• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Disusun oleh: Adha Tito Pratama

20120220119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sebagai Bagian Dari Persyaratan Yang Diperlukan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh:

Adha Tito Pratama 20120220119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI

USAHATANI PADI ORGANIK DI GAPOKTAN PERMATASARI DESA

TIRTOSARI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasullullah

Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga

akhir zaman. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan penuh kerendahan

hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orangtua saya, Ayahanda Suroto B.Sc. dan Ibunda Titi Machrusah

serta kedua adik saya Gusramdhan Adhitama dan Hanny Anggraeni.

(4)

3. Ir. Eni Istiyanti M.S selaku ketua jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan, semangat, motivasi

serta perbaikan skripsi ini melalui saran dan masukan sehingga lebih baik.

4. Dr. Sriyadi SP.MP selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah berkenan

memberikan motivasi, semangat dan waktunya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Aris Slamet Widodo SP.M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah berkenan memberikan motivasi, semangat dan waktunya kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh kepengurusan Gapoktan Permatasari yang telah mengizinkan,

memberikan banyak pengalaman di lapangan serta banyak membantu penulis

dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai.

7. Terimakasih teruntuk Sulisthiana yang telah memberi motivasi dan menemani

penulis dari awal sampai skripsi ini selesai.

8. Terimakasih teruntuk teman-teman Agribisnis 2012 atas segala bentuk

motivasi, pertemanan, persaudaraan, kebersamaan dan semanggatnya selama

ini.

9. Terimakasih teruntuk teman-teman organisasi IMM, DEMA, dan

HIMASEPTA atas segala bentuk kekeluargaan, semangat dan motivasinya

(5)

10. Trimakasih untuk Wilda, Tika, Tias, Mukhlisin, Sigit dan Adi yang telah

memberi motivasi dan masukan pada skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan serta

kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima

dengan senang hati demi kesempurnaan skripsiini. Akhirnya besar harapan penulis

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta semua pihak yang

memerlukannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 5 Januari 2017

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 6

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 31

(7)

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 34

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

E. Analisis Data ... 36

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 43

A. Desa Tirtosari... 43

B. Gapoktan Permatasari ... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Profil Petani ... 58

B. Usaha Tani Padi Organik ... 64

C. Analisis Keuntungan Usahatani ... 71

D. Analisis Penggunaan Faktor Produksi Cobb-Douglass ... 81

E. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ... 87

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah petani padi organik di Gapoktan Permatasari ... 33

Tabel 2. Batasan wilayah Desa Tirtosari... 45

Tabel 3. Luas Wilayah Desa Tirtosri ... 45

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tirtosari tahun 2016 ... 46

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tirtosari tahun 2016. ... 47

Tabel 6. Komoditas Pertanian Desa ... 47

Tabel 7. Daftar Kelompok Desa Tirtosari ... 48

Tabel 8. Pengelompokan Umur Petani Sampel di Gapoktan Permatasari ... 59

Tabel 9. Tingkat pendidikan petani padi organik di Gapoktan Permatasari ... 60

Tabel 10. Luas Lahan Rata-rata Budidaya Padi Organik di Desa Tirtosari ... 61

Tabel 11. Jumlah Tanggungan Petani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 62

Tabel 12. Karateristik petani padi organik berdasarkan pengalaman bertani di Gapoktan Permatasari tahun 2016 ... 63

Tabel 13. Rata-rata Biaya Eksplisit Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 72

Tabel 14. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat pada Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 76

Tabel 15. Rata-rata Biaya Implisit Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 77

(9)

Tabel 17. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 79

Tabel 18. Keuntungan Usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari ... 80

Tabel 19. Penggunaan Faktor Produksi Padi Organik di Desa Tirtosari ... 81

Tabel 20. Hasil Analisis Varian Fungsi Produksi Padi Organik Per Usahatani di Gapoktan Permatasari tahun 2016 ... 82

Tabel 21. Nilai Koefisien Regresi dan Hasil Analisis Uji T ... 84

Tabel 22. Rata-rata penggunaan pupuk padat usahatani Padi Organik di Desa Tirtosari pada luasan lahan 3116 m2 ... 86

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 10 negara besar dengan area organik terluas di tahun 2014 ... 11

Gambar 2. Grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP serta pembagian daerah berdasarkan elastisitas produksi. ... 19

Gambar 3. Kerangka Berfikir ... 30

Gambar 4. Struktur organisasi gapoktan permatasari ... 55

Gambar 5. Pola usahatani padi organik... 65

(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Petani ... 94

Lampiran 2. Kepemilikan Lahan Petani Responden ... 95

Lampiran 3. Biaya Saprodi Usahatani Padi Organik ... 98

Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat... 100

Lampiran 5. Pendapatan Ushatani Padi Organik ... 102

(12)

INTISARI

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI

GAPOKTAN PERMATASARI DESA TIRTOSARI KECAMATAN

SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG. 2016. ADHA TITO PRATAMA (Skripsi dibimbing oleh SRIYADI & ARIS SLAMET WIDODO). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola usahatani padi organik di Gapoktan Permatasari, mengetahui keuntungan usahatani padi organik, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik dan mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di Gapoktan Permatasari. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja atau dengan cara purposive sampling yaitu di Gapoktan Permatasari Desa Tirtosari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Metode penentuan responden diambil menggunakan metode proporsional random sampling di Gapoktan Permatasari Desa Tirtosari, dengan jumlah 50 petani diambil sebagai sumber data primer. Pengambilan sample dilakukan secara acak. Pola usahatani yang diterapkan oleh Gapoktan Permatasari adalah usahatani monokultur tanaman padi organik dan usaha peternakan sapi. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Pada penelitian keuntungan yang diperoleh petani padi organik selama satu musim tanam sebesar Rp. 3.153.330,- Data dianalisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-douglas untuk mengetahui faktor produksi padi organik. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara bersama-sama luas lahan benih, pupuk padat, pupuk cair, pestisida dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi organik. Secara parsial luas lahan dan benih berpengaruh secara nyata. Penggunaan benih pada usahatani padi organik sudah efisien, sedangkan penggunaan luas lahan belum efisien.

(13)
(14)

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK DI

This research aims to describe patterns of organic rice farming in Gapoktan Permatasari, the amount of profit in organic rice farming, the factors that influencingt the production of organic rice and the efficiency of the use of production factors in organic rice farming in Gapoktan Permatasari. The research was conducted in Gapoktan Permatasari in the village of Tirtosari Sawangan Magelang by committed intentionally or purposive sampling. The metod respondents taken by proportional random sampling metod who are members of Gapoktan Permatasari in the village of Tirtosari, a number of 50 farmers were taken as the primary data. The sampling taken by randomly. Farming patterns applied by Gapoktan Permatasari is organic rice crop monoculture farming and cattle riser. Data obtained by using a questionnaire with the interview methods. In the study the advantages of organic rice farmers during the planting in one season is 3.15333 million rupiah. The data were analyzed using a production fungcion model of Cobb-Douglass to determine production of organic rice. The results showed that the land area, seed, solid fertilizers, liquid fertilizers, pesticides and labor have a real influence of organic rice production. While in partial land area and seed who is influential real. The use of the seed on organic rice farming has been efficient, while the use of land area yet efficient.

(15)

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis

yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

pencaharian utama sebagian penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di kota

kecil atau pedesaan. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang dapat

meningkatkan devisa negara dari produksinya baik mentah maupun setengah jadi.

Disisi lain, pertanian di Indonesia disiapkan untuk menghasilkan produk yang

memiliki kualitas yang baik dan nilai ekonomi yang tinggi agar mampu bersaing

dengan negara-negara lain.

Pentingnya sektor pertanian dalam meningkatkan hasil-hasil pertanian secara

nyata menarik para peneliti dari berbagai lembaga penelitian untuk dapat

menghasilkan tanaman-tanaman dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Untuk

itu pertanian perlu diusahakan secara modern dengan menyediakan bibit unggul,

pestisida, pupuk kimia dan melakukan mekanisasi pertanian. Pengusahaan

pertanian secara modern inilah yang disebut sebagai revolusi hijau.

Pestisida sebagai salah satu paket pertanian modern memiliki dampak yang

bersifat toksik bagi organisme lain dan mengganggu ekologi tanaman. Pemakaian

pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus menyebabkan kesuburan tanah

(16)

yang mendasarkan pada pertumbuhan itu ternyata salah. Pertumbuhan produksi

yang berhasil dicapai tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani, revolusi hijau

justru meminggirkan petani. Selain meminggirkan petani, revolusi hijau juga

membawa dampak kerusakan yang luas terhadap lingkungan dan kesehatan. Tanah

persawahan semakin lama menjadi semakin keras. Penggunaan pupuk kimia

meningkat dari waktu kewaktu. Serangan hama menjadi semakin ekplosif dan

menuntut penggunaan pestisida yang semakin meningkat pula. Pestisida tidak

hanya mematikan hama tanaman tetapi juga memusnahkan banyak kehidupan yang

lain serta penggunaan pestisida dapat menimbulkan efek samping yang merugikan

bagi kesehatan masyarakat. Disamping itu pula dunia barat, sebagai penggagas

pertanian modern sudah lama menyadari dampak yang ditimbulkan dari

penggunaan bahan-bahan kimia sintesis dalam dunia pertanian. Kini mereka sudah

beralih kepada sistem pertanian tanpa bahan kimia sintesis atau yang dikenal

dengan sistem pertanian organik. (Suwantoro, 2008)

Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik

untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk

keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik

menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan

penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan

mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan kondisi setempat. (SNI)

Menurut Winarto (2002) dalam Khoirurrohmi (2016) bahwa pertanian

(17)

dan sempit atau terbatas. Pertanian organik secara sempit adalah pertanian yang

bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih,

penggunaan pupuk, pengendalian hama hingga ke pasca panen. Adapun pertanian

organik secara luas adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan-bahan-bahan kimia

sintetis. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh

input yang berasal dari pertanian organik itu sendiri dan dijaga hanya minimal

sekali input dari luar atau sangat dibatasi.

Padi merupakan salah satu produk pertanian organik. Padi merupakan

tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai salah satu sumber makan pokok

penduduk Indonesia. Keunggulan beras organik antara lain tekstur nasi pulen, daya

simpan yang lama, tidak mengandung residu kimia, serta memiliki harga jual relatif

lebih tinggi dari beras non organik. Keunggulan tersebut sangat mendorong petani

untuk membudidayakan beras secara organik sementara konsumen terdorong untuk

mengkonsumsi beras tersebut.

Desa Tirtosari merupakan salah satu daerah sentral produksi padi organik di

Kabupaten Magelang. Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) “Permatasari” yang

terdapat di Desa Tirtosari merupakan salah satu kelompok yang ikut serta

mendukung program nasional dalam mengupayakan ketahanan pangan nasional.

Hasil produksi padi yang diperoleh dari gapoktan ini sering disebut sebagai beras

organik. Beras yang dikelola gapoktan sudah mendapatkan sertifikasi dari lembaga

(18)

produksi pangan organik sesuai SNI-6729-2010 pada tahun 2011. Proses budidaya

yang dilakukan gapoktan ramah lingkungan dan produk yang dihasilkan aman

untuk dikonsumsi. Selain itu pada tahun 2014, Gapoktan Permatasari mendapatkan

juara I untuk ketahanan pangan tingkat provinsi Jawa Tengah.

Gapoktan Permatasari dapat mengupayakan pertanian organik dengan

menggunakan input benih padi mentik wangi susu organik sebagai padi andalan

lokal, pupuk organik dan pestisida alami. Benih padi mentik wangi susu organik

didapatkan dari hasil panen sebelumnya untuk menjaga kualitas dan kemurnian

organiknya. Pupuk organik yang biasa digunakan yaitu pupuk kandang. Pupuk

kandang yang digunakan berasal dari kotoran hewan milik warga sekitar.

Kotoran-kotoran hewan tersebut diolah sendiri oleh pihak gapoktan. Namun, jika pupuk

kandang yang disediakan gapoktan mengalami kekurangan, biasanya petani

membeli di daerah terdekat.

Pada saat musim kemarau, padi yang ditanam oleh Gapoktan Permatasari

berisiko terserang hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian bagi

petani. Hama yang kerap menyerang padi adalah wereng dan walang sangit.

Gapoktan biasanya mengunakan pestisida alami yang dikelola sendiri. Pembuatan

pestisida diperoleh dari bahan alami yang terdapat disekitar lokasi, semisal ekstrak

bawang merah ataupun daun sirsak. Pestisida alami bersifat ramah lingkungan

karena tidak meninggalkan residu berbahaya pada hasil produksi dan tidak merusak

(19)

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam pengelolaan usahatani padi

organik berkaitan dengan penggunaan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

padi organik. Petani terkadang menggunakan pupuk kandang secara berlebihan

ataupun kekurangan. Petani yang memiliki ternak sendiri biasanya

menggunakannya secara berlebihan. Sementara bagi petani yang tidak memiliki

hewan ternak sendiri, penggunaan pupuk digunakan secara terbatas. Selain itu,

terkadang penggunaan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak sendiri belum

matang. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi padi organik dikarenakan

penggunaan faktor produksi yang belum efisien.

Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat perbedaan input faktor produksi

padi organik di Desa Tirtosari, maka perlu diteliti mengenai faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi produksi padi organik dan seberapa besar tingkat efisiensi

penggunaan faktor-faktor produksi padi organik ?.

B. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pola usahatani padi organik di Gapoktan Permatasari.

2. Mengetahui keuntungan usahatani padi organik.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik di

Gapoktan Permatasari.

4. Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan padi organik di Gapoktan

(20)

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi petani padi organik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan wawasan dalam menyikapi penggunaan faktor-faktor produksi

padi organik agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal.

2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan tambahan masukan bagi para

pengambil kebijakan dan pemerhati pertanian dalam pengembangan pertanian

padi organik.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian lebih

(21)

7

II.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pertanian Organik

Menurut Winarto (2002) dalam Khoirurrohmi (2016) bahwa pertanian

organik memiliki dua pemahaman, yaitu pengertian pertanian organik secara luas

dan sempit atau terbatas. Pertanian organik secara sempit adalah pertanian yang

bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih,

penggunaan pupuk, pengendalian hama hingga ke pasca panen. Adapun pertanian

organik secara luas adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan

bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan-bahan-bahan-bahan kimia

sintetis. Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh

input yang berasal dari pertanian organik itu sendiri dan dijaga hanya minimal

sekali input dari luar atau sangat dibatasi.

Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik

untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk

keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik

menekankan penerapan praktek-praktek manajamen yang lebih mengutamakan

penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya dilahan, dengan

(22)

Menurut Mayrowati (2012), “Tujuan utama pertanian organik adalah

menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi

kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan”. Gaya

hidup sehat pada sistem pertanian organik itulah yang telah melembaga serta

mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut ramah lingkungan,

aman dikonsumsi, serta memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Pada pengelolaan

pertanian padi organik harus mengacu pada prinsip dasar pertanian organik.

Prinsip – prinsip dasar pertanian organik

a. Prinsip kesehatan

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah,

tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat

dipisahkan dari kesehatan ekosistem, tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman

sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Peran pertanian organik baik

dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan

dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang

berada di dalam tanah hingga manusia.

b. Prinsip ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

(23)

Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang

ekologis. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali,

didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna

memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

c. Prinsip keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin

keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan

dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan

dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk

hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam

pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan

adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja,

pemproses, penyalur, pedagang dan konsumen. Keadilan memerlukan sistem

produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan

biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

d. Prinsip perlindungan.

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab

untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang

serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan

dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun

(24)

produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.

(IFOAM, 2012)

Dalam perkembangan pertanian padi organik di Indonesia perlunya lembaga

sertifikasi pertanian organik. Lembaga sertifikasi berperan untuk mengontrol

perkembangan pertanian organik mulai dari proses usahatani hingga pemasaran. Di

Indonesia, lembaga sertifikasi internasional yang terindentifikasi beroprasi sebagai

pengontrol pertanian organik yaitu IMO (Institute for Market Ecology), Control

Union NASSA (Nasional Associatio of Sustainable Agriculture of Australia),

Naturland, Ecocert, GOCA (Guaranteed Organic Certification Agency) ACO

(Australian Certified Oranik), dan CERES (Certification of Environmental

Standards). Adapun lembaga sertifikasi nasional saat ini yang telah terakreditasi

KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan diakui OKPO (Otoritas Kompeten Pangan

Organik), yaitu ; BIOcert (Bogor), INOFICE (Bogor), Sucofindo (Jakarta), LeSOS,

Mutu Agung (Depok), PT Persada (Yogyakarta) dan LSO Sumbar (Padang).

Untuk mewujudkan pertanian organik, Depatermen Pertanian (2002) telah

menyusun sistem sertifikasi bertahap. Ada empat jenis sertifikat, yaitu; sertifikat

label BIRU untuk produk non pestisida, sertifikat label KUNING untuk transisi

organik, sertifikat label HIJAU untuk prosuk setara dengan SNI organik, dan

produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya. Dengan

mekanisme seperti ini, diharapkan dapat mencegah para produsen organik tanpa

(25)

yang biasa, mendidik produsen untuk meningkatkan mutu produk, dan memantau

residu pestisida.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Research Institute of Organic

Agriculture (FiBL, 2016) terdapat 10 negara terbesar di asia yang memiliki area

organik terluas pada tahun 2014. Berdasarkan data statistik Indonesia adalah salah

satu negara Asia yang masuk 10 besar pada urutan ke empat yang memiliki area

organik terluas setelah negara China, India dan Kazakhstan. Berikut statistik yang

menunjukkan urutan 10 negara asia yang memiliki luas area organik.

Gambar 1. 10 negara besar dengan area organik terluas di tahun 2014

Berdasarkan gambar1, Indonesia menempati urutan ke 4 dengan total luas

lahan organik sebesar 113.638 ha. Disisi lain, Indonesia masih tertinggal dengan

negara Cina, India dan Kazakhstan yang memiliki 291.203 ha. Namun di tingkat

negara-negara Asia tenggara, Indonesia menempati tingkat tertinggi dibandingkan

(26)

demikian Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan produksi

maupun produktivitas pada usahatani padi organik.

2. Usahatani Padi Organik

Usahatani padi organik yaitu usaha bercocok tanam padi menggunakan

bahan-bahan alami. Penggunaan input dalam usahatani padi organik membatasi

pada penggunaan bahan-bahan kimia, mulai dari pendapatan bibit, pengunaan

pupuk, pengendalian hama, hingga pasca panen.

Menurut Soekartawi (1995) dalam Shinta (2011) bahwa ilmu usahatani

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan

sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan

yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat

mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang

melebihi input.

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat

itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa

usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. (Mubyarto, 1991)

Sedangkan menurut Shinta (2011) dikatakan bahwasannya ilmu usahatani

adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan

(27)

hasil yang maksimal. Aspek penting yang dimasukkan dalam klasifikasi

sumberdaya pertanian itu adalah lahan (tanah), tenaga kerja, modal, dan salah satu

faktor yang dianggap penting dalam pengelolaan sumber daya adalah manajemen.

Hal tersebut dinyatakan karena penggunaan sumberdaya tidak akan lebih efisien

walaupun dalam jumlah yang memadai tanpa disertai kemampuan untuk mengelola

sumberdaya yang tersedia. Salah satu usahatani dibidang pertanian yaitu usahatani

padi organik.

3. Faktor Produksi

Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian padi organik, terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu :

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas

pertanian. Semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah

produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan

sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu

tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Dan menurut

Suratiyah (2006), tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tanah

merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya.

Dalam pertanian, terutama di negara Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai

(28)

merupakan barang produksi tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, tanah

dalam usahatani mempunyai nilai terbesar. Menurut hasil penelitian yang dilakukan

Rachman (2014) di Kabupaten Gabongan menunjukkan bahwa faktor produksi

yaitu luas lahan secara signifikan mempengaruhi hasil produksi padi.

b. Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha setelah tanah. Modal

sangat penting pada produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai

produksi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama

faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru

yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian. Modal petani adalah ternak beserta

kandangnya, cangkul, bajak, dan alat-alat pertanian lain pupuk, bibit, hasil panen

yang belum dijual, tanaman yang masih di sawah dan lain-lain. (Mubyarto, 1989).

Modal dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu modal tetap (fixed assets)

dan modal tidak tetap (current assets). Modal tetap adalah modal yang dapat

dipergunakan dalam berkali-kali proses produksi. Modal tetap ada yang bergerak

atau mudah dipindahkan, ada yang hidup maupun mati (misalnya cangkul, sabit,

ternak), sedangkan yang tidak dapat dipindahkan juga ada yang hidup maupun mati

(misalnya bangunan, tanaman keras). Modal tidak tetap adalah modal yang hanya

dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja (misalnya pupuk dan bibit

(29)

c. Benih

Menurut Andoko (2005), benih bermutu merupakan syarat untuk

mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pemilihan benih tidak baik, hasilnya

tidak akan baik walaupun perawatan sudah dilakukan dengan benar. Benih yang

unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Semakin

unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan

dicapai. Benih dalam pengertiannya adalah biji yang disediakan untuk ditanam atau

disemai haruslah baik dan tua. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Silvira

(2014) di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus bahwa faktor produksi benih

secara signifikan mempengaruhi hasil produksi padi sawah.

d. Pupuk Organik

Menurut Sutejo (2002) pupuk organik adalah sisa-sisa atau seresah tanaman,

limbah atau kotoran hewan demikian pula kompos yang dapat diubah di dalam

tanah menjadi bahan-bahan organik tanah. Pupuk organik mempunyai fungsi yang

penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil),

meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air,

yang seluruhnya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada penjelasan diatas maka

dapat dikatakan pupuk organik sebagai nutrisi vitamin yang dibutuhkan bagi

tanaman sebagai salah satu faktor produksi pada pertanian. Menurut hasil penelitian

yang dilakukan Widyaningsih (2014) di Desa Wijirejo Pandak Bantul menunjukkan

bahwa faktor produksi pupuk kandang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

(30)

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan

untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan,

anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja luar

biasanya diperoleh dengan cara upahan. Ukuran satuan kerja digunakan untuk

mengukur efisiensi yaitu jumlah pekerjaan produktif yang berhasil diselesaikan

oleh seorang pekerja yang biasa dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). (Shinta,

2011)

Menurut Mubyarto (1989), dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja

berasal dari keluarga, istri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja dari luar keluarga

dapat berupa tenaga kerja harian ataupun borongan tergantung dengan keperluan.

Tenaga kerja dari luar keluarga untuk penggarap sawah biasanya diatur secara

borongan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Widyaningsih (2014) di Desa

Wijirejo Pandak Bantul bahwa faktor tenaga kerja secara signifikan mempengaruhi

hasil produksi padi.

f. Manajemen

Menurut Shinta (2011) menyebutkan bahwa pengelolaan usahatani adalah

kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan,

mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliki

sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Kemampuan

manajemen usahatani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan,

(31)

Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam

penyediaan modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain memberikan

penyuluhan atau informasi serta insentif dan kondisi yang kondusif agar petani

mampu memanfaatkan sumber permodalan dan sumber daya lainnya secara

optimal.

4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menguraikan cara-cara bagaimana berbagai masukan (input)

dapat digabungkan untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah produk yang

telah direncanakan. Menurut Kartasapoetra (1988) menyatakan bahwa faktor

produksi menggambarkan hukum proporsi, tercukupinya masukan-masukan yang

diperlukan maka proses produksi produk yang telah direncanakan untuk suatu

waktu tertentu akan dapat diwujudkan dengan baik. Menurut Soekartawi (2006),

fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan

variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output

dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan

hubungan antara tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input

(Boediono, 2000). Bila Y adalah produksi dan X1, X2, X3, . . . Xn adalah

sejumlah faktor produksi, maka secara sistematis dapat ditulis:

Y = f (X1, X2, X3, . . . Xn)

Keterangan:

Y : Tingkat produksi (output)

(32)

Dalam teori ekonomi di ambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi

produksi yaitu produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum

yang disebut “The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini mengatakan bahwa

“Bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap

maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila

input tersebut terus ditambah”. (Boediono, 2000).

Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat

produksi total (Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input lain

dianggap tetap).

TPP = f (X) atau Y = f (X)

Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan

tambahan dari TPP, yaitu TPP atau Y, yang disebabkan oleh penggunaan

tambahan satu unit input variabel. Secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut:

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil

rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.

(33)

Secara grafik hubungan antara kurva TPP, MPP, dan APP adalah sebagai

berikut:

Gambar 2. Grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP serta pembagian daerah berdasarkan elastisitas produksi.

Dalam gambar 2 dijelaskan tahap-tahap produksi yang dipengaruhi oleh

hukum The Law of Diminishing Returns. Gambar 2 merupakan kurva hasil produksi

(TPP) yang bergerak dari titik 0 menuju titik A, B, dan C pada berbagai tingkat

penggunaan input.

Titik A : Adalah titik belok (Inflection Point) dimana kurva TPP berubah arah

(34)

Pada titik ini, MPP mencapai maksimal, sedangkan TPP mulai naik (cekung ke

atas), begitu pula dengan APP mulai naik.

Titik B : Adalah titik pada saat kurva TPP naik (cekung ke atas) dan

menyinggung garis bantu. Pada titk ini, kurva APP mencapai maksimal dan

memotong kurva MPP.

Titik C : Adalah titik pada saat kurva TPP mencapai maksimal. Pada titik ini,

kurva MPP memotong sumbu X, sedangkan kurva APP mulai menurun.

Dengan mengaitkan kurva TPP, MPP, dan APP, maka hubungan antara input

dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti ini akan dapat

diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses

produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau

sebaliknya.

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan hasil produksi total

dibagi dengan persentase perubahan faktor produksi, atau dapat dituliskan sebagai :

Ep =

Daerah pada kurva di gambar 1 dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu:

a. Daerah I (daerah irrasional)

(35)

Pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai sebab dengan

penambahan penggunaan input masih akan diikuti dengan penambahan

keuntungan. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang

menguntungkan apabila sejumlah input masih ditambahkan.

b. Daerah II (daerah rasional)

0 < Ep < 1, saat 0 < MPP < APP

Pada daerah ini keuntungan maksimum dapat tercapai sebab dengan

penggunaan input yang optimal dapat diperoleh produksi yang optimal dan

keuntungan yang maksimal pula. Petani sebaiknya melakukan kegiatan

produksinya pada daerah ini, karena pada daerah ini bisa dicapai keuntungan yang

maksimum.

c. Daerah III (daerah irrasional)

Ep < 0, saat MPP < APP

Pada daerah ini penambahan input secara terus-menerus akan menyebabkan

produksi semakin menurun. Di sini petani akan mengalami kerugian apabila terus

menambah sejumlah input yang dipergunakan.

5. Biaya Produksi

Dalam melakukan usahatani diperlukan biaya produksi untuk mendukung

kegiatan proses produksi agar dapat berjalan dengan dan berhasil. Menurut

Kartasapoetra (1988), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus

(36)

penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produk-produk tertentu yang

telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.

Biaya produksi usahatani padi organik adalah semua pengeluaran yang harus

dikeluarkan petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan

penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar hasil dari usahatani padi organik

yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik. Biaya usahatani padi organik

terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yaitu semua biaya yang

besarnya tidak tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang dihasilkan.

Termasuk biaya tetap antara lain meliputi sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja

dalam keluarga. Biaya variabel yaitu biaya yang banyak sedikitnya tergantung pada

jumlah produksi yang dihasilkan. Termasuk biaya variabel antara lain biaya untuk

sarana produksi, penyusutan alat, penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan upah

giling.

Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan

usahatani, terdapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi,

seperti biaya pembelian saran produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah,

biaya membayar bunga dari modal pinjaman. Sedangkan biaya implisit merupakan

biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikutsertakan dalam proses

produksi, seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal

(37)

Keseluruhan biaya total (total cost) dalam suatu usahatani terdiri dari biaya

eksplisit total (TEC) ditambah biaya implisit total (TIC) yang dapat dirumuskan

dalam persamaan sebagai berikut :

TC = TEC + TIC

Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

TEC = Total Explicit Cost (biaya eksplisit total) TIC = Total Implicit Cost (biaya implisit total)

6. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan yang didapat petani merupakan hasil kali dari produksi (Y) yang

diperoleh petani dengan harga jualnya (Py) pada waktu panen, ditulis dengan

rumus:

TR = Y . Py

Keterangan:

TR = Penerimaan (Total Revenue) Y = Produksi

Py = Harga produk

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total

(TR) dengan biaya total (TC), dimana biaya yang diperhitungkan adalah seluruh

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit maupun

biaya implisit, yang biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

(38)

Keterangan

Π = Keuntungan

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Biaya Total Eksplisit dan Implisit (Total Cost)

7. Efisiensi

Menurut Soekartawi (1990), pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi

diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Keuntungan yang maksimal ini

dapat dicapai jika Nilai Produk Marjinal (NPM) untuk suatu input sama dengan

harga input (P) tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

= atau = 1

Pada kondisi tersebut, efisiensi penggunaan input atau faktor produksi dapat

tercapai. Secara matematis dapat dibuktikan sebagai berikut :

= x

Maka 1

Dalam banyak kenyataan, tidak selalu sama dengan . Yang sering

terjadi adalah sebagai berikut :

a. / > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai

(39)

b. / < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi

efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

8. Penelitian Terdahulu

Menurut Angelia (2011), petani pemilik penggarap menunjukkan bahwa

hanya faktor produsi luas lahan dan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap

produksi, sedangkan faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl,

pestisida padat dan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada

tingkat kepercayaan 95 persen. Sedangkan petani penggarap menunjukkan bahwa

hanya faktor produksi pupuk KCl, pestisida cair dan tenaga kerja yang berpengaruh

nyata terhadap produksi. Sedangkan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea

pupuk SP-36 dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Hasil

analisis efisiensi harga terhadap faktor-faktor produksi usahatani padi yang

dilakukan oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap di Desa Pasir Gaok,

Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor belum efisien.

Menurut Soleh (2012), faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara nyata

terhadap produksi usahatani wortel adalah benih, pestisida dan tenaga kerja dimana

nilai t hitung benih 1,72, pestisida 2,514 dan tenaga kerja 5,353 > t tabel 1,67.

Sedangkan faktor penggunaan pupuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap

produksi wortel karena nilai t hitung 0,746 < t tabel 1,67. Selain itu, berdasarkan

hasil analisis alokatif, diketahui bahwa pengunaan benih belum efisien karena

(40)

penggunaan benih dapat optimal maka penggunaan benih dalam luasan 1 hektar

sebesar 35 kg. Berdasarkan hasil analisis efisiensi alokatif pada penggunaan

pestisida tidak efisien karena didapat penggunaan pestisida < 1 yaitu sebesar 0,94,

sehingga penggunaan pestisida dapat optimal jika dilakukan pengurangan. Efisiensi

untuk penggunaan tenaga kerja belum efisien, sehingga penggunaan tenaga kerja

dapat optimal jika penggunaan tenaga kerja sebesar 607,19 HKO.

Menurut Widyaningsih (2014), faktor produksi lahan, benih, pupuk kandang,

pupuk petroganik, tenaga kerja dan musim mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap produksi padi organik. Sedangkan secara parsial lahan, pupuk kandang,

tenaga kerja dan musim yang berpengaruh nyata. Penggunaan lahan dan tenaga

kerja pada usahatani padi organik sudah efisien, sedangkan penggunaan pupuk

kandang belum efisien. Keuntungan yang diperoleh petani padi organik sebesar 700

ribu rupiah.

Menutrut Widyananto (2010), faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk dan

variabel tenaga kerja mempengaruhi produksi bawang putih. Berdasarkan hasil

analisis efesiensi harga bahwa luas lahan, fungisida, insektisida, dan tenaga kerja

memiliki nilai efesiensi kurang dari satu yang artinya penggunaan faktor produksi

tersebut tidak efesien sehingga penggunaan faktor produksi tersebut perlu

dikurangi. Sedangkan penggunaan faktor produksi bibit dan pupuk memiliki nilai

efisiensi lebih dari satu yang artinya belum efisien sehingga penggunaan faktor

(41)

Menurut Khazanani (2011), faktor produksi luas lahan, bibit, tenaga kerja dan

pupuk secara signifikan mempengaruhi terhadap produksi cabai, sedangkan faktor

pestisida tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi cabai. Penggunaan faktor

produksi bibit dan tenaga kerja masih belum efisiensi, dan penggunaannya perlu

ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Sedangkan faktor

produksi pupuk dan pestisida penggunaannya telah melampaui batas efisiensi,

sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

Menurut Rahayu (2010) , faktor produksi luas lahan, pupuk kandang, dan

pestisida padat berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kedelai di Kabupaten

Sukoharjo sedangkan faktor produksi pestisida cair tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi kedelai. Penggunaan faktor produksi lahan, pupuk kandang dan

pestisida padat lebih besar daripada satu yang berarti penggunaan faktor-faktor

produksi tersebut belum efisien sehinga untuk mengingkatkan efisisiensi,

faktor-faktor produksi tersebut perlu ditambah. Sedangkan faktor-faktor produksi pestisida cair

kurang dari satu yang berarti bahwa penggunaan pestisida cair pada usahatani

kedelai di Kabupaten Sukoharjo tidak efisien sehingga untuk mencapai efiseiensi,

faktor tersebut perlu dikurangi pengunaannya.

B. Kerangka Pemikiran

Kecamatan Sawangan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Magelang yang berpotensi pada usahatani pertanian padi organik yang

menggunakan varietas lokal mentik wangi susu. Produktivitas usahatani

(42)

dimaksud adalah faktor -faktor produksi. Penggunaan faktor produksi diperlukan

oleh pelaku usahatani untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal yang

berpengaruh terhadap pendapatan. Permasalahan petani di Kecamatan Sawangan

dalam usahatani padi organik yaitu tidak efisien dalam penggunaan faktor-faktor

produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan antar petani berbeda satu dengan

yang lainnya terutama pada petani yang memiliki modal. Petani yang mimiliki

modal lebih akan menggunakan faktor produksi semaksimal mungkin, berbeda

halnya pada petani yang kekurangan modal yang hannya menggunakan faktor

produksi sehemat mungkin dalam melakukan usahatani. Faktor modal bisa meliputi

uang atau barang seperti benih maupun pupuk yang digunakan, sementara faktor

produksi lainnya adalah tenaga kerja. Ketiga faktor mempengaruhi dalam proses

produksi usahatani terutama pada produktivitas sesuai dengan penggunaan dan

pemanfaatannya. Produktivitas merupakan perbandingan antara penerimaan dan

pengeluaran yang digunakan dalam usahatani. Sementara pendapatan yang diterima

oleh petani dipengaruhi oleh produktifitas.

Faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi organik di

daerah penelitian di Kecamatan Sawangan yaitu lahan, tenaga kerja, benih, dan

pupuk. Lahan merupakan tempat dimana proses usahatani berlangsung yang dilihat

dari satuan luas. Sementara kebutuhan jumlah tenaga kerja tergantung dengan

luasan lahan yang dikelola dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan proses produksi usahatani. Benih merupakan sarana produksi yang

(43)

sebelumnya. Pupuk digunakan oleh pelaku usahatani padi organik sebagai

penunjang pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk akan mempengaruhi

produktivitas tanaman padi organik. Pupuk yang digunakan petani dalam usahatani

padi organik yaitu pupuk kandang.

Metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang

berpengaruh terhadap produksi padi organik yaitu dengan menggunakan analisis

fungsi produksi Cobb-douglas. Alat yang digunakan adalah analisis regresi linier

berganda untuk mengetahui faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi

organik. Sementara penggunaan analisis efisiensi alokatif digunakan untuk

mengetahui efisiensi penggunaan faktor produksi sehingga dapat memungkinkan

pendapatan petani padi organik meningkat. Untuk memperjelas tentang kerangka

(44)

Gambar 3. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi organik yaitu luas

lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja;

2. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi

(45)

31

III.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif.

Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

untuk mengggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode ini

digunakan untuk memperoleh gambaran secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai efisiensi faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi padi organik.

A. Teknik Pengambilan Sampel

1. Lokasi

Pengambilan sampel daerah ditentukan secara sengaja (purposive sampling)

yaitu sampel dipilih berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

dianggap mempunyai sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi,

2015). Dalam penelitian ini dipilih Gapoktan permatasari Desa Tirtosari Kecamatan

Sawangan Kabupaten Magelang, karena merupakan penghasil padi organik varietas

mentik wangi susu dan salah satu gapoktan yang mendapat sertifikasi organik dari

Lembaga Sertifikasi Organik Persada Yogakarta. Gapoktan tersebut telah

menerapkan sistem produksi pangan organik sesuai SNI 6729-2010. Selain itu,

(46)

tingkat Jawa Tengah tahun 2014 sebagai pelaku ketahanan pangan lembaga

distribusi pangan masyarakat.

2. Pengambilan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari gapoktan “Permata Sari”, jumlah

kelompok tani yang ada di Desa Tirtosari yang tergabung sebanyak 6 kelompok

tani yaitu Piyungan Barat, Piyungan Tengah, Sumber Rejeki, Rukun Makmur,

Denokan dan Paitan. Pengambilan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara teknik proporsional random sampling di mana penentuan responden

dilakukan dengan cara acak sederhana. Jumlah responden yang diambil dari

masing-masing kelompok tani ditentukan menggunakan rumus berikut sebanyak 50

orang.

n =

Keterangan:

n = sampel yang akan diambil

jkt = Jumlah anggota kelompok tani

tps = Total Populasi Sampel

jks = Jumlah Kelompok Sampel yang telah ditentukan

(47)

Sumber Rejeki

Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah

masing-masing populasi berdasarkan kelompok taninya. Daftar jumlah sampel dari

kelompok tani selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah petani padi organik di Gapoktan Permatasari

Desa Nama Kelompok

Sumber : Ketua gapoktan “ Permata Sari”

Paitan* kelompok tani kurang aktif

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

(48)

1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

indivindu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian

kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. (Umar,2005). Data yang

dikumpulkan yaitu profil petani (nama, umur, tingkat pendidikan,

pengalaman, dan jumlah tanggungan), luasan lahan, status kepemilikan,

biaya, dan penggunaan faktor-faktor produksi (benih, pupuk organik,

pestisida alami, tenaga kerja), produksi, dan harga jual produksi.

2. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain

misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar,2005).

Contoh data sekunder yang diambil meliputi data keadaan umum wilayah,

keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi dan letak geografis dan

keadaan penduduk.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah

1. Asumsi

Hasil produksi terjual semua dalam bentuk beras.

2. Batasan Masalah

a. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah

petani padi organik yang tergabung dalam Gapoktan “Permata Sari” di

Desa Tirtosari.

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam

(49)

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor-faktor produksi pertanian adalah faktor yang berperan dalam

pengelolaan pertanian untuk mendapatkan hasil produksi yang diinginkan.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani

padi organik dalam 1 musim tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m2).

b. Benih adalah biji padi yang disediakan untuk disemai, dinyatakan dalam

kilogram (kg).

c. Pupuk adalah unsur organik yang diberikan pada tanaman dengan tujuan

meningkatkan produksi padi organik dalam proses produksi. Dalam hal ini

yang termasuk pupuk organik adalah pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk

padat terdiri dari kandang, kompos dan petroganik yang dinyatakan dalam

kilogram (kg). Sementara pupuk cair dinyatakan dalam liter (l).

d. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses

produksi baik dari dalam keluarga ataupun luar keluarga. Kegiatan usahatani

dari menyemai sampai menjemur.Satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang

(HKO).

2. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih dan pupuk) biaya

tenaga kerja dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan dalam proses produksi

dan diperhitungkan dengan nilai uang (Rp).

3. Hasil produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi organik

(50)

4. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi beras organik dengan

satuan rupiah per kg (Rp/kg).

5. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi organik dikalikan dengan

harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang

dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Efisiensi adalah penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal untuk

mendapatkan keuntungan yang maksimal dijelaskan dalam perbandingan dari

Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan harga inputnya (Px).

E. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dari wawancara dengan petani kemudian

dianalisis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai keadaan usahatani padi organik

di Gapoktan Permatasari.

2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis fungsi produksi dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa

dengan sumber daya yang terbatas seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk

kandang dan jika dikelola dengan baik akan memperoleh keuntungan yang

maksimum. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis dengan pendekatan

(51)

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel

dependen yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen yang

menjelaskan (X) (Soekartawi 1990). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independen (X) antara lain: penggunaan lahan, benih, pupuk kandang, pupuk

petroganik, tenaga kerja dan musim. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah

produksi padi organik.

Secara matematis fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan dalam bentuk

persamaan :

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka persamaan

tersebut harus diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

(52)

Pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien

determinasi (R2), uji F dan uji t.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk menunjukkan sampai seberapa besar variasi variabel tidak bebas

dijelaskan oleh variabel bebas digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien

Determinasi (R2) merupakan suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk

mengetahui ketepatan model yang digunakan. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1.

Apabila nilai R2 semakin tinggi atau mendekati 1, maka model yang digunakan

sudah tepat. Nilai R2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

R2 = ∑ ∑

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

Ŷi = hasil estimasi nilai variabel dependen = rata-rata nilai variabel dependen Yi = nilai observasi variabel dependen

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (X) secara

keseluruhan berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y).

Perumusan hipotesis :

Ho : bi = 0, faktor produksi (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

(53)

Ha : bi ≠ 0, artinya faktor produksi (X) secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap produksi padi organik (Y).

F hitung = ∑( ) ∑

F tabel = F(α% ; k-1 ; n-k)

Keterangan:

k = jumlah variabel bebas/independen n = jumlah sampel

α = tingkat kesalahan

Pengambilan keputusan:

1) Jika F hit ≥ dari F tabel, Ho ditolak Hi diterima , artinya faktor produksi (X)

secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y).

2) Jika F hit < dari F tabel, maka Ho diterima Hi ditolak, artinya faktor produksi

(X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi padi organik (Y).

c. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

Perumusan hipotesis:

Ho : bi = 0, artinya faktor-faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi padi organik (Y).

Ha : bi ≠ 0, artinya faktor-faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi

(54)

t hitung =

t tabel = t (α%, (n-k-1)

Keterangan:

Bi = koefisien regresi bi Sbi = standar devisiasi bi

α = tingkat kesalahan

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel

Pengambilan keputusan:

1) Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, artinya faktor produksi ke-i berpengaruh

nyata terhadap produksi padi organik (Y).

2) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi ke-i tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik (Y).

3. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan suatu faktor produksi dapat

dilakukan dengan menghitung nilai yang menunjukkan perbandingan antara NPM

(Nilai Produk Marjinal) dengan harga input (Px) atau dapat ditulis dalam bentuk :

NPMx/Px = k. Dengan ketentuan sebagai berikut :

NPMxi/Pxi = 1, artinya penggunaan input sudah efisien.

NPMxi/Pxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien, untuk mencapai efisien

(55)

NPMxi/Pxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien, untuk mencapai efisien

input perlu dikurangi.

Dalam pengujiannya dihitung menggunakan uji-t variabel dengan menggunakan

nilai k, yaitu :

Ho : K = 1, artinya penggunaan input efisien.

Ha : K ≠ 1, artinya penggunaan input tidak efisien / belum efisien.

t hitung = √

Keterangan:

Var K = (K/bi)2 . var (bi)

t tabel = (α%, (n–k-1))

Pengambilan kesimpulan:

a. t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak, artinya nilai K tidak sama dengan 1 maka

penggunaan input tersebut tidak/belum efisien.

b. t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya nilai K sama dengan 1 maka

penggunaan input tersebut efisien.

4. Analisis Keuntungan

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani

padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:

π = TR – TC(eksp+imp)

(56)

Keterangan:

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost)

Y = Total produksi

(57)

43

IV.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Desa Tirtosari

1. Sejarah Desa

Desa Tirtosari berasal dari nama cikal bakal yang bebodro desa Tirtosari

yakni berasal dari bebodro Kyai Yungani Jatiwurung beliau Tokoh Pemikir

terdahulu pada jaman penjajahan untuk mewujudkan sebuah Air bersih dengan

menggali sumur sedalam-dalamnya sampai air yang diharapkan terwujud,

alhamdulillah dengan bekerja keras secara bergotongroyong sesama masyarakat

yang ada timbulah kemutakhiran yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa Air

bisa terwujud walaupun masih bercampur lumpur, air mengalir terus dan lumpur

bertumpuk menjadi gunung yang di beri Nama GUNUNG WURUNG kemudian air

lumpur tersebut di saring/disuling sehinga menjadi air yang bersih (menjadi sarinya

Air) ini merupakan cerita rakyat secara turun temurun. Karena yang bebodro Kyai

Yungani Jatiwurung maka oleh beliau wilayah tersebut dinamai TIRTOSARI.

Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa TIRTOSARI adalah :

Kepala Desa I : H.Sudalmin ( th.1935-1942 )

Kepala Desa II : Bandung ( th.1942-1946 )

Kepala Desa III : Sastro Sudarmo ( th.1946-1962 )

Kepala Desa IV : Sumadi ( th.1962-1966 )

(58)

Kepala Desa VI : Muh Hilal ( th.1974-1988 )

Kepala Desa VII : Dra.Sri Wulan Tambah Parimah ( th.1988-1998 )

Kepala Desa VIII : Suharmanto ( th.1998-2007 )

Kepala Desa IX : Muh Sutiyono ( th.2007-2013 )

Kepala Desa X : Nuryadi ( th.2014-2020 )

2. Topografi Desa Tirtosari

Desa Tirtosari merupakan desa yang berada di Kecamatan Sawangan

Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Sawangan adalah salah

satu wilayah kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

Magelang, posisinya berada paling ujung timur wilayah Kabupaten Magelang

letaknya di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pakis sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah selatan dengan Kecamatan Dukun

dan sebelah barat bersebelahan dengan Kecamatan Mungkid. Luas wilayah

Kecamatan Sawangan 70 km2. Terdiri dari 15 Desa terluas adalah Desa Wonolelo

yaitu sekitar 12,30 km2, sedangkan Desa terkecil adalah Desa Mangunsari yaitu

2,67 km2.

Secara administratif Desa Tirtosari berada di wilayah Kecamatan Sawangan

yang terdiri dari 8 dusun. Pusat pemerintahan desa Tirtosari dipimpin seorang

kepala desa dengan dibantu 13 perangkat desa, yaitu satu kasi pemerintahan, kasi

kesejahteraan rakyat, sekretaris desa. Ditambah kaur umum dan kaur keuangan.

(59)

pemerintahan sedangkan kepala dusun ada 8 orang. Adapun pembina RT/RW

berdasarkan jumlah RT ada sebanyak 21 orang dan jumlah RW sebanyak 8 orang.

Letak Desa Tirtosari berbatasan dengan desa lain diwilayah Kecamatan

Sawangan. Tirtosari dapat dilihat pada Tabel 2. Desa Tirtosari terletak di ketinggian

33 375 mdpl yang berbatasan dengan desa lain diwilayah Kecamatan Sawangan.

Sumber : Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sawangan

Luas wilayah di Desa Tirtosari sebesar 294,086 Ha. Penggunaan lahan

dibedakan atas lahan sawah dan lahan bukan sawah. Daftar rincian penggunaan

lahan Desa Tirtosari dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3. Luas Wilayah Desa Tirtosri

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase %

1 Lahan bukan sawah

Gambar

Gambar 1. 10 negara besar dengan area organik terluas di tahun 2014
Gambar 2. Grafik hubungan antara kurva-kurva TPP, MPP, dan APP serta   pembagian daerah berdasarkan elastisitas produksi
Gambar 3. Kerangka Berfikir
Tabel 1. Jumlah petani padi organik di Gapoktan Permatasari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan jumlah tenaga kerja yang digunakan

4.788.132 Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah dianalisis menggunakan uji t, secara parsial faktor produksi lahan, benih, tenaga kerja, pestisida cair dan pestisida

pertanian terhadap tingkat produksi padi organik. 6) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh benih, pupuk, pestisida, tenaga.. kerja, dan perbedaan tipologi terhadap tingkat

Petani disarankan untuk mempertimbangkan alokasi factor produksi benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja agar tingkat factor produksi yang.. digunakan dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi padi di Desa Purba

Secara parsial benih, pupuk urea, pupuk SP 36 , pupuk organik dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap output (produksi) usahatani padi sawah, sedangkan pupuk KCL, insektisida

Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, sedangkan variabel benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk NPK, pestisida,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara simultan dan