• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Oryza Sativa Daroini. F34101082. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). Dibawah bimbingan Faqih Udin dan Erliza Hambali. 2006.

RINGKASAN

Kesehatan merupakan sesuatu yang berharga sehingga perlu dijaga dan diperhatikan. Harga obat-obatan yang semakin mahal mendorong konsumen mencoba alternatif lain dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Hal ini menimbulkan trend baru dalam dunia kesehatan yaitu back to nature dengan menggunakan tanaman tradisional untuk menjaga kesehatan. Minuman teh merupakan hasil olahan dari daun teh (Camellia sinensis) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman. Di Indonesia, minuman teh telah lama dikenal dan telah memasyarakat. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi minuman teh herbal dari campuran teh hijau, rimpang bangle dan daun ceremai yang dapat diterima secara organoleptik, diversifikasi teh herbal dengan penambahan kayu manis serta mengetahui komposisi kimia dari formula teh herbal dengan kayu manis terpilih. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu analisa proksimat bahan baku (teh hijau, rimpang bangle dan daun ceremai). Tahap kedua yaitu penentuan formulasi bahan baku untuk pembuatan teh herbal dan tahap ketiga adalah penambahan ekstrak kayu manis.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian pendahuluan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor, banyaknya teh (T), rimpang bangle (B) dan daun ceremai (C) yang digunakan pada masing-masing formulasi. Masing-masing faktor terdiri dari 3 taraf perlakuan (1, 3 dan 5 gram). Sedangkan rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian lanjutan adalah rancangan faktor tunggal dengan 5 taraf : 0 (tanpa penambahan kayu manis), 2,5, 5, 7,5 dan 10 ml.

Formula hasil uji organoleptik dengan nilai hedonik tertinggi dari parameter aroma, warna dan rasa adalah T1B1C2 (teh hijau 1 gram, bangle 1 gram, dan daun ceremai 3 gram). Formula tersebut kemudian ditambahkan ekstrak kayu manis sebanyak 0 ml (A1), 2,5 ml (A2), 5 ml (A3), 7,5 ml (A4), dan 10 ml (A5). Pengujian yang dilakukan meliputi nilai pH, total padatan terlarut (TPT) dan total fenol. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa variasi formula berpengaruh terhadap nilai pH. Melalui uji lanjut Duncan, formula A5 dan A3 memberikan pengaruh yang sama dan mempunyai nilai pH yang rendah. Sedangkan formula A2 merupakan formula yang menghasilkan nilai pH tertinggi dan terpilih sebagai formula terbaik.

(3)

Nilai total fenol tertinggi terdapat pada formula A5, yaitu teh herbal dengan kayu manis sebanyak 10 ml. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa penambahan kayu manis dengan berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap nilai total fenol. Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai total fenol menunjukkan bahwa kelima formula memiliki hasil yang berbeda nyata satu dengan yang lain.

(4)

Oryza Sativa Daroini. F34101082. Study on Processing of Herbal Tea from Green Tea (Camellia sinensis), Purple Ginger (Zingiber cassumunar Roxb.), and Ceremai Leaf (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). Under supervision Faqih Udin and Erliza Hambali. 2006.

SUMMARY

Health is something worth that requires to be taken care and need special attention. The expensive cost of medicine make consumer to try another alternatives to maintain their health. This phenomenon cause a new trend in the world of health called back to nature. This trend use traditional herbs as medicine’s raw material. Tea beverage is a result from tea leaf (Camellia sinensis) processing. In Indonesia, tea beverages have been known for a long time. Besides as beverage, many people believe that tea is good for body’s health.

The objective of this study are formulation of herbal tea from green tea, purple ginger and ceremai leaf that can be accepted by organoleptic test, herbal tea diversification with cinnamon addition and discover the chemical composition from herbal tea with the cinnamon chosen. This study consists of three steps. First step is raw material’s proximate analysis (green tea, purple ginger and ceremai leaf). The second step is determining raw material formulation for herbal tea production and the third step is cinnamon extract addition.

The preliminary study use complete random design with three factors that were a number of teas (T), purple ginger (B) and ceremai leaf (C) at each formulation. Each factor consists of three levels: 1 grams, 3 grams and 5 grams. The primary study use single factor design with 5 levels: 0 (without cinnamon addition), 2, 5, 5, 7, 5 and 10 ml.

From organoleptic test, the most favorite aroma, color and taste is T1B1C2. This formula consist of green tea 1 grams, purple ginger 1 gram, and ceremai leaf 3 grams. Then, it’s enhanced by cinnamon extract : 0 ml (A1), 2,5 ml (A2), 5 ml (A3), 7,5 ml (A4), and 10 ml (A5). The formula was tested in pH value, total solid solubility (TPT) and total phenol. Analysis variant gives result that variety of formula affected in pH value. Duncan test analysis show that formula A5 and A3 have same affect and have the lowest pH value. Formula A2 has the highest pH value.

The herbal tea with cinnamon addition 10 ml have the highest total solid solubility equal to 8,5ºBrix. Analysis variant show that cinnamon addition with various level doesn’t affect the total solid solubility. The herbal tea with cinnamon addition has total phenol mean value 9,38-13,75 ppm. Herbal tea with cinnamon addition 10 ml has the highest value of total phenol. The analysis of varians shows that cinnamon addition with various level gives affect in total phenol. Duncan test show significantly affected with others.

(5)

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

Dilahirkan pada tanggal 24 Juli 1983 Di Madiun

Tanggal lulus : 16 Desember 2005

Menyetujui, Bogor, Januari 2006

(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Januari 2006 Yang membuat pernyataan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 24 Juli 1983. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Widodo Daroini dan Sunarsih.

Pada tahun 1989 Penulis memulai pendidikan di MI Islamiyah Madiun dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1995 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Madiun dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Madiun dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala kerendahan hati Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pencipta langit dan bumi beserta segala isinya, yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah bagi Nabi Muhammad SAW, Rasulullah mulia, teladan umat, utusan yang benar dalam janjinya serta terpercaya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Faqih Udin, MSc selaku Dosen Pembimbing Akademik I yang telah memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.

2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik II yang telah memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.

3. Farah Fahma, STP, MT selaku Dosen Penguji yang telah bersedia memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Kedua orang tua dan keluargaku atas doa, dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya yang menguatkan langkah perjalanan ini.

5. Seluruh staf PT. Liza Herbal Internasional yang telah memberikan bantuan dan informasi selama penelitian berlangsung.

6. Seluruh laboran atas segala bantuan dan arahannya selama penelitian. 7. TINers 38 atas persaudaraan dan persahabatannya selama ini.

8. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga hasil yang sederhana ini dapat menjadi pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang serta dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

(10)
(11)

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Oryza Sativa Daroini. F34101082. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). Dibawah bimbingan Faqih Udin dan Erliza Hambali. 2006.

RINGKASAN

Kesehatan merupakan sesuatu yang berharga sehingga perlu dijaga dan diperhatikan. Harga obat-obatan yang semakin mahal mendorong konsumen mencoba alternatif lain dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Hal ini menimbulkan trend baru dalam dunia kesehatan yaitu back to nature dengan menggunakan tanaman tradisional untuk menjaga kesehatan. Minuman teh merupakan hasil olahan dari daun teh (Camellia sinensis) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman. Di Indonesia, minuman teh telah lama dikenal dan telah memasyarakat. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi minuman teh herbal dari campuran teh hijau, rimpang bangle dan daun ceremai yang dapat diterima secara organoleptik, diversifikasi teh herbal dengan penambahan kayu manis serta mengetahui komposisi kimia dari formula teh herbal dengan kayu manis terpilih. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu analisa proksimat bahan baku (teh hijau, rimpang bangle dan daun ceremai). Tahap kedua yaitu penentuan formulasi bahan baku untuk pembuatan teh herbal dan tahap ketiga adalah penambahan ekstrak kayu manis.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian pendahuluan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor, banyaknya teh (T), rimpang bangle (B) dan daun ceremai (C) yang digunakan pada masing-masing formulasi. Masing-masing faktor terdiri dari 3 taraf perlakuan (1, 3 dan 5 gram). Sedangkan rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian lanjutan adalah rancangan faktor tunggal dengan 5 taraf : 0 (tanpa penambahan kayu manis), 2,5, 5, 7,5 dan 10 ml.

Formula hasil uji organoleptik dengan nilai hedonik tertinggi dari parameter aroma, warna dan rasa adalah T1B1C2 (teh hijau 1 gram, bangle 1 gram, dan daun ceremai 3 gram). Formula tersebut kemudian ditambahkan ekstrak kayu manis sebanyak 0 ml (A1), 2,5 ml (A2), 5 ml (A3), 7,5 ml (A4), dan 10 ml (A5). Pengujian yang dilakukan meliputi nilai pH, total padatan terlarut (TPT) dan total fenol. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa variasi formula berpengaruh terhadap nilai pH. Melalui uji lanjut Duncan, formula A5 dan A3 memberikan pengaruh yang sama dan mempunyai nilai pH yang rendah. Sedangkan formula A2 merupakan formula yang menghasilkan nilai pH tertinggi dan terpilih sebagai formula terbaik.

(13)

Nilai total fenol tertinggi terdapat pada formula A5, yaitu teh herbal dengan kayu manis sebanyak 10 ml. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa penambahan kayu manis dengan berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap nilai total fenol. Hasil uji lanjut Duncan terhadap nilai total fenol menunjukkan bahwa kelima formula memiliki hasil yang berbeda nyata satu dengan yang lain.

(14)

Oryza Sativa Daroini. F34101082. Study on Processing of Herbal Tea from Green Tea (Camellia sinensis), Purple Ginger (Zingiber cassumunar Roxb.), and Ceremai Leaf (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.). Under supervision Faqih Udin and Erliza Hambali. 2006.

SUMMARY

Health is something worth that requires to be taken care and need special attention. The expensive cost of medicine make consumer to try another alternatives to maintain their health. This phenomenon cause a new trend in the world of health called back to nature. This trend use traditional herbs as medicine’s raw material. Tea beverage is a result from tea leaf (Camellia sinensis) processing. In Indonesia, tea beverages have been known for a long time. Besides as beverage, many people believe that tea is good for body’s health.

The objective of this study are formulation of herbal tea from green tea, purple ginger and ceremai leaf that can be accepted by organoleptic test, herbal tea diversification with cinnamon addition and discover the chemical composition from herbal tea with the cinnamon chosen. This study consists of three steps. First step is raw material’s proximate analysis (green tea, purple ginger and ceremai leaf). The second step is determining raw material formulation for herbal tea production and the third step is cinnamon extract addition.

The preliminary study use complete random design with three factors that were a number of teas (T), purple ginger (B) and ceremai leaf (C) at each formulation. Each factor consists of three levels: 1 grams, 3 grams and 5 grams. The primary study use single factor design with 5 levels: 0 (without cinnamon addition), 2, 5, 5, 7, 5 and 10 ml.

From organoleptic test, the most favorite aroma, color and taste is T1B1C2. This formula consist of green tea 1 grams, purple ginger 1 gram, and ceremai leaf 3 grams. Then, it’s enhanced by cinnamon extract : 0 ml (A1), 2,5 ml (A2), 5 ml (A3), 7,5 ml (A4), and 10 ml (A5). The formula was tested in pH value, total solid solubility (TPT) and total phenol. Analysis variant gives result that variety of formula affected in pH value. Duncan test analysis show that formula A5 and A3 have same affect and have the lowest pH value. Formula A2 has the highest pH value.

The herbal tea with cinnamon addition 10 ml have the highest total solid solubility equal to 8,5ºBrix. Analysis variant show that cinnamon addition with various level doesn’t affect the total solid solubility. The herbal tea with cinnamon addition has total phenol mean value 9,38-13,75 ppm. Herbal tea with cinnamon addition 10 ml has the highest value of total phenol. The analysis of varians shows that cinnamon addition with various level gives affect in total phenol. Duncan test show significantly affected with others.

(15)

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN PROSES PEMBUATAN TEH HERBAL DARI CAMPURAN TEH HIJAU (Camellia sinensis), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar

Roxb.) DAN DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

ORYZA SATIVA DAROINI F34101082

Dilahirkan pada tanggal 24 Juli 1983 Di Madiun

Tanggal lulus : 16 Desember 2005

Menyetujui, Bogor, Januari 2006

(17)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Campuran Teh Hijau (Camellia sinensis), Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) dan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeels.)” adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Januari 2006 Yang membuat pernyataan

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 24 Juli 1983. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang merupakan anak dari pasangan Widodo Daroini dan Sunarsih.

Pada tahun 1989 Penulis memulai pendidikan di MI Islamiyah Madiun dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1995 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Madiun dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Madiun dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(19)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala kerendahan hati Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pencipta langit dan bumi beserta segala isinya, yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah bagi Nabi Muhammad SAW, Rasulullah mulia, teladan umat, utusan yang benar dalam janjinya serta terpercaya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Faqih Udin, MSc selaku Dosen Pembimbing Akademik I yang telah memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.

2. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik II yang telah memberikan arahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.

3. Farah Fahma, STP, MT selaku Dosen Penguji yang telah bersedia memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Kedua orang tua dan keluargaku atas doa, dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya yang menguatkan langkah perjalanan ini.

5. Seluruh staf PT. Liza Herbal Internasional yang telah memberikan bantuan dan informasi selama penelitian berlangsung.

6. Seluruh laboran atas segala bantuan dan arahannya selama penelitian. 7. TINers 38 atas persaudaraan dan persahabatannya selama ini.

8. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga hasil yang sederhana ini dapat menjadi pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang serta dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

(20)
(21)

Halaman

C. UJI ORGANOLEPTIK ... 22

1. Aroma ... 23

2. Warna ... 25

3. Rasa ... 26

D. PENAMBAHAN KAYU MANIS ... 28

1. Nilai pH ... 29

2. Total Padatan Terlarut ... 31

3. Total Fenol ... 32

E. PEMILIHAN PRODUK TERBAIK ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. KESIMPULAN ... 37

B. SARAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Komposisi kimia daun teh (% berat kering) ... 3 Tabel 2. Komposisi kulit kayu manis jenis Cinnamon dan Cassia ... 10 Tabel 3. Analisis proksimat bahan baku ... 19 Tabel 4. Hasil analisis nilai pH teh herbal dengan penambahan kayu manis .. 29 Tabel 5. Hasil analisis nilai total padatan terlarut teh herbal dengan

penambahan kayu manis ... 31 Tabel 6. Hasil analisis nilai total fenol teh herbal dengan penambahan

kayu manis ... 33 Tabel 7. Penilaian kepentingan setiap parameter kesukaan ... 35 Tabel 8. Komposisi teh herbal terbaik (penambahan kayu manis

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Tanaman teh (Camellia sinensis) ... 4 Gambar 2. (a) teh hijau, (b) teh hitam dan (c) teh oolong... 5 Gambar 3. Tanaman bangle (Zingiber cassumunar) ... 7 Gambar 4. Tanaman Ceremai ... 8 Gambar 5. Cinnamomum zeylanicum dan Cinnamomum burmanii ... 9 Gambar 6. Tanaman stevia (Stevia rebaudiana) ... 11 Gambar 7. Diagram alir proses pembuatan minuman teh herbal ... 15 Gambar 8. Diagram alir proses pembuatan minuman teh herbal terbaik ... 16 Gambar 9. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan aroma

teh herbal ... 24 Gambar 10. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan warna

teh herbal ... 25 Gambar 11. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan rasa

teh herbal ... 27 Gambar 12. Histogram nilai pH teh herbal dengan penambahan kayu manis .. 30 Gambar 13. Histogram nilai total fenol teh herbal dengan penambahan

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Neraca massa proses pembuatan teh herbal dengan

penambahan ekstrak daun stevia 10 ml dan ekstrak kayu

manis 10 ml ... 44 Lampiran 2. Prosedur Analisa ... 45 Lampiran 3. Rekapitulasi data analisis kadar sari dan nilai pH formula

teh herbal ... 50 Lampiran 4. Analisa keragaman dan uji lanjutan kadar sari teh herbal ... 51 Lampiran 4a. Analisa keragaman kadar sari ... 51 Lampiran 4b. Uji lanjutan faktor perlakuan jumlah teh terhadap kadar

sari teh herbal ... 51 Lampiran 5. Analisa keragaman dan uji lanjutan nilai pH teh herbal ... 52 Lampiran 5a. Analisa keagaman nilai pH ... 52 Lampiran 5b. Uji lanjutan faktor perlakuan jumlah teh terhadap nilai

pH teh herbal ... 52 Lampiran 6. Lembar uji organoleptik minuman teh herbal ... 53 Lampiran 7. Rekapitulasi nilai hedonik parameter aroma teh herbal ... 56 Lampiran 8. Persentase respon kesukaan panelis terhadap aroma teh

herbal ... 61 Lampiran 9. Hasil uji Friedman kesukaan panelis terhadap aroma teh

herbal ... 62 Lampiran 10. Rekapitulasi nilai hedonik parameter warna teh herbal ... 63 Lampiran 11. Persentase respon kesukaan panelis terhadap warna teh

herbal ... 68 Lampiran 12. Hasil uji Friedman kesukaan panelis terhadap warna teh

herbal ... 69 Lampiran 13. Rekapitulasi nilai hedonik parameter rasa teh herbal ... 70 Lampiran 14. Persentase respon kesukaan panelis terhadap rasa teh

herbal ... 75 Lampiran 15. Hasil uji Friedman kesukaan panelis terhadap rasa teh

(25)

Halaman

Lampiran 16. Analisa keragaman dan uji lanjut Duncan terhadap nilai pH teh herbal dengan penambahan kayu manis ... 77 Lampiran 16a. Analisa keragaman nilai pH teh herbal dengan penambahan

kayu manis ... 77 Lampiran 16b. Uji lanjut Duncan terhadap nilai pH teh herbal dengan

penambahan kayu manis ... 77 Lampiran 17. Analisa keragaman nilai total padatan terlarut teh herbal

dengan penambahan kayu manis ... 78 Lampiran 18. Analisa keragaman dan uji lanjut Duncan terhadap nilai total

fenol teh herbal dengan penambahan kayu manis... 78 Lampiran 18a. Analisa keragaman nilai total fenol teh herbal dengan

penambahan kayu manis ... 78 Lampiran 18b. Uji Duncan terhadap nilai total fenol teh herbal dengan

penambahan kayu manis ... 78 Lampiran 19. Pembobotan pemilihan produk terbaik berdasarkan nilai

kepentingan ... 79 Lampiran 20. Gambar bahan-bahan yang digunakan dan produk

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu yang berharga sehingga perlu dijaga dan diperhatikan. Harga obat-obatan modern yang semakin mahal mendorong konsumen mencoba alternatif lain dalam menjaga kesehatan tubuhnya. Permasalahan ini menimbulkan suatu trend baru di dunia kesehatan, yaitu trend untuk ”kembali ke alam” (back to nature). Salah satu dampak dari trend tersebut, terlihat pada kecenderungan konsumen saat ini.

Dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanfaatan sumber daya alam maka pemanfaatan produk herbal semakin berkembang tidak hanya di negara-negara Timur saja, melainkan sudah merambah ke negara Barat. Hal ini tampak dari data WHO yang menunjukkan bahwa permintaan produk herbal di negara Eropa dalam kurun waktu 1999-2004 diperkirakan mencapai 66 persen dari permintaan dunia. Di antara negara Eropa, permintaan Belanda menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 16 persen (Dalimartha, 2002).

Herbal tea atau teh herbal merupakan salah satu produk minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan suatu penyakit atau sebagai minuman penyegar tubuh (Hambali, et al., 2005). Produk ini merupakan salah satu bentuk perubahan produk kesehatan. Dengan adanya teh herbal, masyarakat dapat mengkonsumsi minuman sehat tanpa mengganggu rutinitas sehari-hari sehingga kesehatan tubuh tetap terjaga.

Minuman teh merupakan hasil olahan dari daun teh (Camellia sinensis) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman. Di Indonesia minuman teh telah lama dikenal dan telah memasyarakat. Minuman jenis ini digemari karena harganya relatif murah, mudah didapat serta menyegarkan. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.

(27)

timbulnya penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, ginjal dan lain sebagainya. Wang, Provan dan Halliwell (2000) menyatakan bahwa dewasa ini teh telah mendapatkan perhatian khusus, karena beberapa penelitian telah berhasil membuktikan manfaat teh bagi kesehatan manusia, terutama sebagai antioksidan alami dan juga mempunyai kemampuan sebagai anti-kanker serta anti-arteriosklerosis.

Diversifikasi terhadap suatu produk pangan perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan potensi gizi dan senyawa aktif yang terkandung dalam produk pangan tersebut. Sehingga produk tersebut akan lebih mempunyai nilai tambah baik dari segi citarasa maupun manfaatnya dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Teh herbal dari campuran teh hijau, bangle dan daun ceremai merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk untuk mengoptimalkan pemanfaatan tanaman obat tradisional. Pengolahan lebih lanjut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi teh hijau, bangle dan daun ceremai secara organoleptik.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Membuat formulasi minuman teh herbal dari campuran teh hijau, bangle dan daun ceremai yang dapat diterima secara organoleptik.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TEH

Teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman perdu yang bercabang-cabang dan berbatang bulat. Daun teh berbentuk jorong dengan tepi bergerigi. Helaian daunnya berwarna hijau serta mengkilap. Bunga teh berwarna putih yang berada di ketiak daun dengan aroma harum. Buahnya berbentuk bulat. Pada saat masih muda buah berwarna hijau lalu berubah coklat saat sudah masak (Mursito, 2004).

Komposisi kimia daun teh sangat berpengaruh terhadap mutu teh yang dihasilkan. Komponen-komponen kimia tersebut berpengaruh secara langsung terhadap warna, flavor dan rangsangan seduhan teh (Nasution dan Tjiptadi, 1975). Komposisi kimia daun teh secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia daun teh (% berat kering) Komponen kimia Daun segar (%) Selulosa dan serat kasar 34

Protein 17 Klorofil dan pigmen 1,5

Pati 8,5 Sumber : Nasution dan Tjiptadi (1975).

Teh sebagian besar mengandung ikatan biokimia yang disebut polifenol, termasuk didalamnya flavonoid (Pambudi, 2000). Subkelas flavonoid yang banyak terdapat dalam teh adalah flavanols dan flavonols. Daun teh yang masih hijau dan segar mengandung zat tepung sekitar 0,4 persen dari bahan kering. Waktu daun teh diolah, zat tepung tadi berubah menjadi gula.

(29)

seluruhnya. Kadar bahan penyamak ini tergantung dari jenis teh, umur daun, musim, waktu daun dipetik, dan sebagainya. Selama daun teh dilayukan, kira-kira tiga persen dari bahan penyamak, lenyap. Waktu daun digulung dan menjadi memar, kadar bahan penyamak susut lagi serta pada saat peragian kadar bahan penyamak susut 22–30 persen. Akhirnya waktu daun dikeringkan sebelum dimasukkan dalam peti kadarnya berkurang lagi tujuh persen.

Selain polifenol, teh juga mengandung kafein. Kandungan kafein dalam teh berkisar antara 2-4 % berat kering daun teh. Kadar kafein pada bagian tanaman tidak sama misalnya pada daun yang termuda sebesar tiga sampai empat persen, pada tangkai 0,5 persen dan pada daun peko dua persen. Kandungan kafein dalam teh secara kimia lebih dikenal sebagai 1,3,7 trimethylxantine (Dufresne dan Farnwoth, 2000).

Gambar 1. Tanaman teh (Camellia sinensis)

Ciptadi dan Nasution (1979), menambahkan bahwa senyawa pembentuk aroma teh terutama terdiri dari minyak atsiri yang bersifat mudah menguap dan bersifat mudah direduksi. Senyawa polifenol menurut Eden (1976), akan mengalami perubahan kimia menjadi beberapa seri senyawa yaitu turunan asam-asam galat dan katekin. Harler (1963), menambahkan bahwa katekin merupakan komponen yang penting dari teh dan berperan terhadap warna, rasa getir (pugency) dan karakteristik rasa seduhan.

(30)

oolong (semifermented tea) yang merupakan hasil dari proses pengolahan peralihan antara teh hijau dan teh hitam.

Teh hitam merupakan hasil olahan pucuk daun teh yang mengalami proses fermentasi. Pengolahan teh ini dikenal tiga cara yaitu tradisional, konvensional dan modern. Adapun tahap-tahap pengolahannya, yaitu pengangkutan pucuk segar, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, penyimpanan dan pengemasan. Sementara teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi.

Gambar 2. (a) teh hijau, (b) teh hitam dan (c) teh oolong

Teh wangi merupakan teh hijau yang ditambah bunga melati (Jasminum sambac) atau bunga melati gambir (Jasminum officinale) untuk memperbaiki rasa dan aroma teh. Pengolahan teh wangi merupakan proses penyerapan (absorpsi) bau bunga ke dalam teh hijau. Proses pengolahannya yaitu penggosongan teh hijau, pelembaban, pewangian, pemisahan bunga, pengeringan, penganginan teh dan pengemasan.

Teh hijau dihasilkan dari pengolahan yang tanpa proses fermentasi setelah dipetik. Pengolahan teh hijau melalui tahap-tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Teh hijau mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat yaitu substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol (karbohidrat, alkaloid, protein, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa aromatis dan enzim.

Daun teh dalam bentuk ramuan dapat digunakan sebagai obat pelangsing karena kandungan tanin dan bahan aktif lain yang mampu melarutkan lemak. Di samping itu, teh dapat digunakan juga sebagai obat diare ringan, badan

(31)

lemah, meningkatkan pengeluaran urin, obat pusing dan menangkal keracunan (antidotum) dari senyawa alkaloid maupun logam berat.

Daun teh sejak lama dikenal mempunyai efek menyegarkan (stimulan) karena mengandung kafein, kaya akan vitamin C dan vitamin B terutama thiamin dan riboflavin yang dibutuhkan tubuh. Teh juga mengandung bahan polifenol dan mempunyai vitamin aktif yang dapat mengurangi kerapuhan dinding kapiler (capileri fragility) dari aliran darah, serta dapat menormalkan hiperfunction dan kelenjar gondok.

Teh hijau dapat digunakan untuk mencegah penyakit akibat penyempitan pembuluh darah, seperti penyakit angina pectoris. Berdasarkan percobaan praklinis, senyawa yang berperan aktif dalam pencegahan penyakit tersebut adalah kelompok flavan. Kandungan senyawa fenolat dalam daun teh dapat menghambat peroksidasi lemak sehingga akan menghambat absorbsi kolesterol ke dalam tubuh (Mursito, 2004).

B. BANGLE

Bangle adalah tanaman berbatang semu dan tumbuh tegak. Rimpangnya berwarna kuning kehijauan, lebih besar daripada jahe, rasanya pedas pahit dan baunya menyengat (Supriadi, 1994). Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) termasuk kedalam divisi Plantarum, subdivisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, genus Zingiber dan species Zingibercassumunar (Tjitrosoepomo, 1994).

Bangle tumbuh menyebar di beberapa daerah, sehingga dikenal dengan berbagai nama daerah : bangle (Jawa), panglai (Sunda), pandhiyang (Madura) dan banglai (Sumatera). Nama asing dari bangle adalah purple ginger (Wijayakusuma et al., 1997). Ciri-ciri bangle adalah tumbuhan berumpun dan berbatang basah dengan tinggi mencapai 1,5 m. Daunnya melanset, hijau cerah, bila diremas-remas baunya sangat tajam. Perbungaan tunggal, muncul dari ketiak daun gagang. Bunganya berwarna kuning pucat. Buahnya menjorong, berdaging putih dan terbagi dalam tiga lobus (Supriadi, 1994).

(32)

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan adalah rimpang. Pada rimpang bangle yang sudah tua akan berwarna kuning, terasa pedas dan pahit, serta berbau tidak enak (Heyne, 1987).

Gambar 3. Tanaman bangle (Zingibercassumunar)

Menurut Heyne (1987), bangle merupakan obat yang umum digunakan dimana-mana. Khasiatnya antara lain memanaskan, mengeringkan, dan menghilangkan rasa sakit, mengobati rematik, serta penyakit kuning. Wijayakusuma et al. (1997) menambahkan bahwa rimpang bangle juga dapat mengobati demam, sakit kepala, batuk berdahak, perut nyeri, masuk angin, sembelit, cacingan, ramuan jamu pada wanita setelah melahirkan, dan kegemukan.

(33)

C. CEREMAI

Ceremai (Phyllanthus acidus [L.] Skeels.) termasuk dalam Euphoorbiaceae. Tanaman ini berasal dari India. Memiliki percabangan yang banyak dan kulit kayu yang tebal. Daun tunggal, bertangkai pendek dan tersusun dalam tangkai membentuk rangkaian seperti daun majemuk. Di beberapa daerah Indonesia, namanya berbeda-beda : ceremoi (Aceh), crème (Jawa, Sunda, Gayo), dan camin-camin (Minangkabau). Ceremai banyak ditanam di halaman, di ladang dan ditempat lain sampai ketinggian 1000 m diatas permukaan laut. Buahnya berbentuk bulat pipih, berwarna kuning muda dan rasanya asam (Anonim, 2005).

Daun yang muda dapat dimakan sebagai sayuran. Buah yang telah masak dapat dimakan langsung atau dibuat manisan (selai). Daun ceremai berbau khas aromatik, tidak berasa, dan berkhasiat sebagai peluruh dahak dan pencahar (purgatif). Kulit akar dan buah berkhasiat sebagai pencahar (Anonim, 2005).

Gambar 4. Tanaman ceremai

(34)

D. KAYU MANIS

Tanaman Cinnamomum zeylanicum Nees merupakan tanaman yang banyak cabangnya, tinggi pohon mencapai 30 sampai 50 kaki. Kulit pohon tebal dan kasar serta mempunyai bau Cinnamon yang khas. Tumbuh baik pada ketinggian 200 sampai 300 kaki, lembab (terutama di daerah beriklim panas pada suhu rata-rata 76ºC) (Guenther, 1950). Kulit kayu manis kering yang bermutu baik pada umumnya mengandung minyak atsiri, pati, getah, resin, fixed oil, tanin, selulosa, zat warna, kalium oksalat, dan mineral (Rismunandar dan Paimin, 2001).

Menurut Purseglove et al., (1981) diameter batang kayu manis Cinnamomum zeylanicum 30 sampai 60 cm, dengan kulit batang yang tebal dan berwarna keabu-abuan. Tanaman ini mempunyai daun yang kaku. Daun berukuran panjang 5 sampai 18 cm dan lebar 3 sampai 10 cm, bentuk oval sampai elips. Daun yang masih muda berwarna kemerahan, yang berubah menjadi hijau tua dengan tulang daun yang berwarna lebih pucat.

Gambar 5. Cinnamomum zeylanicum (kiri) dan Cinnamomum burmanii (kanan)

(35)

berselang-seling dengan tiga benang sari mandul yang ada dibagian dalam. Setiap benang sari mempunyai filamen yang berbulu dengan dua glandula yang terdapat dibagian dasar dan empat sel anteridium. Bunga betina terdapat dibagian atas dan mempunyai ovum tunggal. Penyerbukan biasanya dilakukan oleh serangga, terutama lalat. Buah kayu manis yang masak berbentuk oval, berwarna hitam dan panjang 1,5 sampai 2 cm, dengan selubung dibagian dasar (Purseglove et al., 1981).

Kayu manis merupakan jenis tanaman rempah. Rempah-rempah merupakan bagian yang penting dari konsumsi makanan manusia. Tidak hanya memperkuat rasa dan aroma, rempah-rempah juga meningkatkan umur simpan makanan dengan bertindak sebagai antimikroba dan antioksidan (Ho et al., 1992).

Komponen utama flavor dalam kayu manis adalah sinamaldehid, yang bukan merupakan fenol. Tetapi komponen minor flavor, kumarin mengandung gugus fenol dan penting untuk memberi ciri khas flavor alami kayu manis. Eugenol yang merupakan komponen utama flavor cengkeh, juga ditemukan pada kayu manis dalam jumlah kecil. Eugenol ditemukan pada kayu manis sebesar 0,04-0,2 persen, pada oleoresin kayu manis sebesar 2-6 persen, dan pada minyak daun kayu manis sebesar 70-90 % (Ho et al., 1992).

Tabel 2. Komposisi kulit kayu manis jenis Cinnamon dan Cassia Komponen (%) Cinnamon Cassia Kadar air 7,79 – 10,48 6,50 – 11,90 Sumber : Pengantar teknologi minyak atsiri (Ketaren, 1985)

(36)

Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kayu manis sudah lama dimanfaatkan sebagai pewangi atau peningkat citarasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan, agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai, dan sup (Rismunandar dan Paimin, 2001).

E. DAUN STEVIA

Tanaman stevia ditemukan oleh Bertoni sebagai tumbuhan yang daunnya berasa manis di daerah Paraguay pada tahun 1899. Oleh penduduk Paraguay mula-mula daun stevia digunakan sebagai pemanis minuman dengan jalan mengeringkan daunnya. Sebagai pemanis alami daun stevia dinilai aman dan layak digunakan dalam makanan (Irawadi,1986).

Stevia rebaudiana adalah salah satu species famili Compositae (Atmoko, 2001). Tanaman ini dapat tumbuh baik pada daerah yang berhawa sejuk, dengan ketinggian 500-1500 m dpl. Tanaman stevia merupakan herba tahunan yang berbentuk perdu basah dan bercabang banyak dengan tinggi tanaman antara 60 sampai 90 cm. Bentuk daunnya sederhana, lonjong dan langsing, pinggiran daun bergerigi halus.

Gambar 6. Tanaman stevia (Stevia rebaudiana)

(37)

umumnya produk stevia dapat mengurangi atau menggantikan 10 sampai 30 persen gula (Muhammad, 1983).

F. TEH HERBAL

Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda-beda, tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu (Hambali et al., 2005).

Hambali et al., (2005) menambahkan bahwa teh herbal biasanya disajikan dalam bentuk kering seperti penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman obat dalam bentuk kering yang diformulasikan menjai herbal tea dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga maupun industri. Proses pembuatan herbal kering meliputi pencucian, pengirisan, pengeringan, pengecilan ukuran, dan pengemasan. Kondisi proses tersebut harus diperhatikan untuk menghindari hilangnya zat-zat penting yang berkhasiat dari bahan segar.

(38)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan utama untuk pembuatan minuman dan bahan untuk analisis kimia. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan minuman adalah teh hijau, bangle, daun ceremai dan kayu manis diperoleh dalam bentuk simplisia kering dari PT. Liza Herbal Internasional. Sedangkan daun stevia yang digunakan sebagai pemanis diperoleh dalam bentuk serbuk dari Pameran Flora dan Fauna Jakarta.

Bahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah akuades, etanol 95%, folin ciocalteceau, Na2CO3 5%, HCl 0,02 N, NaOH 0,02 N/1,25 N, H2SO4 pekat, H2SO4 0,325 N, NaOH 50 %, indikator mensel, aseton dan heksan.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (tabung reaksi, gelas piala, erlenmeyer, buret dan lain-lain), pH meter, neraca analitik, pipet, termometer, hot plate, refraktometer, peralatan dapur (panci, pengaduk, kompor dan sebagainya), spektrofotometer, oven, desikator, cawan porselin, cawan alumunium, autoclave, tanur, labu kjeldahl, alat soxhlet, dan kondensor.

B. METODE PENELITIAN

1. Analisis Proksimat Bahan Baku

(39)

Analisis yang dilakukan meliputi pengukuran kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar. Prosedur analisis secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Formulasi Minuman Teh Herbal

Teh herbal yang akan dibuat terdiri dari campuran bahan berupa teh hijau, bangle, dan daun ceremai. Perbandingan bahan yang digunakan untuk formulasi teh herbal adalah teh hijau 1, 3 dan 5 gram, bangle 1, 3, 5 gram serta daun ceremai sebanyak 1, 3 dan 5 gram. Masing-masing bahan tersebut selanjutnya dicampur dan dikombinasikan, sehingga diperoleh 27 formula. Dalam pengujian terhadap kadar sari, nilai pH dan uji organoleptik disertakan satu formula sebagai teh kontrol. Teh kontrol yang disertakan berupa teh hijau sebanyak 2 gram.

Air yang digunakan untuk membuat seduhan adalah sebanyak 100 ml. Masing-masing formulasi tersebut diekstrak dengan cara didiamkan dalam air panas suhu 90ºC selama 5 menit. Seduhan teh herbal disaring dan diambil filtratnya. Pada uji organoleptik, dilakukan penambahan ekstrak daun stevia. Ekstrak daun stevia yang ditambahkan pada setiap formulasi adalah sebanyak 10 ml. Penambahan ekstrak daun stevia sebanyak 10 ml dilakukan secara trial error. Penambahan ini bertujuan agar minuman teh herbal ini lebih disukai secara organoleptik.

Cara pembuatan ekstrak daun stevia adalah sebagai berikut serbuk daun stevia dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:10, dan diekstraksi selama 15 menit. Kemudian dilakukan penyaringan. Filtratnya digunakan sebagai bahan tambahan pada teh herbal sedangkan ampasnya dibuang. Daun stevia yang ditambahkan berfungsi sebagai pemanis.

(40)

filtratnya. Filtrat kayu manis selanjutnya ditambahkan pada filtrat teh herbal. Filtrat teh herbal, ekstrak daun stevia dan kayu manis selanjutnya dicampurkan dan diaduk.

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Minuman Teh Herbal

Penyeduhan (80-90˚C, 5 menit)

Penyaringan

Ekstrak daun stevia (10 ml) Teh hijau, bangle, daun

ceremai kering

Air (100 ml)

Ekstrak kayu manis (0 ml, 2,5 ml, 5 ml,

7,5 ml, 10 ml)

Minuman teh herbal Pencampuran dan

Pengadukan

Daun stevia : air (1:10)

Ekstraksi (80-90°C, 15 menit)

Ekstraksi (80-90°C, 15 menit)

Kayu manis : air (1:10)

(41)

Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Minuman Teh Herbal Terbaik 3. Analisis Produk

Analisis yang dilakukan pada formulasi produk awal meliputi analisis kadar sari berdasarkan Nasution dan Tjiptadi (1975), dan pH berdasarkan SNI 01-2891-1992 serta pengujian organoleptik terhadap aroma, warna dan rasa (Rahayu, 1998). Dalam pengujian organoleptik, disertakan kontrol, berupa teh hijau. Sampel yang terpilih dari uji organoleptik, yaitu sampel yang memiliki nilai hedonik tertinggi untuk parameter warna, aroma dan rasa. Uji organoleptik dilakukan terhadap 30 orang panelis. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon diantara perlakuan pada setiap formulasi maka dilakukan uji Friedman.

(42)

Dimana,

N : Jumlah panelis K : Jumlah perlakuan

Ri : Jumlah kuadrat perlakuan ke-i X2 : Nilai khi-kuadrat

Bila nilai khi-kuadrat hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) maka menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan yang diberikan pada setiap formula-formula penelitian. Formulasi terbaik hasil pengujian organoleptik, selanjutnya diberikan penambahan kayu manis. Analisa yang dilakukan terhadap teh herbal dengan kayu manis meliputi pH, total padatan terlarut (TPT), dan total fenol.

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian pendahuluan adalah rancangan acak lengkap dengan faktor yaitu banyaknya teh (T), bangle (B) dan daun ceremai (C) yang digunakan dalam formulasi. Faktor tersebut terdiri dari tiga taraf (T1: 1 gram, T2: 3 gram, T3: 5 gram; B1: 1 gram, B2: 3 gram, B3: 5 gram dan; C1: 1 gram, C2: 3 gram C3: 5 gram). Menurut Walpole (1995), rancangan acak lengkap dicirikan dengan diberikannya perlakuan secara acak pada seluruh bahan percobaan.

Sedangkan rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian lanjutan adalah rancangan percobaan faktor tunggal. Faktor yang digunakan adalah penambahan kayu manis ke dalam formula teh herbal terpilih hasil uji organoleptik. Kayu manis yang ditambahkan terdiri dari 5 taraf (0, 2,5, 5, 7,5 dan 10 ml). Peubah respon yang diamati meliputi pH, total padatan terlarut, dan total fenol. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = μ + Ti + εij Dimana :

Yij = Peubah respon ulangan ke-j (1,2) karena pengaruh faktor penambahan kayu manis ke dalam formula teh herbal ke-i (A1, A2, A3, A4, dan A5)

(43)

Ti = Pengaruh penambahan kayu manis ke dalam formula teh herbal (A1, A2, A3, A4, dan A5) terhadap peubah respon

εij = Galat percobaan ulangan ke-j (1,2) karena pengaruh faktor penambahan kayu manis ke dalam formula teh herbal ke-i (A1, A2, A3, A4, dan A5)

Data diolah dengan menganalisa keragaman untuk melihat pengaruh perlakuan-perlakuan yang diberikan. Analisa keragaman dilanjutkan dengan uji lanjut wilayah berganda Duncan untuk perlakuan yang menunjukkan perbedaan nyata (F hitung > F tabel).

D. PEMILIHAN PRODUK TERBAIK

Produk teh herbal belum mempunyai SNI, maka dasar pemilihan produk terbaik didasarkan pada uji pembobotan secara subyektif. Parameter-parameter yang digunakan dalam uji pembobotan secara subyektif adalah nilai pH, total padatan terlarut, dan total fenol. Untuk menentukan perlakuan terbaik maka pada setiap parameter kesukaan diberikan nilai dari skala 1 sampai 5 berdasarkan nilai kepentingannya.

(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS PROKSIMAT BAHAN BAKU

Analisis proksimat teh hijau, rimpang bangle dan daun ceremai dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan baku awal yang digunakan. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah dalam bentuk herbal kering. Hasil analisis proksimat bahan baku dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis proksimat bahan baku

Analisis (% basis kering) Bahan baku

Teh hijau Bangle Daun ceremai

Kadar air 5,81 4,66 6,19

Kadar abu 6,21 12,87 8,93

Kadar lemak 2,26 0,81 0,84

Kadar protein 9,90 21,06 12,65

Kadar serat kasar 12,00 14,61 20,81

Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa makanan. Persyaratan kadar air dalam suatu ramuan merupakan parameter penting untuk menilai keadaan ramuan tersebut. Berdasarkan basis kering, teh hijau memiliki kadar air 5,81 %, bangle 4,66 %, dan daun ceremai 6,19 %. Kadar air yang dimiliki oleh ketiga bahan tersebut masih memenuhi standar untuk simplisia kering, yaitu kurang dari 10%. Keberadaan air dalam bahan pangan juga ikut menentukan terjadinya kerusakan dalam bahan pangan tersebut, karena air dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Fardiaz et al., 1992).

Kadar abu suatu bahan menunjukkan keberadaan kandungan mineral atau bahan-bahan anorganik. Berdasarkan analisis kadar abu pada Tabel 3, bangle memiliki lebih banyak bahan anorganik dibandingkan kedua bahan lainnya. Hal ini terlihat dari nilai kadar abu bangle yang lebih besar daripada kadar abu kedua bahan lainnya. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), unsur mineral adalah unsur yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif kecil, tetapi keberadaannya tetap diperlukan sebagai zat pembangun dan pengatur.

(45)

jumlah yang kecil, yaitu tidak lebih dari 0,5 % basis basah (Potter dan Hotchkiss, 1995). Ketiga bahan yang digunakan untuk pembuatan teh herbal yaitu teh hijau, bangle dan daun ceremai memiliki kadar lemak yang rendah. Kandungan lemak yang rendah dalam buah-buahan dan sayuran mempunyai peranan penting dalam mempertahankan tekstur, rasa, bau, zat warna dan lain-lain (Pantastico, 1986).

Kelompok nutrien lain yang penting adalah protein. Protein merupakan penyusun utama sel-sel tubuh. Membran sekeliling sel terbuat dari protein. Protein juga didapatkan didalam sel. Protein penting untuk pembentukan enzim, antibodi, dan beberapa hormon. Substansi ini diproduksi dalam sel dan dalam beberapa hal dilepaskan ke aliran darah (antibodi dan hormon) atau ke dalam usus (enzim pencernaan) (Gaman dan Sherrington, 1992). Menurut Suhardjo dan Clara (1987), bahan-bahan protein dapat diperoleh tanaman dari tanah dan udara sekitarnya dan nitrogen yang diperoleh dari tanah berada dalam bentuk senyawa nitrat dan nitrit.

Serat merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh karena serat dapat membantu memperlancar pencernaan pada tubuh manusia. Fungsi utama serat adalah (1) memperlambat kecepatan pencernaan pati sehingga aliran energi ke tubuh menjadi berkurang, (2) memperlambat pengosongan lambung sehingga memberi perasaan kenyang yang lebih lama, (3) memperlambat penyerapan glukosa dalam usus sehingga membantu mengatur kebutuhan insulin (Gallaher, 2000), (4) meningkatkan kebutuhan saluran pencernaan dengan cara meningkatkan motilitas atau pergerakan usus besar, (5) mengurangi resiko penyakit jantung, (6) mengikat asam empedu dalam usus, (7) mengikat lemak dan kolesterol dalam usus halus yang kemudian dikeluarkan melalui feses (Stark dan Madar, 1994).

(46)

B. ANALISA PRODUK

Teh herbal ini dibuat dengan mengkombinasikan bahan berupa teh hijau, bangle dan daun ceremai. Kombinasi dari masing-masing bahan tersebut menghasilkan 27 formula teh herbal. Dalam setiap pengujian disertakan satu formula teh kontrol. Analisa yang dilakukan terhadap 27 formula teh herbal serta satu formula teh kontrol meliputi analisa kadar sari dan nilai pH. Hasil lengkap analisa kadar sari dan nilai pH dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Kadar sari

Kadar sari merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan partikel-partikel pada minuman teh herbal yang dapat larut didalam air seduhan. Kadar sari yang tinggi menggambarkan kelarutan partikel yang semakin tinggi pula (Gaman dan Sherrington,1992). Berdasarkan analisa kadar sari, formula teh herbal memiliki kadar sari antara 0,114 - 0,233 %. Rekapitulasi data dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kandungan senyawa aktif dalam jaringan tumbuhan pada umumnya dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut air dan etanol. Kadar sari yang larut dalam air dan etanol menunjukkan adanya kandungan zat berkhasiat yang dapat larut dalam pelarut tersebut. Sari teh herbal yang dapat diekstrak dengan air diperkirakan berasal dari golongan tanin karena menurut Voigt (1994), senyawa dalam golongan tersebut merupakan senyawa yang dapat larut dalam air. Cairan hasil ekstraksi sangat dipengaruhi oleh jenis dan komposisi cairan pengekstraknya. Air sebagai pelarut polar dapat mengekstrak jenis gula-gulaan, bahan berlendir, amina, tanin, vitamin, asam organik dan asam anorganik, garam anorganik dengan baik.

(47)

ceremai 1 gram) merupakan formula terbaik dalam menghasilkan kadar sari teh herbal.

2. Nilai pH

Nilai pH merupakan minus logaritma konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ ditentukan oleh molekul-molekul yang dapat melepaskan ion H+ maupun oleh molekul-molekul yang dapat mengikat ion H+ ke dalam suatu larutan. Nilai pH suatu bahan pangan perlu diketahui karena mempengaruhi jumlah dan jenis jasad renik yang dapat tumbuh dalam bahan pangan tersebut (Fardiaz, 1989)

Nilai pH minuman teh herbal dengan penambahan stevia berkisar antara 5,15 sampai 5,61. Rekapitulasi data dapat dilihat pada Lampiran 3. Lehninger (1982) menyatakan bahwa larutan yang mempunyai pH lebih kecil dari 7 akan bersifat asam karena konsentrasi H+ lebih besar daripada konsentrasi OH-. Berdasarkan nilai pH produk dapat diketahui bahwa teh herbal yang dihasilkan bersifat asam.

Penentuan formulasi bahan baku yang digunakan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai pH teh herbal. Formula T1B3C1 (Teh hijau 1 gram, bangle 3 gram dan ceremai 1 gram) merupakan formula terbaik karena memiliki nilai pH yang rendah. Dengan nilai pH yang rendah, diharapkan mikroorganisme tidak dapat tumbuh didalam minuman tersebut sehingga aman untuk dikonsumsi. Analisa keragaman dapat dilihat pada Lampiran 5a.

Menurut Buckle et al. (1985) pada umumnya pH bahan pangan berkisar antara 3,0 sampai 8,0 dan kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada pH 5,0-8,0. Beberapa mikroorganisme, khususnya khamir dan kapang dapat memecah asam yang secara alamiah terdapat dalam bahan makanan ataupun yang sengaja ditambahkan.

D. UJI ORGANOLEPTIK

(48)

Pengujian yang biasa dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen yang umum dilakukan adalah uji organoleptik. Uji organoleptik merupakan uji yang bersifat subyektif. Uji ini menggunakan panelis yang mempunyai tingkat kesukaan dan kepekaan yang bervariasi.

Panelis adalah sekelompok orang yang akan menilai mutu atau memberikan kesan subyektif berdasarkan prosedur yang diujikan. Panelis yang digunakan dalam uji ini adalah 30 orang panelis tidak terlatih. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik (kesukaan) pada 27 formula teh herbal dan satu formula teh kontrol untuk mendapatkan formula yang paling disukai.

Pada uji ini, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan, disamping itu panelis juga diminta untuk mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaan dengan skala hedonik. Penilaian dilakukan terhadap warna, rasa dan aroma. Skala kesukaan pada teh herbal ini dinilai dengan skala penilaian 1 sampai 5. Pernyataan sangat suka bernilai 5, pernyataan suka bernilai 4, pernyataan netral bernilai 3, pernyataan tidak suka bernilai 2 dan pernyataan sangat tidak suka bernilai 1. Format penilaian uji hedonik dapat dilihat pada Lampiran 6.

1. Aroma

Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika makanan masuk ke dalam mulut (Peckham, 1969). Hasil penilaian uji hedonik terhadap aroma teh herbal dapat dilihat pada Gambar 9.

(49)

(Lampiran 9) menunjukkan bahwa masing-masing formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap aroma teh herbal.

Gambar 9. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan aroma teh herbal

Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus. Bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Suatu zat harus bersifat mudah menguap dan larut dalam air sehingga dapat menghasilkan bau yang baik dalam penilaian aroma (Winarno, 1997).

Kayu manis merupakan jenis tanaman rempah yang digunakan untuk memperkuat rasa dan aroma. Selain itu kayu manis juga berfungsi untuk meningkatkan umur simpan makanan dengan bertindak sebagai antimikroba dan antioksidan. Untuk meningkatkan kesukaan terhadap aroma teh herbal maka ditambahkan flavor berupa ekstrak kayu manis. Kayu manis merupakan flavor alami dan menghasilkan bau yang khas.

Keterangan :

T1B1C1 T1B1C2 T1B1C3 T1B2C1 T1B2C2 T1B2C3

T1B3C1 T1B3C2 T1B3C3 T2B1C1 T2B1C2 T2B1C3

T2B2C1 T2B2C2 T2B2C3 T2B3C1 T2B3C2 T2B3C3

T3B1C1 T3B1C2 T3B1C3 T3B2C1 T3B2C2 T3B2C3

(50)

2. Warna

Warna merupakan karakteristik yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu produk oleh konsumen. Kesan pertama yang didapat dari bahan pangan adalah warna. Winarno (1992) mengatakan bahwa penilaian mutu bahan makanan yang umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi sebelum faktor-faktor tersebut dipertimbangkan secara visual warna kadang-kadang sangat menentukan. Hasil penilaian uji hedonik terhadap warna teh herbal dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan warna teh herbal

Respon kesukaan berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka terhadap warna teh herbal dapat dilihat pada Lampiran 11. Sejumlah 60% panelis menyatakan kesukaan tertinggi terhadap warna teh herbal dengan campuran teh hijau 1 gram, bangle 1 gram dan daun ceremai 3 gram. Formula T3B1C2 (teh hijau 5 gram, bangle 1 gram, daun

Keterangan :

(51)

ceremai 3 gram) merupakan formula yang tidak disukai panelis sehingga menghasilkan kesukaan terendah terhadap warna teh herbal.

Hasil dari analisa Friedman (Lampiran 12) menunjukkan bahwa masing-masing formula memberikan pengaruh kesukaan yang berbeda terhadap warna teh herbal. Analisa tersebut juga menunjukkan bahwa komposisi bahan yang digunakan dalam formula teh herbal mempengaruhi kesukaan panelis terhadap warna teh herbal pada tingkat kepercayaan 95%.

3. Rasa

Menurut Nasution (1999), rasa dapat dinilai dengan adanya tanggapan rangsangan kimiawi oleh indra pencicip (lidah). Agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya, senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terbentuk dikirim melalui syaraf ke pusat susunan syaraf. Manis dan asin paling banyak dideteksi oleh kuncup pada ujung lidah, kuncup pada sisi lidah paling peka asam, sedangkan kuncup di bagian pangkal lidah peka terhadap pahit (Winarno, 1992).

(52)

Gambar 11. Histogram hasil uji hedonik terhadap penerimaan rasa teh herbal

Hasil dari analisa Friedman (Lampiran 15) menunjukkan bahwa masing-masing formula memberikan perbedaan kesukaan panelis terhadap aroma teh herbal. Teh herbal yang dihasilkan mempunyai rasa yang beragam. Teh herbal yang disajikan pada panelis untuk uji organoleptik diberikan pemanis berupa ekstrak daun stevia. Ekstrak daun stevia yang ditambahkan bertujuan agar teh herbal lebih disukai oleh panelis.

Daun stevia merupakan pemanis alami, sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun, tidak semua formula mempunyai rasa manis setelah diberi penambahan ekstrak stevia. Pada teh herbal formula T1B1C2, setelah ditambahkan stevia mempunyai rasa yang manis. Namun, pada formula T2B2C2, T3B1C1 dan T3B2C3 setelah dilakukan penambahan stevia teh herbal yang dihasilkan mempunyai rasa pahit. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan mempunyai rasa yang terlalu kuat sehingga menutupi rasa manis dari daun stevia.

Keterangan :

T1B1C1 T1B1C2 T1B1C3 T1B2C1 T1B2C2 T1B2C3

T1B3C1 T1B3C2 T1B3C3 T2B1C1 T2B1C2 T2B1C3 T2B2C1 T2B2C2 T2B2C3 T2B3C1 T2B3C2 T2B3C3

(53)

Formula terpilih hasil uji organoleptik adalah formula yang memiliki nilai hedonik tertinggi dari parameter aroma, warna dan rasa. Formula teh herbal tersebut adalah formula T1B1C2 dengan komposisi bahan berupa teh hijau 1 gram, bangle 1 gram dan daun ceremai 3 gram.

E. PENAMBAHAN KAYU MANIS

Kayu manis ditambahkan ke dalam formulasi selain sebagai flavor, juga untuk mendapatkan produk yang memiliki nilai fungsional lebih baik. Nilai fungsional yang diharapkan dari produk teh herbal dengan penambahan kayu manis adalah selain dapat memberikan aroma yang khas pada makanan, juga dapat memberikan manfaat bagi pemakainya (berpengaruh positif terhadap kesehatan) serta memberi sifat-sifat ketahanan (pengawetan).

Rempah-rempah mengandung komponen aktif yang diyakini memiliki aktivitas antioksidan dalam jumlah yang cukup tinggi. Menurut Somaatmadja (1985), rempah-rempah adalah bahan asal tumbuhan yang biasa dicampurkan ke dalam berbagai makanan untuk memberi aroma/flavor dan membangkitkan selera makan. Beberapa rempah-rempah yang termasuk famili labiate (oregano, sage, rosemary dan thyme) diketahui mengandung komponen aktif antioksidan, dan berdasarkan hasil uji unsurnya yaitu diterpen, karnosol, rosmanol pada rosemary dan sage menunjukkan adanya aktivitas antioksidan.

Kayu manis merupakan salah satu jenis rempah yang menunjukkan aktivitas antioksidan. Beberapa senyawa antioksidan, terutama fenolik dari ekstrak berbagai rempah-rempah telah diidentifikasikan (Kochhar dan Rossel, 1990). Farrel (1990) menyatakan bahwa kandungan senyawa aktif dalam kayu manis adalah i-linalool, furfural, metil amin, keton, nonil aldehida, 1-pinen, benzaldehid, hidrosinamikaldehid, seriofilen, p-simen, kuminaldehid dan 1-filandren.

(54)

1.Nilai pH

Nilai pH berkaitan dengan umur simpan karena mempengaruhi penilaian organoleptik dan kandungan mikroorganisme produk. Produk yang memiliki pH rendah (pH asam) biasanya tidak mengandung bakteri tetapi kapang dan khamir. Menurut Fardiaz (1989), nilai pH medium sangat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh. Jasad renik yang umumnya tumbuh pada kisaran pH 3 – 6 adalah kapang dan khamir.

Perubahan nilai pH yang signifikan dapat merubah rasa dari suatu produk. Secara umum nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu sampel. Semakin rendah nilai pH sampel menunjukkan derajat keasamaan sampel tersebut semakin tinggi. Hasil pengujian terhadap nilai pH dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis nilai pH teh herbal dengan penambahan kayu manis

Formula pH

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata A1 4,94 4,95 4,945 A2 4,97 4,96 4,965 A3 4,85 4,85 4,850 A4 4,89 4,88 4,885 A5 4,84 4,83 4,835

Menurut teori Arrhenius, semakin banyak ion H+ maka akan semakin besar konsentrasi H+ [H+], sehingga pH semakin rendah. Karena nilai pH merupakan bilangan negatif dari logaritma konsentrasi ion H+. Menurut Winarno (1992), dengan penurunan pH maka kemungkinan tumbuhnya mikroba berbahaya akan lebih kecil. Dari hasil pengujian terhadap produk, teh herbal dengan flavor memiliki kisaran pH 4,84-4,96. Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa dengan penambahan kayu manis menyebabkan nilai pH teh herbal cenderung mengalami penurunan.

Keterangan :

(55)

Penurunan pH ini disebabkan oleh terbentuknya asam pada produk yang dihasilkan oleh aktivitas mikroba serta adanya kandungan pati atau gula dalam bahan. Ketaren (1985) mengatakan bahwa kandungan pati dan gula perduksi yang dimiliki oleh kayu manis adalah 16,60 – 21,00 %. Adanya kandungan pati dan gula pereduksi tersebut dalam ekstrak kayu manis yang ditambahkan pada teh herbal diduga dapat menurunkan nilai pH. Menurut Sugani (1981), molekul pati cenderung menarik partikel bermuatan negatif. Sifat pati ini dimiliki juga oleh gula karena sifat tersebut terutama disebabkan oleh gugus-gugus hidroksinya. Penarikan ion OH- ke sekitar molekul gula akan mengakibatkan konsentrasi ion H+ dalam larutan meningkat sehingga pH akan turun.

Penambahan gula yang lebih banyak juga dapat menurunkan nilai pH. Hal ini disebabkan lebih banyak gula yang mengalami hidrolisis akibat proses pemanasan sehingga menghasilkan asam, yang pada akhirnya menyebabkan nilai pH menjadi rendah.

*) Nilai pH dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (p > 0.05)

Gambar 12. Histogram nilai pH teh herbal dengan penambahan kayu manis

Keterangan :

A1 : tanpa penambahan kayu manis A2 : penambahan kayu manis 2,5 ml A3 : penambahan kayu manis 5 ml A4 : penambahan kayu manis 7,5 ml A5 : penambahan kayu manis 10 ml

(56)

Hasil analisa keragaman (Lampiran 16a) menunjukkan bahwa penambahan kayu manis memberikan pengaruh yang berbeda terhadap nilai pH. Melalui hasil uji lanjut Duncan, formula A5 dan A3 memberikan pengaruh yang sama dan mempunyai nilai pH yang rendah. Sedangkan formula A2 merupakan formula yang menghasilkan nilai pH tertinggi (Lampiran 16b). Nilai pH terbaik yang dipilih adalah nilai pH dari formula A2 karena formula ini mempunyai nilai pH yang hampir mendekati nilai pH awal sebelum penambahan kayu manis. Hal ini dilakukan agar teh herbal yang akan dikonsumsi tidak terlalu bersifat asam sehingga diharapkan tidak menimbulkan gangguan pada pencernaan.

2.Total Padatan Terlarut

Total padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang terlarut di dalam larutan. Larutan dibentuk oleh senyawa anorganik, yang partikel atau ionnya mempunyai afinitas terhadap air. Bila daya tarik antar partikel suatu senyawa lebih besar daripada daya tarik partikel terhadap air, maka senyawa tersebut akan tidak larut. Total padatan terlarut sering dinyatakan dalam satuan 0Brix. Nilai 0Brix menunjukkan persentase berat total padatan terlarut dalam suatu larutan. Nilai 0Brix yang ditentukan dengan menggunakan alat refraktometer tergantung pada indeks refraksinya.

Tabel 5. Hasil analisis nilai total padatan terlarut teh herbal dengan penambahan kayu manis

Formula Total Padatan Terlarut (˚Brix) Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata A1 7,0 7,0 7,0

(57)

Menurut Fardiaz et al. (1992) hasil dari pengukuran total padatan terlarut bukan merupakan total karbohidrat, melainkan kadar dari molekul karbohidrat yang mempunyai indeks refraksi seperti gula-gula sederhana (sukrosa, dll). Refraksi ini disebabkan oleh adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya elektromagnet dari atom-atom dalam molekul cairan. Teh herbal dengan penambahan kayu manis memiliki kisaran nilai total padatan terlarut dari 7,0-8,5 ºBrix (Tabel 5).

Total padatan terlarut tertinggi dimiliki oleh formula A5 yaitu sebanyak 8,5 °Brix. Penambahan kayu manis yang semakin banyak menyebabkan kandungan bahan-bahan yang terlarut di dalam larutan juga semakin banyak. Total padatan terlarut yang semakin besar juga menunjukkan bahwa partikel-partikel yang terdapat dalam produk tetap terdispersi dengan baik dalam medium pendispersinya.

Sebaliknya total padatan terlarut yang semakin kecil menunjukkan bahwa partikel-partikel mengendap sehingga terpisah antara cairan dan padatan. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan kayu manis dengan berbagai taraf perlakuan memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut (Lampiran 17).

3.Total Fenol

Pengujian terhadap aktivitas total fenol dilakukan dengan menggunakan alat spektrometer dan reagen folin ciocalteceau. Pengujian aktivitas total fenol merupakan dasar dilakukan pengujian aktivitas antioksidan, karena diketahui bahwa senyawa fenolik berperan dalam mencegah terjadinya peristiwa oksidasi.

(58)

yang berbeda sehingga pengaruhnya terhadap nilai gizi bahan pangan juga berbeda (Muchtadi, 1989). Hasil pengukuran total fenol dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil analisis nilai total fenol teh herbal dengan penambahan kayu manis

Formula Total fenol (ppm)

Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata

A1 9,3810 9,3810 9,3810

A2 11,9206 11,9206 11,9206 A3 12,0794 12,0794 12,0794 A4 13,1905 13,1905 13,1905 A5 13,6667 13,8254 13,7460

Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai total fenol yang didapatkan dari berbagai jenis minuman teh herbal memiliki rata-rata antara 9,38-13,75 ppm. Pada minuman teh herbal ini, total fenol tertinggi terdapat pada formula A5, yaitu teh herbal dengan penambahan kayu manis sebanyak 10 ml.

Salah satu karakteristik fenol yang menonjol adalah kemampuannya sebagai antioksidan. Gordon (1990), senyawa fenol dapat berfungsi sebagai antioksidan apabila tidak berdiri sendiri. Kereaktifan senyawa fenol dengan radikal-radikal lemak disebabkan karena adanya substitusi grup-grup alkil pada posisi 2, 4 atau 6 yang meningkatkan densitas elektron pada grup hidroksil. Radikal fenol yang terbentuk setelah fenol bereaksi dengan radikal lemak distabilkan oleh delokalisasi elektron yang tidak berpasangan ke cincin aromatik.

Keterangan :

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia daun teh (% berat kering)
Gambar 1. Tanaman teh (Camellia sinensis)
Gambar 2. (a) teh hijau, (b) teh hitam dan (c) teh oolong
Gambar 3. Tanaman bangle (Zingiber cassumunar)
+7

Referensi

Dokumen terkait