• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP BIAYA

MODAL EKUITAS

Oleh

LINDAYATI EKA PUTRI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER ILMU AKUNTANSI

Pada

Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF DISCLOSURE TO COST OF EQUITY CAPITAL

By

LINDAYATI EKA PUTRI

The purpose of this research is to examine the effect of disclosure to cost of equity capital. Twenty nine listed companies in Indonesian Stock Exchange (BEI) selected based on certain criteria were used as research sample.

Data are collected of annual report from website of BEI and are analyzed by using statistical tool multiple regression. The hypotheses tested was conducted by implementing panel data method for period of 2009 -2011 with Eviews 6.

The result of this research support of the first hypothesis that mandatory disclosure (WJB) have negative effect to cost of equity capital (BYMDL) but does not support of the second hypothesis that voluntary disclosure (SKRL) have vegative effect to cost of equity capital (BYMDL). And for control variable, size (NPSR) have effect to cost of equity capital (BYMDL).

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNGKAPAN TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS

OLEH

LINDAYATI EKA PUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan terhadap biaya modal ekuitas. Sebanyak 29 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memenuhi ktiteria yang ditetapkan diambil sebagai sampel.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari website BEI dan diolah dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian hipotesis dengan menggunakan metode untuk data panel selama periode 2009 – 2011 dengan aplikasi Eviews 6.

Hasil penelitian mendukung hipotesis I bahwa pengungkapan wajib (WJB) berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas (BYMDL), tapi tidak mendukung hipotesis II bahwa pengungkapan sukarela (SKRL) berpengaruh negatif terhadap biaya modal ekuitas (BYMDL). Dan untuk variabel kontrol size (NPSR) berpengaruh signifikan terhadap biaya modal ekuitas (BYMDL).

(4)

JudulTesis

: PENGARUH PENGUNGI(APAN TERHADAP BIAYA MODAL EKUTTAS

NAMA

MAhAS|SWA

: UNDAYAT]

EKA PUTRI

No. Pokok

Mahasis,wa

: 1021031017

Progr:am

Studi

: Pascasarjana

Ilmu Akuntansi

: Ekonomi

dan Bisnis

Universitas

Lampung

MENYETUJUI

1. Komisi

Pembimbing

I V L

Susi

Sarumpaet,

Ph.D.,

AK.

NrP 19691008 199512 2 001 I 001

, M.Si.,

Akt.

2. Ketua

Prograrn

Pascasarjana

Ilmu Akuntansi

/n

( A

Susi

Sarffmlaet,

Ph.D.,

Ak.

(5)

1. Tim Penguji:

Ketua

: Susi Sarumpaet,

Ph.D.,

AK.

Sekretaris

Penguji

Bukan

PembimbirE:

Dr.'Ratna

Sep$yanti,

S.E., M.Si.

.'Satria

Bargsawan,

S.E.,

M.Si.

198703 1 011

: Tri Joko

Prasetyo,

S.E.,

M.Si.,

. Sudjarwo,

M.S.

(6)

l.

LEMBAR PER}IYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenamya bahwa:

Tesis denganjudul "Pengaruh Pengungkapan Terhadap Biaya Modal

Ekuitas" adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan atas karya penulis lain dengan caruyangtidak sesuai dengan tata

etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atauyangdisebut

plagiatisme;

Hak intelektual atas karya ihniah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas

Lampung.

Atas pernyataanini, apabila dikemudian hari temyata ditemukan adanya

ketidakbenaran, maka saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang akan

diberikan dan bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 3 Desember 2013 2 .

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………iii

DAFTAR GAMBAR………...iv

I. PENDAHULUAN……….1

1.1 Latar Belakang………1

1.2 Perumusan Masalah………3

1.3 Tujuan Penelitian………5

1.4 Manfaat Penelitian………..5

II. TINJAUAN PUSTAKA………...………..7

2.1 Teori Keagenan…...………7

2.2 Pengungkapan dalam Laporan Keuangan……….11

2.3 Biaya Modal………..17

2.4Size………19

2.5 Size dan Pengungkapan……….22

2.6 Review Penelitian Terdahulu………25

2.7 Hipotesis Penelitian………..28

(8)

III. METODE PENELITIAN……….31

3.1 Jenis dan Sumber Data………..31

3.2 Populasi dan Sampel……….31

3.3 Definisi Operasional Variabel………...32

3.3.1 Variabel Dependen………...32

3.3.2 Variabel Independen……….34

3.3.3 Variabel Kontrol………..34

3.4 Pengujian Hipotesis………35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….36

4.1 Statistik Deskriptif………..36

4.2 Pengujian Asumsi Klasik……….39

4.2.1 Uji Normalitas………41

4.2.2 Uji Autokorelasi……….41

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas………...42

4.2.4 Uji Multikolinearitas………..46

4.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)……….47

4.4.Pengujian Hipotesis………... ………...48

4.4.1 Uji F.……….48

4.4.2 Uji t……….………..49

4.4.3 Pengujian Pengaruh Pengungkapan Wajib terhadap Biaya Modal Ekuitas…..……….50

(9)

1.1Simpulan………..54

1.2Keterbatasan dan Saran………56

DAFTAR PUSTAKA……….58

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian pengungkapan menurut Komalasari (2001) adalah, sinyal yang diberikan oleh manajer kepada investor tentang kondisi perusahaan guna

memaksimisasi nilai perusahaan dengan cara mengurangi kesenjangan informasi. Chang, Most, dan Brain (1983) dalam Mardiyah (2002) menyatakan bahwa, pengungkapan (dalam laporan tahunan) merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi.

Pengungkapan diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

(stakeholders ) untuk mendapatkan informasi mengenai suatu perusahaan, sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Pengungkapan dilakukan untuk

(11)

Pengungkapan informasi keuangan dan informasi relevan lainnya dalam laporan tahunan suatu perusahaan merupakan aspek penting akuntansi keuangan. Informasi tersebut berguna bagi para pemakainya, terutama investor untuk pengambilan keputusan (Khomsiyah & Susanti, 2003).

SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan calon investor yang potensial, serta pemakai lain untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan informasi yang cukup (adequate disclosure), agar informasi dapat diinterprestasi dengan baik oleh pemakainya.

Pemerintah Indonesia telah mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan- perusahaan di Indonesia, melalui keputusan ketua Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal ) No: kep-38/PM/1996. Pengungkapan informasi yang diatur oleh pemerintah, ataupun lembaga profesi (dalam hal ini adalah Ikatan Akuntan Indonesia) merupakan pengungkapan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah publik (mandatory disclosure ). Pemerintah mengatur pengungkapan informasi, tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan para investor dan pemakai lain dari ketidak-seimbangan informasi/kesenjangan informasi antara manajemen dengan investor dan pemakai lain karena adanya kepentingan manajemen.

(12)

3

penelitian empiris mengenai hal tersebut saat ini sudah cukup banyak, terlebih lagi ada dua aliran yang saling kontradiksi yaitu: aliran pertama yang memberikan dukungan riset secara teoritis bahwa ada hubungan negatif antara tingkat pengungkapan dengan biaya modal, artinya peningkatan pengungkapan akan

meningkatkan likuiditas harga pasar sehingga akan mengurangi biaya modal, Demsetz (1968) dalam Copeland dan Galai (1983), Glosten dan Milgrom (1985), Aminhud dan Mendelson (1986), serta Diamond dan Verrecchia (1991) dalam Botosan (1997). Sedangkan aliran kedua menyatakan ada hubungan positif yaitu peningkatan pengungkapan akan mengurangi estimasi resiko sehingga return asset meningkat yaitu penelitian Klein dan Bawa (1976), Barry dan Brown (1985), Coles dan

Loewenstein (1988), Handa dan Linn (1993), Coles et al (1995), serta Clarkson et al (1996) dalam Botosan (1997).

Ketidakkonsistenan hasil antara dua aliran di atas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Peneliti menggunakan sampel pada pasar modal di Indonesia BEI, yang kondisinya berbeda dengan pasar modal yang menjadi objek penelitian di atas.

1.2 Perumusan Masalah

(13)

(NYSE), hasilnya menunjukkan bahwa untuk perusahaan yang diikuti sedikit analis, tingkat pengungkapan mempengaruhi biaya modal ekuitas. Sedangkan perusahaan yang diikuti banyak analis, tingkat pengungkapan tidak mempengaruhi biaya modal ekuitas, yang berarti tidak mendukung teori tersebut.

Penelitian ini ingin menguji teori yang dinyatakan oleh Diamond dan

Verrecchia tersebut pada pasar modal di Indonesia. Kondisi pasar modal di Indonesia (BEI) berbeda dengan pasar modal di AS. Jogiyanto (1999) menyatakan bahwa, pasar modal di Indonesia (BEI) tergolong thin market, yang artinya bahwa transaksi

perdagangannya masih tipis atau jarang terjadi.

Penelitian ini memodifikasi penelitian Botosan (1997), yaitu dengan tidak hanya melihat pengaruh pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas, tapi juga melihat pengaruh pengungkapan wajib terhadap biaya modal ekuitas, dan sampel yang digunakan dari berbagai industri bukan hanya satu industri. Selain itu tahun sampel penelitian lebih panjang (tiga tahun), sedangkan Botosan hanya satu tahun. Penelitian ini juga memasukkan ukuran (size) perusahaan sebagai variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan pengukuran pengungkapan yang mengacu pada peraturan Bapepam dan indeks pengungkapan sukarela berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative).

(14)

5

pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas, peneliti juga ingin mengetahui pengaruh pengungkapan wajib terhadap biaya modal ekuitas. Disamping itu, menurut sumber di BEI tingkat pengungkapan wajib perusahaan pun masih tergolong rendah.

Karenya yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah, apa pengaruh pengungkapan terhadap biaya modal ekuitas (pada pasar modal di Indonesia, BEI)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh pengungkapan wajib terhadap biaya modal ekuitas 2. Pengaruh pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas

1.4Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk menambah bukti empiris dari penelitian- penelitian sebelumnya yang

tidak konsisten mengenai praktek pengungkapan dan kaitannya dengan biaya modal ekuitas

2. Dari sisi badan penetap standar IAI(Ikatan Akuntan Indonesia) hasil riset ini mengimplikasikan agar mulai digali dan dipertimbangkan untuk membuat suatu pedoman pengungkapan informasi akuntansi yang lebih akomodatif yang sesuai dengan kondisi di Indonesia

(15)

mengenai pengungkapan informasi akuntansi serta lebih memperketat praktek pengungkapan informasi akuntansi oleh perusahaan

4. Bagi investor dan manajer portofolio hasil riset ini memberikan masukan dalam rangka pengambilan keputusan investasi atau divestasi atas saham-saham yang tercatat dan diperdagangkan di bursa

5. Bagi profesi akuntan (akuntan publik dan akuntan manajemen ) hasil

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan

Teori keagenan mengimplikasikan adanya kesenjangan informasi antara manajer sebagai agen dengan pemilik. Pengungkapan merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah kesenjangan informasi tersebut. Teori keagenan pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976).

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan suatu hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu orang atau lebih (principal ) untuk meminta orang lain (agent) melakukan pekerjaan sesuai dengan kepentingan principal bertindak atas nama principal. Dalam hal ini, principal mendelegasikan beberapa kewenangan kepada agen untuk mengambil keputusan. Jadi agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal kepadanya.

(17)

(1989), dalam Mardiyah (2002), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu:

a) Asumsi tentang sifat manusia b) Asumsi tentang keorganisasian c) Asumsi tentang informasi

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest ), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan menghindari resiko (risk aversion ).

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efesiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya kesenjangan informasi antara principal dan agen. Sedangkan asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Baik principal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position. Principal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak mempunyai wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi keputusan yang bersifat strategis, jangka panjang, dan global. Karena keputusan yang bersifat tersebut tetap menjadi wewenang dari principal sebagai pemilik perusahaan.

(18)

9

upaya sistematis yang dapat menghambat principal dalam pengambilan keputusan strategis melalui penyediaan informasi yang tidak transparan, sedang di lain pihak principal selaku pemilik modal, bisa juga bertindak semaunya ataupun sewenang-wenang karena ia merasa sebagai pihak yang paling berkuasa dan penentu keputusan dengan wewenang yang tak terbatas, maka kemudian yang terjadi adalah pertentangan semakin tajam yang akan menyebabkan konflik yang berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan semua pihak.

Baik principal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomik (homo economicus ) yang berperilaku ingin memaksimalkan kepentingannya masing-masing. Dalam konsep teori keagenan, manajemen sebagai agen semestinya on behalf of the best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitas.

Manajemen bisa melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan

perusahaan. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri, manajemen bisa

bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan antara principal dan agen menimbulkan agency problem/masalah

keagenan yang salah satunya disebabkan oleh adanya kesenjangan informasi. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang/kesenjangan informasi dapat menimbulkan 2 (dua) permasalahan keagenan (karena principal kesulitan memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen ). Dua permasalahan

keagenan tersebut adalah:

(19)

2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Adanya masalah keagenan diatas menimbulkan biaya keagenan (agency cost ), yang menurut Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari:

a. The monitoring expenditures by theprincipal, yaitu biaya monitoring yang dikeluarkan oleh principal untuk memonitor perilaku agen,

mengendalikan/mengontrol perilaku agen melalui budget restriction, dan compensation policies.

b. The bondingexpenditures by theagent, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan tindakan tertentu yang akan merugikan principal atau untuk menjamin bahwa principal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan atau untuk membuktikan kinerjanya kepada principal yaitu bagaimana agen menunjukkan transparansinya.

c. The residual loss, yaitu selisih biaya yang dikeluarkan principal untuk mengawasi kinerja dari agen

(20)

11

2.2 Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan

Seperti yang dimandatkan dalam FASB (Financial Accounting Standard Board ) No. 1 yaitu bahwa laporan keuangan harus berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan keuangan harus dapat membantu investor dan kreditor untuk menginterprestasikan keadaan perusahaan. Karenanya manajer dapat memberikan sinyal mengenai keadaan/kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan melalui pengungkapan (disclosure ) informasi akuntansi.

Ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan (Mardiyah, 2002) yaitu:

1. Adequate Disclosure (Pengungkapan Cukup)

Konsep yang sering digunakan adalah pengungkapan yang cukup yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, di mana angka-angka yang disajikan dapat dinterprestasikan dengan benar oleh investor.

2. Fair Disclosure (Pengungkapan Wajar)

(21)

3. Full Disclosure (Pengungkapan Penuh)

Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan informasi yang diungkapkan secara relevan. Pengungkapan penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah sehingga beberapa pihak menganggapnya tidak baik (Na’im dan Rakhman, 2000, dalam Agustina, 2006) Berdasarkan konsep tersebut pengungkapan informasi akuntansi harus disertai pengungkapan yang cukup (adequate disclosure ) agar informasi dapat diinterprestasi dengan baik oleh pemakainya. Laporan tahunan (annual report ) merupakan media yang tepat untuk menyampaikan corporatedisclosure. CorporateDisclosure merupakan disclosure yang terdiri dari disclosure keuangan dan bukan keuangan. Secara garis besar disclosure/pengungkapan mengikuti pedoman berikut

(Mardiyah,2002):

1) Laporan Keuangan. Terdiri dari tiga laporan utama: neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Pengungkapan dalam laporan keuangan bisa dalam bentuk laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, juga termasuk rincian dan tabel-tabel untuk menjelaskan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan secara komparatif dengan periode yang lalu.

2) Catatan Kaki. Catatan kaki merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Sehingga dalam catatan kaki ini sering disajikan catatan- catatan yang berhubungan dengan item-item neraca dan laporan laba rugi.

(22)

13

4) Laporan Auditor. Laporan ini merupakan media yang paling sesuai untuk

mengungkapkan penyimpangan dan akibat penyimpangan penerapan prinsip

akuntansi dari prinsip akuntansi yang berterima umum, perubahan prinsip akuntansi dan akibatnya, serta perbedaan pendapat antara auditor dan manajemen perusahaan yang diaudit.

Adapun, keputusan mengenai pengungkapan regulasi pasar modal yaitu keputusan No. Kep-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah melalui keputusan ketua Bapepam No. Kep.38/PM/1996 yang ditetapkan oleh Bapepam tanggal 17 Januari 1996 yang diantaranya berisi tentang keharusan mengungkapkan informasi kepada publik.

Pengungkapan/ disclosure untuk pasar modal terdiri dari dua aspek yaitu; protectivedisclosure dan informative disclosure. Protectivedisclosure merupakan usaha badan pengawas pasar modal untuk melindungi investor dari perlakuan yang tidak wajar dari emiten, sehingga yang termasuk dalam pengungkapan/ disclosure ini adalah pengungkapan yang diharuskan (mandatory disclosure) oleh badan pengawas pasar modal. Sedangkan yang termasuk ke dalam informative disclosure adalah pengungkapan/ disclosure yang disajikan dalam rangka keterbukaan emiten untuk tujuan analisis investasi (voluntary disclosure).

Seberapa banyak informasi yang sifatnya wajib maupun anjuran yang perlu diungkapkan di dalam laporan tahunan masih menjadi perdebatan. Penelitian

(23)

untuk membantu investor mengambil keputusan investasi. Investor seringkali mencari sumber informasi selain laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhannya.

Semakin banyak informasi yang diungkapkan membuat laporan keuangan semakin informatif dan bermanfaat, namun akan diikuti dengan biaya (expenses) penyajian informasi yang semakin tinggi. Karenanya pihak manajemen perlu

mempertimbangkan cost and benefit dalam menyajikan pengungkapan/ disclosure di dalam laporan keuangan atau laporan tahunan.

Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut lebih besar dari biayanya (Elliot dan Jacobson, 1994 dalam Murni, 2004).

Menurut Elliot dan Jacobson (1994), manfaat utama yang diperoleh

perusahaan dari pengungkapan secara sukarela atas informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan adalah biaya modal yang rendah.

Disamping memberikan manfaat bagi perusahaan, tingkat pengungkapan yang memadai juga memberikan manfaat bagi pelaku-pelaku di pasar modal, biaya modal yang rendah akan menaikkan harga saham dan obligasi sehingga return yang

dinikmati investor juga meningkat.

(24)

15

2.2.1 Penggunaan Indeks Pengungkapan (Disclosure Index) Sebagai Alat Kuantifikasi Tingkat Pengungkapan

Berbagai penelitian terdahulu yang menggunakan indeks pengungkapan untuk mengukur tingkat pengungkapan perusahaan, pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu penelitian yang menggunakan indeks pengungkapan tanpa

pembobotan dan penelitian yang menggunakan indeks pengungkapan dengan

pembobotan. Kedua jenis indeks pengungkapan ini dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti atau dikembangkan lembaga tertentu yang kemudian digunakan oleh peneliti, misalnya skor pengungkapan dengan pembobotan yang dikembangkan oleh AIMR ( Association for Investment Management and Research ). Skor pengungkapan yang dikeluarkan oleh AIMR menggambarkan hasil evaluasi analis mengenai ketepatan waktu, kerincian dan kejelasan informasi yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel melalui laporan tahunan, laporan triwulan, proxy statements dan media-media lain.

Ada dua macam penggunaan indeks pengungkapan sebagai alat kuantifikasi pengungkapan yaitu:

a. Penelitian menggunakan indeks pengungkapan tanpa pembobotan. Penelitian yang menggunakan indeks pengungkapan tanpa memberikan pembobotan terhadap item pengungkapan yang dimuat dan/atau dapat dimuat dalam laporan tahunan antara lain telah dilakukan oleh Cooke (1989, 1992, 1993) dan Meek et al. (1995), Suripto (1999), Marwata (2001), dan Fitriany (2001).

(25)

jenis informasi tidak dapat dianggap lebih penting daripada yang lain, karena jenis informasi yang dipandang penting oleh suatu pihak mungkin

dipandang kurang penting oleh pihak yang lain, dan sebaliknya.

( ii ) pembobotan bisa mengandung unsur subyektivitas karena tergantung argumentasi dan penilaian masing-masing peneliti.

b. Penelitian menggunakan indeks pengungkapan dengan pembobotan. Penelitian menggunakan indeks pengungkapan dengan pembobotan antara lain dilakukan oleh Cerf (1961), Shingvi dan Desai (1971), Buzby (1975), dan Botosan (1997). Selain menggunakan indeks pengungkapan dengan pembobotan yang dikembangkan sendiri oleh peneliti, beberapa penelitian juga menggunakan skor pengungkapan yang dikembangkan oleh lembaga tertentu seperti AIMR. Hasil penelitian- penelitian yang menggunakan skor pengungkapan dari AIMR pada umumnya menunjukkan bahwa skor tersebut cukup representatif sebagai proxy dari kesenjangan informasi yang terjadi di pasar. Termasuk dalam kelompok ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1993), yang menggunakan indeks pengungkapan yang diterbitkan oleh AIMR untuk menganalisis determinan atas pemeringkatan laporan keuangan oleh analisis. Botosan dan Plumlee ( 2000 ) menggunakan indeks AIMR sebagai proxy tingkat pengungkapan untuk meneliti hubungan antara tingkat pengungkapan dengan cost of equity capital.

(26)

17

( 1 ) Reliability, suatu indeks pengungkapan yang dikembangkan oleh peneliti dapat dipertimbangkan reliable jika hasilnya dapat direplikasi oleh peneliti lainnya; ( 2 ) Validity, suatu indeks pengungkapan dapat dikatakan valid apabila indeks tersebut sesuai dengan maksud atau tujuan dan harapan peneliti.

Berdasarkan teori mengenai penggunaan indeks pengungkapan dengan pembobobotan dan tanpa pembobobotan, serta terutama didasarkan atas temuan Chow dan Wong-Boren (1987) dalam Mardiyah (2002) bahwa tidak terdapat perbedaan antara skor pengungkapan dengan pembobobotan maupun tanpa

pembobobotan. Maka penelitian ini menggunakan pengukuran pengungkapan tanpa pembobotan

2.3 Biaya Modal

Pengertian biaya modal menurut Modigliani dan Miller (1959) sebagaimana yang dikutip oleh Mardiyah (2002) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan (source of financing ).

Pengertian biaya modal menurut Khomsiyah (2003) yaitu, merupakan tingkat kembalian yang diinginkan oleh penyedia dana, baik investor ( cost of equity )

maupun kreditor (cost of debt). Biaya modal ekuitas ( cost of equity capital ) berkaitan dengan resiko investasi atas saham perusahaan.

Biaya modal ekuitas mengacu pada tingkat pengembalian yang merupakan hak investor atas investasinya di perusahaan tertentu (Ross et al. 1998). Menurut Botosan (1997) biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh tingkat

(27)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, biaya modal ada dua yaitu : cost of debt/biaya hutang dan cost of equity capital /biaya modal ekuitas.

Penghitungan cost of debt yaitu: ( Rf + credit risk rate )( 1 – T ), di mana T adalah the corporate tax rate/ tingkat pajak perusahaan , Rf adalah the risk free rate/tingkat bebas resiko.

Penghitungan cost of equity, menurut Ross et al. terdapat dua pendekatan yaitu The dividend Growth Model Approach dan SML (Security Market Line)

Approach/CAPM (Capital Asset Pricing Model). Penelitian ini menggunakan perhitungan biaya modal ekuitas dengan menggunakan CAPM, alasannya adalah pembahasan mengenai pengaruh tingkat pengungkapan terhadap biaya ekuitas juga tidak terlepas dari faktor resiko. Model CAPM yaitu:

Es = COC = Rft + βi(Rmt – Rft)

Es = the expected return for a security = return yang diharapkan dari suatu sekuritas/saham = biaya modal

COC = cost of equity capital = biaya modal ekuitas

Rft = returnfree risk = return bebas resiko pada periode t yang diproxi dengan tingkat SBI

Rmt = returnmarket = return pasar pada periode t yang diperoleh dari indeks harga saham gabungan ( IHSG ) pada hari t ditambah IHSG pada

hari t-1dibagi dengan IHSG pada hari t-1

(28)

19

Selain dengan CAPM, biaya modal ekuitas juga bisa dihitung dengan dividend capitalization model yaitu:

Expected return = dividend payment share / share + growth rate Price market

Expected return = growth rate of dividend.

Penelitian ini menggunakan penghitungan biaya modal ekuitas dengan menggunakan CAPM, sebagaimana tersebut di atas.

2.4 Size

Pada umumnya perusahaan yang besar mengungkapkan lebih banyak

informasi dibanding perusahaan kecil. Perusahaan besar mungkin mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah atau mereka mempunyai biaya competitive disadvantage lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka. Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan lebih mempunyai dasar pemilikan yang luas dibanding perusahaan kecil (Cooke, 1989, dalam Suripto, 2000). Perusahaan besar lebih mungkin mempunyai beragam produk dan beroperasi diberbagai wilayah, termasuk luar negeri. Perusahaan besar lebih mungkin merekrut karyawan dengan ketrampilan tinggi yang diperlukan untuk menerapkan sistem pelaporan manajemen yang canggih sehingga dapat mengungkapkan informasi yang lebih luas. Lebih banyak pemegang saham perusahaan sehingga memerlukan lebih banyak pengungkapan karena tuntutan dari para pemegang saham dan analis

(29)

kecil. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut. Alasan lain, perusahaan besar bisa menanamkan modal pada berbagai jenis usaha, lebih mudah memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi, dan sebagainya. Kesemuanya itu akan mempengaruhi keberadaan total assetnya. Hasil penelitian banyak memberi dukungan hubungan positif antara size perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Jjika

dikaitkan dengan teori bahwa perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politik, yaitu tekanan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (social responsibility ) arah hubungan antara size perusahaan dengan tingkat pengungkapan ternyata bisa negatif (Jensen dan Meckling,197 ). Dampaknya perusahaan besar mereduksi laporan keuangan (kurang terperinci/detil ) karena ada kecenderungan tindakan politis untuk menghindari pajak.

Sesuai dengan penelitian Myers (1977) dalam Mardiyah (2002) bahwa informasi tambahan dibutuhkan untuk menghilangkan kecurigaan pemegang saham obligasi (kreditor) maka perusahaan besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memberikan informasi laporan keuangan dan perinciannya.

Perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk memberikan informasi laporan tahunan yang terinci (luas) karena ada kendala biaya (Buzby, 1974, dalam Murni, 2004). Anggapan manajemen lainnya bahwa perusahaan kecil jika membuat pengungkapan terperinci akan membahayakan posisi kompetisinya (Singvi dan Dessai (1971) dan Mautz dan May (1978 ) dalam Mardiyah (2002).

Penelitian-penelitian yang meneliti sejumlah karakteristik dengan luas

(30)

21

pengungkapan, hasilnya karakteristik perusahaan yang berpengaruh dengan

pengungkapan yaitu: jumlah asset, jumlah pemegang saham, dan status pendaftaran (listing status). Kelemahan penelitian ini hubungan tersebut tidak diuji secara statistik. Singvi dan Dessai (1971) menggunakan uji Kaikuadrat

(Chi Square) dan regresi berganda (stepwise) untuk menguji hubungan karakteristik perusahaan dengan luas pengungkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup signifikan antara enam variabel independen dengan kualitias pengungkapan. Ke enam variabel tersebut adalah: jumlah asset, jumlah pemegang saham, rate of return, marjin pendapatan (earnings margin ), status listing (listing status ), dan kantor akuntan yang mengaudit perusahaan.

Firth (1979, 1980) meneliti hubungan pengungkapan perusahaan (corporate disclosure ) yang terdapat dalam laporan tahunan dengan tiga variabel: size

perusahaan ( besar atau kecil ), status listing, dan auditor perusahaan, dalam Mardiyah (2002). Firth membuat suatu daftar yang berisi item-item pengungkapan yang

sifatnya tidak diharuskan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cerf, Singvi dan Dessai (1971). Item-item pengungkapan tersebut harus memenuhi dua kriteria, yaitu: tidak merupakan item pengungkapan yang diharuskan oleh prinsip dan peraturan lain dan item pengungkapan harus relevan dengan perusahaan, artinya item tersebut akan diungkap bila dikehendaki perusahaan. Size perusahaan diukur dari besarnya

(31)

auditor hanya mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap luas pengungkapan yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunan.

Hubungan voluntary corporate disclosure dengan delapan variabel, yaitu: afiliasi perusahaan ( asing atau domestik ), sebelum atau sesudah dikeluarkannya Pakdes ( Paket Desember, 1987 ) mengenai bursa paralel, tingkat pembatasan pemilikan saham, size perusahaan, rate of return, tingkat pemilikan masyarakat, auditor perusahaan, dan leverage ratio (rasio hutang terhadap ekuitas), diteliti oleh Susanto (1992), dalam Mardiyah (2002). Penelitiannya dilakukan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Indonesia.

2.5 Size dan Pengungkapan

Almilia ( 2008 ) terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh size

(32)

23

Selain itu semakin besar size perusahaan maka semakin besar informasi yang perlu diungkapkan dibanding perusahaan kecil. Pernyataan tersebut mendasarkan teori keagenan dimana perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dibanding perusahaan kecil ( Jensen dan Mecling, 1976, dalam Mardiyah 2002). Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya mengurangi biaya keagenan tersebut. Hasil penelitian banyak memberi dukungan hubungan positif antar size perusahaan dengan luas pengungkapan. Arah hubungan bisa negatif, jika dikaitkan dengan teori bahwa perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politik, yaitu tekanan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial ( social responsibility ) (Jensen dan Mecling, 1976, dalam Mardiyah, 2002). Dampaknya perusahaan besar mereduksi laporan keuangan ( kurang terperinci/detail ) karena ada kecenderungan tindakan politis untuk menghindari pajak.

Myers (1977) dalam Mardiyah (2002) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kewajiban yang lebih besar dalam memberikan informasi laporan keuangan dan perinciannya. Informasi tambahan dibutuhkan untuk menghilangkan kecurigaan pemegang saham obligasi (kreditor).

(33)

yang cukup signifikan antara enam variabel independen dengan kualitas

pengungkapan. Keenam variabel tersebut adalah: jumlah asset, jumlah pemegang saham, rate of return, marjin pendapatan ( earning margin ), listing status, dan kantor akuntan yang mengaudit perusahaan.

Firth (1979, 1980) dalam Mardiyah (2002) meneliti hubungan corporate disclosure yang terdapat dalam laporan tahunan dengan tiga variabel: size perusahaan ( besar atau kecil ), listing status, dan auditor perusahaan. Firth membuat suatu daftar yang berisi item-itemdisclosure yang sifatnya tidak diharuskan ( mandatory ). Item-itemdisclosure tersebut harus memenuhi dua kriteria, yaitu : tidak merupakan item disclosure yang diharuskan oleh prinsip dan peraturan lain dan itemdisclosure harus relevan dengan perusahaan, artinya item tersebut akan diungkap bila dikehendaki oleh perusahaan. Size perusahaan diukur dari besarnya penjualan dan jumlah modal dengan menggunakan uji Kendal’s Tau. Hasilnya menunjukkan ada hubungan yang positif antara size dengan luas pengungkapan.

Susanto (1992) dalam Mardiyah (2002) meneliti tentang hubungan voluntary corporate disclosure dengan delapan variabel, yaitu : afiliasi perusahaan (asing atau domestik ), sebelum atau sesudah dikeluarkannya Pakdes 1987 (mengenai bursa paralel ), tingkat pembatasan pemilikan saham, size perusahaan, rate of return, tingkat pemeilikan masyarakat, auditor perusahaan, dan leverage ( rasio hutang terhadap ekuitas ). Penelitian dilakukan di BEJ.

(34)

25

berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. ( Meek, Roberts, & Gray, 1995 ) dalam Suripto ( 2000)

2.6 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya, terutama di Indonesia, lebih banyak mengaitkan pengaruh pengungkapan secara tidak langsung terhadap biaya modal ekuitas, yaitu dengan adanya variabel kesenjangan informasi, seperti

penelitian yang dilakukan Komalasari (2001), Mardiyah (2002), Khomsiah (2003), dan Murni (2004). Hanya peneltian Botosan (1997) yang melihat pengaruh

pengungkapan secara langsung terhadap biaya modal ekuitas.

Hasil penelitian secara umum menggambarkan, bahwa memang ada pengaruh pengungkapan terhadap biaya modal baik secara langsung maupun tidak langsung. Gambaran mengenai penelitian tersebut bisa dilihat pada tabel 1.

(35)
[image:35.595.143.540.110.504.2]

Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu

Studi Penjelasan

Penelitian mengenai Pengaruh Pengungkapan dengan Biaya Modal

Botosan (1997) Judul :Disclosure Level & The Cost of Equity Capital

Variabel Terikat:The Cost of Equity Capital Variabel Bebas : Disclosure Level

Alat Analisis : EBO Formula (Edwards & Bell (1961), Ohlson (1995), Feltham & Ohlson (1995)) Hasil Analisis :Untuk perusahaan yg diikuti sedikit analisis, disclosure level mempengaruhi the cost of equity capital, sedangkan untuk perusahaan yg diikuti banyak analisis, disclosure level tidak mempenaruhi the cost of equity capital

Penelitian mengenai Hubungan Kesenjangan Informasi dengan Biaya Modal

Komalasari & Baridwan (2001)

Judul : Asimetri Informasi & Cost of Equity Capital

Variabel Terikat: Cost of Equity Capital

Varibel Bebas : Asimetri Informasi Alat Analisis : CAPM

(36)

27

Tabel 1. (lanjutan)

Penelitian-penelitian mengenai Hubungan Pengungkapan, Kesenjangan Informasi, dan Biaya

Modal.

Mardiyah (2002) Judul : Pengaruh Informasi Asimetri & Disclosure Level Terhadap Cost of Capital

Variabel Terikat: Cost of Capital Variabel Bebas : Disclosure

Alat Analisis : CAPM

Hasil Analisis :Semakin kecil asimetri informasi, maka semakin kecil biaya modal sendiri yang ditanggung perusahaan. Dan bahwa jika size perusahaan kecil maka disclosure-nya sedikit. Dan jika semakin tinggi

disclosure, maka semakin rendah pengaruh asimetri informasi terhadap cost of capital

Khomsiah (2003) Judul : Pengungkapan, Asimetri Informasi & Cost of Capital

Variabel Terikat: Cost of Capital

Variabel Bebas : Pengungkapan

Variabel Intervening: Asimetri Informasi Alat Analisis :CAPM

Hasil Analisis : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengungkapan dengan bid

ask spread. Dan bahwa adanya

pengaruh yg signifikan antara asimetri informasi terhadap cost of

capital. Terdapat pengaruh yg

signifikan antara pengungkapan terhadap cost of capital.

Murni (2004) Judul : Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela & Asimetri Informasi Terhadap Cost of

Equity Capital Pada Perusahaan Publik

Di Indonesia

Variabel Terikat : Cost of Equity Capital

Variabel Bebas : Pengungkapan Sukarela Alat Analisis : CAPM

Hasil Analisis :Pengungkapan sukarela tidak menurunkan cost of equity capital perusahaan. Dan semakin kecil asimetri informasi maka cost of equity capital perusahaan semakin turun. Dan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka cost of equity capital-nya semakin kecil.

(37)

2.7 Hipotesis Penelitian

2.7.1 Pengungkapan dan Biaya Modal

Kajian Verrecchia (1991) menemukan bahwa peningkatan pengungkapan akan meningkatkan likuiditas harga pasar sehingga akan mengurangi biaya modal. Lebih jauh dikatakan oleh Diamond dan Verrecchia (1991) bahwa dengan mengungkapkan informasi privat maka tuntutan investor terhadap kompensasi menurun karena biaya transaksi turun sehingga komponen adverse selection dari bid ask spread berkurang dan pada akhirnya cost of equity capital juga turun, atau dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ungkapan informasi dengan cost of equity capital.

Beberapa penelitian yang menguji pengaruh pengungkapan informasi terhadap biaya modal telah dilakukan antara lain oleh Handa dan Linn (1993), Coles et al. (1995), dan Clarkson et al. (1996) dalam Khomsiah (1991) yang menyatakan, bahwa peningkatan pengungkapan akan mengurangi estimasi resiko sehingga kembalian asset meningkat. Botosan (1997) menguji hubungan antara tingkat pengungkapan dengan cost of equity (biayaekuitas). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pengungkapan dengan biaya ekuitas untuk kelompok perusahaan yang kurang mendapat perhatian dari analis keuangan. Namun bagi kelompok perusahaan yang banyak mendapat perhatian dari analis keuangan tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

(38)

29

hutang (cost of debt ). Tjakradinata (2000) dalam Suripto (2000) dengan

menggunakan indeks pengungkapan dari Botosan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kualitas pengungkapan dan dispersi harga saham. Implikasinya adalah bahwa semakin baik tingkat pengungkapan perusahaan, maka semakin rendah tingkat resiko (cost of equity capital ) yang dicerminkan dengan rendahnya dispersi harga saham.

Gulo (2000) dalam Mardiyah (2002) mengemukakan bahwa penelitian teoritis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara tingkat pengungkapan dengan biaya modal ekuitas didukung oleh dua aliran penelitian. Pertama bahwa

pengungkapan yang lebih, menaikkan likuiditas pasar saham, dengan demikian

menurunnya biaya modal ekuitas, baik melalui menurunnya biaya-biaya transaksi atau melalui meningkatnya permintaan sekuritas saham. Penelitian ini didukung oleh (Demzet , 1968) dalam Copeland dan Galai (1983), Glosten dan Milgrom (1985), Aminhud dan Mendelson (1986), serta Diamond dan Verrecchia (1991) dalam Botosan (1997).

Aliran kedua yang menyatakan ada hubungan positif bahwa peningkatan pengungkapan akan mengurangi estimasi resiko sehingga return asset meningkat yaitu penelitian Klein dan Bawa (1976), Barry dan Brown (1985), Coles dan Loewenstein (1988) dalam Botosan (1997), Handa dan Linn (1993), Coles et al (1995), serta Clarkson et al (1996), dalam Botosan (1997).

(39)

mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan estimasi cost of equity capital perusahaan. Elliot dan Jacobson (1994) dalam Suripto (2000) menyatakan bahwa manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan secara sukarela atas informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan adalah biaya modal yang rendah.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1= terdapat pengaruh negatif pengungkapan wajib terhadap biaya modal ekuitas

H2= terdapat pengaruh negatif pengungkapan sukarela terhadap biaya modal ekuitas

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

Pengungkapan

Wajib

Biaya Modal

Ekuitas

Pengungkapan

(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan data sekunder data panel. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, Bapepam, PT Indonesian Capital Market Electronic Library, dan internet dengan alamat www.idx.co.id, yahoo finance, humasbi@bi.go.id.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2011. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur, dari 139 perusahaan manufaktur terpilih 29 sampel.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria: 1. Perusahaan sampel merupakan perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di

(41)

2. Perusahaan sampel tidak pernah mengalami delisted dari BEI sehingga bisa terus menerus melakukan perdagangan saham di BEI selama periode estimasi. 3. Perusahaan tidak menghentikan aktivitasnya di pasar bursa, tidak

menghentikan operasinya dan tidak melakukan penggabungan usaha dan tidak berubah status sektor industrinya, serta tidak mengalami perubahan nama. 4. Perusahaan sampel telah menerbitkan laporan keuangan auditan untuk periode

2011 serta tercatat dalam daftar monitoring laporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bapepam.

5. Sampel mempunyai laporan keuangan yang berakhir per 31Desember

6. Indeks disclosure yang digunakan mengacu pada peraturan Bapepam X.K.6 dan GRI (Global Reporting Initiative)

1.3Definisi Operasional Variabel

1.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah biaya modal ekuitas (cost of equity capital). Estimasi biaya modal ekuitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) seperti yang dilakukan Komalasari dan Baridwan (2001), yaitu:

BYMDL=Es = COC = Rft + βi(Rmt – Rft)

BYMDL = Biaya modal ekuitas

(42)

33

COC = cost of equity capital = biaya modal ekuitas

Rft = returnfree risk = return bebas resiko pada periode t yang diproxi dengan Tingkat SBI

Rmt = returnmarket = return pasar pada periode t

yang diperoleh dari indeks harga saham gabungan ( IHSG ) pada hari t ditambah IHSG pada hari t-1dibagi dengan IHSG pada hari t-1

βi = resiko sistematis untuk setiap saham perusahaan i,

nilai β diperoleh melalui regresi model pasar dengan periode estimasi selama 120 hari sebelum event windows

Nilai beta (β) yang digunakan adalah beta koreksi, karena pasar modal BEI (Bursa Efek Indonesia) menurut Jogiyanto (1999) tergolong thin market

sehingga menyebabkan adanya perdagangan tidak sinkron (non synchronous trading ). Dampak perdagangan tidak sinkron menyebabkan beta bias, untuk mengatasi beta bias tersebut, pada saat estimasi perlu melakukan koreksi beta. Metode pengoreksian terbaik adalah Fowler dan Rorke (1983) dalam Mardiyah (2002). Hasil penelitian Jogiyanto (1999) dalam Mardiyah (2002), dengan metode Fowler dan Rorke baik data normal dan tidak normal jumlah lag dan lead yang digunakan adalah yang terkecil dibanding metode Dimson serta Scholes dan Williams. Jika menggunakan metode Fowler dan Rorke untuk data tidak normal menggunakan empat periode mundur (lag ) dan empat periode maju ( lead )

(43)

1.3.2 Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini adalah indeks pengungkapan. Indeks pengungkapan informasi yang digunakan adalah indeks yang menggambarkan luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Keluasan pengungkapan diukur dari tingkat ketaatan terhadap pengungkapan wajib yang ditetapkan oleh Bapepam (mandatory disclosure ) dan jumlah pengungkapan sukarela ( voluntary disclosure ) berdasarkan GRI . Skala pengukuran variabel pengungkapan adalah skala interval, yaitu antara 0 % sampai dengan 100%.

Dalam melakukan perhitungan indeks, peneliti menggunakan rumus yang digunakan Botosan (1997) yaitu:

jumlah item pengungkapan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan jumlah item yang seharusnya diungkap laporan keuangan

1.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol yaitu size yang diukur dengan nilai pasar ekuitas (Komalasari, 2001) yaitu:

Nilai pasar ekuitas = jumlah lembar saham yang beredar x harga penutupan saham selama event windows

(44)

35

ranking 1 tertinggi dikategorikan sebagai perusahaan besar, sedangkan perusahaan yang berada pada kelompok 3 terendah dikategorikan sebagai perusahaan kecil.

3.4 Pengujian Hipotesis

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengungkapan (mandatory dan voluntary) terhadap biaya modal ekuitas. Selain itu menguji pengaruh variabel kontrol size terhadap luas pengungkapan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda: BYMDL = α0+ α 1 WJB + α 2 SKRL + α 3 NPSR + e

BYMDL= biaya modal ekuitas WJB = pengungkapan wajib

SKRL = pengungkapan sukarela NPSR= nilai pasar sekuritas = size

α0 , α1 , α2 , α3 = konstanta, koefisien regresi

Penggunaan notasi α, bukan β, agar tidak terjadi salah interprestasi, karena β sudah

(45)

V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah melakukan pengujian terhadap 29 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dari tahun 2009 – 2011 (data sekunder data panel, 87

observasi), hasil pembahasan yang peneliti lakukan, dapat diambil simpulan bahwa: hipotesis pertama terbukti secara statistik, pengungkapan wajib berpengaruh

signifikan negatif terhadap biaya modal ekuitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Botosan (1997), Khomsiah (2003), dan secara tidak langsung juga sejalan dengan penelitian Komalasari (2001),

Mardiyah (2002), yang berarti mendukung teori Diamond & Verrechia (1991) yang menjelaskan bahwa pengungkapan informasi privat akan menurunkan kesenjangan informasi dan pada akhirnya menyebabkan biaya modal akan menurun.

(46)

55

bursa efek Indonesia). Ini bisa dilihat dari masih rendahnya pengungkapan sukarela pada perusahaan di Indonesia yang rata-rata hanya 25%.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gulo (2000) dalam Murni (2004), dan penelitian Murni sendiri (2004) yang menunjukkan bahwa biaya modal perusahaan tidak akan semakin rendah dengan semakin luasnya/banyaknya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.

Variabel kontrol size terbukti secara statistik berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya modal ekuitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Komalasari (2001), Mardiyah (2002), Murni (2004),dll. Serta mendukung pernyataan Meck, Roberts, dan Gray (1995) dalam Suripto (2000) yaitu bahwa variabel size merupakan variabel yang paling konsisten berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

(47)

5.2 Keterbatasan Peneltian dan Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan:

1. Pemakaian CAPM (Capital Asset Pricing Model) untuk mengestimasi cost of equity capital (biaya modal ekuitas) mengandung beberapa kelemahan

sebagaimana dikemukakan oleh Botosan (1997) bahwa CAPM kurang tepat digunakan sebagai proksi biaya modal ekuitas mengingat ia tidak

mencerminkan keterkaitannya dengan disclosure (pengungkapan) yang dilakukan perusahaan.

2. Tahun pengukuran sampel hanya tiga tahun (2009 – 2011)

3. Riset lebih lanjut perlu dilakukan dengan memperpanjang periode penelitian menjadi lima tahun dan menggunakan model residual income yang lebih dikenal sebagai Edward Bell Ohlson (EBO) valuation yang lebih representatif untuk menguji keterkaitan antara pengungkapan dengan biaya modal ekuitas, sebagaimana yang disarankan oleh Botosan, bila data yang diperlukan untuk EBO valuation telah tersedia di Indonesia (sejauh ini data yang digunakan untuk menerapkan EBO valuation belum terdapat di pasar modal Indonesia) 4. Penelitian lebih lanjut perlu mempertimbangkan adanya disclosure pada saat

ARA (Annual Report Award)

(48)

57

6. Penelitian ini mengimplikasikan pentingnya pengungkapan karena terbukti secara signifikan menurunkan biaya modal ekuitas. Meskipun hipotesis kedua tidak terbukti, hal ini dimungkinkan karena masih rendahnya/sedikit

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Adhariani, Desi. 2005. Tingkat Keluasan Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan dan Hubungannya Dengan Current Earnings Response Coefficient (ERC). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2 No. 1 Juli: 24-57.

Afifurrahman, Wahid, dan Hapsoro, Dody. 2008. Pengaruh Pengungkapan

Sukarela Melalui Website Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 19 No. 1 April: 1-14.

Agustina, Dewi. 2006. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Jasa

Transportasi, Perdagangan, Dan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 8 No. 3 Desember : 219-246.

Almilia, Luciana Spica. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pengungkapan Sukarela “ Internet Finnacial & Sustainability Reporting”.

Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 12 No. 2 Desember : 117-131.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam- LK). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-38/PM/1996 Tentang Laporan Tahunan

(50)

Botosan, Christine A. 1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital. The Accounting Review. Vol. 7 No. 3 July: 323-349

Chen, Kevin Cw. 2004. Disclosure, Corporate Governance, and The Cost of Equity Capital in Emerging Markets. Working Paper The School of Accountancy Singapore Management University.

Gao, Pingyang. 2008. Disclosure Quality, Cost of Capital, & Investor „Welfare‟. Disertasi at Yale University.

Global Reporting Initiatives (GRI) 2006, Sustainability Reporting Guideliness, www.globalreporting org/guidelines asp.

Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar- Dasar Ekonometrika. Buku I, Edisi V. Mc Graw-Hill. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Irianto, Agus. 2007. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Jogiyanto, H.M. 2004/2005. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Pustaka Ekonomi UGM.

Jogiyanto, H.M. Desember 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketujuh. BPFE Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M. Agustus 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa . Edisi pertama. BPFE Yogyakarta.

Juniarti. 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 2 November: 150-168.

J. Keown, Arthur. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. PT. Indeks Jakarta.

(51)

Loffler, Andreas. 2002. WACC is not An Expected Return of The Levered Firm. Working Paper Universitat Hannover Germany. October

Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Informasi Asimetri dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No. 2 Mei : 229 – 256.

Murni, Siti Aisah. 2002. Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap Cost of Equity Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 2 Mei : 192-206.

Murtanto , dan Indaryanti, Helen. 2004. Pengukuran Atas Tingkat

Pengungkapan Sukarela Dengan Menggunakan Graphical Information

Disclosure Index ( GIDI ). Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 9 No. 1 April : 66-80.

Nachrowi, D Nachrowi, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Jakarta.

Oktaviani, Intan Herlina, dan Martani, Dwi. 2006. Analisis Pengungkapan

Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 3 No. 2 Desember: 239-260.

.

Omran, Mohammed, and Pointon, John. 2004. The Determinants of The Cost of Capital by Industry within an Emerging Economy: Evidence from Egypt. International Journal of Business. (3),ISSN: 1083-4346.

Ross et al. 1998. Fundamentals of Corporate Finance. Fourth Edition. Singapore: McGraw Hill-Irwin. International Edition.

(52)

Sekaran, Uma. 2003. Research Method for Bussiness: A Skill Building Approach. Fourth Edition. Illinois: John Wiley & Sons, Inc.

Suripto, Bambang. 2000. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Edisi Desember: 31-44

Veronica, Sylvia, dan Bachtiar, Yanivi S. 2005. Corporate Governance,

Information Asymmetry, and Earnings Management. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.2 No. 1 Juli : 77-106.

Wasilah. 2005. Hubungan Antara Informasi Asimetri Dengan Praktek Perataan Laba di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2 No. 1 Juli : 1-23.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi ketiga. Penerbit Ekonosia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.

Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Edisi ketiga. UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Wondabio, Ludovicus, Sensi. 2007. Pengungkapan Non Financial Measures: Penilaian Value Relevance Bagi Investor dan Pengaruhnya Terhadap Cost of Equity dan Performance Bagi Perusahaan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 4 No. 1 Juli : 47-76.

______________________.2012. www.idx.co.id/laporan tahunan. Jakarta

_______________________.2012.humasbi@bi.go.id. Jakarta

Gambar

Tabel 1. Review  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan klorin cair 99% adalah garam industri dengan tingkat kemurnian minimal 97% yang dicampur dengan air.... Proses elektrolisis

Kloset Duduk keramik merk Ina manual buah Rp 390.000 Kloset Duduk keramik merk Lolo manual buah Rp 280.000 Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar buah Rp

Hal itu dapat dilihat dari uji hasil IBM SPSS versi 2.0 menyatakan bahwa data pada perhitungan diperoleh nilai sig (2-tailled) sebesar 0,000 < 0,005 maka

Sedang pendekatan nonparametrik digunakan jika tidak ada informasi tentang bentuk kurva f x ( i ) , tidak tergantung pada asumsi bentuk kurva tertentu, sehingga

Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan jawaban dari soal uraian yang diberikan secara bergantian3. Peserta didik diharapkan dapat memberikan saran dan

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai perbandingan pengaruh model pembelajaran langsung dengan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil

Kriteria inklusi adalah anak dengan defek septum ventrikel berumur 5 sampai dengan 14 tahun, belum menjalani operasi jantung, bisa melakukan spirometri, bersedia

Untuk mengetahui pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas di MAN. Kabupaten Banyumas