HALAMAN J UDUL
KEPENTINGAN RUSIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK
KEPADA EDWARD SNOWDEN
(Rusia’s Interest To Give Asylum Political For Edward Snowden)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ADRIAN ADZANAS
20130510229
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
KEPENTINGAN RUSIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK
KEPADA EDWARD SNOWDEN
(Rusia’s Interest To Give Asylum Political For Edward Snowden)
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
ADRIAN ADZANAS
20130510229
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
KEPENTINGAN RUSIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA
EDWARD SNOWDEN
(Rusia’s Interest To Give Asylum Political For Edward Snowden) Disusun Oleh:
ADRIAN ADZANAS
20130510229
Telah dipertahankan dalam upaya ujian pendadaran dan dinyatakan LULUS yang
disahkan di depan tim penguji Program Studi Ilmu Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Pada:
Hari/Tanggal : Selasa / 20 Desember 2016
Pukul : 08.00 WIB
Ruang : HI A
TIM PENGUJI
Ketua Penguji
Siti Muslikhati, S.IP., M.Si
NIK : 163 031
Penguji I Penguji II
Dr. Nur Azizah, M.Si Takdir Ali Mukti, S.Sos., M.Si
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
Dalam skripsi saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Yogyakarta, 26 Desember 2016
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama-tama, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan sebuah karya besar berupa skripsi ini, serta shalawat dan
salam penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
jalan kebenaran kepada umat Islam dari zaman jahiliyah hingga zaman yang cerah
seperti sekarang ini.
Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya skripsi strata-1 Program
Studi Ilmu Hubungan Internasional yang berjudul “KEPENTINGAN RUSIA
MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA EDWARD SNOWDEN”
setelah melalui proses pengerjaan yang cukup panjang dan rumit namun pada
akhirnya dapat terselesaikan dengan amat baik. Penulis berharap bahwa skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya nanti.
Kesuksesan dan selesainya skripsi ini terwujud berkat bantuan dan arahan dari
beberapa pihak yang turut serta berkontribusi dalam karya penulis. Untuk itu,
melalui pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Siti Muslikhati, S.IP., M.Si selaku Dosem Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta pengarahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan amat baik.
2. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
v 3. Bapak Takdir Ali Mukti, S.Sos., M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran terkait penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Staff Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga
segala bantuan dan amal kebajikan mereka mendapatkan balasan dari Allah
SWT.
Akhir dari kata pengantar ini, penulis menyampaikan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca terutama dikalangan mahasiswa Hubungan
Internasional.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 26 Desember 2016
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orangtua saya :
Bapak Drs. ASHARI ATASSAGAWA
&
Ibu PURWANDARI RETNOWATI, BSC
Terimakasih atas perjuangan, dukungan, semangat, dan do’anya sehingga saya
dapat menyelesaikan studi dengan amat baik di
vii
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
( Q.S. Ar Ra’du ayat 11 )
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
( Q.S. Al Baqarah ayat 216 )
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” ( Q.S. Al Baqarah ayat 286 )
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
( QS. Alam Nasyroh ayat 5 )
“Karena usaha dan do’a adalah kunci dari semua jawaban”
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
- Terimakasih penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
pencerahan, ilmu, dan kesabaran pada penulis dalam menyusun skripsi ini.
- Kepada Ibu saya yang telah memberikan do’a dan dukungan dalam segala hal sehingga dalam setiap kesulitan saya selalu diberikan kemudahan.
- Teruntuk bapak saya tercinta. Skripsi ini, perjuangan ini, pengalaman ini
saya dedikasikan untukmu Pak. Terimakasih telah berjuang memberikan
segalanya untuk saya.
- Kepada Kakak dan Adik saya yang selalu menyemangati saya dalam
mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
- Kepada Kakak Ipar dan Keponakan saya yang selalu menghibur saya
ketika saya sedang penat mengerjakan skripsi.
- Kepada Maitsa Putri Shafa, terimakasih atas do’a dan segala dukungan yang telah diberikan.
- Kepada seluruh teman-teman saya yang telah mendo’akan saya, terimakasih banyak.
- Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
dalam penyelesaian skripsi saya ini, saya ucapkan terimakasih
KEPENTINGAN RUSIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK
KEPADA EDWARD SNOWDEN
(Rusia’s Interest To Give Asylum Political For Edward Snowden)
ADRIAN ADZANAS
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Abstract:
Russia has diplomatic relations with the United States. This proves that Russia's
relations with the United States does not have a problem because they
cooperated in some respects. However, in relation to the case of Edward
Snowden apparently triggered the feud between Russia and the United States.
Edward Snowden who received sanctions from the United States for leaking
secret programs of the National Security Agency (NSA) to make the US Justice
Department filed criminal charges against Snowden related Espionage Act.
Snowden who feel threatened finally submitted to the Russian political asylum.
Unexpectedly Russia received political asylum filed by Edward Snowden. There
are Russian national interests in giving asylum to Edward Snowden.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Federasi Rusia lahir dari integrasi yang terjadi di Uni Soviet. Rusia
merupakan salah satu negara maju sekaligus super power yang memiliki
pengaruh terhadap tatanan dunia saat ini. Negara super power adalah negara
yang mendominasi dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi peristiwa
internasional. (Soeprapto, 1997) Rusia memiliki berbagai macam cara untuk
dapat memenuhi kepentingan nasionalnya. Dengan cara-cara yang telah
dilakukan Rusia maka banyak negara yang berusaha menjalin kerjasama dalam
hubungan diplomatik, hubungan bilateral maupun hubungan multilateral
kepada Rusia. Terdapat keunikan mengenai hubungan diplomatik Rusia
dengan beberapa negara, terutama dengan Amerika Serikat.
Di era perang dingin hubungan diplomatik antara Uni Soviet dengan
Amerika Serikat terjalin melalui START (Strategic Arms Reduction Treaty).
Perlombaan senjata yang terjadi pada masa Perang Dingin (Cold War)
memunculkan ketegangan yang dapat mengancam kedamaian internasional.
Akhirnya muncul perjanjian pengurangan persenjataan strategis yaitu START.
Perjanjian dilakukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada tahun 1982.
Perjanjian tersebut menyetujui bahwa kedua negara itu memusnahkan
persenjataan nuklir yang dapat mencapai sasaran jarak menengah. Dari
perjanjian tersebut kemudian berkelanjutan hingga kepada perjanjian START
2 START. Semua perjanjian tersebut berisi mengenai masalah mengurangi
persenjataan dan nuklir. Hal ini yang membuat hubungan bilateral antar kedua
negara tersebut masih terjalin baik di kancah internasional. (Kadyshev &
Miasnikov, 2014)
Kemudian hubungan diplomatik Rusia dengan Amerika Serikat sesudah
perang dingin terjadi pada peristiwa yang ada di Suriah. Amerika Serikat
mengusulkan peningkatan kerjasama militer dan berbagi data intelijen dengan
Rusia di Suriah. Hal itu dilakukan untuk mengidentifikasi dan menargetkan
markas ISIS dan Al-Qaeda, tempat pelatihan, dan rute pasokan di Suriah.
Kerjasama tersebut akan disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat yaitu John Kerry dalam kunjungannya ke Rusia. Dokumen perjanjian
kerjasama militer antara Amerika Serikat dan Rusia terkait permasalahan yang
ada di Suriah. Isi perjanjian itu adalah Washington mengusulkan pembentukan
badan kerjasama militer Rusia dengan Amerika Serikat dengan pusat komando
di Yordania. Hal tersebut untuk mengintegrasikan serangan udara kedua negara
terhadap Jabhah Nusra dan organisasi negara Islam di Suriah. Anggota pusat
komando kerjasama di isi oleh anggota badan intelejen masing-masing negara,
spesialis dalam perencanaan perang, persenjataan serta operasi dan tugas-tugas
militer lainnya termasuk logistik. Koordinasi bersama antara anggota dalam
operasi militer terhadap Negara Islam dan Jabhah Nusra, serta pertukaran
informasi intelijen kedua negara dalam kurun waktu lima hari dari
3 Rusia dan Amerika juga dikabarkan akan menjalin kerja sama untuk
kembali mendaratkan manusia di Bulan dalam beberapa tahun mendatang.
Dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang dijadwalkan untuk
dinonaktifkan dengan diterjunkan langsung ke laut pada tahun 2024,
masing-masing lembaga antariksa Rusia dan Amerika Serikat dipastikan akan saling
bergantung pada satu sama lain untuk mengembangkan dan mengeksplorasi
luar angkasa lebih jauh. Rusia yang dikenal baik dalam mengembangkan
modul luar angkasa, seperti dilansir InfoAstrnomy.org dari majalah Popular
Mechanics, mereka akan merancang modul dan habitat bagi astronot kedua
negara yang akan kembali ke Bulan tersebut. Kolaborasi antara kedua negara
ini sebenarnya tidak sepenuhnya mengejutkan, Rusia dan Amerika Serikat
telah lama bekerja sama dalam misi asosiasi mereka di Stasiun Luar Angkasa
Internasional yang pertama dimulai pada tahun 1993. (Muharram, Info
Astronomy, 2016)
Namun pada tahun 2013, terdapat permasalahan internasional yang
melibatkan Rusia dengan Amerika Serikat yaitu mengenai kasus pembocoran
program National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional oleh
Edward Snowden yang merupakan pekerja dari NSA. NSA didirikan oleh
Presiden Harry S.Truman pada tanggal 4 November 1952. NSA bertugas untuk
mengumpulkan dan menganalisis komunikasi negara lain, serta melindungi
informasi milik Amerika Serikat. NSA mengkoordinasi, mengarahkan, serta
menjalankan aktivitas-aktivitas amat istimewa bertujuan untuk mengumpulkan
4 Kegiatan-kegiatan NSA meliputi penyadapan dan pengamanan. Penyadapan
NSA meliputi telepon, komunikasi internet, komunikasi radio, serta
komunikasi-komunikasi lainnya yang dapat disadap. Pengamanan NSA
meliputi komunikasi militer, diplomatik, serta komunikasi-komunikasi rahasia
atau sensitif pemerintah. NSA merupakan organisasi yang mempekerjakan ahli
matematika dan memiliki superkomputer terbanyak di dunia. (Commons,
2014)
Permasalahan mengenai bocornya program rahasia milik NSA yang
ternyata telah memata-mematai secara tersembunyi dengan memanfaatkan
perusahaan informatika. Program rahasia milik NSA telah dibocorkan oleh
Edward Snowden. Snowden membocorkan program rahasia yang bernama
Pricavy in Mobile Information and Communication Systems (PRISM) yang
dilakukan oleh NSA. Program PRISM memberikan wewenang kepada NSA
dan FBI untuk mengakses layanan elektronik termasuk seluler yang berisi
mengenai data-data internet dari para pengguna layanan internet seperti
Facebook, Google, Microsoft, Yahoo, PalTalk, AOL, Skype, YouTube, dan
Apple. (Cellan-Jones, 2013) Selain program PRISM, Snowden memberikan
informasi mengenai program lain yang bernama XKeyscore. Program
XKeyscore merupakan program yang berbahaya karena dapat mengakses
seluruh data-data dari jaringan internet di dunia. Dari program XKeyscore
maka NSA dapat melacak seluruh identitas seseorang dari aktivitas internet
5 Kasus Edward Snowden memicu perseteruan antara Rusia dengan Amerika
Serikat. Snowden mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat karena telah
membocorkan program rahasia milik NSA. Hal tersebut membuat Departemen
Kehakiman Amerika Serikat mengajukan tuntutan pidana terhadap Snowden
terkait Undang-Undang Spionase, di antaranya adalah pencurian properti
pemerintah, komunikasi tidak sah mengenai informasi pertahanan nasional, dan
komunikasi informasi intelijen yang diklasifikasikan. (VOA, 2013) Menurut
pengaduan pidana pemerintah Amerika Serikat, Edward Snowden didakwa
dengan tuduhan pencurian berdasarkan komunikasi yang tidak sah dari informasi
pertahanan nasional dan komunikasi yang disengaja atas informasi rahasia
komunikasi intelijen untuk orang yang tidak berhak. (Rahman, 2016) Devin
Nunes sebagai Ketua Komisi Intelijen pada Kongres Amerika Serikat mengatakan
bahwa Edward Snowden bukanlah pahlawan, Snowden merupakan seorang
pengkhianat yang secara sengaja mengkhianati koleganya dan juga negaranya.
Dari pembocoran tersebut Snowden telah membahayakan rakyat Amerika. Pada
tanggal 14 September 2016, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menegaskan,
bahwa Edward Snowden akan menjalani proses hukum begitu berada di Amerika
Serikat. Snowden terancam hukuman maksimal 30 tahun penjara atas dakwaan
spionase dan mencuri rahasia negara. Tindakannya menempatkan rakyat Amerika
Serikat dalam bahaya keamanan nasional Amerika Serikat. Hal itulah mengapa
kebijakan pemerintah Amerika Serikat mengharuskan Edward Snowden kembali
6 Snowden yang berusaha kabur dari kejaran intelijen Amerika Serikat
kemudian meminta suaka politik kepada beberapa negara. Pada akhirnya justru
Rusia memberikan suaka politik kepada Edward Snowden. Hal ini memicu
permasalahan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat di kancah
internasional. Rusia yang memiliki hubungan diplomatik maupun hubungan
bilateral dengan Amerika Serikat tanpa diduga mau menolong Edward
Snowden. Snowden yang berada di Rusia ternyata tetap berusaha untuk
membocorkan program-program NSA yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Hal
ini menimbulkan banyak opini publik terhadap perbuatan yang dilakukan
Amerika Serikat yang menyadap beberapa petinggi negara diseluruh dunia
termasuk negara-negara sekutunya. Dari adanya kasus pembocoran tersebut
negara-negara sekutu Amerika Serikat merasa seperti dikhianati. Beberapa
negara menganggap bahwa tindakan Amerika Serikat sudah terlalu berlebihan.
Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat telah menyadap
informasi-informasi penting dari negara sekutunya sendiri, terlebih penyadapan tersebut
menyangkut privasi individu di beberapa negara. Munculah ketidak percayaan
negara-negara sekutu kepada Amerika Serikat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan di
atas, maka untuk memudahkan pemecahan masalah dan sebagai pedoman
dalam pembahasan lebih lanjut, dirumuskan pokok permasalahan sebagai
berikut : “Mengapa Rusia memberikan suaka politik kepada Edward
7 C. Kerangka Teori
Teori merupakan gabungan dari konsep-konsep yang saling berhubungan.
Sedangkan konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat suatu
objek, atau suatu fenomena tertentu. (Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, 1990, hal. 184) Dalam menganalisa permasalahan
terkait dengan kepentingan Rusia memberikan suaka politik kepada Edward
Snowden, penulis menggunakan teori dan konsep yang sesuai untuk
mendeskripsikan permasalahan yang ada.
1. Teori Politik Luar Negeri (Foreign Policy)
Pengertian dasar dari politik luar negeri adalah ‘action theory’ atau
kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai
suatu kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri (foreign policy)
merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk
mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional
didalam percaturan dunia internasional, melalui suatu strategi atau rencana
yang dibuat oleh para pengambil keputusan yang disebut Kebijakan Luar
Negeri. (Perwita & Yani, 2005, hal. 47)
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau
unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.
8 Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu negara
memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang
diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu
ditentutakan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. (Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta, hal. 184) Dan dalam
permasalahan ini penulis menggunakan pemikiran politik luar negeri menurut
Jack C. Plano dan Roy Olton. Politik luar negeri menurut Jack C. Plano dan
Roy Olton adalah :
“Foreign policy is a strategy or planned course or action developed by the decision makers of a state vis a vis other states or international entities, aimed at achieving specific goals defined in term of national interest.” (Plano & Olton, International Relations Dictionary, 1969, hal. 128)
Politik luar negeri adalah strategi atau tindakan terencana yang
dikembangkan oleh pembuat keputusan, yang ditujukan kepada negara lain
atau entitas internasional untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan
nasionalnya. Politik luar negeri meliputi proses dinamis dalam menetapkan
interpretasi yang relatif mantap terhadap kepentingan nasionalnya dalam
menghadapi faktor-faktor situasional yang sering berubah di lingkungan
internasional. Proses ini untuk mengembangkan tindakan-tindakan yang diikuti
oleh usaha-usaha untuk mencapai pelaksanaan garis-garis kebijakan luar
negerinya. (Plano & Olton, International Relations Dictionary, 1969, hal. 127)
Tujuan politik luar negeri adalah untuk mewujudkan tujuan, cita-cita nasional
9 langkah nyata mencapai, mempertahankan, dan melindungi kepentingan
nasional suatu negara. Terdapat beberapa unsur utama dalam politik luar negeri
yaitu strategi, aktor pembuat keputusan, lingkungan eksternal, dan tujuan
maupun kepentingan nasional suatu negara.
Disamping itu menurut Jack C.Plano dan Roy Olton, kepentingan nasional
itu sendiri adalah ”the fundamental objective and ultimate determinant that
guide the decision maker of state in making foreign policy”.
Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tujuan mendasar serta faktor
paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam
merumuskan politik luar negeri adalah kepentingan nasional. Walaupun
kepentingan nasional yang ingin dicapai suatu negara berbeda-beda dalam
pelaksanaannya, namun pada umumnya terdapat lima kategori umum yang
dikemukakan oleh Jack C.Plano yaitu :
1. Self Preservation (Kelangsungan Hidup Bangsa dan Negara)
Merupakan hak suatu negara untuk mempertahankan eksistensi negaranya.
Dapat diartikan juga sebagai usaha suatu negara untuk mempertahankan
jati diri atau identitas negaranya dalam perkembangan zaman, dimana
eksistensi menjadi penting dalam hubungan internasional karena sebagai
bentuk pengakuan suatu negara terhadap negara lain. Hal tersebut menjadi
penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup negara dalam
pergaulan internasional.
10 Kebebasan kepada suatu negara untuk dapat menentukan nasibnya sendiri
dengan tidak terkait atau terjajah oleh negara lain sehingga dapat
menentukan sikap keputusan politiknya. Kemerdekaan juga turut
mempengaruhi kelangsungan hidup dan pengakuan suatu negara.
3. Militer Security (Keamanan Militer)
Keamanan militer merupakan hal yang sangat penting bagi suatu karena
hal tersebut merupakan kecenderungan bahwa negara yang memiliki
kuantitas dan kualitas persenjataan yang kuat, maka negara tersebut akan
lebih memiliki posisi tawar dan kekuatan yang besar untuk dapat
mempengaruhi posisinya dalam hubungan antar negara.
4. Territorial Integrity (Keutuhan Wilayah)
Bentuk kedaulatan suatu negara menjadi suatu bentuk eksistensi dan
pengakuan tertinggi atas keberadaan suatu negara dalam politik
internasional. Kesatuan wilayah juga turut berpengaruh dalam stabilitas
keamanan dan politik suatu negara yang berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan suatu negara.
5. Economic Well-being (Kesejahteraan Ekonomi)
Kesejahteraan ekonomi merupakan salah satu pilar penyokong kestabilan
negara. Kestabilan ekonomi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
tingkat kemajuan dan pembangunan suatu bangsa. Kestabilan ekonomi ini
mencakup kestabilan dan keamanan perekonomian termasuk didalamnya
mnegenai pengelolaan aset dan sumber daya alam.
Kepentingan nasional adalah unsur penting dalam sebuah interaksi antar
11 dua karakteristik dalam sebuah interaksi di antara negara maupun kelompok
yaitu, kerjasama dan konflik, dimana persamaan kepentingan bisa membawa
pada kecenderungan terciptanya kerjasama, dan sebaliknya perbedaan
kepentingan bisa membawa pada kecenderungan terjadinya konflik.
Konsep kepentingan nasional oleh Jack C. Plano dan Roy Olton diberi
batasan sebagai berikut:
“Tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang
memandu para pembuat keputusan (Decision Making) dalam merumuskan politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum dan merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi Negara untuk mencakup kelangsungan hidup bangsa dan Negara, kemerdekaan, kemandirian, keutuhan wilayah, keamanan militer, dan kesejahteraan ekonomi”. (Plano & Olton, Kamus Hubungan Internasional, 1999)
Berdasarkan teori tersebut maka dapat dipahami bahwa politik luar negeri
Rusia untuk menerima suaka politik yang diajukan oleh Edward Snowden
adalah karena didasarkan atas kepentingan nasional Rusia kepada Snowden itu
sendiri. Kepentingan tersebut untuk mencakup keamanan militer. Berbagai
kepentingan tersebut dapat menjadi beberapa faktor Rusia untuk memberikan
suaka politik kepada Snowden.
Politik luar negeri yang dilakukan Rusia dengan memberikan suaka politik
kepada Snowden dapat menjadi strategi atau tindakan terencana yang
dikembangkan oleh Rusia, yang ditujukan kepada Amerika Serikat untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan nasionalnya. Politik luar negeri
12 formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan,
dan memajukan kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional,
melalui suatu strategi atau rencana yang dibuat oleh Rusia.
Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan kapasitas badan intelijen
Rusia berupa memborong mesin ketik listrik sebagai langkah antisipasi agar
tidak terjadi kebocoran informasi rahasia sebagaimana berlangsung pada
skandal WikiLeaks dan Edward Snowden. Pemesanan pembelian senilai
486.540 rubel (Rp150 juta) itu diajukan Lembaga Keamanan Rusia dan sudah
dimuat pula di situs resmi untuk pengadaan barang tersebut. (BBC, BBC
Indonesia, 2013) Dari data tersebut Rusia berusaha untuk membeli sebuah alat
teknologi militer yang digunakan untuk meningkatkan keamanan militer Rusia.
2. Konsep Suaka Politik (Asylum Political)
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), definisi suaka adalah sebagai
berikut: ”Rights to be confessed judicially, in legal terminology of asylum is confession officially by state that somebody or a group of refugee own the
rights and obligations relevant state”. Ketentuan Hak Asasi Manusia (HAM)
adalah penerapan HAM secara menyeluruh dalam konteks wilayah tertentu,
yang dipengaruhi oleh tata nilai regional sehingga mempunyai wajah dan
karakteristik baru, akibat adanya penyesuaian dan mekansime adaptasi
nilai-nilai setempat. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa implementasi HAM secara
holistik pada dasarnya lebih bersifat lentur dan akan berkembang sesuai dengan
perkembangan masa, tanpa harus dipaksakn oleh pihak-pihak dari luar konteks
13 Sedangkan menurut Sulaiman Hamid suaka adalah suatu perlindungan
yang diberikan oleh suatu negara kepada individu yang memohonnya dan
alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah
berdasarkan alasan perikemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik, dan
sebagainya. (Hamis, 2002, hal. 42)
Suaka politik atau asylum political adalah perlindungan yang diberikan
oleh suatu negara kepada orang asing yang terlibat perkara atau kejahatan
politik di negara lain atau negara asal pemohon suaka. Kegiatan politik tersebut
biasanya dilakukan karena motif dan tujuan politik atau karna tuntutan hak-hak
politiknya secara umum. Kejahatan politik ini pun biasanya dilandasi oleh
perbedaan pandangan politiknya dengan pemerintah yang berkuasa, bukan
karena motif pribadi. Suaka politik merupakan bagian dari hubungan
internasional dan diatur dalam hukum internasional atas dasar pertimbangan
kemanusiaan. Setiap negara berhak melindungi orang asing yang meminta
suaka politik. (Iqbal, 2007, hal. 265)
Orang-orang yang memenuhi syarat-syarat suaka politik adalah mereka
yang diperlakukan buruk di negerinya karena adanya masalah, contohnya
sebagai berikut: (Wikipedia, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016)
a. Ras
b. Kebangsaan
c. Agama
d. Opini politik
14 Makna suaka dalam konteks internasional, menurut PBB berdasar pada
Pasal 35 dari Konvensi Tahun 1951 tentang status pengungsi atau imigran,
konvensi ini sangat identik dengan Protokol Tahun 1967. Pada konvensi ini
banyak tentang upaya-upaya negara yang harus memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan (Human Right), termasuk di dalamnya adalah larangan
pengusiran (Non-Refoulement). Dalam ketentuan internasional terkait dengan
suaka memiliki beberapa ketentuan yaitu :
a. Suaka adalah pengakuan secara resmi oleh negara bahwa seseorang adalah
pengungsi dan memiliki hak dan kewajiban menurut hukum ini.
b. Pencari suaka adalah orang asing yang memerlukan perlindungan, mencari
pengakuan, dan perlindungan sebagai pengungsi.
c. Seorang pengungsi adalah seseorang yang diberi suaka atau berhak untuk
diberi suaka menurut Pasal 84 (Pasal 1A Konvensi 1951).
d. Ketentuan-ketentuan dalam Traktat atau Konvensi Internasional dimana
RDTL menjadi pihak atau mengikatkan diri, khususnya Konvensi 1951
tentang Status Pengungsi dan Protokolnya tahun 1967, merupakan
preseden bagi hukum yang berlaku menurut Pasal 3 Konstitusi.
Suaka sangat erat kaitannya dengan pengungsi, bahkan suaka dan
pengungsi sering sekali diartikan sama. Pengungsi dalam hukum internasional
terbagi dalam beberapa kategori, yakni sebagai berikut:
1. Pengungsi Internal
Pengungsi Internal adalah orang-orang atau kelompok orang yang telah
15 halaman mereka, terutama sebagai akibat dari atau demi menghindari
pengaruh konflik bersenjata, situasi kekerasan yang meluas, pelecehan
terhadap hak asasi manusia atau karena bencana alam maupun bencana
akibat ulah manusia, dan tidak melintasi batas-batas negara yang diakui
secara internasional. Artinya, pengungsi internal adalah orang orang yang
mengungsi di negaranya sendiri.
2. Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang telah mengajukan proses permohonan
untuk mendapatkan perlindungan oleh negara yang dituju untuk menerima
suaka. Pencari suaka punya banyak alasan untuk mencari suaka seperti
perang, permasalah SARA dan lainnya.
3. Pengungsi Prima Facie
Dalam kisruh perang di suatu negara, sering sekali sekumpulan orang
pergi ke suatu negara untuk meminta suaka. Dalam hal atau kasus ini,
negara tidak lagi melihat alasan sekumpulan orang tersebut untuk
menerima suaka karena sangat tidak praktis.
4. Orang Tanpa Kewarganegaraan
Tanpa kewarganegaraan adalah situasi di mana tidak adanya status
pengakuan berkenaan dengan hal yang membuat seorang individu
memiliki landasan yang bermanfaat secara hukum untuk menyatakan
kewarganegaraannya, atau di mana ia memiliki klaim yang bermanfaat
pertimbangan-16 pertimbangan praktis seperti biaya, adanya gangguan sipil, atau ketakutan
akan penganiayaan.
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa suaka adalah cara satu
orang maupun berkelompok untuk mendapatkan perlindungan dari negara lain,
dengan beberapa alasan seperti permasalahan ras, agama, perang saudara, dan
lainnya dengan cara melakukan permohonan. Sedangkan politik adalah hal
yang berkaitan dengan terselenggaranya pemerintahan atau negara. Artinya,
negara dalam hal suaka adalah pihak yang memiliki wewenang untuk
memberikan suaka terhadap para pencari suaka.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada sidangnya
tanggal 14 Desember tahun 1967, telah menyetujui suatu resolusi yang
memberikan rekomendasi bahwa dalam praktiknya negara-negara haruslah
mempertimbangkan hal sebagai berikut:
1. Jika seseorang meminta suaka, permintaan seharusnya tidak ditolak atau
jika ia memasuki wilayah negara itu, ia tidak perlu diusir tetapi jika suatu
kelompok orang-orang dalam jumlah besar meminta suaka, hal itu dapat
ditolak atas dasar keamanan nasional rakyatnya.
2. Jika suatu negara merasa sukar untuk memberikan suaka, haruslah
memperhatikan langkah-langkah yang layak demi rasa persatuan
internasional melalui perantara dari negara tertentu dan PBB.
3. Jika suatu negara memberikan suaka kepada kaum pelarian dan buronan,
17 Terkait dengan kasus Edward Snowden yang membocorkan program
rahasia NSA, pada akhirnya Rusia menerima permohonan suaka politik
Edward Snowden. Pemberian suaka tersebut tidak lepas dari faktor politik,
hubungan kedua negara, dan alasan korban politik pencari suaka menjadi
faktor penentu pemberian suaka. (Harding, 2014, hal. 399)
Edward Snowden juga termasuk dalam kategori suaka politik karena suaka
yang diberikan oleh Rusia terhadap Snowden, seseorang yang bukan warga
negara Rusia. Suaka politik atau asylumpolitical yang diberikan Rusia kepada
Snowden merupakan perlindungan yang diberikan oleh Rusia kepada Snowden
karena terlibat perkara atau kejahatan politik di Amerika Serikat. Meskipun
demikian, Rusia tidak wajib menyerahkan Edward Snowden kepada Amerika
Serikat, karena tidak ada perjanjian antara kedua negara tersebut yang
mengharuskan untuk menyerahkan pencari suaka (ekstradisi). (Mazrieva,
2013) Edward Snowden merupakan seorang pencari suaka karena Snowden
adalah warga Amerika Serikat yang merasa terancam di negaranya sendiri
sehingga memerlukan perlindungan, mencari pengakuan, dan perlindungan
sebagai pengungsi.
D. Hipotesis
Rusia memberikan suaka politik kepada Edward Snowden karena
didasarkan pada :
1. Kepentingan Rusia berupa Militer Security (Keamanan Militer) karena
untuk memperoleh informasi intelijen tentang program-program rahasia
18 Serikat dapat mengakses ke perusahaan-perusahaan penyedia layanan
internet serta Rusia berusaha meningkatkan kapasitas intelijennya.
2. Terpenuhinya syarat pemberian suaka politik pada diri Edward Snowden
berdasarkan atas opini politik pemerintah Amerika Serikat sehingga
Snowden merasa dirinya terancam kemudian mencari perlindungan sebagai
pencari suaka ke Rusia.
E. Jangkauan Penelitian
Untuk mempermudah dan membatasi area penelitian, penulis
memfokuskan kajian sejak awal mula munculnya permasalahan dari tahun
2013-2016. Penelitian yang dikaji khusus membahas terhadap kepentingan
Rusia memberikan suaka politik kepada Edward Snowden.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang paling mendasar dalam
melaksanakan suatu penelitian. Hadi menjelaskan bahwa metodologi ialah
salah satu bagian terpenting dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian
ilmiah karena ketepatan penggunaan metodologi dipergunakan sebagai dasar
pemecahan permasalahan, sehingga mampu memberikan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Hadi, 2000)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode non statistic
yaitu metode kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian disampaikan apa
adanya, kemudian dikumpulkan, diseleksi, dikategorisasi, diintrepretasi untuk
kemudian dipaparkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran fakta yang
19 Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik library research
atau penelitian kepustakaan yang juga memperhatikan rekaan-rekaan informasi
tertulis yang bersumber dari buku, surat kabar, majalah, situs internet serta
sumber informasi yang valid lainnya.
Data yang diperoleh dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu data
yang bersifat teoritis digunakan sebagai landasan perspektif untuk mendeteksi
masalah. Teori yang ada digunakan untuk memahami masalah dalam penelitian
ini. Selanjutnya data yang bersifat deskriptif untuk mendukung, memperkuat
serta menjelaskan permasalahan yang ada mengenai kasus yang diteliti.
G. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui kepentingan Rusia dalam memberikan suaka politik
kepada Edward Snowden.
2. Mengetahui faktor-faktor Rusia memberikan suaka politik kepada
Edward Snowden.
H. Sistematika Penulisan
BAB I Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, kerangka teori, hipotesis, metode penelitian,
tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hubungan diplomatik
antara Rusia dengan Amerika Serikat.
BAB III Dalam bab ini akan dijelaskan tentang sikap Rusia terhadap
20 Serikat terhadap sikap Rusia.
BAB IV Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor
kepentingan Rusia memberikan suaka politik kepada Edward
Snowden.
BAB V Dalam bab ini berisi kesimpulan dari penelitian mengenai
kepentingan Rusia memberikan suaka politik kepada Edward
21 BAB II
HUBUNGAN DIPLOMATIK RUSIA DENGAN AMERIKA SERIKAT
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hubungan diplomatik antara Rusia
dengan Amerika Serikat. Hubungan diplomatik ini berawal dari perang dingin
antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Selanjutnya pembahasan mengenai
hubungan diplomatik antara Rusia dengan Amerika Serikat pasca era perang
dingin atau setelah Uni Soviet mengalami collapse.
A. Hubungan Uni Soviet dengan Amerika Serikat
Masa Perang Dingin (1947-1991) merupakan permusuhan bagi Uni Soviet
dan Amerika Serikat untuk menjadi penguasa. Salah satu tindakan dalam
pencapaian tujuan tersebut dengan melakukan produksi senjata nuklir secara
besar-besaran yang menuju perlombaan senjata (Arm Race) antar kedua negara.
Perlombaan senjata pada saat itu memunculkan ketegangan yang dapat
mengancam kedamaian internasional. Melihat fenomena tersebut, maka
dilakukan perjanjian pengurangan persenjataan strategis START (Strategic
Arms Reduction Treaty) yang dilakukan kedua negara adidaya saat itu yaitu
Uni Soviet dan Amerika Serikat pada tahun 1982. Perjanjian tersebut
menyetujui bahwa kedua negara itu memusnahkan persenjataan nuklir yang
dapat mencapai sasaran jarak menengah. Perjanjian START ini mengalami
beberapa kali perubahan mulai tahun 1982 hingga sekarang dalam nama serta
tujuan yang ingin dicapai.
START I merupakan perjanjian bilateral antara Uni Soviet dengan
22 strategis ofensif. START I diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Ronald
Reagan di Jenewa pada tanggal 29 Juni 1982. Reagan mengusulkan penurunan
dramatis dalam kekuatan strategis yang disebut SALT III pada saat itu.
Perjanjian START ini ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1991 oleh George
H. W. Bush sebagai preisiden Amerika Serikat dan Mikhail Gorbachev sebagai
presiden Rusia. Sejak runtuhnya Uni Soviet, maka START I diteruskan oleh
empat negara independen yang memiliki senjata nuklir strategis yaitu Rusia,
Belarus, Ukraina, dan Kazakhstan. Pada tanggal 23 Mei 1992, Amerika Serikat
dan empat negara berkemampuan nuklir ini menandatangani "Protokol
Lisbon," yang membuat semua pihak (lima negara) sepakat dengan perjanjian
START. START I mulai berlaku pada 5 Desember 1994 ketika lima negara ini
saling bertukar instrumen ratifikasi di Budapest. START I berakhir pada 5
Desember 2009, namun para pihak sepakat untuk memperpanjang perjanjian
selama lima tahun atau digantikan dengan kesepakatan pengurangan senjata
yang baru. Perjanjian START tidak perlu lama untuk diratifikasi oleh kedua
pihak dan memiliki 19 Pasal didalamnya.
START I mengarah pada pengurangan bersama senjata-senjata strategis
sebanyak 6000 hulu ledak nuklir, 1600 Peluru Kendali Balistik Antarbenua
(ICBMs), kapal selam yang dapat meluncurkan rudal balistik dan bombers.
Kemudian pembatasan pada ICBM dan SLBM (Peluru Kendali Balistik yang
dikendalikan dari laut atau kapal) yang maksimal 4900, pembatasan hingga
1.540 untuk rudal berat (Soviet SS-18), dan 1.100 pada ICBM mobile. (Bleek,
23 Perjanjian tersebut meliputi Perjanjian Non Proliferasi Nuklir. Perjanjian
ini dikenal dengan istilah Non Proliferation Treaty (NPT) yang merupakan
bentuk kesepakatan tiga negara: Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Inggris pada
tahun 1968. Isi perjanjian yaitu kesepakatan untuk tidak menjual senjata nuklir
atau memberikan informasi kepada negara-negara non nuklir.
Perjanjian Pembatasan Senjata Strategis atau sering disebut Strategic Arms
Limitation Talks (SALT) I tahun 1969 di Helsinki dan berhasil ditanda tangani
Presiden Nixon dengan Sekretaris Jenderal PKUS Leonid Breznev tanggal 26
Mei 1972. Perjanjian ini berisi
1) Pembatasan terhadap sistem pertahanan anti peluru kendali (ABM=Anti
Ballistic Missile)
2) Pembatasan senjata-senjata serang strategis, seperti ICBM (Inter
Continental Ballistic Missile) dan SLBM (Sea Launched Ballistic Missile)
SALT II dimulai pada bulan November 1972 di Genewa dan baru berhasil
ditandatangani oleh presiden Jimmy Carter dan Sekjen PKUS Leonid Breznev
di Wina pada tanggal 18 Juni 1979. Tujuan diadakan perundingan SALT pada
dasarnya adalah sebagai berikut:
a. Memperkecil kemungkinan terjadinya perang nuklir
b. Mengurangi anggaran pertahanan
c. Mencegah terjadinya perlombaan senjata strategis
Invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada tahun 1979, menyebabkan Jimmy
Carter menunda permintaan ratifikasi perundingan SALT II kepada Senat
24 Ronald Reagan pada tahun 1982. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perundingan SALT II mengalami kegagalan. Perjanjian Pengurangan Senjata
Strategis atau sering disebut Strategic Arms Reduction Treaty (START) tahun
1982 antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Perjanjian ini berisi tentang
kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir jarak menengah.
Perjanjian Pengurangan Senjata Nuklir Jarak Sedang atau dikenal dengan
Intermediate Range Nuclear Forces (INF) pada tahun 1987. Dengan kegagalan
SALT II, terjadi perubahan persaingan, dimana ruang angkasa menjadi
kawasan baru untuk perlombaan persenjataan. Amerika Serikat
mengembangkan Strategi Perang Bintang (Star Wars) pada masa pemerintahan
Presiden Ronald Reagan. Perlombaan kedua adi kuasa berakhir dengan
runtuhnya Uni Soviet pada awal tahun 1990. (Admin, 2015)
B. Hubungan Rusia dengan Amerika Serikat
1. Peningkatan Kerjasama Militer di Suriah
Amerika Serikat akan mengusulkan peningkatan kerjasama militer dan
berbagi data intelijen dengan Rusia di Suriah. Hal itu dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menargetkan markas ISIS dan Al-Qaeda, kamp pelatihan
dan rute pasokan di Suriah. Proposal itu, dalam dokumen yang diterbitkan oleh
surat kabar itu, akan disampaikan oleh Menteri Luar Negeri John Kerry dalam
kunjungannya ke Moskow. Amerika Serikat akan berbagi data intelijen untuk
mengidentifikasi target pemimpin, temapt pelatihan, jalur pasokan, dan markas
besar Front Al-Nusra, afiliasi Al-Qaeda di Suriah. Serangan terhadap target
25 menyatakan bahwa koordinasi antara Amerika Serikat dan Rusia akan
dilakukan melalui Joint Implementation Group yang berbasis di sekitar ibukota
Yordania, Amman. (Berlianto, 2016)
Setelah pertemuan koordinasi Amerika Serikat dengan Rusia, kedua
negara segera mengembangkan tujuan umum dan target sasaran bersama-sama,
untuk dilanjutkan memulai operasi bersama kedua negara. Dalam pertukaran
informasi terhadap kelompok Jabhah Nusra, pihak Rusia harus menjamin
serangan udara mereka tidak mengenai pasukan oposisi moderat bentukan
Amerika Serikat di Suriah. Angkatan Udara Rusia diperbolehkan secara
sepihak melakukan operasi tersendiri terhadap Jabhah Nusra dengan menjamin
bahwa mereka tidak membombardir faksi-faksi perjuangan lainnya di Suriah.
Kedua belah pihak harus sepakat dengan ketentuan yang ada dan telah
disepakati, serta menghormati perjanjian gencatan senjata dengan kelompok
pejuang revolusi Suriah. Setelah selesainya perjanjian kerjasama operasi
militer kedua negara, akan dilanjutkan kembali dengan mengembangkan
rencana komprehensif gencatan senjata dan kerangka baru menuju proses
transisi politik di Suriah.
2. Kerjasama Dalam Misi ke Bulan
Setelah Amerika Serikat memuseumkan armada pesawat antariksanya
tahun 2011 lalu, hanya kapsul Rusia yang melintasi jarak sejauh 400 kilometer
untuk mengangkut awak stasiun luar angkasa internasional ISS. Setidaknya
hingga tahun 2017 tidak akan ada perubahan. NASA belum siap kembali
26 kerjasama dengan Rusia tiba-tiba berhenti, bisa dibilang misi ISS pun akan
berakhir. Astronot-astronot Eropa dan Amerika Serikat tidak bisa lagi pergi ke
luar angkasa, dan Rusia akan kehilangan dukungan teknis dan finansial dari
Amerika yang memfasilitasi komunikasi, peralatan dan pengawasan material
untuk ISS.
NASA membayar sekitar 70 juta Dolar untuk perjalanan setiap astronot
dengan roket Soyuz. Aliran dana bagi Rusia ini harus disetujui per kasus oleh
Kongres Amerika Serikat. Pada sidang dengar kongres terakhir, kepala NASA
Charles Bolden mengatakan bahwa perjalanan ke ISS bukan hanya rutinitas
namun juga berharga bagi misi antariksa mendatang.
Saat ini Rusia adalah satu-satunya negara yang mampu memfasilitasi
pengiriman awak ke stasiun luar angkasa internasional ISS. Di ISS, NASA
menguji coba material baru bagi misi ke bulan dan kemungkinan ke Mars,
sementara astronot Amerika mempelajari keahlian medis baru. Januari 2014
Presiden Barack Obama menyatakan bahwa Amerika akan terus terlibat dalam
misi ISS untuk setidaknya 10 tahun ke depan, dan sejauh mungkin dalam
kerjasama dengan Rusia, Eropa, Jepang, dan Kanada. (Lorenzen, 2014)
Selain ISS, tidak ada proyek bersama lainnya antara Amerika dan Rusia di
luar angkasa. Ini berarti tidak ada misi bersama ke bulan atau target lainnya di
tata surya. Namun untuk meluncurkan satelit, Amerika Serikat sangat
tergantung pada teknologi Rusia. Roket Atlas V, salah satu 'pekerja keras'
27 Amerika Serikat juga tergantung pada teknologi Rusia apabila menyangkut
pada sistem baru untuk mengangkut muatan ke luar angkasa. Setelah
mengakhiri peluncuran pesawat antariksanya, NASA beralih ke
perusahaan-perusahaan swasta untuk memberi suplai dan menjalani eksperimen ilmiah di
ISS. Namun pesawat kargo Amerika, Cygnus, beroperasi menggunakan roket
Antares, yang sebagian dibuat di wilayah Ukraina yang condong ke Rusia.
Kalau sampai Amerika Serikat mengurangi kerjasama dengan Rusia,
Eropa tidak akan mampu mengisi kekosongan. Pesawat kargo ATV milik
Badan Antariksa Eropa ESA hanya akan terbang sekali lagi ke ISS dan tidak
akan dibangun kembali, dan Eropa belum pernah membuat sendiri pesawat
antariksa berawak. Walau roket Ariane milik Eropa sudah terbukti dapat
diandalkan, roket ini tidak akan mampu membawa awak ke luar angkasa.
Sementara pakar geofisika Jerman Alexander Gerst saat ini tengah berlatih
di Rusia untuk ekspedisinya ke ISS. Akhir bulan Mei, ia akan memulai
gilirannya mengawaki ISS selama 6 bulan - walau ini hanya akan terjadi
apabila Eropa dan Rusia melanjutkan kerjasama luar angkasa mereka. Setelah
NASA secara mendadak mundur dari proyek bersama ExoMars tahun 2012,
Rusia langsung mengambil alih. Kini ESA membutuhkan bantuan Rusia untuk
mendarat di Mars dalam upaya mencari jejak kehidupan dengan menggunakan
laboratorium riset otonom. (Lorenzen, 2014)
Baru-baru ini, Rusia telah mengumumkan bahwa mereka akan
mendaratkan kosmonotnya di Bulan pada sekitar tahun 2030-an. Pengumuman
28 Rencana pendaratan manusia ke Bulan yang masih agak lama waktunya ini
tampaknya bukan sekadar mendaratkan manusia lalu pulang lagi ke Bumi,
melainkan Rusia berencana membangun stasiun luar angkasa baru di orbit
Bulan pada misi itu. Ditambah lagi, saat ini diketahui Rusia sedang dalam
proses mengembangkan roket-roket besar baru. Menurut Solntsev, sebelum
mendaratkan manusia di Bulan, Rusia akan mengirimkan wahana antariksa tak
berawak yang bakal terbang di sekitar orbit Bulan pada tahun 2026. Lalu pada
tahun 2027, pesawat ruang angkasa tak berawak lainnya akan mendarat di
Bulan, diikuti oleh penerbangan tak berawak lain pada tahun 2029. Jika ketiga
wahana antariksa di atas tadi sukses melalukan misinya, pada tahun 2030 pihak
Rusia akan menetapkan tugas penerbangan berawak ke Bulan dan akan
mendarat di Bulan pada tahun 2031. (Muharram, Info Astronomy, 2016)
Rusia dan Amerika juga dikabarkan akan menjalin kerja sama untuk
kembali mendaratkan manusia di Bulan dalam beberapa tahun mendatang.
Dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang dijadwalkan untuk
dinonaktifkan dengan diterjunkan langsung ke laut pada tahun 2024,
masing-masing lembaga antariksa Rusia dan Amerika Serikat dipastikan akan saling
bergantung pada satu sama lain untuk mengembangkan dan mengeksplorasi
luar angkasa lebih jauh. Rusia yang dikenal baik dalam mengembangkan
modul luar angkasa, seperti dilansir InfoAstrnomy.org dari majalah Popular
Mechanics, mereka akan merancang modul dan habitat bagi astronot kedua
negara yang akan kembali ke Bulan tersebut. Kolaborasi antara kedua negara
29 telah lama bekerja sama dalam misi asosiasi mereka di Stasiun Luar Angkasa
Internasional yang pertama dimulai pada tahun 1993. (Muharram, Info
Astronomy, 2016)
Sejauh ini, hanya Amerika Serikat dengan NASA yang dimilikinya yang
telah sukses mendaratkan para astronotnya di Bulan. Bahkan tidak hanya satu
atau dua astronot, melainkan pendaratan di Bulan tidak hanya sekali ketika
misi Apollo 11 berhasil mendarat di Bulan pada tanggal 16 Juli tahun 1969.
Setelah misi Apollo 11, masih ada 6 misi berawak dalam misi Apollo (Apollo
12-Apollo 17) yang diberangkatkan ke Bulan. Semua misi Apollo setelah
Apollo 11 kecuali misi Apollo 13 berhasil mendaratkan manusia di berbagai
area di Bulan dan membawa pulang contoh batuan seperti halnya Apollo 11.
Untuk misi berawak sebelum suksesnya misi Apollo 11, NASA juga
melakukan berkali-kali uji coba dengan mengirimkan wahana antariksa tanpa
awak sebagai langkah awal sebelum mendaratkan manusia di Bulan. Hal itulah
yang juga akan dilakukan Rusia pada tahun 2026 sampai tahun 2029.
Setidaknya ada enam misi tanpa awak terkait misi Apollo yang
diberangkatkan NASA ke Bulan dari tahun 1966–1968, disusul oleh misi berawak yang dimulai dalam misi Apollo 7 untuk mengorbitkan manusia di
Bumi, kemudian misi Apollo 8 menjadi misi pertama manusia terbang ke
Bulan. Misi berawak yang sukses mendaratkan manusia di Bulan baru sukses
pada misi Apollo 11 yang mendaratkan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin.
Sejak itu misi berawak ke Bulan tidak lagi dilakukan karena masalah
30 melakukan tugas yang sama. Apalagi NASA sendiri telah mendaratkan
manusia ke Bulan dalam 6 misi berbeda, data penelitian pun sudah sangat lebih
dari cukup. Di era modern ini, setiap negara mulai memiliki prioritas yang
berbeda-beda. Jika Rusia siap untuk mendaratkan manusia di Bulan, sedangkan
Amerika Serikat kini bersiap untuk mendaratkan manusia di Mars.
Kerja sama antara kedua lembaga antariksa ini akan membantu Amerika
Serikat mendirikan basis luar angkasa lain yang bisa menjadi titik transit untuk
eksplorasi ke Mars, begitupun dengan Rusia dan negara-negara maju lainnya.
Associate Administrator untuk Eksplorasi Antariksa Manusia atau sering
disebut NASA mengatakan bahwa misi ke Bulan memiliki potensi besar
sebagai perkembangan manusia menjelajah lebih jauh ke luar angkasa. Rusia
dan Amerika Serikat akan menjadikan Bulan sebagai “stasiun luar angkasa” baru. Hal itu dianggap sebagai awal dari sistem transit dari Bumi menuju
planet Mars. Rusia dan Amerika Serikat akan mencoba misi yang diperkirakan
berlangsung hampir 400 hari di permukaan Bulan pada akhir tahun 2020 untuk
31 BAB III
SIKAP RUSIA TERHADAP EDWARD SNOWDEN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang sikap Rusia terhadap Edward
Snowden. Latar belakang Edward Snowden sebagai mantan pekerja NSA,
kemudian penjelasan mengenai program-program rahasia NSA yang telah
dibocorkan seperti PRISM dan XkeyScore, serta respon WikiLeaks terhadap
kasus pembocoran yang dilakukan oleh Edward Snowden dan reaksi Amerika
Serikat terhadap sikap Rusia yang memberikan suaka politik kepada Edward
Snowden.
A. Latar Belakang Edward Snowden
Edward Joseph Snowden adalah mantan pekerja NSA yang sekarang ini
menjadi buronan oleh Amerika Serikat. Edward Snowden dinyatakan sebagai
terdakwa oleh Pengadilan Federal Amerika Serikat setelah membocorkan
program rahasia NSA. Edward Snowden membongkar program-program yang
dirasa sangat berlebihan karena keleluasan Amerika Serikat dalam mengakses
privasi orang lain. Pengadilan Federal Amerika Serikat percaya bahwa Edward
Snowden telah melakukan pencurian properti pemerintah, secara tidak sah
mengungkap informasi pertahanan nasional, dan memiliki keinginan untuk
mengungkap informasi intelijen kepada pihak-pihak yang tidak berwenang.
Edward Snowden membocorkan informasi rahasia seputar
program-progam NSA yang sangat rahasia seperti PRISM kepada The Guardian dan
The Washington Post pada bulan Juni 2013. Snowden mengatakan bahwa
32 oleh NSA bertujuan mengungkapkan apa yang ia yakini sebagai tindakan
berlebihan oleh pemerintah untuk memantau aktivitas warga Amerika Serikat.
(Wikipedia, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2016)
Program-program yang dibocorkan Edward Snowden adalah program
rahasia yang bernama Pricavy in Mobile Information and Communication
Systems (PRISM) dan XKeyscore yang dilakukan oleh NSA. Kedua program
rahasia itu merupakan program yang berbahaya karena berisi program
pemantauan data-data internet dari data pengguna beberapa layanan internet
seperti Yahoo, Google, Microsoft, Skype, YouTube, dan Facebook. NSA
merupakan salah badan intelijen yang menjalankan misi rahasia pemerintah
Amerika Serikat untuk memata-matai pengguna internet di Amerika Serikat
dengan menggunakan kedua program tersebut.
Pembocoran yang dilakukan oleh Edward Snowden pada akhirnya
mengejutkan publik internasional karena faktanya Amerika Serikat telah
melakukan pelanggaran hak privasi seseorang, organisasi, dan negara. Alasan
Edward Snowden berani untuk membocorkan program rahasia tersebut karena
kekecewaannya dengan agen informasi Amerika Serikat yang mengumpulkan
semua informasi dari pengguna layanan komunikasi internet yang bersifat
sangat privat. Edward Snowden juga membeberkan kepada publik melalui
media tentang bagaimana cara NSA dalam mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan yaitu bekerjasama dengan perusahaan IT terbesar di dunia dan
mengambil segala informasi dari user global yang sudah pasti melanggar hak
33 Program PRISM dan XKeyscore berdampak terhadap opini publik
internasional yang mengecam tindakan Amerika Serikat yang memata-matai
hingga ke negara-negara lain. Banyak korban dari negara lain akibat program
rahasia yang dilakukan oleh NSA karena banyak penduduk di negara lain yang
menggunakan layanan seperti Google, Facebook, Apple, dan Yahoo.
B. National Security Agency (NSA) Sebagai Badan Intelijen Dari
Departemen Pertahanan Amerika Serikat
National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional adalah
sebuah organisasi kriptografi milik Amerika Serikat. NSA berfungsi untuk
melindungi sistem informasi Amerika Serikat serta mendapatkan
informasi-informasi dari agen intelijen negara. NSA didirikan oleh Presiden Harry
S.Truman pada 4 November 1952. (Wikipedia, Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
2014)
NSA adalah bagian dari departemen pertahanan Amerika Serikat serta
dipimpin oleh direktur dari militer Amerika Serikat yang berpangkat Letnan
Jenderal. (NSA.GOV, 2016) Kegiatan NSA adalah berupa penyadapan dan
pengamanan. Penyadapan NSA meliputi alat-alat komunikasi seperti telepon,
radio maupun unternet. Pengamanan NSA meliputi komunikasi militer,
diplomatik, dan komunikasi rahasia pemerintah. NSA bertugas dalam
pengembangan penelitian kriptoanalisis yaitu pemecahan sandi-sandi dan kode.
NSA merupakan salah satu badan intelijen Amerika Serikat yang
mempekerjakan ahli matematika dan memiliki superkomputer terbanyak. NSA
34 target-target yang dicurigai agar mendapatkan segala informasi. Hal tersebut
dilakukan sebagai bentuk kesiapan Amerika Serikat terhadap segala ancaman.
Gambar 1. Strategi Kemitraan NSA (Greenwald, 2014)
Visi NSA adalah “Global Cryptologic Dominance through Responsive Presence and Network Advantage.” Kemudian untuk misi dari NSA adalah memimpin pemerintah Amerika Serikat dalam kriptologi baik yang meliputi
Signals Intelligence (SIGINT) dan Information Assurance (IA) produk dan
jasa, dan memungkinkan Computer Network Operations (CNO) atau operasi
jaringan komputer guna mendapatkan keuntungan dalam mengambil keputusan
untuk bangsa dan sekutu Amerika Serikat dalam semua keadaan.
Jumlah pekerja yang bekerja di NSA adalah lebih dari 120 ribu orang,
termasuk para informan-informan yang berada didalam dan luar negeri. NSA
35 terkait dengan aktivitas penyadapan. Pada tahun 2013, terdapat pemberitaan
yang menghebohkan dunia internasional karena adanya pembocoran program
rahasia NSA yang dilakukan mantan pekerja NSA yaitu Edward Snowden.
Terdapat dua program yang dibocorkan yaitu program PRISM dan XKeyscore.
C. Pembocoran Program Rahasia NSA oleh Edward Snowden
Snowden melakukan pembocoran program-program rahasia NSA karena
berdasarkan kepentingan publik. Hal ini ditunjukkan Snowden melalui sebuah
surat pengantar untuk jurnalis yang diberikan kepada kepada Glenn Greenwald
sebagai berikut: (Greenwald, 2014, hal. 37)
“Satu-satunya motivasi saya adalah mengonfirmasikan
kepada masyarakat betapa “kepentingan publik” telah dijadikan
dalih untuk berbuat semena-mena terhadap mereka. Pemerintah AS, yang berkonspirasi dengan negara-negara kliennya, terutama anggota Five Eyes yaitu Britania Raya, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, telah menebarkan jejaring sistem pengintaian massal rahasia ke seluruh dunia, yang darinya kita tidak dapat bersembunyi. Mereka melindungi sistem pengintaian domestik mereka dari telaah warga negara melalui klasifikasi dan kebohongan. Untuk melindungi diri dari amuk massa kalau-kalau tindak mata-mata mereka bocor ke publik, mereka menggadang-gadang manfaat aksi mereka ini, menggembar-gemborkan bahwa pengintaian dilakukan semata-mata demi melindungi rakyat...
Dokumen yang terlampir benar-benar asli dan absah, diserahkan dalam rangka memberikan pemahaman mengenai mekanisme sistem pengintaian pasif global supaya perlindungan dari sistem yang demikian dapat dikembangkan. Pada hari ketika surat ini ditulis, semua rekaman komunikasi baru yang bisa dijaring dan dikatalogkan oleh sistem ini diplot untuk
disimpan selama () tahun, sedangkan “Gudang Data Mahabesar” (yang secara eufimistik disebut Gudang Data “Mentah”) tengah
36 bidang ini, tetapi kita mesti mencamkan bahwa diperlukan waktu untuk mengubah kebijakan dan bahwa konstitusi sekalipun bisa dipelintir demi hasrat untuk berkuasa. Meminjam kata-kata bijak dalam sejarah: Demi mencegah manusia berbuat onar, jangan bergantung pada fitrah baiknya, tetapi kekanglah
dia dengan rantai kriptografi.”
Dari surat tersebut jelas terlihat bahwa Snowden melakukan pembocoran
karena motif dan tujuan politik atau karna tuntutan hak-hak asasi manusia
berupa privasi secara umum. Pembocoran tersebut biasanya dilandasi oleh
perbedaan pandangan politiknya dengan pemerintah yang berkuasa, bukan
karena motif pribadi. Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara
demokrasi dan memiliki kebebasan ternyata berusaha untuk memata-matai
aktivitas penduduknya sendiri. Walaupun Presiden Barack Obama telah
membantah hal tersebut merupakan program untuk mengintai aktivitas teroris
tetapi tetap saja penduduk Amerika Serikat merasa kecewa karena telah
diperlakukan tidak semestinya oleh pemerintah mereka sendiri.
Adapun bukti lain bahwa Edward Snowden melakukan pembocoran
tersebut karena Snowden memiliki keyakinan bahwa hal itu demi kebaikan
bersama. Seperti yang dijelas oleh situs Wired.com, yang melakukan
pembicaraan berupa wawancara dengan Edward Snowden terkait alasan
Snowden membocorkan program-program rahasia NSA yaitu sebagai berikut:
(WIRED.com, 2014)
Snowden seems relaxed and upbeat as we drink Cokes and tear away at a giant roomservice pepperoni pizza. His 31st birthday is a few days away. Snowden still holds out hope that he will
someday be allowed to return to the US. “I told the government
37
he says. “I care more about the country than what happens to me. But we can‟t allow the law to become a political weapon or
agree to scare people away from standing up for their rights, no
matter how good the deal. I‟m not going to be part of that.
Meanwhile, Snowden will continue to haunt the US, the unpredictable impact of his actions resonating at home and around the world. The documents themselves, however, are out of his control. Snowden no longer has access to them; he says he
didn‟t bring them with him to Russia. Copies are now in the
hands of several news organizations, including: First Look Media, set up by journalist Glenn Greenwald and American documentary filmmaker Laura Poitras, the two original recipients of the documents; The Guardian newspaper, which also received copies before the British government pressured it into transferring physical custody (but not ownership) to The New York Times; and Barton Gellman, a writer for The
Washington Post. It‟s highly unlikely that the current custodians
will ever return the documents to the NSA. That has left US officials in something like a state of impotent expectation, waiting for the next round of revelations, the next diplomatic upheaval, a fresh dose of humiliation. Snowden tells me it
doesn‟t have to be like this. He says that he actually intended the
government to have a good idea about what exactly he stole. Before he made off with the documents, he tried to leave a trail of digital bread crumbs so investigators could determine which
documents he copied and took and which he just “touched.”
That way, he hoped, the agency would see that his motive was whistle-blowing and not spying for a foreign government. It would also give the government time to prepare for leaks in the future, allowing it to change code words, revise operational plans, and take other steps to mitigate damage. But he believes
the NSA‟s audit missed those clues and simply reported the total
number of documents he touched—1.7 million. (Snowden says
he actually took far fewer.) “I figured they would have a hard time,” he says. “I didn‟t figure they would be completely incapable.”
Asked to comment on Snowden‟s claims, NSA spokesperson
Vanee Vines would say only, “If Mr. Snowden wants to discuss
his activities, that conversation should be held with the US Department of Justice. He needs to return to the United States to
face the charges against him.”
Snowden speculates that the government fears that the documents contain material that‟s deeply damaging—secrets the