Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
NIHON GO NO BOIN
KERTAS KARYA
Dikerjakan O
L E H
NOVI MAULIDA NIM 062203044
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
NIHON GO NO BOIN
KERTAS KARYA Dikerjakan
O
L
E
H
NOVI MAULIDA NIM 062203044
Pembimbing Pembaca
Hj. Siti Muharani M.SS,M.Hum Alimansyar, SS
NIP. NIP. 132313750
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
Disetujui Oleh
:Program Diploma Bahasa Jepang
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang
Ketua,
Adriana Hasibuan S.S, M,Hum
NIP. 131662152
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
PENGESAHAN
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP. 132098531
Panitia :
No Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan S.S, M.Hum ( )
2. Hj. Siti Muharani M.S.S, M.Hum ( )
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas berkah dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “NIHON GO NO BOIN”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, dan masih terdapat kekurangan dari tata bahasa maupun isi pembahasan. Dengan kerendahan hati penulis menyambut kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama:
1. Bapak Drs. Syaifuddin,M.A.Ph.d, selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan,S.S.M.Hum, selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Hj. Siti Muharani M, S.S.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini. 4. Bapak Alimansyar,S.S, selaku Dosen Pembaca.
5. Bapak Drs.H. Yuddi Adrian M, M.MA, selaku Dosen Wali.
6. Bapak dan Ibu Dosen Bahasa Jepang, yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjadi Mahasiswa.
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
semangat, dan sumbangan serta jerih payahnya untuk menjadikan Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.
8. Buat Kakakku Mimi Fadillah dan Adik-adikku Julia Hafni dan M.Ikhwan yang selalu menghibur serta memberikan semangat kepada Penulis.
9. Buat teman-teman Mahasiswa di Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. Terutama buat sahabatku Sari dan Evi thank you so much, buat dukungan dan semangatnya.
10.Yang Terkasih Wahyu yang selau memberikan semangat dan dukungan kepada Penulis.
11.Buat anak-anak Yumei Dancers.
12.Kepada seluruh Staf Pengajar dan Anak Didik di SMA Mayjend Sutoyo.
Medan, Juni 2009
NOVI MAULIDA
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul... 1
1.2Tujuan Penulisan... 2
1.3Batasan Masalah... 2
1.4Metode Penelitian... 2
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG VOKAL 2.1 Pengertian Vokal... 3
2.2 Jenis-jenis Vokal... 5
BAB III CARA PENGUCAPAN BUNYI 3.1 Cara Pengucapan Bunyi Vokal (Boin)... 7
3.2 Cara Pengucapan Bunyi Semi Vokal (Hanboin)... 9
3.3 Cara Pengucapan Bunyi Vokal Panjang (Chooboin)... 12
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 13
4.2 Saran... 13
DAFTAR PUSTAKA... 14
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul
Banyak hal menarik yang dapat kita temui dalam mempelajari bahasa Jepang. Bentuk huruf yang beraneka ragam, cara penulisannya, perubahan bentuk kata kerja, cara pengucapannya, dan mengenal tingkatan bahasa yang harus diperhatikan dalam percakapan dengan orang yang berbeda tingkatan ataupun sejajar tingkatannya.
Salah satunya adalah bunyi bahasa. Bunyi bahasa timbul karena ada tiga hal, yaitu aliran udara, artikulator dan titik artikulasi. Bunyi bahasa bisa terjadi sebagai hasil letupan atau akibat terhambatnya aliaran udara oleh artikulator dan titik artikulasi. Variasi bunyi bahasa ditentukan oleh pergeseran artikulator terhadap titik artikulasi, sehingga melahirkan berbagai jenis bunyi, seperti bunyi vokal, konsonan, dan semi vokal. Jenis vokal ditentukan oleh posisi lidah dan bentuk terbukanya bibir, sedangkan konsonan oleh merapat/menyempitnya saluran udara akibat bergesernya artikulator.
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009. 1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Agar penulis mengerti bagaimana cara pengucapan bunyi vokal (boin), semi vokal (hanboin), dan vokal panjang (chooboin). 2. Agar penulis mengerti kesalahan apa yang sering terjadi dalam
pengucapan didalam bahasa Jepang.
3. Selanjutnya penulis juga pembaca diharapkan tahu tingkat pemahamannya tentang pengucapan bunyi vokal dalam bahasa Jepang.
1.2 Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam kertas karya ini hanya meliputi cara pengucapan bunyi vokal (boin), semi vokal (hanboin), vokal panjang (chooboin).
1.3 Metode Penulisan
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG VOKAL
2.1 Pengertian Vokal
Didalam bahasa Jepang terdapat huruf hiragana . Bila huruf-huruf itu ditulis dengan huruf Latin akan menjadi a, i, u, e, dan o, kelima macam huruf itu masing-masing merupakan sebuah silabel yang terbentuk dari sebuah fonem berupa vokal (boin). Setiap bunyi bahasa dapat diubah kedalam lambang bunyi. Asosiasi Fonetik Internasional yang disebut International Phonetic Association (IPA), yang dalam bahasa Jepangnya Kokusai Onseigaku kai menentukan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa yang penulisannya diapit oleh tanda kurung [ ]. Lambang bunyi bahasa ini disebut International Phonetic Alphabet. Dengan demikian terdapat lima macam bunyi vokal yaitu [a], [i], [µ], [e], [o].
Dalam bahasa Jepang bunyi vokal disebut boin. Oleh karena silabel-silabel dalam bahasa Jepang berupa silabel buka, maka semua kata asing yang dijadikan bahasa Jepang (kata pungut) harus mengikuti aturan silabel bahasa Jepang. Misalnya kata-kata bahasa Jepang yang dipungut dari bahasa Inggris mengandung silabel tutup (konsonan), maka silabel tutup pada kata itu harus diubah menjadi silabel buka dengan cara menambah salah satu huruf vokal dalam dalam akhir silabel tutup tersebut.
Misalnya: - milk (susu) miruku - test (ujian) tesuto
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
[a] akai [akai] [a] apa [apa]
[i] ishi [i∫i] [i] ibu [ibu]
[e] eiga [eiga] [e] kue [kue]
[o] obi [obi] [o] toko [toko]
[µ] uchi [µt∫i] [u] ubi [ubi]
Ada juga perbedaan silabel-silabel antara bahasa Jepang, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Misal :
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Daigaku Mobil Cat
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009. 2.2 Jenis-jenis Vokal
Dalam bahasa Jepang vokal (boin) dibagi atas 3 macam, yaitu : a. Vokal (boin)
Hanya ada lima vokal dalam bahasa Jepang, dan vokal-vokal ini tetap mempunyai nilai yang sama, yaitu atau bila ditulis dengan huruf latin adalah “a, i, u, e, o”.
Selain huruf tadi, didalam bahasa jepang terdapat juag huruf-huruf seperti /ka/, /ki/, /ku/, /ke/, /ko/, dan lainnya, dapat dilihat cara membaca tulisan tersebut, huruf-huruf itu sebuah konsonan dan sebuah vokal. Konsonan terdapat dari sebuah konsonan dan sebuah vokal.
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009. b. Semi Vokal (hanboin)
Yang termasuk kelompok bunyi semi vokal yaitu fonem pertama pada silabel-silabel /ya/, /yu/, /yo/, dan /wa/. Bunyi semi vokal (hanboin) tidak seutuhnya termasuk kedalam kelompok konsonan maupun vokal. Sebab semi vokal (hanboin) memiliki ciri-ciri atau karakteristik antara konsonan dan vokal. Misalnya,
bunyi semi vokal [j] seperti pada silabel-silabel diucapkan dengan mengatur posisi lidah yang sama dengan pada waktu mengucapkan vokal [i]. sunyi
semi vokal [w] pada suku kata diucapkan dengan bentuk bibir yang sama dengan pada waktu mengucapkan vokal [µ]. Dengan alasaan itu maka kedua bunyi bahasa ini disebut semi vokal. Semi vokal dalam bahasa jepang disebut Hanboin, namun ada juga yang menyebutnya dengan istilah Watarion. Bunyi semi vokal [j] dan semi vokal [w] termasuk yuuseion (bunyi yang bersuara).
c. Vokal Panjang (chooboin)
Apabila kita mengucapkan bunyi silabel didalam bahasa Jepang ada bagian yang dapat diucapkan menjadi bunyi panjang (choo’on) dan ada juga bagian yang tidak dapat diucapkan menjadi bunyi panjang.
Chooboin adalah bunyi vokal yang dipanjangkan yang terdiri dari 2
haku (mora), yang dapat membedakan makna kata.
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
BAB III
CARA PENGUCAPAN BUNYI
3.1 Cara Pengucapan Bunyi Vokal (boin)
Bunyi vokal termasuk yuuseion (bunyi yang bersuara) yaitu bunyi yang dihasilkan disertai getaran pita suara. Vokal dapat dibagi-bagi berdasarkan posisi atau letak lidah, besar atau kecilnya membuka mulut pada waktu mengucapakannya dan sebagainya (Iwabuchi, 1989; 262).
Namun Ishida Toshiko menyebutkan bahwa pembentukan bunyi-bunyi vokal ditentukan oleh empat faktor seperti berikut (Ishida, 1991; 58).
a. bentuk bibir b. pembukaan rahang c. gerakan-gerakan lidah d. peranan rongga
Berdasarkan pada hal-hal tersebut, maka cara pengucapan vokal-vokal didalam bahasa Jepang adalah:
[a] vokal [a] diucapkan dengan cara membuka mulutcukup besar (lebih
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
[i] vokal [i] diucapkan dengan cara membuka mulut sedikit. Keadaan
bibir pada waktu mengucapkan vokal [i] agak merentang kesamping (kiri dan kanan) sehingga keadaannya menjadi rata atau datar agak lebar (heishin boin). Dengan demikian, bentuk bibir pada waktu mengucapkan vokal [i] tidak bulat. Pada waktu mengucapkan vokal [i] lidah bagian depan naik hampir mendekati langit-langit keras (maejita boin) dan ujung lidah turun hingga menempel pada bagian gigi bawah bagian belakang. Contohnya diucapkan seperti /i/ pada “ikan”.
[µ] vokal [µ] diucapkan dengan cara membuka mulut sedidkit, sama
besarnya pada waktu mengucapkan vokal [i] (heishin boin). Tetapi pada waktu mengucapkan vokal [µ] bibir dalam keadaan normal tidak direntangkan kesamping kiri atau kanan, tidak seprti pada waktu mengucapkan vokal [i]. Didalam bahasa Indonesia vokal [u] diucapkan dengan kedua bibir agak maju kedepan dan sedikit membundar (Dekdikbud, 1988; 46). Tetapi vokal [µ] dalam bahasa Jepang tidak diucapkan dengan cara memajukan bibir kedepan dan tidak membulatkannya. Pada waktu mengucapkan vokal [µ] lidah bagian belakang dinaikkan keatas langit-langit lunak (okujita boin). Tetapi dalam kondisi tertentu yaitu apabila vokal ini mengikuti konsonan-konsonan [s], [tsµ], dan [z] seperti pada solabel /su/, /tsu/, dan /zu/, bagian lidah yang tidak naik adalah lidah bagian tengah (nakajita boin). Oleh sebab itu, dalam keadaan seprti ini lambang bunyinya menjadi [µ]. Contohnya seperti /u/ pada “udang” (tetapi tanpa memoncongkan mulut).
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
bibir kesamping kiri dan kanan, hampir sama pada waktu mengucapkan vokal [i]. Pada waktu mengucapkan vokal [e] lidah bagian depan agak dinaikkan (maejita boin). Contohnya diucapakan seperti /e/ pada “enak”.
[o] vokal [o] diucapkan dengan cara membuka mulut sama besarnya pada waktu mengucapkan vokal [e]. Vokal [o] termasuk enshin boin yaitu vokal yang diucapkan dengan cara membentuk bibir agak bulat. Vokal [o] diucapkan dengan cara menaikkan lidah bagian belakang (okujita boin) kearah langit-langit lunak. Contohnya diucapkan seperti /o/ pada “toko”.
3.2 Cara Pengucapan Bunyi Semi Vokal (Hanboin)
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
hanboin, namun ada juga yang menyebutnya dengan istilah watarion. Bunyi
semi vokal [j] dan semi vokal [w] termasuk yuuseion (bunyi yang bersuara). [j] bunyi semi vokal [j] dipakai pada (fonem) bagian pertama silabel-silabel /ya/, /yu/, dan /yo/. Apabila melihat jenis hambatan, rintangan, halangan, atau gangguan dari alat ucap pada waktu mengucapkannya, maka bunyi semi vokal [j] termasuk pada kelompok kookoogaion (bunyi palatal) yaitu mendekatkannya arikulator pada titik artikulasi. Sedangkan apabila melihat cara-cara keluar arus udara pernapasan pada waktu mengucapkannya, maka bunyi semi vokal [j] termasuk kelompok masatsuon (bunyi konsonan frikatif). Jadi kalau melihat bagian konsonan, semi vokal [j] hampir sama dengan konsonan frikatif palatal [ç]. Perbedaannya adalah kalau konsonan [ç] termasuk bunyi yang tidak bersuara (museion) sedangkan semi vokal [j] termasuk bunyi bersuara (yuuseion). Sama dengan gerakan atau posisi lidah pada waktu mengucapkan vokal [i].
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
[w] bunyi semi vokal [w] dipakai pada bagian (fonem) pertama
silabel /wa/. Kalau melihat jenis hambatan, rintangan, halangan, atau gangguan dari alat ucap pada waktu mengucapkannya, maka bunyi semi vokal [w] termasuk kedalam dua macam kelompok yaitu kelompok nankoogaion (bunyi velar) atau kelompok ryooshin’on (bunyi bilabial). Sedangkan kalau melihat cara keluar arus udara pernapasan pada waktu mengucapkannya, maka bunyi semi vokal [w] dapat dikelompokkan kedalam masatsuon (bunyi konsonan frikatif). Bentuk bibir pada waktu mengucapkan semi vokal [w] sama dengan bentuk bibir pada waktu mengucapkan vokal [µ]. Semi vokal [w] diucapkan dengan bentuk bibir tidak dimajukan kedepan dan tidak membundar, tetapi bentuk bibir dalam keadaan normal tidak merentang kesamping kiri dan kanan. Inilah salah satu cara perbedaan pengacapan semi vokal /w/ dalam bahasa Indonesia dengan semi vokal [w] dalam bahasa Jepang. Bunyi semi vokal [w] termasuk bunyi yang bersuara.
Misal: - watashi [wata∫i] saya
- washitsu [wa∫itsµ] ruang ala jepang - wakai [wakai] muda
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
- warui [wa µi] buruk, jelek
- sewa [sewa] pertolongan, bantuan - kawai [kawai] manis, cantik
3.3 Cara Pengucapan Bunyi Vokal Panjang (chooboin)
Cara pengucapan bunyi vokal panjang (chooboin) biasanya dinyatakan dengan
tanda garis diatas vokal, seperti / / menjadi /aa/, / / menjadi /ee/, kecuali bunyi
panjang /i/ yang ditulis dengan /ii/.
Ucapan bunyi vokal panjang (chooboin) dalam bahasa Jepang panjangnya 2 haku (mora) bunyi vokal pendek, dan dapat membedakan makna kata.
Misal: - ry ri [ jo: i] masakan - gakk [gakko:] sekolah - by in [bjo:I ] rumah sakit - yasashii [jasas∫i:] lemah lembut - y ji [jo: i] urusan, bisnis - gink [gi ko:] bank
- by ki [bjo:ki] sakit - k ki [kµ:ki] udara - ojiisan [o i:sa ] kakek
- ok san [oka:sa ] ibu
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
• Dalam mengucapkan vokal, semi vokal, dan vokal panjang harus
diperhatikan artikulasi dan kejelasannya.
• Cara pengucapan vokal antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia
memiliki kesamaan, kecuali bunyi vokal [µ].
• Bunyi semi vokal merupakan gabungan antara bunyi konsonan dan
vokal.
• Ucapan bunyi vokal panjang dalam bahasa Jepang panjangnya 2
haku (mora) bunyi vokal, dan dapat membedakan makna kata.
4.2 SARAN
Novi Maulida : Nihon Go No Boin, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Sutedi Dedi. 2004. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press.
Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Oriental