• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan fonologi bahasa Indonesia dan (10)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan fonologi bahasa Indonesia dan (10)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH : Nama : Resmi anugrah ilahi

Nim : 105331105916

Jurusan : pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Kelas : 1B

Kata pengantar

Perbedaan

fonologi

bahasa

Indonesia dan

(2)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah perbedaan fonologi bahasa Indonesia dan bahasa inggris.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Karna kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 09 oktober 2016

Resmi anugrah ilahi

(3)

Kata pengantar ………

Daftar isi ……….

Bab 1 pendahuluan ………

A. Latar belakang ………..

B. Rumusan masalah ………

C. Tujuan ………...

Bab 2 Pembahasan ………..

A. Pengertian fonologi ………...

B. Ilmu-ilmu yang mencakup fonologi bahasa Indonesia………..

C. Ilmu-ilmu yang mencakup fonologi bahasa inggris……….

D. Perbedaan fonologi bahasa Indonesia dan bahasa inggris…..

Kesimpulan ………

Daftar pustaka………..

Bab 1

PENDAHULUAN

(4)

Kalau kita mendengar orang berbicara, baik dalam berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus menerus.runtunan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyi tersebut.

Fonologi secara etimologi berasal dari kata fon dan logi yang berarti bunyi dan ilmu. Fonologi merupakan bidang lingustik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.[1]

Pada hakikatnya fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.

Sejarah fonetik

Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuna oleh Pā ini,ṇ

sang resi yang mempelajari bahasa Sansekerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini, termasuk beberapa aksara Nusantara. Tulisan Yunani Kuno dinobatkan sebagai dasar pertama penulisan lambang alfabet. Fonetika modern diawali oleh Alexander Melville Bell melalui bukunya Visible Speech (1867) yang memperkenalkan suatu sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa secara teliti dan teratur.

Ilmu fonetik kemudian berkembang dengan pesat di akhir abad ke-19 akibat ditemukannya fonograf, yang membantu perekaman bunyi-bunyi bahasa. Berkat alat tersebut, fonetisi dapat mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan lebih baik, mudah, dan akurat dari sebelumnya karena alat tersebut dapat mengulang-ulang tuturan yang

direkamnya sampai fonetisi dapat menganalisisnya dengan akurat. Dengan menggunakan fonograf Edison, Ludimar Hermann menyelidiki sifat-sifat spektral dalam bunyi vokoid dan kontoid. Dalam karya ilmiahnyalah istilah forman diperkenalkan. Hermann juga memutar-mutar bunyi-bunyi vokoid menggunakan fonograf Edison dalam berbagai kecepatan dalam rangka menguji teori Willis dan Wheatstone mengenai produksi bunyi vokoid.

B. Rumusan masalah

Pengertian fonologi

(5)

C. Tujuan

Agar dapat membedakan sistem atau cara pengucapan bahasa Indonesia dan bahasa inggris

Bab 2

pembahasan

(6)

Fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagian sebagai kajian bhasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.

Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon(yang berarti bunyi). Dan logi (yang berarti ilmu). Dalam khazanah bahasa Indonesia istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa belanda yaitu fonologie.

Menurut para ahli

o Keraf (1984) fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang mempelajari

bunyi-bunyi bahasa.

o Daniel jones sarjana fonologi inggris, fonologi ialah sistem bunyi sebuah bahasa.

o Fromkin dan rodman fonologi adalah bidang linguistic yang mempelajari

menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

o Verhaar fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistic yang mengamati bunyi bunyi suatu bahasa tertentu.

B. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi bahasa

Indonesia

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:

 Fonetik

Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu:

1. Fonetik artikulatoris

(7)

arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.

1. Fonetik akustik

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan didalamnya.

1. Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik. Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran daripada linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.

 Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi

sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) Bidang linguistik tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem suatu bahasa. (3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.

Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik

mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

(8)

bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

 Komponen fonologi

Komponen fonologi merupakan satu dari dua komponen utama tata bahasa (yang sebuah lagi; komponen sintaksis). Fonologi memetakan setiap kali sintaksis menjadi suatu gambaran ciri-ciri fonetik yang paling terperinci; yaitu menyajikan setiap kalimat dengan ucapannya. Komponen fonologi tidak berhubungan dengan komponen semantik sesuatu pemerian linguistik selama kedua komponen ini beroperasi secara sendiri-sendiri pada struktur sintaksis.

Komponen fonologi merupakan komponen tata bahasa generatif yang merubah gambaran fonetik sistematik dari suatu tali sintaksis formatif menjadi gambaran fonetik sistematis dan merupaka sistem kaidah-kaidah siklus yang memetakan struktur-struktur permukaan menjadi gambaran-gambaran fonetik. Olehkarena komponen fonologi ini merubah tali formatif menjadi gambaran fonetik, maka dia merupakan jembatan penghubung antara sintaksis dan fonetik.

Alat ucap

Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibacarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya, paru – paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, secara kebetulan alat – alat itu diinginkan juga untuk berbicara. Kita perlu

mengenal nama – nama alat – alat itu untuk bisa memahami bagaiamana bunyi bahasa itu diproduksi; dan nama – nama bunyi itu pun diambil dari nama – nama alat ucap itu. Untuk mengenal alat – alat ucap itu, perhatikan bagan berikut, dan perhatikan

(9)

- Batang tenggorokan (trachea)

- Pangkal tenggorokan (larynx)

- Pita suara (vokal cord)

- Krikoid (cricoid)

- Tiroid (thyroid) atau lekun

- Aritenoid (arythenoid)

- Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)

- Epiglotis (epiglottis)

- Akar lidah (root of tongue)

- Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)

- Tengan lidah (middle of the tongue, medium)

- Daun lidah (blade of the tongue, laminum)

- Ujung lidah (tip of the tongue, apex)

- Anak tekak (uvula)

- Langit – langit linak (soft palate, velum)

- Langit – langit keras (hard palate, palatum)

- Gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)

- Gigi atas (upper teeth, dentum)

- Gigi bawah (lower teeth, dentum)

- Bibir atas (upper lip, labium)

- Bibir bawah (lower lip, labium)

- Mulut (mouth)

- Rongga mulut (aral cavity)

- Rongga hidung (nasal cavity)

(10)

1) Klasifikasi Vokal

Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi [ i ] dan [ u ]; vokal tengah, misalnya [ e ] dan [ ]; dan ә

vokal rendah, misalnya, bunyi [ a ]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya [ ] dan [e]; vokal pusat , misalnya; bunyi [ ] ; dan vokal belakang, misalnya; ә

bunyi [u] dan [o].

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut vokal dibedakan sebagai berikut;

[ i ] adalah vokal depan tinggi tak bundar

[ e ] adalah vokal depan tengah tak bundar

[ ] adalah vokal pusat tengah tak bundarә

[ o ] adalah vokal belakang tengah bundar

[ a ] adalah vokal pusat rendah tak bundar

2) Klasifikasi Diftong atau Vokal Rangkap

Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strikturnya,. Namun, yang

dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [ au ] seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain bunyi [ ai ] seperti terdapat pada kata sungai dan landai, Contoh lain bunyi [ oi ] seperti pada kata amboi dan sepoi. Apabila ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan sari yang kedua, maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal [ au ] dan [ ai ] pada kata bau dan lain bukan diftong.

Mengapa disebut diftong naik dan diftong turun?

(11)

di muka atau pada unsur yang pertama . Maka dinamakan diftong turun; kalau sonoritasnya terletak pada unsur kedua maka namanya diftong naik. Umpamanya, bunyi [ ai ] pada kata landai, sonoritasnya terletak pada unsur pertama, sedangkan pada kata Prancis moi yang dilafakan [mwa] sonoritasnya terletak pada unsur kedua. Jadi, pada kata itu terda[at diftong naik (Parera, 1983).

3) Klasifikasi Konsonan

Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal konsonan sebagai berikut;

Ø Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan bilabial ini adalah [ p ], [ m ], dan [ b ]. Dalam hal ini perlu diperhatikan bunyi [ p ] dan [ b ] adalah bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut, sedangkan [ m ] adalah bunyi nasal yang dikeluarkan melalui rongga hidung.

Ø Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodental adalah bunyi [ f ] dan [ v ].

Ø Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk konsonan ini adalah bunyi [ t ] dan [ d ].

Ø Dorsovelar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan ini adalah bunyi [ k ] dan [ g ].

Berdasarkan cara artikuasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, pembagian konsonan sebagai berikut;

1) Hambai (letupan, plosif, stop) di sini artikulasi menutup penuh aliran udara, sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan ini adalah [ p, b, t, d, k, g ].

2) Geseran atau frikatif. Di sini artikulasi aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan pada celah itu. Misalnya bunyi [ f, s, dan z ].

(12)

4) Sengauan atau nasal. Di sini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Misalnya bunyi [ m ], [ n ], dan [ ŋ ].

5) Geseran atau trill. Di sini artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan

artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Misalnya konsonan [ r ].

6) Sampingan atau lateral. Di sini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya konsonan [l].

7) Hampiran atau aproksiman. Di sini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup seperti untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi vokal. Misalnya konsonan [ w ], [ y ]

C.

Ilmu-ilmu yang mencakup tentang fonologi bahasa

inggris

phonetics

Phonetics adalah hasil berupa suara atau bunyi yang di hasilkan oleh huruf yang kita ucapkan sebagai pembeda fungsi makna yangt kita maksud.

Perbedaannya adalah dimana phonology mempelajari tentang pengucapan bunyi

(13)

- Silabel

- triftong

b) Alat ucap

Alat-alat ucap

Laring : pipa tempat beradanya pita suara yang akan menuju paru-paruh

Paring : pipa diantara mulut yang bisa membuka dan menutup sesuai dengan kebutuhan pipa

Nassal : suara yang keluar dari hidung / hidung

Vocal track : smua rangkaian pembentuk suara mulai dari hidung sampai pipa yang ada di paru-paru

Phonetic : ilmu umum yang mempelajari karakteristik suara dibicarakan/disuarakan

Voiceless sound : suara yang terbentuk ketika vocal cords melebar kemudian udara dari tengorokan melewati diantaranya

Voice sound : suara yang terbentuk ketika vocal cords tertarik bersama kemudian udara dari tenggorokan berulang-ulang menekannya membuat efek getaran,

Tempat artikulasi ada 7 dalam B.inggris :

1. Bilabials : menggunakan bibir contoh B , P

2. Labiodentals : bibir bawah dan gigi contoh v, f

3. Dental : menggunakan gigi , contoh : 0 seret tengah ( bath ) voiceless

4. Alveolars : menggunakan lidah dan gusi, contoh : t,d,s,z

5. Palatals : menggunakan langit-langit, contoh : “sh” pada shoot

6. Velars : menggunakan lebih kebelakang / mundur dari langit-langit, contoh : k,g

7. Glottals menggunakan ruang dan tanpa menggunakan lidah ataupun bibir

(14)

1. Stop : stop airstream then letting it go abruptly. Example : ten ; voiceless alveoral stop

2. Fricatives : combination of a brief stopping of the airstream with an obstructedrelease which causes some friction

3. Nasals : the velum is lowered and the airstream is allowed to flow out through the nose to produce [m], [n]

4. Liquids : formed by letting the airstream flow around the sides of the tongue as the tip of the tongue makes contact with the middle of the alveolar ridge. Example : L, R

5. Glides ( menggilinding ) : produced with the tongue in motion to or from the position of a vowel and sometimes are semi-vowel. Example : W,J Bo”y”

6. Vowel : produced with a relatively free flow of air

Perbedaan antara vowel sound dan consonant sound

Vowel : tongue, lack of construction, more soundneress, nucleous

Consonant : 7 place of articulation, lack of construction, lack of soundneress, not nucleous

Diphthongs : a kind of vowel which show a change of quality in singel syllabel (suku kata ) contoh : buy (aj), cow (aw), boy (oj) boy

D.

Perbedaan antara fonologi bahasa Indonesia dan bahasa

inggris

Perbedaan dalam fonologi bahasa Indonesia dan bahasa inggris yaitu pengucapan dan vocal rangkapnya, fonologi bahasa Indonesia memakai monoftong ataupun diftong

sedangkan dalam bahasa inggris memakai vocal rangkap triftong. Dan juga dalam dialek fonologi bahasa inggris juga memiliki perbedaan yang signifikan terhadap bahasa

Indonesia. Lalu dalam hal sistem kadang dalam sistem fonologi bahasa Indonesia ada yang menerima sistem fonologi bahasa inggris maupun sebaliknya dikarenakan walaupun itu adalah sistem fonologi bahasa inggris tetapi kadang itu susah untuk ujarkan oleh

(15)
(16)

Fonologi secara etimologi berasal dari kata fon dan logi yang berarti bunyi dan ilmu. Fonologi merupakan bidang lingustik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.[1]

Pada hakikatnya fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.

Perbedaan dalam fonologi bahasa Indonesia dan bahasa inggris yaitu pengucapan dan vocal rangkapnya, fonologi bahasa Indonesia memakai monoftong ataupun diftong

sedangkan dalam bahasa inggris memakai vocal rangkap triftong. Dan juga dalam dialek fonologi bahasa inggris juga memiliki perbedaan yang signifikan terhadap bahasa

Indonesia. Lalu dalam hal sistem kadang dalam sistem fonologi bahasa Indonesia ada yang menerima sistem fonologi bahasa inggris maupun sebaliknya dikarenakan walaupun itu adalah sistem fonologi bahasa inggris tetapi kadang itu susah untuk ujarkan oleh

bangsanya.

Daftar pustaka

(17)

http://effendyhafidblogspot.co.id/2012/05/materi-fonologi_19.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap pelajaran, misalnya siswa datang lebih awal untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa tersebut

Perusahaan (emiten) Dysfunctional behavior Manajemen laba Laporan keuangan Pasar modal Volume perdagangan saham Investor “Terdapat pengaruh yang signifikan dari

Jumlah polong per tanaman, Jumlah polong berisi per tanaman, Bobot biji per tanaman (g), Bobot 1000 biji (g). Data diolah dengan analisis varians yang dilanjutkan dengan uji

Berdasarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005,

At nung idinikit ni Jeff ang ulo ng titi nito sa puke niya.. ay parang gustong niyang hilahin papunta sa kanya

Daripada persoalan-persoalan tersebut, adakah dengan menggunakan konsep kerajaan perpaduan berteraskan Islam mampu membentuk kerjasama dalam kalangan parti

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada daerah penelitian, diperoleh hasil bahwa dimensi halte di Kota Medan sangat beragam, ini menggambarkan tidak adanya kordinasi dari

STUDIO PERENCANAAN WILAYAH 2015 MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI.. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA