PROSIDING
PROSIDING
SEMINAR HASIL-HASIL PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
2015
Bidang :
PROSIDING
SEMINAR HASIL-HASIL PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Bidang :
Sosial Politik, Ekonomi, Kesehatan,
Pendidikan, Kajian Budaya, dan Pengabdian
kepada Masyarakat
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponoroo
Pengarah : 1. Titi Rapini, SE, MM.
(Dekan Fakultas Ekonomi Unmuh Ponorogo) 2. Dra. Hj. Khusnatul Zulfa W., MM., Ak, CA.
(Wakil Dekan Bidang Akademik Unmuh Ponorogo) 3. Heri Wijayanto, ST., MM., M.Kom.
(Kepala Divisi Penelitian dan Kajian Ilmiah LPPM Unmuh Ponorogo)
Ketua Editor : Slamet Santoso, SE, M.Si.
Anggota Editor
: 1. Choirul Hamidah, SE., MM. 2. Dwiati Marsiwi, SE., M.Si, AK, CA 3. Khoirurrosyidin, M.Ip.
4. Saiful Nurhidayat, S.Kep, M.Kep, Ners. 5. Wijianto, SE., MM.
6. Edy Kurniawan, ST., MT. 7. Munaji, M.Si.
Tim Teknis : 1. Muhibuddin Fadhli, M.Pd. 2. Ika Farida Ulfah, S.Pd., M.Si 3. Dra. Umi Farida, MM. 4. Alip Sugianto, S.Pd., M.Hum. 5. Edy Santoso, SE., MM. 6. Sri Hartono, SE., MM.
Segala puji dan syukur selayaknya kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Agung yang tanpa henti mengucurkan rahmat, Taufiq dan karuniaNya, sehingga dengan ijinNya Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM, dengan Tema Pemanfaatan (asil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dalam Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean MEA , dapat kami terbitkan.
Tema tersebut dipilih, karena kami berpendapat bahwa dalam menghadapi MEA Indonesia harus menjadi pemain di kancah internasional bukan sebagai penonton. Untuk itulah Fakultas Ekonomi menggagas sebuah seminar Nasional dan call for paper hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh dosen dalam rangka persiapan menjadi petarung di kancah MEA.
Saat ini banyak hasil penelitian dan PKM yang tersebar di berbagai Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian di seluruh pelosok tanah air, namun banyak yang belum didesiminasikan dan disosialisasikan secara optimal. Untuk itu tujuan seminar ini adalah: 1. Sebagai sarana para peneliti untuk mempresentasikan hasil penelitian dan PKM,
sekaligus melakukan pertukaran informasi, pendalaman masalah-masalah di berbagai bidang keahliannya, serta mempererat dan mengembangkan kerjasama akademik yang saling menguntungkan secara berkelanjutan.
2. Sebagai sumbang saran kepada pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah berupa hasil-hasil penelitian dan penerapan sains dan teknologi bagi perkembangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Seminar ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian sains, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya, serta bidang lainnya. Prosiding ini berisi 55 makalah sebagai tindak lanjut dari seminar, dan kami berharap adanya pengembangan konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan oleh pemerintah dan industri dalam menghadapi MEA.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada panitia pengarah, panitia pelaksana, para Sponsorship, dan Pimpinan yang telah menyediakan fasilitas untuk persiapan-persiapan, serta pihak-pihak lain yang belum kami sebut, tetapi banyak membantu atas terselenggaranya seminar serta terwujudnya prosiding ini. Semoga Allah SWT meridhoi semua langkah dan perjuangan kita, serta berkenan mencatatnya sebagai amal ibadah. Amin.
Ponorogo, 21 Nopember 2015
HALAMAN JUDUL ... i
SUSUNAN TIM PENYUSUN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
Bidang ekonomi
1. Eksistensi Direksi Asing Dalam Hubungan Komite Audit Terhadap Pengungkapan Pengendalian Internal
Oleh: Totok Dewayanto ... 1-9
2. Potret Usaha Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Ponorogo Pasca Pembinaan
Oleh: Titi Rapini1), Umi Farida2), Setyo Adji3) ... 10-19
3. Muhammadiyah dan Pemberdayaan Ekonomi Umat: Kajian Tentang
Penyertaan Modal Organisasi Dalam Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT)
Oleh: Sugeng Wibowo ... 20-28
4. Knowledge Management Pada Kinerja Dengan Strategi Observasi Bisnis Sebagai Variabel Moderasi: Perspektif Mahasiswa Indonesia
Oleh: Asep Rokhyadi1), Tutut Dewi Astuti2) ... 29-36
5. Kepuasan Kerja Dan Prestasi Kerja Karyawan Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo
Oleh: Umi Farida1), Titi Rapini2) ... 37-45
6. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Penumpang Kereta Api Madiun Jaya di Stasiun Sragen
Oleh: Aris Tri Haryanto1), Septiana Novita Dewi2) ... 46-53
7. Analisis Akses Kredit Usaha Sektor Informal Di Kota Ponorogo
Oleh: Khusnatul Zulfa Wafirotin1), Asis Riat Winanto2) ... 54-61
8. The Competitive Advantage of family firm Chinese ethic: Case Study in chinatown in small city Indonesia
Oleh: Hadi Sumarsono1), Titi Rapini2)... 62-75
9. Upaya Peningkatan Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Syariah
Oleh: Dwiati Marsiwi1), Arif Hartono2) ... 76-84
10. Penerapan Metode Activity Based Costing Sebagai Penentuan Harga Pokok Produksi di Klinik Wirausaha Madiun
Manajerial Dengan Ketidakpastian Sebagai Variabel Moderating (Studi Di Koperasi Kabupaten Ponorogo)
Oleh: David Efendi ... 94-108
12. An Investigation On Balanced Scorecard Implementation In Evaluating And Developing Character Building Program: A Case Study In
Internatonal Program Universitas Islam Indonesia
Oleh: Budi Tiara Novitasari ... 109-118
13. Pengaruh Gender Terhadap Keputusan Konsumsi Dan Investasi Keluarga Tki
Oleh:Choirul Hamidah ... 119-126 14. Peran Gaya Kepemimpinan Transformasional Pejabat Struktural
Terhadap Kinerja Karyawan
Oleh: Heri Wijayanto... 127-138
15. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Mudharabah; Kajian Psak 105 Dalam Bingkai Ilmu Sosial Profetik
Oleh: Arif Hartono ... 139-159
16. Informasi Akuntansi Untuk Menunjang Keberhasilan Usaha Kecil Dalam Menghadapi MEA
Oleh: Ika Farida Ulfah ... 160-169
17. Pengaruh Dorongan Keluarga Dan Pendidikan Formal Terhadap Keputusan Berwirausaha Dengan Motivasi Berwirausaha Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Pencari Kerja di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sragen)
Oleh: Septiana Novita Dewi1), Aris Tri Haryanto2) ... 170-179
18. Sikap Manajer Tingkat Menengah Dan Penerapan International Standart Organization serta Hubungannya Dengan Kinerja Manajerial
Oleh: Syaiful1), Anwar Hariyono2) ... 180-203
Bidang sosial Politik
19. Opinion Leader Dan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
(Studi Di Desa Nglumpang Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo)
Oleh: Niken Lestarini1), Muhammad Amir1) ... 204-214
20. Pemetaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Menuju Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan
Oleh: Muhaimin ... 215-222
21. MEA : Saatnya Ponorogo Mencuri Perhatian
Oleh: Jusuf Harsono ... 223-226
22. Optimalisasi Peran Knpi Dalam Problematika Sampah Sebagai Perwujudan Terciptanya Kota Sehat Dan Berwawasan Lingkungan
Oleh: Asis Riat Winanto1), Khusnatul Zulva Wafirotin2) ... 234-243
24. Peran Tim Penggerak Pkk Dalam Mengantisipasi Pekerja Anak Pada Daerah Miskin Di Kabupaten Ponorogo
Oleh: Naning Kristiyana... 244-253
25. Redesign Campaign Strategy Melalui Perpaduan Political Marketing Dan Pemikiran Tan Malaka Untuk Meningkatkan Kualitas Demokrasi Dalam Menghadapi Pemilihan Kepala Daerah Di Jawa Timur (Pilkada)
Oleh: Bagus Ananda Kurniawan ... 254-271
26. Faktor-Faktor Karakteristik Pemerintah daerah Yang Mempengaruhi Belanja Operasi
Oleh: Ardyan Firdausi Mustoffa ... 272-283
27. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Penggalian Potensi Retribusi Parkir Di Kabupaten Ponorogo
Oleh: Slamet Santoso1), Choirul Hamidah2), Edy Kurniawan3) ... 284-290
Bidang Kesehatan
28. Analisis Komitmen Penerapan Pesan Gizi Seimbang Pada Keluarga Di Daerah Endemi Down Syndrom
Oleh: Sugeng Mashudi ... 291-294
29. Perilaku Ibu Hamil Dalam Senam Gerakan Tari Jathilan Ponorogo Di Wilayah Puskesmas Balong Kabupaten Ponorogo
Oleh: Sriningsih1), Sujiono2) ... 295-300
30. Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Berbasis Pedesaan
Oleh: Saiful Nurhidayat1), Taufiq Harjono2) ... 301-310
31. Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Sukorejo Kabupaten Ponorogo
Oleh: Siti Faridah1), Inna Sholicha Fitriani2) ... 311-317
32. Persepsi Pasien TB Paru Kepada Pmo Dalammenunjang Kepatuhan Pelaksanaan Program Pengobatan Di GHS (Government Health Service) Ponorogo
Oleh: Nurul Sri Wahyuni1), Andy Triyanto Pujo Raharjo2) ... 318-326
33. Evaluasi Perilaku Keluarga Sadar Gizi di Ponorogo
Oleh: Metti Verawati1), Ririn Nasriati2) ... 327-336
34. Perempuan Rentan Dengan Gangguan Jiwa di Desa Keniten Kabupaten Ponorogo
Oleh: Eky Okviana Armyati1), Sri Susanti2) ... 337-341
35. The Differences Cardiovascular Disease Risk Factors In Rural And Urban Population In District Ponorogo
Ekonomi Keluarga
Oleh: Sulistyo Andarmoyo ... 356-361
37. Efektifitas Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) Terhadap Pengetahuan, Keterampilan, Dan Sikap Bidan di Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo
Oleh: Yayuk Dwirahayu ... 362-368
Kajian Budaya
38. Budaya Mbecek Dalam Perspektif Agama, Sosial Dan Ekonomi di Kabupaten Ponorogo
Oleh: Sunarto ... 369-379
39. Interaksi Simbolik Dalam Komunikasi Budaya (Studi Analisis Fasilitas Publik Di Kabupaten Ponorogo)
Oleh: Oki Cahyo Nugroho ... 380-396
40. Pagelaran Wayang Krucil Dan Mitos Gagal Panen (Studi Terhadap Masyarakat Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo)
Oleh: Dian Suluh Kusuma Dewi1), Pinaryo2) ... 397-405
41. Variasi Leksikal Hantu Dalam Bahasa Jawa Dan Bahasa Inggris: Analisis Kontrastif Perpektif Etnolinguistik
Oleh: Alip Sugianto ... 406-414
42. Telaah Nilai-Nilai Islami Dalam Seni Badut Sinampurna di Desa Ploso Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Dalam Perspektif Kosmologi Jawa- Islam
Oleh: Imam Mahfud ... 415-422
43. Tinjauan Tayangan Sinetron Pada Program Prime Time Televisi
Dari Sudut Pandang Moral Khususnya Bagi Penonton Wanita Dan Remaja Putri
Oleh: Firda Djuita1), H. Hardono2), Agustina Srihandari3) ... 423-433
Bidang Pendidikan
44. Reyog Ponorogo Berbasis Sekolah; Strategi Pengembangan Seni Reyog Ponorogo Menuju Masyarakat Ekonomi Asia
Oleh: Rido Kurnianto1), Niken Lestarini2) ... 434-446
45. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Musik
Oleh: Rudianto1), Sugeng Wibowo2), Sumaji3) ... 447-465
46. Wanita Sebagai Nadzir (Model Manajemen Wakaf Pengurus Daerah Aisyiah (PDA) Ponorogo Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Ummat)
Pada Program Studi Manajemen
Oleh: Niken Reti Indriastuti ... 473-476
48. Peningkatan Kemampuan Siswa Membuat Model Matematika Dari Soal Cerita Dengan Bantuan Keyword
Oleh: Jumadi ... 477-480
49. Pergeseran Peran Dan Fungsi Suami Terhadap Pendidikan Anak Dalam Keluarga Tenaga Kerja Wanita (Tkw) Di Luar Negeri
Oleh: Ekapti Wahjuni Dj.1), Slamet Santoso2) ... 481-488 50. Pengembangan Komik Elektronik Sebagai Media Pendidikan Karakter
di Sekolah Agar Mampu Bersaing Di Dunia Pendidikan Internasional
Oleh: Edi Sunjayanto Masykuri ... 489-494
Pengabdian Kepada Masyarakat
51. Peningkatan Produktivitas Home Industry Krupuk Dengan Menggunakan Mesin Produksi Tepung Tapioka
Oleh: Sudarno1), Fadelan2) ... 495-505
52. Air Bersih Sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Dusun Jurugan Desa Karang Patihan Pulung Ponorogo
Oleh: Nurul Sri Wahyuni1), Andy Triyanto Pujo Raharjo2) ... 506-512
53. Ipteks Bagi Masyarakat (Ibm) Petani Lele Makmur Melalui Pembuatan Probiotik Di Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten
Oleh: Muh.Waskito Ardhi1), Pujiati2), Mislan Sasono3) ... 513-518
54. Ibm Desa Tambakmas Dalam Penyediaan Pakan Lele Mandiri Melalui Budidaya Cacing Sutera (tubifex sp.) Dengan Media Limbah Air Kolam Lele
Oleh: Farida Huriawati1), Nurul Kusuma Dewi2), Wachidatul Linda Yuhanna3) ... 519-524
55. Pengaruh Filter Bensin Unitech Terhadap Emisi Gas Buang
EKSISTENSI DIREKSI ASING DALAM HUBUNGAN KOMITE AUDIT TERHADAP PENGUNGKAPAN PENGENDALIAN INTERNAL
Oleh :
TOTOK DEWAYANTO
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Email : totokdewayanto@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh keberadaan direksi asing terhadap hubungan keahlian komite audit dengan pengungkapan pengendalian internal. Obyek penelitian pada perusahaan public non financial/perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011, dengan purposive sampling dan regresi berganda untuk menguji hipotesis. Penelitian ini mampu membuktikan pengaruh keahlian komite audit terhadap pengungkapan pengendalian internal secara signifikan, dan mampu secara signifikan menguji variable moderasi keberadaan direksi asing. Dengan demikian keahlian komite audit dan keberadaan direksi asing mampu menjawab peningkatan pengungkapan yang dapat mencerminkan adanya pengendalian internal yang baik, sehingga berimplikasi pada pelaporan keuangan yang lebih reliable dan berkualitas dapat mengurangi risiko atas kepercayaan terhadap informasi keuangan yang salah, sebagaimana yang diterima oleh pemangku kepentingan. Keahlian keuangan dari anggota komite audit itu menunjukkan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan kompleksitas laporan keuangan untuk mengurangi penyajian kembali laporan keuangan. Anggota komite audit yang memiliki pengetahuan tentang pelaporan keuangan lebih banyak dalam bidang keuangan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat menunjukkan dan mendeteksi salah saji material. Anggota komite audit dengan keahlian keuangan juga dapat memainkan peran dalam pengawasan proses pelaporan keuangan secara lebih efektif, seperti mendeteksi adanya salah saji material.
Kata Kunci: Pengungkapan pengendalian internal, keahlian komite audit,
keberadaan direksi asing.
PENDAHULUAN
Sarbanes-Oxley Act of 2002 berlaku 30 Juli 2002 seiring dengan meningkatnya perhatian para investor terhadap integritas dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Skandal adanya penyimpangan dalam
pelaporan keuangan yang melibatkan
beberapa perusahaan besar Amerika Serikat, seperti kasus Enron dan World Com, dan
kantor akuntan publik (KAP) Big Five Arthur
Andersen pada awal abad 21 telah
menyadarkan dunia akan pentingnya
kejujuran dalam pelaporan keuangan. Skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaan
Amerika tersebutlah yang akhirnya
mendorong diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act
of 2002 (SOX 2002) (Zhang et al., 2007). Pengungkapan yang diwajibkan dalam SOX
2002 sebagian besar terkait dengan
pengendalian internal (Zhang et al., 2007),
dalam penelitian tersebut difokuskan pada
faktor-faktor yang berkaitan dengan
pengungkapan pengendalian internal.
Menurut Bronson et al., (2006) bahwa
laporan manajemen tentang pengendalian
internal secara sukarela (voluntary
management reports on internal control/MRIC) lebih banyak terjadi pada perusahaan besar, dimana memiliki keahlian bagi komite audit, yang melakukan pertemuan
dengan frekuensi tinggi. Di Indonesia internal
banyak ditemui karena masih bersifat
voluntary (sukarela), namun apabila sebuah perusahaan Indonesia telah terdaftar di bursa efek New York Stock Exchange Amerika Serikat, maka perusahaan wajib melakukan internal control material weakness disclosure, dikarenakan terikat oleh peraturan dari SOX.
Di Indonesia sendiri terdapat dua perusahaan yang telah terdaftar di New York Stock Exchage (NYSE) yaitu PT Telkom dan PT
Indosat. Internal control material weakness
disclosure yang dilakukan oleh kedua
perusahaan tersebut tentu saja akan
memotivasi perusahaan lain yang ingin listing di NYSE (New York Stock Exchange). Sampai sekarang di Indonesia belum ada regulasi
yang mengatur tentang Internal control
material weakness disclosure seperti SOX 302 dan 404, oleh karena itu penelitian membahas konsep tersebut secara voluntary. Walaupun Keputusan Ketua Bapepam dan LK
Nomor: Kep-134/BL/2006 diperbaharui
dalam dalam Keputusan Ketua Bapepam dan
LK Nomor: Kep-431/BL/2012 telah
memutuskan kewajiban penyampaian
laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan
publik, yang secara voluntary mengharapkan
mengungkapan pengendalian intern lebih memadai.
Menurut Zhang et al., (2007) sebuah
perusahaan yang memiliki komite audit berkualitas akan memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami masalah pada pengendalian internalnya. Temuan Zhang dkk melengkapi Krishnan (2005). Komite audit di Indonesia masih terhitung baru jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia seperti Amerika, Inggris, dan Kanada. Padahal
keberadaan komite audit cukup penting
sebagai salah satu aspek dalam
penyelenggaraan good corporate governance
(GCG).
Komite audit mulai dikenalkan oleh pemerintah kapada BUMN tertentu pada tahun 1999. Sedangkan Bapepam pada tahun 2000 mulai memberikan anjuran kepada perusahaan yang telah go public untuk untuk memiliki komite audit. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka research problem penelitian ini adalah: Pentingnya
pengungkapan pengendalian internal
komprehensif secara sukarela oleh
menejemen perusahaan, yang bermanfaat dalam peningkatan kehandalan pelaporan keuangan. Sehingga permasalahan yang dianngkat dalam peneitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh Eksistensi Direksi Asing Dalam Hubungan Komite Audit
Terhadap Pengungkapan Pengendalian
Internal.
LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori keagenan (agency theory)
merupakan sinergi dari teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori ini pertama kali digunakan oleh Jensen
dan Meckling (1976). Agency theory inilah
yang selama ini dijadikan dasar dalam praktik
bisnis yang ada. Prinsip utama dari agency
theory ini adalah hubungan antara pemberi wewenang (principal) dan pihak yang diberi
wewenang (agent). Goal conflict dari
keagenan (agency problem) yang berimplikasi menimbulkan biaya agensi. (Jensen dan Meckling, 1976). Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa pemegang saham
substansial diharapkan memiliki kekuatan yang lebih besar dan dorongan untuk memonitor manajemen, karena kekayaan mereka terkait dengan kinerja keuangan perusahaan.
Fama dan Jensen (1983)
mengemukakan bahwa penyebaran dalam kepemilikan menimbulkan potensi konflik antara principal dan agen. Masalah keagenan dapat dikurangi dengan melibatkan pemegang saham substansial dalam memonitor atau kegiatan pengendalian atas potensi yang menimbulkan masalah (Shleifer dan Vishny, 1986; Huddart, 1993). Dengan demikian manajer terdorong untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut pada laporan tahunan guna mengurangi biaya agensi. Penelitian pengendalian internal telah dilakukan oleh Zhang, et al (2007), yang meneliti kebenaran hubungan antara kualitas komite audit, independensi auditor, dan pengungkapan kelemahan pengendalian internal perusahaan setelah penetapan SOX.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa komite audit dengan keahlian keuangan dan atau keahlian akuntansi keuangan, memiliki
kemungkinan yang lebih kecil untuk
mengalami masalah pengendalian internal. Selanjutnya perusahaan yang memilki auditor yang independen memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami masalah pengendalian internal.
Menurut rekomendasi dari Blue Ribbon
Committe BRC)’s 1999), untuk memperbaiki
efektivitas dari komite audit suatu
perusahaan, maka setiap komite audit sebaiknya memiliki paling tidak satu ahli keuangan yang menyoroti tentang pentingnya pengetahuan dalam hal keuangan dan
keahlian anggota komite audit lainnya. Section
407 dari SOX menjadikan rekomendasi dari BRC tersebut dan mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkannya dalam laporan periodik. Keahlian keuangan dari anggota komite audit itu menunjukan sesuatu yang
penting dalam hubungannya dengan
kompleksitas laporan keuangan (Kalbers dan Fogarty, 1993) dan untuk mengurangi penyajian kembali laporan keuangan (Abbott, et al., 2004).
DeZoort dan Salterio (2001)
menemukan bahwa anggota komite audit
yang memiliki pengetahuan tentang
pelaporan keuangan dan auditing akan lebih
dapat memahami jugdment auditor dan bisa
memberikan dukungan kepada auditor
apabila terjadi perselisihan antara auditor dan manajemen dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki pengertahuan tersebut. Selain itu, anggota yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak dalam bidang keuangan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat menunjukkan dan mendeteksi salah saji material. Anggota komite audit dengan keahlian keuangan juga dapat memainkan peran dalam pengawasan proses pelaporan
keuangan secara lebih efektif, seperti
mendeteksi adanyan salah saji material (Scarbrough, et al., 1998; Raghunandan, et al., 2001).
komite audit yang memiliki paling tidak satu anggota dengan keahlian keuangan dan
munculnya pelaporan kembali laporan
keuangan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Krishnan (2005) menunjukan bahwa komite audit yang memiliki keahlian keuangan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk dihubungkan dengan munculnya
masalah pengendalian internal. Dari
penjelasan di atas, maka dirumuskan sebuah hipotesis 1, yaitu:
H1: Keahlian Komite Audit berpengaruh
positif terhadap Pengungkapan
Pengendalian Internal.
Selanjuntnya keberadaan direksi asing pada
sebuah perusahaan secara dramatis
mengubah keseimbangan pengendalian
kepemilikan (Ramaswamy, 2001).
Partisipasi dari direksi asing
mengirimkan sinyal niatan perusahaan untuk ekspansi secara global. Secara khusus, perusahaan yang sedang mencari untuk membentuk pasar global,akan mencakup tehnologi asing, atau mensejajarkan diri mereka dengan kompetitor asing yang mungkin ingin menginternasionalisasikan struktur governance mereka sebagai suatu sinyal bahwa manajemen serius tentang upaya menginternasionalisasikannya. Direksi asing memiliki pengetahuan yang unik dan memahami berbagai strategi area pasar di
luar negeri sebuah perusahaan yang
diinginkannya. Pengetahuan dan keahlian mereka mungkin menjadi nilai tambah karena sebuah perusahaan menerapkan hal tersebut dalam pergerakan ekspansi. Top manajer mungkin memiliki informasi yang tidak
dimiliki ataupun tidak dipahami oleh para owner (Chen et al.,1993).
Para ahli biasanya lebih mampu merasakan situasi lingkungan dan efektif berurusan dengan mereka (Day dan Lord, 1992).
Sampai-sampai pemilik atau
perwakilan mereka (dalam hal ini direktur asing) memiliki pengetahuan dan keahlian mereka akan lebih mampu memonitor tim manajemen puncak dan mengevaluasi arah strategis manajemen puncak (Fama dan Jensen, 1983).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa para pemegang saham atau wakil mereka dapat menggunakan otoritas mereka, kekuatan dan keahlian untuk meningkatkan kinerja organisasi yang mereka investasikan ke dalam (Kang dan Sorensen, 1999).
Direksi asing dapat memainkan peran monitor yang efektif dengan menggunakan posisi mereka sebagai ahli untuk meredam perubahan penghancuran nilai yang berasal dari kepentingan manajer. Kehadiran direksi asing jelas menawarkan mekanisme yang menghalangi dampak manajerial. Perbedaan utama adalah kemampuan untuk melatih penanganan pengendalian dan menawarkan bimbingan. Dari penjelasan tersebut, maka dirumuskan hipotesis 2:
H2: Keberadaan Direksi Asing akan
memperkuat hubungan Keahlian Komite
Audit terhadap Pengungkapan
Pengendalian Intern
Mendasarkan pada kerangka pemikiran
diatas, maka model secara skematis
Gambar 1 : Skema Penelitian
Sumber : Dikembangkan peneliti untuk penelitian ini
METODE PENELITIAN
Populasi penelitan ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 dan di muat
dalam Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) 2009-2011. Hal ini dilakukan karena seluruh industri merupakan perusahaan yang
mengungkapkan pengendalian internal.
Sampel dipilih menggunakan purposive
sampling, dengan kriteria: a). Perusahaan non finansial/perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. b). Mempublikasikn laporan tahunan lengkap
termasuk pengungkapan pengendalian
internal dan tersedia untuk publik. c).
Perusahaan tersebut mempublikasikan
tentangkeahlian komite audit dan keberadaan direksi asing. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linear berganda.
Operasionalisasi Variabel
Pengungkapan pengendalian internal
perusahaan dilihat dari pengungkapan oleh
perusahaan tersebut pada laporan
tahunannya. Apabila pada tahun yang bersangkutan perusahaan mengungkapan dengan rinci sesuai aturan COSO (1992), maka perusahaan tersebut diidentifikasi telah
melakukan pengungkapan yang rinci dalam pengendalian internnya. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan index
(Internal Control Disclosure Index/ICDI). ICDI
ini hampir mirip dengan ICRS(Internal Control
Reporting Score) yang dikembangkan oleh Deumes(2008).
Pengungkapan pengendalian internal ini dinyatakan sebagai variabel dependen dengan ukuran : integritas dan nilai etika,
pemahaman dewan direksi terhadap
tanggung jawab dan pengawasan, filosofi manajemen dan gaya operasi, dukungan
struktur organisasi perusahaan dalam
pengendalian internal yang efektif,
kompetensi pelaporan keuangan, kewenangan dan tanggung jawab manajemen/karyawan, kebijakan dan praktik sumber daya manusia didesain, tujuan pelaporan keuangan dan kriteria identifikasi risiko, risiko pelaporan keuangan, risiko kecurangan, integrasi dengan
penilaian risiko, pemilihan dan
pengembangan aktivitas kegiatan, kebijakan dan prosedur, teknologi informasi, informasi pelaporan keuangan, informasi pengendalian internal Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini, yaitu keahlian komite audit.
Menurut Defond et al. (2005), Krishnan dan Visvanathan (2008), Dhaliwal et al. (2010), bahwa komite audit berkeahlian keuangan adalah komite audit yang memiliki pengalaman sebagai bankir investasi, analis keuangan. pengukuran yang dipakai adalah banyaknya orang yang memiliki peran sebagai komite audit berdasarkan keahlian keuangan.
Pengukuran keahlian komite audit
keuangan diukur dari persentase anggota komite audit yang ahli dalam akuntansi dan atau keuangan. Variabel moderasi merupakan variabel lain di luar variabel bebas yang diduga turut mempengaruhi variabel terikat.
Dalam panelitian ini variabel moderasi yang digunakan adalah keberadaan direksi asing pada perusahaan. pengukurannya dengan menghitung jumlah keberadaan
direksi asingnya. Apabila perusahaan
menggunakan direksi asing (foreign directors),
maka akan dihitung jumlah personil direksi asingnya. Metode analisis menggunakan regresi berganda, dengan model persamaan : Y = + 1X + 2 X*Z + e
Keterangan: : constanta, : koefisien regresi
Y : Pengungkapan Pengendalian Internal X : Komite audit
Z : Keberadaan direksi asing X*Z : Interaksi
e : error atau variabel pengganggu
PEMBAHASAN
Hasil uji normalitas berdasarkan grafik
histogram dan normal probability plot
menunjukkan bahwa data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan, data pada grafik histogram menunjukkan pola berdistribusi normal. Selanjutnya, uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan bahwa besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0,397 dan
signifikan pada 0,762. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas data. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance
masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih besar dari 10% (nilai Tolerance >0,1). Sedangkan, nilai VIF masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih keci ldari 10 (VIF<10). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada masing-masing variabel. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi: Y = 0,605 + 1,542 X + 0,041XZ + e
Berdasarkan persamaan di atas dapat ketahui bahwa terdapat pengaruh positif variabel komite audit (X) dengan interaksi keberadaan direksi asing dan komite audit (X*Z). Hasil analisis regresi untuk uji
kelayakan model diperoleh angka
probabilitas/signifikansi sebesar 0,000< 0,05, sehingga hipotesis 1 dan hipotesis 2 dapat diterima. Artinya variabel independen dan variabel moderasi secara simultan merupakan penjelas yang signifikan pada variabel dependen. Keseluruhan hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang berkaitan antara hubungan keahlian komite audit, keberadaan
direksi asing, dan pengungkapan
pengendalian internal yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory). Temuan penelitian ini adalah Keahlian Komite Audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
pengendalian internal. Hasil analisis
regresinya menunjukkan bahwa nilai
koefisien beta (b1) adalah 0,656 dengan
angka probabilitas/signifikansi sebesar
0,000< 0,05, menunjukkan bahwa Keahlian Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan pada pengungkaapan pengendalian internal.
bahwa komite audit yang memiliki keahlian keuangan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk dihubungkan dengan munculnya masalah pengendalian internal. Hal ini juga didukung oleh penelitian Abbott, et al., (2004) yang menemukan hubungan negatif yang signifikan antara komite audit yang memiliki paling tidak satu anggota dengan keahlian keuangan dan munculnya penyajian kembali laporan keuangan. Temuan penelitian ini
mendorong terciptanya sebuah arah
kebijakan tentang persyaratan bagi
perusahaan untuk memiliki komite audit yang
berkeahlian keuangan, karena terbukti
mampu meningkatkan pengungkapan
pengendalian internal. Hasil uji hipotesis kedua terbukti signifikan, artinya keberadaan direksi asing akan memperkuat hubungan
keahlian komite audit terhadap
pengungkapan pengendalian internal.
Hasil analisis regresi dengan nilai
koefisien beta (b2) 0,139 dan
probabilitas/signifikansi sebesar 0,046 < 0,05, menunjukkan bahwa Keahlian Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan pada pengungkaapan pengendalian internal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ramaswamy (2001) yang menjelasakan bahwa keberadaan direksi asing pada sebuah
perusahaan secara dramatis mengubah
keseimbangan pengendalian kepemilikan.
Temuan ini mengindikasikan bahwa
keberadaan direksi asing diperlukan karena dengan memiliki jaringan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman tehnologi akan memberikan pandangan yang lebih luas dan bermanfaat bagi komite audit sehingga
memperkuat pengungkapan pengendalian internal.
SIMPULAN
Penelitian ini mampu membuktikan pengaruh keahlian komite audit terhadap pengungkapan pengendalian internal secara signifikan, dan mampu secara signifikan
menguji variable moderasi keberadaan
direksi asing. Dengan demikian keahlian komite audit dan keberadaan direksi asing
mampu menjawab peningkatan
pengungkapan yang dapat mencerminkan adanya pengendalian internal yang baik,
sehingga berimplikasi pada pelaporan
keuangan yang lebih reliable dan berkualitas dapat mengurangi risiko atas kepercayaan terhadap informasi keuangan yang salah, sebagaimana yang diterima oleh pemangku kepentingan. Keahlian keuangan dari anggota komite audit itu menunjukkan sesuatu yang
penting dalam hubungannya dengan
kompleksitas laporan keuangan untuk
mengurangi penyajian kembali laporan
keuangan. Anggota komite audit yang memiliki pengetahuan tentang pelaporan
keuangan lebih banyak dalam bidang
keuangan memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk dapat menunjukkan dan
KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN YANG AKAN DATANG
Kelemahan penelitian ini pada
pengukuran pengungkapan pengendaian
internal hanya menggunakan ite-item pada COSO 1992, sehingga hasil penelitian kurang mencerminkan keberadaan tentang aturan corporate governance (code) Indonesia. Diharapkan penelitian yang akan datang
pengukuran tentang pengungkapan
pengendaian internal menggunakan aturan (code) di Indonesia, agar sesuai dengan regulasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L; S. Parker, and G. Peters. 2004. Audit
Committee Characteristics And
Restatements. Auditing: A Journal of
Practice and Theory. 23 (1): 69–87.
Blue Ribbon Committee (BRC) on Improving the Effectiveness of Corporate Audit Committees. 1999. Stamford, CT. Bronson,Scott N; Joseph V. Carcello, and K.
Raghunandan. 2006. Firm
Characteristics and Voluntary
Management Reports on Internal Control. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 25(2): 25-39.
Chen, Ming-Jer; Jiing-Lih Farh and Ian C. MacMillan. 1993. An Exploration of The Expertness of Outside Informants. Academy of Management Journal. 36 (6): 1614-1632.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), 1992.
Internal Control - Integrated
Framework. American Institute of
Certified Public Accountants.
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO), 2004.
Enterprise Risk Management –
Integrated Framework. AICPA,
Harbordside Financial Center, September.
Day, D.V. & Lord, R.G. (1992). Expertise and problem categorization: The role of
expert processing in organizational
sense-making. Journal of Management
Studies, 29(I): 35-47.
DeFond, M.; R. Hann, and, X Hu. 2005. Does the Market Value Financial Expertise on
Audit Committees of Boards of
Directors? Journal of Accounting
Research. 43 (2): 153–193.
Deumes, Rogier., and W. R. Knechel. 2008. Economic Incentive for Voluntary
Reporting on Internal Risk
Management and Control Systems. Auditing: A Journal of Practice& Theory. 27(1): 35-66.
DeZoort, F, and S. Salterio. 2001. The Effects of Corporate Governance Experience and
Financial Reporting and Audit
Knowledge on Audit Committee
Members’ Judgments. Auditing: A Journal of Practice and Theory. 20 (2): 31–47.
Dhaliwal, Dan; Vic Naiker and Farshid Navissi.
2010. The Association Between
Accruals Quality and the Characteristics of Accounting Experts and Mix of
Expertise on Audit Committee.
Contemporary Accounting Research. 27 (3): 787-827.
Fama, Eugene F. and Michael C. Jensen.1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, Vol.26( 2): 301-325
Huddart, Steven. 1993. The Effect of a Large
Shareholder on Corporate Value.
Management Science.39 (11).
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership
Structure. Journal of Financial
Economics. 3 (4): 305-360.
Kalbers, L. and T. Fogarty. 1993. Audit Committee Effectiveness: An Empirical Investigation of the Contribution of Power. Auditing: A Journal of Practice &Theory. 12 (1): 24–49.
Kang, David L and Aage B. Sorensen. 1999. Ownership Organization and Firm
Performance. Annual Review of
Sociology. 25: 121-144
Krishnan, Gopal V., and Gnanakumar
Matter? The Association between Audit Committee Directors’ Accounting
Expertise and Accounting
Conservatism. Contemporary
Accounting Research. 25 (3): 827-841. Krishnan, Jayathi, 2005. Audit Committee
Financial Expertise and Internal
Control: An Empirical Analysis. The
Accounting Review. 80 (2): 649–675. Raghunandan, K; W. Read, and D. Rama. 2001.
Audit Committee Composition, Gray Directors,’’ and Interaction with Internal Auditing. Accounting Horizons. 15 (2): 105–118.
Ramaswamy, Kannan, and Mingfang Li. 2001. Foreign Investors, Foreign Directors and Corporate Diversification : An
Empirical Examination of Large
Manufacturing Companies in India. Asia
Pasific Journal of Management. 18: 207-222
Sarbanes-Oxley Sections (SOX) 302 & 404. 2003 A White Paper Proposing Practical, Cost Effective Compliance
Strategies. Mississauga, Ontario,
Canada
Scarbrough, D.; D.Rama, and K. Raghunandan. 1998. Audit Committee Composition and Interaction with Internal Auditing:
Canadian Evidence. Accounting
Horizons. 12 (1): 51–62.
Shleifer, Andrei, and Robert W. Vishny. 1986. Large Shareholders and Corporate
Control. The Journal of Political
Economy.94 (3): 461-488
Zhang, Yan; Jian Zhou, and Nan Zhou. 2007. Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control
Weaknesses. Journal of Accounting and
POTRET USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN PONOROGO PASCA PEMBINAAN
Oleh : TITI RAPINI1) UMI FARIDA2) SETYO ADJI3)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Email: titi.rapini@gmail.com1)
umifarida33@yahoo.com2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kondisi Usaha Kecil Menengah setelah dilakukannya pembinaan oleh Dinas Indagkop Kabupaten Ponorogo. Dengan mengetahui peningkatannnya maka dapat diketahui pula efisiensi dan efektifitas pembinanan yang telah dilakukan. Juga untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh UKM agar dapat dirancang metode /pola pembinaan yang sesuai khususnya pada pengelolaan keuangannya. Ruang lingkup penelitian ini berada Di Kabupaten Ponorogo, dimana UKM yang diteliti adalah UKM yang telah mengikuti Pembinaan oleh Indagkop selama kurun 2009 sampai 2013. Data yang diperlukan yaitu data Primer meliputi data hambatan dan kendala yang dialami UKM, data keuangan. Yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan panduan dari kuisioner. Data sekunder meliputi data peserta dan jenis pelatihan - pembinaan yang dilakukan Indagkop Kabupaten Ponorogo. Dari hasil penelitian, diketahui ada 3 jenis pelatihan mulai 2009 sampai dengan 2013. Namun data ini tidak didukung dengan bidang usahanya, maupun nama perusahaannya. Sampel 50 peserta dengan berbagai tahun dan jenis pelatihan. Hasilnya 52% peserta memiliki usaha, 24% belum, dan 24% tidak ditemukan alamatanya. Sedangkan yang memiliki usaha,mereka tidak memiliki data keuangan secara tertulis. Hal ini mengindikasikan bahwa UKM belum memiliki laporan keuangan baku, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan keuangannya.
Kata Kunci: Model Pembinaan, Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN
Dalam pembangunan perekonomian di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian
nasional, karena berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja juga berperan dalam
perindustrian dan hasil-hasil pembangunan. Sehingga UKM merupakan salah satu pilar
utama dalam mengembangkan sistem
perekonomian. Namun perkembangannya hingga kini masih tertinggal jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya. Sementara tipe usaha kecil ini terbukti benar-benar kuat serta tahan banting pada krisis ekonomi.
dari segi jumlah usaha, maupun dari segi penciptaan lapangan kerja, maka dibutuhkan
lingkungan yang mendukung serta
keterlibatan semua pihak dalam proses
perencanaan,pelaksanaan, pengendalia,
pemantauan dan evaluasi.Dengan demikian pengembangan investasi perlu berlangsung berkelanjutan dan berakar dari kemampuan sumber daya nasional dan partisipasi luas masyarakat dan dunia usaha terutama UKM
dan koperasi perlu didorong untuk
memperluas kesempatan dan pemerataan berusaha bagi seluruh pelaku ekonomi, sehingga terwujud sistem perekonomian kerakyatan. Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas dan otonomi daerah sangat bergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengembangkan bisnis UKM. Di Kabupaten Ponorogo dalam rangka menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah dilakukan melalui pembinaan yang dilakukan dengan beberapa program anatara lain : pertama Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif melalui kegiatan sosialisasi Kebijakan tentang
UKM. Kedua, program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah melalui Pelatihan Kewirausahaan, Pelatihan AMT, dan Pelatihan Manajemen Pengelolaan UKM.Serta Program monitoring maupun evaluasi, dan sosialisasi
lainnya. Dalam rangka evaluasi perlu
diketahui apakah pembinaan yang dilakukan tersebut bermanfaat khususnya bagi UKM.
Sehingga dapat disusun perencanaan
pembinaan yang lebih sesuai,baik modul maupun model pembinaannya. Potensi usaha kecil di Kabupaten Ponorogo menurut data Indakop tahun 2003 tercatat 62 unit usaha .
Sebagaimana umumnya usaha kecil,
kelemahan serta hambatan dalam pengelolaan usahanya baik menyangkut internal maupun
eksternal( Titi Rapini, 2004,Seminar
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat) adalah :
Tidak melakukan analisi kelayakan usaha,
pasar, ataupun perputaran kas.
Tidak memiliki perencanaaan jangka
panjang, system pembukuan yang
memadai, maupun alat-alat kegiatan
manajerial lainnya yang umumnya
diperlukan oleh suatu bisnis yang profit oriented
Kekurangan informasi bisnis, hanya
mengacu pada intuisi dan ambisi
pengelola, serta lemah dalam potensi
Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis
operasional kegiatan dan pengawasan mutu, sehingga sering tidak konsisten dengan ketentuan pesanan
Tingginya Labou Turnover
Banyak Biaya diluar pengendalian
Pembagian kerja tidak profesional
sehingga terjadi pekerjaan yang melimpah
Kesulitan modal kerja dan tidak
mengetahui secara tepat berapa
kebutuhan modal kerja
Persediaan terlalu banyak pada produk
yang kurang laku/salah
Mis-manajemen dan ketidakpedulian
pengelola terhadap prinsip-prinsip
manajerial
Sumber-sumber modal terbatas pada
kemampuan pemilik
yang kondusif melalui kegiatan sosialisasi
kebijakan tentang UKM, fasilitasi
pengembangan UKM. Kedua, Program
Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah melalui kegiatan Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan, Pelatihan AMT (Achievement Motivasi Training), Pelatihan manajemen pengelolaan UKM, Sosialisasi HaKI kepada Usaha Mikro Kecil Menengah. Ketiga, Program Pengembangan Sistem pendukung Usaha Bagi Usaha kecil Menengah dengan kegiatan Sosialisasi dukungan informasi penyediaan
permodalan, Pemantauan pengelolaan
penggunaan dana pemerintah bagi UKM,
Peningkatan jaringan kerjasama antar
lembaga, Monitoring, evaluasi dan pelaporan sosialisasi dan pelatihan serta pemberian bantuan permodalan dan pemasaran ( Ratna Trisuma Dewi,2009).
Dalam pelaksanaan pembinaan
tersebut beberapa hambatan yang dialami oleh Indagkop antara lain SDM pengusaha, ketidakmampuan pengusaha mengembalikan pinjaman, keterbatasan jumlah pegawai, keterbatasan informasi . Meskipun disisi lain
beberapa Faktor pendukung berupa
ketersediaan dana, jalinan kerjasama dengan instansi lain, ketersediaan sarana dan prasarana ( Ratna Trisuma Dewi,2009).
Dengan Penelitian ini diharapkan dapat menyusun data base jenis pelatihan dan
pembinaan yang telah dilakukan oleh
Indagkop,data base kinerja keuangan UKM Pasca Pembinaan yang diukur dari Nilai
Likuiditas, Perputaran Modal
Kerjanya,Perbandingan Jumlah Hutang
terhadap keseluruhan Modalnya, serta dari Profitabilitas ,data hambatan/permasalahan
yang ditemuinya. Data ini kan digunakan sebagai bahan penyusunan model pengelolaan
keuangan serta membantu
mengaplikasikannya melalui pelatihan dan pendampingan. Sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan penyusunan model pengelolaan keuangan
khususnya bagi UKM, sehingga dapat
membuat Laporan Keuangan dengan mudah. Dengan demikian diharapkan perkembangan UKM dapat tumbuh sehingga diharapkan dapat berdampak positif bagi perekonomian masyarakat
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Usaha Kecil dan Menengah memiliki dua difinisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia (kumpulan artikel ekonomi-blogspotcom/2009/06) :
1. Difinisi usaha kecil menurut
Undang-Undang no 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
memiliki hasil Penjualan tahunan
maksimal Rp.1.000.000.000 (1 milyar) dan memiliki kekayaan bersih,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp. 200.000.000,00
2. Definisi menurut kategori Badan Pusat
Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga.
BPS mengklasifikasikan industri
berdasarkan jumlah pekerjanya,yaitu:
- Industri rumah tangga dengan pekerja
1-4 orang
- Industri kecil dengan pekerja 5-15
orang
- Industri menengah dengan pekerja
- Industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
UKM merupakan kekuatan strategis dalam mempercepat pembangunan Daerah. Oleh karena UMKM memiliki posisi penting bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat didaerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial (Abdullah Abidin).
Keberadaan UKM yang demikian
sebagai bagian dari keseluruhan entitas Nasional merupakan wujud nyata kehidupan ekonomi yang beragam di Indonesia. Namun masih banyak masalah yang dihadapi oleh UKM tersebut. Sebagaimana hasil Penelitian tentang UKM di daerah Bantul Yogyakarta, diketahui bahwa beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM antara lain 1) pemasaran, 2) modal dan pendanaan, 3) inovasi dan
pemanfaatan teknologi informasi, 4)
pemakaian bahan baku, 5) peralatan
produksi,6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, 7) rencana pengembangan usaha, 8) kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal (Jaka Sriyana,2010).
Kendala ataupun hambatan yang
dialami UKM juga ditegaskan oleh Prihatin
Lumbanarja (2011) bahwa dalam
pembangunan dan pengembangan UKM banyak strategi dan metode yang telah dilakukan baik langsung maupun tidak langsung. Kendala utama yang dihadapi adalah :
a) Terbatasnya kemampuan SDM UKM untuk
menyerap dan mengaplikasikan kebijakan yang sudah ada.
b) Kecenderungan Iklim politik dan ekonomi
yang tidak kondusif juga mempengaruhi upaya pengembangan UKM
c) Relatif rendahnya tingkat kepedulian
pembina dan instansi terkait terhadap upaya pengembangan UKM masing-masing unit kerja
d) Kondisi perdagangan bebas (arus
globalisasi) menuntut UKM tidak hanya sekedar tetap eksis bertahan akan tetapi dituntut mampu meningkatkan pelayanan dan produktivitas usahanya sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi
e) Adanya kesenjangan struktural yang
cukup lebar antara UKM dengan usaha besar dalam perekonomian nasional,
karena ketidak seimbangan laju
pertumbuhan keduanya
f) Masih ditemukan tumpang tindih
pelaksanaaan peraturan daerah dan pusat
g) Masih lemahnya daya saing UKM baik
ditingkat lokal, regional, nasional, maupun global
h) Rendahnya jiwa kewirausahaan pelaku
UKM sehingga kemampuan untuk
melakukan inovasi dan diversifikasi usaha sangat rendah.
Di kabupaten Ponorogo sendiri
hambatan UKM dari hasil penelitian Ratna Trisuma Dewi ditemukan antara lain : SDM
pengusaha, ketidakmampuan pengusaha
mengembalikan pinjaman, keterbatasan
jumlah pegawai, keterbatasan informasi .
Meskipun disisi lain beberapa Faktor
Berkaitan dengan berbagai kendala yang dihadapi UKM maka diperlukan suatu
strategi untuk mengatasinya. Hal ini
diperlukan dukungan semua pihak, baik dari
asosiasi pengusaha, perguruan tinggi,
dinas/instansi terkait dilingkungan
pemerintah kabupaten/kota,dan provinsi.
Disamping itu diperlukan kebijakan
pemerintah yang mendorong pengembangan UKM (Jaka Sriyana ,2010)
Dalam rangka pengembangan UKM tersebut pemerintah melalui Kementrian Negara Urusan Koperasi Dan Usaha Kecil
Menengah menekankan kebijakan pada
peningkatan daya saing dengan memberikan perkuatan-perkuatan baik finansial maupun non finansial. Hal ini dilakukan dengan menyusun program operasional berupa kebijakan-kebijakan diantaranya : a) Program penumbuhan iklim usaha yang kondusif, b) Program peningkatan akses kepada sumber
daya produktif,c) Program pembinaan
kewirausahaan yang berkeunggulan
kompetitif, d) Program peningkatan
partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pemberdayaan Koperasi dan UKM secara terpadu ( Prihatin Lumbanraja,2011).
Sedangkan menurut Wisber Wiryanto (2012) bahwa untuk mendorong tumbuhnya UKM maka pemerintah daerah terkait perlu melakukan upaya strategi pemberdayaan UKM melalui pengembangan sumber daya manusia UKM, peningkatan akses UKM
terhadap perluasan penyaluran kredit,
peningkatan produktivitas dan optimalisasi koordinasi.
Dalam hal ini pemerintah kabupaten
Ponorogo. Melalui Indagkop telah
melaksanakan pembinaan meliputi : Progam
Penciptaan Iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif melalui kegiatan sosialisasi
kebijakan tentang UKM, fasilitasi
pengembangan UKM. Kedua, Program
Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah melalui kegiatan Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan, Pelatihan AMT (Achievement Motivasi Training), Pelatihan manajemen pengelolaan UKM, Sosialisasi HaKI kepada Usaha Mikro Kecil Menengah. Ketiga, Program Pengembangan Sistem pendukung Usaha Bagi Usaha kecil Menengah dengan kegiatan Sosialisasi dukungan informasi penyediaan
permodalan, Pemantauan pengelolaan
penggunaan dana pemerintah bagi UKM,
Peningkatan jaringan kerjasama antar
lembaga, Monitoring, evaluasi dan pelaporan sosialisasi dan pelatihan serta pemberian bantuan permodalan dan pemasaran ( Ratna Trisuma Dewi,2009).
Dari hasil penelitian Ahmad Rifa’i, diketahui dari 30 responden UKM yang dibina oleh PT Jasa Bina Marga melaui program Kemitraan periode 2009/2010 pada 2 bulan setelah pelatihan dan pinjaman tidak ada peningkatan yang diinginkan dari 5 variabel
yang diamati (sumberdaya manusia,
manajemen produksi, administrasi keuangan, pemasaran, motivasi dan rencana usaha). Namun hasil mulai nampak peningkatan pada priode 2 sampai ke 5 supervisi (bulan ke 3sampai ke 7) pengamatan.
METODE PENELITIAN
sampai 2013. Data yang diperlukan adalah data primer maupun sekunder. Data Primer meliputi data-data hambatan dan kendala yang dialami oleh UKM, data keuangan perusahaan/UKM. Untuk memperoleh data dan informasi yang dapat dijadikan bahan
dalam penelitian ini, maka peneliti
mengumpulkan data dengan cara wawancara langsung dengan panduan dari kuisioner
(interview) pada obyek yang diteliti.
Sedangkan data sekunder meliputi data jenis
pelatihan dan pembinaan yang telah
dilakukan oleh Indagkop Kabupaten
Ponorogo, serta UKM pesertanya. Data ini
diperoleh dari Dinas Indagkop. Serta
memanfaatkan dokumen –dokumen yang ada
pada obyek yang diteliti yaitu di Indagkop atau UKM yang diteliti.
HASIL PENELITIAN
Dari data diatas tidak terdapat
informasi jenis usaha maupun, nama
perusahaannya. Kepersertaan mencantumkan nama pesertanya serta alamat tinggal. Daftar peserta pelatihan terdapat pada lampiran 1.Total peserta pelatihan 1020 peserta, terdiri atas 650 merupakan peserta pelatihan
Kewirausahaan (63,7%), 195 peserta(
19,15%) pelatihan yang berbasis
ketrampilan/kerajinan, 150 peserta (14,7%) pelatihan yang diarahkan bagi masyarakat industri tembakau, dan 25 peserta (2,45%) dari koperasi, yaitu Koperasi Wanita. Dari jumlah peserta tersebut diambil 50 peserta dari berbagai tahun pelatihan. Dari hasil pengumpulan data diperoleh informasi bahwa 26 peserta telah memiliki usaha atau 52%. Sedangkan 24% peserta pelatihan (12 orang) sampai saat penelitian dilakukan belum
memiliki usaha. Adapun 24% lainnya alamat yang tertera pada data pelatihan tidak ditemukan, atau telah berpindah alamat ( sebanyak 12 peserta). Namun dari 26 peserta yang telah memiliki usaha, belum memiliki catatan pembukuan secara baik. Sehingga belum diperoleh informasi tentang jumlah asset maupun tingkat aktivitas operasional perusahaan . Sehingga belum dapat diukur
tingkat kinerja keuanggannya. Untuk
informasi materi pelatihan atau pedoman pelatihan , yang dapat diperoleh yaitu materi pelatihan yang diterbitkan oleh UPTD Balai
Diklat Koperasi Pengusaha Kecil dan
Menengah Propinsi Jawa Timur.Sedangkan materi pelatihan lainnya tidak diperoleh informasi. Adapaun beberapa materi yang
diberikan meliputi: Pengetahuan Dasar
Koperasi Jasa Keuangan,Menghimpun
Dana,Menyalurkan Dana,Pengelolaan
Dana,Akuntansi Simpan Pinjam dan Analisa
Keuangan UKM dan
Koperasi,Perpajakan,Sistem Pengendalian
Intern,Penilaian Kesehatan UKM dan
Koperasi.
PEMBAHASAN
a. Peserta Pelatihan
Pembinaan dan pelatihan yang
dilakukan oleh Indagkop kabupaten
Ponorogo, dimaksudkan untuk
meningkatkan ketrampilan masyarakat pengusaha maupun pengetahuan yang bersifat teoritis dan konseptual.Dengan
adanya pembinaan dan pelatihan
diharapkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia di kabupaten
Ponorogo. Sebagaimana disampaikan
kemampuan teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan (2003).
Dari hasil penelitian diatas
menunjukkan sebagian besar pelatihan adalah tentang Kewirausahaan, yaitu 650 peserta (63,7%). Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintah mengarahkan
pembinaan untuk menumbuhkan jiwa
kewirausahaan. Pelatihan ini dapat
dikategorikan sebagai pengembangan yang bersifat teoritik dan konseptual. Oleh karena itu pelatihan tidak hanya diarahkan kepada masyarakat yang telah memiliki usaha, akan tetapi juga kepada masyarakat yang belum memiliki usaha. Hal ini dapat dilihat bahwa dari sample penelitian diketahui bahwa 24% (12 orang) peserta pelatihan berasal dari masyarakat yang belum memiliki usaha. Diharapkan dengan mengikuti pelatihan nantinya masyarakat terbuka wawasannya ,pengetahuannya sehingga yang bersangkutan dapat tumbuh
kemauannya untuk memiliki usaha.
Sedangkan Pelatihan yang bersifat
ketrampilan sebanyak 33,85% atau
sebanyak (345 peserta). Pelatihan ini pun juga diarahkan kepada masyarakat yang sudah punya usaha maupun belum. Pelatihan yang bersifat ketrampilan ini bagi masyarakat yang telah memiliki usaha
,diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan teknis,Sedangkan bagi
masyarakat yang belum memiliki usaha, dapat membekali mereka dengan keahlian yang dapat menjadi bekal memulai usaha.
Sebagaimana diketahui dari hasil
penelitian bahwa 14,7% diantaranya
diarahkan kepada masyarakat
dilingkungan industri tembakau, sebanyak 150 orang yang dilakukan dalam 3 tahap. Pembekalan ketrampilan yang diberikan antara lain :
- Seni karajinan gerabah
- Seni kreasi Clay
- Seni kerajinan cake Towel
Hal ini dimaksudkan untuk
membekali masyarakat petani tembakau ketrampilan diluar bidang usaha yang ditekuninya selama ini. Dengan demikian skill ini dapat menjadi modal usaha alternatif untuk menggantikan industri tembakau yang lesu. Pelatihan lainnya yang diberikan kepada masyarakat yaitu Pelatihan Bahan Kerajinan Batik, Bahan Kerajinan Sablon, dan pembuatan Jamu. Dengan adanya pelatihan Batik misalnya,
diharapkan masyarakat yang telah
memiliki ketrampilan dalam industri Batik,
dapat meningkat kemampuannya.
Sehingga diharapkan dapat
mengembalikan kejayaan industri Batik Ponorogo. Sedangkan bagi masyarakat yang belum memiliki usaha mereka dapat tumbuh kemauannya untuk menekuni bidang usaha yang dilatihkan. Untuk peserta yang berasal dari koperasi , lebih ditekankan kepada Koperasi Wanita.
Dimana koperasi ini merupakan
pengembangan dari kegiatan PKK di desa-desa. Oleh karena pengurus Kopwan yang sangat heterogen latar belakang profesi maupun tingkat pendidikannya, maka dengan adanya pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki efektifitas kerja para pengurus . Sehingga
Keberadaan Koperasi Wanita yang ada di desa diharapkan dapat ikut membantu
menumbuhkan dunia usaha. Karena
dengan adanya kopwan diharapkan ibu-ibu rumah tangga dapat berminat untuk memulai usaha dengan adanya lembaga finansial yang lebih dekat dan lebih sederhana didalam proses perolehan dananya. Namun dari data sample yang
diperoleh sebanyak 24% peserta
pelatihan hingga penelitian ini dilakukan ternyata belum meiliki usaha. Atau dengan kata lain pelatihan ketrampilan maupun kewirausahaan yang diikutinya, hingga
saat ini belum dapat
direalisasikan.Berbagai kendala yang
melatarbelakanginya antara lain: belum memiliki modalbelum berminat untuk membuka usaha, dan yang terakhir adalah
karena keikutsertaannya sekedar
partisipasi program pemerintah. Karena peserta pelatihan biasanya delegasi atau ditunjuk oleh desa ataupun pejabat diwilayah tempat tinggalnya. Bagi peserta yang bersasal dari pengusaha atau pada saat ini telah memiliki usaha sebanyak 26 orang( 52%), sayangnya sampai saat ini belum memiliki data informasi keuangan (catatan pembukuan). Sehingga belum dapat dilakukan penilaian hasil kinerja
keuangannya. Dengan tidak adanya
catatan keuangan, maka kita sulit untuk
melakukan evaluasi terhadap
perkembangan usaha. Selain hal itu , dengan tidak adanya catatan pembukuan maka usaha inipun belum memiliki laporan keuangan yang memadai. Padahal untuk dapat mengakses lembaga-lembaga keuangan , laporan tersebut sangat
diperlukan.Sedangkan untuk kepentingan internal perusahaan, informasi keuangan diperlukan untuk memahami kondisi keuangan sebelum mengambil keputusan-keputusan penting( Suad Husnan ,2000).
Berbagai kendala yang menjadi alsan belum dimilikinya catatan keuangan, antara lain:
- Pencatatan dianggap pekerjaan yang
ribet, dan menyita waktu
- Prinsip bahwa yang penting modal
memadai untuk menyusun pembukuan Dari hasil penelitian juga diperoleh informasi bahwa ada 12 sample yang tidak ditemukan pada alamat yang tertulis didaftar peserta. Ada berbagai hal yang kemungkinan menjadi penyebab, antara lain alamat yang
kurang jelas sehingga kami kesulitan
menemuinya,. Selain itu ,nama yang
bersangkutan sudah tidak berdomisili di alamat yang tertera pada data pelatihan. Karena pelatihan yang kami ambil mulai 2009 hingga 2013.
b. Materi Pelatihan
Mengacu pada teori pengembangan
sumber daya manusia (Malayu
Hasibuan:2003), ada dua metode yaitu:
dengan cara Informal dan Formal.
Pengembangan informal,yaitu
pengembangan yang dilakukan atas
melatih dan mengembangkan dirinya, atau dengan membaca buku. Sedangkan cara Formal dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan.
Pelatihan yang dilakukan oleh indagkop
dapat dikategorikan sebagai
pengembangan formal bagi sumber daya para pengusaha dan calon pengusaha di kabupaten Ponorogo. Pelatihan yang diarahkan pada pengelolaan keuangan belum dilakukan secara lebih spesifik.
Pelatihan yang terkait pengelolaan
keuangan sifatnya sangat luas,dan dibahas secara singkat. Materi ini diberikan sebagai bagian pelatihan kewirausahaan.
Sehingga belum mengarah pada
bagaimana teknis untuk menyusun sebuah catatan informasi keuangan suatu usaha. Begitu pula dari hasil penelitian terkait informasi bahwa sebagian peserta yang sudah memiliki usaha belum memiliki
catatan keuangan, atau pembukuan
dikarenakan menyita waktu, serta mereka memang belum memiliki kemampuan dibidang tersebut. Padahal untuk dapat mengakses lembaga-lembaga keuangan ,
laporan tersebut sangat
diperlukan.Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan modalnya, para pelaku usaha
ini banyak memanfaatkan Lembaga
Keuangan Informal(Asis, Titi,2013). Untuk itu diperlukan suatu panduan sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan pencatan keuangan yang mudah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Ada 3 jenis pelatihan yang dilaksanakan
oleh Indagkop yaitu pelatihan
Kewirausahaan, Pelatihan yang berbasis ketrampilan, dan pelatihan yang ditujukan untuk Koperasi
2. Peserta pelatihan meliputi
UKM/masyarakat yang memiliki usaha, masyarakat yang tidak/belum memiliki usaha, dan Koperasi Wanita
3. Dari peserta yang telah memiliki usaha
belum memiliki catatan pembukuan yang
memadai/laporan keuangan, sehingga
belum dapat diukur kinerja keuangannya
4. Kendala yang dihadapi UKM dalam
melakukan pencatan adalah waktu, dan
pengetahuan/ketrampilan dalam
melakukan pencatatan
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
memetakan UKM yang ada di Kabupaten Ponorogo yang sudah mengikuti pelatihan dan yang belum , yang bukan berbasis data peserta pelatihan
2. Perlu dilakukan pelatihan yang lebih
bersifat teknis yang dilakukan diluar waktu produksi (jam kerja)
3. Dilakukan pemetaan jenis pelatihan yang
sudah diikuti oleh UKM
4. Perlu disusun jenis Pelatihan yang
diperlukan, dan pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap
5. Perlu peran serta pihak-pihak diluar
pemerintah untuk melakukan pembinaan UKM, karena jumlah UKM yang sangat banyak sehingga tidak terjangkau oleh pemerintah seluruhnya.
Abdullah Abidin,Penelitian Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah.
Ahmad Rifa’i, 01 ,Penelitian Peran
Pembinaan Manajemen Usaha
Terhadap Kemajuan Bisnis UKM (Studi kasus Mitra Binaan PT Jasa Marga Persero)
Asis Riat Winanto dan Titi Rapini,
01 ,Penelitian Peran Lembaga
Keuangan Informal Terhadap
Pemberdayaan Kelompok Sektor
Informal
Jaka Sriyana, 010, Penelitian Strategi
Pengembangan Usaha Kecil Dan
Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul , disampaikan dalam Simposium Nasional Menuju Purworejo Dinamis Dan Kreatif.
Kumpulan artikel Ekonomi UKM Dan
Pembangunan
Bekelanjutan kumpulan- Artikel – ekonomi-blogspot.com/2009/06/ukm-dan ekonomi-berkelanjutan.html Malayu S P Hasibuan, 00 , Manajemen
Sumber Daya Manusia , PT Bumi Aksara, Jakarta
Prihatin Lumbanraja, 011, Bersama UKM Membangun Ekonomi Rakyat Dan Lingkungan Hidup , jurnal Ekonomi, Volume 14, No:2, April 2011
Ratna Trisuma Dewi, 009,Skripsi Strategi
Dalam Menumbuhkan Dan
Mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah Melalui Pembinaan Oleh dinas
Industri,Perdagangan,Koperasi,Dan
Penanaman Modal di Kabupaten
Ponorogo.
Suad Husnan,, 000, Manajemen Keuangan ,
BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Titi Rapini, 2004, seminar Tri
Wulan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Melalui Pembinaan Usaha Kecil,
Fakultas Ekonomi Univ
Muhammadiyah Ponorogo
UPTD Balai Diklat Koperasi, Pengusaha Kecil Dan Menengah, 00 Materi Diklat Berbasis Kompetensi Bagi Sumber Daya Manusia , Pemerintah Propinsi
Jawa Timur Dinas Koperasi, Pengusaha Kecil Dan Menengah, Malang
Wisber Wiryanto, 01 , judul makalah
Pemberdayaan Usaha Kecil Dan