• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Sosialisasi Administrasi Perpajakan Modern Dalam Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Sosialisasi Administrasi Perpajakan Modern Dalam Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS SOSIALISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN DALAM PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA O

L E H

RIKA SISKA SIMBOLON 072600067

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MENYELESAIKAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ Efektifitas Sosialisasi Admininistrasi Perpajakan Modern Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat dukungan materil dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Tetty Marlina Tarigan, SH. M.Kn selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Alfan Jamil, S.E selaku Supervisor Lapangan serta seluruh pegawai di KPP Pratama Medan Kota, yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(3)

kata penyemangat yang diucapkan kepada penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Love you both…!

7. Beloved Brothers ever, Bang Ronald Dody Simbolon, SE dan Bang Irfan Henry Simbolon, S.Sos yang telah memberi dukungan materil dan moral serta yang menjadi inspirasi bagi penulis untuk lebih semangat dalam mencapai cita-cita. 8. Beloved Sisters ever, Kak Jesika Simbolon, AMD dan Kak Desy Rina Simbolon,

SKM untuk setiap teguran, kritikan, semangat, nasehat dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman KK Adonai Tzeva’ot feat Rogate…K’Rita, Donny, Herbin dan Raskel terimakasih atas dukungan doa, motivasi dan semangat, biarlah Tuhan yang bekerja dalam setiap hal dalam pertumbuhan kita di dalamNya. Me Luv this Little bLessing family..!

10.Teman-teman terbaikku yang ku panggil “bebeb-bebeb ku” : Mona, Erin, Echa, Gatra, Nova, Chyka dan Juli untuk setiap kebersamaan, doa, semangat dan setiap tawa walau terpisah jarak. All of you are the best part in me…!

11.Desri Rub Nike Arini dan Meilida Nurfri untuk kebersamaan dan semangat selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.

12.Bang Rudi yang sangat membantu selama pelaksanaan riset di KPP Pratama Medan Kota, terimakasih atas waktunya dan kesediaannya untuk repot membantu selama riset.

(4)

14.Teman-teman seperjuangan selama riset : Tri Ismanto, Sabrina, Isabrina, Erni, Lenta dan Santa.

15.Semua orang yang telah membantu, mendukung, mendoakan hingga tugas akhir ini dapat selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatassan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, Juni 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 5

1. Tujuan PKLM ... 5

2. Manfaat PKLM ... 5

C. Ruang Lingkup ... 7

D. Metode PKLM ... 7

E. Metode Pengumpulan Data ... 9

F. . Sistematika Penulisan ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota 12 B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota 19 C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 20

D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota ... 20

E. Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak ... 24

F. Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak ... 27

BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak ... 29

B. Fungsi Pajak ... 30

C. Pajak Bumi dan Bangunan ... 31

D. Reformasi Perpajakan ... 34

E. Modernisasi Administrasi Perpajakan ... 37

F. Tujuan sosialisasi modernisasi administrasi perpajakan... 48

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.Metode Sosialisasi Administrasi Perpajakn Modern dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Sosialisasi di KPP Pratama Medan Kota... 50

1. Metode Sosialisasi Perpajakan Modern di KPP Pratama Medan Kota 50 2. Faktor Penghambat Sosialisasi Administrasi Perpajakan Modern pada KPP Pratama Medan Kota ... 53

(6)

C. Kefektifan Sosialisasi Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Penerimaan PBB pada KPP Pratama Medan Kota ... 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

- bagan penggabungan KPP, KP PBB dan KARIKPA

- bagan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

- Formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

(7)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

(8)

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM Halaman

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi saat ini, kita dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuan yang terbaik dalam pembangunan bangsa dan Negara. Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional telah benyak menghasilkan generasi muda yang berbakat dibidangnya masing-masing bagi pengembangan ilmu. Salah satunya adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang mewajibkan mahasiswa Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang merupakan salah satu kegiatan intra kulikuler untuk memperoleh pengalaman praktis serta mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dibangku perkuliahan dalam bentuk teori ataupun praktik. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya, melatih diri dan mampu bertanggung jawab terhadap perkerjaan yang diberikan.

(10)

digunakan untuk membiayai tersedianya barang dan jasa publik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Hasil penerimaan pajak juga digunakan untuk membiayai program pembangunan dalam rangka memperbaiki kehidupan masyarakat yang masih berada di garis keterpurukan kehidupan.

Indonesia telah mulai melaksanakan reformasi perpajakan sejak tahun 1983. Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan sosial dan ekonomi Negara dan masyarakatnya. Peningkatan penerimaan menjadi tuntutan pemerintah, akan tetapi perbaikan dalam aspek perpajakan menjadi alasan mengapa reformasi perpajakan dilakukan dari waktu ke waktu, baik itu penyempurnaan dalam kebijakan maupun dalam administrasinya. Bila dilihat dari segi anggaran secara umum hasil reformasi perpajakan telah dapat memberikan kontribusi bagi kecukupan penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Karena tuntutan akan kecukupan anggaran di APBN harus dipenuhi dalam pemahaman good governance, maka sejak tahun 2002 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah memulai melaksanakan modernisasi administrasi perpajakan sebagai bagian dan merupakan salah satu dasar yang kokoh dari reformasi perpajakan (Gunadi, 2008).

(11)

wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complient center untuk menampung keberatan wajib pajak. Selain itu, sistem administrasi perpajakan yang modern juga merangkul kemajuan teknologi terbaru diantaranya perkembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakn Terpadu (SPAT) yang di kendalikan oleh case management system serta berbagai pelayanan dengan basis system seperti SPT, Filling, Payment, Taxpayer account, Registration, dan e-counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme pengontrolan yang lebih efektif

ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak untuk mengontrol perilaku para pegawai pajak (ortax, 2009).

Mengingat masih banyak Wajib Pajak yang masih belum memahami tentang Pajak Bumi dan Bangunan serta aturan-aturan yang baru setelah reformasi perpajakan, maka sangat diperlukan sosialisasi yang ekstra dari lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan. Setelah adanya reformasi dalam lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan kedudukan pelayanan terhadap Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dulunya tersendiri dan dikelola oleh Karikpa (Kantor pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) kini dikelola oleh KPP Pratama (Sulisa, dalam taxplanning.com 2008).

(12)
(13)

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Praktik Lapangan Kerja Mandiri (PKLM) Adapun tujuan dan pelaksanaan PKLM ini adalah:

a. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh fiskus dalam pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern serta faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern .

b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan administrasi perpajakan khususnya dalam administrasi PBB.

c. Untuk mengetahui keefektifan dari pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan .

2. Manfaat PKLM

Adapun manfaat PKLM ini adalah: a. Bagi Mahasiswa :

1) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya dalam proses administrasi perpajakan

2) Mengaplikasikan teori dan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan 3) Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa

b. Bagi Universitas :

(14)

2) Mempromosikan sumber daya yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3) Agar Universitas Sumatera Utara lebih berperan dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Bagi KPP Pratama Medan Kota :

1) Menjalin hubungan baik antara KPP Pratama Medan Kota dengan pihak Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

(15)

C. Ruang Lingkup

Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Metode yang digunakan oleh fiskus dalam pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern serta faktor penghambat pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern.

2. Proses pelaksanaan administrasi perpajakan khususnya dalam administrasi PBB. 3. Keefektifan dari pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern terhadap

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

D. Metode PKLM

Dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan mandiri maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa atau mahasiswi sebelum terjun langsung melakukan praktik kerja lapangan mandiri yaitu :

1. Pengajuan Judul 2. Penentuan Judul 3. Pembuatan Proposal

(16)

2. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku-buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, jurnal tentang perpajakan dan bahan lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.

3. Obsevasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan massalah yang akan di bahas.

4. Pengumpulan Data 1) Data Primer

Data yang langsung diperoleh dari sumber terpercaya ataupun dari ahli dalam hal ini adalah dari pihak KPP Pratama Medan Kota.

2) Data Sekunder

Data yang diambil dari sumber-sumber lain seperti buku-buku tentang Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, jurnal-jurnal tentang perpajakan.

5. Analisa Data dan Evaluasi

(17)

E. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan PKLM, ada beberapa cara dalam pengumpulan data yaitu :

1. Daftar Pertanyaan

Pengumpulan data dan mencari data dengan melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak instansi yang berkompeten dan menambaah objek yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

2. Daftar Observasi

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

3. Daftar Dokumentasi

(18)

F. Sistematika Penulisan

Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan, Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), tujuan dan manfaat PKLM, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM

Menguraikan Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota, Visi danMisi KPP Pratama Medan Kota, struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota, Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota, Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak, Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

BAB III : GAMBARAN DATA

Menguraikan dan membahas Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan, Reformasi Perpajakan, Modernisasi Administrasi Perpajakan, Tujuan sosialisasi modernisasi administrasi perpajakan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

(19)

administrasi perpajakan modern, Proses pelaksanaan administrasi perpajakan khususnya dalam administrasi PBB, Keefektifan dari pelaksanaan sosialisasi administrasi perpajakan modern terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, kantor pelayanan pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan kemudian berubah kembali menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Dirrektorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pembayaran pajak dari masyarakat dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota).

(21)

Berdasarkan pada keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu :

1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4) Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/PMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak dikantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: a. Kecamatan Medan Timur

(22)

d. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: a. Kecamatan Medan Barat

b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Polonia

b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a. Kecamatan Medan Belawan

(23)

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai: a. Kota Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dapat dipaksakan guna pembangunan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara I Lantai IV dan beralamatkan di jalan Diponegoro No.30 A Medan. . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan pada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.58/KMK.01/2002 tanggal 26 Juli 2002.

2) Yang mengepalai Kantor Pelayanan pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak R. Benny Kisworo

(24)

Pelayanan Pajak Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

Sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak ,Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis,yaitu:

1. KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Usaha Milik Negara;

2. KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru, KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Mdaya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Madya malang, KPP Madya Balik Papan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3. KPP Pratama

Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, Diantaranya dapat dijelaskan dalam table berikut ini :

(25)

Tabel Karakteristik Untuk Setiap Jenis KPP

WP Besar Kanwil WP Menengah

1 Pajak Nasional ( regional ) Badan Badan dan OP

5 PPN Sentralisasi Sebtralisasi Desentralisasi 6 P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Deseantralisasi 7 AR Fungsi Sektor Industri Sektor Industri Wilayah 8 Esktensifikasi

Jumlah

Tidak Ada Tidak Ada Jumlah

9 Eselon IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10(Sepuluh) 10 Wilayah Kerja Nasional Regional Lokal

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota,2010

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini baru berjumlah 15 KPP Pratama, yaitu KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia direncanakan akan diselesaikan akhir tahun 2008.

(26)

fungsi, Sistem Informasi yang terintegrasi, Sumber Daya Manusia yang kompeten, sarana kantor yang memadai, tata kerja yang transparan, Penggabungan KPP, KPPBB, Prinsip Utama Penggabungan KPP, KPPBB dan Karikpa adalah tidak menghilangkan tugas dan fungsi yang sebelumnya ada di masing-masing kantor tersebut tetapi membagi hasil seluruh tugas yang ada ke masing-masing seksi pada KPP Pratama sesuai dengan fungsinya . Seksi-seksi yang memiliki tugas dan fungsi yang sama digabung menjadi seksi yang ada di KPP Pratama.

Fungsi Keberatan (Psl.25 UU KUP dan Psl.16 UU PBB), Pengurangan / penghapusan sanksi administrasi dan pembatalan ketetapan pajak (Psl.36 UU KUP) dan penghapusan PBB (Psl. 19 UU PBB) yang sebelumnya ada di KPP dan KPPBB, seluruhnya dialihkan ke Kanwil.

(27)

B. Visi danMisi KPP Pratama Medan Kota Pernyataan Visi :

“Menjadi Institusi Pemerintah yang Menyelenggaraakan Sistem Administrasi Modern

yang Efektif, Efisien, dan Dipercaya Masyarakat dengan Integritas dan Profesionalisme

yang Tinggi”

Pernyataan Misi :

“Menghimpun Penerimaan Pajak Negara Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang

Mampu Mewujudkan Kemandirian Pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

(28)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan keduduka n, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia.

D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1) Sub Bagian Umum 2) Seksi Ekstensifikasi

3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4) Seksi Pelayanan

(29)

7) Seksi Penagihan

8) Kelompok Jabatan Fungsional

Secara umum tugas masing-masing kepala seksi adalah sebagai berikut : 1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KB PBB, dan Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawaasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi

(30)

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan pajak dan pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja. 5. Kepala Seksi Pelayanan

Membantu tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I,II,III,IV)

(31)

7. Kepala Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan, penerbitan pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Kepal Seksi Penagihan

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat fungsional pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan system informasi dimanfaatkan secara optimal. 10. Account Representative

Dalam organisasi KPP Pratam terdapa jabatan Account Representative (Staf Pendukung Pelayanan) yang berada dibawah pengawasan dan bimbingan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Ikhtisar tugas Account Representative adalah sebagai berikut:

1) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

(32)

3) Penyusunan Profil Wajib Pajak. 4) Analisis kinerja Wajib Pajak.

5) Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.

6) Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. 7) Memberikan informasi perpajakan.

Pembagian tugas kinerja Account Representative dilakukan dengan membagi habis wilayah kerja seksi Pengawasan dan Konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Untuk mempermudah pembagiannya wilayah kerja Account Representative dapat digunakan Peta Wilayah/Blok PBB dengan memperhatikan

kesimbanagan beban kerja.

E. Nilai-nilai dan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-111/PJ/2008 tanggal 23 Juni 2008 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2008-2012 telah ditetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pajak (Renstra DJP) untuk periode5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, yang berisi visi,misi, nilai, tujuan, sasaran, strategi, program, dan indikator kinerja Direktorat Jenderal Ptajak untuk periode tersebut.

(33)

negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, DJP berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut:

1. Integritas

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh Kode Etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.

2. Profesionalisme

Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

3. Inovasi

Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku 4. Teamwork

(34)

pelaksanaan tugas diharapkan seluruh jajaran DJP menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya sehingga dapat diperoleh kinerja yang maksimal, dan memudahkan DJP dalam mencapai visi dan misinya. Kewajiban dan Larangan Dalam Kode Etik Pegawai DJP Kode Etik Pegawai DJP sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, yang mengikat Pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

F. Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Berisi kewajiban dan larangan pegawai yang bertujuan untuk : a. meningkatkan disiplin Pegawai;

b. menjamin terpeliharanya tata tertib;

c. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif;

d. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional; dan e. meningkatkan citra dan kinerja Pegawai.

Kewajiban dan larangan dalam Kode Etik Pegawai DJP: 1. Setiap Pegawai mempunyai kewajiban untuk

a. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain. b. bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.

(35)

d. memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya

e. mentaati perintah kedinasan

f. bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak

g. mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor

h. menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan

i. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan. 2. Setiap Pegawai dilarang

a. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas b. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik

c. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung. d. menyalahgunakan fasilitas kantor

e. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya.

f. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan

(36)
(37)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Pengertian Pajak

Beberapa pendapat ahli perpajakan tentang pengertian pajak adalah sebagai berikut : 1. Menurut Prof. DR. P.J.A Andriani

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak memdapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelengggarakan pemerintahaan.

2. Menurut DR. Rohcmat Soemitro, SH

Pajak adalah sebagai iuran kas kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak memdapatkan jassa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk pembayaran pengeluaran-pengeluaran umum.

3. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007

(38)

Dari ketiga definisi diatas dapat diketahui pajak memiliki unsur-unsur : a. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak adalah Negara, iuran tersebut merupakan uang dan bukan barang.

b. Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan Undang-Undang serta aturan pelaksanaanya. c. Tanpa jasa timbale (kontraprestasi) dari Negara yang secara langsung dapat ditujuk

dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjuk adanya kontraprestasi individual dari pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara

Yaitu pengeluaran umu dan pengeluaran rutin yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

(39)

C. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam Undang-Undang No. 12 / 1985 yang disempurnakan dalam Undang-Undang No. 12 / 1994. Pajak Bumi dan Banguna adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan, keadaan subjek (siapa yang ikut membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. Yang menjadi tujuan dari Pajak Bumi dan Bangunan adalah:

a. Memberikan dasar hukum yang kuat pada pungutan pajak atau harta tak bergerak dan serta menyerasikan pajak atas harta tidak bergerak di daerah agar tidak terjadi kesimpang siuran.

b. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat agar, sehingga masyarakat tahu sejauh mana hak dan kewajibannya.

c. Menghilangkan pajak berganda yang terjadi sebagai akibat berbagai Undang-Undang yang sifatnya sama.

d. Menambah penghasilan daerah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pajak yang bersifat objektif , yang artinya Pajak Bumi dan Bangunan dipungut dengan tidak melihat keadaan subjek pajaknya tetapi terfokus pada objeknya yaitu Bumi dan atau Bangunan, jika objek pajaknya luas maka dengan demikian Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarpun akan besar.

(40)

atas bumi dan bangunan atau memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan atau memiliki bangunan. Wajib Pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak dan/atau memperoleh manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak memiliki kewajiban membayar PBB yang terutang setiap tahunnya. PBB harus dilunasi paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Wajib Pajak PBB adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.

Dari uraian pengertian Subjek Pajak dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan, maka dapat dirinci sebagai berikut :

- Orang atau badan yang mempunyai hak atas bumi - Orang atau badan yang memperoleh manfaat atas bumi

- Orang atau badan yang mempunyai hak atas dan manfaat atas bumi - Orang atau badan yang memiliki bangunan

- Orang atau badan yang memanfaatkan bangunan

- Orang atau badan yang mempunyai hak dan manfaat atas bumi serta mewakili atau menguasai bangunan diatas bumi

- Orang atau badan yang mempunyai hak dan manfaat atas bumi dan bangunan tersebut

Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1994 tentang objek Pajak Bumi dan Bangunan terdiri dari :

(41)

Permukaan bumi yang dimaksudkan diatas adalah berupa tanah yang digunakan untuk perumahan, industri, lahan pertanian, lahan perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Perairan pedalaman dapat berupa rawa-rawa, danau dan sebagainya. Perairan luar berupa seluruh laut wilayah Indonesia dengan batas territorial sampai 12 mil.

Sedangkan tubuh bumi yang ada dibawahnya diartikan sebagai tubuh bumi yang berada di bawah daratan dan pada dasar laut.

2. Bangunan yaitu konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, usaha dan tempat yang diusahakan. Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Rumah tempat tinggal b. Bangunan tempat usaha c. Gedung bertingkat d. Pusat perbelanjaan e. Emplasemen f. Pagar mewah g. Dermaga h. Taman mewah

i. Fasilitas lain yang member manfaat j. Jalan tol

k. Kolam renang

(42)

D. Reformasi Perpajakan

Menurut Gunadi, “pajak mengikuti fenomena kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Disetiap perubahan kehidupan sosial perekonomian masyarakat maka sudah sepantasnya pajak harus mengadakan reformasi (Gunadi, 2007). Reformasi pajak adalah perubahan mendasar pada setiap aspek pajak. Reformasi perpajakan telah dilakukan pemerintah pada dua dekade yang lalu. Reformasi pertama dilaksanakan pada tahun 1983, yakni dengan melakukan perubahan dan pembaruan atas peraturan perpajakan pada saat itu. Tujuan utama reformasi perpajakan pada saat itu adalah untuk lebih menegakkan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khusunya dengan cara meningkatkan penerimaan Negara melalui perpajakan dari sumber-sumbernya di luar minyak bumi dan gas. Berdasarkan pembaruan peraturan tersebut, telah dilakukan perubahan system penetapan pajak dari sebelumnya official assessment system menjadi self assessment system. Dan dari sisi perubahannya adalah perubahan mendasar dalam hal institusi perpajakan yakni perubahan fungsi dan penamaan kantor pajak. Pada tahun 1989 Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang menjalankan fungsi pelayanan untuk jenis Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sedangkan Kantor Pelayanan PBB yang berfungsi sebagai kantor pelayanan untuk jenis Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan atas Tanah/Bangunan.

(43)

Taxpayers Office) yang kemudian disebut KPP Wajib Pajak Besar yang berdomisili di

Jakarta. Pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.254/KMK.01/2004 dibentuk Kantor pelayanan Pajak MTO (Medium Taxpayers Office) yang kemudian di sebut KPP Madya, pada tahun 2006 hingga 2008 dibentuk Kantor Pelayanan Pajak STO (Small Taxpayers Office) yang kemudian disebut KPP Pratama dengan total 357 KPP Pratama

diseluruh Kantor Wilayah yang bertugas melayani Wajib Pajak Badan menengah kebawah dan Wajib Pajak Orang Pribadi meliputi jenis pajak PPh, PPN, PBB dan BPHTB. Reformasi di tubuh Direktorat Jenderal Pajak disebut dengan modernisasi.

Dalam struktur modern ini terdapat perbedaan yang cukup radikal dan signifikan yakni perubahan struktur organisasi KPP yang dahulu berdasarkan jenis pajak menjadi berdasarkan fungsi guna debirokratisasi pelayanan seperti Seksi Pelayanan dan Seksi Pemeriksaan di bentuk secara terpisah. Pelayanan pajak sudah satu atap (one stop service) karena semua jenis pelayanan perpajakan baik PPh, PPN, PBB dan BPHTB dilakukan di KPP Pratama, sedangkan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya hanya jenis pajak PPh dan PPN. Sehingga menyebabkan adanya peleburan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Kantor Pajak Pratama. Aplikasi reformasi perpajakan ini selanjutnya dilihat dari amandemen Undang-Undang dan langkah modernisasi perpajakan.

(44)

lebih adil. Dan keempat, memperkuat administrasi perpajakan dan meminimalisasi biaya administrasi dan kepatuhan.

Bird dan Jantshcer (1991) seperti yang dikutip oleh Chaizi Nasucha, mengemukakan bahwa, perubahan kebijakan perpajakan tanpa didukung perubahan administrasi menjadi tidak berarti. Perubahan di bidang perpajakan harus sejalan dengan kapasitas administrasinya, karena administrasi perpajakan merupakan kebijakan di bidang perpajakan yang mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan.( Dr. Chaizi Nasucha, 2004:63)

F. Modernisasi Administrasi Perpajakan

Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tidaklah hanya untuk mengejar dan menjangkau optimalisasi pemungutan pajak (budgeter) semata. Modernisasi perpajakan juga merupakan bagian dari grand design reformasi perpajakan (tax reform) secara komprehensif. Sebagaimana yang menjadi sasaran sejak tahun 2002, bahwa reformasi perpajakan secara komprenhensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 (tiga) bidang pokok atau utama yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu :

1) Bidang Administrasi, yakni melalui modernisasi administrasi perpajakan;

2) Bidang Peraturan, dengan melakukan amandemen terhadap Undang-Undang Perpajakan dan;

3) Bidang Pengawasan, membangun bank data perpajakan nasional(Liberti Pandiangan,2008:64)

(45)

yaitu kegiatan reformasi kebiajakan pajak (tax policy) yaitu regulasi atau peraturan perpajakan yang berupa Undang-Undang perpajakan dan reformasi administrasi perpajakan. Reformasi administrasi perpajakan memiliki tujuan utama memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kedua, untuk mengadministrasikan penerimaan pajak sehinggan transparansi dan akuntabilitas penerimaan sekaligus pengeluaran pembayaran dana dari pajak setiap saat dapat diketahui. Ketiga, untuk memberikan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat pengumpul pajak, kepada Wajib Pajak, maupun kepada masyarakat pembayar pajak.

Konsep dari modernisasi administrasi perpajakan Direktorat Jenderal Pajak adalah adanya pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan prinsip good governance. Adapun tujuan modernisasi yang ingin dicapai adalah tingkat kepatuhan pajak

(46)

Sasaran penerapan sistem administrasi modern menurut Liberty Pandiangan adalah : pertama, maksimalisasi penerimaan pajak ; kedua, kualitas pelayanan yang mendukung kepatuhan Wajib Pajak; ketiga, memberikan jaminan kepada publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan yang tinggi; keempat, mempunyai rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses pemungutan pajak; kelima, pegawai pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi tinggi, kompeten, dan profesional; keenam, peningkatan produktivitas yang berkesinambungan; ketujuh, Wajib Pajak mempunyai alat dan mekanisme untuk mengakses informasi yang diperlukan; kedelapan, optimalisasi pencegahan penggelapan pajak (Liberti Pandiangan, 2004:38).

Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern ini adalah:

1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis teknologi terkini

2. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran secara on-line

3. Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakanmedia computer (e-SPT).

4. Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan pemanfaatan profit Wajib Pajak

a. Penerapan sistem administrasi modern

(47)

1) Struktur Organisasi

a. pembentukan organisasi berdasarkan fungsi

Wujud pembenahan fungsi pelayanan, pengawasan dan pemeriksaan, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/PMK/01./2001 disusun berdasarkan jenis pajak, dimana Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan telah diserahkan kepada KPP Pratama setelah reformasi tahun 2004 yang tidak membaginya lagi berdasarkan fungsinya.

b. Spesifikasi tugas dan tanggung jawab, antara lain : 1. Account Representative (AR)

salah satu ciri khas dari KPP Pratama Modern adalah adanya Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap

pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian hak Wajib Pajak. juga tugas untuk konsultasi, jika Wajib Pajak memerlukan informasi atau hal lainnya terkait pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. sehingga AR berfungsi sebagai jembatan atau mediator antara Wajib Pajak dengan KPP. AR berfungsi disetiap Seksi Pengawaasan dan Konsultasi yang mempunyai tugas :

a) melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Waajib Pajak melalui pemanfaatan data Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SPAT) atau Sistem Informasi DJP (SIDJP).

(48)

c) analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi

d) memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan e) melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku f) membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan daan konfirmasi

maslah perpajakan

g) melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dan membuat company profile

h) menyelesaikan permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak.

2. Pemeriksaan pajak hanya dilakukan oleh tenaga fungsional pemeriksa dengan alokasi tenaga fungsional pemeriksa disesuaikan dengan tingkat resiko pemeriksaan dan dilakukan pelatihan teknis yang mendukung profesionalisme tenaga pemeriksa berdasarkan kelompok usaha Wajib Pajak

3. Spesialisasi pegawai lainnya seperti jurusita pajak dan programer teknologi informasi

c. Menyelesaikan dan menyempurnakan inplementasi Sistem Informasi Perpajakan (SIP) menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT).

(49)

pemeriksaan dengan pengendalian proses, otorisasi, pengawasan pelaksanaan tugas serta pelaporan yang dirancang sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

d. Monitoring rutin melalui Rekening Wajib Pajak (Taxpayers’ Account)

Transaparansi pelayanan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak di dukung dengan Taxpayers’ Account yang berfungsi untuk mencatat secara otomatis setiap perubahan yang terjadi terhadap hak dan kewajiban wajib pajak sebagai akibat dari pembayaran pajak, penetapan, keberatan, pemindahbukuan, Surat Pemberitahuan (SPT), dan dokumen perpajakan lainnya sehingga memudahkan pengawasan atas hak dan kewajiban perpajakan bagi masing-masing Wajib Pajak.

2) Modernisasi prosedur organisasi a. Pelayanan satu pintu melalui AR

(50)

b. Penyederhanaan prosedur administrasi dan meningkatkan standar waktu dan kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak. Kegiatan yang dilakukan antara lain (1) menyederhanakan formulir Surat Pemberitahuan (SPT), (2) mempercepat proses penyelesaian keberatan dan banding atas produk pajak, (3) pengukuhan Wajib Pajak Patuh untuk mempercepat permohonan restitusi, (4) meninjau kriteria Wajib Pajak Pungut untuk mengurangi permohonan restitusi, (5) meninjau kembali kewajiban pemeriksaan atas setiap Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) dan mempercepat restitusi Surat Pemberitahuan Lebih Bayar (SPT LB) yang beresiko rendah, (6) pemusatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3) Dukungan teknologi informasi modern dalam memberikan pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak, antara lain:

a. SAPT terintegrasi dengan pendekatan fungsi dan prosedur administrasi yang telah diatur dalam case management dan workflow system didukung e-system, terutama e-Payment, e-SPT, dan e-filing yang membantu kecepatan, ketepatan dan keamanan proses perekaman data administrasi pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Bagan E-Payment, E-SPT, dan E-Filing.

(51)

c. pembangunan bank data dalam konsep masterplan secara nasional dan kerjasama

pertukaran data dengan instansi lain mewujudkan transparansi data;

d. otomasi penagihan pajak melalui SAPT sehingga prosedur pengawasan dan administrasi tunggakan pajak dapat selalu dilakukan. Pelaksanaan penagihan dilakukan jurusita pajak dengan metode hard dan soft collection, dimana soft collection dapat dilakukan dengan bantuan Account Representative;

e. melaksanakan pelatihan teknologi informasi;

f. penggunaan teknologi informasi dan e-system lainnya:

Dalam menjalankan administrasi perpajakan dan meningkatkan pelayanan dikembangkan aplikasi seperti e-Regristation, e-Counseling, Complaint Center, Help Desk, Call Center, Touch Screen yang didukung Knowledge Base yang berisi Frequently Asked

Question (FAQ), SMS tax, dan saluran komunikasi dan penyuluhan yang lebih intensif

(52)

1. Help Desk

Secara khusus fasilitas help desk dengan teknologi tax knowledge base, menyangkut : peraturan pajak yang komprehensif dan terkini; dikompilasi sesuai standar Q&A, flowchart, dan penjelasan singkat; tersedia dalam computer, sehingga mudah diakses;

diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai pajak. Help desk adalah meja pembantu yang ditempati oleh pegawai yang dianggap cakap dan berpengetahuan tentang perpajakan, dan mempunyai kemampuan berkomunikasi.

2. Complaint Center

Complain center adalah tempat yang disediakan oleh KPP untuk menyampaikan

setiap keluhan Wajib Pajak yang terdaftar tentang masalah perpajakannya. Complaint center di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Wilayah berfungsi untuk

menampung keluhan-keluhan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP di wilayah kerjanya. Media penyampaian pengaduan Wajib Pajak dapat dilakukan melalui beberapa media antara lain, e-mail, kantor pos, telepon bebas biaya, faksimili, atau langsung datang. 3. Call Center

Call center merupakan media yang disediakan KPP untuk melayani Wajib Pajak

(53)

bebas pulsa melalui kontak telepon 500200, dilengkapi dengan manajemen pelayanan keluhan.

4. e-Registration

e-Registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan atau

pengukuhan ataupun pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui system yang terhubung langsung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak. system pendaftaran secara online ini merupakan sistem aplikasi sebagai bagian dari Sistem Informasi Perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perngkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran Wajib Pajak

5. e-SPT

e-SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau

dengan menggunakan media komputer. Yang dapat diaplikasikan adalah SPT Masa PPh, SPT Tahunan PPh, dan SPT Masa PPN.

6. e-filling

e-filling adalh suatu penyampain SPT yang dilakukan melalui sistem online dan real

time. SPT berbentuk formulir elektronik dalam media computer yang dikenal dengan

(54)

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

7. Modernisasi strategi organisasi 1) Kampanye sadar dan peduli pajak

Kampanye dan sosialisasi perpajakan sebagai bagian dari good governance framework melalui berbagai pihak, seperti perguruan tinggi, tokoh agama, dan juga melalui media masa, portal website, serta pemasangan billboard di tempat-tempat strategi dan meningkatkan kinerja penyuluhan sebagai information service dan public relation.( Marcus Taufan Sofyan,dalam Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Lingkungan Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, 2005:35).

G. Tujuan sosialisasi modernisasi administrasi perpajakan

(55)

1. Golongan masyarakat yang termasuk awam dalam masalah perpajakan yaitu mereka yang sama sekali belum mengetahui tentang ketentuan-ketentuan, Undang-Undang, kebijakan perpajakan sehingga mereka belum mengetahui tentang hak dan kewajibannya.

2. Golongan masyarakat yang pada umumnya, yang sudah mengetahui tentang hak dan kewajibannya, namun dalam pelaksanaanya mengalami kesulitan karena kurangnya informasi, pengetahuan, teknis terbaru tentang perpajakan modern.

3. Golongan masyarakat Wajib Pajak yang memang tidak mempunyai kesadaran tentang hak dan kewajibannya dalam perpajakan ataupun Wajib Pajak yang telah sadar tentang hak dan kewajibannya namun tidak memberiperhatian dalam perkembangan modernisasi administrasi perpajakan.

(56)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Metode Sosialisasi Administrasi Perpajakn Modern dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Sosialisasi di KPP Pratama Medan Kota

1. Metode Sosialisasi Perpajakan Modern di KPP Pratama Medan Kota

Dengan adanya reformasi perpajakan yang sekarang ini disebut dengan modernisasi di hampir semua aspek perpajakaan terutama pada administrasi perpajakan, maka sangat diperlukan memperkenalkan kembali seperti apa administrasi perpajakan modern saat ini. Memperkenalkan kembali sering disebut dengan kegiatan sosialisasi, dalam pengerjaan atau pelaksanaan sosialisasi ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota menggunakan 2 (dua) metode sosialisasi yakni:

a. Sosialisasi Primer/Internal

(57)

Tata Cara Pelaksanaan sistem administrasi modern) oleh seluruh pegawai pada KPP Pratama Medan Kota dan mewajibkan seluruh pegawai KPP Pratama Medan kota memiliki NPWP jika penghasilannya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dengan adanya sosialisasi primer/internal tujuan yang diharapkan adalah para pegawai di lingkungan KPP Pratama Medan Kota dapat berpartisipasi untuk melakukan sosialisasi eksternal kepada masyarakat luas untuk mencapai tujuan dari modernisasi perpajakan itu sendiri yakni :

1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi

2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi

3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi b. Sosialisasi Sekunder/Eksternal

(58)

maupun media elektronik (audio, visual dan audio visual). Dengan media cetak KPP Pratama memasang iklan baris tentang sadar pajak dan juga mengisi kolom berupa jurnal tentang modernisasi administrasi perpajakn, dari media elektronik sendiri KPP Pratama Medan kota membuat iklan audio di berbagai stasiun radio di Kota Medan, untuk iklan visual KPP Pratama Medan Kota membuat dan memasang spanduk-spanduk dan baliho-baliho yang bertemakan administrasi perpajakan modern di sepanjang jalan di Kota Medan, untuk iklan audio visual KPP Pratama Medan Kota bekerjasama dengan stasiun televisi lokal untuk membuat iklan layanan masyarakat dengan tema administrasi perpajakan modern dan sadar pajak. Selain sosialisasi primer/internal yang berupa Undang-Undang dan Keputusan Menteri Keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau kepada seluruh pegawai pajak, Undang-Undang dan Keputusan Menteri Keuangan ini juga disosialisasikan kepada seluruh masyarakat luas dengan diperbolehkannya pengaksesan Undang-Undang dan Keputusan Menteri Keuangan melalui internet ataupun buku-buku cetak.

(59)

2. Faktor Penghambat Sosialisasi Administrasi Perpajakan Modern pada KPP Pratama Medan Kota

Dalam pelaksanaannya sosialisasi administrasi perpajakan modern di lingkungan KPP Pratama Medan Kota tidak selalu mulus atau berjalan dengan lancar. Ada banyak kendala yang ditemui dalam proses pelaksanaan sosialisasi ini. Kendala-kendala ataupun penghambat-penghambat ini berasal dari 2 (dua) pihak yaitu dari KPP Pratama Medan Kota sendiri dan juga dari masyarakat/Wajib Pajak. Dilihat dari KPP Pratama Medan Kota penghambat atau kendala yang ditemukan adalah :

1. Waktu pelaksanaan sosialisasi yang tidak tepat waktu (seminar, kampanye, misbar) 2. Orang-orang yang seharunya diutus untuk pelaksanaan sosialisasi berhalangan untuk

hadir

Dilihat dari masyarakat/Wajib Pajak penghambat atau kendala yang ditemukan adalah :

1. Masyarakat/Wajib Pajak tidak datang dan tidak waktu datang (seminar, kampanye, misbar)

2. Masyarakat/Wajib Pajak yang menghadiri seminar, kampanye atau misbar ada yang sudah beusia lanjut sehingga sulit memperkenalkan dan memahami teknologi terbaru pada administrasi perpajakan.

(60)

B. Proses Administrasi PBB pada Kantor Pelayanan Pajak

Modernisasi telah dimulai dengan adanya perubahan struktur birokrasi, bisnis proses dan optimalisasi teknologi informasi, serta remunerasi pegawai. Berkaitan dengan teknologi informasi di Direktorat Jenderal Pajak ada sistem yang dikembangkan, yaitu basis data SISMIOP untuk sistem administrasi PBB. Sejak tahun 2006 kegiatan ektensifikasi perpajakan terus digalakan dalam rangka menjaring Wajib Pajak potensial, khususnya Wajib Pajak orang pribadi baik dilakukan melaui tax base property ataupun melalui para pihak pemberi kerja. Hasil kegiatan ekstensifikasi tersebut sudah nampak, dimana sampai dengan saat ini jumlah Wajib Pajak sudah mencapai 3 juta WP. Namun demikian, jumlah itu belum mencapai jumlah Wajib Pajak yang optimal jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 225 juta jiwa (ezar weblog, 2008).

(61)

Setelah mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib Pajak harus mengikuti proses administrasi lagi yaitu pendaftaran objek pajak. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang dipakai sebagai dasar menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang. Proses pendataannya adalah :

1) Penyampaian dan Pengembalian SPOP :

a. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas bekerjasama dengan aparat Pemerintah Daerah dan atau instansi lainnya dengan cara menyampaikan SPOP kepada para Wajib Pajak serta memantau dan menerima kembali SPOP yang telah diisi dan ditandatangani oleh para Wajib Pajak untuk digunakan sebagai bahan penetapan besarnya pajak terhutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SPOP harus disampaikan kepada KPP Pratama, Kantor Pelayanan PBB (KP PBB), Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4)/ Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi perpajakan (KP2KP) setempat paling lambat 30 hari setelah formulir SPOP diterima.

b. Kepada Wajib Pajak yang ada di wilayah yang belum memiliki Peta Garis, Peta Foto dan Peta Desa diberikan SPOP Kolektif (KP. PBB) agar diperoleh visualisasi lapangan.

(62)

2) Verifikasi Data Obyek dan Subyek PBB :

a. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas PBB bekerjasama dengan aparat Pemerintah Daerah dan atau instansi lainnya dengan cara mencocokkan data Obyek dan Subyek PBB yang sudah terdaftar pada administrasi PBB dengan keadaan Obyek dan Subyek PBB yang sebenarnya di lapangan, untuk dipergunakan sebagai bahan penetapan besarnya pajak terhutang.

b. Dalam kegiatan verifikasi data Obyek dan Subyek PBB kepada Wajib Pajak diberikan SPOP Perorangan bila ternyata data grafis yang tergambar dalam Peta Desa, Peta Garis maupun Peta Foto tidak banyak mengalami perubahan.

c. Bilamana data grafis pada Peta Desa, Peta Grafis dan Peta Foto mengalami perubahan seperti perubahan batas Desa/Kelurahan, batas persil atau bidang Obyek PBB maka dilakukan pengukuran teristris dan penggambaran kembali pada bagian peta tersebut dengan menggunakan Buku Identifikasi Obyek dan Subyek PBB (KP. PBB).

3) Identifikasi Obyek dan Subyek PBB

Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas PBB bersama aparat Pemerintah Daerah dan atau instansi lainnya atau dilaksanakan oleh pihak ketiga (dikontrakkan) dengan cara mencocokkan informasi grafis yang ada pada Peta Kerja dengan keadaan Obyek PBB di lapangan.

(63)

a. Penyusunan data awal adalah semua kegiatan pendataan seluruh Obyek PBB dalam suatu wilayah tertentu.

b. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

c. Dalam melaksanakan penyusunan data awal PBB dicatat keterangan mengenai Obyek dan Subyek PBB termasuk dari nama, alamat, dan dilengkapi dengan pengisian SPOP oleh Wajib Pajak.

5) Kegiatan Pemutakhiran Data PBB

Pemutakhiran data adalah suatu kegiatan memperbaharui atau menyelesaikan data yang ada berdasarkan verifikasi/penilaian Kantor Pelayanan PBB, dan atau Subyek PBB dari pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

(64)

(STP) yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan PBB untuk melakukan tagihan pajak terutang dalam SPPT atau SKP, dan harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal STP diterima oleh Wajib Pajak. Jika tidak tidak dilunasi hingga jatuh tempo maka akan dikeluarkan Surat Paksa, apabila dalam 2x24 jam setelah penerbitan Surat Paksa tidak dilunasi maka akan dikeluarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). Setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan tidak dilunasi maka Kepala Kantor Pelayanan PBB mengeluarkan pengumuman lelang, akan tetapi 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang tidak dilunasi juga akan segera dilaksanakan penjualan barang sita di Kantor Lelang.

Sedangkan proses administrasi di kantor pajak setelah wajib pajak mengembalikan SPOP kepada KPP antara lain :

a. Pemrosesan Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Lapangan Dasar hukum :

1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang PBB- Undang-Undang No.12 Tahun 1994

(65)

Prosesnya pelaksanaan :

1. Wajib pajak mengajukan pendaftaran objek pajak baru ke KPP melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

2. Petugas TPT menerima permohonan Pendaftaran Objek Pajak Baru dan meneliti kelengkapan persyaratannya. Jika berkas permohonan telah lengkap petugas TPT akan mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi. Jika permohonan tidak lengkap, berkas tersebut dikembalikan.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana Seksi Ekstensifikasi untuk menyiapkan konsep Surat Tugas Penelitian Lapangan, setelah selesai Kepala Seksi Ekstensifikasi akan memaraf dan meneruskan konsep kepada Kepala Kantor untuk ditandatangani Surat Tugas Penelitian Lapangan dan mengembalikan surat tersebut kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi

4. Kepala Seksi Ekstensifikasi menyerahkan surat tersebut kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan penelitian lapangan, serta memaraf Berita Acara Penelitian Lapangan dan disampaikan kepada Kepala Kantor

(66)

perekaman data SPOP/LSPOP, mencetek Daftar Hasil Rekaman (DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR, dan meng-generate produk keluaran (spooling SPPT, DHKP dan STTS) serta meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak.

6. Kepala Seksi Pelayanan menerima berkas permohonan pendaftaran dan menugaskan Pelaksana Seksi pelayanan untuk mencetak konsep produk hokum untuk di sampaikan kepada Kepala Kantor untuk diteliti dan disetujui. Proses keseluruhan ini dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja.

b. Proses Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Kantor Dasar hukum :

1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang PBB- Undang-Undang No.12 Tahun 1994

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-553/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penelitian Objek dan Subjek PBB dalam Rangka Pembentukan dan/atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)-Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-115/PJ/2000 Prosesnya Pelaksanaan :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pendaftaran Objek Pajak Baru melalui petugas TPT.

(67)

(LPAD). BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas permohonan pendaftaran, kemudian diteruskan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi. Jika permohonan tidak lengkap, berkas tersebut dikembalikan.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi meneruskan berkas permohonan kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan penelitian kantor, setelah berkas permohonan diterima, melakukan penelitian kantor dan membuat konsep Berita Acara Penelitian Kantor untuk disampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi untuk di pelajari dan memaraf Berita Acara Penelitian Kantor dan kemudian menyerahkan kepada Kepala Kantor.

4. Kepala Kantor meriview, menetapkan dan menandatangani Berita Acara Penelitian Kantor kemudian menyampaikan kembali kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi untuk dilakukan pemuktahiran data grafis. Selanjutnya meneruskan berkas permohonan kepada Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI) untuk melakukan perekaman data SPOP/LSPOP, mencetek Daftar Hasil Rekaman (DHR), melakukan pencocokan antara SPOP/LSPOP dan DHR, dan meng-generate produk keluaran (spooling SPPT, DHKP dan STTS) serta meneruskan berkas permohonan pendaftaran kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk dicetak.

(68)

c. Proses Pelaksanaan Penilaian Individu Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum : Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-533/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penelitian Objek dan Subjek PBB dalam Rangka Pembentukan dan/atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)-Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-115/PJ/2000

Prosesnya Pelaksanaan :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan dan member disposisi kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk membuat konsep Surat Tugas Penilaian Individu Objek Pajak Bumi dan Bangunan kepda Pejabat Fungsional Penilai sesuai rencana kerja yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah.

2. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan memerintahkan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk menyusun konsep Surat Tugas Penilai Individu Objek PBB untuk diteliti dan memaraf konsep tersebut dan menyerahkan kepada Kepala Kantor.

3. Kepala Kantor menyetujui dan menandatangani surat tersebut dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi untuk diserahkan kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan penilaian individu objek PBB.

(69)

melakukan pengukuran bidang tanah dan atau bangunan, namun jika dokumen legalitass lengkap maka dilakukan identifikasi fisik objek pajak secara mendetail 5. Pejabat Fungsional Penilai melakukan penghitungan nilai tanah dan atau bangunan

dengan metode penilaian yang ada dan membuat konsep Laporan Penilaian Individu untuk diserahkan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi untuk diteliti dan memaraf dan disampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditandatangani dan diarsipkan Laporan Penilaian Individu oleh Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. Proses ini dilaksanakan paling lama 1 (satu) bulan.

d. Prosedur Pemeliharaan Data Objek da Subjek PBB

Dasar hukum : Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-533/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penelitian Objek dan Subjek PBB dalam Rangka Pembentukan dan/atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)-Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-115/PJ/2000

Prosesnya Pelaksanaan :

1. Kepala Kantor menugaskan dan member disposisi kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk membuat konsep surat tugas pemeliharaan data objek dan subjek PBB sesuai rencana kerja yang telah di setujuia oleh Kepala Kantor wilayah.

(70)

menyerahkannya kepada Kepala Kantor untuk disetujui dan ditandatangani serta mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikassi.

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi menyerahkan surat tugas tersebut kepada Pejabat Fungsional Penilai untuk melakukan pemeliharaan subjek dan objek PBB dengan menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada Wajib Pajak untuk diisi secara jelas, benar dan lengkap

4. Pejabat Fungsional Penilai meneliti, mencantumkan Zona Nilai Tanah (ZNT), menandatangani, menjilid, dan melakukan pemuktahiran peta garis (konsep peta kelurahan/desa dan peta blok) kemudian membuat konsep Berita Acara Penyerahan Hasil Kegiatan Pemeliharaan Data dan meneruskannya kepada Kepalaa Seksi Ekstensifikasi beserta berkas hasil pemeliharaan data untuk diteliti dan diparaf kemudian menyeraahkan kepada Kepala Kantor untuk disetujui dan ditandatangani dan mengembalikannya kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk dilakukan proses pemeliharaan data

(71)

C. Kefektifan Sosialisasi Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Penerimaan PBB pada KPP Pratama Medan Kota

Pengukuran efisiensi dan efektifitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dengan pajak potensial dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk mengembalikan Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada hakekatnya kondisi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak, langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak, karena kepatuhan Wajib Pajak dimungkinkan menjadi salah satu variabel yang berperan besar dalam menentukan penerimaan PBB (Marcus Taufan Sofyan,

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak Di Lingkungan Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar, 2005:52).

(72)

pembayaran utang pajak bumi dan bangunannya. Selain meningkatnya Wajib Pajak yang mendatangi KPP Pratama Medan Kota untuk mencari informasi tentang modernisasi administrasi perpajakan dalam lingkup PBB, kefektifitasan sosialisasi ini juga dapat dilihat dari penerimaan PBB yang terus meningkat setiap tahun setelah adanya modernisasi perpajakan.

(73)

Diagram 1

Diagram penerimaan PBB pada KPP Pratama Medan Kota

Sumber :

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, 2010

Diagram 2

Diagram jumlah Wajib Pajak yang mengembalikan SPPT 0,00

5.000.000.000,00 10.000.000.000,00 15.000.000.000,00 20.000.000.000,00 25.000.000.000,00

2007 2008 2009

jumlah penerimaan PBB

(74)

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, 2010 0

10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000

2007 2008 2009

jumlah Wajib Pajak

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh marjin yang lebih baik dan memperluas pangsa pasarnya, perseroan menempuh beberapa strategi; 1) membentuk kerjasama operasi (KsO) dengan perusahaan

Solution: The answer is 12 5. The prisoners should adopt the following strategy. First, each should look in the box matching his or her own number. The cases where the number in

3 10.. Berdasarkan data hasil pengamatan observer di atas, aktivitas belajar siswa pada materi PKN Menghargai dan manaati keputusan bersama, pada siklus I pertemuan

Kalau sebuah proses berma- syarakat dan menjalani hidup ini (sebagai inti dari pemahaman keagamaan kalangan pesantren, yang mengamalkan ajaran Ahl al-Sunnah wa

Menggunakan 2 buah set pengirim dan penerima untuk mengakomodasi kanal.. kanal dan kiri

Diskusikan hasil pengamatanmu, baik dengan teman maupun guru. Lakukan pembelajaran gerakan kaki pada posisi badan telentang renang gaya dada, kemudian bandingkan hasil

[r]

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena