PRARANCANGAN PABRIK ETANOL DARI AMPAS TEBU
DENGAN PROSES
SEPARATED HYDROLYSIS AND
FERMENTATION
(SHF) BERKAPASITAS 32.000
TON/TAHUN (Tugas Khusus Perancangan Adsorber D-501)
(Skripsi)
Oleh
LISA FEBRIYANTI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PRARANCANG PABRIK ETANOL DARI AMPAS TEBU DENGAN PROSES SEPARATED HYDROLYSIS AND FERMENTATION (SHF)
BERKAPASITAS 32.000 TON/TAHUN (Desain Adsorber D-501)
Oleh :
Lisa Febriyanti
Etanol merupakan bahan kimia dengan fungsi yang beragam, dan kebutuhannya terus meningkat. Teknologi produksi etanol saat ini masih berbahan baku pati yang bersaing dengan bahan pangan. Pabrik etanol ini didirikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, dengan bahan baku Ampas Tebu yang tidak bersaing dengan bahan pangan.
Pabrik Etanol ini direncanakan didikan di Terusan Nunyai, Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kapasitas produk etanol adalah 32.000 ton/tahun dan membutuhkan ampas tebu sebesar 450 ton/hari. Pabrik beroperasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Kebutuhan utilitas diantaranya adalah pengadaan air Water Treatment Plant (WTP), penyediaan listrik dan steam, penyediaan bahan bakar, dan penyediaan udara tekan.
Bentuk perusahaan adalah Perseroan terbatas, berstruktur organisasi line and staff dengan kebutuhan karyawan 132 orang. Keekonomian Pabrik Etanol Ampas Tebu ini adalah
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 447.434.177.404 Working Capital Investment (WCI) = Rp 304.580.419.228 Total Capital Investment (TCI) = Rp 752.014.596.632
Break Even Point (BEP) = 55,07 %
Shut Down Point (SDP) = 22,89 %
Pay Out Time after taxes (POT)a = 3,5 tahun Return on Investment after taxes (ROI)a = 64,34 % Discounted cash flow (DCF) = 21,59 %
Hasil studi kelayakan teknik dan ekonomi menyatakan bahwa, Pabrik Etanol Ampas Tebu layak dikaji lebih lanjut, karena menguntungkan dan beresiko rendah.
ABSTRACT
FEASIBILITY STUDY ETHANOL PLANT FROM BAGASSE BY PROCESS SEPARATED HYDROLYSIS AND FERMENTATION (SHF)
CAPACITY 32.000 TON/YEAR (Designing Adsorber D-501)
By:
Lisa Febriyanti
Ethanol is chemical substance with variety in function. The demand of Ethanol keeps growing, and at present the production technology still use polysaccharide as raw material which compete with food. The purpose of this Ethanol Plant is supplying the demand, with Bagasse as raw material that doesn’t compete with food.
Ethanol plant planned to be built at Terusan Nunyai, Lampung Tengah, Lampung Province. Plant capacity is 32.000 ton/year which need Bagasse 450 ton/day. The plant operates in 24 hrs./day, 330 days/year. Utility plant supply water in Water Treatment Plant (WTP), supply electricity and steam, supply fuel and supply pressed air.
The company entity form is Limited Liability Company (PT) with line and staff organization structure. Total labor is 132 peoples. Economic study of the plant is
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 447.434.177.404 Working Capital Investment (WCI) = Rp 304.580.419.228 Total Capital Investment (TCI) = Rp 752.014.596.632
Break Even Point (BEP) = 55,07 %
Shut Down Point (SDP) = 22,89 %
Pay Out Time after taxes (POT)a = 3,5 tahun
Return on Investment after taxes (ROI)a = 64,34 %
Discounted cash flow (DCF) = 21,59 %
The result of technical and economic feasibility study is feasible and need further analysis, because the plant is profitable with good sustainability.
PRARANCANGAN PABRIK ETANOL DARI AMPAS
TEBU DENGAN PROSES
SEPARATED HYDROLYSIS
AND FERMENTATION
(SHF) BERKAPASITAS 32.000
TON/TAHUN (Tugas Khusus Perancangan Adsorber D-501)
Oleh
LISA FEBRIYANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11
Februari 1990, sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, dari
pasangan Bapak Mansursyah dan Ibu Ros Agustina.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan sebelumnya di TK
Pertiwi pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) di SD N 2 Sukaraja pada tahun 2002,
Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 3 Bandar Lampung pada
tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 4 Bandar Lampung pada
tahun 2008.
Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu, Himpunan
Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEMIA) FT Unila sebagai Ketua Divisi Minat
dan Bakat Periode 2010-2011 dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT Unila
sebagai Staf Internal Periode 2011-2012.
Pada tahun 2012, penulis melakukan Kerja Praktek di PT Gunung Madu
Plantations, Gunung Batin, Lampung Tengah di Unit Process Engineering dengan
tugas Khusus Evaluasi Kinerja Clear Juice Evaporator. Pada tahun 2012-2014
melakukan penelitian dengan judul “Sintesis Zeolit A dari Fly Ash Batubara PT.
Sebuah Karya kecilku....
Dengan segenap hati kupersembahkan tugas akhir ini kepada:
Allah SWT,
Atas kehendak-Nya semua ini ada
Atas rahmat-Nya semua ini aku dapatkan
Atas kekuatan dari-Nya aku bisa bertahan.
Orang tuaku
sebagai tanda baktiku, terima kasih atas
segalanya, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan
keikhlasannya.
Ini hanyalah setitik balasan yang tidak bisa dibandingkan
dengan berjuta-juta pengorbanan dan kasih sayang
yang tidak pernah berakhir.
Adik-adikku
atas segalanya, kasih sayang dan doa.
Sahabat-Sahabatku
, Terima kasih telah menjadi bagian
hidupku selama berada di Tempat ini. Semua cerita hidup ini,
semua akan ku simpan selamanya. Semoga suatu saat nanti
kita bersua kembali dengan kisah-kisah kesuksesan kita
Guru-guruku
sebagai tanda hormatku,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhmya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah
bekerja keras untuk urusan yang lain”
(Al-insyirah :5-7)
“
Jangan mudah putus asa karena melihat ribuan anak kunci,
karena biasanya anak kunci terakhirlah yang dapat membuka
pintu
.”
-Troty Veck.
“
Orang bodoh dikalahkan oleh orang pintar, orang pintar
dikalahkan oleh orang cerdik, orang cerdik dikalahkan oleh
orang beruntung, semoga kita termasuk orang yang selalu
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia dan rahmatNya
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir dengan judul
“Prarancangan Pabrik Etanol dari Ampas tebu dengan Kapasitas 32.000
Ton/Tahun” dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh derajat kesarjanaan (S-1) di Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, B.Sc., M.S., M.Sc. Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
2. Bapak Ir. Azhar, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas
Lampung
3. Bapak Muhammad Hanif, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, kritik dan saran selama
penyelesaian tugas akhir.
4. Ibu Lia Lismeri, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II, atas ilmu, saran,
masukan ilmu, dan pengertiannya dalam penyelesaian tugas akhir. Semoga ilmu
bermanfaat yang diberikan dapat berguna dikemudian hari.
5. Ibu Yuli Darni, S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran
6. Bapak Donny Lesmana, S.T., M.Sc. selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran dan kritik, juga selaku dosen atas semua ilmu yang telah
penulis dapatkan.
7. Seluruh Dosen Teknik Kimia Universitas Lampung, atas semua ilmu dan bekal
masa depan yang akan selalu bermanfaat.
8. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibu, atas pengorbanan, doa, cinta, kasih saying
yang selalu mengiringi disetiap langkahku, kesabaran untuk menunggu
selesainya kuliah, dan moril yang tak akan pernah bisa terbalaskan oleh penulis.
Thank’s for every think. Adik-adikku atas kasih sayang, doa, dukungan,
kepercayaan, ketulusan, bantuan dan semangat.
9. Muhammad Ahdan, S.T., selaku rekan seperjuangan yang menjadi teman
diskusi, teman berbagi kesulitan pengerjaanya, dan telah banyak membantu
penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir. Dari baekan, berantem,
baekan lag.i wkwkwk.…aaaaaarggghh.. AKHIRNYA KITA LULUS..
Thanks For Everything.
10. Azlia Metta Yunila Sari, S.T., terimakasih atas semua kebaikannya, makan
dikosan shizuka, diskusi, atas motivasi, doa, dukungan dan semangatnya dalam
suka duka disini.
11. Sahabat terbaik Arisanti Eva Wardani, Iffah Fitria, Yuniar, atas kebaikan
pertemanannya, motivasi, doa, dukungan dan segala semangatnya yang telah
mengiringi perjalanan kuliah penulis dalam suka dan duka.
12. Raysa Anindya, S.T., atas bantuan dalam pengerjain skripsi sampe
13. Teman-teman angktan 2008 di Teknik Kimia Reo, Oky, Arjun, Monika, Ayu,
Rizka, Ajid, Dedi, Anis, Wirna, Ayi, Rido, Alex, Kris, Hendro, Yuli, Nina,
Harry, Santika, Mella, Fuzie, Adon, Irawan. Terima kasih atas bantuan
semangatnya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini dan
persaudaraannya dari awal kuliah sampai saat ini. Banyak cerita dari awal
sampai akhir masa kuliah ini yang telah terukir bersama dan kenangan itu
hanya akan dijumpai dalam memori tentang kita. Sukses untuk kita semua.
14. Kakak tingkat kak Reza dan mba Suhesti 2007 serta adek tingkat mumu,
rangga, novi,vian,oca, silvia, nina, ira yang telah membantu penulis
meyelesaikan tugas akhir ini.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 22 Desember 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
JUDUL DALAM ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KUTIPAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Kegunaan Produk ... 3
1.2.1 Produk Utama ... 3
1.2.2 Produk Samping ... 4
1.3. Ketersediaan Bahan Baku ... 6
1.4. Analisis Pasar ... 7
1.5. Kapasitas Pabrik ... 8
xiii
BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES
2.1. Pemilihan Proses ... 13
2.1.1 Hidrasi langsung etilen berkatalis ... 13
2.1.2 Konversi Gas Sintetis ... 13
2.1.3 Homologasi Metanol(Hidrokarbonilasi) ... 14
2.1.4 Karbonilasi Methanol dan Metil Asetat ... 14
2.1.5 Fermentasi ... 14
2.2. Pemilihan Bahan Baku ... 15
2.2.1 Bahan baku fermentasi ... 16
2.2.2 Sumber Selulosa ... 17
2.2.3 Ampas Tebu ... 18
2.3. Proses Pembuatan Etanol ... 18
2.3.1 Pretreatment ... 19
2.3.2 Hidrolisis ... 24
2.3.3 Fermentasi ... 27
2.3.4 Konfigurasi Proses Hidrolisis dan Fermentasi ... 28
2.4. Tipe Aliran Proses Fermentasi ... 31
2.5. Uraian Proses Terpilih ... 34
BAB III SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK 3.1. Bahan Baku ... 42
3.1.1 Ampas Tebu ... 42
3.1.2 Air (Dihidrogen Oksida) ... 46
3.2. Bahan Baku Pendukung ... 46
3.2.1 Saccharomyces cerevisiae (Dry Yeast) ... 46
3.2.2 Kalsium Hidroksida ... 47
3.2.3 Asam Sulfat ... 47
3.2.4 Enzim Selulase ... 48
3.3. Produk ... 48
3.3.1 Produk Utama Etanol ... 48
xiv
BAB IV NERACA MASSA DAN ENERGI
4.1. Neraca Massa ... 52
4.1.1 Inhale Pneumatic (S-101) ... 52
4.1.2 Cyclone 1 (S-102) ... 52
4.1.3 Cutting Machine (M-102) ... 53
4.1.4 Mix Point 1 (MP-101) ... 53
4.1.5 Cyclone 2 (S-103) ... 53
4.1.6 Acid Mixing Tank (T-203) ... 54
4.1.7 Acid Reactor (R-201) ... 54
4.1.8 Rotary Vacuum Drum Filter (S-201) ... 55
4.1.9 Netralization Tank (S-202) ... 55
4.1.10 Alkali Mixing Tank (T-204) ... 56
4.1.11 Conditioning Tank(T-205) ... 56
4.1.12 Hydrolysis Reactor(R-301) ... 57
4.1.13 Rotary Vacuum Drum Filter(S-302)... 58
4.1.14 Separated Point (SP-301) ... 58
4.1.15 Sterilisator (H-301) ... 59
4.1.16 Propagation Tank(T-301) ... 59
4.1.17 Fermenter(F-300) ... 60
4.1.18 Distillation Column (D-401) ... 60
4.1.19 Condenser(H-403) ... 61
4.1.20 Reboiler (H-402) ... 61
4.1.21 Adsorber (D-501) ... 62
4.2. Neraca Energi ... 63
4.2.1 Acid Mixing Tank (R-201) ... 67
4.2.2 Heater (H-202) ... 67
4.2.3 Acid Reactor (R-201) ... 67
4.2.4 Cooler (H-203) ... 68
4.2.5 Alkali Mixing Tank (T-204) ... 68
4.2.6 Neutralization Tank (T-202) ... 69
4.2.7 Conditioning Tank (T204) ... 69
xv
4.2.9 Sterilization Tank (T-301) ... 70
4.2.10 Cooler (H-303) ... 70
4.2.11 Cooler (H-302) ... 70
4.2.12 Fermenter (F-300) ... 71
4.2.13 Heater (H-401) ... 71
4.2.14 Distiller (D-401) ... 71
4.2.15 Reboiler (H-402) ... 72
4.2.16 Condenser (H-403) ... 72
4.2.17 Cooler (H-501) ... 73
BAB V SPESIFIKASI ALAT 5.1. Storage House (ST-101) ... 74
5.2. Bin Feeder (M-102) ... 74
5.3. Feeder (M-101) ... 75
5.4. BeltConveyor (C-101) ... 76
5.5. Cyclone I (S-102) ... 76
5.6. Cyclone II (S-103) ... 77
5.7. Cutting Machine (M-103) ... 77
5.8. Gas Fan (M-104) ... 78
5.9. Acid Mixing Tank (T-201) ... 78
5.10. Acid Reactor (R-201) ... 79
5.11. Rotary Vacuum Drum Filter (S-201) ... 80
5.12. AlkaliMixing Tank (T-204) ... 80
5.13. Neutralization Tank (T-202) ... 81
5.14. Conditioning Tank (T-205) ... 82
5.15. Hydrolysis Reactor (R-301) ... 82
5.16. Sterilization Tank (H-301) ... 83
5.17. Propagation Tank (T-301) ... 84
5.18. Fermenter (R-300) ... 84
5.19. Distillation Column I (D-401) ... 85
5.20. Dehydration Column (D-501) ... 85
xvi
5.22. Heater (HE-202) ... 87
5.23. Cooler (H-203) ... 88
5.24. Cooler (H-303) ... 88
5.25. Cooler (H-302) ... 89
5.26. Heater (HE-401) ... 89
5.27. Cooler (H-302) ... 90
5.28. Condenser (H-403) ... 91
5.29. Reboiler (H-402) ... 92
5.30. Pompa Proses 101 (PP-101) ... 93
5.31. Pompa Proses 102 (PP-102) ... 93
5.32. Pompa Proses 103 (PP-103) ... 94
5.33. Pompa Proses 104 (PP-104) ... 94
5.34. Pompa Proses 104 (PP-104) ... 95
5.35. Pompa Proses 106 (PP-106) ... 95
5.36. Bak Sedimentasi (BS–401) ... 96
5.37. Tangki Alum (ST–401) ... 96
5.38. Tangki Kaporit (ST – 402) ... 97
5.39. Tanki Soda Kaustik (ST– 403) ... 97
5.40. Klarifier (CF–401) ... 98
5.41. Sand Filter (SF–401) ... 99
5.42. Tangki Air Filter (FWT – 401) ... 99
5.43. Domestic Water Tank (DOWT – 401) ... 100
5.44. Hydran Water Tank (HWT–401) ... 101
5.45. CoolingTower (CT–401) ... 101
5.46. Tangki Asam Sulfat (ST–404) ... 102
5.47. Tangki Dispersan (ST-405) ... 103
5.48. Tangki Inhibitor (ST–406) ... 103
5.49. Cation Exchanger (CE–401) ... 104
5.50. Anion Exchanger (AE–401) ... 105
5.51. Demin Water Tank (DWT–401) ... 105
5.52. Deaerator (DE–401) ... 106
xvii
5.54. Boiler (B-401) ... 107
5.55. Tangki Bahan Bakar (ST-408) ... 108
5.56. Blower Steam (BS– 401) ... 108
5.57. Air Dryer (AD – 401) ... 109
5.58. Air Compressor (AC-401) ... 109
5.59. Cyclone (CYC-401) ... 109
5.60. Blower Udara 2 (BU – 402) ... 110
5.61. Blower Udara 3 (BU – 403) ... 110
5.62. Blower Udara 4 (BU – 404) ... 110
5.63. Blower Udara 5 (BU – 405) ... 111
5.64. Generator Listrik (GS-401) ... 111
5.65. Pompa Utilitas (PU – 401) ... 112
5.66. Pompa Utilitas (PU – 402) ... 112
5.67. Pompa Utilitas (PU – 403) ... 113
5.68. Pompa Utilitas (PU – 404) ... 113
5.69. Pompa Utilitas (PU – 405) ... 114
5.70. Pompa Utilitas (PU – 406) ... 114
5.71. Pompa Utilitas (PU – 407) ... 115
5.72. Pompa Utilitas (PU – 408) ... 115
5.73. Pompa Utilitas (PU – 409) ... 116
5.74. Pompa Utilitas (PU – 410) ... 116
5.75. Pompa Utilitas (PU – 411) ... 117
5.76. Pompa Utilitas (PU – 412) ... 117
5.77. Pompa Utilitas (PU – 413) ... 118
5.78. Pompa Utilitas (PU – 414) ... 118
5.79. Pompa Utilitas (PU – 415) ... 119
5.80. Pompa Utilitas (PU – 416) ... 119
5.81. Pompa Utilitas (PU – 417) ... 120
5.82. Pompa Utilitas (PP-418) ... 120
5.83. Pompa Utilitas (PP-419) ... 121
5.84. Pompa Utilitas (PP-420) ... 121
xviii
BAB VI UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
6.1. Kebutuhan Air ... 123
6.1.1 Air untuk keperluan umum dan sanitasi ... 123
6.1.2 Air pendingin ... 125
6.1.3 Air Proses ... 127
6.1.4 Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water) ... 127
6.1.5 Air Pemadam Kebakaran ... 129
6.2. Unit Penyedia Air (Water Treatment Plant) ... 130
6.2.1 Screening ... 131
6.2.2 Sedimentasi ... 132
6.2.3 Koagulasi dan Flokulasi ... 132
6.2.4 Penyaringan (Filtration) ... 134
6.2.5 Demineralisasi ... 135
6.2.6 Deaerasi ... 138
6.3. Unit Penyedia Bahan Bakar ... 139
6.4. Unit Penyedia Udara Tekan ... 140
6.5. Unit Penyedia Steam ... 140
6.6. Unit Pembangkit Tenaga Listrik ... 142
6.7. Unit Refrigerant (Cooling Tower) ... 142
6.8. Unit Pengolahan Limbah ... 145
6.9. Unit Instrumentasi dan Pengendalian Proses ... 147
6.10. Laboratorium ... 149
BAB VII TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK 7.1. Lokasi Pabrik ... 153
7.2. Tata Letak Pabrik ... 155
BAB VIII MANAGEMEN DAN ORGANISASI 8.1. Latar Belakang ... 159
8.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 161
8.3. Tugas dan Wewenang ... 163
8.3.1 Board of Director (Pemegang Saham) ... 164
xix
8.3.3 Manager ... 165
8.4. Status Karyawan Dan Sistem Penggajian ... 167
8.4.1 Status Karyawan ... 167
8.4.2 Sistem Penggajian ... 167
8.4.3 Kenaikan Upah ... 168
8.5. Pembagian Jam Kerja Karyawan ... 168
8.6. Penggolongan Jabatan Dan Jumlah Karyawan ... 170
8.6.1 Penggolongan Jabatan ... 170
8.6.2 Jumlah Karyawan ... 171
8.7. Kesejahteraan Karyawan ... 173
8.7.1 Tunjangan ... 173
8.7.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 174
8.8. Manajemen Produksi ... 179
8.8.1 Perencanaan Produksi ... 180
8.8.2 Pengendalian Produksi ... 181
BAB IX KEEKONOMIAN 9.1. Investasi ... 183
9.2. Evaluasi Ekonomi ... 186
9.3. Discounted Cash Flow (DCF) ... 188
BAB X KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan ... 190
10.2. Saran ... 191
DAFTAR PUSTAKA ... 192 LAMPIRAN
LAMPIRAN A. NERACA MASSA LAMPIRAN B. NERACA ENERGI LAMPIRAN C. SPESIFIKASI ALAT LAMPIRAN D. UTILITAS
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xxi
Tabel 4.10 Neraca massa Netralization Tank (S-202) ... 55 Tabel 4.11 Neraca massa AlkaliMixing Tank (T-204) ... 56 Tabel 4.12 Neraca massa Conditioning Tank (T-205) ... 56 Tabel 4.13 Neraca massa Hydrolysis Reactor (R-201) ... 57 Tabel 4.14 Neraca massa Rotary Vacuum Drum Filter (S-302) ... 58 Tabel 4.15 Neraca massa Separate Point (SP-301) ... 58 Tabel 4.16 Neraca massa Sterilisator (H-301) ... 59 Tabel 4.17 Neraca massa Propagation Tank (T-301) ... 59 Tabel 4.18 Neraca massa Fermenter (F-300) ... 60 Tabel 4.19 Neraca massa Distiller (D-401) ... 60 Tabel 4.20 Neraca massa Condenser (H-403) ... 61 Tabel 4.21 Neraca massa Reboiler (H-402) ... 61 Tabel 4.22 Neraca massa Adsorber (D-501) ... 62 Tabel 4.23 Nilai Heat of Formation antar ikatan komponen organik ... 65 Tabel 4.24 Nilai Heat Capacity antar ikatan komponen organik ... 66 Tabel 4.25 Konstanta Heat Capacity dan Heat of Formation
xxii
xxiii
xxiv
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia ... 1 Gambar 1.2 Data Jumlah Impor Etanol di Beberapa Negara
Asia Tenggara ... 3 Gambar 1.3 Lokasi Pabrik ... 10 Gambar 2.1 Diagram alir proses pembuatan etanol secara fermentasi
dari Gula, Pati dan Lignoselulosa ... 15 Gambar 2.2 Skema konversi biomassa pada proses pretreatment ... 20 Gambar 2.3 Metabolisme mikrobial dari glukosa menjadi etanol,
asam asetat ... 28 Gambar 2.4 Perbandingan fermentasi dengan dan tanpa pentosa ... 29 Gambar 2.5 Blok Proses Separated Hidrolysis and Fermentation (SHF) 29 Gambar 2.6 Blok Proses Simultaneous Saccharification and
Fermentation (SSF) ... 30 Gambar 2.7 Blok Proses Simultaneous Saccharification and
Co – Fermentation ... 31 Gambar 2.8 Diagram alir proses pembuatan Etanol Ampas Tebu ... 34 Gambar 2.9 Blok diagram proses Pretreatment hingga
Tangki Netralisasi ... 40 Gambar 2.10 Blok Diagram Proses Conditioning Tank
hingga Adsorpsi ... 41 Gambar 3.1 Pressed Bagasse
xxvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang. Jumlah penduduk Indonesia selama 10 tahun
terakhir sudah bertambah sebanyak 42.886.518 jiwa yaitu dari tahun 1995 menjadi
237.641.326 jiwa pada 2010 (BPS.go.id). Perkembangan penduduk yang pesat ini
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan pangan, sandang dan papan.
Perubahan pola hidup masyarakat Indonesia juga menyebabkan tingginya
kebutuhan akan kosmetik, anti septik dan obat-obatan. Sedangkan pertumbuhan
industri, transportasi dan teknologi, meningkatkan kebutuhan bahan bakar.
Diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut, etanol memegang peranan yang besar.
Etanol dapat berperan sebagai minuman, pelarut bahan kosmetik, obat-obatan
antiseptik, dan sebagai bahan bakar alternatif.
Kegunaan etanol berdasarkan beberapa tinjauan pustaka di antaranya adalah
sebagai pelarut dan reagen dalam laboratorium dan industri, minuman beralkohol,
bahan bakar (Fessenden, 2002), bahan industri kimia, bahan kecantikan dan
kedokteran, bahan baku untuk membuat ratusan senyawa kimia lainnya, seperti
asetaldehid, asam asetat, etilen dibromida dan etil ester (Austin, 1984), serta pelarut
2
Kegunaan Etanol yang beragam tersebut, belum tergantikan dan terbukti meningkat
jumlah kebutuhannya sejak beberapa tahun yang lalu. Data United Nation
menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir kebutuhan impor etanol terus
meningkat, khususnya negara di Asia Tenggara. Data peningkatan impor etanol
[image:31.595.112.511.241.408.2]ditunjukkan oleh Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Impor Etanol di Beberapa Negara
Negara Berat (Ton)/Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Jepang 271.125 376.356 462.350 360.112 366.187
Malaysia 3.453 2.492 948 2.880 1.587
Singapura 35.535 69.797 82.438 82.438 57.524
Thailand 5.325 5.611 6.686 5.669 5.889
Vietnam 103 155 150 0 200
Total 315.541 454.411 552.572 451.099 431.387 Sumber: https://data.un.org. 2015
Berbagai manfaat dan kegunaan yang dimiliki etanol menyebabkan kebutuhan akan
etanol yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan
adanya produksi etanol. Pra rancang pabrik etanol berbahan baku ampas tebu ini
3
Gambar 1.1. Data Jumlah Impor Etanol di Beberapa Negara Asia Tenggara Sumber: https://data.un.org., 2015
1.2. Kegunaan Produk
Proses pengolahan ampas tebu untuk menjadi etanol juga menghasilkan beberapa
produk samping. Kegunaan masing-masing produk tersebut dijelaskan di bawah ini.
1.2.1.Produk Utama
Etanol atau ethyl alcohol mempunyai rumus kimia C2H5OH. Etanol terkadang juga
disebut grain alcohol, minuman keras, atau hydroxyethane adalah cairan yang
mudah terbakar dan tidak berwarna. Etanol digunakan sebagai minuman
beralkohol, pelarut, pengharum, perasa, pewarna, obat-obatan, sintesis bahan kimia
dan termometer (Gupta, 2010). Etanol juga banyak digunakan sebagai bahan bakar
(Fuel Grade Ethanol) dan bahan baku pada berbagai industri, seperti Industri Asam
Asetat, Industri Etil Asetat, Industri Etil klorida, Industri Asetaldehid, Industri
Butanol, industri obat-obatan dan resin sintetik, dll.
Etanol sebagai bahan bakar, jika dibandingkan dengan gasoline, memiliki nilai
oktan yang lebih tinggi, flammability limit yang lebih luas, pembakaran yang lebih
cepat dan panas penguapan yang lebih tinggi. Properti ini menyebabkan etanol
2009 2010 2011 2012 2013
impor 315.541 454.411 552.572 451.099 431.387
y = 22838x + 372488 R² = 0,1826
4
mempunyai higher compression ratio, waktu bakar singkat, dan mesin yang lebih
kecil serta menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Etanol merupakan bahan bakar
yang mengandung 35% oksigen, yang dapat mengurangi jumlah emisi nitrogen
oksida dari hasil pembakaran. Sedangkan kekurangan etanol sebagai bahan bakar
adalah rendahnya densitas energi dibanding gasoline, bersifat korosif, mesin sulit
start-up dikarenakan rendahnya tekanan uap, larut dalam air, dan bersifat racun
pada lingkungan. Etanol cocok digunakan sebagai campuran gasoline karena nilai
oktannya yang tinggi. Negara Brazil sudah menggunakan etanol dengan kadar 85%
etanol, 15% gasoline (E24), Thailand (E10), Paraguay (E7) dan Amerika (E10-E85)
dengan menggunakan Flexible Fuel Vehicle (FFV) (Gupta, 2010).
1.2.2.Produk Samping
Produk samping adalah produk yang terbentuk baik dari proses utama maupun reaksi
samping. Produk samping dari pabrik etanol ini membutuhkan pengolahan lebih
lanjut untuk memenuhi spesifikasi umum yang diperjual-belikan. Produk samping
dan kegunaannya dijelaskan sebagai berikut.
a. Karbon Dioksida (CO2),
Digunakan sebagai bahan baku dalam industri proses kimia, khususnya untuk
metanol dan produksi urea.
Digunakan dalam sumur minyak untuk ekstraksi minyak dan menjaga
tekanan dalam formasi. Ketika karbon dioksida dipompakan ke dalam sumur
minyak, sebagian dilarutkan ke dalam minyak, mengurangi kekentalan,
sehingga minyak yang akan diekstraksi lebih mudah dari batuan dasar dan
5
b. Asam Asetat
Digunakan sebagai bahan baku pembuatan cellulose acetate yang biasa
digunakan dalam industri film
Digunakan ebagai bahan baku pembuatan polyvinyl acetate, yaitu bahan baku
pembuatan lem kayu.
Digunakan sebagai pelarut dalam proses-proses produksi di industri
Digunakan dalam pembuatan tinta dan zat warna.
Pada laboratorium klinis digunakan sebagai bahan untuk pengetesan darah.
Digunakan dalam industri pembuatan botol minuman ringan.
Digunakan pada industri pembuatan karet dan plastik.
Serta digunakan dalam proses pembuatan pestisida.
Di dalam industri makanan, asam asetat telah disetujui sebagai bahan aditif
pada makanan dengan nomor registrasi E260, kemudian digunakan sebagai
bahan untuk mengawetkan makanan, seperti pada pembuatan manisan buah
atau sayur.
Di bidang kesehatan, dalam konsentrasi rendah asam asetat biasa digunakan
sebagai anti bakteri dan deodorant alami, yaitu zat penghilang bau, Asam
asetat berperan penting sebagai zat yang digunakan untuk membersihkan
noda pada kaca, benda berbahan kuningan, baja dan kerak pada mesin
pembuat kopi, Selain itu, asam asetat bisa dimanfaatkan pula untuk
menghilangkan bau pesing pada toilet dan kamar mandi.
c. Furfural
Digunakan sebagai bahan pembentuk resin, zat penghilang warna pada wood
6
Digunakan sebagai bahan pembuatan senyawa furan yang lain sebagai
furfural alkohol, tetrahidro furfural alkohol.
Digunakan sebagai pelarut selektif untuk memisahkan senyawa jenuh dan
tidak jenuh dalam minyak, solven, untuk resin dan wax.
Untuk produksi fiber plastik.
Sebagai desinfektan
Untuk memproduksi plastik
Sebagai Antifreeze, herbisida, aromatizing, agent untuk brandy dan industri
parfum.
d. Lignin
Lignin adalah polimer komplek dari phenylpropane (Dale, 2012). Lignin
merupakan zat kayu yang keras dan sulit diolah. Lignin melindungi selulosa
sehingga selulosa sulit dihidrolisis. Lignin memberikan kekuatan mekanis, dan
mengurangi kemampuan permeabilitas air, dan melindungi struktur tanaman dari
kerusakan secara kimia dan biologis. Kandungan lignin merupakan salah satu
penghambat bio konversi lignoselulosa menjadi etanol.
1.3. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku berupa ampas tebu dapat diperoleh dari pabrik gula tebu dalam negeri.
Pabrik gula tebu Nasional ditunjukkan pada Lampiran G, sedangkan pabrik gula
7
Tabel 1.2. Kapasitas Produksi Pabrik Gula Tebu Indonesia
Nama Pabrik Gula (PG) Lokasi Pabrik Kapasitas (TCD) PG. Gula Putih Mataram Lampung Tengah 12.124
PG. Gunung Madu Lampung Tengah 11.432
PG. Sweet Indo Lampung Lampung Utara 10.539
PG. Tolangohula Gorontalo 8.000
PG. Kreber Baru Malang 7.000
PG. Bunga Mayang Lampung Utara 5.979
PG. Jatiroto Lumajang 5.762
PG. Gempolperet Mojokerto 5.742
PG. Ngadirejo Kediri 5.615
PG. Pesantren Baru Kediri 5.607
Sumber: http://www.kppbumn.depkeu.go.id, 2015.
Jika dihitung dari kapasitas produksi gula Lampung (Tabel 1.3), potensi etanol dari
gula tebu di Provinsi Lampung adalah 40.074 Ton/hari dengan rendemen gula tebu
sebanyak 10%. Dengan kapasitas produksi tersebut, maka dibutuhkan Kapasitas
Tebu giling sebesar 400.740 Ton/hari, dan menghasilkan ampas tebu 128.236
Ton/hari dari rendemen ampas tebu 32% terhadap Tebu giling. Ampas tebu
sebanyak 60% dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, industri
jamur, bahan baku industri kanvas rem dan lain-lain, sehingga diperkirakan
sebanyak 40% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan, yaitu sebesar 51.294
Ton/hari. Yield teoritis etanol dari ampas tebu 32%, maka potensi Etanol
didapatkan sebanyak 16.414 Ton/hari atau 3.611.080 Ton/tahun.
1.4. Analisis Pasar
Analisis pasar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa besar minat pasar
terhadap suatu produk. Target pasar pra rancang pabrik ini adalah negara-negara di
8
berdekatan dengan Indonesia, sehingga mengurangi biaya transportasi. Data United
Nation pada Tabel 1.1. menunjukkan jumlah impor yang mencapai 431.387
Ton/tahun 2013 dan kemungkinan akan menjadi sebesar 646.544 ton/tahun 2020.
Sejumlah 30% dari nilai tersebut yaitu 193.963 Ton/tahun 2020 menjadi target pasar
yang besar kemungkinannya akan dibutuhkan atau terbeli oleh pasar.
1.5. Kapasitas Pabrik
Penentuan kapasitas pabrik dibatasi oleh analisis pasar dan ketersediaan bahan
baku. Pra Rancang Pabrik Etanol ini direncanakan akan berdiri pada tahun 2020.
Kapasitas Pra Rancang pabrik etanol ini sebesar 32.000 Ton/tahun, dengan
pertimbangan analisis potensi pasar impor Asia Tenggara sejumlah
646.544 Ton/tahun dan analisis potensi ketersediaan ampas tebu Provinsi Lampung mampu menghasilkan etanol sebesar 3.611.080 Ton/tahun 2013. Dengan demikian kapasitas pabrik sebesar 32.000 ton/tahun diharapkan akan mampu berproduksi secara berkesinambungan.
1.6. Lokasi Pabrik
Untuk menentukan lokasi pendirian suatu pabrik, perlu diperhatikan beberapa
pertimbangan yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan kegiatan industri
tersebut, baik produksi maupun distribusinya. Oleh karena itu pemilihan lokasi
pabrik harus memiliki pertimbangan tentang biaya distribusi dan biaya produksi
yang minimum agar pabrik dapat terus beroperasi dengan keuntungan yang
maksimal. Faktor-faktor lain selain biaya yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan lokasi pabrik adalah diantaranya adalah ketersediaan bahan baku,
9
di atas, maka lokasi pabrik etanol dipilih di daerah Terusan Nunyai, Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Penjelasan singkat dari pertimbangan di atas adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan bahan baku.
Sumber bahan baku adalah faktor yang paling penting dalam penentuan lokasi
pabrik, terutama pabrik yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar.
Lokasi yang berdekatan dengan sumber bahan baku akan dapat mengurangi
biaya transportasi bahan baku, karena bahan baku merupakan bahan yang
bernilai rendah terhadap volume. Volume yang besar mengakibatkan besarnya
jumlah alat dan biaya yang digunakan sebagai transportasi akan lebih banyak.
Lokasi yang berdekatan dengan ketersediaan bahan baku juga menjadikan
keberlangsungan bahan baku yang lebih stabil, karena tidak terganggu dengan
transportasi bahan baku dari lahan ke lokasi pabrik.
Lokasi Terusan Nunyai berdekatan dengan pabrik gula tebu penyuplai bahan
baku, yaitu PT. Gunung Madu, PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo
Lampung. Pembahasan poin 1.3. menjelaskan bahwa, dari ketiga pabrik
tersebut ampas tebu yang dihasilkan sekitar 34.095 Ton/hari. Atau setara
dengan produksi etanol 10.910 Ton/hari.
b. Sarana Transportasi
Transportasi baik produk maupun bahan baku juga penting. Kurangnya
transportasi dan distribusi akan produk menyebabkan pabrik harus mempunyai
tangki penyimpanan produk yang besar, begitu pula dengan bahan baku. Sarana
10
pabrik di Terusan Nunyai, Lampung Tengah dapat memenuhi pertimbangan di
atas. Lokasi tersebut bersanding dengan jalur Lintas Tengah Sumatera yang
memudahkan transportasi darat untuk menuju bandara dan pelabuhan serta
[image:39.595.113.511.192.488.2]sentra perindustrian.
Gambar 1.2. Lokasi Pabrik
Sumber: Google Maps, 2015
c. Ketersediaan Utilitas
Air merupakan kebutuhan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Apabila
ketersediaan air tidak mencukupi, maka keberlangsungan proses akan
terganggu. Penentuan lokasi pabrik di Terusan Nunyai, Lampung Tengah
berdekatan dengan beberapa sumber air. Sumber air yang dapat digunakan
untuk keperluan air pabrik diantaranya, Sungai Way Seputih dan Way
Sekampung. Sungai Way Seputih memiliki debit 9,4 m3/s dan sungai Way
11
bakar dapat diperoleh dari PT Pertamina Refinery Unit III Plaju, Palembang.
Sarana kelistrikan dapat dipenuhi oleh PT. PLN yang sudah mencapai
lingkungan sekitar lokasi perencanaan.
d. Pemasaran Produk
Kemudahan pemasaran hingga ke tangan pembeli mempengaruhi harga produk.
Umumnya, pembeli akan membeli produk dengan harga tertentu dan harga
tersebut sudah termasuk biaya transport hingga produk diterima pembeli.
Lokasi Bandar Mataram, Kab. Lampung Tengah mudah menjangkau industri
yang berada di Pulau Jawa, karena masih berdekatan dengan Pelabuhan
Panjang, dan negara Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam sebagai target
pemasaran.
e. Tenaga Kerja
Indonesia pada tahun 2020 akan sudah berpengalaman dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Tenaga kerja tidak lagi sulit didapatkan, melainkan pabrik
akan lebih selektif dalam memilih tenaga kerja terampil, baik dari masyarakat
sekitar maupun luar daerah. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Terusan Nunyai
mencapai 48.524 jiwa dengan kepadatan 161 jiwa/km2
(www.lampungtengahkab.go.id., 2015). Dengan kepadatan penduduk tersebut,
lokasi Terusan Nunyai akan memberikan kemudahan ketersediaan tenaga kerja.
f. Ketersediaan Lahan
Pabrik yang didirikan harus jauh dari pemukiman penduduk dan tidak
mengurangi lahan produktif pertanian agar tidak menimbulkan dampak negatif
12
masih memungkinkan untuk pengembangan area pabrik. Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan pengembangan pabrik dimasa yang akan datang.
g. Karakterisasi lokasi
Karakterisasi lokasi menyangkut iklim di daerah tersebut, yang tidak rawan
terjadinya banjir. Di sekitar lokasi penentuan juga sudah terdapat industri besar
seperti industri Tepung Tapioka, Gula Tebu, Etanol dari Ubi Kayu, dll. Dalam
hal ini daerah Terusan Nunyai, Lampung Tengah, Provinsi Lampung digunakan
BAB II
PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES
2.1. Pemilihan Proses
Etanol atau ethyl alcohol (CH3CH2OH) sudah dikenal sejak tahun 3000 SM melalui
fermentasi. Teknologi proses pembuatan etanol kemudian berkembang. Proses
sintesis etanol diantaranya adalah Hidrasi langsung etilen berkatalis, Konversi Gas
Sintetis, Homologasi Metanol, Karbonilasi methanol dan metil asetat, Fermentasi
(Kosaric, 2001)
2.1.1.Hidrasi langsung etilen berkatalis
Proses hidrasi dari etilen menjadi etanol merupakan reaksi dapat balik. Pada kondisi
reaktor 200-300 oC, 5-8 Mpa, Equimolar etilen dan air menghailkan konversi 22%
pada kesetimbangan. Katalis yang digunakan adalah asam, umumnya katalis asam
fosfat.
C2H4(g) + H2O(g) C2H5OH(g) ΔH = - 43,4 kJ
2.1.2.Konversi Gas Sintetis
Setelah ditemukannya metode sintesis metanol dari karbon monoksida dan
hidrogen, penelitian dilanjutkan untuk mensintesis alkohol gugus lebih panjang,
yaitu etanol. Metode untuk memproduksi etanol dari gas sintetis adalah dengan
memodifikasi katalis yang mengandung alkali dan kobalt.
2 CO + 4 H2 C2H5OH + H2O
14
2.1.3. Homologasi Metanol(Hidrokarbonilasi)
Proses ini menghasilkan yield etanol yang relatif kecil. Produk proses ini lebih kaya
akan alkohol rantai yang lebih panjang, seperti formate, acetate esters dan produk
teroksidasi lainnya. Produk samping dapat terbentuk karena terjadi reaksi
homologation lanjutan etanol dengan alkohol lain dan juga terjadi reaksi
karbonilasi.
ROH + CO + 2 H2 RCH2OH + H2O
2.1.4.Karbonilasi Methanol dan Metil Asetat
Langkah awal konversi metanol menjadi etanol adalah reaksi karbonilasi metanol
menjadi asam asetat. Kemudian asam asetat dapat dihidrogenasi langsung untuk
menjadi etanol. Reaksi hidrogenasi langsung ini membutuhkan peralatan
bertekanan tinggi, dan prosesnya sangat korosif.
CH3OH + CO CH3COOH
CH3OH + CO + 2 H2 C2H5OH + H2O
2.1.5.Fermentasi
Produksi etanol melalui fermentasi tergolong memiliki selektivitas tinggi (kecilnya
akumulasi produk samping, tingginya yield etanol), laju fermentasi yang tinggi,
toleransi yang tinggi terhadap pertambahan konsentrasi substrat dan konsentrasi
etanol serta stabilitas konversi pada suhu tinggi juga diinginkan. Walaupun
demikian, Yeast yang mempunyai semua karakter seperti ini masih dalam
pengembangan.
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
15
Pertimbangan pemilihan proses di atas menghasilkan proses fermentasi merupakan
proses yang paling baik. Baik menurut segi selektivitas, yield, dan kondisi.
Pertimbangan bahan baku juga mengarah pada proses fermentasi, yaitu gula. Proses
produksi etanol dari gas sintetis ataupun etilen masih berasal dari turunan produk
petroleum, yang ketersediaanya semakin terbatas seiring waktu.
2.2. Pemilihan Bahan Baku
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba yang
dikendalikan oleh manusia untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi
pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Bahan baku fermentasi
berupa karbohidrat akan diubah menjadi gugus gula yang lebih kecil, yaitu glukosa.
Bahan baku fermentasi sebenarnya adalah gula, adapun karbohidrat maupun
polisakarida lain harus terlebih dulu disederhanakan agar bakteri, jamur atau enzim
fermentasi mampu memprosesnya menjadi produk yang lebih bernilai.
Negara produsen etanol terbesar didunia diantaranya adalah Brazil, Amerika
Serikat. Brazil menggunakan bahan baku Gula Tebu sedangkan Amerika Serikat
gunakan Pati Jagung. Penggunaan Jagung sebagai bahan baku etanol berimbas pada
harga Jagung yang juga sebagai bahan pangan. Produksi Jagung menjadi Etanol
dituduh bersalah atas kenaikan harga pangan di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena
tingginya permintaan akan Jagung menyebabkan petani Amerika Serikat lebih
memilih menanam Jagung dibanding lainnya. (Gupta, 2010). Sama halnya yang
terjadi di Indonesia, harga Ubi Kayu meningkat pesat ketika industri etanol
16
Indonesia masih dalam proses menuju Swasembada Pangan. Pemerintah masih
mencari cara alternatif untuk menjaga stabilitas pangan di Indonesia. Tujuan
swasembada pangan diharapkan dapat mengurangi impor bahan berpati ke
Indonesia. Hal ini tentunya akan berkebalikan, jika industri yang dibangun di
Indonesia masih menggunakan bahan pangan. Sehingga diperlukan bahan baku
etanol alternatif yang tidak bersaing dengan bahan pangan.
2.2.1.Bahan baku fermentasi
Bahan baku fermentasi untuk menghasilkan etanol dikelompokkan menjadi 3, yaitu
a. Gula
Gula dapat bersumber dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan.
Gula dapat langsung difermentasi menjadi etanol.
b. Pati
Pati dapat bersumber dari bahan makanan seperti jagung, singkong, kentang
dan akar tanaman.
Pati harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula sebelum difermentasi
menjadi etanol.
Bahan barpati masih dapat dikonsumsi sebagai pangan, sehingga tidak
menjadi pilihan bahan baku pra rancang pabrik ini.
c. Selulosa
Selulosa dapat berasal dari kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp dan
kertas.
Selulosa harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral (Lin
17
Selulosa adalah bahan yang tidak bersaing dengan pangan, sehingga bahan
baku yang digunakan pada Pra Rancang Pabrik Etanol ini adalah Selulosa.
2.2.2.Sumber Selulosa
Selulosa merupakan salah satu komponen utama dari biomasa. Komponen utama
biomassa lainnya adalah hemiselulosa dan lignin. Bahan terbanyak penyusun
tumbuhan adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Bahan lignoselulosa sangat
potensial untuk menjadi bahan baku etanol murah karena ketersediaannya yang
melimpah dan tidak memberikan tekanan pada rantai makanan. Selulosa dan
hemiselulosa dapat dikonversi menjadi etanol dengan terlebih dahulu dikonversi
menjadi gula. Walaupun demikian, proses pengolahannya lebih rumit. Persentase
[image:46.595.137.489.415.632.2]biomassa berdasarkan komponen utamanya ditampilkan pada Tabel 2.1.
Gambar 2.1. Diagram alir proses pembuatan etanol secara fermentasi dari Gula, Pati dan Lignoselulosa.
18
Tabel 2.1. Kandungan komponen utama biomassa
Biomass Cellulose (wt %) Hemiselulose (wt %) Lignin (wt %)
Tongkol Jagung(1 45 35 15
Rumput(1 25-40 35-50 10-30
Daun(1 15-20 80-85 0
Kertas Koran(1 40-55 25-40 18-30
Ampas Tebu(2 52,7 17,5 24,2
Sumber: (1Kumar et al., 2009 dan (2Samsuri et al., 2007.
Berbagai sumber selulosa di atas, dipilihlah ampas tebu sebagai bahan baku Industri
Etanol. Analisa ketersediaan ampas tebu dijelaskan pada subbab 1.3. Ampas tebu
dipilih karena jumlah selulosanya yang tinggi, ketersediaanya melimpah, dan
terkonsentrasi di suatu tempat.
2.2.3.Ampas Tebu
Ampas tebu (Bagas) merupakan hasil samping proses pembuatan gula tebu (sugar
cane). Ampas tebu yang dihasilkan sekitar 35 – 40% dari berat tebu giling. Ampas
tebu sebagian besar mengandung lignoselulosa. Panjang seratnya antara 1,7 sampai
2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi
persyaratan untuk diolah menjadi papan buatan. Serat bagase tidak dapat larut
dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007).
2.3. Proses Pembuatan Etanol
Pembuatan etanol dari bahan lignoselulosa memerlukan empat unit proses utama
yaitu:
19
dapat berkontak dengan selulosa lebih baik. Luas kontak yang lebih baik
menyebabkan konversi bahan baku menjadi lebih sempurna.
b. Hidrolisis, untuk menghidrolisis polimer selulosa dan hemiselulosa menjadi
monomernya, yaitu gula heksosa dan gula pentosa.
c. Fermentasi, memfermentasi monomer gula heksosa dan gula pentosa menjadi
etanol dengan menggunakan mikroorganisme.
d. Purifikasi, pemurnian etanol dengan melalui proses distilasi dan dehidrasi.
Proses-proses tersebut di atas memiliki banyak jenis. Penjelasan tiap jenis proses
untuk memperoleh pemilihan yang tepat dijelaskan sebagai berikut.
2.3.1.Pretreatment
Pretreatment bertujuan untuk memisahkan lignin dan hemiselulosa, mengurangi
kristalinitas selulosa, dan meningkatkan porositas material. Pretreatment harus
memenuhi kriteria sebagai berikut,
1. Mempermudah pembentukan gula atau memperbaiki kemampuan hidrolisis
enzimatis
2. Terhindar dari hilangnya gula
3. Terhindar dari terbentuknya komponen penghambat proses hidrolisis enzimatis
dan fermentasi
20
Gambar 2.2. Skema konversi biomassa pada proses pretreatment
Sumber: Kumar, 2009.
Proses pretreatment terbagi menjadi 3 jenis perlakuan, yaitu fisika, kimia dan
kombinasi fisika-kimia. Penjelasan singkat jenis perlakuan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Fisika, Dalam perlakuan fisika terdapat beberapa metode yaitu;
Mechanical comminution, yaitu dengan proses chipping, grinding dan
milling. Ukuran setelah chipping umumnya 10-30 mm dan 0.2-2 mm setelah
milling. Tujuan utama metode ini adalah mengurangi kristalinitas material
sehingga meningkatkan daya cerna enzimatis dan biologis pada proses
selanjutnya.
Vapour Explosion, adalah metode yang paling umum digunakan untuk
pretreatment material lignoselulosa. Pada metode ini, biomassa dikontakkan
dengan saturated Steam bertekanan tinggi kemudian tekanan dikurangi dan
berulang, sehingga biomassa meledak karena kehilangan tekanan.
Thermohidrolisis, yaitu menggunakan air panas dengan tekanan tinggi
21
b. Kimia, dalam perlakuan kimia terdapatbeberapa metode yaitu;
Dilute Acid Hydrolysis, yaitu dengan menggunakan larutan asam pekat
seperti asam sulfat dan asam klorida. Metode ini mampu mendapatkan laju
reaksi yang tinggi. Pada temperatur moderat, yield proses sakarifikasi akan
berkurang karena gula yang terdekomposisi, sehingga Dilute Acid Hydrolysis
lebih diinginkan pada temperatur tinggi.
Alkaline Hydrolysis, yaitu dengan menggunakan sodium atau kalsium
hidroksida. Metode ini dapat menghidrolisis dengan cara reaksi saponifikasi
rantai ester yang mengikat xylan hemiselulosa dengan komponen lain,
sebagai contoh, ikatan lignin dan hemiselulosa. Akibat reaksi tersebut
porositas material bertambah karena ikatan silang material hilang.
Organosolv, merupakan campuran pelarut organik (methanol atau aseton)
dan katalis asam (H2SO4 atau HCl) yang digunakan untuk memecah
kandungan lignin dan hemiselulosa. Penghilangan pelarut organik perlu
dilakukan untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme pada
proses selanjutnya, enzimatik hidrolisis dan fermentasi.
Biologic, dengan menggunakan fungi untuk mendegradasi lignin.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah kebutuhan energi yang sedikit,
dan kondisi operasi yang ringan. Namun, laju hidrolisis metode ini sangat
rendah.
c. Kombinasi Fisika dan Kimia,terdapat beberapa metode yaitu;
Catalyzed Vapour Explosion, yaitu dengan penambahan H2SO4 atau SO4 atau
CO2 dalam proses Vapour explosion. Proses ini dapat menaikan efisiensi dari
22
AFEX (ammonia fibre explosion), prinsip AFEX hampir sama dengan Vapour
Explotion yaitu kontak Steam tekanan tinggi dan hilang tekan bergantian, dan
uap yang digunakan mengandung ammonia.
CO2 explosion, yaitu dengan menghacurkan biomassa yang ditreatment dengan
menggunakan uap CO2 saturated serta pengurangan tekanan. Dosis yang umum
digunakan adalah 4 kg CO2/kg fiber pada tekanan 5,62 Mpa. CO2 yang
digunakan secara hipotesis dapat membentuk asam berkarbon yang dapat
[image:51.595.115.511.341.537.2]mempercepat proses reaksi hidrolisis (Pradhan, 2007).
Tabel 2.2. Perbandingan kondisi Proses Pretreatment
Proses T / P
(oC / bar)
Waktu (menit)
Xylose
yield Cost
Vapour explotion 160–260 2 45 % - 65 % -
Thermohidrolisis 30 88 % - 98 % -
Dilute Acid Hydrolysis >160 2-10 75 % - 90 % +
Alkaline Hydrolysis 60 % - 75 % ++
Organosolv 40-60 70 % - 80 %
Catalyzed Vapour Explosion 160–220 1-4 88% -
AFEX (ammonia fibre
explosion) 90 30 50 - 90 % -
CO2 explosion 56,2 75% +
Sumber: Hamelinck, et al, 2005
23
Tabel 2.3. Perbandingan keuntungan dan kerugian Proses Pretreatment
Proses Keuntungan Kerugian
Mechanical pretreatment
- Mengurangi kristalinitas selulosa
- Konsumsi power lebih besar dibandingkan energi yang dimiliki biomasasa
Vapour Explotion
- Terjadi penurunan hemiselulosa
- lignin transformation - Cost effective
- Matrix karbohidrat tidak pecah dengan baik - Menghasilkan inhibitor
mikroorganisme
AFEX
- Meningkatkan jumlah aksesibilitas permukaan - Menghilangkan lignin dan
hemiselulosa
- Tidak menghasilkan inhibitor mikroorganisme
- Tidak efisien untuk biomassa yang kaya akan lignin
CO2 explosion
- Meningkatkan jumlah aksesibilitas permukaan - Cost effective
- Tidak menghasilkan inhibitor mikroorganisme
- Tidak merubah lignin dan hemiselulosa
Ozonolysis
- Mengurangi kandungan lignin
- Tidak menghasilkan inhibitor mikroorganisme
- Dibutuhkan ozon yang banyak
- Mahal
Dillute acid hydrolysis
- Menghidrolisis hemiselulosa - Merubah struktur lignin
- Mahal
- Korosif terhadap alat - Menghasilkan zat beracun
Alkaline hydrolysis
- Menghilangkan lignin dan hemiselulosa
- Meningkatkan jumlah aksesibilitas permukaan
- Lamanya waktu tinggal - Garam yang terbentuk tidak
diperoleh kembali dan menyatu dengan biomassa
Organosolv - Menghidrolisis lignin dan hemiselulosa
- Solven harus dihilangkan lebih dulu, diuapkan, dan di-recycle
- Mahal Pyrolysis - Menghasilkan produk gas
dan liquid
- Temperatur tinggi - Menghasilkan abu Pulsed
electrical field
- Kondisi ramah lingkungan - Menghancurkan struktur sel - Peralatan sederhana
- Proses butuh lebih banyak penelitian
Biological
- Menghancurkan lignin dan hemiselulosa
- Kebutuhan energi minim
- Laju hidrolisis lambat
24
Penjelasan di atas memberikan arahan pada pemilihan Dilute Acid Hydrolysis
sebagai pretreatment. Dilute Acid Hydrolysis memiliki konversi yang tinggi, dan
waktu yang singkat, sehingga tidak diperlukan recycle untuk meningkatkan
konversi, dan beban kerja alat tidak lebih besar, serta biaya operasi yang lebih
rendah dibanding Thermohidrolisis yang mampu memberikan yield lebih besar.
2.3.2.Hidrolisis
Hidrolisa meliputi proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
yaitu selulosa dan hemoselulosa menjadi monomer gula penyusunya. Hidrolisis
sempurna selulosa menghasilkan glukosa. Sedangkan hemiselulosa menghasilkan
beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6).
k C6H10O5 + m H2O n C6H12O6
Terdapat dua macam proses hidrolisis yang sering digunakan yaitu dengan
menggunakan asam dan enzim selulase. Proses hidrolisis tanpa melalui
pretreatment diperoleh yield sebesar < 20%, sedangkan hasil yield yang diperoleh
setelah pretreatment adalah lebih dari 90%.
a. Hidrolisis Asam
Ampas tebu dapat dihidrolisis dengan larutan asam untuk memperoleh campuran
gula glukosan dan xylosa sebagai komponen utama. Walaupun demikian,
hidrolisat dapat mengandung asam asetat, furfurat, phenolic compound, atau
komponen turunan lignin. Komponen ini dapat berpotensi menghambat proses
mikrobial dan enzimatik selanjutnya.
Perlakuan hidrolisis asam menggunakan 2 tahapan (two stage acid processes)
25
memperoleh xylosa dan glukosa lebih banyak. Tahap pertama menggunakan
larutan asam sulfat pada temperatur moderat telah terbuktu efisien memproduksi
xylosa dari hemiselulosa. Tahan kedua menggunakan kondisi yang lebih tinggi
dapat mengkonversi selulosa menjadi glukosa (Gregg dan Saddler, 1995).
Tahap pertama dilakukan pada kondisi proses 0,7 % asam sulfat, suhu 190 oC
untuk produksi gula 5 atom karbon. Tahap kedua, sisa padatan dengan
kandungan selulosa yang lebih tahan, dioperasikan dengan kondisi operasi yang
lebih tinggi yaitu, 215 oC, dengan asam 0,4 % untuk produksi gula 6 atom
karbon. Kedua stage ini mempunyai waktu tinggal selama 3 menit. Yields yang
dihasilkan sebesar 89 % untuk mannose, 82 % untuk galactose, namun hanya 50
% untuk glucose. Kemudian hasil dari proses hidrolisis yang diperoleh di
fermentasi menjadi alkohol pada proses selanjutnya (US DOE 2003: Graf dan
Koehler, 2000).
Proses hidrolisis asam pekat dapat menghasilkan yield gula yang sangat besar (>
90 %), dapat digunakan pada berbagai jenis bahan baku lignoselulosa, waktu
yang dibutuhkan relatif cepat, dan memberikan nilai degradasi yang sedikit.
Proses ini dapat meminimalisir kebutuhan asam dengan menggunakan
pemisahan asam untuk didaur ulang kembali. Sejak tahun 1948 pemisahan ini
menggunakan membran separation untuk mengembalikan asam sebesar 80 %,
namun sekarang menggunakan continuous ion exchange yang dapat
mengembalikan asam sebesar lebih dari 97 % dengan kandungan gula yang
hilang sebesar 2 %. Peralatan yang dibutuhkan pada proses ini lebih mahal jika
26
b. Hidrolisis Enzimatis
Hidrolisis enzimatis selulosa menjadi glukosa dilakukan dengan menggunakan
enzim selulosa yang merupakan katalisator tinggi. Kebutuhan biaya operasi
hidrolisis enzimatis lebih rendah dibanding hidrolisis asam, karena kondisi
operasi yang ringan (pH 4,5–5,0 dan pada suhu 40-50 oC), dan tidak
menyebabkan korosi, kebutuhan utilitas yang sedikit, dan kadar racun yang
dihasilkan sedikit (Sun dan Cheng, 2002).
Enzim selulase dapat diproduksi oleh jamur dan bakteri. Mikroorganisme ini bisa
anaerobik atau aerobik, mesofilik atau thermofilik. Karena anaerob memiliki laju
pertumbuhan yang rendah, umumnya saat ini banyak dilakukan penelitian yang
terfokus pada jamur. Jamur Trichoderma merupakan jamur yang banyak
dipelajari untuk produksi enzim selulosa.
Enzim selulosa adalah campuran dari berbagai enzim. Minimal terdiri dari 3
enzim, yaitu; (1) Endoglucanase (EG, endo-1,4 glucanohydrolase) yang
menyerang kristalinitas serat selulosa dan menciptakan rantai ujung bebas;
(2) Exoglucanase atau cellobiohydrolase (CBH, 1,4 glucan cellobiohydrolase)
mendegradasi lebih lanjut rantai ujung bebas dengan menghilangkan cellobiose
unit; (3) β – glucosidase, menghidrolisa cellobiose unit dan memproduksi
glukosa.
Sebagai tambahan selain 3 enzim diatas dapat juga ditambahan enzim
penyokong yang menghidrolisis hemiselulosa seperti enzim glucuronidase,
27
Faktor yang mempengaruhi hidrolisis enzimatis adalah substrat, aktifitas enzim
[image:56.595.114.520.160.269.2]selulase, kondisi reaksi (pH, temperatur, dll).
Tabel 2.4. Perbandingan macam-macam Proses Hidrolisis
Process Input Temperature Time Saccaharification
Dilute Acid < 1 % 215 oC 3 min 50 % - 70 %
H2SO4
Concentrated 30 % - 70 % 40 oC 2 -6
hour 90%
H2SO4
Enzymatic Cellulase 70 oC 1,5 day 75 % - 95 %
Sumber: Hamelinck, dkk, 2005.
Penjelasan metode hidrolisis diatas mengarahkan pada pemilihan proses hidrolisis
menggunakan enzim. Hidrolisis enzim lebih cost efective, kurang korosif,
temperatur rendah, dan kadar produk penghambat lebih sedikit. Walaupun waktu
yang dibutuhkan lebih lama, tetapi biaya operasi (Asam dan Steam) lebih rendah
dibanding lainnya.
2.3.3.Fermentasi
Fermentasi dapat dilakukan oleh baik bakteri, yeast, atau jamur. Berdasarkan
reaksi, yield teoritis maksimum etanol adalah 0,49 dan 0,51 karbon dioksida setiap
gram gula.
3 C5H10O5 5 C2H5OH + 5 CO2
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2
Bakteri mendapat perhatian lebih para peneliti karena memiliki kemampuan
fermentasi yang cepat. Umumnya bakteri mampu memfermentasi dalam hitungan
menit dibanding yeast yang memfermentasi dalam hitungan jam. Semua
mikroorganisme mempunyai batasan, seperti ketidakmampuan memfermentasi
gula C6 dan C5, yield etanol rendah, ketahanan terhadap konsentrasi gula dan
28
Gambar 2.3. Metabolisme mikrobial dari glukosa menjadi etanol, asam asetat Sumber: Ali, 2008.
2.3.4.Konfigurasi Proses Hidrolisis dan Fermentasi
Keterbatasan mikroba terhadap konsentrasi gula dan alkohol menghasilkan
teknologi yang menggabungkan antara hidrolisis dan fermentasi dalam satu wadah.
Hidrolisis yang masih sebagian dapat mengurangi hambatan mikroorganisme
terhadap konsentrasi gula berlebih. Ketika proses hidrolisis dan fermentasi
digabung, maka produk intermediet penghambat dapat diminimalisir, sehingga
yield berpotensi lebih besar. Konversi pentosa menjadi etanol juga dapat menambah
yield perolehan etanol dari bahan baku lignoselulosa, seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 2.4.
a. Separated Hidrolysis and Fermentation (SHF)
Pada konfigurasi SHF, proses hidrolisa enzim terpisah dengan proses
29
dalam reaktor hidrolisa untuk di hidrolisis menjadi monomer gulanya, kemudian
[image:58.595.187.452.143.292.2]masuk ke reaktor fermentasi.
Gambar 2.4. Perbandingan fermentasi dengan dan tanpa pentosa
Campuran dari hasil fermentasi kemudian di distilasi untuk mendapatkan etanol
dan meninggalkan xylosa yang tidak terkonversi. Dalam reaktor kedua, xylosa
difermentasi menjadi ethanol dan ethanol di distilasi kembali. Hidrolisis selulosa
dan fermentasi glukosa boleh juga terletak paralel dengan fermentasi xylosa
(Hamelinck, dkk. 2005).
Hemi Hydrolysis
Enzym Production
Enzymatic Hydrolysis
C6 Fermentation Celulase
Glucose
CO2
Soluble Sugar
C5 Fermentation
Beer Column
Distillage Ethanol
water
Soluble
CO2
Gambar 2.5. Blok Proses Separated Hidrolysis and Fermentation (SHF)
b. Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF)
Pada integritas proses SSF ini menggabungkan tahap hidrolisa dari selulosa
[image:58.595.116.489.472.632.2]30
selulosa dan fermentasi gula C6 terjadi serentak pada satu reaktor). Proses ini
mengurangi jumlah rekator yang meliputi pengurangan reaktor hidrolisa yang
dijalankan dengan terpisah, yang lebih penting dari proses ini adalah
menghindari masalah dari terbentuknya gula penghambat (inhibitor). Selain itu
pada proses SSF mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan proses
Sakarifikasi dan fermentasi pada selulose dilakukan secara terpisah, yaitu dapat
mengurangi resiko kontaminasi, diperlukan beban enzim lebih rendah, kecepatan
raksi hidrolisis lebih cepat, yield produk lebih tinggi, dan biaya operasi lebih
rendah. (Gong, dkk, 1999)
Hemi Hydrolysis
C5 Fermentation
Enzyme production
C6 Fermentation
Beer Column
Ethanol water
Stillage Beer
[image:59.595.137.479.329.455.2]Cellulase CO2 CO2
Gambar 2.6. Blok Proses Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF)
c. Simultaneous Saccharification and Co – Fermentation (SSCF)
Proses SSCF adalah pengembangan dari proses SSF yang dilakukan oleh
National Renewable Energy Laboratory (NREL) dan sangat mirip dengan proses
SSF. Hanya saja pada proses ini tahap hidrolisis selulosa dan fermentasi glukosa
dan xylosa terjadi secara serentak dalam satu reaktor. (Chiara Piccolo dan
31
Hemi Hydrolysis
C5 Fermentation C6 Fermentation
Enzyme production
Beer Column
Ethanol water
Stillage Beer
[image:60.595.126.506.82.223.2]Cellulase CO2
Gambar 2.7. Blok Proses Simultaneous Saccharification and Co – Fermentation
Konfigurasi Proses Hidrolisis dan Fermentasi yang digunakan adalah SHF.
Konfigurasi ini memiliki kelebihan mudah untuk kontrol proses, dimana ketika
terjadi proses sakarifikasi terganggu, reaktor hidrolisis dapat langsung dicek dan
ditindak tanpa harus mengganggu proses fermentasi setelahnya.
2.4. Tipe Aliran Proses Fermentasi
a. Periodically operating fermentation process
Proses fermetasi ini adalah proses yang sudah umum dilakukan. Proses
fermentasi dimulai dengan mengisi vessel dengan slurry. Slurry terlebih dulu
diberi yeast dengan kepadatan tertentu pada vessel terpisah. Kemudian slurry
difermentasi hingga kadar gula terkonversi maksimum menjadi etanol. Ketika
selesai, slurry hasil fermentasi (umumnya 72 jam) dikosongkan dan slurry
dialirkan ke proses distillasi. Vessel bisa diisi dengan slurry baru setelah
dibersihkan.
Keunggulan proses fermentasi ini adalah minimnya pengawasan yang
dibutuhkan, dan kontaminasi tidak menyebar dari vessel ke lain vessel.
Kekurangan yang dimiliki proses fermentasi ini adalah lamanya fermentasi (72
32
Kekurangan ini mengharuskan memiliki vessel yang sangat besar untuk
kapasitas yang sama.
b. Cyclic fermentation process
Proses fermentasi ini membutuhkan 8 vessel berdekatan. Vessel diisi oleh slurry
di vessel pertama, kemudian vessel ke dua dengan overflow, hingga vessel ke
tujuh terisi. Fermentasi terjadi secara periodik. Vessel dikosongkan dari vessel
ke tujuh, hingga vessel pertama dengan berurutan. Proses fermentasi berikutnya
dimulai dari vessel ke tujuh, menuju vessel pertama. Pembersihan dilakukan
secepatnya, ketika proses pengosongan dilakukan.
Keunggulan proses ini adalah minimnya kebutuhan volume vessel untuk
kapasitas proses yang sama, yaitu dengan mengurangi durasi fermentasi menjadi
64 jam. Kekurangan proses fermentasi ini adalah vessel yang pertama diisi slurry
merupakan vessel yang terakhir dibersihkan. Hal ini menyebabkan