• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi

Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan

20120220007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi

Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan

20120220007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

MOTTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S.

Al-Insyirah;5)

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini penulis persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan cahaya dan menuntun setiap

langkahku.

2. Orangtuaku tercinta, Ayah Agus Ridho Rudhiono. SP dan Ibu Upik Sofida Nur

Hayati yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan

baik moral maupun material serta kesabaran dalam mendidik.

3. Adikku, Rifky Fahrezy yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.

4. Para Sahabat, Intan, Habibi, Iman, Boy, Rudi dan semua teman kelas agri A

2012 yang selalu memberi dukungan, memotivasi dan meluangkan waktunya

untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Teman-teman terhebat sepanjang hidup yang bersama-sama berjuang

diperantauan dari Ponorogo: Faysal dan Nala, terimakasih atas kebersamaan

kita diperantauan ini berjuang demi masa depan.

6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012. Terimakasih atas semua

kenangan yang tercipta. Semoga kebersamaan ini menjadi kekuatan dalam

(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Kawasan Peri Urban Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada tahun

keempat Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari

bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Triyono, SP., MP dan Ibu Ir. Eni Istiyanti, MP yang telah memberikan

ilmu, waktu dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Oktober 2015

(6)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ...i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR ...11

DAFTAR LAMPIRAN...11

INTISARI ...Error! Bookmark not defined. ABSTRACT...Error! Bookmark not defined.

I. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined.

B. Tujuan ...Error! Bookmark not defined.

C. Kegunaan ...Error! Bookmark not defined.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ...Error! Bookmark not defined.

A. Tinjauan Pustaka ...Error! Bookmark not defined.

B. Kerangka Pemikiran...Error! Bookmark not defined.

C. Hipotesis ...Error! Bookmark not defined.

III. METODE PENELITIAN...Error! Bookmark not defined.

A. Metode Pengambilan Sampel ...Error! Bookmark not defined.

(7)

viii

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ...Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel ...Error! Bookmark not defined.

E. Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH...Error! Bookmark not defined.

A. Keadaan Fisik Daerah ...Error! Bookmark not defined.

B. Keadaan Penduduk...Error! Bookmark not defined.

C. Sarana prasarana ...Error! Bookmark not defined.

D. Luas Penggunaan Lahan ...Error! Bookmark not defined.

E. Iklim ...Error! Bookmark not defined.

F. Keadaan Pertanian...Error! Bookmark not defined.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.

A. Identitas Petani...Error! Bookmark not defined.

1. Umur...Error! Bookmark not defined.

2. Jenis Kelamin ...Error! Bookmark not defined.

3. Tingkat Pendidikan ...Error! Bookmark not defined.

4. Anggota Keluarga ...Error! Bookmark not defined.

5. Pengalaman Bertani...Error! Bookmark not defined.

6. Status Kepemilikan Lahan ...Error! Bookmark not defined.

B. Analisis Keuntungan ...Error! Bookmark not defined.

C. Analisis Fungsi Produksi ...Error! Bookmark not defined.

D. Analisis Efisiensi ...Error! Bookmark not defined.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined.

B. Saran ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined.

(8)
(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013 ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul

...Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 5. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 6. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014...Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.

Tabel 9. Sarana jalan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.

(10)

xi

Tabel 11. Data Iklim Bantul Tahun 2011 - 2014. ..Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Bantul tahun 2013

...Error! Bookmark not defined.

Tabel 13. Sebaran Umur Petani Padi di Kawasan Peri Urban Kabupaten Bantul

...Error! Bookmark not defined.

Tabel 14. Jenis Kelamin Para Petani Peri Urban ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 15. Tingkat Pendidikan Para Petani di Kawasan Peri Urban...Error! Bookmark not defined.

Tabel 16. Jumlah Anggota Keluarga Petani Padi di Kawasan Peri Urban ....Error! Bookmark not defined.

Tabel 17. Pengalaman Bertani Petani Padi Sawah di Kawasan Peri Urban ..Error! Bookmark not defined.

(11)

xii

Tabel 19. Rincian Biaya Dalam Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban...Error! Bookmark not defined.

Tabel 20. Keuntungan Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban..Error! Bookmark not defined.

Tabel 21. Deskripsi variabel fungsi produksi ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 22. Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Pada Faktor Faktor Produksi Padi...Error! Bookmark not defined.

(12)

13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ...Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Frekuensi Karakterstik Responden ...Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2. Analisis Regresi dan Deskripsi ...Error! Bookmark not defined.

(13)
(14)
(15)

INTISARI

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL (skripsi ini dibimbing oleh Triyono, SP. MP. Dan Ir. Eni Istiyanti. MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di kawasan peri urban dan mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kecamatan Kasihan dengan cara purposive. Setiap kecamatan diambil satu desa dengan menggunakan simple random sampling yaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan dan Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan. Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random sampling dan diperoleh Poktan “Mekar Tani” Desa Bangunharjo, Kecamatan

(16)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL

Efficiency Analysis Of Rice Farming In The Suburban Area Of Bantul District Mahendra Ardi Kurniawan

Triyono, SP. MP / Ir. Eni Istiyanti, MP. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY

ABSTRACT

This research aims to determine the benefit of rice farmers in suburban area, the factors that affect the production of rice in peri urban area and determine the efficiency of rice farming in suburban neighborhood. This research was conducted in the District of Sewon, Banguntapan and Kasihan by purposive. Each sub-district of the village taken by using simple random sampling that took the village by way of lottery and obtained Bangunharjo Village, District Sewon, tamanan village, sub-district and village Banguntapan Tamantirto, Kasihan. Every village taken one farmer group by using simple random sampling and obtained Poktan "Mekar Tani" Bangunharjo Village, District of Sewon, Poktan "Krobo'an"Tamanan Village, District Banguntapan and Poktan "Sidorejo" Village Tamantirto, Kasihan. Similarly, the farmers samples taken using simple random sampling and obtained 30 respondents farmers, each farmer group 10 respondents. The data were obtained using a questionnaire using interviews. Then the data were analyzed using analysis of profits, production function and efficiency analysis. Benefit of farmers in the dry season Rp. 3,911,954, while the rainy season Rp. 4,788,132 results showed that when analyzed using the t test, partial factors of production of field, seed, labors, liquid pesticide and solid pesticide significantly affect rice production. While the labors are efficient, on the other hands field, seed, liquid pesticide and solid pesticide has not been efficient in its use.

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang

memiliki potensi untuk mengembangkan usaha agribisnis di tengah era

globalisasi. Usaha ini diharapkan mampu memberi dampak positif yang lebih

besar terhadap sektor pertanian dalam rangka meningkatkan perekonomian. Salah

satu point dalam “triple track strategy” menyebutkan kebutuhan untuk merevitalisasi pertanian sebagai upaya untuk membangun pertanian Indonesia

dari sederhana menjadi pertanian berbasis agribisnis.(ntb.litbang.pertanian.go.id)

Sektor pertanian di Indonesia dibagi menjadi lima subsektor yaitu

subsektor pertanian pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan,

subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Sektor pertanian terus dituntut

berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,

pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan

masyarakat.

Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam

menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran

sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap

tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan

(18)

sektor-2

sektor ekonomi lainya. Lingkungan yang lebih sempit

pembangunan-pengembangan sektor tanaman pangan terutama padi masih menjadi prioritas

utama kebijakan pertanian bagi sebagian besar negara di dunia, karena beras

merupakan pangan utama hampir 50% penduduk dunia dan 90% penduduk Asia.

Di Indonesia, produksi padi memiliki posisi penting dalam sistem pangan karena

beras merupakan pangan utama masyarakat Indonesia. Menurut data BPS pada

tahun 2011 konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 139 kg/kapita lebih

tinggi dari Thailand dan Malaysia yang hanya 65-70 kg/kapita pertahun. Pada

tahun 2013 masyarakat Indonesia 78% masih mengkonsumsi beras sebagai

makanan pokok sehari-hari. Oleh karena itu, beras memegang peran yang

dominan yaitu sebagai makanan pokok masyarakat dan memiliki peran yang

cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain : (a)

usahatani padi menghidupi sekitar 20 juta keluarga petani dan buruh tani, serta

menjadi urat nadi perekonomian pedesaan, (b) permintaan akan beras terus

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk karena program

diversifikasi pangan belum berhasil dengan baik, (c) produksi beras di Indonesia

masih menunjukkan kecenderungan fluktuatif akibat bencana alam, perubahan

iklim, serangan hama penyakit dan kenaikan harga beras dan input produksi dan

(d) usahatani padi masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja di

pedesaan (Suryana et al, 2009). Di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan beras

masyarakat Indonesia masih impor ke Negara lain. Hal tersebut dikarenakan

produksi beras dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat

(19)

3

Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013

Komoditas Satuan Impor Total

687,58 2.744.,26 1.927,56 472,67 5.832,08 (11,7)

Nilai (000 US$)

360,79 1.509,25 1.006,97 246,03 3.123,05 (11,9)

Sumber:www.bps.go.id

Penyebab Indonesia melakukan impor beras adalah lahan pertanian yang

semakin sempit dan ketergantungan yang tinggi masyarakat Indonesia dalam

mengkonsumsi beras serta pertumbuhan penduduk semakin naik dari tahun ke

tahun. Total dari tahun 2010 hingga 2013, indonesia melakukan impor beras

hingga 5.832,08 ton atau 11,7% bila dilihat indeks perkembangan impor beras

Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa perkembangan impor beras di

Indonesia terhadap Negara lain masih tinggi. Konsumsi beras masyarakat

Indonesia yang semakin tinggi tidak sejalan dengan produksi yang dihasilkan oleh

petani, akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

Bantul merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY). Hampir setengah masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai

petani. Menurut data statistik Kabupaten Bantul ada sekitar 49% atau setengah

dari masyarakat Bantul menggantungkan hidupnya dari pertanian. Banyaknya

masyarakat Bantul bermata pencaharaian sebagai petani karena di dukung dengan

jumlah lahan yang luas. Terdapat 210.94 km2 (41,62%) daerah datar dan landai

(20)

4

Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul

Tahun

Dilihat dari tabel diatas, produksi padi sawah mengalami kenaikan secara terus

menerus dari tahun 2009 hingga 2013. Hal ini menandakan bahwa Indonesia

khususnya masyarakat Kabupaten Bantul masih mengandalkan beras sebagai

sumber karbohidrat utama. Sementara luas panen terjadi fluktuasi dari tahun 2009

hingga tahun 2013 artinya bahwa luas panen tersebut dipengaruhi oleh kondisi

geografis yang tidak menentu. Di sisi lain bertumbuhnya sektor industri, jasa dan

property pada era pertumbuhan ekonomi juga memberikan dampak buruk dan

tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah. Kemudian konflik

penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang

perluasan areal lahan sudah sangat terbatas. Sementara tuntutan dari sektor non

pertanian semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa perubahan penggunaan

lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat

dihindarkan. Jika dilihat dari produktivitas dari tahun ke tahun mengalami

fluktuatif atau produktivitas bisa dikatakan tidak stabil dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bantul memantapkan untuk target

(21)

5

Hal ini menandakan bahwa pemerintah Kabupaten Bantul sangat mendukung

adanya upaya khusus pencapaian swasembada pangan tersebut dalam rangka

mewujudkan kedaulatan pangan. Bentuk dukungan meliputi kebijakan yang

kondusif dan pendampingan pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. (sumber:

bkpp.bantulkab.go.id)

Upaya pencapaian target swasembada pangan tersebut berhadapan dengan

permasalahan lahan, berkembangnya sektor non pertanian pada era pertumbuhan

ekonomi telah memberikan tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah.

Perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak

mungkin dapat dihindarkan, sedangkan ketersediaan lahan merupakan faktor

penting untuk menjamin kelangsungan penyediaan pangan selain pemenuhan

kebutuhan perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali

apabila tidak ditanggulangi dapat menjadi permasalahan yang serius antara lain

dapat mengancam kapasitas pangan. (Iqbal dan Sumaryanto,2007).

Tingginya alih fungsi lahan di wilayah DIY, seperti Kabupaten Bantul akan

berdampak secara langsung pada sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan

Kabupaten Bantul lokasinya berada dekat dengan Kota Yogyakarta. Sejalan

dengan hal tersebut maka ada daya tarik untuk membangun sektor industri, jasa

dan property di Kabupaten Bantul. Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten

Bantul merupakan kawasan budidaya pertanian yang memiliki tingkat kesuburan

cukup tinggi. Menurut data Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Bantul tahun

2010 luas lahan persawahan 16.602,4557 ha sebanyak 32,76% dari total

(22)

6

paling sering mengalami penyempitan lahan adalah kecamatan Banguntapan,

Kasihan dan Sewon. Penyebabnya karena terlalu banyak usaha dari sektor non

pertanian dibangun kokoh di daerah tersebut. Maka dari itu pertanian di kawasan

tersebut dinamakan kawasan peri urban.

Peri urban memiliki kharakteristik wilayah kekotaan yang terbangun

menjadi satu dengan pemukiman kekotaan utamanya dan merupakan bagian tidak

terpisahkan dari pusat kota dan daerah kedesaanya. Ciri-ciri peri urban yaitu

nyaris langkanya tempat tinggal penduduk bukan petani, mata pencaharian sudah

beralih bukan mata pencaharian kedesaan seperti petani atau peternak, kemudian

pemanfaatan lahan bukan untuk pertanian. Keterbatasan lahan di daerah perkotaan

mengakibatkan transisi dari kota ke daerah pinggiran. Hal tersebut sangat logis

karena letak kacamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon berbatasan langsung

dengan daerah Kota Yogyakarta.

Luas areal persawahan yang ada di Kabupaten Bantul adalah 2.394,2 hektar,

yang merupakan jumlah dari 17 Kecamatan. Menurut data BPS Kabupaten Bantul

tahun 2014 tercatat 3 kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk

relatif tinggi yaitu Kecamatan Kasihan, Banguntapan dan Kecamatan Sewon.

Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang diperoleh dari

jumlah penduduk dibagi dengan luas areal pertanian Kabupaten Bantul.

Kecamatan Kasihan mempunyai Jumlah Penduduk 119.271 (kepadatan 47

jiwa/ha), Banguntapan dengan Jumlah Penduduk 131.584 (kepadatan 65 jiwa/ ha)

(23)

7

tersebut menandakan bahwa ketiga Kecamatan tersebut adalah wilayah yang

memiliki permintaan lahan pemukiman yang relatif tinggi. Salah satu faktor

peningkatan kepadatan penduduk adalah letak geograis ketiga wilayah tersebut

yang terletak dekat dengan pusat perkotaan dan banyaknya lahan pertanian

sehingga berpotensi teradap alih fungsi lahan menjadi sektor non pertanian.

Luas lahan yang makin sempit tentu berdampak akan makin rendahnya

produksi padi di kawasan tersebut. Hal ini mendorong petani untuk mengelola

lahan secara lebih intensif dengan memanfaatkan teknologi dan faktor produksi

yang dimiliki dengan harapan terjadi peningkatan produktivitas usahatani padi.

Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana

menggunakan faktor produksi tersebut dengan seefisien mungkin. Suatu

penggunaan faktor produksi bisa dikatakan efisien kalau nilai riil produk marginal

sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Namun demikian kondisi

tersebut memberikan implikasi pada peningkatan biaya yang perlu diperhitungkan

dengan keuntungan yang akan diterima.

Menurut beberapa pernyataan diatas, maka perlu diteliliti mengenai seberapa

besar biaya usahatani, berapa keuntungan petani serta efisiensi usahatani padi di

kawasan peri urban tersebut?

B. Tujuan

1. Mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di

(24)

8

3. Mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban

C. Kegunaan

Kegunaan penelitian yang dilakukan di areal persawahan daerah peri urban

Kabupaten Bantul:

1. Bagi petani, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien agar

keuntungan yang didapatkan dapat maksimal.

2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

menentukan kebijakan terhadap dalam pembangunan pertanian khususnya

dalam bidang usahatani padi.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu

(25)
(26)

9

I.KERANGKA PENDEKATAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Peri Urban

Penyebaran perkembangan kota ke daerah pinggiran yang diakibatkan

keterbatasan lahan dan eksistensi aktivitas pedesaan, akhirnya mampu

menimbulkan perkembangan wilayah peri urban, seperti yang dijelaskan oleh

Rakodi dan Adel (1999 dalam Ginting: 2010) dimana kawasan peri urban

merupakan zona transisi kota dengan kawasan yang didominasi lahan pertanian.

Sementara menurut Andreas (1942 dalam dewi: 2010) pengertian kawasan peri

urban adalah zona yang didalamnya terdapat percampuran antara struktur lahan

kedesaan dan lahan kekotaan. Kawasan ini adalah percampuran penggunaan lahan

dan kerancuan batas dalam dan luar serta umumnya merupakan gabungan dari

beberapa kawasan yang secara administratif terpisah.

Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal tersebut

dikarenakan pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti memiliki makna

sifat kekotaan dan sifat kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat

sulit jika dilihat dari dimensi non-fisikal, oleh karena itu pada tahap pengenalan

kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah kedesaan maupun kekotaan dari

segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk pemanfaatan lahan non

agraris versus lahan agraris. Dari sisi ini wilayah perkotaan merupakan suatu

(27)

0

wilayah kedesaan adalah wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan

agraris.

Menurut Nela Agustin dan Iwan Rudiarto (2014), dalam penelitian Analisis

Transformasi Wilayah Peri Urban Pada Aspek Fisik dan Sosial Ekonomi

(Kecamatan Kartasura). Perkembangan wilayah peri urban yang muncul sebagai

zona transisi dari sifat pedesaan menuju sifat kekotaan, akibat perkembangan

eksternal suatu perkotaan ternyata mampu memberikan karakteristik yang berbeda

dengan wilayah, terutama pada aspek fisik maupun sosial ekonominya. Seperti

yang terjadi pada Kecamatan Kartasura. Kecamatan Kartasura yang memiliki ciri

perkembangan perkotaan yang terpengaruh oleh kota Surakarta dan eksistensi

pedesaan yang dipengaruhi oleh wilayah pedesaan ternyata memiliki sejarah

perubahan lahan cukup besar di tahun 1997-2002, yang berawal pada beberapa

titik saja.

2. Usahatani

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di

tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat

juga berupa usaha bercocok tanam maupun memelihara ternak (Mubyarto, 1989).

Menurut Soekartawi (1993), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

(28)

✁✁

Aspek penting yang dimasukan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah

sumber daya alam (tanah), modal, tenaga kerja dan satu faktor lain yang dianggap

penting dalam pengelolan sumberdaya produksi tersebut yaitu manajemen. Hal ini

dikarenakan walaupun sumberdaya tersedia dalam jumlah yang memadai tanpa

disertai kemampuan untuk mengelola yang baik, maka penggunaan sumberdaya

tersebut tidak akan lebih efisien (Soekartawi, 2006).

Menurut Warsana (2007), dalam penelitian Analisis Efisiensi dan Keuntungan

Usahatani Jagung, Studi di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Petani

jagung menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih rendah (32,99

kw/ha), harga faktor produksi (benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) setiap

tahun hampir dipastikan naik dan harga jagung berfluktuasi tidak menentu ketika

panen raya. Pada analisis data dilakukan dengan menggunakan fungsi keuntungan

Cobb Douglass. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora belum memberikan

keuntungan yang maksimum kepada petani. Namun jika dilihat dari penggunaan

input variabel menunjukan bahwa benih dan pestisida yang belum optimal

sedangkan pengalokasian input variabel tenaga kerja dan pupuk telah mencapai

optimal.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian

Suatu fungsi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor

(29)

✂ ✄

a. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi

komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang

digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan

oleh lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu

faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang

mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani.

b. Modal

Aspek modal untuk membiayai usahatani dimulai dengan mengkaji

jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun usahatani dan dana

untuk mengoperasikan usahatani. Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan

membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas

pertanian. Dalam kegiatan proses produksi, modal dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu modal tetap(fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel

cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis

dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari

benih, pupuk, pestisida dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

i. Benih

Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang

(30)

☎ ✆

semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi

pertanian yang akan dicapai.

ii. Pupuk

Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok,

dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan

pokok. Tanaman pun demikian, pupuk dibutuhkan sebagai nutrisi vitamin

dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pupuk yang sering

digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.

iii.Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta

membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Namun, disisi lain

pestisida dapat menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida

dapat merugikan petani. Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika

terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian

tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas

pertanian, keracunan, yang dapat berakibat kematian pada manusia dan

hewan pemeliharaan.

iv.Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja,

yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti

bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di

(31)

✝ ✞

usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri

yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak petani.

Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam Hari Kerja Orang (HKO).

4. Biaya Produksi

Dalam melakukan usahatani diperlukan biaya produksi untuk mendukung

kegiatan proses produksi agar dapat berjalan dan berhasil. Menurut (Brewer dalam

Hinduan: 2006) Biaya Produksi adalah biaya yang mencakup semua biaya yang

terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Kemudian menurut

(Hensen dan Mowen dalam Ftriasari dan Kwary: 2006) biaya produksi merupakan

biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang penyediaan jasa.

Biaya produksi dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya tetap yaitu semua biaya yang besarnya tergantung pada banyak sedikitnya

jumlah barang yang dihasilkan. Termasuk biaya tetap antara lain penyusutan

alat-alat pertanian, sewa lahan, penghasilan tetap untuk para ahli, pengawas, gaji

pemimpin perusahaan. Biaya variabel yaitu biaya yang banyak sedikitnya

tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Termasuk biaya variabel antara

lain biaya untuk membeli pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan

usahatani, terdapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi,

seperti pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah, biaya

(32)

✟ ✠

yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikut sertakan dalam proses produksi,

seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri

dan semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.

Keseluruhan biaya total (total cost) dalam suatu usahatani terdiri dari biaya

eksplisit (TEC) ditambah biaya implisit total (TIC) yang dapat dirumuskan dalam

persamaan sebagai berikut:

TC=TEC+TIC

Keterangan

TC =Total Cost(biaya total)

TEC =Total Explicit Cost(biaya eksplisit total) TIC =Total Implicit Cost(biaya implisit total)

5. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan yang didapat petani merupakan hasil kali dari produksi (Y) yang

diperoleh petani dengan harga jualnya (Py) pada waktu panen, yang biasanya

ditulis dengan persamaan:

TR = Y.Py Keterangan

TR = Penerimaan (Total Revenue)

Y = Produksi

Py = Harga Produk

Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total

(TR) dengan biaya total (TC), dimana biaya yang diperhitungkan adalah seluruh

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit

maupun biaya implisit, yang biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai

(33)

✡6

П= TR-TC (eksplisit + implisit) Keterangan

TR = Total Penerimaan (Total Revenue)

TC = Biaya Total Eksplisit dan Implisit (Total Cost).

Menurut Made Supartama, Made Antara dan Rustam Abd Rauf (2013), dalam

penelitian Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah Di Subak

Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Dari hasil

penelitian menunjukan bahwa rata-rata produksi padi sawah sebesar 6.005,75 kg

GKP dan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 18.017.250 per unit

usahatani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan petani rata-rata Rp.12.692.780

per unit usahatani dan pendapatan usahatani padi sawah di Subak Baturiti Desa

Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Pangi Moutong Rp. 5.324.469,83.

6. Fungsi Produksi

Fungsi Produksi menguraikan cara-cara bagaimana berbagai masukan (input)

dapat digabungkan untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah produk yang

telah direncanakan. Fungsi fungsi produksi adalah satu hubungan teknis antara

faktor produksi (input) serta hasil produksinya (output). Disebut faktor produksi

karena adanya bersifat mutlak agar proses produksi dapat berlangsung. Menurut

Soekartawi (2006), Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang

dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan

biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.

Fungsi Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan

(34)

☛ ☞

(Boediono, 2000). Bila Y adalah produksi dan X1, X2, X3,…..Xnadalah sejumlah

faktor produksi, maka secara sistematis dapat ditulis:

Y = f(X1, X2, X3,…..Xn)……… (1) Keterangan:

Y……….: Tingkat produksi (output) X1, X2, X3,………….Xn: Berbagai input yang digunakan

Berdasarkan persamaan tersebut (1), petani dapat melakukan tindakan yang

mampu meningkatkan produksi (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu dari

input yang digunakan atau menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari

input yang digunakan.

Dalam level ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi

produksi yaitu produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum

yang diambil “The Law Of Deminishing Returns”. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input ditambah penggunaanya sedang input-input lain tetap

maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang

ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila

input tersebut terus ditambah”. (Boediono,2000).

Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukan tingkat

produksi total (Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input

lain dianggap tetap).

TPP = f(X) atau Y = f (X)

Kurva Marginal Pysical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukan

(35)

✌8

tambahan satu unit input variabel. Secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut:

MPP= Δ TPP/Δ Y = Δ X/Δ Y

= df(X)/dX

KurvaAverange Physical Product(APP) adalah kurva yang menunjukan hasil rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut. Secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

APP = TPP/X = Y/X =f(X)/X

Dalam gambar 1 dijelaskan tahap-tahap produksi yang dipengaruhi oleh

hukum The Law Of Deminishing Returns. Gambar 1 merupakan kurva hasil

produksi (TPP) yang bergerakdari titik 0 menuju titik A, B, dan C pada berbagai

tingkat penggunaan input.

(36)

✍9

Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP

Titik A adalah titik belok (Inflection Point) dimana kurva TPP berubah arah

yang merupakan batas mulai berlakunya hukum The Law Of Deminishing

Returns. Pada titik ini, MPP mencapai maksimal, sedangkan TPP mulai naik (cekung ke atas), begitu pula dengan APP mulai naik.

Titik B adalah titik pada saat kurva TPP naik (cekung ke atas) dan

menyinggung garis bantu. Pada titik ini, kurva APP mencapai maksimal dan

memotong kurva MPP. Y = Hasil Produksi

X = Faktor Produksi Y = Hasil Produksi

X = Faktor Produksi A

B

C

TPP

I II III

APP

MPP EP > 1 0 < EP < 1 EP < 0

(37)

✎0

Titik C adalah titik pada saat kurva TPP mencapai maksimal. Pada titik ini,

kurva MPP memotong sumbu X, sedangkan kurva APP mulai menurun.

Dengan mengalikan kurva TPP, MPP dan APP maka hubungan antara input

dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti ini akan dapat

diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga diketahui apakah proses

produksi sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau

sebaliknya.

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentasi perubahan dari output sebagai

akibat dari adanya perubahan input sebesar 1%.

Ep = %

Jadi EP = MPP/APP

Daerah pada kurva di gambar 1 dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu:

a. Daerah I (daerah irrasional)

Ep>I, saat MPP > APP

Pada daerah ini keuntungan maksimal belum tercapai sebab dengan

penambahan penggunaan input masih akan diikuti dengan penambahan

keuntungan. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang

(38)

✏ ✑

b. Daerah II (daerah rasional)

0 < Ep < I, saat 0 < MPP < APP

Pada daerah ini keuntungan maksimal dapat tercapai sebab dengan

penggunaan input yang optimal dapat diperoleh produksi yang optimal dan

keuntungan yang maksimal pula. Petani sebaiknya melakukan kegiatan

produksinya pada derah ini, karena pada daerah ini bisa dicapai keuntungan

yang maksimal.

c. Daerah III (daerah irrasional)

Ep < 0, saat MPP < APP

Pada daerah ini penambahan input secara terus menerus akan

menyebabkan produksi semakin menurun. Di sini petani akan mengalami

kerugian apabila terus menambah sejumlah input yang dipergunakan.

Fungsi Produksi Cobb Douglass (Cobb Douglass Production Function) ini sering disebut sebagai fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda

satu dengan yang lain, tergantung pada ciri data yang ada dan digunakan, tetapi

umumnya ditulis dengan:

Y=aX1b1……….Xnbneu

Fungsi produksi Cobb Douglass ini sudah banyak digunakan dalam studi-studi

tentang fungsi produksi secara empiris terutama sejak Charles W.Cobb dan Paul

H. Douglass memulai menggunakannya pada akhir 1920. Fungsi atau persamaan

(39)

✒✒

sebagai variabel dependen, sementara yang lain disebut variabel independen.

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglass dapat ditulis sebagai berikut:

Y = αx1β1x2β2x3β3………nβn Keterangan

Y = output

x1,x2,x3 = faktor-faktor produksi

β1, β2, β3 = Parameter yang ditaksir nilainya.

Kemudahan dalam estimasi atau pendugaan terhadap persamaan diatas dapat

dilakukan dengan mengubah bentuk linear berganda menjadi bentuk logaritma,

sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Log Y = logα + β1 logx1+ β2 logx2+ β3 logx3+ ………. βn log n Interpretasi terhadap parameter-parameter persamaan diatas dapat diartikan

sebagai berikut:

a. α menunjukan tingkat efisiensi proses produksi secara keseluruhan.

Semakin besar α makasemakin efisien produksi yang dihasilkan.

b. parameter β mengukur elastisitas produksi untuk masing-masing faktor

produksi.

c. Jumlah β meningkatkan tingkat skala hasil

d. Parameter β dapat digunakan untuk mengukur intensitas penggunan skala

produksi

Karakteristik dari fungsi Cobb Douglass adalah:

a. Penyelesaian fungsi Cobb Douglass lebih mudah daripada dengan fungsi

(40)

✓ ✔

b. Data tidak boleh ada nilai nol atau negatif karena nilai logaritma dari nol

dan negatif adalah tidak terhingga.

Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan

input dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa

Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data

menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel

terikat (Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel

terikat adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3).

Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya

adalah luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang

paling besar dan signifikan.

8. Efisiensi

Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum menjamin

produktifitas yang diperoleh akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan

usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Menurut Soekartawi

(1990), pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya

penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang

optimal. Efisiensi dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Keuntungan yang maksimal ini dapat dicapai jika Nilai Produk Marjinal(NPM)

untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut. Secara matematis dapat

(41)

✕ ✖

NPMx = Px atau NPMx/Px=1

Pada kondisi demikian, efisiensi penggunaan input faktor produksi dapat

tercapai. Secara matematis dapat dibuktikan sebagai berikut:

П = TR - TC

= Py . Y–Px . X

Syarat П maksimal:

dП/dX=0

Py . dY/dX–Px . dX/dX = 0

Py . MPP–Px = 0

NPMx = Px NPMx / Px = 1

Dalam banyak kenyataan, NPMx tidak selalu sama dengan Px. Kasus yang

sering terjadi adalah sebagai berikut :

a. NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk

mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu ditambah.

b. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi

efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.

Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem

usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi dengan menggunakan regresi linear berganda,

dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi

(42)

✗ ✘

terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai

dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.

Menurut Suhendrik (2013), faktor produksi lahan, bibit, pupuk phonska, ZA,

KCL, pupuk mutiara, pupuk kandang dan tenaga kerja mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap produksi bawang merah. Sedangkan secara parsial hanya

lahan, bibit dan tenaga kerja yang berpengaruh secara nyata. Penggunaan faktor

produksi lahan dan bibit belum efisien, sedangkan faktor produksi tenaga keja

sudah efisien. Penerimaan yang diperoleh dengan total produksi 1.048 kg yaitu

sebesar Rp. 6.332.728, pendapatan sebesar Rp. 2.466.678 dan keuntungan yang

diperoleh petani sebesar Rp. 1.551.786.

B. Kerangka Pemikiran

Petani-petani peri urban yang terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan

Kasihan, Kabupaten Bantul melakukan usahatani di kawasan areal peri urban.

Kawasan tersebut sangat rawan akan alih fungsi lahan untuk dijadikan berbagai

macam kegiatan usaha jasa maupun property. Status lahan yang digunakan ada

yang milik sendiri, sewa maupun garapan dengan luas lahan kurang dari 0,5

hektar. Lokasi lahan yang digunakan masih dalam satu hamparan. Benih yang

digunakan mayoritas petani langsung membeli ke toko pertanian yang menjual

benih padi. Pupuk yang digunakan masih menggunakan pupuk kimia baik Urea

maupun Phonska tetapi sebagian petani mencampur antara pupuk kimia dan

organik. Pupuk organik diperoleh dari membeli di toko pertanian. Selain itu untuk

membasmi hama kebanyakan petani menggunakan obat pestisida dengan membeli

(43)

✙6

Pada usahatani padi di kawasan peri urban, input yang digunakan adalah

lahan, benih, pupuk organik, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Fungsi

produksi berkaitan dengan hubungan fisik antara input dengan output yang dapat

dihasilkan yaitu produksi padi. Hubungan antara input dan output menunjukan

pola hubungan penggunaan tingkat input untuk menghasilkan tingkat output

tertentu. Total keseluruhan dari input dan output yang telah diproduksi akan

menghasilkan keuntungan maksimal bagi petani.

. Syarat untuk mendapatkan keuntungan maksimal yaitu petani harus efisien

dalam mempraktekan usahatani padi. Efisiensi adalah perbandingan antara nilai

produksi marginal dengan harga output. Nilai produksi marginal adalah tambahan

keluaran produksi karena tambahan satu unit masukan. Penggunaan input efisien

apabila nilai produksi marginal sama dengan satu, belum efisien jika lebih dari

satu dan tidak efisien jika kurang dari satu.

Memperjelas tentang kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai

(44)
(45)

✜8

C. Hipotesis

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi di kawasan

peri urban adalah Lahan, Benih, Pupuk Urea, Pupuk Phonska, Pupuk TSP,

Pupuk ZA, Pupuk KCL, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, Tenaga kerja,

Pestisida Cair dan Pestisida Padat

2. Diduga penggunaan fakor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi

(46)
(47)

✣9

I. METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara matematis, faktual

dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diteliti (Surakhmad 1994). Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi.

Penelitian ini dibawah naungan Penelitian Payung Disertasi dengan judul

“EFISIENSI DAN KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI DI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA”.Metode yang berdasarkan metode pada penelitian

payung disertasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran usahatani

padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

A. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel daerah ditentukan dengan cara sengaja (purposive

sampling) yaitu Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kasihan pertimbangan, karena ketiga kecamatan tersebut secara geografis berbatasan langsung dengan

wilayah kota Yogyakarta dan secara ekonomi wilayah tersebut berkembang sektor

(48)

✤0

Hal tersebut mengakibatkan penyempitan lahan sawah yang berdampak pada

efisiensi usahatani di kawasan tersebut. Setiap kecamatan diambil satu desa

dengan menggunakansimple random samplingyaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan, Desa

Bangunharjo Kecamatan Sewon dan Desa Tamanan Kecamatan Banguntapan.

Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random

sampling yaitu mengambil satu kelompok tani dengan cara diundi. Begitu pula dengan pengambilan sampel petani yaitu dengan menggunakan simple random

sampling dengan cara undian. Setiap kelompok tani diambil 10 responden, sehingga total keseluruhan responden berjumlah 30.

Tabel 1. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan

No Nama Kelompok Jumlah

Anggota (petani)

Dusun dan Kecamatan

1 Kelompok Tani Krobo’an 25 Krobo’an, Banguntapan

2 Kelompok Tani Mekar Tani 135 Bangunharjo, Sewon

3 Kelompok Tani Sidorejo 25 Tamantirto, Kasihan

Sumber: Ketua Poktan Kecamatan, Sewon, Banguntapan dan Kasihan

B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer tahun 2013/2014,

yaitu:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan

bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan antara lain: karakteristik petani

(identitas petani, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

(49)

✥ ✦

usahatani tahun 2013/2014 (biaya peralatan pertanian, penggunaan dan

upah tenaga kerja, penggunaan sarana produksi dan pengeluaran lain-lain,

penggunaan teknologi usahatani), penerimaan dari usahatani tahun

2013/2014, pendapatan dari luar usahatani, tingkat partisipasi dalam

mengikuti kegiatan kelompok tani tahun 2013/2014, kondisi irigasi tahun

2013/2014, akses kredit tahun 2013/2014 dan sikap petani terhadap

perlindungan lahan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait,

seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan beberapa instansi lain yang

berhubungan dengan penelitian. Contoh data yang diambil meliputi: data

keadaan umum wilayah, keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi

dan letak geografis.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

a. Jenis padi dan pola tanam yang digunakan dianggap sama semua.

b. Input-input produksi diperoleh dari pembelian dan hasil produksi (gabah

kering) habis terjual pada saat penelitian.

c. Tidak ada perbedaan varietas benih yang ditanam

2. Pembatasan masalah

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam padi tahun

(50)

✧ ★

D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel

1. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani

padi dalam 1 tahun tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m2)

2. Benih adalah biji padi yang disediakan untuk disemai, dinyatakan dalam

kilogram (kg)

3. Pupuk adalah unsur hara yang diberikan pada tanaman dalam upaya

meningkatkan produksi padi dalam proses produksi. Dalam hal ini yang

termasuk adalah campuran antara pupuk organik dan pupuk kimia yang

dinyatakan dalam kilogram (kg).

4. Pestisida adalah obat tanaman untuk membasmi organisme penganggu

tanaman (OPT) dinyatakan dalam satuan milliliter (ml) dan gram (g).

5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses

produksi baik dari dalam keluaga ataupun luar keluarga. Kegiatan usahatani

dari menyemai sampai menjemur. Satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang

(HKO).

6. Musim adalah waktu tertentu yang berhubungan dengan keadaan iklim, yaitu

musim penghujan dan kemarau.

7. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk kimia, organik,

pestisida), biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam

proses produksi dan diperhitungkan dengan nilai uang (Rp).

8. Hasil produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi peri

urban berupa gabah kering dalam satu musim yang dinyatakan dalam satuan

(51)

✩✩

9. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi gabah kering giling

dengan satuan rupiah per kg (Rp/kg).

10. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi yang berupa gabah kering

dikalikan dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

11. Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang

dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

12. Efisiensi adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi

pada tingkat Nilai Produk Marjinal dengan biaya marjinal. Dijelaskan dalam

perbandingan dari Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan harga inputnya (Px).

E. Analisis Data

1. Analisis Keuntungan

Untuk megetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani

padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:

П = TR –TC(eksp+imp)

П = Y. Py –TC Keterangan:

П = Keuntungan

TR = Total penerimaan (Total Revenue)

TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost) Y = Total Produksi

Py = Harga Produksi

2. Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukan hubungan teknis

(52)

✪ ✫

penelitian ini digunakan metode analisis dengan pendekatan model fungsi

produksi tipeCobb-Douglass.

Fungsi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel

dependen yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen yang

menjelaskan (X) (Soekartawi 1990). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independen (X) antara lain: penggunaan lahan, benih, Pupuk Urea, Pupuk

Phonska, Pupuk KCL, Pupuk ZA, Pupuk TSP, Pupuk kandang, Pupuk organik,

Tenaga kerja, Pestisida Cair dan Padat serta Dummy musim. Sedangkan variabel

dependen (Y) adalah produksi padi.

Secara matematis fungsi Cobb-Douglass dapat ditulisan dalam bentuk persamaan:

(53)

✬ ✭

X7= pupuk KCL(kg) X8= pupuk Kandang(kg) X9= pupuk Organik (kg) X10= tenaga kerja (HKO) X11= Pesitisida cair (ml) X12= pestisida padat (g) D = musim

Musim sebagai dummy variabel, angka 1 sebagai dummy musim penghujan dan angka 0 sebagai dummy musim kemarau.

Tujuan menggunakan regresi berganda dummy adalah memprediksi besarnya

nilai variabel dependent atas dasar satu atau lebih variabel independent, dimana satu atau lebih variabel independent bersifat dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat

kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang

diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifatcontinue.

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka persamaan tersebut

harus diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan

persamaan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln Y =1 n a + bi1n X1 +b21n X2……….+ b61n X6

Pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien

(54)

✮6

a. Koefisien determinasi (R2)

Untuk menunjukan sampai seberapa besar variasi variabel tidak bebas dijelaskan oleh

variabel bebas digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan

suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan.

Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai R2semakin tinggi atau mendekati 1, maka

model yang digunakan sudah tepat. Nilai R2dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

R2= Koefisien determinasi = koefisien regresi

xi = rata-rata nilai variabel independen = rata-rata nilai variabel dependen

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (X) secara keseluruhan

berpengaruh terhadap produksi padi (Y).

Perumusan hipotesis :

Ho : bi = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen.

Ha : salah satu dari bi≠ 0, artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen.

F hitung dapat dicari dengan membuat tabel Anova atau disebut analisis varians.

F tabel = F (α% ; k-1 ; n-k) Keterangan:

(55)

✯ ✰

n = jumlah sampel

α = tingkat kesalahan

Pengambilan keputusan:

i. Jika F hit > F tabel, Ho ditolak Ha diterima, artinya faktor produksi (X) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap produksi pai organik (Y).

ii. Jika Fhit < dari F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak, artinya faktor produksi (X) secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi padi (Y).

c. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y).

i. Perumusan hipotesis:

Ho : bi = 0 artinya secara parsial faktor–faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi padi (Y). Sbi = Standar devisiasi bi

α = tingkat kesalahan

2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi ke-I tidak berpengaruh

(56)

✱8

2. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan suatu faktor produksi dapat dilakukan

dengan menghitung nilai yang menunjukan perbandingan antara NPM (Nilai Produk

Marjinal) dengan harga input (Px) atau dapat ditulis dalam bentuk NPMx/px = k.

dengan ktentuan sebagai berikut :

NPMxi/Pxi = 1, artinya penggunaan input sudah efisien

NPMxi/Pxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien, untuk mencapai efisien input perlu

ditambahkan.

NPMxi/Pxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien, untuk mencapai efisien input perlu

dikurangi.

Dalam pengujianya dihitung menggunakan uji-t variabel dengan menggunakan nilai k,

yaitu :

Ho : K = 1, artinya penggunaan input efisien

Ho : K≠1, artinya penggunaan input tidak efisien / belum efisien

Dimana:

Var K = (K/bi)2. Var (bi)

t tabel = (α%, (n-1)

Pengambilan kesimpulan:

t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, artinya nilai K tidak sama dengan 1 maka penggunaan

(57)

✲9

t hitung ≤ t tabel, maka Ha diterima, artinya artinya nilai K sama dengan 1 maka penggunaan

(58)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

A. Keadaan Fisik Daerah

Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta,

Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah

Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

sehat dan asri. Bagian Selatan dari Kabupaten ini berupa pegunungan kapur yaitu

ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali

Progo (membatasi Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak,

Kali Tapus beserta anak-anak sungainya).

Batas–batas wilayah Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara

2. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

3. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

4. Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Kabupaten Bantul terletak antara 07o44’04” –08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan

110° 12′ 34″ –110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85

Km2(15,91 % dari luas wilayah Proviinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran

rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang

(59)

perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73% dari

seluruh wilayah). Bagian tengah adalah daerah datar dan landai merupakan daerah

pertanian yang subur seluas 210,94 km2 (41,62%). Bagian timur adalah daerah

yang landai, miring dan terjal yang keadaanya masih lebih baik dari daerah bagian

barat. Luas daerah bagian timur 206,05 km2 (40,65%). Bagian selatan adalah

bagian dari daerah bagian tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan

sedikit berlaguna.

Kabupaten Bantul dialiri 6 sungai, yang mengalir sepanjang tahun. Sungai

tersebut memiliki panjang 114 km2. Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten

Bantul yaitu: Sungai Oyo dengan panjang 35,75 km, Sungai Opak 19,00 km,

Sungai Code 7 km, Sungai Winongo 18,75 km, Sungai Bedog 9,50 km dan Sungai

Progo 24 km.

B. Keadaan Penduduk

Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan,

meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah

penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan

(Wikipedia, 2009). Kependudukan yang ada di Kabupaten Bantul berdasarkan

jenis kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian.

1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin

Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantul pada sensus

(60)

Tabel 1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul

Jenis kelamin Kabupaten Persentase (%)

Berdasarkan tabel di atas, di Kabupaten Bantul penduduk antara

laki-laki dan perempuan sama. Laki-laki-laki mencapai 49,60% sementara perempuan juga

50,40%. Keseluruhan penduduk Kabupaten Bantul mencapai 947.066 jiwa.

Jumlah antara laki-laki dan perempuan cenderung sama tetapi jumlah penduduk

perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian

Peningkatan tingkat pendidikan yang cenderung terus naik berdampak pada

kualitas tenaga kerja yang semakin meningkat, sehingga lapangan kerja yang ada

dapat terisi oleh tenaga kerja yang berkualitas baik. Ketergantungan pada tenaga

ahli asing dapat dikurangi apabila kualitas tenaga kerja meningkat, sehingga

sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

meningkatkan taraf hidup penduduk.

Tabel 2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014

Lapangan Usaha Laki-laki (%) Perempuan (%) Total(%)

(61)

Menurut tabel diatas, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten

Bantul terbanyak bukan dari pertanian melainkan dari non pertanian. Untuk

tenaga kerja laki-laki mayoritas bekerja di sektor perdagangan, Hotel dan

Restoran sementara tenaga kerja perempuan mayoritas bekerja di sektor industri

pengolahan. Hal tersebut menunujukan bahwa masyarakat Kabupaten Bantul

adalah masyarakat transisi dari kota ke desa, karena berdasarkan tabel diatas

penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian sangat sedikit tidak lebh

dari 20% dari total keseluruhan penduduk.

3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk hidup khususnya manusia. Dalam umur dibedakan menjadi umur

kronologis, mental dan biologis. Umur kronologis adalah perhitungan umur yang

dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

Umur mental adalah perhitungan umur seseorang yang didapatkan dari taraf

kemampuan seseorang dan umur biologis adalah perhitungan umur berdasarkan

kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Tabel 3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014

Kelompok Umur Laki-laki (%) Perempuan

Umur menentukan tingkat kedewasaan seseorang, dari tingkat kedewasaan

tersebut tumbuh rasa tanggung jawab kepada keluarga dan orang lain. Paling

(62)

menandakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Bantul masih berusia

produktif.

C. Sarana prasarana

Sarana dan prasarana sangat penting, sebagaimana dengan tujuanya sarana dan

prasarana merupaan penunjang kegiatan suatu daerah. Semakin banyak sarana

prasarana yang ada di suatu daerah, akan mempengaruhi penduduknya lebih maju.

Berikut sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Bantul.

a. Sarana pendidikan

Pendidikan merupakan suatu tolok ukur dalam upaya peningkatan kecerdasan

suatu masyarakat. Pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat kedewasaan

seseorang. Oleh karena itu sarana pendidikan yang dibangun oleh dinas terkait

ikut serta membantu meningkatkan kemajuan sumber daya manusia

masyarakatnya. Berikut jumlah saran pendidikan di Kabupaten Bantul.

Tabel 4. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014

Berdasarkan Tabel diatas, dapat diketahui terdapat 1056 sarana pendidikan di

(63)

6

sarana pendidikan yang cukup banyak sehingga dari segi pendidikan Kabupaten

Bantul memiliki SDM yang mempunyai minat pendidikan cukup tinggi, sehingga

dapat meningkatkan kecerdasan penduduknya.

b. Sarana perekonomian

Perekonomian yang bagus dapat ditelaah dari banyaknya sarana yang

disediakan untuk kegiatan barter (pertukaran barang dengan barang) maupun

untuk simpan pinjam di suatu sarana perekonomian. Sarana perekonomian yang

ada di Kabupaten Bantul dapat di lihat sebagai berikut.

Tabel 5. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014

Uraian Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa keberadaan pasar di suatu daerah

akan mempengaruhi distribusi perekonomian di suatu daerah. Ciri khas dari

Kabupaten Bantul adalah adanya pasar seni. Pasar tersebut dapat memfasilitasi

karakter masyarakat Kabupaten Bantul yang lebih banyak di bidang kesenian.

Lembaga perekonomian yang menunjang di Kabupaten Bantul adalah Koperasi

dan KUD.

Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu daerah adalah

tersedianya fasilitas ekonomi bagi masyarakat. Sarana perekonomian yang juga

penting keberadaanya di daerah adalah sarana penyedia layanan simpan dan pijam

Gambar

Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010  sampai tahun 2013
Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul
Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi kayu. Pestisida yang digunakan berupa pestisida cair dan pestisida padat. 7) Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara simultan dan

Mengingat penggunaan input produksi (variabel luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk NPK, dan Pestisida) pada usahatani padi sawah di Desa Toribulu Kecamatan

(3) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani melon di Kabupaten Jember adalah benih dan pupuk pada taraf uji 99%, sedangkan luas lahan, tenaga kerja dan

Dengan menggunakan stochastic frontier, fungsi produksi translog menunjukan bahwa peningkatan input (lahan, benih, pupuk dan pestisida) tidak banyak meningkatkan produksi padi

Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu lahan pertanian, modal, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Nicholson,

Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor produksi meliputi luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk Urea, pupuk NPK, pestisida dan tenaga kerja secara serempak

Penggunaan faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk cair, dan pestisida pada usahatani padi mentik susu organik belum mencapai efisiensi