• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI KAMPAR

DI PROVINSI RIAU TERHADAP IKAN BAUNG

(

Hemibagrus nemurus

)

ERLANGGA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

ABSTRAK

ERLANGGA. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagus nemurus). Dibimbing oleh ETTY RIANI dan HEFNI EFFENDI.

Muara Sungai Kampar merupakan gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang terdapat di Provinsi Riau. Aliran air yang masuk ke muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena di sepanjang sungai yang mengalir ke muara Sungai Kampar terdapat banyak pabrik-pabrik atau kegiatan industri yang beroperasi dan membuang limbahnya ke sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kandungan bahan pencemar dari berbagai aktivitas manusia yang berada di sekitar perairan Sungai Kampar, khususnya bahan pencemar yang ditimbulkan dari aktifitas industri terhadap organisme perairan.

Metode yang digunakan adalah survey lapangan dan melakukan analisa logam berat dengan menggunakan metode AAS, analisa histologi, analisis statistika setiap parameter (air, sedimen dan organ insang dan ginjal ikan baung). Hasil analisa didapatkan bahwa logam berat yaitu kandungan Pb dan Cd yang cukup tinggi terutama pada bagian hulu dan juga telah terakumulasi pada organisme ikan baung. Ini dapat dilihat dari analisa histopatologi pada insang dan ginjal ikan. Pada organ insang dan ginjal ikan baung telah mengalami perubahan bentuk akibat adanya logam berat tersebut. Analisa statisika menunjukkan interaksi yang nyata dengan nilai P > 0,05 antara faktor air, sedimen, insang dan ginjal ikan terhadap stasiun pengamatan (hulu, tengah dan hilir Sungai Kampar). Kandungan logam Cd di perairan Sungai Kampar bedasarkan analisis statistika menunjukkan tidak adanya interaksi antara parameter dengan stasiun pengamatan pada taraf p > 0,05. Ini membuktikan bahwa akibat berbagai aktifitas terutama industri yang membuang limbah yang mengandung logam berat mempengaruhi perubahan kualitas air dan organisme ikan terutama ikan baung.

(4)

ABSTRACT

ERLANGGA. Pollution Effect on Kampar River Site Riau Province to Bagridae Fish (Hemibagrus nemurus). Under the direction of ETTY RIANI and HEFNI EFFENDI.

The estuary of Kampar river was the combined of several large river stream and several small river stream in Riau Province. The stream that come in to Kampar estuary site was indicated contains of many polutans. Its problem caused by the many factory and several industrial activity who operated along the river stream then throw they pollutas into the river. This research done to find the information of pollutans evel from severals human activity around the Kampar stream, specialy the effect of industrial pollutan to water organism.

The method of the research is direct survey and AAS heavy metal analized, histology analized, statistical analize to each parameters (water, sediment, gill and kidney of Bagridae fish). The result showns that content of Pb and Cd was so high, specially on uspstream and Bagridae fish. It can be seen from the analize of gills histopatologyc and its kidney. That two organs has been transform cause of the heavy metals accumulation on its body. Statistical analize shown real interaction (P > 0,05) between water, sediment, gills and kidney to the surveying station (upstream, midstream and downstream of Kampar River). The contains of Cd on Kampar stream based on statistical analize shown that no interaction between the parameters and survey station on the level P > 0,05. This prove that several industrial activities who throw the pollutans that contain heavy metal on to the Kampar River was taking effect to the water quality and the organism specially on Bagridae fish.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(6)

EFEK PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI KAMPAR

DI PROVINSI RIAU TERHADAP IKAN BAUNG

(

Hemibagrus nemurus

)

ERLANGGA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul : Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Nama : Erlangga N R P : C251050071

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Etty Riani, M.S. Ketua

Dr.Ir.Hefni Effendi, MPhil. Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr.Ir. Sulistiono, M.Sc

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat, karunia dan pertolongan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dapat terselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibuk Dr. Ir. Etty Riani, M.S dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih kepada Pemda Provinsi Riau atas bantuan dana selama masa studi di Intitut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga di sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan semangat maupun materi pada penulis selama studi. Terima kasih juga di ucapkan kepada seluruh teman-teman di Program studi SPL, khususnya angkatan 12 dan pegawai sekretariat Program studi SPL, atas segala bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Bogor, Agustus 2007

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siak, Riau pada 18 April 1982 dari ayah bernama Zuarman dan ibu Erina. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang . ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran . ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Muara Sungai (Estuaria) ... 7

2.2 Parameter Fisika dan Kimia Kualitas Air... 8

2.3 Pencemaran . ... 9

2.4 Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ... 22

2.4 Histopatologi ... 24

III. BAHAN DAN METODE ... 29

3.1 Waktu dan Tempat ... 29

3.2 Bahan dan Alat ... 29

3.3 Metode Penelitian ... 30

3.3.1. Titik Pengambilan Sampel... 30

3.3.2. Metode Parameter Kualitas Air ... 31

3.3.3. Pembuatan Preparat Histologis... 31

3.3.4. Pengukuran Kandungan Logam Berat... 32

3.3.4.1. Pengukuran Kandungan Logam Berat untuk Ikan ... 33

3.3.4.2. Pengukuran Kandungan Logam Berat dalam Air ... 34

3.3.4.3. Pengukuran Kandungan Logam Berat dalam Sedimen ... 35

3.3.4.4. Pengukuran Koefisien Distribusi (Kd) dan ... Biokonsentrasi Faktor ... 36

3.4 Analisa Data dan Penyajian Data ... 37

3.4.1. Analisa Deskriptif... 37

3.4.2. Analisa Histopatologi ... 37

IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 38

(11)

EFEK PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI KAMPAR

DI PROVINSI RIAU TERHADAP IKAN BAUNG

(

Hemibagrus nemurus

)

ERLANGGA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(13)

ABSTRAK

ERLANGGA. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagus nemurus). Dibimbing oleh ETTY RIANI dan HEFNI EFFENDI.

Muara Sungai Kampar merupakan gabungan dari beberapa aliran sungai besar dan anak sungai yang terdapat di Provinsi Riau. Aliran air yang masuk ke muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena di sepanjang sungai yang mengalir ke muara Sungai Kampar terdapat banyak pabrik-pabrik atau kegiatan industri yang beroperasi dan membuang limbahnya ke sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kandungan bahan pencemar dari berbagai aktivitas manusia yang berada di sekitar perairan Sungai Kampar, khususnya bahan pencemar yang ditimbulkan dari aktifitas industri terhadap organisme perairan.

Metode yang digunakan adalah survey lapangan dan melakukan analisa logam berat dengan menggunakan metode AAS, analisa histologi, analisis statistika setiap parameter (air, sedimen dan organ insang dan ginjal ikan baung). Hasil analisa didapatkan bahwa logam berat yaitu kandungan Pb dan Cd yang cukup tinggi terutama pada bagian hulu dan juga telah terakumulasi pada organisme ikan baung. Ini dapat dilihat dari analisa histopatologi pada insang dan ginjal ikan. Pada organ insang dan ginjal ikan baung telah mengalami perubahan bentuk akibat adanya logam berat tersebut. Analisa statisika menunjukkan interaksi yang nyata dengan nilai P > 0,05 antara faktor air, sedimen, insang dan ginjal ikan terhadap stasiun pengamatan (hulu, tengah dan hilir Sungai Kampar). Kandungan logam Cd di perairan Sungai Kampar bedasarkan analisis statistika menunjukkan tidak adanya interaksi antara parameter dengan stasiun pengamatan pada taraf p > 0,05. Ini membuktikan bahwa akibat berbagai aktifitas terutama industri yang membuang limbah yang mengandung logam berat mempengaruhi perubahan kualitas air dan organisme ikan terutama ikan baung.

(14)

ABSTRACT

ERLANGGA. Pollution Effect on Kampar River Site Riau Province to Bagridae Fish (Hemibagrus nemurus). Under the direction of ETTY RIANI and HEFNI EFFENDI.

The estuary of Kampar river was the combined of several large river stream and several small river stream in Riau Province. The stream that come in to Kampar estuary site was indicated contains of many polutans. Its problem caused by the many factory and several industrial activity who operated along the river stream then throw they pollutas into the river. This research done to find the information of pollutans evel from severals human activity around the Kampar stream, specialy the effect of industrial pollutan to water organism.

The method of the research is direct survey and AAS heavy metal analized, histology analized, statistical analize to each parameters (water, sediment, gill and kidney of Bagridae fish). The result showns that content of Pb and Cd was so high, specially on uspstream and Bagridae fish. It can be seen from the analize of gills histopatologyc and its kidney. That two organs has been transform cause of the heavy metals accumulation on its body. Statistical analize shown real interaction (P > 0,05) between water, sediment, gills and kidney to the surveying station (upstream, midstream and downstream of Kampar River). The contains of Cd on Kampar stream based on statistical analize shown that no interaction between the parameters and survey station on the level P > 0,05. This prove that several industrial activities who throw the pollutans that contain heavy metal on to the Kampar River was taking effect to the water quality and the organism specially on Bagridae fish.

(15)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(16)

EFEK PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI KAMPAR

DI PROVINSI RIAU TERHADAP IKAN BAUNG

(

Hemibagrus nemurus

)

ERLANGGA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul : Efek Pencemaran Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Nama : Erlangga N R P : C251050071

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Etty Riani, M.S. Ketua

Dr.Ir.Hefni Effendi, MPhil. Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr.Ir. Sulistiono, M.Sc

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat, karunia dan pertolongan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dapat terselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibuk Dr. Ir. Etty Riani, M.S dan Bapak Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih kepada Pemda Provinsi Riau atas bantuan dana selama masa studi di Intitut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga di sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan semangat maupun materi pada penulis selama studi. Terima kasih juga di ucapkan kepada seluruh teman-teman di Program studi SPL, khususnya angkatan 12 dan pegawai sekretariat Program studi SPL, atas segala bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Bogor, Agustus 2007

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siak, Riau pada 18 April 1982 dari ayah bernama Zuarman dan ibu Erina. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara.

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang . ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran . ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Muara Sungai (Estuaria) ... 7

2.2 Parameter Fisika dan Kimia Kualitas Air... 8

2.3 Pencemaran . ... 9

2.4 Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ... 22

2.4 Histopatologi ... 24

III. BAHAN DAN METODE ... 29

3.1 Waktu dan Tempat ... 29

3.2 Bahan dan Alat ... 29

3.3 Metode Penelitian ... 30

3.3.1. Titik Pengambilan Sampel... 30

3.3.2. Metode Parameter Kualitas Air ... 31

3.3.3. Pembuatan Preparat Histologis... 31

3.3.4. Pengukuran Kandungan Logam Berat... 32

3.3.4.1. Pengukuran Kandungan Logam Berat untuk Ikan ... 33

3.3.4.2. Pengukuran Kandungan Logam Berat dalam Air ... 34

3.3.4.3. Pengukuran Kandungan Logam Berat dalam Sedimen ... 35

3.3.4.4. Pengukuran Koefisien Distribusi (Kd) dan ... Biokonsentrasi Faktor ... 36

3.4 Analisa Data dan Penyajian Data ... 37

3.4.1. Analisa Deskriptif... 37

3.4.2. Analisa Histopatologi ... 37

IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 38

(21)

4.1.1. Keadaan Geografis dan Demografis... 38

4.1.2. Struktur Ekonomi ... 39

4.1.3. Kondisi Sosial Budaya... 40

4.2. Kabupaten Kampar... 42

4.2.1. Informasi Umum... 42

4.2.2. Fasilitas dan Infrastruktur ... 44

4.2.3. Beberapa Potensi Daerah... 45

4.3. Kabupaten Pelelawan ... 46

4.3.1. Informasi Umum... 46

4.3.2. Fasilitas dan Infrastruktur ... 48

4.3.3. Beberapa Potensi Daerah... 49

V Hasil dan Pembahasan... 51

5.1. Kualitas Air ... 51

5.1.1. Suhu ... 52

5.1.2. pH ... 52

5.1.3. Salinitas ... 53

5.1.4. TSS ... 54

5.2. Logam Berat ... 55

5.2.1. Kandungan Logam Berat dalam Air dan Sedimen ... 56

5.2.2. Hubungan Kandungan Logam Berat dengan Parameter ... Kualitas Air ... 61

5.2.3. Kandungan Logam Berat pada Insang dan Ginjal Ikan... 63

5.3. Analisis Histopatologi ... 67

5.3.1. Analisis Histopatologi Ginjal Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) 68 5.3.2. Analisis Histopatologi Insang Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) 71 5.4. Distribusi Logam Berat ... 75

5.5. Korelasi Logam Berat pada Sedimen, Air dan Organ Ikan... 77

5.6. Pengelolaan Wilayah Sungai Kampar... 79

VI Kesimpulan dan Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan ... 15

2. Standar baku mutu air terhadap logam berat... 16 3. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut ... 16 4. Klasifikasi partikel sedimen menurut skala Wenworth ... 18 5. Metode pengukuran parameter kualitas air ... 30 6. Bahan dan alat yang dipergunakan ... 30 7. Kandungan logam berat dalam sedimen (dalam ppm)... 36 8. Jumlah penduduk Provinsi Riau tahun 2000 berdasarkan ...

Sensus penduduk... 41 9. Jumlah penduduk msing-masing kabupaten/kota dari tahun 2000-2004... 41 10. Kepadatan penduduk Provinsi Riau menurut kabupaten/kota tahun 2004 42 11. Jumlah penduduk kabupaten/kota berdasarkan kelompok umur ... 42 12. Nama kecamatan, luas wilayah, jumlah kelurahan dan desa ...

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pemikiran efek pencemaran pada muara Sungai Kampar ...

terhadap ikan dalam pengelolaan lingkungan ... 6 2. Skema proses alami yang terjadi jika polutan (logam berat) masuk ... Ke lingkungan laut ... 12 3. Ikan baung (Hemibagrus nemurus)... 23 4. A. Struktur eksternal (bagian luar) insang ...

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Analisis sidik ragam untuk logam Pb... 87

2. Analisis sidik ragam untuk logam Cd ... 89 3. Analisis regresi logam Cd ... 91 4. Analisis regresi logam Pb ... 92 5. Nilai kualitas air pada tiap stasiun pengamatan ... 93 6. Gambar alat penelitian (oven, desikator, timbangan elektrik, kertas...

(25)

1.1. Latar Belakang

Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai penghasil devisa negara yang sangat penting. Aktifitas perkonomian yang dilakukan di kawasan pesisir diantaranya adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri dan pariwisata.

Selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian, wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari berbagai aktifitas manusia, baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu sendiri. Kegiatan ini memberikan dampak yang tidak diharapkan dari kondisi biofisik pesisir yang dikenal sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Salah satu jenis perairan yang akan terkena dampak adalah perairan estuaria.

Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat. Namun wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa pencemar yang bersumber dari aktifitas manusia. Melimpahnya bahan pencemar tersebut di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi limbah yang terjadi di wilayah pesisir, terutama diakibatkan oleh tingginya kepadatan populasi penduduk dan aktifitas industri. Kondisi seperti ini disinyalir juga terjadi di perairan muara Sungai Kampar.

(26)

tidak mungkin dapat mengakibatkan kematian serta mengakibatkan spesies tertentu yang rentan terhadap bahan pencemar menjadi hilang/punah sehingga spesies ikan yang dijumpai menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahuri dan Arumsyah (1994) bahwa masuknya bahan pencemar ke dalam perairan dapat mempengaruhi kualitas perairan. Apabila bahan yang masuk ke perairan melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan menurun. Sehingga menurun pula nilai perairan dan peruntukan lainnya.

Bahan pencemar yang masuk ke muara sungai dan estuari akan tersebar dan akan mengalami proses pengendapan, sehingga terjadi penyebaran zat pencemar. Besar kecilnya nilai kisaran dari parameter terukur tergantung dari volume air pengencer, toksisitas/intensitas bahan pencemar, iklim, kedalaman, arus, topografi dan geografi, sehingga terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi dan ketiganya akan saling berinteraksi. Apabila salah satu faktor terganggu atau mengalami perubahan akan berdampak pada ekologi perairan.

Penyebaran bahan pencemar terutama logam berat dalam perairan dengan proses pengendapan akan mempengaruhi siklus hidup dari hewan perairan terutama ikan. Dengan terjadinya proses pengendapan bahan pencemar di dasar perairan akan memberikan dampak terakumulasinya bahan pencemar dalam tubuh organisme melalui rantai makanan. Ikan baung salah satu jenis ikan yang hidup di dasar perairan Sungai Kampar dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat, padahal ikan baung baik secara langsung maupun tidak langsung, terkena dampak dari bahan pencemar yang berada di dasar perairan atau dengan kata lain akan terkontaminasi bahan pencemar. Mengingat ikan baung banyak hidup di dasar perairan Sungai Kampar yang sudah tercemar, namun masih belum ada informasi mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kandungan bahan pencemar terutama logam pada ikan baung.

1.2. Perumusan Masalah

(27)

sekitar pabrik dan muara Sungai Kampar terutama di dasar perairan, serta untuk melihat pengaruhnya terhadap ikan baung yang hidup di dalamnya.

Limbah pabrik yang masuk ke perairan sungai dan mengalir ke perairan muara mengakibatkan perubahan kualitas perairan dan mengganggu kehidupan organisme perairan, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi organisme (ikan). Hal ini disebabkan organisme perairan akan mengakumulasi bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuhnya. Pada suatu saat konsentrasinya akan melebihi ambang batas, sehingga mengakibatkan kerusakan organ bahkan dapat menyebabkan kematian bagi organisme tersebut. Kerusakan organ yang terkena dampak/akibat dari limbah, terutama logam berat yang pertama kali adalah insang, karena insang merupakan organ pernafasan yang berinteraksi langsung dengan air untuk mendapatkan oksigen. Selain organ insang yang memperlihatkan reaksi terhadap masuknya bahan pencemar ke dalam tubuh, organ ginjal juga memberikan reaksi terhadap bahan pencemar karena sesuai dengan fungsinya ginjal berfungsi menetralisir racun (bahan pencemar) yang telah masuk ke dalam tubuh. Sesuai dengan fungsi kedua organ tersebut kiranya perlu melihat kerusakan kedua organ tersebut menggunakan analisis histopatologi.

Limbah dari aktifitas pabrik yang membuang limbah cairnya ke Sungai Kampar umumnya berupa limbah cair yang mengandung logam berat. Diketahui bahwa sifat logam berat tersebut mudah mengendap di dasar perairan dan berikatan dengan komponen kimia lainnya, sehingga kemungkinan terjadinya pengakumulasian logam berat tersebut di dasar perairan juga menjadi lebih besar (Riani, 2004). Oleh karena itu untuk melihat efek bahan pencemar terutama logam berat di dalam perairan, diperlukan hewan uji yang berkaitan langsung dengan kandungan logam berat di dasar perairan atau dengan kata lain perlu mendeteksinya pada hewan uji, khususnya ikan yang habitatnya di dasar perairan. Salah satu jenis ikan dasar yang banyak terdapat di Sungai Kampar mulai dari hulu sampai hilir dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat dan mempunyai nilai ekonomis (jual) yang tinggi adalah ikan baung, sehingga ikan ini dapat dijadikan sebagai hewan uji di perairan Sungai Kampar mulai dari hulu sampai hilir.

(28)

perairan Sungai Kampar belum banyak dilakukan, dalam hal ini penelitian yang sudah dilakukan terbatas pada perubahan beberapa parameter kualitas air. Penelitian yang masih terbatas pada kualitas air ini terlihat dari pemberitaan dari surat kabar yang dikeluarkan oleh Bapedal Provinsi Riau yang menyatakan bahwa dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Laboratorium Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Riau, hasil olahan limbah PT Riau Andalan Pulp And Paper (Riaupulp) yang dialirkan ke Sungai Kampar masih di bawah baku mutu atau aman sesuai standar pemerintah yang berlaku. Menurut Kepala Bapedal Provinsi Riau Khairul Zainal, Bapedal juga telah melakukan penelitian pada tanggal 22 Maret 2006 di beberapa kawasan yang dinyatakan penduduk setempat terkena pencemaran limbah Riau Pulp. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa limbah cair yang dibuang ke Sungai Kampar sebelumnya sudah diolah melalui unit pengolahan limbah Riaupulp, sehingga limbah yang dibuang ke Sungai Kampar masih di bawah baku mutu. Dan menurut Kabid Pengendalian Pencemaran Bapedal Riau Maruf Mariadi hasil uji laboratorium yang dilakukan pada 14 titik memperlihatkan bahwa pH air rata-rata 7,48, B0D 5 - 88 mg/l, COD 294 mg/l, dan TSS 60 mg/l. Dengan mengacu kepada Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 maka perairan Sungai Kampar masih belum tercemar

Di Sungai Kampar telah dilakukan penelitian terhadap kualitas air, namun pengaruh bahan pencemar khususnya logam berat yang berada di dasar perairan terhadap organ tubuh ikan demersal, khususnya ikan baung belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk melihat efek pencemaran di perairan Sungai Kampar di Provinsi Riau terhadap ikan demersal khususnya ikan baung.

1.3. Tujuan Dan Manfaat

Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kandungan bahan pencemar dari berbagai aktivitas manusia yang berada di sekitar perairan Sungai Kampar, khususnya bahan pencemar yang ditimbulkan dari aktifitas industri terhadap organisme perairan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tujuan antara dari penelitian ini adalah :

(29)

tubuh ikan.

2. Untuk membandingkan tingkat pencemaran di dasar perairan pada bagian hulu, sekitar pabrik dan muara Sungai Kampar.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan menjadi dasar bagi pengelolaan perairan muara Sungai Kampar yang mendapat pasokan dari berbagai aktifitas industri di bagian hulu, khususnya aktifitas industri kertas.

1.4. Hipotesis

1. Bahan pencemar di perairan Sungai Kampar mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tubuh ikan (insang dan ginjal ikan).

2. Tingkat pencemaran di dasar perairan bagian hulu, sekitar pabrik dan di muara Sungai Kampar berbeda antara satu dengan lainnya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Berbagai aktifitas yang dilakukan oleh manusia memberikan hasil akhir berupa limbah yang merupakan sisa-sisa dari aktifitas yang dilakukan. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia adalah kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga. Sisa dari kegiatan tersebut jika tidak dikelola dengan baik, akan memberikan dampak yang negatif dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Salah satu ekosistem yang menerima limbah buangan tersebut adalah ekosistem perairan, bahkan ekosistem perairan merupakan ekosistem yang sering dijadikan tempat pembuangan akhir dari aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(30)

menyebabkan perubahan atau terjadinya gangguan terhadap organisme yang hidup di dalamnya dan juga bisa menyebabkan munculnya dampak atau efek yang tidak kecil bagi manusia yang memanfaatkan perairan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

[image:30.612.138.514.291.638.2]

Dengan mengetahui sumber pencemar dan alirannya serta efek yang ditimbulkan oleh bahan pencemar dari berbagai aktifitas manusia yang terkait terhadap organisme perairan dan kualitas perairan akan memberikan suatu gambaran pengelolaan ekosistem perairan secara baik demi keberlanjutannya di masa yang akan datang. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran efek pencemaran pada muara Sungai Kampar terhadap ikan dalam pengelolaan lingkungan

Limbah Industri Pabrik

Limbah Pertanian

Limbah Rumah Tangga

Pencemaran

Sungai

Muara Sungai

Kualitas Perairan Yang Baik Efek Bagi Biota

Perairan (ikan)

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Muara Sungai (Estuaria)

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain 1. tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. 2. pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3. perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4. tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).

(32)

buangan baik dari pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini mungkin tidak mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem pesisir di atas, namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya. Logam berat, misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau (mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udang-udangnya (krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976).

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Kualitas Air. Suhu

Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964).

Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau kisaran suhu.

Salinitas

Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4)

dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil

(0/00) (Effendi, 2003)

Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organisme laut/payau. Hewan-hewan yang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30o/oo),

hipersaline (salinitas 40-80o/oo) atau air garam (salinitas >80o/oo), biasanya

(33)

Derajat Keasaman (pH)

Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).

Padatan Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).

2.3. Pencemaran

Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum, 1971). Pencemaran perairan pesisir didefinisikan sebagai dampak negatif, pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan yang disebabkan secara langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia (Gesamp, 1986).

Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman (sewage) , limbah cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran (shipping), pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa sediment, unsur hara (nutrient), logam beracun (toxic metal), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substance (bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang) (Dahuri,1998).

(34)

dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran air digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sastrawijaya (1991) menyatakan bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan.

Romimohtarto (1991) menyatakan bahwa setelah memasuki perairan pesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor atau beberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut : 1. Terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut, 2. Dipekatkan melalui a. Proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh mangsanya, b. Proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan, pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap di dasar perairan, 3. Terbawa langsung oleh arus dan biota (ikan).

Di sekitar perairan sungai kampar, banyak aktifitas industri, sehingga terjadi pembuangan limbah ke perairan. Limbah industri berasal dari aktifitas industri yang membuang hasil akhirnya ke lingkungan perairan dalam bentuk cair. Jenis limbah industri dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu 1.bahan-bahan organik yang terlarut, termasuk bahan-bahan yang beracun, tahan urai (persistent) dan dapat diurai secara biologis, 2.bahan-bahan anorganik termasuk unsur-unsur hara, 3.bahan-bahan organik yang tidak larut, 4.bahan-bahan anorganik yang tidak larut, 5. bahan-bahan radioaktif.

Logam Berat

(35)

selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsur-unsur logam tersebut ikut berterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir (Palar, 2004). Menurut Palar (2004) melihat bentuk dan kemampuannya setiap logam haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik (konduktor). b) Memiliki kemampuan sebagai penghantar panas yang baik.

c) Memiliki rapatan yang tinggi.

d) Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. e) Untuk logam yang padat, dapat ditempa dan dibentuk.

Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al., 1997). Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi (Razak, 1980).

Menurut Darmono (1995) sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: 1. berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air), 2. berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang, 3. berbahaya bagi kesehatan manusia, 4. menyebabkan kerusakan pada ekosistem.

(36)
[image:36.612.134.546.242.495.2]

Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat dalam sedimen dan biota perairan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema proses alami yang terjadi jika polutan (logam berat) masuk ke lingkungan laut (EPA, 1973)

Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Pemakaian organisme laut sebagai indikator pencemaran didasarkan pada kenyataan bahwa alam atau lingkungan yang tidak tercemar akan ditandai oleh kondisi biologi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam. Terdapat beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan, pertama pengaruh toksisitas logam pada insang. Insang selain sebagai alat pernafasan juga digunakan sebagai alat pengaturan tekanan antara air dan dalam tubuh ikan

Zat Pencemar Diencerkan dan Disebarkan oleh Masuk ke kosistem Laut Dibawa oleh Adukan Turbelensi

Arus Laut Dipekatkan oleh Arus Laut Biota Yang

Beruaya

Proses Biologis Proses Fisis

dan Kimiawi Diserap Oleh Ikan Diserap Oleh Plankton Diserap Oleh Rumput Laut

Absorbsi Pengendapan Pertukaran Ion

Zooplankton Avertebrata/ Benthos

Sedimentasi

(37)

(osmoregulasi). Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada ikan dan sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam.

A. Karakteristik logam berat 1. Cadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair 321oC dan titik didih 765oC. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3) (Palar, 2004). Di

perairan Cd akan mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut (Bryan, 1976). Menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke perairan berasal dari:

1. Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng. 2. Air bilasan dari elektroplating.

3. Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.

4. Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0, 2 % Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.

5. Pupuk phosfat dan endapan sampah.

Penggunaan Cd yang paling utama adalah sebagai stabiliser (penyeimbang) dan pewarna pada plastik dan elektroplating (penyepuh/pelapisan logam). Selain itu digunakan pula pada penyolderan dan pencampuran logam serta industri baterai. Akumulasinya dalam air tanah antara lain diakibatkan oleh kegiatan elektroplating (pelapisan emas dan perak), pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmen/zat warna lainnya, tekstil dan industri kimia (Darmono, 1995).

(38)

(biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan mengalami akumulasi Cd yang lebih banyak. Keracunan kadmium bisa menimbulkan rasa sakit, panas pada bagian dada, penyakit paru-paru akut dan menimbulkan kematian. Salah satu contoh kasus keracunan akibat pencemaran Cd adalah timbulnya penyakit itai-itai di Jepang (Palar, 2004).

2. Plumbum-Timah hitam (Pb)

Logam Pb secara alami tersebar luas pada batu-batuan dan lapisan kerak bumi (Clark, 1986). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A dengan nomor atom 82 dan bobot 207,2. Penyebaran Pb di bumi sangat sedikit yaitu 0,0002 % dari seluruh lapisan bumi. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah ataupun sebagai dampak dari aktifitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam perairan (Palar, 2004).

Timbal dan persenyawaannya digunakan dalam industri baterai sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam membentuk alloy dengan logam lain telah dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat metalurgi ini dalam penerapan yang sangat luas, contohnya digunakan untuk kabel listrik, kontruksi pabrik-pabrik kimia, kontainer dan memiliki kemampuan tinggi untuk tidak mengalami korosi (Palar, 2004). Selain itu, Pb dapat digunakan sebagai zat tambahan bahan bakar dan pigmen timbal dalam cat yang merupakan penyebab utama peningkatan kadar Pb di lingkungan (Darmono, 1995). Hampir 10 % dari total produksi tambang logam timbal digunakan untuk pembuatan tetra ethyl lead atau TEL yang dibutuhkan sebagai bahan penolong dalam proses produksi bahan bakar bensin karena dapat mendongkrak (boosting) nilai oktan bahan bakar sekaligus berfungsi sebagai antiknocking untuk mencegah terjadinya ledakan saat berlangsungnya pembakaran dalam mesin.

(39)

Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 03725/B/SK/VII/89 membatasi kandungan logam berat Pb maksimum pada sumberdaya ikan dan olahannya adalah adalah 2,0 ppm. Untuk batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan menurut Depkes RI (1989) pada Tabel 1.

Tabel 1. Batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan (DEPKES RI, 1989)

Parameter Satuan Batas Maksimum

Merkuri (Hg) µg/kg 500

Kadmium (Cd) µg/kg 1000

Timbal (Pb) µg/kg 2000

Kandungan Logam Berat Dalam Air

Air merupakan elemen penting bagi kehidupan organisme perairan. Untuk menjaga kualitas perairan yang mendukung kehidupan berbagai organisme maka diperlukan suatu pengontrolan dari berbagai aktifitas manusia yang memanfaatkan perairan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu kegiatan manusia yang memanfaatkan perairan adalah kegiatan industri. Sebagaimana diketahui secara umum bahwa hasil buangan akhir dari sebuah pabrik atau kegiatan industri bermuara ke perairan disekitarnya, meskipun perusahaan atau pabrik tersebut telah memiliki IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Air buangan yang telah di olah tidak terlepas akan sisa atau residu yang mengandung bahan berbahaya bagi kehidupan perairan baik dalam kadar yang banyak atau sedikit.

(40)

Tabel 2. Standar baku mutu air terhadap logam berat

Logam Simbol Standar Baku

Perikanan (mg/l)1 EPA (ppm)2

Kadmium Cd 0,01 0,0043

Krom Cr 0,05 0,016

Timbal Pb 0,01 0,065

Seng Zn 0,02 0,12

Merkuri Hg 0,002 0,0014 Keterangan :

1. PP No 82 tahun 2001

2. Environmental Protection Agency. 1973. Water Quality Criteria

Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara ilmiah kurang dari 1 g/l. Menurut Palar (2004) kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air dikontrol oleh : (1) pH badan air, (2) jenis dan konsentrasi logam dan khelat (3) keadaan komponen mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks.

Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan dari badan airnya melalui beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi oleh organisme perairan. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).

Berdasarkan peraturan pemerintah kandungan logam berat yang boleh masuk ke perairan laut mempunyai batasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (MENKLH, 2004)

Parameter Satuan Baku Mutu

Merkuri (Hg) Kadmium (Cd) Timbal (Pb)

mg/l mg/l mg/l

0,01 0,001 0,008

(41)

terkait dengan berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan tersuspensi total atau seston (Nanty, 1999). Dengan sendirinya interaksi dari faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap fluktuasi konsentrasi logam berat dalam air, karena sebagian logam berat tersebut akan masuk ke dalam sedimen.

Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen

Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar. Sedimen terdiri dari bahan organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang membusuk kemudian tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur dan bahan anorganik yang umumnya berasal dari pelapukan batuan (Sverdrup, 1966).

Kebanyakan perairan pesisir didominasi oleh substrat lunak. Substrat lumpur berasal dari sedimen yang terbawa oleh sungai ke perairan pesisir. Claphman (1973) menyatakan bahwa air sungai mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi, ketika partikel mencapai muara dan bercampur dengan air laut, partikel lumpur akan membentuk partikel yang lebih besar dan mengendap di dasar perairan.

Sedimen estuaria adalah secara fisiologis merupakan lingkungan yang kaku untuk kebanyakan invertebrata karena range kadar garamnya ( 14±30 0/00),

fluktuasi temperatur dan pasang surut. Banyak spesies yang umum digunakan dalam pengujian toksisitas di perairan laut dan tawar, tidak sesuai untuk mengukur toksisitas sedimen di estuaria karena toleransi kadar garam yang sempit atau tidak ada spesies endemik di estuaria.

Struktur sedimen pada tiap stasiun pengamatan berbeda. Pada stasiun pengamatan 1 struktur sedimen tergolong pada pasir kasar dan banyak batuan. Sedangkan pada stasiun pengamatan 2 dan 3 termasuk sedimen lumpur. Karakteristik perbedaan sedimen ikut berperan pada pola penyebaran dari konsentrasi logam di dasar perairan.

(42)

pelapukan batuan. Biogenous adalah sedimen yang berasal dari organisme berupa sisa-sisa tulang, gigi atau cangkang organisme, sedangkan hydrogenous merupakan sedimen yang terbentuk karena reaksi kimia yang terjadi di laut (Hutabarat dan Stewart, 1985).

Karakteristik sedimen akan mempengaruhi morfologi, fungsional, tingkah laku serta nutrien hewan benthos. Hewan benthos seperti bivalva dan gastropoda beradaptasi sesuai dengan tipe substratnya. Adaptasi terhadap substrat ini akan menentukan morfologi, cara makan dan adaptasi fisiologis organisme terhadap suhu, salinitas serta faktor kimia lainnya (Razak, 2002). Disamping tipe substrat, ukuran partikel sedimen juga berperan penting dalam menentukan jenis benthos laut (Levinton, 1982). Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang kasar sampai halus. Menurut Buchanan (1984) berdasarkan skala Wenworth sedimen di klasifikasikan berdasarkan ukuran partikelnya (Tabel 4).

Sedimen terdiri dari beberapa komponen bahkan tidak sedikit sedimen yang merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut. Adapun komponen itu bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat.

Tabel 4. Klasifikasi partikel sedimen menurut skala Wenworth (Buchanan, 1984)

Ukuran partikel No. Partikel

mm µm

1. Boulder (batuan) > 256 > 256x103

2. Cobble (batuan bulat) 64-256 64x103-256x103

3. Pebble (batu kerikil) 4,0-64 4000-64000

4. Granule (butiran) 2,0-4,0 2000-4000

5. Verycoarsesand (pasir sangat kasar) 1,0-2,0 1000-2000

6. Coarse sand (pasir kasar) 0,5-1,0 500-1000

7. Medium sand (pasir sedang) 0,25-0,5 250-500

8. Fine sand (pasir halus) 0,125-0,25 125-250

9. Very fine sand (pasir sangat halus) 0,0625-0,125 62,5-125

10. Silt (Lumpur) 0,0039-0,0625 3,9-62,5

11. Clay (liat) < 0,0039 < 3,9

(43)

hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991)

Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991). Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia.Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen. 2. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.

3. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.

Beberapa material yang terkonsentrasi di udara dan permukaan air mengalami oksidasi, radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan, material ini akan saling berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu dalam sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Hal ini tidak menguntungkan bagi organisme yang hidup di dasar seperti oyster dan kepiting sebagai filter feeder, partikel sedimen ini akan masuk ke dalam sistem pencernaannya (Williams, 1979).

(44)

lumpur (Palar, 2004). Selain itu, kenaikan suhu air laut dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat. Suhu air laut yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar laut. Sementara saat suhu air laut naik, senyawa logam berat akan melarut di air laut karena penurunan laju adsorpsi ke dalam partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air laut selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan mengendap hingga ke dasar laut, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air laut dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air laut, viskositas (kekentalan) air laut, temperatur air laut, arus serta faktor-faktor lainnya.

Daya larut logam berat dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kondisi lingkungan perairan. Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap. Logam berat seperti Zn,Cu, Cd, Pb, Hg dan Ag akan sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik (Ramlal, 1987). Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen (Wilson, 1988).

Kandungan logam berat pada sedimen umumnya rendah pada musim kemarau dan tinggi pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam berat dalam sedimen pada musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan tanah yang terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang diduga mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara dan pada akhirnya terjadi proses sedimentasi (Bryan, 1976).

(45)

memungkinkan terjadinya proses sedimentasi (pengendapan). Jika kapasitas angkut sedimen cukup besar, maka sedimen di dasar perairan akan terangkat dan terpindahkan. Sesuai teori gravitasi, apabila partikulat memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air laut maka partikulat akan mengendap di dasar laut atau terjadi proses sedimentasi.

Menurut Bernhard (1981) konsentrasi logam berat tertinggi terdapat dalam sedimen yang berupa lumpur, tanah liat, pasir berlumpur dan campuran dari ketiganya dibandingkan dengan yang berupa pasir murni. Hal ini sebagai akibat dari adanya gaya tarik elektro kimia partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan pengikatan oleh sekresi lendir organisme.

Kandungan Logam Berat Dalam Tubuh Ikan

Darmono (2001) logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal). Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat dalam air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis (Connel dan Miller 1995).

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami tiga macam proses akumulasi yaitu fisik, kimia dan biologis. Buangan limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dengan toksisitas yang tinggi dan kemampuan biota untuk menimbun logam bahan pencemar mengakibatkan bahan pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia lalu mengendap di dasar laut. Melalui rantai makanan terjadi metabolisme bahan berbahaya secara biologis dan akhirnya akan mempengaruhi kesehatan manusia. Akumulasi melalui proses biologis inilah yang diesbut dengan bioakumulasi (Hutagalung, 1984).

(46)

membran. Proses transportasi dapat berlangsung dengan 2 cara : transpor pasif (yaitu melalui proses difusi) dan transpor aktif (yaitu dengan sistem transpor khusus, dalam hal ini zat lazimnya terikat pada molekul pengemban). Bahan pencemar dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui tiga cara yaitu melalui rantai makanan, insang dan difusi permukaan kulit (Hutagalung, 1984).

Beberapa efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh menurut Palar (2004) antara lain :

1. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam jumlah yang cukup.

2. Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebarannya, akumulasi dan waktu retensinya di dalam tubuh.

3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata linkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri disebabkan oleh perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri itu, dari satu tipe ke tipe lainnya.

4. Pegaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubub adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel. Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang (sulfur) yang terdapat dalam enzim atau dinding sel.

5. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen.

2.4. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Ikan baung tergolong kedalam benthopelagic, dan hidup di perairan tawar dan payau dengan kisaran pH 7 – 8,2 dan suhu 22 – 25oC. Secara umum ikan baung terdistribusi dibeberapa daerah atau negara yaitu; Asia: Mekong, Chao Phraya dan Xe Bangfai basins; juga dari Malay Peninsula, Sumatra, Java, Borneo.

(47)

bergerigi, lubang hidug berjauhan, yang di belakang dengan satu sungut hidung. Sirip punggung berjari-jari keras tajam. Ikan ini tidak bersisik, mulutnya tidak dapat disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1-4 pasang sungut dan umumnya berupa sirip tambahan.

Adapun tingkatan taksonomi ikan baung (Fish base, 2006) adalah sebagai berikut:

Domain : Eukaryota Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Branch : Deuterostomia Infrakingdom : Chordonia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Infraphylum : Gnathostomata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Infraclass : Actinopteri Superdivision : Neopterygii Division : Halecostomip Subdivision : Teleostei Infradivision : Elopocephala Cohort : Clupeocephala Subcohort : Otocephala Division : Ostariophysi Order : Siluriformes Family : Bagridae Genus : Hemibagrus

[image:47.612.130.505.505.654.2]

Spesies : Hemibagrus nemurus Linneus

(48)

2.5. Histopatologi

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas system biologi. Peristiwa timbulnya pengaruh berbahaya atau efek toksik racun atas makhluk hidup, melalui beberapa proses. Pertama kali makhluk hidup mengalami pemejanan dengan racun. Berikutnya, setelah mengalami absorpsi dari tempat pemejanannya, racun atau metabolitnya kan terdistribusi ke tempat aksi (sel sasaran atau reseptor) tertentu yang ada di dalam diri makhluk hidup. Ditempat aksi ini, kemudian terjadi interaksi antara racun atau metabolitnya dan komponen penyusun sel sasaran atau reseptor. Dan sebagai akibat sederetan peristiwa biokimia dan biofisika berikutnya, akhirnya timbul pengaruh berbahaya atau efek toksik dengan wujud dan sifat tertentu.

Ketoksikan racun ditentukan oleh keberadaan racun ditempat aksi, dan keadaan ini bergantung pada keefektifan absorpsi, distribusi dan eliminasi racun tersebut. Keefektifan absorpsi racun menentukan kecepatan dan kadar atau jumlah racun yang ada dalam sirkulasi darah. Keefektifan distribusi menentukan kecepatan dan kadar jumlah racun yang ada dalam tempat aksi tertentu. Dan keefektifan eliminasi, menentukan kadar atau jumlah racun dan lama tinggal racun di tempat aksinya.

Ada berbagai kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi. Dapat dibedakan antara: 1. Efek toksik akut, yang mempunyai korelasi langsung dengan absorpsi zat toksik. 2. Efek toksik kronis, yang acapa kali zat toksik dalam jumlah kecil-diabsorpsi sepanjang jangka waktu yang lama-terakumlasi mencapai konsentrasi toksik dan karena itu akhirnya menimbulkan gejala keracunan.

(49)

Insang

Insang adalah organ berhubungan dengan pernapasan utama dari ikan. insang Epithelium dari ikan adalah lokasi pertukaran gas yang utama, keseimbangan asam basa, regulasi ion. Fungsi organ pernafasan ini adalah hal yang penting bagi kehidupan ikan, dan untuk seluruh keberadaan ikan itu. Oleh karena itu, jika ikan diekspos ke lingkungan yang tercemar, akan membahayakan fungsi utama dari organ pernafasan ikan tersebut.

Insang sebagai alat pernafasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengukur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Logam kelas B sangat reaktif terhadap ligan sulfur dan nitrogen, sehingga ikatan logam kelas B tersebut sangat penting bagi fungsi normal metaloenzim dan juga metabolisme terhadap sel. Bilamana metaloenzim disubsitusi oleh logam yang bukan semestinya, maka akan menyebabkan protein mengalami deformasi dan mengakibatkan menurunnya kemampuan katalitik enzim tersebut. Disamping gangguan sistem biokimiawi tersebut perubahan struktur morfologi insang juga terjadi.

Insang meruapakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Tiap-tiap filamen insang terdiri atas banyak lamella. Struktur lamella tersusun atas sel-sel epithel yang tipis pada bagian luar, membran dasar dan sel-sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggirian lamella yang tidak menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epitelium dan mengandung jaringan pembuluh darah kapiler.

(A) (B)

(50)

Affandi dan Tang (2002), mengemukakan bahwa insang pada ikan terbagi dua yaitu insang dalam dan insang luar. Insang dalam seperti insang septal (pada ikan elasmobranchii) dan insang tertutup (ikan teleostei). Tiap lengkung insang mempunyai filament (lamella primer) yang banyak dimana jumlahnya mencapai ratusan. Jumlah filament berbeda untuk tiap ikan tergantung pada beberapa factor seperti ukuran dan luas permukaan tubuh serta habitat hidupnya. Tiap-tiap filament insang mempunyai banyak lamella sekunder dengan dinding tipis. Lamella primer: ephitelium pada lamella primer terdiri dari beberapa lapis sel, terdapat 2 bentuk sel pada lamella ini yaitu : sel monocyte merupakan sel chlorid yang berfungsi dalam pertukaran garam, pembuangan garam pada ikan laut dan pengambilan garam pada ikan tawar, sel monocyte yang berfungsi untuk menghasilkan mucus. Lamella sekunder terdapat pada bagian atas dan bawah permukaan lamella primer dan ditutupi oleh dinding (ephitellium) yang tipis. Ephitellium tersebut terletak di bawah membran yang didukung oleh sel pillar. Jarak antar sel pillar disebut lacunae yang menghubungkan darah arteri afferent dan efferent. Jumlah dari lamella sekunder tergantung pada ukuran luas, luas permukaan tubuh dan kebiasaan hidup ikan.

Sel-sel lain yang ditemukan pada lamella primer dan sekunder adalah melanosit, limposit, makropage, sel endothelid, sel mocous, sel rodlet dan sel chlorid. Sel chlorid terletak antara lamella sekunder pada filamen insang.

(51)
[image:51.612.234.407.78.309.2]

Gambar 5. Insang yang terkena polutan. (a-f) lamella, (1) epithelial lifting (2) nekrosis (3) lamella fusion (4) hypertrophy (5) hyperplasia (6) epithelial rupture (7) mucus secresion (8) lamella anuerism (9) vascular congestion (10) mucus cell proliferation (11) Chloride cell damage early (12) chloride cell proliferation (13) leucocyte infiltration of ephitelium (14A) lamella blood sinus dilates (14B) Lamella sinus constricts. (Heath, 1987)

Ginjal

Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk polutan seperti logam berat yang toksik. Hal tersebut menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan oleh daya toksik logam. Dari perubahan terjadi pada ginjal maka tubulus ginjal lebih sering terjadi kerusakan daripada glomerulus, disamping itu bagian proksimat lebih banyak menderita.

Ginjal ikan baung terletak dibelakang bagian kepala/bagian depan dari perut ikan, bersebelahan dengan jantung ikan dengan beberapa bagian memanjang ke dalam rongga di dasar sirip dada dekat ginjal bagian depan. Jaringan ginjal ikan lebih rapuh dan konsistensinya lebih lunak dari vertebrata lainnya.

(52)

bahan toksik yang terekspose dan bahan toksik yang ada di lingkungan perairan bagi organisme.

(53)

III. BAHAN DAN METODE

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Kampar Provinsi Riau (Gambar 6), laboratorium parasit dan penyakit dan laboratorium lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2006.

Keterangan :

[image:53.612.136.513.212.578.2]

1. Stasiun 1 : Hulu sungai 2. Stasiun 2 : Sekitar pabrik 3. Stasiun 3 : Muara sungai

Gambar 6. Lokasi penelitian di Provinsi Riau

3.2. Bahan dan Alat

Untuk pengukuran kualitas air, bahan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan untuk kegiatan lainnya yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Stasiun 1 Stasiun 3

(54)

Tabel.5. Metode pengukuran parameter kualitas air

No. Parameter Kualitas air Alat Keterangan

1 2

Fisika Suhu air (ºC) TSS Termometer Gravimetrik Insitu Laboratorium 3 4 5 Kimia Salinitas (ppt) pH Logam (Pb,Cd) Refraktometer pH meter Spektofotometrik Insitu Insitu Laboratorium

Tabel 6. Bahan dan alat yang dipergunakan

No Alat Bahan

1 Penangkapan Ikan Jaring insang Dasar

2 Sedimen Petersen Grabe Pengawet

3 Histologi Botol film, gelas objek glass, microtome, incubator, water bath, mikroskop dan kamera, scaple.

insang dan ginjal ikan BNF

(buffered neutral

formalin), ethanol 70 %, 80%, 90 % dan absolut, xylol, parafin

4 Logam Spektrofotometer (AAS) air, sedimen dan organ ikan (insang dan ginjal)

3.3. Metode

3.3.1. Stasiun Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di tiga stasiun yang dipilih atas dasar jenis aktivitas-aktivitas di sekitarnya yang dapat menimbulkan pencemaran. Pada setiap stasiun dilakukan 3 kali pengulangan. Penentuan stasiun tersebut adalah sebagai berikut:

Stasiun I: Bagian hulu dari muara sungai Stasiun II: Sekitar aktivitas pabrik

Stasiun III: Muara sungai

(55)

3.3.2.Metode Parameter Kualitas Air

Metode pengambilan dan penanganan contoh air serta metode kualitas air mengacu pada APHA (1989).

3.3.3.Pembuatan Preparat Histologi

Pengamatan biota ikan yang terkena dampak limbah, dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode mikroteknik, yaitu dengan cara membuat preparat histologis. Preparat histologis yang dibuat adalah insang dan ginjal ikan. Adapun prosedur dalam pembuatan preparat histologis adalah:

1. Ikan dibedah dan diambil bagian insang dan ginjalnya. 2. Diawetkan dengan formalin 4 % selama 24 jam. 3. Difiksasi dengan alkohol 70 % selama 24 jam.

4. Alkohol 80%, 90%, 95 %, absolut i dan ii masing-masing 1 jam. 5. Alkohol : xylol (1:1) selama 1 jam.

6. Xylol I dan II masing-masing 1 jam

7. Infiltrasi parafin dalam oven 600 C, xylol:parafin (1:1), Parafin I dan II masing-masing 1 jam

8. Sampel ditanam dalam cetakan dan dibiarkan mengeras. 9. Blok ditempel pada holder atau blok kayu.

10. Sampel dipotong dengan microtome dengan ketebalan 6-10 mikron. 11. Potongan ditempel pada objek glass yang sebelumnya telah diolesi dengan

glycerin albumin.

12. Sample dikeringkan pada incubator 400 C selama 24 jam lalu diwarnai dengan HE. Proses pewarnaan dengan menggunakan hemotoxylin dan eosin dengan langkah sebagai berikut :

™ Deparaffinasi dengan xylol I dan II masing-masing 2 menit.

™ Dimasukkan ke dalam alkohol absolut, 96 % dan 90 % masing-masing selama 2 menit.

™ Kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 80 % dan 70% masing-masing selama 20 detik.

™ Dicuci dengan air mengalir lebih kurang 2 menit

(56)

™ Dicuci dengan air mengalir sampai jernih.

™ Dimasukkan ke dalam eosin selama 1,5 menit.

™ Dicuci dengan air mengalir sampai jernih

™ Direndam dengan alkohol 70 %, 89%, 90%, absolute, xylol i dan ii masing-masing 2 menit.

13. Ditutup dengan cover glass yang sudah di tetesi dengan entelan neu. 14. Dikeringkan dalam oven pada suhu 400 C selama 24 jam, kemudian di

amati di bawah mikroskop.

3.3.4. Pengukuran Kandungan Logam Berat

Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometrik serapan atom (AAS) yaitu dengan menggunakan prinsip berdasarkan Hukum Lambert-Beert yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Persamaan garis antara konsentrasi logam berat dengan absorbansi adalah persamaan linier dengan koefisien arah positif: Y = a + bX. Dengan memasukkan nilai absorbansi larutan contoh ke persamaan garis larutan standar maka kadar logam berat contoh dapat diketahui (Hutagalung et al., 1997).

(57)

Gambar 7. Prinsip kerja spektrofotometrik

3.3.4.1. Pengukuran Kandungan Logam berat Untuk Ikan

Organ yang dibutuhkan untuk dapat digunakan dalam analisis AAS sebesar 5 gram. Kemudian ditimbang, dilakukan pengabuan kering sesudah penghilangan bahan-bahan organik dengan pengabuan kering, residu dilarutkan dalam asam encer. Larutan disebarkan dalam nyala api yang ada dalam alat AAS sehingga absorpsi/emisi logam dapat dianalisa dan diukur pada panjang gelombang tertentu.

Adapun prosedur metode Spektrofotometrik (AAS) adalah : (A).Larutan abu berasal dari pengabuan basah

1. Memindahkan larutan abu ke dalam labu takar. Pilih labu takar yang sesuai sehingga diperoleh konsentrasi logam yang sesuai dengan kisaran kerjanya.

2. Ditepatkan sampai tanda tera dengan air lalu campur sampai merata. (B). Abu berasal dari pengabuan kering

1. Ditambahkan 5-6 ml HCN 6 N ke dalam cawan/pinggan berisi abu, kemudian dengan ginjal-ginjal panaskan di atas hot plate (pemanas) dengan pemanasan rendah sampai kering.

(58)

3. Didinginkan dan saring dengan menggunakan kertas saring, masukkan filtrat ke dalam labu takar yang sesuai. Usahakan padatan tertinggi sebanyak mungkin dalam cawan.

4. Ditambahkan 10 ml HCN 3N ke dalam cawan, kemudian panaskan sampai larutan mendidih.

5. Didinginkan, saring dan masukkan filtrat ke dalam labu takar.

6. Cawan dicuci denga

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran efek pencemaran pada muara Sungai Kampar terhadap ikan dalam pengelolaan lingkungan
Gambar 2. Skema proses alami yang terjadi jika polutan (logam berat) masuk ke lingkungan laut (EPA, 1973)
Gambar 3. Ikan baung (Hemibagrus nemurus)
Gambar 5. Insang yang terkena polutan. (a-f) lamella, (1) epithelial lifting (2) nekrosis (3) lamella fusion (4) hypertrophy (5) hyperplasia (6) epithelial rupture (7) mucus secresion (8) lamella anuerism (9) vascular congestion (10) mucus cell proliferati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan penentuan alat tangkap yaitu ukuran mata jaring dan pembatasan penangkapan ikan baung khususnya pada stasiun 2, karena nelayan di Sungai bingai

 Diperlukan upaya pemeliharaan ketersediaan makanan alami ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri Riau.  Informasi kebiasaan makanan ikan motan ini

Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya Dalam Upaya Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus C.V.) Dari Perairan Sungai Kampar Riau .IPB,Bogor.. Sun, C.L.,

Hasil analisis proksimat dari produk makanan jajanan berbasis konsentrat protein ikan baung ( crackers, cookies cokelat dan tortilla ) menunjukkan bahwa kadar air

Hasil penelitian tentang pengaruh dosis akriflavin dan lama perendaman yang berbeda pada benih ikan baung ( Hemibagrus nemurus ) terhadap tingkat sintasan

VINDY RILANI MANURUNG: Studi Aspek Reproduksi Ikan Baung (Mystus nemurus Cuvier Vallenciennes) di Sungai Bingai Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara.. Dibimbing oleh

Analisis kebiasaan makanan ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri dilakukan terhadap 252 ekor ikan yang terdiri atas 125 ekor ikan dari

Hasil pengamatan diharapkan dapat digunakan sebagai bagian dari bahan kebijakan pengelolaan ikan belida di perairan umum, khususnya di Sungai Kampar..