Staf Kehutanan
Sejak diberlakukannya sistem pengusahaan hutari dengan pemberian hak
pengusahaan kepada perusahaan swasta, nampaknya
memunculkan kecenderungan umum bahwa terminologi "pengusahaan
sebagai pemungutan extraction) daripada
yang sebenarnya. kecenderungan ini bisa dilihat dari beberapa
sebagai berikut:
Sistem silvikultur Tebang Pilih (yang kemudian diberi nama sebagai sistem
Tebang Pilih Indonesia atau TPTI) cenderung dianggap sebagai
sistem silvikultur untuk pengusahaan alam. Padahal, sistem silvikultur
ini bisa diterapkan baik alam maupun buatan. anggapan
yang demikian ini, untuk pengusahaan dikonotasikan sebagai
yang hanya diperuntukkan bagi pengusahaan dengan sistem tebang
habis. yang demikian inilah yang kemudian diberi nama
sebagai industri (HTI)".
Pengusahaan dengan sistem TPTI dikatakan untuk dilaksanakan
di suatu areal yang padanya dikandung primer (perawan) yang
mencukupi. Akibat digunakannya kriteria ini, narnpaknya (IUPHHK)
suatu areal tidak akan mungkin kepada swasta
pada areal yang bersangkutan berada dalam kondisi: (a) rusak; atau (b) tidak cukup mengandung tegakan masak tebang; atau (c) tidak terdapat
tegakan perawan yang mencukupi. terminologi
(IUPHHK) (HPH dan kebijakan memberikan hak
kepada swasta atau untuk alam menjadi
bagi suatu areal yang berdasarkan kriteria dirnaksud rusak atau
tidak mengandung primer yang cukup tidak untuk
dilaksanakan TPTI antara lain adalah didasarkan anggapan yang demikian ini. utama yang mendasari konsep ini adalah dikarenakan seolah untuk
TPTI itu harus dimulai dengan penebangan.
3. cenderung untuk mengusahakan yang pada
saat itu sudah terdapat tegakan yang masak tebang daripada
mengusahakan pada areal kosong atau pada yang untuk
memungut masih dibutuhkan waktu (yang lama) karena adanya
Suatu tegakan yang mengandung