dimiringkan terhadap bidang vertikal, maka aliran panas konveksi

bebas yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada gambar 2.2(a), menunjukkan

(28)

Seperti pada bidang miring, pola aliran dan perpindahan panas sangat

bergantung pada permukaan pemanasan, pemanas atas atau bawah. Gambar 2.3

merupakan ilustrasi aliran panas konveksi bebas pada pemanasan atas dan bawah.

Pada pemanasan bawah, aliran akan meninggalkan lapisan batas pada bagian tengah

dinding dengan arah ke atas., aliran bergerak menelusuri bidang dan akhirnya meluap

dibagian tepi bidang itu.

(a) (b)

Gambar 2.2. Ilustrasi aliran panas pada bidang miring [16] a) Pemanas bawah b) Pemanas atas

2.4 Pola Aliran dan Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Bidang Horizontal

Seperti pada bidang miring, pola aliran dan perpindahan panas sangat

(29)

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) Ilustrasi aliran panas konveksi bebas pada bidang horizontal (b) Foto aliran fluida panas pada pemanasan bawah [16]

Gambar 2.3 merupakan ilustrasi aliran panas konveksi bebas pada pemanasan

atas dan bawah. Pada pemanasan bawah, aliran akan meninggalkan lapisan batas pada

bagian tengah dinding dengan arah keatas., aliran bergerak menelusuri bidang dan

akhirnya meluap di bagian tepi bidang itu..

2.5 Pola Aliran dan Perpidahan Panas pada Saluran dengan Belokan 900

Gambar 2.4, menunjukkan aliran fluida yang sedang melewati daerah belokan

900 dalam sebuah pipa dan saluran persegi. Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa pada

saluran persegi terjadi resirkulasi dan pemisahan aliran.

(a) (b)

Gambar 2.4. Aliran panas pada belokan 900 [16] (a) Pipa (b) Saluran persegi empat

(30)

Gambar 2.5, menunjukkan visualisasi aliran pada daerah sekitar belokan tajam

1800. Dari penelitian sebelumnya telah dijelaskan tentang permasalahan perpindahan

panas pada saluran dengan belokan tajam 1800. Misalnya : Metzger [1] menyatakan

aliran kedua dibangkitkan oleh gaya sentrifugal. Han, et al, 1988, melakukan

pengukuran distribusi Sherwood numbers pada laluan dengan belokan tajam untuk

permukaan yang kasar dan licin. Dari pengukuran diperoleh, Sherwood numbers

untuk laluan kasar lebih tinggi dari pada untuk laluan lembut dan Sherwoob numbers

setelah belokan lebih tinggi dari pada sebelum belokan. Chyu [8], mempelajari

distribusi perpindahan panas untuk saluran yang memilki dua laluan dengan satu

belokan dan saluran tiga laluan dengan dua belokan. Saluran dua laluan dengan satu

belokan dan saluran tiga laluan dengan dua belokan. Saluran dua laluan dengan satu

belokan dibagi menjadi 26 bagian dan 40 bagian untuk saluran tiga laluan (dua

belokan). Dari pengukuran diperoleh perpindahan massa lokal dan rata-rata

keseluruhan untuk setiap bagiannya dan koefisien perpindahan massa pada daerah

belokan sangat tidak seragam yang disebabkan aliran mengalami pemisahan,

[image:30.612.262.420.563.652.2]

pengumpulan dan benturan.

(31)

Hasil pengujian karakteristik perpindahan panas pada belokan ke-2 untuk

saluran 3 relatif sama dengan yang terjadi pada belokan pertama dan terjadi

peningkatan perpindahan panas dibandingkan pada belokan pertama. Murata,[17],

mempelajari karakteristik perpindahan panas lokal disekitar belokan 1800 dengan

mengukur temperatur dinding laluan di 146 titik. Harga perpindahan panas rata-rata

setelah belokan mengalami peningkatan dan sangat tidak seragam dalam arah

melintang. Hasil pengukuran juga menunjukkan koefisien perpindahan panas untuk

belokan U lebih rendah dan lebih seragam dari pada untuk belokan tajam.

Astarita [10], melakukan pengukuran koefisien aliran panas konveksi disekitar

belokan tajam 1800 dengan menggunakan metode thermografi infra merah untuk

ujung dinding pemisah berbentuk persegi dan bundar. Data yang diperoleh berupa

distribusi tempertur, selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk bilangan Nusselt, dan

menunjukkan adanya dua Zona pemisahan aliran, yaitu pada sudut sebelum dan

didekat ujung dinding pemisah setelah belokan.

Hirota [14] mengukur distribusi bilangan sherwood lokal pada belokan tajam

untuk celah dan bilangan Reynolds yang berbeda. Bilangan Sherwood setelah belokan

untuk celah yang sempit memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan celah

yang lebih besar dan adanya pengaruh kemiringan dinding dalam (baffle) terhadap

distribusi belangan Sherwood. Pengujian dilakukan untuk sudut konvergen (α = -20,

-40 dan -60) divergen (α= +20, +40, +60) dan standar (α = 0). Dari pengujian

diperoleh, makin konvergen dinding dalam maka bilangan Sherwood didekat dinding

(32)

2.7 Kerangka Konsep

Secara umum penelitian ini dapat dijabarkan dalam suatu kerangka konsep

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.6

Mengoptimalkan penyerapan panas

matahari

Prototipe penyerap panas menggunakan belokan

tajam

Peralatan pendukung - Termometer - Termokopel - Animometer Variabel penelitian

- arah baffle - sudut belokan - temperatur

Hasil yang diinginkan

[image:32.612.157.484.228.477.2]

- karakteristik pergerakan fluida - penyerapan panas yang optimal

(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Thermal dan Fluida Jurusan Teknik

Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Syiah Kuala, mulai perencanaan alat,

pembuatan, pengambilan data maupun pengolahan data. Simulasi dilakukan di

laboratorium perancangan Politeknik negeri Lhokseumawe.

Waktu penelitian dimulai dari disetujuinya usulan, pengambilan data,

pengolahan data sampai sidang akhir menghabiskan waktu sekitar 9 (sembilan) bulan

terhitung sejak dari persetujuan yang diberikan oleh komisi pembimbing.

3.2 Bahan, Peralatan dan Metode

3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini alat penyerap panas dengan memanfaatkan energi matahari

(surya) dibuat dari rangka kayu dengan isolasi dari bahan seng dan karet, sebagai

absorber digunakan pasir besi.

3.2.2 Peralatan

Pada pelaksanaan penelitian ini diperlukan beberapa peralatan yaitu satu unit

alat penyerap panas dengan memanfaatkan energi matahari (surya), thermocouple,

(34)

Peralatan pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah saluran segi

empat dengan memodifikasi penambahan susunan baffel yang berbentuk saluran multi

belokan tajam (dengan sudut 900 dan 1050) dan tanpa belokan diantara laluan udara.

Konstruksi dari peralatan pengujian secara skematik dapat dilihat pada lampiran 1.

Ukuran dari kolektor adalah 250 cm x 80 cm. Pada setiap sisi dari kotak

absober dilapisi dengan isolator termal berupa karet bewarna hitam dengan tebal 10

mm. Sebagai penyerap radiasi surya pada pengujian ini digunakan pasir besi dengan

tebal 6 cm. Kotak pasir besi terbuat dari kayu dengan tebal 15 mm dan sebagai

penutup transparan digunakan kaca 5 mm dengan ukuran 250 cm x 80 cm. Posisi

kotak pemanas udara dibuat miring 150 dengan tujuan agar proses aliran udaranya bisa

berlangsung dengan adanya perbedaan elevasi masukan dan keluaran.

3.2.3. Metode

Peralatan utama dari penelitian terdiri dari alat penyerap panas dengan

memanfaatkan energi matahari (surya) dengan absorber pasir besi sebagai pemanas

bawah, sedangkan untuk pemanas atas menggunakan kaca. Saluran ini juga dilengkapi

oleh isolator termal. Gambar 3.1 memperlihatkan sketsa peralatan uji.

Pada penelitian ini, peralatan ukur menggunakan thermometer air raksa yang

memiliki range temperatur 0-1100C. Sebelum pengujian dilakukan, seluruh

thermometer sudah harus dipasang dengan baik pada alat penyerap panas yang

memanfaatkan energi matahari. Posisi penempatan thermometer atau titikpengukuran

(35)

Masukan

Isolasi

[image:35.612.164.508.93.361.2]

Matahari

Gambar 3.1 Sket alat penyerap panas yang dibuat

Pengukuran temperatur dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu :

a. Pengujian pertama, dilakukan terhadap peralatan penyerap panas dengan

memanfaatkan energi matahari yang menggunakan teknik saluran multi belokan

tajam 1800 dengan sudut hambatan 900.

b. Pengujian kedua, dilakukan terhadap peralatan penyerap panas dengan

memanfaatkan energi matahari yang menggunakan teknik saluran multi belokan

tajam 900 dengan sudut hambatan 1050

c. Pengujian ketiga, dilakukan terhadap peralatan penyerap panas dengan

(36)

3.3. Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Pengujian eksperimental

Pengujian dilakukan di alam terbuka dengan menggunakan energi surya

sebagai energi pemanas dan pengukuran temperatur dilakukan di banyak titik pada

laluan aliran

Pengukuran temperatur dengan belokan tajan 1800, sudut hambatan (baffle)900

menggunakan hambatan sebanyak sembilan buah dan 29 thermometer. Peletakan

baffle dan titik-titik pengukuran secara skematis diperlihatkan Gambar 3.2 dan 3.3.

250

50

25

85

[image:36.612.99.551.536.659.2]

65

Gambar 3.2. Tata letak hambatan pada kolektor dengan belokan tajam 180O

dengan sudut hambatan 90O

Gambar 3.3 Posisi pengukuran temperatur pada kolektor dengan belokan

tajam 180O dengan sudut hambatan 90O 4

2 3

1 5 6 7

10

8 9 14 15 16 20 21 22 26 27 28

19

17 18 25

12 13

(37)

Untuk pengukuran temperatur dengan belokan tajan 1800, sudut hambatan

1050 juga digunakan sebanyak sembilan buah hambatan dan 29 thermometer.

Peletakan hambatan dan titik-titik pengukuran diperlihatkan Gambar 3.4 dan 3.5.

250

105

65

50

85

Gambar 3.4. Tata letak hambatan pada kolektor dengan belokan tajam 180 O

dengan sudut hambatan 105 O

Gambar 3.5 Posisi pengukuran temperatur pada kolektor dengan belokan

tajam 180 O dengan sudut hambatan 105 O

Sebagai pembanding dilakukan pengukuran temperatur tanpa belokan. Secara

skematik pengukuran temperatur tanpa belokan dapat dilihat pada Gambar 3.6. Pada

pengujian tanpa belokan, pengukuran temperatur dilakukan di 5 titik sepanjang

kolektor. 4 2 3

1 5 6 7

10 15 16 20 21 22 26 27 28

19

17 18 23 24 25

14 9

8

29 12 13

(38)

250

50

85

1 2 3 4 5

Gambar 3.6 Posisi pengukuran temperatur kolektor tanpa belokan

Karakteristik aliran dapat diprediksi jika distribusi temperatur di sepanjang

laluan saluran terutama dibelokan dapat di data. Dengan demikian, pemanasan dan

pengukuran temperatur fluida pada titik-titik tertentu yang melalui saluran uji adalah

hal yang utama dilakukan untuk pendataan agar analisis hasil penelitian dapat

dilakukan

3.3.2 Simulasi elemen hingga

Simulasi komputer dilakukan untuk hipotesa awal dan klarifikasi terhadap

hasil eksperimental. Simulasi komputer secara metode elemen hingga (MEH)

dilakukan dengan software FLUENT 6.2 for Windows. Kecepatan angin di wilayah

penelitian eksperimental dijadikan input kecepatan angin pada simulasi yaitu, 1 m/s.

Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini telah dilaksanakan berurutan dan

sistematis (Gambar 3.7). Pelaksanaan penelitian dimulai dari penelusuran literatur

dan penyusunan proposal penelitian, pemeriksaan ketersediaan peralatan, pembuatan

prototipe alat uji, simulasi, dan pengujian dengan belokan tajam (dengan sudut

(39)

pengujian dengan belokan tajam. Semua hasil pengujian akan diolah dan didapat

kesimpulan yang berupa jawaban dari tujuan penelitian.

Penelusuran literatur & Mulai

penyusunan proposal

Selesai Pemeriksaan ketersediaan

peralatan & bahan

[image:39.612.123.483.167.529.2]

Pembuatan

Gambar 3.7 Diagram alir pelaksanaan penelitian

3.4. Variabel yang diamati

Variabel terikat

1. Suhu udara luar masuk alat

2. Suhu udara pada titik-titik pengamatan

prototipe alat uji

Pengujian 1.

2. Dengan belok Tanpa belokan

an (sudut 900dan 1050)

Pengolahan d hasil pengujia

ata n

Hasil dan kesimpulan

(40)

3. Suhu pada pengarah awal

4. Suhu pada pengarah akhir

Variabel bebas

1. Arah hambatan

2. Sudut belokan

3.5. Teknik Pengukuran, Pengolahan dan Analisis Data

Pengukuran temperatur pada alat penyerap panas dengan memanfaatkan energi

matahari dilakukan setiap selang waktu setengah jam, dari jam 11.00 Wib s.d 15.00

Wib. Pengujian tersebut dilakukan dengan tiga kondisi alat, yaitu memvariasikan

posisi aliran di dalam saluran tersebut yang diberi hambatan dengan sudut 900, 1050

dan tanpa diberi hambatan di dalam saluran aliran tersebut. Dari ketiga alat penyerap

panas yang menggunakan energi matahari tersebut akan diketahui karakteristik

pergerakan fluida dan posisi saluran yang akhirnya diperoleh suatu sistim penyerap

panas yang paling optimal diantara ketiga alat tersebut.

Pengolahan atau analisa data merupakan tahap akhir dari metodologi

penelitian. Data-data yang diperoleh dari pengujian ditabulasikan dan kemudian

diplot dalam bentuk grafik yang selanjutnya dilakukan pembahasan dan dilihat

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik aliran dan distribusi temperatur sepanjang saluran perlu

pemahaman lebih detil, keoptimasian penyerapan panas dengan memanfaatkan energi

matahari (surya) dipengaruhi oleh beberapa karakteristik aliran fluida di dalam saluran

yang diakibatkan oleh pemanasan. Karakteristik pola aliran ini dapat diprediksi jika

distribusi temperatur disepanjang laluan dapat ditentukan.

4.1 Distribusi Temperatur di Sepanjang Laluan

Distribusi temperatur pada absorber di sepanjang saluran pemanas kolektor

mempengaruhi distribusi udara panas yang melalui saluran tersebut. Gambar 4.1

memperlihatkan pengukuran distribusi temperatur pada absober dengan saluran tanpa

hambatan. Pada kasus ini diambil hanya 3 titik yaitu posisi setelah saluran masuk, titik

tengah saluran dan posisi mendekati saluran keluar.

1 2 3

Gambar 4.1 Posisi pengukuran temperatur absorber pada laluan tanpa hambatan

(42)

Gambar 4.2 menunjukan distribusi temperatur di sepanjang laluan pada jam

12.30 – 13.30 Wib. Dari gambar 4.2, terlihat perbedaan dirtribusi temperatur

disepanjang laluan. Temperatur titik 1 sampai titik 3 naik secara signifikan, ini

disebabkan pengaruh temperatur luar dan penyerapan panas yang besar dari absorber

pada daerah saluran masuk. Pada titik 2 ke titik 3 kenaikan temperatur relatif sama,

hal ini di sebabkan oleh penyerapan panas oleh absorber sudah stabil dan pengaruh

penyerapan panas absorber oleh udara di saluran pemanas tidak terlalu tinggi pada

daerah keluaran.

y = 3.5x + 59.333

40 50 60 70 80 90

1 2 3

Titik Pengukuran

Te

m

p

e

ra

tur (

C

[image:42.612.125.518.342.559.2]

º)

Gambar 4.2 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan tanpa hambatan

Gambar 4.3 menjelaskan titik pengukuran temperatur pada kolektor belokan

tajam 1800 dengan sudut hambatan 900. Pada kasus ini diambil hanya 3 titik pada

posisi masuk saluran hingga posisi tengah saluran, hal ini di lakukan karena posisi

(43)
[image:43.612.124.520.365.606.2]

Gambar 4.3 Posisi distribusi temperatur absorber pada laluan berbelok tajam dengan sudut hambatan 900

Distribusi temperatur pada absorber dengan laluan belokan tajam dengan sudut

hambatan 900 untuk tiga titik pengukuran diperlihatkan pada Gambar 4.4.

y = 4x + 48.667 y = 2x + 64 y = 3.5x + 64.333

30 50 70 90

1 2 3

Titik Pengukuran

Te

m

pe

ra

tur

(

º

C

)

11.00 Wib - 12.00 Wib 12.00 Wib - 13.30 Wib

14.00 Wib - 15.00 Wib

Gambar 4.4 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan berbelok tajam dengan sudut hambatan 900

2 3

(44)

Pada pukul 11.00-12.00 wib kenaikan temperatur dari saluran masuk titik 1 ke

titik 2 cendrung meningkat tajam, hal ini di sebabkan waktu penyerapan panas radiasi

oleh absorber masih singkat sehingga panas yang di panyai oleh absorber diserap

langsung oleh udara yang masuk ke saluran kolektor. Sedangkan pada pukul 12.30–

13.30 wib, terlihat perbedaan dirtribusi temperatur disepanjang laluan (titik 1 sampai

titik 2 dan 3) naik tidak secara signifikan, hal ini di sebabkan oleh penyerapan panas

oleh udara dari absorber di saluran pemanas banyak pada daerah masukan. Hal ini

disebabkan terdapat hambatan sehingga udara berada lebih lama di setiap daerah

saluran, sehingga penyerapan panas pada daerah saluran selanjutnya sudah stabil,

maka distribusi temperatur di absorber naik merata. Untuk distribusi pada pukul

14.00-15.00 wib distribusi temperaturnya lebih tinggi dari pukul sebelumnya. Ini

terjadi walaupun panas radiasi dari matahari sudah berkurang, ini dikarenakan panas

yang masih disimpan oleh absorber masih cukup banyak.

1 2 3

(45)

Pengukuran temperatur pada tiga titik pada kolektor dengan belokan tajam

dengan sudut hambatan 1050 juga dilakukan. Untuk kasus ini diambil hanya 3 titik

pada posisi masuk saluran hingga posisi tengah saluran, hal ini di lakukan karena

posisi setelah saluran tengah kenaikan termperatur bisa dianggap tidak terjadi

kenaikan lagi, sama dengan saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900.

Gambar 4.6 menunjukan distribusi temperatur di sepanjang laluan dengan belokan

tajamdengan sudut hambatan 1050.

y = 4x + 58.667

40 50 60 70 80

1 2 3

Titik Pengukuran

T

e

m

p

er

at

u

r (

°

C

[image:45.612.136.508.306.525.2]

)

Gambar 4.6 Distribusi temperatur absorber sepanjang laluan berbelokan tajam dengan sududt hambatan1500 pukul 12.30 – 13.30

Gambar 4.6 memperlihatkan distribusi temperatur absorber laluan berbelokan

tajam dengan sudut hambatan 1050 yang terjadi pada pukul 12.30 – 13.30 wib. Pada

gambr 4.6 terlihat perbedaan dirtribusi temperatur disepanjang laluan. Kenaikan

temperatur pada titik 1 sampai titik 3 terjadi tidak secara signifikan. Hal ini di

(46)

terlalu tinggi pada daerah masukan yang disebabkan hambatan sehingga udara berada

lebih lama di setiap daerah saluran. Sehingga penyerapan panas pada daerah saluran

selanjutnya sudah stabil, maka distribusi temperatur di absorber naik merata. Hal ini

hampir sama dengan dengan saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900.

4.2 Distribusi Temperatur di Sepanjang Saluran

Untuk mengkaji pola aliran dan perpindahan panas pada saluran dibutuhkan

karakteristik distribusi temperatur disepanjang saluran tersebut, maka dari hasil

pengukuran distribusi temparatur pada penelitian ini. Setelah di analisa hasil ini dapat

di tampilkan selebih lanjut pada sub bab lanjutan.

4.2.1 Distribusi temperatur sepanjang saluran tanpa penghalang saluran

Gambar 4.7 menunjukkan posisi distribusi titik-titik pengukuran temperatur

udara di dalam saluran pada saluran tanpa hambatan. Ada 5 titik pada saluran dan

temperatur udara di luar saluran.

1 2 3 4 5

(47)

Hasil pengukuran temperatur udara sepanjang saluran tanpa penghalang untuk

waktu pukul 12.30-13.30 wib diperlihatkan pada Gambar 4.8. Temperatur setelah

masuk saluran di titik 1 mencapai 700, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan

distribusi temperatur udara disepanjang saluran cenderung mengalami kenaikan

dengan bertambahnya panjang laluan aliran hingga titik 4. Kecendungan ini karena

sepanjang laluan ini terjadi pemanasan udara baik oleh absorber maupun radiasi

langsung dari matahari ke kolektor. Temperatur tertinggi di capai pada titik 3 dengan

temperatur mencapai 720, setelah titik 3 menuju titik 5 hingga ke saluran keluar

cenderung menurun, hal ini terjadi disebabkan kecepatan udara di saluran bertambah

karena sudah mendekati saluran keluar dari saluran pemanas kolektor.

y = 0.2333x + 69.633

40 50 60 70 80

1 2 3 4 5

Titik Pengukuran

T

e

m

p

er

at

u

r

( °

C

[image:47.612.124.529.399.623.2]

)

(48)

Distribusi temperatur sepanjang saluran kolektor tanpa penghalang untuk

pukul 11.00-12.00, 12.30-13.30, dan 14.00-15.00 wib diperlihatkan pada Gambar 4.9.

Kecendrungan fenomena distribusi temperatur ke 3 garis distribusi tersebut adalah

mendekati sama. Dari hasil ini menunjukkan bahwa distribusi temperatur pada pukul

12.30-13.30 yang mencapai temperatur tertinggi. Sedangkan untuk distribusi

temperatur untuk waktu pukul 11.00-12.00 merupakan distribusi temperatur terendah,

hal ini terjadi karena panas yang di miliki oleh absorber masih kecil. Pada selang

waktu ini jumlah panas radiasi yang mampu diserap masih kecil. Untuk distribusi

pukul 14.00-15.00, temperatur yang di capai masih tinggi walau panas radiasi mulai

rendah. Tingginya temperatur udara di saluran kolektor ini disebabkan oleh masih

tingginya temperatur yang dimiliki oleh absorber. Rendahnya temperatur di titik 3

karena penyerapan panas radiasi oleh udara sudah kecil, yang masih besar hanyalah

panas konveksi dari absorber.

y = -0.4524x2 + 2.9476x + 66.467

y = -0.5476x2 + 4.0524x + 60.733

y = -0.9048x2 + 5.9619x + 56.667

50 60 70 80

1 2 3 4 5

Titik Pengukuran

Te

m

pe

ra

tur

(

C

)

11.00 Wib - 12.00 Wib 12.30 Wib - 13.30 Wib 14.00 Wib - 15.00 Wib

(49)

4.2.2 Distribusi temperatur sepanjang saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900

Gambar 4.10 menunjukkan posisi distribusi titik-titik pengukuran temperatur

udara di dalan saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900. Ada 29 titik

pengukuran temperatur pada saluran ini, jumlah yang demikian di karenakan pola

aliran yang sangat komplek.

4 2 3

1 5 6 7

10

8 9 14 15 16 20 21 22 26 27 28

19

17 18 23 24 25 13

11 12 29

Gambar 4.10 Posisi pengukuran temperatur udara pada saluran berbelokan tajam 0 dengan sudut hambatan 900

Gambar 4.11 memperlihatan distribusi temperatur sepanjang saluran dengan

sudut hambatan 900 untuk waktu pukul 12.30-13.30 wib. Temperatur setelah masuk

saluran di titik 1 mencapai 450, dapat dijelaskan bahwa secara keseluruhan distribusi

temperatur udara disepanjang saluran dari titik 1 hingga titik 13 cenderung mengalami

kenaikan yang sangat tajam terutama di daerah belokan. dengan bertambahnya

panjang laluan aliran. kecendungan ini karena di sepanjang laluan ini terjadi

pemanasan udara cukup baik yang disebabkan oleh adanya belokan tajam yang

berakibatkan terjadinya turbulensinya aliran. Dari titik 14 menuju titik 27 kenaikan

(50)

panas oleh udara yang terbatas. Temperatur tertinggi di capai pada titik 27 dengan

temperatur mencapai 810. Di titik 27 hingga titik 29 menunjukkan fonomena

temperatur udara manurun seperti juga pada kondisi saluran tanpa hambatan, yang

mana terjadi kecepatan udara bertambah karena sudah mendekati saluran keluar dari

saluran pemanas kolektor.

y = -0.0674x2 + 3.0013x + 46.136

30 50 70 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Titik Pengukuran

Te

m

pe

ra

tur

(

º

C

[image:50.612.125.516.252.466.2]

)

Gambar 4.11 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan sudut belokan tajamdengan sudut hambatan 900 untuk waktu pukul 12.30-13.30

Gambar 4.12 adalah hasil pengukuran distribusi temperatur sepanjang saluran

berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900 untuk pukul 11.00-12.00, 12.30-13.30,

dan 14.00-15.00 wib. Kecendrungan fenomena distribusi temperatur ke 3 garis

distribusi tersebut adalah mendekati sama. Dari hasil ini menunjukkan bahwa

distribusi temperatur pada pukul 12.30-13.30 dan pukul 14.00-15.00 yang mencapai

(51)

12.00 merupakan distribusi temperatur terendah, hal ini terjadi karena panas yang di

miliki oleh absorber masih kecil (temperatur masih agak rendah), ini dikarena jumlah

panas radiasi yang mampu diserab masih kecil oleh sebab waktu yang tersedia masih

singkat.

y = -0.0697x2 + 2.7518x + 37.963 y = -0.0653x2 + 2.9547x + 44.537

y = -0.0697x2 + 3.2276x + 41.873

30 45 60 75 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Titik Pengukuran

Te

m

p

er

at

u

r

(C°

)

[image:51.612.127.519.222.433.2]

11.00 Wib - 12.00 Wib 12.30 Wib - 13.30 Wib 14.00 Wib - 15.00 Wib

Gambar 4.12 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan hambatan 900

4.2.3 Distribusi temperatur sepanjang saluran berbelokan tajam dengan sudut

hambatan 1050

Gambar 4.13 menunjukkan posisi distribusi titik-titik pengukuran temperatur

udara di dalam saluran berbelokan tajam dengan sudut hambatan 1050. Terdapat 29

titik pengukuran temperatur disepanjang saluran ini, jumlah yang demikian di

(52)

Gambar 4.13 Posisi pengukuran temperatur udara pada laluan berbelokan tajam dengan sudut hambatan 1050

Hasil pengukuran distribusi temperatur sepanjang saluran kolektor dengan

penghalang untuk waktu pukul 12.30-13.30 wib diperlihatkan pada Gambar 4.14.

y = -0.0985x2 + 3.6309x + 50.676

30 45 60 75 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Titik Pengukuran

Te

m

p

e

ra

tu

r (

º

C

)

Gambar 4.14 Distribusi temperatur sepanjang saluran belokan tajam dengan sudut hambatan 1050 untuk waktu pukul 12.30-13.30

Temperatur setelah masuk saluran di titik 1 mencapai 520, disini terlihat

distribusi temperatur udara disepanjang saluran dari titik 1 hingga titik 9 cenderung

mengalami kenaikan yang sangat tajam terutama di daerah belokan. Kecenderungan 4

2 3

1 5 6 7

10 15 16 20 21 22 26 27 28

19

17 18 23 24 25 14

9 8

29 12 13

(53)

ini karena di sepanjang laluan ini terjadi pemanasan udara cukup baik yang

disebabkan oleh adanya belokan tajam yang berakibatkan terjadinya turbulensinya

aliran. Dari titik 10 menuju titik 23 kenaikan temperatur udara ini tidak begitu besar,

hal ini terjadi karena kemampuan penyerapan panas oleh udara yang terbatas.

Temperatur tertinggi di capai pada titik 21 dengan temperatur mencapai 830. Di titik

24 hingga titik 29 menunjukkan fenomena temperatur udara manurun seperti juga

pada kondisi saluran tanpa hambatan, yang mana terjadi kecepatan udara bertambah

karena sudah mendekati saluran keluar dari saluran pemanas kolektor.

Gambar 4.15 memperlihatkan distribusi temperatur sepanjang saluran

berbelokan tajam 1050 untuk pukul 11.00-12.00, 12.30-13.30, dan 14.00-15.00.

Kecendrungan fenomena distribusi temperatur ke 3 garis distribusi tersebut adalah

mendekati sama. Dari hasil ini menunjukkan bahwa distribusi temperatur udara pada

pukul 12.30-13.30 mencapai distribusi temperatur tertinggi. Sedangkan untuk

distribusi temperatur untuk waktu pukul 11.00-12.00 merupakan distribusi temperatur

terendah, hal ini terjadi karena panas yang di miliki oleh absorber masih kecil. Hal ini

dikarena jumlah panas radiasi yang mampu diserab masih kecil oleh sebab waktu

yang tersedia masih singkat. Untuk distribusi pukul 14.00-15.00, temperatur yang di

capai masih tinggi walau panas radiasi mulai rendah sama dengan yang terjadi pada

saluran tanpa hambatan Tingginya tenperatur udara di saluran kolektor ini disebabkan

(54)

y = -0.0924x2 + 3.4718x + 44.09

30 45 60 75 90

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Titik Pengukuran

Tem

p

er

at

ur

(

°

C

)

[image:54.612.130.511.116.339.2]

11.00 Wib - 12.00 Wib 12.30 Wib - 13.30 Wib 14.00 Wib - 15.00 Wib

Gambar 4.15 Distribusi temperatur sepanjang saluran belokan tajam dengan sudut hambatan 1050

4.3. Optimasi Distribusi Temperatur Pada Saluran Kolektor

Untuk mengetahui jenis kolektor mana yang paling baik untuk di pilih dalam

hal pemanas udara, kita perlu mengkaji masing karakteristik pola aliran dan

perpindahan panas yang terjadi pada masing-masing karakteristik kolektor.

Untuk kolektor tanpa hambatan dari Gambar 4.9 terlihatkan distribusi

temperatur sepanjang saluran tanpa penghalang untuk pukul 12.30-13.30,

menghasilkan distribusi temperatur tertinggi tercapai dibandingkan dengan distribusi

pada pukul 11.00 – 12.00 dan pukul 14.00-15.00, dengan temperatur tertinggi di capai

pada titik 3 dengan temperatur mencapai 720.

Untuk kolektor berbelokan tajam dengan sudut hambatan 900 pada gambar 4.12

(55)

hambatan 900 untuk pukul 12.30-13.30, menghasilkan distribusi temperatur tertinggi

dibandingkan dari distribusi pada pukul 11.00 – 12.00 dan pukul 14.00-15.00.

Temperatur tertinggi di capai pada titik 27 dengan temperatur hingga 810.

Untuk kolektor berbelokan tajam dengan sudut hambatan 1050 (Gambar 4.14)

terlihat bahwa distribusi temperatur sepanjang saluran berbelokan tajam dengan sudut

hambatan 1050 untuk pukul 12.30-13.30, juga menghasilkan distribusi temperatur

mencapai tertinggi dari distribusi pada pukul 11.00 – 12.00 dan pukul 14.00-15.00,

dengan temperatur tertinggi di capai pada titik 21 dengan temperatur mencapai 830.

y = -0.0185x2 + 0.6881x + 57.305 y = -0.0653x2 + 2.9547x + 44.537

y = -0.0985x2 + 3.6309x + 50.676

30 45 60 75 90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Titik Pengukuran

Tem

p

er

a

tur

(

°

C

)

[image:55.612.127.516.334.570.2]

Sudut 105° Sudut 90° Tanpa Bufel

Gambar 4.16 Distribusi temperatur sepanjang saluran dengan variasi laluan

Gamba

Gambar

Gambar 2.5  Pergerakan fluida ketika melewati belokan tajam [13]
Gambar 2.6  Kerangka konsep
Gambar 3.1  Sket alat penyerap panas yang dibuat
Gambar 3.2.  Tata letak hambatan pada kolektor dengan belokan tajam 180O
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi dan hasil wawancara kepada siswa kelas X.A sebagai kelas eksperimen dan X.C sebagai kelas kontrol menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan

mencegah serangan bruteforce. Dalam penelitian ini, fail2ban digunakan untuk melakukan pencegahan terhadap serangan bruteforce. Fail2ban bekerja dengan cara melakukan

[r]

Hasil dari penelitian yang menunjukan bahwa pengaruh tidak langsung lebih besar didukung dengan pemahaman manajer pada perusahaan manufaktur di Jawa Timur mengenai

5) Faktor estetika dengan menyelami apresiasi estetis lingkungan tersebut. Keseluruhan konsep mengenai arsitektur Islam yang telah dijabarkan diatas,. meski berasal dari beberapa

Selanjutnya dari masing-masing aspek kesejahteraan psikologis (penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan

Dari hasil penelitian ditemukan, seseorang menjadi wirausaha ada kencendrungan sebagai anak tertua dalam keluarga, sudah menikah, laki-laki, diatas 30 tahun usianya,

Yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan penelitian yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi atau diperoleh melalui kegiatan penulis langsung