• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Dome Futsal di Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Dome Futsal di Bandar Lampung"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Business development services sector is showing improvement and excellent progress. Businesses that formerly synonymous with tangible goods, now more developed in the services that provide huge profit potential if developed properly. A wide variety of service businesses that now has the opportunity to develop business include financial services, insurance services, security services, transportrasi services, and rental services. The research problems are: Competition futsal rental service business and reduction in the number of customers who book rental services Futsal Dome field in Bandar Lampung. The problem in this research is: What service quality on customer satisfaction Dome Futsal in Bandar Lampung. The purpose of this study was to determine the effect of service quality on customer satisfaction Dome Futsal in Bandar Lampung.

This type of research in this thesis is a descriptive study. Independent variables of this research is the quality of service (X) is Reability (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Empathy (X4) Tangibles (X5). While the dependent variable is customer satisfaction (Y). Validity test conducted by the formula Product Moment. Test Reliability done with Cronbach alpha formula. To determine the effect on service quality and customer satisfaction, used statistical analysis using multiple linear regression formula with t test and F test.

The results showed by the results of the t test showed variable Rellitability have t value of 2.987> 1.984 t table, So Ho is rejected and Ha accepted .. Responsievness variable has a value of 3.592 t> t table 1.984, So Ho is rejected and Ha accepted . Assurance variable has a t value of 2.588> 1.984 t table, So Ho is rejected and Ha accepted. Empathy has a variable t value of 2.819> 1.984 t table, So Ho is rejected and Ha accepted. Tangibles variable has a t value of 3.021> 1.984 t table, So Ho is rejected and Ha accepted .. regression test results together (Test F) shows the calculated F value is greater than the value of F table (22.510> 2.31) then Ho is rejected and Ha accepted, print out the significance value turns alpha specified below 5%, with R2 = 0.532 or 53.2% variable X (service quality) affects variable Y (customer satisfaction). then statistically that the overall effect on the variable kuallitas Services Customer Satisfaction Dome Futsal in Bandar Lampung.

(2)

Perkembangan bisnis bidang jasa saat ini menunjukkan peningkatan dan kemajuan yang sangat baik. Bisnis yang dahulu identik dengan produk barang yang nyata, kini lebih berkembang dibidang jasa yang memberikan potensi keuntungan yang sangat besar apabila dikembangkan dengan baik. Berbagai macam bisnis jasa yang saat ini memiliki peluang untuk dikembangkan diantaranya adalah bisnis jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keamanan, jasa transportrasi, dan jasa sewa. Rumusan masalah penelitian ini adalah: Persaingan bisnis jasa sewa lapangan futsal dan Penurunan jumlah pelanggan yang melakukan pemesanan jasa sewa lapangan pada Dome Futsal Bandar Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Dome Futsal di Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh kualitas layanan pada kepuasan pelanggan Dome Futsaldi Bandar Lampung.

Jenis penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Variabel Independen penelitian ini adalah kualitas layanan (X) yaitu Reability(X1),Responsiveness (X2), Assurance (X3),Empathy (X4)Tangibles (X5). Sedangkan variabel dependen adalah kepuasan pelanggan (Y). Uji Validitas dilakukan dengan rumus Product Moment. Uji Reliabilitas dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan dan terhadap kepuasan pelanggan, digunakan analisis menggunakan rumus statistik Regresi Linear Berganda dengan uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil uji t menunjukkan variabel

Rellitability memiliki nilai t hitung sebesar 2,987 > nilai t tabel 1,984, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.. variabel Responsievness memiliki nilai t hitung sebesar 3,592 > nilai t tabel 1,984, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. variabel Assurance memiliki nilai t hitung sebesar 2,588 > nilai t tabel 1,984, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. variabel Emphaty memiliki nilai t hitung sebesar 2,819 > nilai t tabel 1,984, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. variabel Tangibles

memiliki nilai t hitung sebesar 3,021 > nilai t tabel 1,984, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.. Hasil Uji regresi secara bersama-sama (Uji F) menunjukkan nilai F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel (22,510 > 2,31) maka Ho ditolak dan Ha diterima, nilai signifikansi hasil print out ternyata dibawah alpha yang ditentukan 5%, dengan nilai R2 = 0,532 atau 53,2% variabel X ( kualitas layanan ) mempengaruhi variabel Y ( kepuasaan pelanggan ). Secara statistik keseluruhan variabel Kuallitas Layanan berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan Dome Futsal di Bandar Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

I Kadek Adi Susanto lahir pada tanggal 7 Desember 1992 di Sb 17 Sanggar

Buana, Kec. Seputih Banyak, Lampung Tengah, Lampung. Dari pasangan

I Nyoman Merta Adi Yasa daan Ni Nyoman Wardani, merupakan Putra ke empat

dari empat saudara.

Memulai pendidikan dari SDN 3 Sanggar Buanaa, Tengah, SMPN 2 Way Seputih,

Lampung Tengah, SMAN 3 Metro, Lampung. Penulis melanjutkan perguruan

tingginya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2010.

Penulis juga mengikuti UKM Hindu UNILA sebagai Koordinator Penelitian dan

(8)

PERSEMBAHAN

Om Swastyastu

Ku persembahakan Skripsi ini kepada Orang Tua saya yaitu

I Nyoman Merta Adi Yasa

Ni nyoman Wardani

khususnya Ibu tercinta. Sosok yang pertama dari tujuan hidupku yang selalu membangkitkan dalam keterpurukan ku. Terimakasih ya Tuhan yang memberikan

malaikat-Mu kepada Ku. Terimah kasih Tuhan aku telah dilahirkan dari rahim-Nya. Sungguh-sunguh terimakasih sujud atas semua yang telah diberikan.

Untuk bapak terima kasih karena selalu mengingatkan saya akan apa tugas saya sebagai anak, mahasiswa, dan mahluk sosial di tengah masyarakat. Terima kasih ida sanghyang widhi wasa karena telah memberikan sosok pemimpin yang akan

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 13

1.3Tujuan Penelitian ... 14

1.4Manfaat Penelitian ... 14

1.5Kerangka Pemikiran ... 15

1.6Hipotesis ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelayanan ... 17

2.2 Karakteristik dan Klasifikasi Jasa ... 19

2.2.1 Karakteristik Jasa ... 19

2.2.2 Klasifikasi Jasa ... 23

2.3 Layanan Pelanggan (Customer Service) ... 25

2.4 Kualitas Pelayanan ... 28

2. 5 Kepuasaan Pelanggan ... 32

2.6 Hubungan Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan ... 42

2.7 Penelitian Terdahulu ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 45

3.2 Populasi dan Sampel ... 45

3.2.1 Populasi ... 45

(14)

3.3.2 Observasi ... 47

3.3.3 Wawancara ... 47

3.3.4 Kuesioner ... 47

3.4 Operasional Variabel... 47

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 49

3.6 Validitas dan Reliabilitas ... 49

3.6.1. Validitas ... 49

3.6.2 Reliabilitas ... 50

3.7 Metode Analisis Data ... 51

3.7.1. Analisis Kuantitatif ... 51

3.8 Pengujian Hipotesis ... 51

3.8.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji - t) ... 52

3.8.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji - F) ... 52

3.8.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54

4.1.1 Uji Validitas ... 54

4.1.2 Uji Reliabilitas ... 55

4.2 Analisis Kualitatif ... 56

4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 58

4.3.1 Tanggapan Tentang Kualitas Layanan (X) ... 59

4.3.2 Tanggapan Responden Tentang Variabel Kepuasan Pelanggan (Y) ... 60

4.4 Analisis Kuantitatif ... 64

4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda ... 65

4.4.2. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)... 65

4.4.3 Uji F (Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama) ... 67

4.5 Implikasi ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

(15)

dan Twins Tahun 2010-2014 (Per- Semester) ... 5

Tabel 1.2 Daftar Harga Sewa Lapangan Dome Futsal ... 8

Tabel 1.3 Data Jumlah Pengguna Lapangan Dome Futsal Tahun 2010-2014 . 9 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 43

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 47

Tabel 3.2 Operasional Variabel Kualitas Layanan (X) ... 48

Tabel 3.3 Instrument Skala Likert ... 49

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas ... 54

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas ... 55

Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 4.3. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.4.Persentase Berdasarkan Usia Responden ... 57

Tabel 4.5 Persentase Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 57

Tabel 4.6 Persentase Berdasarkan Tingkat Pendapatan Perbulan Responden . 57 Tabel 4.7 Persentase Berdasarkan Lama Penggunaan ... 58

Tabel 4.8 Jawaban responden tentang Kesesuaian Pelayanan (Relliability) (X1) ... 59

(16)

Tabel 4.11 Hasil Jawaban responden tentang Emphaty (X4) ... 61

Tabel 4.12 Hasil Jawaban responden tentang Tangibles (X5) ... 62

Tabel 4.13 Total Skor Variabel Kualitas Layanan (X) ... 62

Tabel 4.14 Jawaban responden terhadapVariabel Kepuasan Pelanggan (Y) ... 63

Tabel 4.15 Total Skor Variabel Kepuasan Pelanggan (Y) ... 64

Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 65

Tabel 4.17 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 66

Tabel 4.18 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Variabel X Terhadap Variabel Y ... 66

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F) ... 67

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Pretest pada 30 responden

Lampiran 3 Uji Validitas dan Realibitas 30 responden

Lampiran 4 Jawaban Responden atas pernyataan kuesioner

Lampiran 5 Frekuensi jawaban responden

Lampiran 6 Frekuensi karakteristik responden

Lampiran 7 Uji regresi linier berganda

Lampiran 8 Hasil Uji t

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kurva Persaingan ... 5

Gambar 1.2 kurva pemesanan ... 10

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan bisnis bidang jasa saat ini menunjukkan peningkatan dan kemajuan

yang sangat baik. Bisnis yang dahulu identik dengan produk barang yang nyata,

kini lebih berkembang dibidang jasa yang memberikan potensi keuntungan yang

sangat besar apabila dikembangkan dengan baik. Berbagai macam bisnis jasa

yang saat ini memiliki peluang untuk dikembangkan diantaranya adalah bisnis

jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keamanan, jasa transportrasi, dan jasa sewa.

Menurut Kotler dan Keller (2009:42), pengertian jasa adalah Setiap tindakan atau

kinerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.

Produknya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk

fisik.

Perusahaan jasa memiliki berbagai sektor bidang jasa yang memberikan layanan

jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Menurut Alma (2007:208), jenis-jenis

(20)

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa kegiatan pemasaran intinya adalah

memberikan layanan jasa prima dengan kualitas yang lebih dari pesaing secara

konsisten dengan tujuan akhir memenuhi atau melebihi harapan pelanggan sasaran

dengan menghadirkan jasa layanan yang berkualitas.

Bisnis jasa sewa lapangan olahraga futsal merupakan jenis jasa yang termasuk

pada kategori fasilitas umum dan layanan transportrasi (public utility and trasnsportration services). Semakin berkembangnya olahraga futsal saat ini, mengakibatkan perkembangan jasa sewa lapangan futsal semakin meningkat. Hal

itu didukung oleh kebutuhan untuk memainkan olahraga ini, seperti

diperlukannya lapangan futsal yang menunjang sehingga olahraga futsal dapat

berjalan dengan baik. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan maupun jasa sewa

lapangan futsal yang nyaman ini memberikan peluang bisnis yang menjanjikan.

Olahraga futsal adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim, yang

masing-masing beranggotakan lima orang inti dan lima pemain cadangan. Tujuannya

adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan

kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain

cadangan. (FIFA, 2014). Berbeda dengan sepak bola dalam ruangan lainnya,

(21)

Perkembangan Olahraga Futsal di Bandar Lampung semakin digemari oleh semua

orang yang tidak terbatas usia, jenis kelamin, pekerjaan, maupun status sosial.

Olahraga ini digemari karena hampir sama dengan sepakbola yang digemari oleh

banyak orang namun dengan sedikit perbedaan yaitu pada peraturan dan luas

lapangan futsal. Hal ini menjadi peluang bisnis baru baik usaha penyediaaan

peralatan dan perlengkapan olahraga futsal maupun jasa sewa lapangan futsal.

Persaingan antar jasa sewa lapangan futsal di Bandar Lampung menjadi semakin

bertambah. Seiring dengan kesadaran akan potensi dari bisnis ini, usaha bisnis

jasa sewa lapangan olahraga futsal pun kini mulai banyak bermunculan.

Masing-masing pengusaha menawarkan fasilitas yang hampir sama namu dengan konsep

yang berbeda-beda. Beberapa usaha bisnis jasa sewa lapangan olahraga lapangan

futsal yang ada di Bandar Lampung antara lain Dome Futsal, VIVA Futsal,

Lampung Futsal dan Twins Futsal. Berikut data persaingan bisnis jasa sewa

(22)

Tabel 1.1 Data Pengunjung Dome Futsal, Viva, Lampung Futsal, dan Twins Tahun 2010-2014 (Per- Semester)

Nama

Jumlah Pengunjung

2010

2011

2012

2013

2014

S-1 S-2 S-1 S-2 S-1 S-2 S-1 S-2 S-1

Lpg. Futsal 1382 1009 2391 1438 1211 2649 1375 1643 3018 1653 2186 3839 2186

Viva Futsal 1189 1614 2803 1325 1667 2992 1539 1691 3230 1437 2057 3494 1973

Twins Futsal 863 1771 2634 1164 1268 2432 1430 1153 2583 1254

Dome Futsal 972 1812 2784 1456 979 2435 1712 1198 2910 1279 992 2271 864 Sumber: Dome Futsal, Lampung Futsal, Viva Futsal,Twins Futsal, 2014

Tabel 1.1 menunjukkan persaingan antar jasa sewa lapangan futsal di Bandar

Lampung. Tahun 2013 menunjukkan jumlah pengunjung Dome Futsal sebesar

3271 pengunjung, Lampung Futsal sebesar 3.839 pengunjung, Viva Futsal sebesar

3.494 pengunjung, dan Twins Futsal sebesar 2.583 pengunjung. Hal tersebut menunjukkan bahwa persaingan antar bisnis jasa sewa lapangan futsal semakin

ketat. Berikut kurva persaingan bisnis jasa sewa lapangan futsal di Bandar

(23)

Gambar 1.1 menunjukkan perbandingan jumlah pemesanan lapangan futsal di

Lampung Futsal, Viva Futsal, Twins Futsal, Dome Futsal. Lampung Futsal

menunjukkan pergerakan kurva jumlah pemesanan yang stabil dan cenderung naik

dari tahun ke tahun. Viva Futsal menunjukkan pergerakan kurva yang cenderung

naik. Twins Futsal juga menunjukkan kurva pergerakan jumlah pemesanan yang

cenderung naik dan mencapai puncaknya Tahun 2013. Sedangkan untuk Dome

futsal menunjukkan pergerakan kurva pemesanan yang kurang stabil dan

cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Salah satu usaha jasa sewa lapangan Futsal di Bandar Lampung adalah Dome

Futsal. Dome Futsal memulai bisnis jasa sewa lapangan futsal Tahun 2007 dengan

fasilitas 3 lapangan, toko olahraga yang menyediakan perlengkapan futsal seperti

sepatu, jersey futsal dan cafe yang menyediakan menu makanan dan minuman pilihan kepada pengunjung yang datang. Berikut fasilitas yang tersedia di Dome

Futsal: 0 500 1000 1500 2000

2500 Lampung Futsal

Viva Futsal

Twins Futsal

Dome Futsal

Tahun Periode

Gambar 1.1 Kurva Persaingan Bisnis Jasa Lapangan Futsal Tahun 2010-2014

Sumber: Lampung Futsal, Viva Futsal, Twins Futsal, Dome Futsal, 2014

(24)

1. Lapangan Futsal

Dome Futsal memiliki fasilitas 4 lapangan futsal yang terdiri dari 2 lapangan

rumput sintesis dan 2 lapangan karpet khusus untuk olahraga futsal. Harga

sewa pun berbeda untuk rumput sintetis dan karpet. Harga sewa karpet rumput

untuk penyewaan pukul 07.00-18.00 wib sebesar Rp 140.000,-/jam,

sedangkan untuk pukul 19.00-24.00 wib sebesar Rp180.000,-/jam. Harga sewa

lapangan karpet untuk penyewaan pukul 07.00-18.00 wib sebesar Rp

100.000,-/jam, sedangkan pukul 19.00-24.00 wib sebesar Rp 140.000/jam.

2. Toko olahraga

Fasilitas toko olahraga Dome Futsal menyediakan perlengkapan olahraga

berupa sepatu, bola, kostum, kaos kaki, dan perlengkapan olahraga lainya.

Produk yang dijual pun memiliki kualitas yang baik dengan harga bersaing.

3. Kafe

Dome Futsal menyediakan fasilitas kafe bertema olahraga yang bisa dijadikan

referensi untuk tempat makan dengan suasana lapangan futsal. Pengunjung

bisa menikmati kafe dengan suasana lapangan futsal yang nyaman. Kafe ini

juga sering digunakan untuk nonton bareng dan tempat berkumpul fans club

sepakbola di Bandar Lampung. Menu yang disajikan antara lain: fried

chicken, pizza, nasi goreng, burger, aneka jus, dan menu lainnya.

Sebagai salah satu bisnis jasa sewa lapangan olahraga futsal yang cukup lengkap,

tentu saja Dome Futsal memiliki nilai lebih dibandingkan pesaing. Fasilitas

(25)

olahraga futsal yang menarik, namun fokus utama bisnis Dome Futsal adalah pada

jasa sewa lapangan olahraga futsal. Sehingga penelitian ini akan fokus pada

bidang usaha jasa sewa lapangan olahraga futsal.

Sejak resmi dibuka Tahun 2007, Dome Futsal mendapatkan respon baik dari

penggemar olahraga Futsal di Bandar Lampung. Fasilitas yang tersedia di Dome

Futsal cukup representatif dengan kebutuhan pelanggan, selain harga sewa yang

terjangkau. Berikut harga sewa lapangan Dome Futsal Tahun 2014:

Tabel 1.2 Daftar Harga Sewa Lapangan Dome Futsal Jenis

Lapangan Waktu

Tarif Sewa / Jam (Rupiah)

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Karpet

Pukul 08.00– 18.00

120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 180.000 180.000

Pukul 19.00 -

24.00

180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000

Rumput Sintetis

Pukul 08.00– 18.00

180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 250.000 .250.000

Pukul 19.00 -

24.00

180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 250.000 .250.000

Sumber : Dome Futsal, 2014

Tabel 1.2 menunjukkan tarif harga sewa lapangan Dome Futsal yaitu harga sewa

untuk lapangan karpet pada penyewaan Hari Senin – Jumat pukul 08.00-18.00

Wib sebesar Rp.120.000, sedangkan untuk weekend Sabtu-Minggu sebesar

Rp.180.000,. Harga sewa untuk lapangan Rumput Sintetis pada penyewaan Hari

Senin – Jumat pukul 08.00-18.00 Wib sebesar Rp.180.000,. sedangkan untuk

(26)

sewa sama dengan weekend sebesar Rp 180.000 untuk lapangan karpet, dan Rp 250.000 untuk Sintetis..

Pengunjung Dome Futsal dalam beberapa tahun terakhir menujukkan jumlah

pengunjung yang berfluktuatif. Hal tersebut disebabkab oleh bermuculannya

usaha jasa sewa lapangan futsal di Bandar Lampung. Berikut data pengunjung

Dome Futsal Tahun 2010-2014:

Tabel 1.3 Data Jumlah Pemesanan Lapangan Dome Futsal Tahun 2010-2014 Tahun Periode (dalam Triwulan) Jumlah Persentase Perubahan (%)

(27)

Tabel 1.3 menunjukkan jumlah pemesanan lapangan Dome Futsal Tahun

2007-2014 per triwulan. Tahun 2007 menunjukkan jumlah pelanggan yang masih

kurang karena merupakan tahun awal berdiri. Tahun 2008 menunjukkan mulai

terjadi peningkatan jumlah pelanggan sebesar 23,66% dari periode sebelumnya

sebesar 763pemesan. Tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pemesan sebesar

773 pemesan atau meningkat dibanding triwulan sebesalumya sebesar 8,56 %.

Tahun 2010 terjadi penurunan tertinggi sebesar 18,64% atau menurun menjadi

602 pemesan. Tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 7,29% dengan jumlah

pemesanan hanya sebesar 534 pemesan. Tahun 2012 terjadi pemesanan cukup

tinggi atau meningkat sebesar 50,18% dengan pemesanan sebesar 802 pemesan.

Tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup rendah dengan pemesanan hanya

sebesar 532 pemesan. Tahun 2014 terjadi penurunan untuk triwulan kedua sebesar

323 pemesan. Berikut kurva jumlah pemesanan lapanngan Dome Futsal Tahun

(28)

Gambar 1.2 menunjukkan pergerakan kurva pemesanan Dome futsal Tahun

2010-2014. pergerakan kurva di atas menunjukkan penurunan jumlah pemesanan sewa

lapangan dari Tahun 2007 ke 2011, kemudian mengalami kenaikan pemesanan

Tahun 2012. Jumlah pemesanan tertinggi terjadi pada Triwulan 1 Tahun 2012,

sedangkan penurunan terendah terjadi pada Triwulan 2 Tahun 2014 (sedang

berjalan) Pergerakan kurva terjadi penurunan jumlah pemesanan Tahun 2013 dan

Tahun 2014.

1. Reliabillity

Reliability adalah kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan.

Berkaitan dengan hal ini, Dome Futsal berusaha memberikan layanan yang

berkualitas. Sejak awal berdiri Tahun 2007, konsep bisnis jasa sewa lapangan

olahraga futsal dibuat bersama dengan fasilitas lain seperti kafe dan toko

olahraga. Melihat semakin banyaknya pesaing, Tahun 2010 pengembangan

Dome Futsal dilakukan terhadap lapangan dengan penambahan lapangan 0

Gambar 1.2 Kurva Jumlah Pemesanan Dome Futsal Tahun 2007-2014

(29)

rumput sintetis sekaligus merenovasi kafe menjadi lebih besar demi

kenyamanan pelanggan.

2. Responsiveness

Responsiveness adalah keinginan untuk membantu pelanggan memberikan palayanan yang tepat (Zeithaml dan Bitner, 2006:86).

Berkaitan dengan faktor responsiveness ini, Dome Futsal berusaha untuk memberikan layanan yang tepat kepada pelanggan. Hal itu misalnya dengan

biaya sewa lapangan yang bervariasi, diskon untuk komunitas yang tergabung

dengan Dome Futsal. Hal ini bermanfaat bagi pelanggan terutama adanya

pilihan jasa sesuai dengan keinginan dan keadaan pelanggan saat itu.

3. Assurance

Assurance (kepastian) adalah berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

dikemukakan kepada konsumen. Dome Futsal berusaha untuk memeberikan

layanan berkualitas melalui pegawai yang selalu mengedepankan layanan

terbaik untuk pelanggan. Hal itu misalnya dilakukan dengan pegawai siap

melayani pelanggan sekaligus dalam hal menjaga kebersihan dome futsal

setelah digunakan oleh pelanggan. Sampah-sampah pun segera dibersihkan

(30)

4. Empathy

Empathy adalah kepedulian, perhatian individu yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya (Zeithaml dan Bitner, 2006:89). Berkaitan dengan hal

ini, Dome Futsal selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan

pelanggan sehingga terjalin suatu kedekatan emosional. Hal ini misalnya

dengan adanya komunitas penggemar sepakbola yang dikembangakan oleh

Dome Futsal menjadi member dengan memfasilitasi liga futsal fans club

sehingga ada keuntungan bersama antara penjual dan pelanggan. Selain itu ada

juga kupon untuk berapa kali menyewa mendapatkan bonus free 1 jam bermain.

5. Tangibles

Tangibles adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan/ perlengkapan, dan berbagai materi untuk berkomunikasi. Semua ini memberikan gambaran fisik

atau kesan dari pelayanan yang akan digunakan oleh pelanggan, khususnya

pelanggan baru untuk mengevaluasi kualitas. Berkaitan dengan hal ini, Dome

Futsal selalu memberikan kualitas layanan yang maksimal agar pelanggan

merasa nyaman dan aman selama di Dome Futsal. Hal ini misalnya berupa

lapangan fusal yang representatif, kualitas karpet fusal dan bola yang selalu

dijaga, tempat parker yang luas, serta jaminan keamanan selama di Dome

Futsal. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

(31)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, Tabel 1.3 menunjukkan

persaingan jasa sewa lapangan di Bandar Lampung semakin meningkat, sehigga

jumlah pengunjung yang datang menurun. Sehingga rumusan masalah penelitian

ini adalah:

1. Persaingan bisnis jasa sewa lapangan olahraga futsal yang semakin

meningkat di Bandar Lampung.

2. Penurunan jumlah pelanggan yang melakukan pemesanan jasa sewa

lapangan pada Dome Futsal Bandar Lampung.

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, ,maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah: Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan Dome

Futsal di Bandar Lampung.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan pada

kepuasan pelanggan Dome Futsaldi Bandar Lampung.

1.4Manfaat Penelitian a) Bagi Perusahaan

Sebagai masukan kepada Dome Futsal tentang faktor yang mempengaruhi kualitas

(32)

b) Bagi Akademisi

Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang

kualitas layanan dan kepuasan pelanggan.

c) Bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu manajemen kualitas layanan dan dampaknya terhadap

loyalitas pelangggan.

I.5. Kerangka Pemikiran

Pemasaran menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari terciptanya sebuah

produk yang bernilai ekonomis. Pelaksanaan pemasaran yang baik menjadi kunci

bagaimana sebuah produk mampu memenuhi keinginan dari konsumen.

Pemasaran yang efektif tentunya akan menjadi penilaian apakah sebuah produk

dapat diterima oleh masyarakat dengan baik atau tidak.

Produk yang baik adalah produk yang memiliki kualitas sesuai dengan harapan

pelanggan baik berupa barang maupun jasa. Menurut Tjiptono (2007:152) kualitas

pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas

pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan membandingkan persepsi konsumen atas pelayanan yang didapatkan dengan pelayanan yang sesungguhnya

yang mereka harapkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jasa

(33)

yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan

dipersepsikan sangat baik dan berkualitas. Sebaliknya jika jasa yang diterima

lebih rendah dari harapan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Ketika

pelanggan merasa puas dengan pelayanan jasa yang diterima, maka terbentuklah

kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2008:177) adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk

yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada

di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,

pelanggan puas.

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah pada

pemenuhan harapan pelanggan berdasarkan jenis merek produk atau jasa.

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas maka, dibuatlah paradigma penelitian

sebagai berikut:

Gambar 1.3 Paradigma Penelitian KUALITAS

LAYANAN (X)

1. Reliability ( x1) 2. Responsiveness (x2) 3. Assurance (x3) 4. Tangibles (x4) 5. Tangibles (x5)

(34)

1.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah; Kualitas

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pelayanan

Pelayanan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan organisasi

yang berorientasi profit. Pelayanan berkaitan dengan tingkat kepuasan pelanggan,

sehingga pelanggan akan menjadi pelanggan setia, meskipun produk atau jasa lain

yang sejenis begitu banyak dan mudah diperoleh. Ada beberapa definisi

pelayanan. Definisi pelayanan (service) menurut Lovelock (2007:172) adalah:

a. Service adalah act atau performance yang ditawarkan satu pihak kepada pihak lainnya. Walaupun proses itu dikaitkan dengan produk fisik, performance dari

service pada dasarnya intangible dan tidak mengakibatkan kepemilikan faktor produksi apapun.

b. Service adalah aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai dan memberikan manfaat kepada para pelanggan pada waktu dan tempat tertentu sebagai hasil

adanya perubahan yang di dapat pelanggan.

Definisi jasa menurut Payne (2007:82) adalah suatu aktivitas yang memiliki

(36)

produk fisik.

Selanjutnya, Zeithaml dan Bitner (2006: 3) menyatakan bahwa jasa adalah suatu

kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk, dikonsumsi bersamaan dengan

waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan,

santai, dan sehat) bersifat tidak berwujud.

Menurut Kotler (2009:69) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak

berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat

dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.

Jadi, pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak

merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi

pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah

(seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas

masalah yang dihadapi konsumen. Dari berbagai definisi tersebut, tampak bahwa

didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa,

meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan

merupakan barang. Jasa adalah suatu proses atau aktivitas-aktivitas tersebut tidak

(37)

2.2.1 Karakteristik Jasa

Jasa dapat dibedakan dari goods berdasarkan karakteristik tertentu. Menurut Alma (2007: 5), ada 3 karakteristik jasa, yaitu:

1. More Intangible Than Tangible

Jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha.

2. Simultananeous Production And Consumption

Jasa diproduksi dan dikonsumsi dalam jangka waktu yang sama. Dikatakan

produksi dan konsumsi berjalan serempak artinya si penghasil jasa, sering

hadir secara fisik pada waktu konsumsi berlangsung.

3. Less Standarized And Uniform

Jasa kurang memiliki standarisasi atau keseragaman. Pada waktu seseorang

membeli jasa, sering kali bercampur dengan membeli barang-barang misalnya

pada saat membeli mobil, selalu terkesan layanan jasa, keramah- tamahan

penjual, layanan mobil purna jual. Seseorang makan di restoran sudah pasti

diikuti dengan layanan jasa. Demikianlah selalu kita alami membeli tiket

pesawat, kereta api, jasa kesehatan, asuransi, perbankan dan sebagainya,

(38)

1) Intangibility

Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik, service

tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

2) Heterogenity

Jasa tidak memiliki standar dan sangat bervariasi tergantung pada siapa yang

menyediakan jasa itu serta kapan dan dimana jasa itu diberikan.

3) Inseparability

Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang sama dan melibatkan

partisipasi pelanggan dalam proses. Tidak seperti barang fisik yang

diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melewati beberapa

penjual, kemudian dikonsumsi. Jika seseorang memberikan jasa, maka

penyedianya merupakan bagian dari jasa itu. Karena klien juga hadir pada saat

jasa itu dilakukan, interaksi antara penyedia klien merupakan ciri khusus

pemasaran jasa.

4) Perishability

Jasa tidak dapat disimpan dan mudah lenyap. Produk jasa memiliki

(39)

berikut:

a. Intangibility (Tidak Berwujud)

Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu

dibeli. Nilai penting dari hal itu adalah nilai tidak berwujud yang dialami

konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau rasa aman.

b. Unstorability

Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah

dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga tidak dapat dipisahkan mengingat

pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

c. Customization

Jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan,

sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan.

Menurut Kotler (2007:142) menyebutkan bahwa pada umumnya terdapat empat

karakteristik jasa yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Intangibility

Jasa tidak berwujud. Biasanya jasa dirasakan secara subjektif dan ketika jasa

dideskripsikan oleh pelanggan, ekspresi seperti pengalaman, kepercayaan,

perasaan, dan keamanan adalah tolok ukur yang dipakai. Inti dari suatu jasa

adalah ketidakberwujudan dari fenomena itu sendiri. Oleh karena tingginya

(40)

Jasa bukan benda tetapi merupakan suatu seri aktivitas atau proses dimana

produksi dan konsumsi dilakukan secara simultan. Dengan demikian, pada

suatu tingkatan sangat sulit untuk mengontrol kualitas dan melakukan

pemasaran dengan cara tradisional. Tidak ada pra produksi untuk mengontrol

kualitas lebih awal atau sebelum dijual dan dikonsumsi. Akan tetapi, tentu

saja situasi ini dapat berbeda tergantung kepada jasa apa yang kita lihat.

Misalnya jasa seorang dokter hampir semuanya diproduksi pada saat

pelanggan atau pasien hadir dan menerima jasa tersebut, yaitu pada saat

mengkonsumsi jasa tersebut.

3. Perishability

Jasa tidak memungkinkan untuk disimpan seperti barang. Jika sebuah pesawat

terbang tinggal landas dengan hanya separuh kapasitas tempat duduknya,

tempat duduk yang kosong tidak dapat dijual pada hari berikutnya dan

kapasitas sisa tempat duduk tersebut hilang.Walaupun jasa tidak dapat

disimpan tetapi pelanggan dapat diusahakan untuk disimpan. Sebagai contoh,

pada saat rumah makan yang sudah penuh ada kemungkinan mengusahakan

pelanggan untuk menunggu di bar sampai meja kosong.

4. Variability

Karena proses produksi dan proses penyampaian dilakukan oleh manusia

maka manusia mempunyai sifat yang tidak konsisten sehingga penyampaian

(41)

dengan pemakai berikutnya karena terjadi masalah pengertian dalam instruksi

pada layar oleh pelanggan berikutnya.

2.2.2 Klasifikasi Jasa

Jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan skala tangible-dominant to intangible- dominant. Tawaran jasa dapat berupa bagian kecil atau bagian utama dari tawaran total. Klasifikasi jasa menurut Kotler (2009:147) diantaranya adalah:

1. Pure Tangible Goods

Tawaran hanya terdiri dari barang berwujud seperti sabun, pasta gigi, atau

garam. Tidak ada jasa yang menyertai produk itu.

2. Tangible Goods With Accompanying Services

Tawaran terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau beberapa

layanan seperti mobil atau komputer yang menawarkan barang berupa produk

fisik disertai dengan service-nya.

3. Hybrid

Tawaran terdiri dari barang dan jasa yang mempunyai proporsi sama.

Misalnya, seseorang mengunjungi restoran untuk mendapat makanan dan

(42)

Produk utama adalah jasa dengan melibatkan sedikit produk lain berupa jasa,

misalnya penumpang kereta api membeli jasa transportasi darat dengan

fasilitas makan dan minum yang diberikan secara cuma-cuma.

5. Pure service

Tawaran hanya terdiri dari jasa, misalnya babby sitter, psikoterapi, pemijatan, dan jasa konsultasi.

Menurut Assael (dalam Arif, 2007:36) mengklasifikasikan jasa sebagai berikut:

1. Product-Related Services

Jasa berperan sebagai pendukung terhadap produk, misalnya jaminan, garansi,

perbaikan, dan perawatan. Contoh: apabila membeli sebuah mobil biasanya

diberikan jaminan mesin, garansi suku cadang, ataupun perawatan gratis.

2. Equipment-Based Service

Jasa itu sendiri lebih ditonjolkan, sedangkan produk sebagai pendukungnya,

dan penyedia jasa bergantung pada keyakinan konsumen bahwa penyedia jasa

mempunyai peralatan terbaik untuk mengeksekusi jasa yang ditawarkan.

Sebagai contoh, taksi, maskapai penerbangan, dan dry cleaning

3. People-based service

Jasa lebih tergantung pada orang daripada peralatan dalam penyampaian jasa

(43)

jasa adalah pembagian jasa berdasarkan penawaran jasa yang dapat berupa bagian

kecil atau bagian utama dari tawaran total. Klasifikasi jasa ini dibuat berdasarkan

jenis dan kebutuhan yang diharapkan oleh pelanggan.

2.3 Layanan Pelanggan (Customer Service)

Layanan pelanggan pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai outcome dari

kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen

untuk mencapai kepuasan. Layanan pelanggan meliputi aktivitas untuk

memberikan kegunaan waktu dan tempat (time and place utilities) termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi dan pascatransaksi. Kegiatan sebelum

transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi. Oleh

karena itu, kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen

memberikan respon yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.

Pelanggan semakin menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Banyak

perusahaan jasa besar telah terjaga dari kebutuhan untuk memperbaiki layanan

pelanggan guna bersaing dalam lingkungan jasa yang sangat kompetitif .

Beberapa alasan pentingnya layanan pelanggan menurut Arif (2007:43) adalah:

a) Harapan Pelanggan Berubah

Hampir disetiap pasar, pelanggan lebih menuntut dan lebih piawai daripada

(44)

Seiring berubahnya harapan pelanggan, para pesaing memandang bahwa

layanan pelanggan sebagai senjata kompetitif yang dipakai untuk

mendiferensiasikan penjualan mereka.

c) Kebutuhan Akan Strategi Hubungan

Untuk memastikan bahwa strategi layanan pelanggan yang dapat menciptakan

proporsi nilai bagi pelanggan diformulasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan

perlu memberi peran sentral pada layanan pelanggan bukan sekedar bagian

dari berbagai unsur bauran pemasaran.

Banyak perusahaan seringkali memiliki pandangan yang berbeda tentang layanan

pelanggan. Beberapa definisi tentang layanan pelanggan dalam Payne (2007:45)

diantaranya sebagai berikut:

a. Layanan pelanggan adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk menerima,

memproses, menyampaikan, dan memenuhi permintaan pelanggan dan

memperbaiki aktivitas apapun yang salah.

b. Layanan pelanggan adalah ketepatan waktu dan reliabilitas dalam

menyampaikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan harapan

pelanggan.

c. Layanan pelanggan adalah aktivitas yang kompleks meliputi semua area bisnis

yang memadukan penyampaian produk dan jasa dalam suatu gaya yang

(45)

dengan pelanggan, seluruh pemfakturan, dan seluruh kontrol terhadap

kesalahan.

e. Layanan pelanggan adalah ketepatan dan keakuratan penyampaian produk dan

jasa yang dipesan oleh pelanggan.

Menurut Payne (2007:52) tentang layanan pelanggan lebih luas dari

definisi-definisi di atas dan berkaitan dengan membangun ikatan dengan pelanggan dan

kelompok lainnya untuk memastikan hubungan jangka panjang dari keuntungan

bersama yang memperkuat elemen-elemen marketing mix lainnya.

Elemen marketing mix jasa terdiri atas 7 (tujuh) hal sebagai berikut:

1. Product, jasa seperti apa yang ingin ditawarkan. 2. Price, bagaimana strategi penentuan harga.

3. Promotion, bagaimana promosi yang harus dilakukan.

4. Place, bagaimana sistem pengantaran (delivery system) yang akan diterapkan.

5. People, tipe kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa.

6. Process, bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut.

(46)

pengembangannya antara lain:

1. Konsistensi

Berhubungan dengan keserasian/ kecocokan secara logis dan penggunaannya

antara elemen lainnya dalam marketing mix.

2. Integrasi

Hubungan yang harmonis antara elemen-elemen tersebut.

3. Leverage

Berhubungan dengan pengoptimalan kinerja setiap elemen secara lebih

profesional sehingga lebih mendukung marketing mix untuk mendapatkan daya saing.

2.4. Kualitas Pelayanan

Upaya untuk melakukan pemuasan kebutuhan konsumen dapat dilakukan dengan

menonjolkan unsur-unsur bauran jasa sebagai faktor penentu kualitas pelayanan

untuk memberikan kemudahan pada konsumen. Unsur-unsur bauran jasa yang

dapat ditampakkan sebagai pelayanan antara lain:

a. Peralatan Pendukung Operasional

Yaitu segala jenis peralatan untuk mendukung segala keperluan untuk

bermain futsal biasanya berupa jam digital, untuk menghitung lamanya waktu

(47)

yaitu jenis pelayanan yang terintegrasi untuk seluruh keperluan jasa yang

ditunjukkan untuk memberikan kemudahan, ketepatan, keakuratan, dan

pelayanan pendukung lain.

c. Pegawai

yaitu keandalan petugas baik yang berinteraksi secara langsung dengan

mahasiswa maupun karyawan yang menangani back office.

Sebuah perusahaan harus menjaga kualitas pelayanan yang diberikan agar selalu

berada diatas pesaing dan lebih hebat dari yang dibayangkan oleh konsumen.

Apabila kualitas pelayanan yang diterima oleh konsumen lebih baik atau sama

dengan apa yang dibayangkan, maka konsumen cenderung akan mencobanya

kembali. Akan tetapi, bila perceived services lebih rendah dari expected services,

maka konsumen akan kecewa dan akan menghentikan hubungan dengan

perusahaan yang bersangkutan.

Parasuraman central. (1988) dalam Muhtosim (2007:42) telah mengembangkan

pengukuran untuk kualitas pelayanan yang disebut SERVQUAL dimana

pengukuran ini sesuai untuk dimensi jasa secara menyeluruh. Para peneliti

mengembangkan 10 dimensi umum dari kualitas pelayanan, diantaranya

tangibles, reliability, responsiveness, competence, courtesy, credibility, security, access, communication, dan understanding. SERVQUAL kemudian direvisi berdasarkan hasil penelitian empiris pada lima perusahan jasa. Mereka

(48)

responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles.

1. Reliabillity

Reliability adalah kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan.

2. Responsiveness

Responsiveness adalah keinginan untuk membantu pelanggan memberikan pelayanan yang tepat (Zeithaml dan Bitner, 2006:86). Dimensi ini

menekankan perhatian dan ketepatan saat berurusan dengan permintaan,

pertanyaan, komplain, dan masalah yang diajukan pelanggan. Responsiveness

dikomunikasikan kepada pelanggan dengan waktu tunggu yang mereka

habiskan untuk mendapatkan bantuan, mendapat jawaban atas pertanyaan,

atau perhatian pada masalah. Responsiveness berarti fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan pelayanan terhadap kebutuhan pelanggan.

3. Assurance

Assurance (kepastian) adalah berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

dikemukakan kepada konsumen. Menurut Bitner dan Zeithaml (2006:87)

assurance berarti pengetahuan dan rasa hormat karyawan serta kemampuan mereka untuk membangkitkan kepercayan dan keyakinan. Dalam tahap awal

(49)

dilihat seperti gelar, kehormatan, penghargaan, dan sertifikasi khusus

perusahaan yang dapat memberikan keyakinan pelanggan

4. Empathy

Empathy adalah kepedulian, perhatian individu yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya (Zeithaml dan Bitner, 2006:89). Empati berarti bukti

kepedulian, perhatian individu terhadap pelanggan. Inti dari empathy adalah menyampaikan, melalui pelayanan personal atau biasa, bahwa pelanggan unik

dan istimewa. Pelanggan ingin dimengerti oleh perusahaan dan penting bagi

perusahaan untuk melayani pelanggannya. Pegawai pada perusahaan kecil

seringkali mengenal nama pelanggannya dan membangun hubungan yang

mencerminkan pengetahuan tentang keperluan dan preferensi pelanggan.

Dalam bersaing dengan perusahaan besar, kemampuan dalam berempati

terhadap pelanggan menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan kecil.

5. Tangibles

Tangibles adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan/ perlengkapan, dan berbagai materi untuk berkomunikasi. Semua ini memberikan gambaran fisik

atau kesan dari pelayanan yang akan digunakan oleh pelanggan, khususnya

(50)

Menurut Swan at al (1980), dalam buku Tjiptono (2005), kepuasan pelanggan

adalah evaluasi sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk

atatu jasa relaif bagus atau jelek, atau apakah produk atau jasa cocok atau tidak

cocok dengan tujuan pemakaian. Kata kepuasan (satisfaction sendiri berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau

membuat). Kepuasan dapat diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau

“membuat sesuatu memadai”.

Menurut Kotler (2008:177) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang

dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di

bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan

puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.

Sedangkan menurut Irawan (2002) kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi

dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa. Pelanggan

akan merasa puas apabila memperoleh nilai atau manfaat dari suatu produk atau

jasa.

Pada dasarnya kepuasan merupakan tingkat perasaan pelanggan setelah

membandingkan antara kinerja layanan yang diterimanya dengan kinerja layanan

yang diharapkannya. Ini berarti bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari

perbedaan antara harapan dengan kinerja layanan. Apabila kinerja layanan

(51)

melebihi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas. Patut diingat pula bahwa

pelayanan yang memuaskan merupakan bagian masa depan perusahaan (Budiono.

1996. dalam Kaihatu. 2008).

Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat,

diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi mulut ke mulut (word of mouth)

yang menguntungkan bagi perusahaan menurut (Tjiptono, 1994 dalam Guntur, E.

M. 2010). Umumnya faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan meliputi

kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau, rekomendasi dari mulut ke mulut,

dan iklan (Zeithaml et al. 1993 dalam Tjiptono, 2005) melakukan penelitian

khusus dalam sektor jasa dan mengemukakan bahwa harapan pelanggan terhadap

kualitas suatu jasa terbentuk oleh beberapa faktor berikut :

1) Enduring Service Intensifiers

Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan

untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini meliputi harapan

yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang tentang jasa.

Seorang siswa akan akan berharap patut mendapatkan pelayanan pendidikan

yang baik apabila siswa lainnya dilayani dengan baik oleh pihak sekolah.

Selain itu, filosofi individu (misalnya seorang siswa sekolah) tentang

bagaimana memberikan pelayanan yang benar akan menentukan harapannya

(52)

Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga

sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik,

sosial, dan psikologis.

3) Transitory service intensifiers

Faktor ini merupakan faktor individual yang besifat sementara (jangka

pendek) yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap jasa. Faktor ini

meliputi:

a. Situasi darurat pada saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan

ingin perusahaan bisa membantunya (misalnya jasa pendidikan SMK

pada saat siswa belum mampu membayar spp).

b. Jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuannya

untukmenentukan baik-buruknya jasa berikutnya.

4) Perceived Service Alternatives

Perceived Service Alternatives Merupakan persepsi pelanggan terhadap

tingkat atau derajat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen

memiliki beberapa alternatif, maka harapannya terhadap suatu jasa cenderung

akan semakin besar.

5) Self-Perceived Service Roles

Faktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat

keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Jika konsumen

terlibat dalam proses pemberian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak

(53)

mempengaruhi tingkat jasa/pelayanan yang bersedia diterimanya.

6) Situational Factors

Faktor situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi

kinerja jasa, yang berada diluar kendali penyedia jasa. Misalnya pada waktu

batas akhir pembayaran spp, siswa akan antri untuk membayar spp karena

banyaknya siswa yang terlambat membayar spp dan ini akan menyebabkan

seorang siswa akan relatif lama menunggu. Untuk sementara waktu, siswa

tersebut akan menurunkan tingkat pelayanan minimal yang bersedia

diterimanya karena keadaan itu bukanlah kesalahan pihak sekolah.

7) Explicit Service Promises

Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal maupun non personal)

olehorganisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Janji ini bisa berupa iklan,

personal selling, perjanjian, atau komunikasi dengan karyawan organisasi

tersebut.

8) Implicit Service Promises

Faktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang

memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang

seharusnya dan yang akan diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran

jasa ini meliputi biaya untuk memperolehnya (harga) dan alat-alat pendukung

jasanya. Pelangan biasanya menghubungkan harga dan peralatan (tangible

(54)

diberipendingin ruangan dan dispenser air minum.

9) Word Of Mouth (Rekomendasi / Saran dari Orang lain)

Word Of Mouth merupakan pernyataan (secara personal atau non personal)

yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi (service provider) kepada

pelanggan. Word Of Mouth ini biasanya cepat diterimaoleh pelanggan karena

yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayainya, seperti para

ahli, teman, keluarga, dan publikasi media massa. Disamping itu Word Of

Mouth juga cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya

sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya

sendiri.

10)Past Experience

Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui

pelanggan dari yang pernah diterimanya dimasa lalu. Apabila harapan

pelanggan lebih besar daripada yang mereka dapatkan, makaakan timbul rasa

tidak puas terhadap perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan

menetapkan harapan pelanggan yang terlalu rendah, akan banyak orang yang

tidak membeli produknya, meskipun semua pelanggannya puas. Oleh karena

itu, sangat penting bagi perusahaan untuk membentuk harapan pelanggan yang

(55)

perusahaan mempunyai ciri-ciri (Indikator) sebagai berikut :

1. Menjadi lebih setia.

2. Membeli lebih banyak jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan

menyempurnakan produk yang ada.

3. Memberikan komentar yang menguntungkan tentang perusahaan dan

produknya.

4. Kurang memberikan perhatian pada merek dan iklan pesaing,

5. Kurang sensitif terhadap harga.

Sedangkan menurut Engel, et al yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2007:86) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana

alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil

yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.

Kotler (2009:38) merumuskan bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam

melacak dan mengukur kepuasan konsumen, antara lain :

a. Sistem Keluhan dan Saran

Sistem ini memberikan kemudahan bagi perusahaan di dalam memecahkan

masalah, juga menyediakan banyak gagasan yang baik untuk perusahaan dan

memungkinkan perusahaan bertindak lebih cepat untuk memperbaiki dan

(56)

Perusahaan yang hanya menggunakan system ini sebagai ukura kepuasan

konsumen belum dapat memberikan gambaran tentang kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen. Tetapi perusahaan yang responsive akan hal itu

akan melaksanakan pengukuran pada kepuasan konsumen dengan melakukan

survey biasa seperti mengirimkan daftar pertanyaan sebagai sampel acak

untuk mencari tahu apakah mereka puas dengan berbagai aspek kinerja

perusahaan serta meminta pendapat konsumen tenteng kinerja pesaing

mereka.

c. Ghost Shopping

Dalam hal ini, perusahaan menpekerjakan seseorang untuk berperan atau

bersikap sebagai pembeli potensial, dengan tujuan agar menemukan kekuatan

dan kelemahan produk perusahaannya maupun produk perusahaan pesaing.

Para pembelanja siluman ini bahkan dapat menyampaikan masalah tertentu

untuk menguji apakah staff penjualan perusahaan menangani situasi tersebut

dengan baik.

d. Lost Customer Analysis

Perusahaan menghubungi konsumen yang telah berhenti membeli produk

perusahaan untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Hal ini dilakukan

agar perusahaan dapat mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka

(57)

yang dirasakan oleh konsumen di dalam menikmati barang ataupun jasa

dikarenakan apa yang customer ekspektasi terhadap suatu barang atau jasa

tersebut melebihi ekspektasinya. Dalam bidang dan pelitian ini kepuasan

konsumen dapat berarti perasaan yang dirasakan pelanggan setelah pelanggan

mendapatkan pelayanan dan produk/barang yang berkualitas sehingga pelanggan

merasa puas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:61) faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan berhubungan dengn tingkah laku konsumen yaitu faktor budaya, faktor

social, faktor pribadi dan faktor psikologi.

1. Faktor Kebudayaan

Factor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap

perilaku pelanggan. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu

budaya, sub-budaya dan kelas social. Budaya merupakan penentu keinginan

dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan

orang. Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras dan daerah

geografi. Sedangkan kelas social adalah sebuah kelompok yang relative

homogeny mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat

dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh suatu factor

melainkan diukur sebagau kombinasi dari pekerjaan , pendapatan, dan

(58)

Faktor social terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang

yang berpengaruh dalam kelompok biasanya orang yang mempunyai

karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya

menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.

3. Faktor Pribadi

Factor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan

dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya.

Factor pribadi pelanggan dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian.

4. Faktor Psikologi

Faktor psikologi yang berperan terhadap kepuasan yaitu motivasi, persepsi,

(59)

Menurut Irawan (2007:40), faktor-faktor pendorong kepuasan konsumen terbagi

atas lima bagian :

1. Kualitas produk

Konsumen akan merasa puas setelah membeli atau menggunakan produ yang

telah dibelinya ternyata kualitas produk itu sangat baik.

2. Harga

Untuk konsumen yang sensitive, biasanya harga yang murah adaah sumber

kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang

tinggi, komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak

sensitive terhadap harga.

3. Service quality

Kualitas layanan sangat bergantung pada tiga hal, yaitu system,teknologi, dan

manusia. Faktor manusia ini memegang kontribusi sekitasr 70%. Maka sari itu

kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru. Pembentukan

attitude dan perilaku yang seiring dengan keinginan perusahaan menciptakan.

Pembenahan harus dilakukan mulai dari proses rekruitmen, training, budaya

kerja.

4. Emotional factor

Factor ini relative penting karena konsumen timbul pada saat ia sedang

mengkonsumsi produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk

(60)

tinggi sebaik pelayanan yang diberikan.

5. Kemudahan

Konsumen akan merasa semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga

nyaman.

2.6 Hubungan Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan

Kualitas layanan yang diharapkan konsumen dibentuk berdasarkan pengalaman di

masa lalu pembicaraan dari mulut dan ke mulut, dan iklan dari perusahaan jasa.

Setelah menerima itu, pelanggan kemudian membandingkan jasa yang dialami

dan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dirasakan kurang dari harapan, maka

besar kemungkinan untuk tidak menggunakan jasa itu kembali. Sedangkan jika

merasa puas dengan jasa yang dirasakan, maka besar kemungkinan untuk

menggunakan jasa itu kembali.

“Kualitas mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.(Tjiptono, 2007:54)

Kualitas layanan sangat dibutuhkaan terutama di industri jasa mengingat

konsumennya memiliki keinginan untuk selalu dipenuhi dan dipuaskan.

Konsumen selalu mengharapkan pelayanan yang maksimal dari penyedia jasa,

dalam hal ini konsumen ingin diperlakukan profesional serta memperoleh sesuatu

yang mereka harapkan. Tantangan yang dihadapi industri jasa saat ini adalah

bagaimana memadukan kualitas pelayanan prima dengan apa yang diharapkan

(61)

pelanggan akan merasa nyaman dan dihargai.

Hasil dari penelitian ini adalah: variabel bukti fisik

(tangible) terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Precious Studio Semarang. Variabel keandalan (reliability)

terbukti mempunyai pengaruh positif paling besar dari diantara variabel lainnya dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Precious Studio Semarang. Variabel daya tanggap (responsiveness) terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Precious Studio Semarang. Variabel jaminan (assurance) terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Precious Studio Semarang. Variabel empati (emphaty) terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Precious Studio Semarang

Hasil pengujian hipotesis penelitian dapat diketahui bahwa nilai t hitung Pengaruh antara Kepercayaan terhadap Kepuasan Konsumen sebesar 1.384 <t tabel 1,658 dan angka signifikasi 0,169 > 0,05 maka hipotesis 1 (H1) tidak terbukti.Nilai t hitung pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Konsumen sebesar 5,671 > 1,658 dan angka signifikasi 0,000 < 0,05 maka hipotesis 2 (H2) terbukti. Nilai t hitung pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Kepuasan Pelanggan sebesar 3.790 > 1.658 dengan angka siqnifikansi 0,000< 0,05 maka hipotesis 3 terbukti. .

3 Anna kualitas pelayanan yang diberikan PT. Telkomsel Jakarta dan 62% memiliki loyalitas tinggi terhadap PT. Telkomsel Jakarta.

 Koofesien korelasi sebesar 0,797 yang berarti hubungan x dan y tinggi. Koofesien determinasi R2 sebesar 63,52% yang berarti loyalitas pelanggan sebesar 63,52 % dipengaruhi oleh kualitas layanan, sedangkan 36,48% dip[engaruhi oleh faktor lain.

(62)

sebesar = 2,012. Jadi t0>tabel sehingga terdapat korelasi positif signifikan antara kualitas pelayanan dan loyalitas pelanggan PT. Telkomsel Jakarta.

The Impact Of Service Quality On Customer Loyalty: A Study Of Banks In Penang, Malaysia

 Hasil penelitian menunjukkan Adapun saluran yang digunakan untuk melakukan transaksi perbankan, cabang perbankan tertinggi dengan 215 (90,3%) diikuti oleh 199 ATM (83,6%), Internet banking 87

(36,6%) dan

phone banking 23 (9,7%).

 Rincian diringkas dalam Tabel 2. Keandalan dari tindakan dinilai menggunakan antar-item konsistensi ukuran alpha Cronbach. itu alpha untuk semua variabel independen dan variabel dependen berkisar 0,984-0,932 dan melampaui nilai minimum yang dapat diterima dari 0,7 (Nunnally, 1978).

 Oleh karena itu, tidak ada item yang dihapus. Variabel dengan tinggi Standar deviasi adalah Assurance (1,55) diikuti oleh kepuasan pelanggan, empati, tangibles, reliability, dan akhirnya, responsiveness (1,12). Perbedaan angka deviasi standar untuk semua variabel kecil yang menandakan bahwa responden konsisten dalam evaluasi mereka

 Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelayanan positif dan signifikan mempengaruhi loyalitas pelanggan; Implementasi Customer Relationship Management (CRM) dimediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan.

 Hasil analisis data dengan GSCA dalam penelitian ini menunjukkan nilai FIT diperoleh dari model ini adalah 0.578, dan skor Afit (FIT Disesuaikan) adalah 0,569. Rata-FIT dari studi yang menunjukkan nilai> 0,50 variabel dimaksudkan Service Quality, implementasi CRM, dan Loyalitas Pelanggan dapat dijelaskan oleh model dari 57,8%, dan sisanya 42,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan

penggambaran atau pemaparan tentang variabel-variabel yang diteliti yang

selanjutnya mencoba untuk menarik kesimpulan.

3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:61). Populasi

dalam penelitian ini adalah pengunjung/pengguna jasa sewa lapangan Dome

Futsal di Bandar Lampung

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

Sugiyono (2008:62). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

Gambar

Tabel 1.1 Data Pengunjung Dome Futsal, Viva, Lampung Futsal, dan Twins       Tahun 2010-2014 (Per- Semester)
Gambar 1.1 Kurva Persaingan Bisnis Jasa Lapangan Futsal Tahun 2010-2014
Tabel 1.3 Data Jumlah Pemesanan Lapangan Dome Futsal Tahun 2010-2014
Gambar 1.2 Kurva Jumlah Pemesanan Dome Futsal Tahun 2007-2014
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

Kitaip tariant, toji Hegelio ieškota „pradžia“ čia yra įgyvendinama būtent kaip tokios pradžios negalimybė, o pati pradžios pradžia šiuo atveju gali būti suvokta tik

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsentrasi substrat bagas tebu dan lama inkubasi terhadap aktivitas enzim xilanase yang diproduksi oleh

Hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapat Pengaruh Pengalaman Praktik Industri, Kemandirian Belajar dan Informasi Dunia Kerja secara bersama- sama terhadap Kesiapan Kerja

Dari hasil penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman terhadap kandungan glukosa dan kualitas tepung garut (Maranta arundinacea L) dapat di ambil simpulan

Hasil dari uji F tersaji dalam tabel IV.6 menyebutkan bahwa nilai F hitung memiliki nilai sebesar 31,758 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, dikarenakan nilai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya.. Pembimbing

Menurut Walgito (dalam Utami dan Purwaningtyatuti), kohesivitas kelompok merupakan dimensi fundamental dari struktur kelompok dan secara meyakinkan berpengaruh pada perilaku