• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA

BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN

SIMULASI KOMPUTER

Oleh

NIKMATUL KHOIRIYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Nikmatul Khoiriyah

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) FISIKA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER

Oleh

NIKMATUL KHOIRIYAH

Keberadaan LKS IPA di SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur sebagai salah satu sumber belajar selain buku teks masih berisi ringkasan materi dan kumpulan soal-soal sehingga belum mampu membantu siswa memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung. LKS yang dibutuhkan siswa adalah mampu memandu siswa dalam

melaksanakan kegiatan guna memperoleh pengalaman pembelajaran secara langsung. Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan penelitian pengembangan ini adalah mewujudkan bentuk LKS berbasis penemuan terbimbing, mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS, dan mengetahui tanggapan siswa terhadap LKS tersebut.

(3)

Nikmatul Khoiriyah terbimbing yang digunakan siswa sebagai panduan praktikum virtual hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff menggunakan program simulasi PhET, LKS dinyatakan efektif sebagai petunjuk praktikum karena 84,2 % siswa peserta uji kelompok kecil tuntas. Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa adalah 87 dengan simpangan baku sebesar 11. Kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum berdasarkan penilaian kinerja adalah sangat baik dengan persentase sebesar 93,02 %. Hal ini didukung pula oleh sikap siswa selama pembelajaran berlangsung yang sangat positif dengan persentase sebesar 82,83 %. Sedangkan, tanggapan siswa terhadap LKS hasil pengembangan ditentukan menggunakan angket kemenarikan dan kemudahan. Kemenarikan LKS memperoleh skor 3,17 dan kemudahan LKS memperoleh skor 3,05. Kesimpulannya LKS hasil pengembangan dinyatakan menarik dan mudah digunakan oleh siswa sebagai petunjuk praktikum.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI. ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kerangka Teoritis 1. Definisi Belajar ... 7

2. Lembar kerja Siswa ... 8

3. Pembelajaran Penemuan Terbimbing... 12

4. Pengertian Simulasi ... 17

5. Hasil Belajar ... 18

B.Kerangka Pemikiran.. ... 19

III. METODE PENELITIAN A.Setting Pengembangan ... 21

B.Prosedur Pengembangan ... 22

1. Identifikasi Kebutuhan ... 23

2. Perumusan Desain Pengembangan ... 23

3. Perumusan Alat Ukur Keberhasilan ... 25

4. Pengembangan Produk ... 26

5. Uji Coba Produk ... 27

(8)

C.Metode Pengumpulan Data ... 31

D.Teknik Analisis Data ... 33

IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan. ... 36

1. Tahap I. Identifikasi Kebutuhan. ... 36

2. Tahap II. Perumusan Desain Pengembangan ... 38

3. Tahap III. Perumusan Alat Ukur Keberhasilan ... 41

4. Tahap IV. Pengembangan Produk ... 41

5. Tahap V. Uji Coba produk ... 42

6. Tahap VI. Revisi Produk dan Produk Siap. ... 49

B. Pembahasan ... 50

1. Efektivitas LKS Fisika Berbasis Penemuan Terbimbing Berbantuan Simulasi Komputer. ... 50

2. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan. ... 53

3. Kelebihan dan Kelemahan Produk Hasil Pengembangan. ... 54

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 55

B. Saran. ... 56 DAFTAR PUSTAKA

(9)

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilaksanakan secara terpadu. Fisika, kimia, dan biologi dikemas dalam satu buku dan dibelajarkan oleh satu guru. Hal ini menjadi tanggung jawab besar bagi guru karena beberapa guru IPA yang bukan bidang studi fisika mengaku kesulitan untuk membelajarkan konsep-konsep fisika kepada siswa. Selain itu, beberapa guru IPA di sekolah masih menggunakan pembelajaran konvensional yang

manjadikan guru sebagai pusat pengetahuan (teacher centered). Siswa dibatasi untuk mengungkapkan ide-ide sehingga siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Buku teks IPA di perpustakaan sekolah masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh siswa karena siswa terbiasa menerima

konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Siswa lebih banyak memiliki Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harganya lebih terjangkau daripada buku teks.

(10)

Rumah (PR) atau untuk mengisi jam-jam kosong apabila guru yang bersangkutan tidak berada di kelas. Pembelajaran fisika seharusnya lebih banyak dilakukan dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Faktanya siswa-siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan soal-soal dan menghafal konsep-konsep. Mereka cenderung cepat lupa apabila diberikan konsep-konsep yang baru. Siswa SMP diarahkan untuk mengungkapkan semua ide-ide untuk menemukan (discovery) konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga hasil penemuan mereka akan lebih lama diingat.

(11)

Sebagaimana alasan tersebut diperoleh judul penelitian dan pengembangan ini

adalah “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Penemuan

Terbimbing Berbantuan Simulasi Komputer.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk LKS berbasis penemuan terbimbing yang digunakan untuk memandu praktikum virtual menggunakan program simulasi komputer?

2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS yang dikembangkan tersebut?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan tersebut.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mewujudkan bentuk LKS berbasis penemuan terbimbing yang digunakan untuk memandu praktikum berbantuan simulasi komputer sesuai yang dibutuhkan.

(12)

3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pengembangan ini adalah: 1. Bagi siswa,

a. Mendapat pengalaman baru untuk praktikum menggunakan program simulasi komputer khususnya percobaan hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff.

b. Memberikan kepuasan dan keingintahuan lebih tinggi terhadap materi pembelajaran setelah belajar menggunakan LKS berbasis penemuan terbimbing

c. Panduan praktikum dapat digunakan oleh siswa untuk materi lain apabila menggunakan program simulasi yang sama.

2. Bagi guru,

a. Memberikan motivasi bagi guru untuk belajar menggunakan program simulasi atau media berbasis TIK lain untuk menunjang pembelajaran IPA khususnya fisika.

b. Memberikan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing untuk diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya c. Memberikan contoh untuk membuat petunjuk praktikum sendiri atau

(13)

3. Bagi pengembang,

a. Menambah pengetahuan mengenai model-model pembelajaran agar dapat diterapkan pada pembelajaran di kemudian hari

b. Menambah wawasan mengenai praktikum menggunakan program simulasi atau media berbasis TIK lain untuk menunjang proses pembelajaran

c. Memberikan kesempatan bagi pengembang untuk mengembangkan bahan ajar lain agar dapat digunakan oleh siswa dikemudian hari.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi meluasnya cakupan penelitian, ruang lingkup pengembangan ini adalah:

1. Pengembangan LKS yang dimaksud adalah mewujudkan LKS fisika berbasis penemuan terbimbing sebagai panduan siswa melaksanakan praktikum virtual menggunakan program simulasi komputer.

2. Program simulasi yang akan digunakan yaitu program Phet’s Simulations yang dibuat oleh University Of Colorado At Boulder

3. Percobaan virtual yang disajikan dalam LKS adalah hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff.

(14)

penyusunan data, pengolahan dan analisis data, verifikasi dan temuan, evaluasi.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Definisi Belajar

Menurut Daryanto (2010:2):

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Secara psikologis, Slameto (2010:2) menyatakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku pada dirinya untuk menjadi lebih baik sebagai kebutuhan hidupnya.

(16)

Hamalik (2011:27) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Hasil perubahan tingkah laku tersebut tidak hanya melibatkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor seseorang. Perubahan terjadi bukan hanya pada pengetahuannya, tetapi juga perubahan sikap dan ketrampilannya. Hal ini juga dingkapkan oleh Djamarah (2008:13)

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Sadiman, dkk, (2008:5):

proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi baik secara langsung (diajar guru/instruktur) atau tidak langsung, artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Dalam hal ini, terlihat kegunaan media yang membantu proses pembelajaran.

Pendapat tersebut menyatakan bahwa belajar dapat dilakukan secara individu maupun dengan bantuan guru. Apabila seseorang belajar secara individu, tentunya membutuhkan alat bantu pembelajaran yang biasanya disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran sangat berguna membantu individu untuk belajar.

2. Lembar Kerja Siswa

Menurut Trianto (2010:11) bahwa :

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan

(17)

maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Lembar kerja Siswa (LKS) disusun oleh guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. LKS didesain sebagai panduan siswa untuk menyelesaikan masalah yang disediakan oleh guru. LKS juga dapat digunakan sebagai petunjuk melakukan kegiatan percobaan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dikembangkan adalah LKS sebagai panduan praktikum virtual. LKS ini menuntun siswa melakukan kegiatan penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep fisika yang ditentukan. LKS berbasis penemuan (discovery) ini berbeda dengan LKS inkuiri, LKS ekspositori, LKS berbasis masalah. Secara umum, perbedaan ini

diungkapkan oleh Trisnawati (2012:1), LKS eksperimen dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk yaitu:

a. LKS ekspositori :

Karakter yang dimiliki LKS ekspositori adalah:

1)Hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya sehingga siswa dan guru tahu hasil akhir yang diharapkan,

2)Pendekatannya deduktif, yaitu siswaa menerapkan prinsip umum untuk memahami fenomena yang spesifik,

3)Prosedurnya telah dirancang oleh guru, siswa tinggal

melaksanakan percobaan dengan mengikuti prosedur tersebut b. LKS inkuiri

Karakter yang dimiliki LKS inkuiri adalah:

1)Hasil pengamatan belum ditetapkan sebelumnya sehingga hasil pengamatan oleh siswa dapat beragam,

2)Pendekatannya bersifat induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks khusus siswa mendapat prinsip umum, 3)Prosedur pada LKS dirancang dan dikembangkan sendiri oleh

siswa. c. LKS discovery

Karakter yang dimiliki oleh LKS discovery adalah:

(18)

2)Pendekatannya bersifat induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks khusus, siswa mendapat prinsip umum,

3)Prosedur telah dirancang oleh guru, siswa tinggal melaksanakan percobaan.

d. LKS berbasis masalah

Karakter yang dimiliki oleh LKS berbasis masalah adalah: 1)Hasil pengamatan sudah ditentukan sebelumnya, namun

hanya guru yang mengetahui dan siswa belum mengetahuinya,

2)Pendekatannya deduktif, yaitu menerapkan prinsip umum untuk memahami fenomena yang spesifik,

3)Prosedur dirancang sendiri oleh siswa.

Perbedaan terlihat dari masalah yang disajikan. Pada LKS discovery, masalah disajikan oleh guru dan hanya guru yang mengetahui jawabannya. Siswa dibimbing untuk menemukan jawaban masalah tersebut melalui tahapan-tahapan yang disediakan pada LKS.

LKS sekarang ini masih berisi materi dan latihan-latihan soal saja. Padahal LKS bisa dikemas sesuai kebutuhan guru dan siswa. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutedjo. Menurut Sutedjo (2008:40), berikut adalah pengemasan materi dalam bentuk LKS yang bisa dilakukan oleh guru:

a. LKS yang membantu siswa dalam menemukan konsep

b. LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

c. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan

e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum

(19)

praktikum mengacu kepada Meril Physical Science: Laboratory Manual (1995) dalam Sutedjo (2008:50-51). Isi petunjuk praktikum

diorganisasikan sebagai berikut: a. Pengantar

Berisi uraian singkat yang mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep-konsep IPA) yang dicakup dalam kegiatan/praktikum . Selanjutnya tuliskan informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan melalui praktikum.

b. Tujuan

Memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang

diungkapkan di pengantar atau berkaitan dengan unjuk kerja siswa. c. Alat dan bahan

Memuat alat dan bahan yang diperlukan. d. Prosedur/ langkah kegiatan

Merupakan instruksi untuk melakukan kegiatan selangkah demi selangkah . Bila anda anggapperlu, tampilkan sketsa gambar untuk mempermudah kerja siswa.

e. Data hasil pengamatan

Meliputi tabel-tabel data atau grafik kosong yang dapat diisi siswa untuk membantu siswa mengorganisasikan data. Selain itu berikan tempatagar siswa dapat menuliskan semuahasil pengamatan dengan indera yang sesuai.

f. Analisis

Bagian ini membimbing siswa untuk melakukan langkah-langkah analisis datasehingga kesimpulandapat diperoleh. Bagian ini dapat berupa pertanyaa atau isian yang jawabannya berupa perhitungan terhadap data. Bisa juga pada bagian ini anda meminta siswa untuk membuat grafik, untuk melihat hubungan sebab akibatantara dua hal seperti yang dirumuskan pada rumusan masalah.

g. Kesimpulan

Berisi pertanyaan-pertanyaan yang didesain sedemikian rupa

sehingga jawabannya berupa kesimpulan (menjawab permasalahan). Anda dapat pula memasukkan pertanyaan yang mengaitkan hasil praktikum dengan konsep-konsep IPA dan penerapannya.

h. Langkah selanjutnya

Merupakan kegiatan perluasan, proyek, atau telaah pustaka yang membantu siswa belajar lebih lanjut tentang materi pembelajaran yang dia pelajari melalui kegiatan praktikum ini serta penerapannya dalam bidang-bidang lain.

(20)

Lembar kerja siswa (LKS) berperan sebagai pendamping dari buku teks pelajaran. Dalam LKS tidak perlu terdapat rangkuman materi pelajaran karena materi pelajaran sudah ada di buku teks, soal-soal yang disajikan bukan merupakan soal pilihan ganda, tetapi soal-soal yang mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif.

Sebaiknya LKS tidak memuat materi pelajaran karena siswa dapat mempelajari materi pada buku teks. LKS yang digunakan siswa harus mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Soal-soal yang

diberikan pada LKS sebaiknya jangan tipe soal pilihan ganda karena soal tipe-tipe tersebut belum mampu membuat siswa berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, soal-soal yang ada pada LKS berbasis penemuan

terbimbing ini berbentuk essay.

3. Pembelajaran Penemuan Terbimbing (guided discovery learning)

Pada dasarnya manusia mempunyai sifat ingin tahu dan berusaha mencari untuk menemukan jawaban atas perasaan ingin tahu tersebut. Mereka akan merasa puas apabila sudah menemukan apa yang mereka inginkan. Seperti halnya siswa dalam belajar, apabila mereka diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru, hasil belajar yang mereka peroleh akan lebih lama diingat dan siswa akan merasa puas terhadap hasil belajar yang mereka capai. Bruner dalam Dahar (1996:103) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik.

(21)

layaknya ilmuwan. Menurut Markaban (2006: 9) mengatakan bahwa model penemuan murni kurang tepat karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada siswa SMP adalah penemuan terbimbing. Siswa dibimbing untuk melakukan kegiatan agar lebih terarah. Sebagaimana dinyatakan oleh Carin (1989: 93-94) mengenai model yang disarankan dalam pembelajaran sains adalah guided discovery,

Guided discovery, where teacher is active as a facilitator and students are active as well. This is combine of free discovery with exposition teaching methods. Guided discovery helps students acquire knowledge that is uniquely their own because they discovered it themselves. Guided discovery is not restricted to finding something entirely new to the world such as an invention (television) or theory (heliocentric view of the universe). It is a matter of internally rearranging data your students can go beyond the data to form concepts new to them. Guided discovery involves finding the meanings, organization, and structure of ideas.

Guided discovery, guru aktif sebagai fasilitator dan peserta didik juga aktif. Ini adalah menggabungkan penemuan bebas dengan metode pengajaran eksposisi. Guided discovery membantu siswa memperoleh pengetahuan yang unik mereka sendiri karena mereka menemukan sendiri. Guided discovery ini tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang sama

(22)

Pembelajaran melalui penemuan terbimbing tidak sebatas pada sesuatu hal yang baru, tetapi dapat juga menemukan sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru hasil pemikiran siswa sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Siswa diberikan kesempatan untuk

menuangkan semua ide-ide, mengemukakan pendapat secara bebas dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran penemuan harus benar-benar disiapkan terlebih dahulu agar tidak menyita waktu.

Sebagaimana Carin dalam Sukmana (2009:1) yaitu dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa. 2. Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan. 3. Menetapkan lembar pengamatan data yang akan digunakan

siswa.

4. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.

5. Menentukan apakah siswa akan bekerja secara individu atau kelompok.

6. Melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa untuk melihat apa yang dilibatkan, mengetahui kesulitan yang mungkin timbul dan memodifikasinya bila perlu

menyesuaikan dengan kelas.

Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan penemuan

terbimbing, guru menentukan materi yang akan dibahas, kemudian guru memilih metode yang sesuai untuk pembelajaran penemuan terbimbing ini. Metode yang sering digunakan yaitu eksperimen, diskusi, dan

(23)

dituangkan dalam Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) agar lebih terorganisir.

Beberapa saran untuk membantu kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dengan lancar menurut Carin antara lain:

1. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan.

2. Memeriksa bahwa semua siswa memahami prosedur yang harus dilakukan.

3. Menjelaskan cara bekerja yang aman.

4. Mengamati siswa selama mereka melakukan kegiatan. Berkeliling di sekitar ruangan sepanjang kegiatan berlangsung untuk

membantu, menjawab pertanyaan, mencegah masalah-masalah disiplin yang mungkin timbul, membimbing atau

mendemonstrasikan apa saja yang diperlukan.

5. Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan.

6. Melakukan diskusi untuk menyimpulkan tiap jenis kegiatan.

Pembelajaran penemuan terbimbing tidak lepas dari bimbingan dan pengawasan guru. Sebisa mungkin setiap kegiatan yang dilakukan siswa diamati agar siswa tidak merasa kebingungan.

Pembelajaran dengan penemuan terbimbing sangat dianjurkan. Hal ini sesuai pendapat Carin yang didasarkan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing lebih mengaktifkan siswa dalam memecahkan masalah, sehingga siswa belajar dari pengalaman langsung. Pembelajaran seperti ini dapat memberikan kepuasan bagi siswa untuk memenuhi ketertarikan mereka

terhadap dunia di sekitar mereka.

(24)

penemuan terbimbing mempunyai kemungkinan untuk meningkatan hasil yang diharapkan

c. Banyak siswa SLTP yang telah berusia 13 – 15 tahun, tetapi masih berada pada tahap operasional konkret (Dirjen Dikdas, 2001). Siswa yang berada pada taraf berpikir operasional konkrit hanya dapat belajar pengetahuan bernalar melalui diskusi

terbimbing berdasar pada pengalaman belajar langsung yang disediakan oleh guru.

d. Belajar secara berkelompok dianjurkan sebagai cara mengorganisasikan siswa selama pembelajaran penemuan

terbimbing. Hal ini dapat mengarahkan semua siswa berpartisipasi dalam proses konstruksi, bekerja sama, berbagi pendapat, dan saling belajar satu sama lain, dan

e. Penemuan terbimbing dapat diterapkan untuk mengajar siswa dengan latar belakang, gaya belajar, dan tingkat perkembangan yang beragam.

Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran penemuan terbimbing sangat dianjurkan untuk siswa tingkat dasar maupun tingkat lanjut untuk melatih penalaran siswa terhadap masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran penemuan terbimbing dapat diterapkan secara berkelompok untuk melatih kerja sama karena pembelajaran ini cocok diterapkan pada siswa pada latar belakang dan gaya belajar yang berbeda.

Beberapa kekurangan dalam mengajar menggunakan Guided Discovery menurut Sudirman,dkk (1991:171-172) adalah:

1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang bersifat teacher centered ke arah pembiasan belajar mandiri dan

berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.

(25)

3. Metode ini banyak memberikan kebebasan siswa yang tidak berati menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti

mengerjakan dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah. 4. Memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas memadai

yang tidak selalu mudah disediakan.

5. Dalam kondisi siswa banyak atau kelas besar dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

6. Pemecahan masalah mungkin saja apat bersifat mekanis, formalitas, dan membosankan. Apabila ini terjadi, maka

pemecahan masalah seperti ini tidak menjamin penemuan yang penuh arti.

Walaupun dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran khusunya pembelajaran sains tetapi terdapat beberapa kekurangan yang harus diwaspadai oleh guru. Kekurangan tersebut dapat diminimalisasi dengan membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik, mengatur waktu seefesien mungkin, dan memberikan masalah yang menantang siswa.

4. Pengertian Simulasi

Hamalik (2009:137) mengungkapkan bahwa:

Simulasi adalah mirip dengan latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya, melainkan seolah-olah dalam bayangan yang menggambarkan keadaan sebenarnya dalam arti terbatas, tidak meliputi semua aspek.

Simulasi menggambarkan keadaan obyek sebenarnya menggunakan tiruan

berupa gambar yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga

seolah-olah nyata.

(26)

mendeskripsikan cara-cara pembelajaran berbantuan komputer yang dapat dilakukan dalam bidang apapun, salah satunya yaitu model simulasi.

Simulasi merupakan model yang mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata. Sehingga dengan model simulasi ini peserta didik akan dihadapkan kepada situasi dunia nyata. Pada model simulasi, komputer memberikan petunjuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan pekerjaan yang kompleks dapat ditata hingga menyerupai dunia nyata.

Model simulasi dalam pembelajaran sangat berguna bagi siswa karena siswa tidak hanya membayangkan sesuatu yag abstrak tetapi dapat dilihat langsung menggunakan simulasi. Simulasi dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata. Simulasi digunakan dengan bantuan komputer yang dapat menggerakkan secara interaktif dan komunikatif.

Menurut Ikhwanul (2008: 1) :

Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan

sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak”.

Simulasi sengaja dibuat untuk mewakili proses nyata atau abstrak. Simulasi dapat berupa sebuah aksi atau perbuatan, seperti simulasi siaga kebakaran dan berupa gambar yang ditayangkan pada komputer, biasanya hal ini untuk memvisualisasikan obyek yang abstrak.

5. Hasil Belajar

(27)

Purwanto (2011:46) yang mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Hamalik (2009:155)

Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan

Hasil belajar yang terjadi merupakan akibat dari proses belajar yang dilakukan individu untuk merubah hidupnya. Perubahan yang terjadi berlaku pada pengetahuan, sikap dan ketrampilannya. Perubahan tersebut saling mengiringi, sehingga bukan hanya salah satunya saja.

Sudjana (2009:3) mengemukakan bahwa :

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Siswa melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh pengalaman sehingga diharapkan akan terjadi sebuah perubahan. Perubahan tersebut menyangkut pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa tentu dapat diukur untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada siswa tersebut setelah memperoleh perlakuan atau pembelajaran.

B. Kerangka Pemikiran

(28)

karena banyak KIT listrik yang hilang atau rusak. Sedangkan, keterbatasan tempat disebabkan karena ruang laboratorium dipakai untuk ruang rapat. Waktu pembelajaran juga kurang efisien karena belum adanya petunjuk praktikum siswa sehingga kegiatan masih didominasi oleh guru sebagai pusat pengetahuan. Oleh sebab itu, pengembang mencoba mengatasi kendala-kendala tersebut dengan membuat sebuah Lembar kerja Siswa (LKS) untuk pembelajaran penemuan terbimbing sebagai panduan praktikum virtual hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff siswa menggunakan program simulasi PhET. Bagan kerangka pemikiran pengembangan LKS berbasis penemuan terbimbing dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir Mengembangkan LKS

berbasis penemuan terbimbing berbantuan simulasi komuter percobaaan hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff

Uji coba kepada ahli (praktisi) pembelajaran

Diujikan kepada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun ajaran 2012/2013

Post test LKS efektif dan

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Tujuan pengembangan ini adalah membuat produk berupa LKS berbasis penemuan terbimbing yang digunakan sebagai petunjuk praktikum virtual menggunakan program simulasi komputer dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011 : 297). Program simulasi yang digunakan adalah PhET (Physics Education Technology). Materi yang dipilih yaitu bab listrik dinamis kelas IX untuk SMP/MTs sub bab percobaan Hukum Ohm dan Hukum 1 Kirchoff. Produk hasil pengembangan akan dilakukan uji coba sebelum digunakan oleh siswa sebagai pengguna. Uji coba yang

(30)

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan menggunakan model pengembangan media oleh Sadiman, dkk (2008:39) karena model pengembangan sadiman lebih berfokus ke pendidikan formal sehingga sesuai dengan produk yang dikembangkan yang ditujukan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Model

pengembangan sadiman sedikit dimodifikasi oleh pengembang dengan menyesuaikan produk yang dikembangkan. Adapun Flowchart model pengembangan setelah dimodifikasi sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Sadiman dkk (2008:39)

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

Tahap V

Identifikasi Kebutuhan Pengembangan

Perumusan Desain Pengembangan

Perumusan Alat Ukur Keberhasilan

Pengembangan produk

Uji Coba Produk

(31)

Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk kegiatan pengembangan ini sebagai berikut:

1. Tahap I. Identifikasi Kebutuhan

Kebutuhan setiap sekolah untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran itu berbeda-beda. Peneliti melakukan identifikasi untuk memenuhi kebutuhan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung dibuatnya LKS berbasis penemuan terbimbing ini. Langkah awal, peneliti melakukan observasi perpustakaan sekolah guna melihat ketersediaan sumber belajar bagi siswa khususnya buku IPA fisika. Setelah itu, observasi dilanjutkan di

laboratorium IPA guna melihat kelengkapan KIT praktikum yang digunakan oleh siswa, dan yang terakhir yaitu keberadaan laboratorium komputer sebagai pendukung dilaksanakannya praktikum menggunakan program simulasi komputer. Langkah selanjutnya adalah wawancara dengan salah satu guru IPA bidang studi fisika yang mengajar di kelas IX. Wawancara meliputi penggunaan model dan metode pembelajaran, penggunaan sumber belajar, intensitas kegiatan praktikum, penggunaan petunjuk praktikum serta penggunaan media berbasis TIK.

2. Tahap II. Perumusan Desain Pengembangan

Desain pengembangan ini bertujuan untuk membuat LKS yang

(32)

a. Menganalisis Standar Isi (SI)

Peneliti menganalisis Standar Isi (SI) IPA untuk SMP/MTs agar percobaan yang dilakukan sesuai dengan sasaran. Analisis SI

dilakukan untuk menentukan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa yang terangkum dalam silabus dan RPP (terlampir). Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut, peneliti mampu

menentukan tujuan percobaan pada LKS hasil pengembangan.

b.Menganalisis program simulasi

Siswa akan menggunakan program simulasi PhET yang dibuat oleh University Of Colorado At Boulder. Percobaan yang dipilih yaitu

merangkai rangkaian DC (Circuit Construction Kit (DC only) karena sesuai dengan konsep hukum Ohm dan hukum I Kirchoff.

c. Menentukan Format LKS

LKS yang dibuat adalah LKS berbasis penemuan terbimbing (guided discovery) yang digunakan sebagai petunjuk praktikum. Format LKS

dibuat berdasarkan format petunjuk praktikum yang mengacu pada kepada Meril Physical Science: Laboratory Manual (1995) ditulis dalam Sutedjo (2008 :50-51) sebagai berikut:

1) Pengantar 2) Tujuan

3) Alat dan bahan

(33)

7) Kesimpulan

8) Langkah selanjutnya

Komponen format petunjuk praktikum tersebut dibuat dengan desain tahapan penemuan terbimbing, sebagai berikut:

1) Pemberian masalah 2) Penyusunan Data

3) Pengolahan dan analisis data 4) Verifikasi dan temuan 5) Evaluasi

Format dan desain tersebut digunakan untuk membuat produk LKS berbasis penemuan terbimbing sesuai panduan pengembangan yang dibuat (lampiran 4).

3. Tahap III. Perumusan Alat Ukur Keberhasilan

Alat ukur berupa penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif . Penilaian kognitif berupa post test dengan bentuk tes formatif yang dilakukan setelah pengguna menggunakan produk hasil pengembangan. Tes formatif disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya dalam RPP. Tes formatif ini merupakan tolak ukur keefektifan produk yang dikembangkan oleh peneliti. Penilaian psikomotor dan afektif

menggunakan lembar penilaian yang dilakukan selama proses

(34)

penilaian. Hasil penilaian afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat pada lampiran 29.

4. Tahap IV. Pengembangan Produk

Pengembangan produk merupakan tahap penulisan naskah dengan mengacu pada panduan pengembangan produk (lampiran 4). Pada tahap ini dibuat LKS fisika berbasis penemuan terbimbing (guided discovery) berupa percobaan virtual hukum Ohm dan hukum I Kirchoff untuk SMP/MTs menggunakan program simulasi PhET.

5. Tahap VI. Uji Coba Produk

Tahap uji coba merupakan tahap penilaian produk. Penilaian ini sangat diperlukan dalam membuat suatu produk pembelajaran yang bertujuan untuk mengumpulkan data sebagai dasar apakah produk yang

dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Uji coba yang akan dilakukan yaitu uji ahli isi, uji kelayakan LKS, uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Adapun penjelasan mengenai keempat uji tersebut yaitu:

a. Uji Coba Kelayakan LKS

(35)

Aspek lain yang dinilai yaitu kesesuaian LKS dengan format panduan praktikum dan kesesuaian LKS dengan tahapan penemuan terbimbing (desain pembelajaran).

Prosedur penilaian oleh ahli menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1)Menentukan indikator penilaian yang disesuaikan dengan produk yang dikembangkan.

2)Menyusun instrumen uji kelayakan LKS hasil pengembangan berdasarkan indikator yang telah dibuat oleh pengembang 3)Melakukan uji kelayakan LKS hasil pengembangan oleh praktisi

pembelajaran fisika.

4)Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli dengan mengkonversikan skor yang diperoleh kedalam pernyataan kualitas. Pengembang melakukan perbaikan sesuai saran dan hasil analisis.

b. Uji Coba Ahli Isi

Uji ahli isi dilakukan oleh guru bidang studi fisika di SMP Negeri 1 Batanghari. Uji ahli isi ini bertujuan untuk mengetahui apakah percobaan yang akan dilakukan siswa sesuai dengan materi

(36)

1) Menentukan indikator penilaian yang disesuaikan dengan produk yang dikembangkan.

2) Menyusun instrumen uji ahli isi berdasarkan indikator yang telah dibuat oleh pengembang.

3) Melakukan uji ahli isi pada LKS hasil pengembangan oleh guru bidang studi fisika di SMP Negeri 1 Batanghari

4) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli dengan

mengkonversikan skor yang diperoleh kedalam pernyataan kualitas.

c. Uji Coba Satu Lawan Satu

Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji satu lawan satu. Uji satu lawan satu bertujuan untuk mengetahui kelengkapan produk yang dikembangkan. Uji satu lawan satu satu ini dilakukan oleh siswa sebagai pengguna dengan mengambil sample dua orang siswa kelas IX yang dapat mewakili populasi SMP Negeri 1 Batanghari dengan kriteria satu orang siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, satu orang siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Adapun prosedur pelaksanaan uji satu lawan satu yaitu:

1) Menentukan indikator uji satu lawan satu.

(37)

3) Membagikan LKS hasil pengembangan hasil pengembangan kepada siswa, kemudian pengembang memberikan penjelasan terkait praktikum yang akan dilaksanakan oleh siswa.

4) Tiga siswa tersebut dibimbing untuk melakukan praktikum dan mengerjakan LKS praktikum berbasis penemuan dengan perlakuan yang sama.

5) Pengembang membagikan angket untuk mengetahui kekurangan produk yang dikembangkan sebagai bahan untuk perbaikan produk.

6) Menganalisis hasil jawaban siswa pada angket untuk melihat kekurangan kelengkapan produk yang dikembangkan kemudian pengembang melakukan perbaikan berdasarkan hasil uji.

d. Uji Coba Kelompok Kecil

Uji lapangan dilakukan dengan mengambil sample siswa berjumlah 20 dari 40 siswa orang secara acak dengan tujuan agar kelas tidak terlalu besar sehingga peneliti lebih mudah mengontrol. Kelas yang dipilih yaitu IX A dengan pertimbangan sebagai kelas unggulan. Adapun prosedur uji kelompok kecil sebagai berikut:

1) Menjelaskan kepada siswa tujuan diadakan uji coba kelompok kecil.

(38)

3) Mengadakan post test setelah menggunakan LKS hasil pengembangan.

4) Pengembang membagikan angket kemenarikan dan kemudahan setelah menggunakan produk hasil pengembangan.

5) Menganalisis hasil post test dengan cara melihat ketercapaian siswa pada KKM yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk melihat keefektifan LKS hasil pengembangan.

6) Menganalisis hasil jawaban siswa pada angket untuk melihat kekurangan dan kelebihan LKS hasil pengembangan.

Jenis data pengembangan LKS fisika berbasis penemuan ini menggunakan data kulitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berasal dari tanggapan ahli dan tanggapan siswa mengenai produk yang dikembangkan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil skor angket dan penilaian belajar siswa dengan menggunakan post test.

6. Tahap VII. Revisi produk dan Produk Siap

Perbaikan atau revisi diperoleh dari hasil uji coba oleh ahli isi, uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Revisi ini bertujuan untuk

(39)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yaitu metode tes dan non-tes. Penjelasan keduanya diuraikan sebagai berikut : 1. Metode Non-Tes

a. Angket

Evaluasi ini berbentuk angket menggunakan skala empat yaitu 1) sangat sesuai 2) sesuai 3) kurang sesuai 4) tidak sesuai atau ekuivalen dengan skala sikap yang dibutuhkan. Angket dibedakan menjadi angket uji ahli dan angket respon siswa. Angket ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS dan mengevaluasi kesesuaian percobaan virtual dengan materi pembelajaran. Angket dikemas dalam bentuk instrumen uji ahli kelayakan dan instrumen uji ahli isi. Instrumen uji ahli kelayakan dapat dilihat pada lampiran 5 dan lampiran 6.

Sedangkan instrumen uji ahli isi dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 9.

b. Wawancara

(40)

c. Observasi

Observasi dilakukan sebelum membuat produk guna mengetahui sarana dan prasarana di sekolah yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1.

Observasi juga dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum sesuai panduan LKS berbasis

penemuan terbimbing. Keterampilan siswa dinilai menggunakan lembar penilaian kinerja (psikomotor) berupa poin-poin dengan rentang skor 0-100. Sikap siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan LKS berbasis penemuan terbimbing ini dinilai

menggunakan lembar penilaian afektif berupa checklist apabila sesuai dengan sikap yang diinginkan selama pembelajaran. Lembar penilaian kinerja dan sikap dapat dilihat pada lampiran bagian perangkat

pembelajaran.

2. Metode Tes

(41)

D. Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data pada angket dengan skala bertingkat menggunakan teknik persentase

Adapun rumus yang digunakan untuk mengolah data ahli pembelajaran dan responden siswa yaitu:

1. Rumus mengolah data uji kelayakan LKS oleh dosen ahli sebagai berikut: P = ∑

Keterangan: P = persentase

∑ = Jumlah keseluruhan jawaban responden

∑ = Jumlah keseluruhan nilai ideal dalam satu item

Hasil persentase data yang diperoleh dikonversikan kedalam pernyataan kualitas dengan melihat kriteria kelayakan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria tingkat kelayakan

Kategori Persentase Kualifikasi Akuivalen

A 80 – 100 % Valid Layak

B 60 – 79 % Cukup Valid Cukup layak

C 50 – 59 % Kurang Valid Kurang Layak

D 0 – 49 % Tidak Valid Tidak Layak

Sumber : (Arikunto,2006)

Keterangan kriteria tingkat kelayakan:

a. Apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 80 – 100 %, maka produk tergolong kualifikasi valid,

b. Apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 60 – 79 %, maka produk tergolong kualifikasi cukup valid,

(42)

d. Apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 0 – 49 %, maka produk tergolong tidak valid.

LKS yang dikembangkan dikatakan berhasil dan layak digunakan sebagai media pembelajaran apabila mencapai persentase nilai diatas 79 %.

2. Pengolahan data hasil uji kemenarikan dan kemudahan ditentukan dengan melihat pilihan jawaban pada angket yang sudah ditentukan sesuai Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Sumber : Suyanto dan Sartinem (2006 : 20)

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk

(43)

Tabel 3.3 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2006: 20)

3. Pengolahan post-test mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA SMP Negeri 1 Batanghari yaitu 74. Adapun pengolahan datanya sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah siswa yang memenuhi KKM P = ∑

Keterangan : P = persentase

∑ = Jumlah keseluruhan siswa yang memenuhi KKM ∑ = Jumlah keseluruhan siswa

b. Menghitung jumlah siswa yang tidak memenuhi KKM P = ∑

Keterangan: P = persentase

∑ = Jumlah keseluruhan siswa yang tidak memenuhi KKM ∑ = Jumlah keseluruhan siswa

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah :

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbentuk petunjuk praktikum menggunakan program simulasi PhET untuk percobaan hukum Ohm dan hukum 1 Kirchoff dengan desain tahapan penemuan terbimbing.

2. Hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan ditentukan berdasarkan hasil belajar 19 siswa uji coba kelompok kecil diantaranya 16 siswa dinyatakan tuntas mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS berbasis penemuan terbimbing adalah 87 dengan

simpangan baku sebesar 11.

3. Tanggapan siswa terhadap LKS hasil pengembangan diperoleh berdasarkan angket uji kemenarikan dan kemudahan. Berdasarkan hasil angket diperoleh skor kemenarikan 3,17 atau 79,3 %. Apabila dikonversikan kedalam

pernyataan kualitas maka LKS dinyatakan menarik. Sedangkan, berdasarkan hasil angket kemudahan diperoleh skor 3,05 atau 76,3 %. Apabila

(45)

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru fisika di sekolah diharapkan dapat menggunakan LKS berbasis penemuan terbimbing ini atau sebagai acuan untuk membuat LKS berbasis penemuan terbimbing untuk percobaanmateri lain.

2. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis penemuan terbimbing cukup menyita waktu. Guru sebaiknya tidak membiarkan siswa untuk selalu bekerja sendiri baik dalam melakukan kegiatan praktikum maupun mengerjakan LKS berbasis penemuan terbimbing ini karena dapat menyita waktu yang lama. Setiap pekerjaan yang dilakukan siswa dibatasi waktu sehingga pembelajaran tetap efisien. Apabila siswa merasa kesulitan terhadap kegiatan yang dilakukan, guru segera memberikan bantuan guna menghindari siswa berpikir terlalu lama. 3. Siswa pengguna LKS berbasis penemuan terbimbing ini masih belum terlalu

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Carin, A.A. & Sund, R.B. (1989). Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.

Dahar. 1996. Model-model Mengajar. Bandung : CV.Diponegoro Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Yrama Widya

Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, Umar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamalik, Umar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamid, faisal Mirza dan Pramukantoro, J.A.,. 2013. Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Guided Discovery Dengan Pendekatan Teaching and Learning Pada Standar Kompetensi mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik di SMK Negeri 2 surabaya.

ejournal.unesa.ac.id/article/2625/44/article.pdf . Diunduh tanggal 2 Juni 2013.

Ikhwanul, Bangkit. 2008. Pengertian Simulasi

http://yobeagger.blogspot.com/2008/11/pengertian-simulasi_21.html. Diunduh 26 Desember 2012.

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan pendekatan Penemuan Terbimbing. Prosiding Penataran. PPPGM : Yogyakarta

Muhli, Ahmad. 2011. Efektifitas pembelajaran.

http://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/. Diunduh 23 Mei 2013.

Potter, Arfiy. 2010. Skripsi Pengembangan Multimedia.

(47)

Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sudirman, N. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Sudjana. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sukmana, Prasetya Budi. 2009. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

http://prasetyabudisukmana.wordpress.com/2009/07/22/model-pembelajaran-guided-discovery-penemuan-terbimbing/. Diunduh tanggal 29 Juli 2013

Sutedjo.2008. Pengembangan Bahan Ajar.

http://tedjo21.files.wordpress.com/2009/09/pengembangan-materi-ajar-lpp-maret-2008.pdf. Diunduh 12 Januari 2013.

Sutrisno, Joko. 2011. Pengaruh Pemakaian LKS Jenis Tertentu Terhadap

Kemampuan Membaca Dan Berpikir Kritis Pada Siswa SD Tingkat Rendah. www.Eurekabookhouse.com. Diunduh 21 Juni 2013

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2006. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses. Prosiding. Bandar Lampung. Universitas Lampung. [tidak diterbitkan].

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

Trisnawati, Rina. 2012.Pengertian LKS.

http://reenha trisnawati.blogspot.com/2012/04/blog-post.html. Diunduh 7 juni 2012.

Zulhelmi. 2009. Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan terbimbing di SMP Negeri 20 Pekanbaru.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir
Gambar 3.1 Diagram model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Sadiman dkk (2008:39)
Tabel 3.1 Kriteria tingkat kelayakan
Tabel 3.2 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi terhadap Dokumen Penawaran dan Evaluasi terhadap persyaratan kualifikasi yang telah saudara sampaikan untuk Paket Pekerjaan Pembangunan Landscape,

karena model regresi linear ini diformulasikan untuk diterapkan pada pendapatan yang berkisar antara 11 sampai 120, maka dalam hal ini  0 mempunyai makna rata-rata

diprediksi (main plot) dan ingin diketahui pengaruh interaksinya dengan faktor lain (sub plot), atau jika salah satu faktor lebih dipentingkan (sub plot) daripada faktor lainnya

Tiada kejatuhan tekanan yang terjadi di dalam paip diantara liang dari pencairwap dan liang sdutan di pemampat dan ia juga tiada pertambahan atau kehialangan haba

Demikian Berita Acara Pembukaan (download) Penawaran File I ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Desfa Gempata

Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,Keluarga dan Masyarakat.. Sudjana, Nana dan

4.1 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Dan Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9 % dengan Ukuran Partikel 50 mesh terhadap Persentase

model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada mata pelajaran SKI. siswa kelas IV di MI Darussalam