PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI
Oleh
DONNY PRAMANALADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI
Oleh
DONNY PRAMANALADI
Konsep kimia banyak yang bersifat abstrak. Pembelajaran kimia yang berlangsung
selama ini umumnya hanya pada dimensi makroskopis dan simbolik, sedangkan
dimensi submikroskopis seringkali diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk
me-ngembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada pokok bahasan
partikel materi. Metode penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
me-nurut Sugiyono (2008) yang secara garis besar terdiri dari tiga tahap yaitu
(1) analisis kebutuhan; (2) perencanaan dan pengembangan dan; (3) evaluasi
produk. Hasil penelitian ini adalah produk pengembangan berupa media animasi
berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi yang memiliki
karakteristik yaitu 1) menampilkan pokok bahasan partikel materi yang dijelaskan
melalui representasi kimia; 2) memiliki bagian-bagian berupa opening, judul
program, kata pengantar, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator, menu partikel
materi, animasi partikel penyusun unsur, animasi partikel penyusun senyawa,
animasi perbedaan molekul unsur dengan molekul senyawa, literatur, profil
pengembang, dan tombol keluar dari program; 3) memiliki tingkat kesesuaian isi
iii tinggi yaitu 80%, memiliki tingkat keterbacaan yanag sangat tinggi yaitu 94%
menurut guru dan 91,69% menurut siswa, dan memiliki tingkat kemenarikan yang
tinggi yaitu 86,70 % menurut siswa.
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Media Pembelajaran ... 8
B. Media Animasi ... 12
C. Representasi Kimia ... 15
D. Analisis Konsep ... 19
III. METODE PENELITIAN ... 24
A.Metode Penelitian ... 24
B.Subyek dan Lokasi Penelitian ... 25
C.Sumber Data ... 25
D.Instrumen Penelitian ... 26
E. Prosedur Penelitian ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
B.Hasil Perencanaan dan Pengembangan Media Animasi ... 44
C.Pembahasan ... 78
V.SIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Simpulan ... 81
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN ... 86
1. Pemetaan SK-KD ... 87
2. Silabus ... 98
3. RPP ... 109
4. Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa ... 144
5. Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ... 146
6. Instrumen Validasi ... 148
7. Instrumen Uji Coba Terbatan pada Siswa... 157
8. Instrumen Uji Coba Terbatas pada Guru ... 166
9. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 175
10. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 177
11. Hasil Validasi ... 180
12. Hasil Uji Coba Terbatas Media Animasi ... 186
13. Flowchart ... 199
15. Persentase dan kriteria hasil uji coba terbatas ... 215
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pendidikan adalah salah satu wadah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 yaitu “untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam melaksanakan
ke-tertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”, sehingga perlu dijaga keberlangsungannya dan dikembangkan pada
pelak-sanaannya. Namun, pada saat ini pendidikan di Indonesia mengalami penurunan
kualitas dari peringkat ke-65 merosot menjadi peringkat ke-69 dari 127 negara di
dunia berdasarkan data dalam Education For All (EFA) pada tahun 2011.
Pada bidang IPA, pada TIMSS tahun 2011 Indonesia berada di urutan ke-40
dengan skor 406 dari 42 negara dengan peserta dari siswa kelas VIII, Skors tes
IPA siswa Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007, dan peringkat
pada PISA untuk bidang IPA pada tahun 2009, Indonesia berada pada peringkat
ke-66 berada jauh dibawah Singapura yang berada pada peringkat ke-4 dan
Malaysia yang berada pada peringkat ke-53. Berdasarkan peringkat ini perlu
di-adakan pembenahan dalam pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan IPA
Pendidikan IPA adalah wahana bagi peserta didik untuk lebih mempelajari diri
sendiri dan lingkungan disekitarnya yang selalu berinteraksi dengannya serta
pem-berian pengalaman langsung. IPA merupakan ilmu yang membahas tentang
feno-mena alam yang terjadi di sekitar. Ilmu kimia merupakan salah satu bidang IPA
yang mempelajari tentang susunan zat, sifat zat, perubahan komposisi zat, dan
perubahan energi yang menyertai perubahan zat. Ilmu kimia terdiri dari berbagai
jenis konsep, hukum dan asas, dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks. Oleh sebab itu, pembelajaran ilmu kimia diupayakan dapat
memberi-kan bekal pada peserta didik untuk memahami fenomena alam yang terjadi di
se-kitarnya bedasarkan ilmu kimia yang telah dipelajarinya, baik itu bersifat konkrit
maupun bersifat abstrak.
Salah satu standar kompetensi peserta didik SMP kelas VIII semester 1 adalah
menjelaskan konsep partikel materi. Partikel materi merupakan konsep yang
ber-sifat abstrak, tidak dapat dilihat mata namun gejala-gejalanya dapat dirasakan.
Sehingga perlu representasi yang dapat menghubungkan antara konsep yang
ber-sifat abstrak dengan kenyataan yang ada di sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan
media yang mampu meghubungkan konsep yang bersifat abstrak dengan
kenyata-an ykenyata-ang ada di sekitar.
Pembelajaran pada pokok bahasan partikel materi, seharusnya menggunakan
re-presentasi kimia yang dapat menjelaskan pokok bahasan tersebut secara
keselu-ruhan. Penggunaan media dalam pembelajaran diperlukan guna mempermudah
penyampaian guru terhadap peserta didik untuk memahami pokok bahasan
Penggunaan media yang tepat akan menghubungkan konsep yang bersifat abstrak
dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik sehingga akan memberi
penga-laman baru pada peserta didik.
Pada saat ini telah terjadi kemajuan teknologi di berbagai bidang, khususnya di
bidang multimedia yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
negara kita. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna
meningkatkan mutu pendidikan yaitu media animasi. Namun, sumber daya
pen-didik belum mampu menggunakan secara maksimal kemajuan teknologi saat ini
pada pembelajaran IPA, khususnya ilmu kimia. Pendidik cenderung tidak
meng-gunakan media elektronik dan mengmeng-gunakan metode yang monoton dalam
men-jelaskan suatu pokok bahasan, sehingga pembelajaran tidak berjalan efektif. Hal
ini membuat peserta didik cenderung tidak bersemangat, bahkan peserta didik
bosan untuk mendengarkan penjelasan dari guru yang menggunakan metode yang
monoton, sehingga pokok bahasan tidak dapat dipahami oleh peserta didik secara
keseluruhan.
Berdasarkan hasil observasi di 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu dengan
cara wawancara pada guru dan pengisian angket oleh peserta didik didapatkan
in-formasi bahwa dari seluruh guru IPAyang diwawancarai hanya 1,9% yang telah
menggunakan media elektronik dan sisanya menggunakan tanpa menggunakan
media elektronik sebanyak 98,1% pada pembelajaran partikel materi. Sebagian
besar guru mengatakan bahwa keterbatasan kemampuan guru untuk membuat
me-dia animasi dan kesulitan guru dalam mendapatkan meme-dia animasi yang
sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah seperti LCD proyektor dan laptop
juga menjadi salah satu kendala dalam proses pembelajaran, dalam satu sekolah
rata-rata hanya memiliki 2 LCD proyektor dan 1 laptop, sedangkan jumlah kelas
jauh lebih banyak di bandingkan jumlah ketersediaan sarana dan prasarana
ter-sebut. Pada pembelajaran partikel materi 74,36% peserta didik dari seluruh
pe-serta didik mengalami kesulitan dalam memahami pokok bahasan partikel materi.
Bahkan sebagian besar guru merasa kesulitan dalam menjelaskan tentang konsep
partikel materi yang merupakan konsep yang abstrak. Akibatnya pembelajaran
IPA Terpadu khususnya pada pembelajaran partikel materi menjadi tidak efektif.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Fataqh pada tahun 2010 dengan
mengguna-kan 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksprimen dilakumengguna-kan
tindakan yaitu menggunakan media animasi namun dengan metode mengajar yang
sama dengan kelas kontrol, sedangkan kelaskontrol tanpa media animasi.
Ternya-ta hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi di bandingkan dengan kelas
kontrol. Fataqh menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media
animasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan masalah tersebut maka diperlukan media pembelajaran yang tepat
untuk mempermudah guru dalam penyampaian pokok bahasan partikel materi dan
mempermudah peserta didik untuk memahami pokok bahasan partikel materi.
Selain itu, diperlukan media yang dapat meningkatkan ketertarikan peserta
terha-dap pokok bahasan yang disampaikan dengan cara atau metode yang berbeda.
Untuk mengembalikan disiplin ilmu kimia pada bidang kajiannya yang meliputi
pembaharuan dan penyempurnaan media pembelajaran agar lebih menarik dan
tentunya menampilkan representasi kimia. Dengan demikian peserta didik dapat
lebih termotivasi dalam memahami pokok bahasan yang selain dapat melihat
se-cara makroskopis dan simbolis, namun juga submikroskopis sese-cara ilmu kimia.
Salah satu alternatif untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menarik
yaitu menggunakan media animasi berbasis representasi kimia. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan pengembangan media animasi berbasis
re-presentasi kimia pada pembelajaran partikel materi.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi yang dikembangkan?
2 Bagaimanakah tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi?
4. Apasaja kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media animasi
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Mengembangkan media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajar-an partikel materi.
2. Mendeskripsikan karakteristik media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi yang dikembangkan.
3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi.
5. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan media
animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan media animasi kimia yang berbasis representasi kimia yang
memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menambah referensi media pembelajaran yang berbasis representasi kimia pada
pokok bahasan partikel materi.
2. Menjadi salah satu produk media animasi kimia berbasis representasi kimia yang
dapat digunakan guru untuk menyampaikan pokok bahasan partikel materi dengan
3. Sebagai referensi pengembangan media animasi berbasis representasi kimia dan
bahan penelitian lebih lanjut.
4. Menambah referensi untuk mengembangkan media pembelajaran kimia untuk
materi kimia yang lain.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu diberikan penjelasan terhadap
istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah-istilah yang dapat
dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan media animasi kimia berbasis representasi kimia adalah kegiatan
mengembangkan produk animasi pada pokok bahasan partikel materi dengan
me-nampilkan materi dan animasi-animasi yang berkaitan dengan pembelajaran
partikel materi yang berbasis representasi kimia.
2. Representasi kimia adalah representasi dalam menjelaskan fenomena kimia yang
meliputi makroskopis, mikroskopis, dan simbolis. Contoh makroskopis yaitu
vi-sualisasi materi pada umumnya yang terlihat oleh mata. Contoh submikroskopis
yaitu visualisasi penyusun suatu materi yang terkecil dan susunannya. Contoh
simbolis yaitu simbol unsur atau molekul penyusun materi.
3. Pokok bahasan yang disampaikan dalam pengembangan media animasi ini adalah
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
me-dium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Hamijaya dan
NEA (Nasional Education Association) dalam Rohani menyatakan, media adalah
segala benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan yang
digunakan penyebar ide untuk penyaluran ide sehingga ide dapat sampai pada
pe-nerima dengan baik. Penggunaan media dalam penyaluran ide mengurangi
kesa-lahpahaman penerima ide dalam memaknai ide yang diberikan. Menurut AECT
(sadiman, dkk:2007), media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi. Menurut Brigg dan Gagne (Sadiman, dkk:2007), media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang merangsang
dan sesuai untuk belajar.
Menurut Suyatna (2011), Pembelajaran merupakan kegiatan partisipasi pendi-dik dalam membangun pemahaman peserta dipendi-dik. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk memperbaiki dan mengembangkan pengetahuannya.
Menurut Vygotsky (Ibrahim dan Nur:2005), pembelajaran terjadi melalui
inter-aksi sosial dengan pendidik dan teman sejawat melalui tantangan dan bantuan dari
zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. Bruner
meyakini bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi.
Menurut Sadiman (2007), Istilah proses belajar mengajar diartikan bahwa proses
belajar dalam diri peserta didik terjadi baik karena ada yang secara langsung
mengajar atau pun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya peserta
didik secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain.
Pen-didik atau hanyalah salah satu dari begitu banyak sumber belajar yang dapat
me-mungkinkan peserta didik belajar. Pada hakekatnya proses belajar mengajar
ada-lah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi.
Menurut Santoso dan Sukarmin (2013), Media pembelajaran dapat diartikan
se-bagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pendi-dik ke peserta dipendi-dik sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan
minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar-mengajar terjadi.
Pada proses pembelajaran, penggunanan media merupakan salah suatu cara untuk
mengurangi terjadinya perbedaan antara apa yang disamapaikan dengan apa yang
diterima oleh peserta didik dalam proses belajar. Media yang digunakan untuk
menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran disebut dengan media
pen-didikan atau dapat juga disebut dengan media intruksional edukatif.
Menurut Sujana (Darsono:2006), ada beberapa alasan mengapa media
kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran peserta didik antara
lain:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
di-pahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik
tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan energi saat menjelaskan.
Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berfikir peserta didik mengikuti
per-kembangan dimulai dari berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak.
Menurut Rohani(1997), Media intruksional edukatif adalah sarana komunikasi yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional da-pat dicapai dengan mudah. Dalam pengertian yang senada dada-pat dikemukakan bahwa media instrusional edukatif adalah media yang digunakan dalam proses instruksional (belajar mengajar), untuk mempermudah tercapainya pencapaian tujuan instruksional yang lebih efektif dan meliliki sifat yang mendidik.
Menurut Sadiman (2007), secara umum media pembelajaran mempunyai
keguna-an sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap peserta didik ditambah lagi dengan
ling-kungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap peserta didik, maka banyak
pen-didik mengalami kesulitan bilamana harus diatasi sendiri. Hal ini akan
lebih sulit bila latar belakang lingkungan pendidik dengan peserta didik
juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu
kemampuannya dalam:
a) Memberikan perangsang yang sama.
b) Mempersamakan pengalaman.
c) Menimbulkan persepsi yang sama.
Menurut Derec Rowntree dalam Rohani, media pembelajaran berfungsi:
1) Membangkitkan motivasi belajar.
2) Mengulang apa yang telah dipelajari.
3) Menyediakan stimulus belajar.
4) Mengaktifkan respon peserta didik.
5) Memberikan balikan dengan segera.
B. Media Animasi
Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,
semangat. Namun dalam situs muhammadiqbalm.wordpress.com menyatakan
bahwa animasi adalah gambar begerak berbentuk dari sekumpulan objek (gambar)
yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan
pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi, sedangkan pada situs
publicrelationssiang.wordpress.com menyatakan bahwa animasi merupakan suatu
teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton
merasa-kan adanya ilusi geramerasa-kan (motion) pada gambar yang ditampilmerasa-kan. Secara umum
ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata
pe-nonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi
sebagai makna dari istilah „gerakan’. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat
di-katakan sebuah animasi.
Menurut situs muhammadiqbalm.wordpress.com, dalam bidang grafika pemodelan
vi-sual dapat dikategorikan sebagai dua kelompok yaitu pemodelan geometrik dan
pemo-delan penampilan (appearance). Pemopemo-delan geometrik merupakan representasi dari
bentuk objek yang ingin ditampilkan sedangkan pemodelan penampilan membuat
re-presentasi sifat visual atau penampakan objek tersebut.
Animasi merupakan produk yang dihasilkan dari penggunaan aplikasi yang ada di
komputer. Penggunaan media animasi dalam penyampaian materi dapat menarik
peserta didik untuk belajar tanpa merasa bosan dan dapat meningkatkan hasil
be-lajar peserta didik. Salah satu aplikasi komputer yang digunakan dalam
lunak yang digunakan untuk membentuk gambar atau animasi-animasi dari yang
sangat sederhana sampai animasi yang sangat kompleks. Menurut Rosidin (2011)
Macromedia Flash adalah sebuah program animasi yang telah banyak digunakan para
animator untuk menghasilkan animasi yang professional. Diantara program-program
animasi yang ada, Macromedia Flash merupakan program paling fleksibel dalam
pem-buatan animasi, seperti animasi interaktif, game, company profile, presentasi, movie,
dan tampilan animasi lainnya.
Animasi-animasi yang dihasilkan menggunakan aplikasi Macromedia Flash sangat
menarik dan juga dapat dibuat secara interaktif. Karena Macromedia Flash dapat
menggabungkan atau menjalankan beberapa media sekaligus, seperti media suara, video
dan gambar maka maromedia flash tergolong sebagai perangkat lunak multimedia.
Gambar1. Tampilan lembar kerja makromedia flash
Menu bar Timeline panel stage
Beberapa bagian penting dan sering digunakan pada saat proses desain animasi (Ramadhan : 2004), yaitu:
1. Menu Bar, berisi menu-menu utama Macromedia Flash MX.Misalnya menu untuk mengolah file [File], menu untuk pengeditan [Edit], menu untuk mengatur tampilan [View] dan lain-lain. Dalam menu-menu tersebut juga terdapat beberapa submenu lain.
2. Stage, sebuah area untuk membuat animasi. Stage dapat diibaratkan seperti sebuah „kanvas’ untuk mengomposisi frame-frame sehingga membentuk sebuah movie.
3. Timeline Panel, sebuah panel yang digunakan untuk mengatur isi sebuah movie. Pada panel ini digunakan untuk mengatur kapan sebuah objek muncul dan kapan sebuah objek hilang.
4. Color Mixer Panel, sebuah panel untuk membuat atau mengubah warna serta gradasi warna. Panel ini juga dapat digunakan untuk menambahkan warna baru pada Color Swatch Panel.
5.Property Inspector, panel yang digunakan untuk mengubah atribut-atribut objek. Tampilan property inspector selau berubah bergantung objek yang dipilih.
6. Action Panel, panel yang digunakan untuk membuat dan mengubah aksi pada movie menggunakan bahasa pemrograman Action Script. 7. Toolbox, tempat tool-tool yang sering digunakan untuk membuat dan
memodifikasi objek, membuat teks, mengolah warna, dan mengatur stage.
Menurut Pramono (2004), tools terbagi menjadi 4 bagian besar yaitu : 1. Tools pada bagian ini digunakan untuk mengedit dan memanipulasi
objek.
2. View pada bagian ini digunakan untuk memperbesar maupun memperkecil layar monitor.
3. Colors pada bagian ini terdapat pallet untuk mengganti warna outline dan fill.
4. Option bagian ini merupakan modifiers dari setiap tool yang dipilih. Setiap tool mempunyai modifiers yang berbeda-beda.
C. Representasi Kimia
Mc Kendree dkk. dalam Nakhleh (2008) mendefinisikan representasi sebagai,
“struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat
untuk suatu kesadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu
gambar untuk suatu pemandangan.” Sehingga representasi dapat didefinisikan
fe-nomena (peristiwa). Menurut Heuvelen & Zou (2001) representasi dikategorikan
ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal. Representasi
internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari
perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan pemecahan
masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik
yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai mewujudkan ide-ide fisik. Menurut
pandangan contructivist, representasi internal terdapat dalam pemikiran peserta
didik dan representasi eksternal disituasikan oleh lingkungan peserta didik
(Meltzer, 2005).
Ainsworth dalam Fauzi (2012) membuktikan bahwa banyak representasi dapat
memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi;
ke-dua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu
re-presentasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi rere-presentasi dapat
bekerja bersama membantu peserta didik menyusun suatu pemahaman yang lebih
dalam tentang suatu pokok bahasan yang dipelajari. Konsep representasi adalah
salah satu pondasi praktik ilmiah karena para ahli menggunakan representasi
seba-gai cara utama berkomunikasi dan memecahkan masalah.
Johnstone dalam Chittleborough(2004), mendeskrispsikan bahwa fenomena kimia
dapat dijelaskan dengan tiga level representasi yang berbeda, yaitu makroskopis,
submikroskopis dan simbolis. Masing-masing level representasi tersebut dapat
di-jelaskan sebagai berikut:
2) Level submikroskopis: berdasarkan observasi riil namun tak dapat dilihat, jadi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada tingkat partikular dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat dilihat secara langsung.
3) Level simbolis: representasi dari suatu kenyataan yang berupa tanda atau bahasa serta bentuk-bentuk lainnya yang digunakan untuk mengomunikasi-kan hasil pengamatan. representasi ini terdiri dari kata-kata, rumus kimia, simbol, kurva, dan persamaan reaksi.
Level submikroskopis merupakan suatu hal yang nyata sama seperti level
makros-kopis. Kedua level tersebut hanya dibedakan oleh skala ukuran. Pada
kenyataan-nya level submikroskopis sangat sulit diamati karena ukurankenyataan-nya yang sangat kecil
sehingga sulit diterima bahwa level ini merupakan suatu yang nyata.
Menurut Johnstone (1982) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan
dan digambarkan dalam tiga tingkatan seperti yang terlihat pada gambar 2. Hal
ini didukung oleh pernyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan
proses-proses perubahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubahan
warna, bau, gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun
dalam hal perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti
peru-bahan struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa
dilakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini
ke-mudian digambarkan pada tingkat simbolis yang abstrak dalam dua cara, yaitu
secara kualitatif: menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan
Makroskopis
Gambar 2. Tiga dimensi pemahaman Kimia
secara kuantitatif dengan menggunakan matematika (persamaan dan grafik).
Keterkaitan yang terjadi di antara representasi level makroskopis, submikroskopis,
dan simbolis merupakan hubungan intertekstual. Istilah intertekstual mengandung
makna pertautan antar teks. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tiga level
representasi tersebut memiliki hubungan pertautan antar teks antara yang satu dan
yang lainnya. Pada pembelajaran kimia seharusnya menampilkan ketiga dimensi
representasi dalam menyampaikan materi, sehingga dapat membantu peserta didik
memahami materi-materi kimia yang abstrak yang dapat menimbulkan
miskon-sepsi menurut pemahaman peserta didik itu sendiri, dengan demikian tujuan
pem-belajaran kimia dapat tercapai dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh
bebera-pa hasil penelitian yang terangkum dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Penelitian yang telah dilakukan.
Peneliti dan
Osmosis & difusi Animasi molekuler
Pemahaman konseptual yang bertambah baik tentang sifat partikel zat
2. Williamson dan Abraham (1995) lihkan peserta didik dari tugas non verbal
4. Russell, (1997) Modul pada topik kimia umum mengubah bentuk antara model 2-D dan 3-D 6. Hakerem,
Dobrynina dan Shore (2000)
Jaringan air dan jaringan molekuler
Simulasi Program meningkatkan
perubahan konseptual
7. Kozma dan Rusell (2005)
Kinematika Animasi 3-D
dengan
bantuan komputer.
yang diintegrasikan dalam pembelajaran dapat digunakan untuk membangun konsep, memvisualisasikan, dan mensimulasikan sistem dan proses pada level molekular.
Reaksi Kimia Alat diagnostik
pilihan ganda dua tahap dengan mode representasi yang berbeda
Peserta didik dapat meng-gambarkan dan men-jelaskan perubahan yang diamati tentang atom, molekul, dan ion yang terlibat dalam reaksi menggunakan simbol, rumus & persamaan kimia dan ionik. (Nakhleh dan Postek dalam Sunyono, 2010).
Hasil penelitian lain yang mendukung yaitu hasil penelitian Fauzi (2012) pada
pembelajaran materi kesetimbangan kimia melalui representasi makroskopis dan
mikroskopis. Temuannya adalah kemampuan penguasaan konsep dan
kemampu-an merepresentasi peserta didik meningkat.
D. Analisis Konsep
Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011)
mendefinisi-kan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada
satu-pun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan
suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep,
se-kaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa
pendidik dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama
atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel,
po-sisi konsep, contoh, dan non contoh. Adapun analis konsep untuk penelitian ini
ANALISIS KONSEP PARTIKEL MATERI
Label konsep
Definisi konsep Jenis konsep
Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh NonContoh
Kritis Variabel Super-ordinat
Koordinat Sub-ordinat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Materi Benda yang
menempati
abstrak Bagian
sifat sama
Atom Partikel terkecil
suatu unsur
Jenis atom Partikel
materi
Molekul Partikel netral
yang terdiri
abstrak molekul
dari dua
Molekul Molekul
diatomik dan
Ion Partikel (Atom
atau molekul)
abstrak Kation
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media animasi kimia yang
ber-basis representasi kimia. Penelitian dan pengembangan media animasi kimia ini
menggunakan metodologi Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono
(2008). Menurut Sugiyono (2008), langkah-langkah penelitian pengembangan
terdiri dari sepuluh langkah, yaitu : 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan
informasi, 3) desain produk , 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba
produk dilakukan pada kelompok terbatas, 7) revisi produk , 8) uji coba
pema-kaian dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang
lingkup yang lebih luas lagi, 9) revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian
pada skala lebih luas terdapat kekurangan, dan 10) pembuatan produk massal.
Secara garis besar Penelitian dan Pengembangan terdiri dari tiga tahap yaitu ;
tahap 1) analisis kebutuhan meliputi studi pustaka dan studi lapangan, tahap 2)
perencanaan dan pengembangan meliputi perencanaan desain, pengembangan
desain, validasi, dan revisi , dan tahap 3) evaluasi produk meliputi ujicoba produk
secara terbatas, revisi setelah uji coba produk secara terbatas, uji coba pemakaian,
revisi produk, dan pembuatan produk secara massal. Dalam hal ini, tahapan
jika dilakukan sampai pada tahap akhir membutuhkan waktu yang cukup lama.
Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah media animasi kimia yang
berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi. Media animasi
kimia tersebut dibuat dengan menggunakan software Macromedia Flash
profesional 8.
B. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah media animasi berbasis representasi kimia pada
pembelajaran partikel materi. Subyek uji coba terbatas pada penelitian ini adalah
guru mata pelajaran IPA terpadu dan siswa-siswi yang telah mempelajari pokok
bahasan partikel materi di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu.
C. Sumber Data
Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Sumber data pada
pengem-bangan ini berasal dari tahap studi pendahuluan, yaitu guru dan siswa. Pada tahap
studi pendahuluan, data diperoleh dari wawancara kepada guru dan penjaringan
respon siswa mengenai pembelajaran kimia khususnya pada pembelajaran partikel
materi yang dilakukan pada 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu.
Pada kuesioner atau wawancara, sumber datanya disebut responden atau orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya berupa
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembar
observasi media animasi partikel materi, pedoman wawancara, angket uji
ke-sesuaian isi, angket uji keterbacaan, dan angket uji kemenarikan. Adapun
uraiannya adalah sebagai berikut:
a. Angket respon siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai
media pembelajaran yang digunakan oleh guru dan mengetahui pendapat siswa
mengenai media yang diinginkan dalam pembelajaran. Informasi yang
di-peroleh tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan
media animasi kimia.
b. Pedoman wawancara
Instrumen ini digunakan untuk analisis kebutuhan dalam mengembangkan
media animasi dalam pembelajaran partikel materi. Instrumen ini terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada guru yang berkaitan dengan
penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui karakteristik
penggunaan media dalam pembelajaran.
c. Lembar observasi media animasi partikel materi
Instumen observasi media animasi partikel materi terdiri dari
Seperti; kelengkapan materi, kesesuaian animasi dengan materi, kesesuaian
materi dengan standar isi, sistematika materi dan lain-lain. Observasi
dilaku-kan oleh peneliti sendiri untuk mengetahui karakteristik media animasi yang
sudah ada.
d. Instrumen uji kesesuaian isi
Instumen ini digunakan untuk menguji kesesuaian isi media animasi kimia
yang dikembangkan yang berkaitan dengan kesesuaian materi dalam media
yang dikembangkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
kese-suaian konsep dengan materi yang disampaikan, sistematika penyampaian
ma-teri, kesesuaian animasi kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya
re-presentasi kimia dari media animasi kimia yang dikembangkan.
e. Instrumen uji keterbacaan
Instrumen ini digunakan untuk menguji keterbacaan media animasi yang
di-kembangkan yang berkaitan dengan ukuran huruf, variasi bentuk huruf,
ke-jelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan dengan background.
f. Angket uji kemenarikan
Instumen ini digunakan untuk menguji kemenarikan media animasi kimia
ber-basis representasi kimia yang meliputi desain tampilan media animasi, seperti
ukuran huruf, variasi bentuk huruf, tata letak gambar dengan tulisan, perpaduan
Agar diperoleh data yang sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang
di-gunakan harus valid. Suatu instumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
varia-bel yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
ter-hadap instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah vailditas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan
dengan cara judgment. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan
ke-telitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya.
Dalam hal ini dilakukan oleh seorang ahli di bidang Teknologi Pendidikan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan media animasi kimia ini berdasarkan
model Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono (2008). Adapun tahapan
Analisis kebutuhan (identifikasi masalah)
Studi Pustaka 1. pemetaan SK-KD 2. pengembangan silabus 3. pembuatan RPP
4. pembuatan analisis konsep 5. analisis terhadap media animasi
yang sudah ada
Studi Lapangan
1. wawancara guru kimia kelas VIII
2. wawancara siswa
Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia
Revisi pertama media animasi kimia
Uji Coba Terbatas
Produk Akhir
( media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi) Perencanaan desain media animasi :
Desain media animasi
Validasi desain media animasi oleh pakar (expert judgment) : Validasi kesesuain isi media animasi oleh pakar Pendidikan
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan adalah tahap persiapan dalam mengembangkan media animasi
kimia ini. Ada beberapa langkah yang dilakukan pada tahap studi pendahuluan
yaitu, studi pustaka dan studi lapangan. Adapun langkah-langkah dalam pada
studi pendahuluan adalah sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Langkah ini dilakukan untuk menemukan landasan teoritis yang memperkuat
produk yang akan dikembangakan. Pada langkah ini dilakukan penyusunan
perangkat pembelajaran, yang terdiri atas analisis standar kompetensi dan
kom-petensi dasar, analisis konsep, pengembangan pemetaan dan silabus, dan
ran-cangan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dilakukan juga pengkajian
ter-hadap animasi-animasi kimia yang ada. Kajian yang dilakukan meliputi isi
materi, identifikasi dimensi representasi yang ditampilkan, desain animasi, dan
kelemahan dari animasi tersebut. Hasil studi pustaka tersebut menjadi salah
satu acuan dalam mengembangkan media animasi ini.
b. Studi Lapangan
Setelah melakukan studi pustaka, dilakukan studi lapangan di 12 SMP Negeri
di Kabupaten Pringsewu yang terdiri dari 4 SMP Negeri yang memiliki mutu
tinggi, 4 SMP Negeri bermutu sedang, dan 4 SMP Negeri bermutu rendah.
Pemilihan sampel didasarkan pada perbedaan mutu sekolah karena diharapkan
sekolah dengan mutu yang berbeda memiliki perbedaan dalam proses belajar
lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman wawancara kepada guru kimia di sekolah tersebut khususnya guru
kimia kelas VIII. Hal-hal yang ditanyakan berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan
pokok bahasan partikel materi. Selain itu, dilakukan juga penjaringan respon
siswa dengan menyebarkan angket kepada siswa. Dalam hal ini, siswa diminta
keterangan mengenai media pembelajaran yang digunakan guru, dan cara guru
dalam menyampaikan pokok bahasan partikel materi.
2. Perencanaan dan Pengembangan Media
Setelah dilakukan studi pendahuluan, dilanjutkan dengan pengembangan produk.
Dalam pengembangan produk ini ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu:
a) Perencanaan desain media animasi
Perencanaan dilakukan sebelum pembuatan media animasi yang dilakukan
ber-dasarkan studi pustaka dan studi lapangan. Perencanaan di maksudkan untuk
mempermudah pembuatan media animasi yang sedang dikembangkan.
b)Pembuatan media animasi berbasis representasi kimia
Pembuatan animasi kimia berbasis representasi kimia dilakukan setelah
di-ketahui kebutuhan siswa dari tahap studi pendahuluan. Pengembangan media
animasi kimia ini didasarkan pada beberapa aspek, seperti penyesuaian animasi
kimia pada materi yang disampaikan. Produk dirancang dengan membuat
diagram alir (flowchart) dan storyboard. Flowchart adalah diagram yang
menggambarkan urutan materi pada media animasi, sedangkan storyboard
ber-isi materi yang akan disampaikan dan rancangan visual dari materi tersebut.
c) Desain media animasi
Desain media merupakan produk pengembangan, namun masih belum
merupa-kan produk jadi karena masih ada beberapa uji yang harus dilakumerupa-kan pada
de-sain media animasi ini.
d) Validasi desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk secara rasional lebih efektif dari produk yang sudah ada atau tidak.
Dikatakan demikian karena validasi masih bersifat penilaian berdasarkan
pemikiran rasional, belum fakta lapangan (Sugiyono, 2008). Produk awal
di-konsultasikan kepada dosen pembimbing yang bertujuan untuk mengevaluasi
produk awal yang berkaitan dengan kelengkapan materi, kebenaran konsep,
sistematika materi, dan segala hal yang berkaitan dengan materi, serta
meng-evaluasi kemenarikan produk dan kesesuaian visualisasi dengan materi untuk
selanjutnya divalidasi oleh validator. Dalam hal ini, penilaian terhadap produk
awal yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) terdiri dari uji kesesuaian isi
dan uji keterbacaan. Uji kesesuaian isi meliputi kesesuaian isi media animasi
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kesesuaian konsep dengan
kimia dengan materi serta mengidentifikasi adanya representasi kimia dari
me-dia animasi kimia yang dikembangkan. Sedangkan uji keterbacaan meliputi
keterbacaan media animasi yang dikembangkan yang berkaitan dengan ukuran
huruf, variasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan
dengan background.
e) Revisi pertama animasi kimia
Setelah dilakukan validasi oleh ahli, produk tersebut direvisi sesuai dengan
masukan dari ahli untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
3. Evaluasi
Setelah dilakukan revisi pertama pada tahap pengembangan produk, selanjutnya
dilakukan uji coba terhadap produk hasil revisi. Pada tahap uji coba ini dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut:
a) Uji coba terbatas
Produk yang sudah direvisi kemudian diujicobakan secara terbatas. Uji coba
terbatas dilakukan untuk menilai lebih lanjut media animasi yang dibuat. Uji
coba terbatas ini dilakukan oleh guru kimia dan siswa
b) Analisis data
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari uji coba terbatas, melakukan
analisis terhadap data yang diperoleh tersebut. Analisis data ini dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai jawaban dari uji kesesuaian, uji
menjadi referensi dalam merevisi media animasi lebih lanjut untuk
menghasilkan media animasi yang lebih baik.
c. Revisi kedua animasi kimia
Setelah dilakukan analisis data, maka akan diketahui hal-hal yang perlu
diper-baiki pada produk, baik dari segi materi maupun dari segi kemenarikan desain
produk. Kemudian dari data tersebut, produk direvisi kembali untuk
mengha-silkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil
dari pengembangan media animasi ini adalah media animasi berbasis
repre-sentasi kimia pada pembelajaran partikel materi.
Berdasarkan prosedur penelitian yang digambarkan di atas, setelah dilakukan
revisi kedua, langsung dihasilkan produk akhir. Sebenarnya setelah revisi kedua,
produk yang dihasilkan di uji coba kembali, kemudian dilakukan revisi terakhir
berdasarkan hasil uji coba, dan tahap yang terakhir adalah mendesiminasikan dan
mengimplementasikan produk. Pada penelitian ini, prosedur yang dilakukan
hanya sampai revisi produk kedua karena penelitian ini merupakan penelitian
skala kecil, selain itu untuk melakukan alur penelitian selanjutnya diperlukan
waktu yang cukup lama.
Perancangan desain media animasi berdasarkan studi lapangan dan studi pustaka.
Perancangan media animasi harus melihat dari masalah yang terjadi di lapangan
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara, observasi, dan angket (kuisioner). Kuisoner merupakan teknik
pe-ngumpulan data dengan memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada
res-ponden untuk ditanggapi. Pada penelitian ini, angket yang digunakan berupa
ang-ket dengan jawaban tertutup yaitu jawaban sangat setuju (SS), setuju (ST), kurang
setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) serta ditanggapi
dengan memberi saran pada kolom yang sudah tersedia.
Observasi adalah kegiatan memperhatikan sesuatu dengan mata. Wawancara
adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari
orang yang diwawancarai. Wawancara pada penelitian ini adalah wawancara
struktur dengan menggunakan pedoman wawancara dengan jawaban yang
ter-buka.
Pada penelitian pengembangan ini, wawancara dilakukan pada studi lapangan dan
pada uji terbatas. Pada studi lapangan, wawancara dilakukan terhadap guru mata
pelajaran IPA Terpadu dan siswa di 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu.
Wawancara dilakukan dengan mewancarai guru dan siswa sesuai dengan
pedo-man wawancara. Seperti yang dijelaskan sebelumnya wawancara dilakukan untuk
mendapatkan masukan dalam pengembangan media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi. Sedangkan pada uji coba produk secara
terbatas, wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui
tang-gapan guru dan siswa terhadap media animasi yang telah dikembangkan, yang
Observasi dilakukan dengan mengamati media animasi partikel materi yang sudah
ada dengan menggunakan lembar observasi. Kuisioner dilakukan pada validasi
dan pada uji produk secara terbatas media animasi berbasis representasi kimia
pada pembelajaran partikel materi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
validasi media animasi oleh seorang ahli di bidang Teknologi Pendidikan yang
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi desain media animasi. Validasi
di-lakukan dengan menampilkan media animasi, kemudian meminta validator pakar
pendidikan untuk mengisi angket validasi kesuaian isi media animasi yang telah
disediakan. Pada uji coba produk secara terbatas, pengumpulan data dilakukan
dengan menampilkan media animasi, kemudian meminta guru dan siswa
meng-amatinya dan mengisi angket yang telah disediakan.
G. Teknik analisis data
Pada tahap ini data yang dianalisis adalah data dari hasil wawancara dan angket.
Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Teknik analisis data hasil wawancara
Tahap pengumpulan data dari hasil wawancara adalah:
a. Mengklasifikasi data, melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi
yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
ke-cenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan
banyaknya sampel, dan menghitung persentase jawaban responden pada
b. Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat
besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang
diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung persentase jawaban siswa per item adalah sebagai
berikut:
% 100
%
N J
Jin i (Sudjana, 2005)
Keterangan: %Jin= Persentase pilihan jawaban-i
Ji= Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-iN = Jumlah seluruh siswa (responden)
c. Menjelaskan hasil wawancara dalam bentuk deskriptif naratif.
2. Teknik analisi data angket
Tahap pengumpulan data dari hasil angket adalah:
a. Mengkode atau mengklasifikasi data, kegiatan ini bertujuan untuk
me-ngelompokkan jawaban berdasarkan pernyataan pada angket. Dalam
pengkodean ini, dibuat tabel yang berisi pernyataan-pernyataan sebagai
alat untuk mengukur substansi-substansi yang akan diukur dan kode
jawaban dari setiap pertanyaan tersebut.
b. Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk
memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap
jawaban berdasarkan pernyataan angket dan banyaknya sampel.
c. Menghitung skor jawaban siswa.
Penskoran setiap jawaban siswa dalam uji kesesuaian isi, uji
Tabel 3. Penskoran pada angket uji kesesuaian isi, uji keterbacaan dan uji kemenarikan untuk setiap pernyataan.
NO Pilihan
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor jawaban responden (ΣS) adalah sebagai
berikut:
1). Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 5 x jumlah responden yang menjawab
2). Skor untuk pernyataan Setuju (S)
Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab
3). Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)
Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab
4). Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)
Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab
5). Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab
e. Menghitung persentase jawaban angket pada tiap item dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
%
Keterangan : %Xin = Persentase angket-i pada tiap item
S= Jumlah skor jawabanmaks
S = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase angket siswa untuk mengetahui tingkat
kemenarikan animasi kimia berbasis representasi kimia, dengan
persamaan sebagai berikut:
n
n = Jumlah pernyataan pada angket
g. Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data
temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis
yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau
angka-angka yang tersedia (Marzuki, 1997).
h. Menafsirkan persentase jawaban angket untuk mengetahui kemampuan
siswa secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto
(1997), sebagai berikut:
Tabel 4. Tafsiran persentase jawaban angket
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah dihasilkan produk pengembangan berupa media
animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi. Selain itu,
berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Media animasi representasi kimia pada pembelajaran partikel materi memiliki
karakteristik yaitu 1) menampilkan pokok bahasan partikel materi yang
dijelas-kan melalui representasi kimia; 2) memiliki bagian-bagian berupa bagian
open-ing, judul program, kata pengantar, petunjuk penggunaan, SK, KD, indikator ,
menu partikel materi, literatur, profil pengembang, dan tombol keluar dari
program; 3) memiliki tingkat kesesuaian isi yang sangat tinggi menurut guru
yaitu 93 % , sedangkan menurut validator media memiliki tingkat kesesuaian
isi tinggi yaitu 80%;4) memiliki tingkat keterbacaan yang sangat tinggi yaitu
94% menurut guru dan 91,69% menurut siswa; 4) memiliki tingkat
kemenarik-an ykemenarik-ang tinggi yaitu 86,70 % menurut siswa.
2. Menurut guru, media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran
partikel materi sangat menarik, membuat siswa lebih memahami pada materi
partikel materi, dan memiliki keunggulan yaitu materi dapat terlihat pada level
3. Menurut siswa, media animasi berbasis representasi kimia pada pembelajaran
partikel materi yang dikembangkan ini cukup menarik, membuat lebih
me-mahami pokok bahasan partikel materi, dan memiliki keunggulan yaitu gambar
yang ditampilkan menarik dan dapat bergerak serta kalimat yang digunakan
singkat dan jelas.
4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan media animasi berbasis
representasi kimia pada pembelajaran partikel materi yaitu 1) pada saat
mem-buat tampilan dengan menggunakan software Macromedia flashprofesional 8,
terkadang program not responding dan akhirnya data akan eror saat dibuka,
sehingga data yang telah dibuat sebelumnya disimpan tidak akan dapat dibuka
lagi; 2) sukar dalam membuat susunan partikel padaMacromedia flash
profesional 8 karena jika dalam pembuatan menggunakan terlalu banyak
gambar maka program akan not responding; 3) membutuhkan waktu yang lama
untuk membuatnya; 4) sukar dalam mengatur warna yang tepat dan pembuatan
memerlukan kesabaran agar menjadi produk yang baik; 5) siswa kurang
an-tusias dalam memberikan tanggapan pada media animasi; 6)kurang efektifnya
waktu yang disediakan pihak sekolah untuk uji tanggapan karena berbenturan
dengan istirahat dan pulang sekolah.
5. Faktor pendukung dalam pengembangan media animasi berbasis representasi
kimia pada pembelajaran partikel materi yaitu : 1) antusias dari dosen
pem-bimbing; 2)antusias validator; 3) antusias guru membrikan tanggapan terhadap
media animasi; 4) sikap kooperatif pihak sekolahpada saat pelaksanaan
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Media animasi berbasisrepresentasi kimia pada pembelajaran partikel
materiyang dikembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan
revisi setelah hasil tanggapan guru dan siswa sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.
2. Media animasi yang dikembangkan ini hanya menampilkan pokok bahasan
partikel materi secara representasi kimia sehingga diharapkan peneliti lain
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengertian Animasi.Diakses pada tanggal 02 April 2013 di http://publicrelationssiang.wordpress.com/2012/07/14/pengertian-animasi/.
Anonim (a). 2013. Education For All (EFA) Global Monitoring Report. Diakses pada tanggal 26 April 2013 di
http://www.iaincirebon.ac.id/blog/2013/03/09/393.htm.Turun.
Anonim (b). 2012. Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS). Diakses pada tanggal 26 April 2013 di
http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan. Matematika.Indonesia.Menurun.
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
Chittleborough G. and Treagust D. F. 2004. The Modelling Ability of Non-Major Chemistry Students and Their Understanding of The Sub-Microscopic Level. Chem. Educ. Res. Pract., 8, 274-292.
Darsono. 2006. Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran IPS di SD Al-Qur’an Metro. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang Kependidikan BKS-PTN Wilayah Barat di Bandar Lampung . FKIP Unila. Bandar Lampung.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.
Fataqh, M. I. A. 2010. Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran materi kesetimbangan kimia melalui
Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ibrahim, M, dan Muhamad, N. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Unesa University Press. Jakarta.
Iqbal, M. 2012. Pengertian Animasi. Diakses pada tanggal 02 Februari 2013 di http://muhammadiqbalm.wordpress.com/2012/08/08/pengertian-animasi/.
Johnstone, A. H. 1982. Macro- and Micro-Chemistry, School Science Review.,
227, No. 64. p. 377-379.
Meltzer, E.D. 2005. Relation Between Students’ Problem-Solving Performance and Representational Format. American Journal of Physics. 73. No.5.
p.463.
Nakhleh, M.B., and Brian, P. 2008. Learning Chemistry Using Multiple External Representations. Visualization: Theory and Practice in Science
Education. Gilbert et al., (eds.), p. 209 – 231.
Pramono, A. 2004. Panduan Aplikasi Menguasai Macromedia Flash MX. Yogyakarta.
Ramadhan, A. 2004. Seri Pelajaran Komputer Macromedia Flash MX. Gramedia. Jakarta.
Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Rosidin, U. 2011. Pembelajaran Berbasis Information And Communication Technology. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sadiman, A.S., dkk . 2007. Media Pendidikan. Rajagrafido Persada. Jakarta.
Santoso, T dan Sukarmin. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Blog Kimia Berbasis Mobile Education. UNESA Journal of Chemical EducationVol II No.1. Januari 2013.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian pendidikan”pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R & D”. Bandung. Alfabeta.
Suyatna, A. 2011. Model PAIKEM. Modul. Universitas Lampung. Bandar Lampung.