A. LATAR BELAKANG
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran kecil (Sumanto, 2009).
Obesitas adalah kelebihan lemak di dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan bawah kulit, sekitar organ tubuh dan kadang terjadi
perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Obesitas biasanya disebut sebagai kegemukan atau berat badan yang berlebihan akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Permasalahan ini hampir terjadi di
seluruh dunia dengan pravelansi yang semakin meningkat, baik di negara maju ataupun negara berkembang termasuk Indonesia (Tarwoto, 2010)
IMT ( Indeks Massa Tubuh ) merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk pengukurannya sendiri digunakan indeks
Quetelet, yaitu berat badan dalam (kg) dibagi tinggi dalam kuadrat (m2). Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukuranya harus
dilakukan dengan teliti. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi (Sudoyo,
berdasarka IMT menurut kriteria Asia Pasifik yaitu berat badan berkurang <18,5, kisaran normal 18,5-22,9, berat badan lebih 23,0, beresiko 23,0-24,9,
obesitas I 25,0-29,9 dan obesitas II 30,0. (WHO, 2006).
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan kelebihan
lemak (Misnadiarly, 2007) antara lain mild obesity dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% diatas berat badan ideal, moderate obesity apabila berat badan individu antara 30-60% diatas berat badan ideal
dan morbid dikatakan penderita obesitas yang berat badanya 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Pada derajat ini resiko mengalami gangguan
respirasi, gagal jantung, dan kematian mendadak meningkat dengan tajam. Pada masa remaja terjadi perubahan perkembangan sosial, remaja lebih cenderung menghabiskan waktu bersama dengan lingkungan luar seperti
teman sebaya dibandingkan dengan lingkungan keluarga. Masa remaja merupakan masa transisi dimana seorang anak muda beranjak dari
ketergantungan dan mulai menuju kemandirian serta kematangan baik fisik maupun mental (Santrock, 2003). Pada masa remaja, kemampuan seseorang untuk lebih memahami orang lain mulai berkembang. Hal ini memungkinkan
seseorang untuk dapat memutuskan bagaimana cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain (Kathryn Geldard dan David Geldard, 2011).
World Health Organization (2006) melaporkan bahwa sekitar 1,4 milyar remaja hingga dewasa usia 15-20 tahun keatas mengalami overweight dan obesitas dengan prevalensi sebesar 10% pada pria dan 14% pada wanita.
Eropa yang mengalami overweight 62% dan 26% obesitas. Di Asia Tenggara angka overweight mencapai 14% dan 3% obesitas.
Pravelansi obesitas anak dan remaja mengalami peningkatan diberbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas disebabkan
oleh pertumbuhan urbanisasi dan pertumbuhan gaya hidup seseorang termasuk pola makan dan asupan energi. Pravelensi obesitas meningkat, tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang. Sejak
tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat dua kali lipat pada usia 12-19 tahun. Peningkatan obesitas anak dan remaja sejajar dengan orang
dewasa. Prevalensi obesitas di Indonesia menurut Riskesdas 2007 pada remaja berusia 13-16 tahun sebesar 2,5% (DepKes RI, 2008).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2006 pravelansi
obesitas umum di Provinsi Jawa Tengah pada laki-laki sebesar 11,5% dan perempuan 21,7%. Kabupaten Banyumas pravelansi berat badan usia 6-14
tahun 7,3% overweight dan 2,6% obesitas, pada anak laki-laki sebesar 6,6% dan 4,6% pada anak perempuan. Remaja usia 15 tahun ke atas pravelansi berat badan berlebih 8,8% overweight dan 12,0% obesitas.
Obesitas dapat terjadi pada siapa saja, baik balita maupun orang dewasa. Namun penelitian ini yang dibahas adalah remaja usia 15-18 tahun.
Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga masa yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan aspek fisik, aspek
Obesitas di kalangan remaja memang permasalahan yang merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan
gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dijelaskan jika obesitas terjadi pada remaja akan
tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri terhadap lingkungan sekitarnya (Tarwanto,2010).
Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki
kecenderungan untuk mengalami kepercayaan diri yang rendah dan rasa putus asa yang besar. Perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari
kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologik.
Enung Fatimah, 2010 mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap
positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian yang postif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau
situasi yang di hadapi. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mngevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan
tindakan dalam mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya (Setiawan, 2014).
Kepercayaan diri salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan dan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh oranglain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, tanggung
kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini membuat individu tidak pernah menjadi orang yang mempunyai rasa percaya diri sejati.
Bagaimanapun kemanapun manusia terbatas pada sejumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dikuasai.
Penanganan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk mencapai berat badan yang ideal dan pengurangan BMI secara aman dan efektif serta mampu mencegah komplikasi jangka panjang akibat obesitas seperti
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Karena demikian kompleksnya permasalahan obesitas ini maka perlu ditangani bersama dokter anak dan ahli
psikologi. Oleh karena anak dalam masa pertumbuhan maka penurunan berat badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhanya. Menurut Rahmatika (2008) bahwa ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas antara lain dengan olahraga, diet, terapi psikologis.
Masa remaja merupakan masa-masa penuh dengan tantangan dan kesukaran, masa yang menuntut menentukan sikap dan pilihan (Kartono, 2006). Remaja yang mengalami obesitas cenderung memiliki rasa percaya
diri yang rendah. Sebaliknya, bila seseorang mempunyai kepercayaan diri, maka orang tersebut dapat mengelola pergaulan untuk hidup lebih baik
Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada remaja MAN 1 dan MAN 2 Banyumas, hasil yang diperoleh 10 dari
17 remaja yang mengalami obesitas mengatakan masih mempunyai kebiasaan mengemil, menyukai makan gorengan, malu akan penampilanya,
merasa rendah diri diantara teman-temannya, malu berbicara didepan umum, gerogi, bingung akan memulai pembicaraan, tidak berani mengemukakan ide, tidak berani mengajukan pertanyaan, dan terkadang merasa minder. Jika
dilihat dari tanda dan gejala seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri. Beberapa hal yang dikatakan oleh remaja MAN yang diwawancarai juga
mengatakan ingin meningatkan rasa percaya diri. Berdasarkan fakta tersebut peneliti ingin memberikan pelatihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan fenomena masalah yang terjadi pada remaja yang mengalami obesitas tersebut memiliki rasa kurang percaya diri. Maka dari itu peneliti ingin memberikan latihan percaya diri
guna untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui “Apakah ada pengaruh Latihan
C. TUJUAN PENELITIAN 1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas di MAN
Kabupaten Banyumas tahun 2017. 2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian di MAN
Kabupaten Banyumas tahun 2017.
b. Untuk mengetahui percaya diri sebelum diberikan latihan percaya diri
di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017.
c. Untuk mengetahui percaya diri setelah diberikan latihan percaya diri di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017.
d. Untuk mengetahui perbedaan percaya diri pada remaja obesitas sebelum dan setelah diberikan latihan percaya diri di MAN Kabupaten
Banyumas tahun 2017.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan
percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. 2. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan remaja yang mengalami obesitas
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan agar sekolah yang bersangkutan
memperhatikan siswa siswi nya yang bermasalah dengan berat badan dan memberikan motivasi agar mereka tetap mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi.
4. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak
meneliti lebih lanjut meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas.
E. PENELITIAN TERKAIT
Penelitian yang dilakukan Chusnul Laili Austina (2014) yang berjudul “pengaruh obesitas terhadap rasa percaya diri siswa kelas VII di SMP N 1
Mojo tahun 2014/2015”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
obesitas terhadap kepercayaan diri pada remaja. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh negatif antara obesitas terhadap rasa percaya diri siswa. Semakin besar berat badan siswa maka semakin rendah pula rasa percaya diri
oleh anak. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive sampling dimana populasi keseluruhan sebanyak 349 siswa dan di ambil 15%
Penelitian yang dilakukan Turina yang berjudul “Penggunaan Tehnik Assertive Training dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa kelas
VII”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah assertive training
dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa kelas VII. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa tehnik assertive training dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan tehnik assertiv training untuk meningkatkan percaya diri, sedangkan penulis
menggunakan latihan percaya diri menggunakan latihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri. Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan
quasy experimen one group pretest-posttest.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Utami Lestari W (2015) yang
berjudul “hubungan obesitas dengan kepercayaan diri pada remaja”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas denan kepercayaan diri pada remaja. Hasil penelitian ini terdapat dari uji statistic di
dapatkan nilai p = 0,007 a < 0,005 kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungn antara obesitas dengan kepercayaan diri pada remaja. Perbedaan dari penelitian ini menggunakan metode observasional analitik
dengan menggunakan rancangan cross sectional study dan tidak di adakanya latihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang