ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Skripsi
Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan
20120220007
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Skripsi
Disusun Oleh : Mahendra Ardi Kurniawan
20120220007
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S.
Al-Insyirah;5)
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini penulis persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan cahaya dan menuntun setiap
langkahku.
2. Orangtuaku tercinta, Ayah Agus Ridho Rudhiono. SP dan Ibu Upik Sofida Nur
Hayati yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan
baik moral maupun material serta kesabaran dalam mendidik.
3. Adikku, Rifky Fahrezy yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
4. Para Sahabat, Intan, Habibi, Iman, Boy, Rudi dan semua teman kelas agri A
2012 yang selalu memberi dukungan, memotivasi dan meluangkan waktunya
untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Teman-teman terhebat sepanjang hidup yang bersama-sama berjuang
diperantauan dari Ponorogo: Faysal dan Nala, terimakasih atas kebersamaan
kita diperantauan ini berjuang demi masa depan.
6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2012. Terimakasih atas semua
kenangan yang tercipta. Semoga kebersamaan ini menjadi kekuatan dalam
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
petunjuk, kekuatan, dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Usahatani Padi Kawasan Peri Urban Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada tahun
keempat Fakultas Pertanian Prodi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud tentu saja tidak lepas dari
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Triyono, SP., MP dan Ibu Ir. Eni Istiyanti, MP yang telah memberikan
ilmu, waktu dan nasihat-nasihat selama membimbing penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Oktober 2015
vii
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ...i
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR ...11
DAFTAR LAMPIRAN...11
INTISARI ...Error! Bookmark not defined. ABSTRACT...Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan ...Error! Bookmark not defined.
C. Kegunaan ...Error! Bookmark not defined.
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ...Error! Bookmark not defined.
A. Tinjauan Pustaka ...Error! Bookmark not defined.
B. Kerangka Pemikiran...Error! Bookmark not defined.
C. Hipotesis ...Error! Bookmark not defined.
III. METODE PENELITIAN...Error! Bookmark not defined.
A. Metode Pengambilan Sampel ...Error! Bookmark not defined.
viii
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ...Error! Bookmark not defined.
D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel ...Error! Bookmark not defined.
E. Analisis Data ...Error! Bookmark not defined.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH...Error! Bookmark not defined.
A. Keadaan Fisik Daerah ...Error! Bookmark not defined.
B. Keadaan Penduduk...Error! Bookmark not defined.
C. Sarana prasarana ...Error! Bookmark not defined.
D. Luas Penggunaan Lahan ...Error! Bookmark not defined.
E. Iklim ...Error! Bookmark not defined.
F. Keadaan Pertanian...Error! Bookmark not defined.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Identitas Petani...Error! Bookmark not defined.
1. Umur...Error! Bookmark not defined.
2. Jenis Kelamin ...Error! Bookmark not defined.
3. Tingkat Pendidikan ...Error! Bookmark not defined.
4. Anggota Keluarga ...Error! Bookmark not defined.
5. Pengalaman Bertani...Error! Bookmark not defined.
6. Status Kepemilikan Lahan ...Error! Bookmark not defined.
B. Analisis Keuntungan ...Error! Bookmark not defined.
C. Analisis Fungsi Produksi ...Error! Bookmark not defined.
D. Analisis Efisiensi ...Error! Bookmark not defined.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined.
B. Saran ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined.
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013 ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul
...Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014 ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 6. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014...Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.
Tabel 9. Sarana jalan di Kabupaten Bantul tahun 2014...Error! Bookmark not defined.
xi
Tabel 11. Data Iklim Bantul Tahun 2011 - 2014. ..Error! Bookmark not defined.
Tabel 12. Produksi tanaman bahan makanan di Kabupaten Bantul tahun 2013
...Error! Bookmark not defined.
Tabel 13. Sebaran Umur Petani Padi di Kawasan Peri Urban Kabupaten Bantul
...Error! Bookmark not defined.
Tabel 14. Jenis Kelamin Para Petani Peri Urban ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 15. Tingkat Pendidikan Para Petani di Kawasan Peri Urban...Error! Bookmark not defined.
Tabel 16. Jumlah Anggota Keluarga Petani Padi di Kawasan Peri Urban ....Error! Bookmark not defined.
Tabel 17. Pengalaman Bertani Petani Padi Sawah di Kawasan Peri Urban ..Error! Bookmark not defined.
xii
Tabel 19. Rincian Biaya Dalam Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban...Error! Bookmark not defined.
Tabel 20. Keuntungan Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban..Error! Bookmark not defined.
Tabel 21. Deskripsi variabel fungsi produksi ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 22. Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Padi di Kawasan Peri Urban ...Error! Bookmark not defined.
Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Pada Faktor Faktor Produksi Padi...Error! Bookmark not defined.
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Frekuensi Karakterstik Responden ...Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2. Analisis Regresi dan Deskripsi ...Error! Bookmark not defined.
INTISARI
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL (skripsi ini dibimbing oleh Triyono, SP. MP. Dan Ir. Eni Istiyanti. MP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di kawasan peri urban dan mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kecamatan Kasihan dengan cara purposive. Setiap kecamatan diambil satu desa dengan menggunakan simple random sampling yaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan dan Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan. Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random sampling dan diperoleh Poktan “Mekar Tani” Desa Bangunharjo, Kecamatan
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI DI KAWASAN PERI URBAN KABUPATEN BANTUL
Efficiency Analysis Of Rice Farming In The Suburban Area Of Bantul District Mahendra Ardi Kurniawan
Triyono, SP. MP / Ir. Eni Istiyanti, MP. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY
ABSTRACT
This research aims to determine the benefit of rice farmers in suburban area, the factors that affect the production of rice in peri urban area and determine the efficiency of rice farming in suburban neighborhood. This research was conducted in the District of Sewon, Banguntapan and Kasihan by purposive. Each sub-district of the village taken by using simple random sampling that took the village by way of lottery and obtained Bangunharjo Village, District Sewon, tamanan village, sub-district and village Banguntapan Tamantirto, Kasihan. Every village taken one farmer group by using simple random sampling and obtained Poktan "Mekar Tani" Bangunharjo Village, District of Sewon, Poktan "Krobo'an"Tamanan Village, District Banguntapan and Poktan "Sidorejo" Village Tamantirto, Kasihan. Similarly, the farmers samples taken using simple random sampling and obtained 30 respondents farmers, each farmer group 10 respondents. The data were obtained using a questionnaire using interviews. Then the data were analyzed using analysis of profits, production function and efficiency analysis. Benefit of farmers in the dry season Rp. 3,911,954, while the rainy season Rp. 4,788,132 results showed that when analyzed using the t test, partial factors of production of field, seed, labors, liquid pesticide and solid pesticide significantly affect rice production. While the labors are efficient, on the other hands field, seed, liquid pesticide and solid pesticide has not been efficient in its use.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang
memiliki potensi untuk mengembangkan usaha agribisnis di tengah era
globalisasi. Usaha ini diharapkan mampu memberi dampak positif yang lebih
besar terhadap sektor pertanian dalam rangka meningkatkan perekonomian. Salah
satu point dalam “triple track strategy” menyebutkan kebutuhan untuk merevitalisasi pertanian sebagai upaya untuk membangun pertanian Indonesia
dari sederhana menjadi pertanian berbasis agribisnis.(ntb.litbang.pertanian.go.id)
Sektor pertanian di Indonesia dibagi menjadi lima subsektor yaitu
subsektor pertanian pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan,
subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Sektor pertanian terus dituntut
berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik
Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri,
pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat.
Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan nasional dalam
menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran
sektor pertanian dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap
tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan
sektor-2
sektor ekonomi lainya. Lingkungan yang lebih sempit
pembangunan-pengembangan sektor tanaman pangan terutama padi masih menjadi prioritas
utama kebijakan pertanian bagi sebagian besar negara di dunia, karena beras
merupakan pangan utama hampir 50% penduduk dunia dan 90% penduduk Asia.
Di Indonesia, produksi padi memiliki posisi penting dalam sistem pangan karena
beras merupakan pangan utama masyarakat Indonesia. Menurut data BPS pada
tahun 2011 konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 139 kg/kapita lebih
tinggi dari Thailand dan Malaysia yang hanya 65-70 kg/kapita pertahun. Pada
tahun 2013 masyarakat Indonesia 78% masih mengkonsumsi beras sebagai
makanan pokok sehari-hari. Oleh karena itu, beras memegang peran yang
dominan yaitu sebagai makanan pokok masyarakat dan memiliki peran yang
cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain : (a)
usahatani padi menghidupi sekitar 20 juta keluarga petani dan buruh tani, serta
menjadi urat nadi perekonomian pedesaan, (b) permintaan akan beras terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk karena program
diversifikasi pangan belum berhasil dengan baik, (c) produksi beras di Indonesia
masih menunjukkan kecenderungan fluktuatif akibat bencana alam, perubahan
iklim, serangan hama penyakit dan kenaikan harga beras dan input produksi dan
(d) usahatani padi masih menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja di
pedesaan (Suryana et al, 2009). Di sisi lain untuk memenuhi kebutuhan beras
masyarakat Indonesia masih impor ke Negara lain. Hal tersebut dikarenakan
produksi beras dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat
3
Tabel 1. Impor beras Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2013
Komoditas Satuan Impor Total
687,58 2.744.,26 1.927,56 472,67 5.832,08 (11,7)
Nilai (000 US$)
360,79 1.509,25 1.006,97 246,03 3.123,05 (11,9)
Sumber:www.bps.go.id
Penyebab Indonesia melakukan impor beras adalah lahan pertanian yang
semakin sempit dan ketergantungan yang tinggi masyarakat Indonesia dalam
mengkonsumsi beras serta pertumbuhan penduduk semakin naik dari tahun ke
tahun. Total dari tahun 2010 hingga 2013, indonesia melakukan impor beras
hingga 5.832,08 ton atau 11,7% bila dilihat indeks perkembangan impor beras
Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa perkembangan impor beras di
Indonesia terhadap Negara lain masih tinggi. Konsumsi beras masyarakat
Indonesia yang semakin tinggi tidak sejalan dengan produksi yang dihasilkan oleh
petani, akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Bantul merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Hampir setengah masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai
petani. Menurut data statistik Kabupaten Bantul ada sekitar 49% atau setengah
dari masyarakat Bantul menggantungkan hidupnya dari pertanian. Banyaknya
masyarakat Bantul bermata pencaharaian sebagai petani karena di dukung dengan
jumlah lahan yang luas. Terdapat 210.94 km2 (41,62%) daerah datar dan landai
4
Tabel 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas padi sawah Kabupaten Bantul
Tahun
Dilihat dari tabel diatas, produksi padi sawah mengalami kenaikan secara terus
menerus dari tahun 2009 hingga 2013. Hal ini menandakan bahwa Indonesia
khususnya masyarakat Kabupaten Bantul masih mengandalkan beras sebagai
sumber karbohidrat utama. Sementara luas panen terjadi fluktuasi dari tahun 2009
hingga tahun 2013 artinya bahwa luas panen tersebut dipengaruhi oleh kondisi
geografis yang tidak menentu. Di sisi lain bertumbuhnya sektor industri, jasa dan
property pada era pertumbuhan ekonomi juga memberikan dampak buruk dan
tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah. Kemudian konflik
penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat dilematis mengingat peluang
perluasan areal lahan sudah sangat terbatas. Sementara tuntutan dari sektor non
pertanian semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa perubahan penggunaan
lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat
dihindarkan. Jika dilihat dari produktivitas dari tahun ke tahun mengalami
fluktuatif atau produktivitas bisa dikatakan tidak stabil dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bantul memantapkan untuk target
5
Hal ini menandakan bahwa pemerintah Kabupaten Bantul sangat mendukung
adanya upaya khusus pencapaian swasembada pangan tersebut dalam rangka
mewujudkan kedaulatan pangan. Bentuk dukungan meliputi kebijakan yang
kondusif dan pendampingan pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. (sumber:
bkpp.bantulkab.go.id)
Upaya pencapaian target swasembada pangan tersebut berhadapan dengan
permasalahan lahan, berkembangnya sektor non pertanian pada era pertumbuhan
ekonomi telah memberikan tekanan pada sektor pertanian terutama lahan sawah.
Perubahan penggunaan lahan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak
mungkin dapat dihindarkan, sedangkan ketersediaan lahan merupakan faktor
penting untuk menjamin kelangsungan penyediaan pangan selain pemenuhan
kebutuhan perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali
apabila tidak ditanggulangi dapat menjadi permasalahan yang serius antara lain
dapat mengancam kapasitas pangan. (Iqbal dan Sumaryanto,2007).
Tingginya alih fungsi lahan di wilayah DIY, seperti Kabupaten Bantul akan
berdampak secara langsung pada sektor pertanian. Hal tersebut dikarenakan
Kabupaten Bantul lokasinya berada dekat dengan Kota Yogyakarta. Sejalan
dengan hal tersebut maka ada daya tarik untuk membangun sektor industri, jasa
dan property di Kabupaten Bantul. Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten
Bantul merupakan kawasan budidaya pertanian yang memiliki tingkat kesuburan
cukup tinggi. Menurut data Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Bantul tahun
2010 luas lahan persawahan 16.602,4557 ha sebanyak 32,76% dari total
6
paling sering mengalami penyempitan lahan adalah kecamatan Banguntapan,
Kasihan dan Sewon. Penyebabnya karena terlalu banyak usaha dari sektor non
pertanian dibangun kokoh di daerah tersebut. Maka dari itu pertanian di kawasan
tersebut dinamakan kawasan peri urban.
Peri urban memiliki kharakteristik wilayah kekotaan yang terbangun
menjadi satu dengan pemukiman kekotaan utamanya dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari pusat kota dan daerah kedesaanya. Ciri-ciri peri urban yaitu
nyaris langkanya tempat tinggal penduduk bukan petani, mata pencaharian sudah
beralih bukan mata pencaharian kedesaan seperti petani atau peternak, kemudian
pemanfaatan lahan bukan untuk pertanian. Keterbatasan lahan di daerah perkotaan
mengakibatkan transisi dari kota ke daerah pinggiran. Hal tersebut sangat logis
karena letak kacamatan Banguntapan, Kasihan dan Sewon berbatasan langsung
dengan daerah Kota Yogyakarta.
Luas areal persawahan yang ada di Kabupaten Bantul adalah 2.394,2 hektar,
yang merupakan jumlah dari 17 Kecamatan. Menurut data BPS Kabupaten Bantul
tahun 2014 tercatat 3 kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
relatif tinggi yaitu Kecamatan Kasihan, Banguntapan dan Kecamatan Sewon.
Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang diperoleh dari
jumlah penduduk dibagi dengan luas areal pertanian Kabupaten Bantul.
Kecamatan Kasihan mempunyai Jumlah Penduduk 119.271 (kepadatan 47
jiwa/ha), Banguntapan dengan Jumlah Penduduk 131.584 (kepadatan 65 jiwa/ ha)
7
tersebut menandakan bahwa ketiga Kecamatan tersebut adalah wilayah yang
memiliki permintaan lahan pemukiman yang relatif tinggi. Salah satu faktor
peningkatan kepadatan penduduk adalah letak geograis ketiga wilayah tersebut
yang terletak dekat dengan pusat perkotaan dan banyaknya lahan pertanian
sehingga berpotensi teradap alih fungsi lahan menjadi sektor non pertanian.
Luas lahan yang makin sempit tentu berdampak akan makin rendahnya
produksi padi di kawasan tersebut. Hal ini mendorong petani untuk mengelola
lahan secara lebih intensif dengan memanfaatkan teknologi dan faktor produksi
yang dimiliki dengan harapan terjadi peningkatan produktivitas usahatani padi.
Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
menggunakan faktor produksi tersebut dengan seefisien mungkin. Suatu
penggunaan faktor produksi bisa dikatakan efisien kalau nilai riil produk marginal
sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Namun demikian kondisi
tersebut memberikan implikasi pada peningkatan biaya yang perlu diperhitungkan
dengan keuntungan yang akan diterima.
Menurut beberapa pernyataan diatas, maka perlu diteliliti mengenai seberapa
besar biaya usahatani, berapa keuntungan petani serta efisiensi usahatani padi di
kawasan peri urban tersebut?
B. Tujuan
1. Mengetahui besarnya keuntungan petani padi di kawasan peri urban
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di
8
3. Mengetahui efisiensi usahatani padi di kawasan peri urban
C. Kegunaan
Kegunaan penelitian yang dilakukan di areal persawahan daerah peri urban
Kabupaten Bantul:
1. Bagi petani, dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien agar
keuntungan yang didapatkan dapat maksimal.
2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait, diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam
menentukan kebijakan terhadap dalam pembangunan pertanian khususnya
dalam bidang usahatani padi.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
9
I.KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Peri Urban
Penyebaran perkembangan kota ke daerah pinggiran yang diakibatkan
keterbatasan lahan dan eksistensi aktivitas pedesaan, akhirnya mampu
menimbulkan perkembangan wilayah peri urban, seperti yang dijelaskan oleh
Rakodi dan Adel (1999 dalam Ginting: 2010) dimana kawasan peri urban
merupakan zona transisi kota dengan kawasan yang didominasi lahan pertanian.
Sementara menurut Andreas (1942 dalam dewi: 2010) pengertian kawasan peri
urban adalah zona yang didalamnya terdapat percampuran antara struktur lahan
kedesaan dan lahan kekotaan. Kawasan ini adalah percampuran penggunaan lahan
dan kerancuan batas dalam dan luar serta umumnya merupakan gabungan dari
beberapa kawasan yang secara administratif terpisah.
Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal tersebut
dikarenakan pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti memiliki makna
sifat kekotaan dan sifat kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat
sulit jika dilihat dari dimensi non-fisikal, oleh karena itu pada tahap pengenalan
kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah kedesaan maupun kekotaan dari
segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk pemanfaatan lahan non
agraris versus lahan agraris. Dari sisi ini wilayah perkotaan merupakan suatu
0
wilayah kedesaan adalah wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan
agraris.
Menurut Nela Agustin dan Iwan Rudiarto (2014), dalam penelitian Analisis
Transformasi Wilayah Peri Urban Pada Aspek Fisik dan Sosial Ekonomi
(Kecamatan Kartasura). Perkembangan wilayah peri urban yang muncul sebagai
zona transisi dari sifat pedesaan menuju sifat kekotaan, akibat perkembangan
eksternal suatu perkotaan ternyata mampu memberikan karakteristik yang berbeda
dengan wilayah, terutama pada aspek fisik maupun sosial ekonominya. Seperti
yang terjadi pada Kecamatan Kartasura. Kecamatan Kartasura yang memiliki ciri
perkembangan perkotaan yang terpengaruh oleh kota Surakarta dan eksistensi
pedesaan yang dipengaruhi oleh wilayah pedesaan ternyata memiliki sejarah
perubahan lahan cukup besar di tahun 1997-2002, yang berawal pada beberapa
titik saja.
2. Usahatani
Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat
juga berupa usaha bercocok tanam maupun memelihara ternak (Mubyarto, 1989).
Menurut Soekartawi (1993), ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
✁✁
Aspek penting yang dimasukan dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah
sumber daya alam (tanah), modal, tenaga kerja dan satu faktor lain yang dianggap
penting dalam pengelolan sumberdaya produksi tersebut yaitu manajemen. Hal ini
dikarenakan walaupun sumberdaya tersedia dalam jumlah yang memadai tanpa
disertai kemampuan untuk mengelola yang baik, maka penggunaan sumberdaya
tersebut tidak akan lebih efisien (Soekartawi, 2006).
Menurut Warsana (2007), dalam penelitian Analisis Efisiensi dan Keuntungan
Usahatani Jagung, Studi di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Petani
jagung menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih rendah (32,99
kw/ha), harga faktor produksi (benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida) setiap
tahun hampir dipastikan naik dan harga jagung berfluktuasi tidak menentu ketika
panen raya. Pada analisis data dilakukan dengan menggunakan fungsi keuntungan
Cobb Douglass. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora belum memberikan
keuntungan yang maksimum kepada petani. Namun jika dilihat dari penggunaan
input variabel menunjukan bahwa benih dan pestisida yang belum optimal
sedangkan pengalokasian input variabel tenaga kerja dan pupuk telah mencapai
optimal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian
Suatu fungsi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi output produksi. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor
✂ ✄
a. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan
oleh lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu
faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani.
b. Modal
Aspek modal untuk membiayai usahatani dimulai dengan mengkaji
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun usahatani dan dana
untuk mengoperasikan usahatani. Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan
membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditas
pertanian. Dalam kegiatan proses produksi, modal dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu modal tetap(fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel
cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis
dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari
benih, pupuk, pestisida dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
i. Benih
Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang
☎ ✆
semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi
pertanian yang akan dicapai.
ii. Pupuk
Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok,
dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan
pokok. Tanaman pun demikian, pupuk dibutuhkan sebagai nutrisi vitamin
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pupuk yang sering
digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.
iii.Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta
membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Namun, disisi lain
pestisida dapat menguntungkan usahatani namun di sisi lain pestisida
dapat merugikan petani. Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika
terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian
tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas
pertanian, keracunan, yang dapat berakibat kematian pada manusia dan
hewan pemeliharaan.
iv.Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di
✝ ✞
usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak petani.
Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam Hari Kerja Orang (HKO).
4. Biaya Produksi
Dalam melakukan usahatani diperlukan biaya produksi untuk mendukung
kegiatan proses produksi agar dapat berjalan dan berhasil. Menurut (Brewer dalam
Hinduan: 2006) Biaya Produksi adalah biaya yang mencakup semua biaya yang
terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Kemudian menurut
(Hensen dan Mowen dalam Ftriasari dan Kwary: 2006) biaya produksi merupakan
biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang penyediaan jasa.
Biaya produksi dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya tetap yaitu semua biaya yang besarnya tergantung pada banyak sedikitnya
jumlah barang yang dihasilkan. Termasuk biaya tetap antara lain penyusutan
alat-alat pertanian, sewa lahan, penghasilan tetap untuk para ahli, pengawas, gaji
pemimpin perusahaan. Biaya variabel yaitu biaya yang banyak sedikitnya
tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Termasuk biaya variabel antara
lain biaya untuk membeli pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (2006), untuk mengetahui besarnya pendapatan
usahatani, terdapat 2 konsep biaya yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan secara nyata dalam proses produksi,
seperti pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja, biaya menyewa tanah, biaya
✟ ✠
yang tidak secara nyata dikeluarkan tetapi diikut sertakan dalam proses produksi,
seperti nilai sewa lahan sendiri, nilai tenaga kerja keluarga, biaya modal sendiri
dan semua nilai sarana produksi milik petani yang tidak dibeli.
Keseluruhan biaya total (total cost) dalam suatu usahatani terdiri dari biaya
eksplisit (TEC) ditambah biaya implisit total (TIC) yang dapat dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut:
TC=TEC+TIC
Keterangan
TC =Total Cost(biaya total)
TEC =Total Explicit Cost(biaya eksplisit total) TIC =Total Implicit Cost(biaya implisit total)
5. Penerimaan dan Keuntungan
Penerimaan yang didapat petani merupakan hasil kali dari produksi (Y) yang
diperoleh petani dengan harga jualnya (Py) pada waktu panen, yang biasanya
ditulis dengan persamaan:
TR = Y.Py Keterangan
TR = Penerimaan (Total Revenue)
Y = Produksi
Py = Harga Produk
Keuntungan yang diperoleh petani merupakan selisih antara penerimaan total
(TR) dengan biaya total (TC), dimana biaya yang diperhitungkan adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, baik berupa biaya eksplisit
maupun biaya implisit, yang biasa dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai
✡6
П= TR-TC (eksplisit + implisit) Keterangan
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Biaya Total Eksplisit dan Implisit (Total Cost).
Menurut Made Supartama, Made Antara dan Rustam Abd Rauf (2013), dalam
penelitian Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah Di Subak
Baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata produksi padi sawah sebesar 6.005,75 kg
GKP dan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 18.017.250 per unit
usahatani. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan petani rata-rata Rp.12.692.780
per unit usahatani dan pendapatan usahatani padi sawah di Subak Baturiti Desa
Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Pangi Moutong Rp. 5.324.469,83.
6. Fungsi Produksi
Fungsi Produksi menguraikan cara-cara bagaimana berbagai masukan (input)
dapat digabungkan untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah produk yang
telah direncanakan. Fungsi fungsi produksi adalah satu hubungan teknis antara
faktor produksi (input) serta hasil produksinya (output). Disebut faktor produksi
karena adanya bersifat mutlak agar proses produksi dapat berlangsung. Menurut
Soekartawi (2006), Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang
dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan
biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
Fungsi Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan
☛ ☞
(Boediono, 2000). Bila Y adalah produksi dan X1, X2, X3,…..Xnadalah sejumlah
faktor produksi, maka secara sistematis dapat ditulis:
Y = f(X1, X2, X3,…..Xn)……… (1) Keterangan:
Y……….: Tingkat produksi (output) X1, X2, X3,………….Xn: Berbagai input yang digunakan
Berdasarkan persamaan tersebut (1), petani dapat melakukan tindakan yang
mampu meningkatkan produksi (Y) dengan cara menambah jumlah salah satu dari
input yang digunakan atau menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari
input yang digunakan.
Dalam level ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi
produksi yaitu produksi dari semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum
yang diambil “The Law Of Deminishing Returns”. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input ditambah penggunaanya sedang input-input lain tetap
maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang
ditambahkan tadi mula-mula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila
input tersebut terus ditambah”. (Boediono,2000).
Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukan tingkat
produksi total (Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input
lain dianggap tetap).
TPP = f(X) atau Y = f (X)
Kurva Marginal Pysical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukan
✌8
tambahan satu unit input variabel. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
MPP= Δ TPP/Δ Y = Δ X/Δ Y
= df(X)/dX
KurvaAverange Physical Product(APP) adalah kurva yang menunjukan hasil rata-rata per unit variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
APP = TPP/X = Y/X =f(X)/X
Dalam gambar 1 dijelaskan tahap-tahap produksi yang dipengaruhi oleh
hukum The Law Of Deminishing Returns. Gambar 1 merupakan kurva hasil
produksi (TPP) yang bergerakdari titik 0 menuju titik A, B, dan C pada berbagai
tingkat penggunaan input.
✍9
Gambar 1. Kurva TPP, MPP dan APP
Titik A adalah titik belok (Inflection Point) dimana kurva TPP berubah arah
yang merupakan batas mulai berlakunya hukum The Law Of Deminishing
Returns. Pada titik ini, MPP mencapai maksimal, sedangkan TPP mulai naik (cekung ke atas), begitu pula dengan APP mulai naik.
Titik B adalah titik pada saat kurva TPP naik (cekung ke atas) dan
menyinggung garis bantu. Pada titik ini, kurva APP mencapai maksimal dan
memotong kurva MPP. Y = Hasil Produksi
X = Faktor Produksi Y = Hasil Produksi
X = Faktor Produksi A
B
C
TPP
I II III
APP
MPP EP > 1 0 < EP < 1 EP < 0
✎0
Titik C adalah titik pada saat kurva TPP mencapai maksimal. Pada titik ini,
kurva MPP memotong sumbu X, sedangkan kurva APP mulai menurun.
Dengan mengalikan kurva TPP, MPP dan APP maka hubungan antara input
dan output akan lebih informatif, artinya dengan cara seperti ini akan dapat
diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga diketahui apakah proses
produksi sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau
sebaliknya.
Elastisitas produksi (Ep) adalah persentasi perubahan dari output sebagai
akibat dari adanya perubahan input sebesar 1%.
Ep = %
Jadi EP = MPP/APP
Daerah pada kurva di gambar 1 dapat dibagi menjadi tiga daerah yaitu:
a. Daerah I (daerah irrasional)
Ep>I, saat MPP > APP
Pada daerah ini keuntungan maksimal belum tercapai sebab dengan
penambahan penggunaan input masih akan diikuti dengan penambahan
keuntungan. Di sini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang
✏ ✑
b. Daerah II (daerah rasional)
0 < Ep < I, saat 0 < MPP < APP
Pada daerah ini keuntungan maksimal dapat tercapai sebab dengan
penggunaan input yang optimal dapat diperoleh produksi yang optimal dan
keuntungan yang maksimal pula. Petani sebaiknya melakukan kegiatan
produksinya pada derah ini, karena pada daerah ini bisa dicapai keuntungan
yang maksimal.
c. Daerah III (daerah irrasional)
Ep < 0, saat MPP < APP
Pada daerah ini penambahan input secara terus menerus akan
menyebabkan produksi semakin menurun. Di sini petani akan mengalami
kerugian apabila terus menambah sejumlah input yang dipergunakan.
Fungsi Produksi Cobb Douglass (Cobb Douglass Production Function) ini sering disebut sebagai fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda
satu dengan yang lain, tergantung pada ciri data yang ada dan digunakan, tetapi
umumnya ditulis dengan:
Y=aX1b1……….Xnbneu
Fungsi produksi Cobb Douglass ini sudah banyak digunakan dalam studi-studi
tentang fungsi produksi secara empiris terutama sejak Charles W.Cobb dan Paul
H. Douglass memulai menggunakannya pada akhir 1920. Fungsi atau persamaan
✒✒
sebagai variabel dependen, sementara yang lain disebut variabel independen.
Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglass dapat ditulis sebagai berikut:
Y = αx1β1x2β2x3β3………nβn Keterangan
Y = output
x1,x2,x3 = faktor-faktor produksi
β1, β2, β3 = Parameter yang ditaksir nilainya.
Kemudahan dalam estimasi atau pendugaan terhadap persamaan diatas dapat
dilakukan dengan mengubah bentuk linear berganda menjadi bentuk logaritma,
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
Log Y = logα + β1 logx1+ β2 logx2+ β3 logx3+ ………. βn log n Interpretasi terhadap parameter-parameter persamaan diatas dapat diartikan
sebagai berikut:
a. α menunjukan tingkat efisiensi proses produksi secara keseluruhan.
Semakin besar α makasemakin efisien produksi yang dihasilkan.
b. parameter β mengukur elastisitas produksi untuk masing-masing faktor
produksi.
c. Jumlah β meningkatkan tingkat skala hasil
d. Parameter β dapat digunakan untuk mengukur intensitas penggunan skala
produksi
Karakteristik dari fungsi Cobb Douglass adalah:
a. Penyelesaian fungsi Cobb Douglass lebih mudah daripada dengan fungsi
✓ ✔
b. Data tidak boleh ada nilai nol atau negatif karena nilai logaritma dari nol
dan negatif adalah tidak terhingga.
Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan
input dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa
Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data
menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel
terikat adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3).
Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya
adalah luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang
paling besar dan signifikan.
8. Efisiensi
Tersedianya sarana atau faktor produksi atau input belum menjamin
produktifitas yang diperoleh akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan
usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Menurut Soekartawi
(1990), pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi diartikan sebagai upaya
penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang
optimal. Efisiensi dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Keuntungan yang maksimal ini dapat dicapai jika Nilai Produk Marjinal(NPM)
untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut. Secara matematis dapat
✕ ✖
NPMx = Px atau NPMx/Px=1
Pada kondisi demikian, efisiensi penggunaan input faktor produksi dapat
tercapai. Secara matematis dapat dibuktikan sebagai berikut:
П = TR - TC
= Py . Y–Px . X
Syarat П maksimal:
dП/dX=0
Py . dY/dX–Px . dX/dX = 0
Py . MPP–Px = 0
NPMx = Px NPMx / Px = 1
Dalam banyak kenyataan, NPMx tidak selalu sama dengan Px. Kasus yang
sering terjadi adalah sebagai berikut :
a. NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk
mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu ditambah.
b. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi
efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.
Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem
usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai,
Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dengan menggunakan regresi linear berganda,
dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi
✗ ✘
terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai
dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.
Menurut Suhendrik (2013), faktor produksi lahan, bibit, pupuk phonska, ZA,
KCL, pupuk mutiara, pupuk kandang dan tenaga kerja mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap produksi bawang merah. Sedangkan secara parsial hanya
lahan, bibit dan tenaga kerja yang berpengaruh secara nyata. Penggunaan faktor
produksi lahan dan bibit belum efisien, sedangkan faktor produksi tenaga keja
sudah efisien. Penerimaan yang diperoleh dengan total produksi 1.048 kg yaitu
sebesar Rp. 6.332.728, pendapatan sebesar Rp. 2.466.678 dan keuntungan yang
diperoleh petani sebesar Rp. 1.551.786.
B. Kerangka Pemikiran
Petani-petani peri urban yang terletak di Kecamatan Sewon, Banguntapan dan
Kasihan, Kabupaten Bantul melakukan usahatani di kawasan areal peri urban.
Kawasan tersebut sangat rawan akan alih fungsi lahan untuk dijadikan berbagai
macam kegiatan usaha jasa maupun property. Status lahan yang digunakan ada
yang milik sendiri, sewa maupun garapan dengan luas lahan kurang dari 0,5
hektar. Lokasi lahan yang digunakan masih dalam satu hamparan. Benih yang
digunakan mayoritas petani langsung membeli ke toko pertanian yang menjual
benih padi. Pupuk yang digunakan masih menggunakan pupuk kimia baik Urea
maupun Phonska tetapi sebagian petani mencampur antara pupuk kimia dan
organik. Pupuk organik diperoleh dari membeli di toko pertanian. Selain itu untuk
membasmi hama kebanyakan petani menggunakan obat pestisida dengan membeli
✙6
Pada usahatani padi di kawasan peri urban, input yang digunakan adalah
lahan, benih, pupuk organik, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Fungsi
produksi berkaitan dengan hubungan fisik antara input dengan output yang dapat
dihasilkan yaitu produksi padi. Hubungan antara input dan output menunjukan
pola hubungan penggunaan tingkat input untuk menghasilkan tingkat output
tertentu. Total keseluruhan dari input dan output yang telah diproduksi akan
menghasilkan keuntungan maksimal bagi petani.
. Syarat untuk mendapatkan keuntungan maksimal yaitu petani harus efisien
dalam mempraktekan usahatani padi. Efisiensi adalah perbandingan antara nilai
produksi marginal dengan harga output. Nilai produksi marginal adalah tambahan
keluaran produksi karena tambahan satu unit masukan. Penggunaan input efisien
apabila nilai produksi marginal sama dengan satu, belum efisien jika lebih dari
satu dan tidak efisien jika kurang dari satu.
Memperjelas tentang kerangka pemikiran tersebut, dapat digambarkan sebagai
✜8
C. Hipotesis
1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi di kawasan
peri urban adalah Lahan, Benih, Pupuk Urea, Pupuk Phonska, Pupuk TSP,
Pupuk ZA, Pupuk KCL, Pupuk Kandang, Pupuk Organik, Tenaga kerja,
Pestisida Cair dan Pestisida Padat
2. Diduga penggunaan fakor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
✣9
I. METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada
pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan aktual. Data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara matematis, faktual
dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diteliti (Surakhmad 1994). Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi.
Penelitian ini dibawah naungan Penelitian Payung Disertasi dengan judul
“EFISIENSI DAN KEBERLANJUTAN USAHATANI PADI DI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA”.Metode yang berdasarkan metode pada penelitian
payung disertasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran usahatani
padi di kawasan peri urban Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
A. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel daerah ditentukan dengan cara sengaja (purposive
sampling) yaitu Kecamatan Sewon, Banguntapan dan Kasihan pertimbangan, karena ketiga kecamatan tersebut secara geografis berbatasan langsung dengan
wilayah kota Yogyakarta dan secara ekonomi wilayah tersebut berkembang sektor
✤0
Hal tersebut mengakibatkan penyempitan lahan sawah yang berdampak pada
efisiensi usahatani di kawasan tersebut. Setiap kecamatan diambil satu desa
dengan menggunakansimple random samplingyaitu mengambil satu desa dengan cara undian dan diperoleh Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan, Desa
Bangunharjo Kecamatan Sewon dan Desa Tamanan Kecamatan Banguntapan.
Setiap desa diambil satu kelompok tani dengan menggunakan simple random
sampling yaitu mengambil satu kelompok tani dengan cara diundi. Begitu pula dengan pengambilan sampel petani yaitu dengan menggunakan simple random
sampling dengan cara undian. Setiap kelompok tani diambil 10 responden, sehingga total keseluruhan responden berjumlah 30.
Tabel 1. Nama Kelompok Tani dan Jumlah Kelompok Tani di Daerah Peri Urban Kecamatan, Sewon, Banguntapan serta Kasihan
No Nama Kelompok Jumlah
Anggota (petani)
Dusun dan Kecamatan
1 Kelompok Tani Krobo’an 25 Krobo’an, Banguntapan
2 Kelompok Tani Mekar Tani 135 Bangunharjo, Sewon
3 Kelompok Tani Sidorejo 25 Tamantirto, Kasihan
Sumber: Ketua Poktan Kecamatan, Sewon, Banguntapan dan Kasihan
B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer tahun 2013/2014,
yaitu:
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari petani dengan
bantuan kuesioner. Data yang dikumpulkan antara lain: karakteristik petani
(identitas petani, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
✥ ✦
usahatani tahun 2013/2014 (biaya peralatan pertanian, penggunaan dan
upah tenaga kerja, penggunaan sarana produksi dan pengeluaran lain-lain,
penggunaan teknologi usahatani), penerimaan dari usahatani tahun
2013/2014, pendapatan dari luar usahatani, tingkat partisipasi dalam
mengikuti kegiatan kelompok tani tahun 2013/2014, kondisi irigasi tahun
2013/2014, akses kredit tahun 2013/2014 dan sikap petani terhadap
perlindungan lahan.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait,
seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan beberapa instansi lain yang
berhubungan dengan penelitian. Contoh data yang diambil meliputi: data
keadaan umum wilayah, keadaan pertanian, keadaan penduduk, topografi
dan letak geografis.
C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi
a. Jenis padi dan pola tanam yang digunakan dianggap sama semua.
b. Input-input produksi diperoleh dari pembelian dan hasil produksi (gabah
kering) habis terjual pada saat penelitian.
c. Tidak ada perbedaan varietas benih yang ditanam
2. Pembatasan masalah
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data musim tanam padi tahun
✧ ★
D. Definisi Operasional dan Pengukuaran Variabel
1. Luas lahan petani adalah besarnya areal tanah yang disiapkan untuk usahatani
padi dalam 1 tahun tanam, dinyatakan dalam meter persegi (m2)
2. Benih adalah biji padi yang disediakan untuk disemai, dinyatakan dalam
kilogram (kg)
3. Pupuk adalah unsur hara yang diberikan pada tanaman dalam upaya
meningkatkan produksi padi dalam proses produksi. Dalam hal ini yang
termasuk adalah campuran antara pupuk organik dan pupuk kimia yang
dinyatakan dalam kilogram (kg).
4. Pestisida adalah obat tanaman untuk membasmi organisme penganggu
tanaman (OPT) dinyatakan dalam satuan milliliter (ml) dan gram (g).
5. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga yang dipergunakan dalam proses
produksi baik dari dalam keluaga ataupun luar keluarga. Kegiatan usahatani
dari menyemai sampai menjemur. Satuan tenaga kerja adalah hari kerja orang
(HKO).
6. Musim adalah waktu tertentu yang berhubungan dengan keadaan iklim, yaitu
musim penghujan dan kemarau.
7. Biaya produksi meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk kimia, organik,
pestisida), biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam
proses produksi dan diperhitungkan dengan nilai uang (Rp).
8. Hasil produksi adalah seluruh hasil panen yang dihasilkan petani padi peri
urban berupa gabah kering dalam satu musim yang dinyatakan dalam satuan
✩✩
9. Harga produksi adalah harga atas penjualan produksi gabah kering giling
dengan satuan rupiah per kg (Rp/kg).
10. Penerimaan adalah jumlah hasil produksi padi yang berupa gabah kering
dikalikan dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
11. Keuntungan adalah total penerimaan petani dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan petani, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
12. Efisiensi adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi
pada tingkat Nilai Produk Marjinal dengan biaya marjinal. Dijelaskan dalam
perbandingan dari Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan harga inputnya (Px).
E. Analisis Data
1. Analisis Keuntungan
Untuk megetahui besarnya keuntungan yang diperoleh petani dari usahatani
padi organik, digunakan analisis keuntungan yaitu:
П = TR –TC(eksp+imp)
П = Y. Py –TC Keterangan:
П = Keuntungan
TR = Total penerimaan (Total Revenue)
TC = Total biaya yang dikeluarkan (Total Cost) Y = Total Produksi
Py = Harga Produksi
2. Analisis Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukan hubungan teknis
✪ ✫
penelitian ini digunakan metode analisis dengan pendekatan model fungsi
produksi tipeCobb-Douglass.
Fungsi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan
dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel
dependen yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen yang
menjelaskan (X) (Soekartawi 1990). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel
independen (X) antara lain: penggunaan lahan, benih, Pupuk Urea, Pupuk
Phonska, Pupuk KCL, Pupuk ZA, Pupuk TSP, Pupuk kandang, Pupuk organik,
Tenaga kerja, Pestisida Cair dan Padat serta Dummy musim. Sedangkan variabel
dependen (Y) adalah produksi padi.
Secara matematis fungsi Cobb-Douglass dapat ditulisan dalam bentuk persamaan:
✬ ✭
X7= pupuk KCL(kg) X8= pupuk Kandang(kg) X9= pupuk Organik (kg) X10= tenaga kerja (HKO) X11= Pesitisida cair (ml) X12= pestisida padat (g) D = musim
Musim sebagai dummy variabel, angka 1 sebagai dummy musim penghujan dan angka 0 sebagai dummy musim kemarau.
Tujuan menggunakan regresi berganda dummy adalah memprediksi besarnya
nilai variabel dependent atas dasar satu atau lebih variabel independent, dimana satu atau lebih variabel independent bersifat dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat
kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang
diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifatcontinue.
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan, maka persamaan tersebut
harus diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan
persamaan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Ln Y =1 n a + bi1n X1 +b21n X2……….+ b61n X6
Pengujian model yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien
✮6
a. Koefisien determinasi (R2)
Untuk menunjukan sampai seberapa besar variasi variabel tidak bebas dijelaskan oleh
variabel bebas digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) merupakan
suatu ukuran kesesuaian yang digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan.
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai R2semakin tinggi atau mendekati 1, maka
model yang digunakan sudah tepat. Nilai R2dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
R2= Koefisien determinasi = koefisien regresi
xi = rata-rata nilai variabel independen = rata-rata nilai variabel dependen
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi (X) secara keseluruhan
berpengaruh terhadap produksi padi (Y).
Perumusan hipotesis :
Ho : bi = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
Ha : salah satu dari bi≠ 0, artinya ada pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
F hitung dapat dicari dengan membuat tabel Anova atau disebut analisis varians.
F tabel = F (α% ; k-1 ; n-k) Keterangan:
✯ ✰
n = jumlah sampel
α = tingkat kesalahan
Pengambilan keputusan:
i. Jika F hit > F tabel, Ho ditolak Ha diterima, artinya faktor produksi (X) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap produksi pai organik (Y).
ii. Jika Fhit < dari F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak, artinya faktor produksi (X) secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produksi padi (Y).
c. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y).
i. Perumusan hipotesis:
Ho : bi = 0 artinya secara parsial faktor–faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi padi (Y). Sbi = Standar devisiasi bi
α = tingkat kesalahan
2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi ke-I tidak berpengaruh
✱8
2. Analisis Efisiensi
Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan suatu faktor produksi dapat dilakukan
dengan menghitung nilai yang menunjukan perbandingan antara NPM (Nilai Produk
Marjinal) dengan harga input (Px) atau dapat ditulis dalam bentuk NPMx/px = k.
dengan ktentuan sebagai berikut :
NPMxi/Pxi = 1, artinya penggunaan input sudah efisien
NPMxi/Pxi > 1, artinya penggunaan input belum efisien, untuk mencapai efisien input perlu
ditambahkan.
NPMxi/Pxi < 1, artinya penggunaan input tidak efisien, untuk mencapai efisien input perlu
dikurangi.
Dalam pengujianya dihitung menggunakan uji-t variabel dengan menggunakan nilai k,
yaitu :
Ho : K = 1, artinya penggunaan input efisien
Ho : K≠1, artinya penggunaan input tidak efisien / belum efisien
Dimana:
Var K = (K/bi)2. Var (bi)
t tabel = (α%, (n-1)
Pengambilan kesimpulan:
t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, artinya nilai K tidak sama dengan 1 maka penggunaan
✲9
t hitung ≤ t tabel, maka Ha diterima, artinya artinya nilai K sama dengan 1 maka penggunaan
✳
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH
A. Keadaan Fisik Daerah
Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah
Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,
sehat dan asri. Bagian Selatan dari Kabupaten ini berupa pegunungan kapur yaitu
ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali
Progo (membatasi Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak,
Kali Tapus beserta anak-anak sungainya).
Batas–batas wilayah Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut :
1. Sebelah utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara
2. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
3. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo
4. Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Kabupaten Bantul terletak antara 07o44’04” –08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan
110° 12′ 34″ –110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85
Km2(15,91 % dari luas wilayah Proviinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran
rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang
✴
perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km2 (17,73% dari
seluruh wilayah). Bagian tengah adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210,94 km2 (41,62%). Bagian timur adalah daerah
yang landai, miring dan terjal yang keadaanya masih lebih baik dari daerah bagian
barat. Luas daerah bagian timur 206,05 km2 (40,65%). Bagian selatan adalah
bagian dari daerah bagian tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan
sedikit berlaguna.
Kabupaten Bantul dialiri 6 sungai, yang mengalir sepanjang tahun. Sungai
tersebut memiliki panjang 114 km2. Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten
Bantul yaitu: Sungai Oyo dengan panjang 35,75 km, Sungai Opak 19,00 km,
Sungai Code 7 km, Sungai Winongo 18,75 km, Sungai Bedog 9,50 km dan Sungai
Progo 24 km.
B. Keadaan Penduduk
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan,
meliputi ukuran, struktur dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan
(Wikipedia, 2009). Kependudukan yang ada di Kabupaten Bantul berdasarkan
jenis kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian.
1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin
Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Bantul pada sensus
✵
Tabel 1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Kabupaten Bantul
Jenis kelamin Kabupaten Persentase (%)
Berdasarkan tabel di atas, di Kabupaten Bantul penduduk antara
laki-laki dan perempuan sama. Laki-laki-laki mencapai 49,60% sementara perempuan juga
50,40%. Keseluruhan penduduk Kabupaten Bantul mencapai 947.066 jiwa.
Jumlah antara laki-laki dan perempuan cenderung sama tetapi jumlah penduduk
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian
Peningkatan tingkat pendidikan yang cenderung terus naik berdampak pada
kualitas tenaga kerja yang semakin meningkat, sehingga lapangan kerja yang ada
dapat terisi oleh tenaga kerja yang berkualitas baik. Ketergantungan pada tenaga
ahli asing dapat dikurangi apabila kualitas tenaga kerja meningkat, sehingga
sumber daya alam yang kita miliki dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
meningkatkan taraf hidup penduduk.
Tabel 2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2014
Lapangan Usaha Laki-laki (%) Perempuan (%) Total(%)
✶
Menurut tabel diatas, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten
Bantul terbanyak bukan dari pertanian melainkan dari non pertanian. Untuk
tenaga kerja laki-laki mayoritas bekerja di sektor perdagangan, Hotel dan
Restoran sementara tenaga kerja perempuan mayoritas bekerja di sektor industri
pengolahan. Hal tersebut menunujukan bahwa masyarakat Kabupaten Bantul
adalah masyarakat transisi dari kota ke desa, karena berdasarkan tabel diatas
penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian sangat sedikit tidak lebh
dari 20% dari total keseluruhan penduduk.
3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk hidup khususnya manusia. Dalam umur dibedakan menjadi umur
kronologis, mental dan biologis. Umur kronologis adalah perhitungan umur yang
dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
Umur mental adalah perhitungan umur seseorang yang didapatkan dari taraf
kemampuan seseorang dan umur biologis adalah perhitungan umur berdasarkan
kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.
Tabel 3. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014
Kelompok Umur Laki-laki (%) Perempuan
Umur menentukan tingkat kedewasaan seseorang, dari tingkat kedewasaan
tersebut tumbuh rasa tanggung jawab kepada keluarga dan orang lain. Paling
✷
menandakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Bantul masih berusia
produktif.
C. Sarana prasarana
Sarana dan prasarana sangat penting, sebagaimana dengan tujuanya sarana dan
prasarana merupaan penunjang kegiatan suatu daerah. Semakin banyak sarana
prasarana yang ada di suatu daerah, akan mempengaruhi penduduknya lebih maju.
Berikut sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Bantul.
a. Sarana pendidikan
Pendidikan merupakan suatu tolok ukur dalam upaya peningkatan kecerdasan
suatu masyarakat. Pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat kedewasaan
seseorang. Oleh karena itu sarana pendidikan yang dibangun oleh dinas terkait
ikut serta membantu meningkatkan kemajuan sumber daya manusia
masyarakatnya. Berikut jumlah saran pendidikan di Kabupaten Bantul.
Tabel 4. Jumlah sarana menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2014
Berdasarkan Tabel diatas, dapat diketahui terdapat 1056 sarana pendidikan di
6
sarana pendidikan yang cukup banyak sehingga dari segi pendidikan Kabupaten
Bantul memiliki SDM yang mempunyai minat pendidikan cukup tinggi, sehingga
dapat meningkatkan kecerdasan penduduknya.
b. Sarana perekonomian
Perekonomian yang bagus dapat ditelaah dari banyaknya sarana yang
disediakan untuk kegiatan barter (pertukaran barang dengan barang) maupun
untuk simpan pinjam di suatu sarana perekonomian. Sarana perekonomian yang
ada di Kabupaten Bantul dapat di lihat sebagai berikut.
Tabel 5. Jumlah sarana perekonomian di Kabupaten Bantul tahun 2014
Uraian Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa keberadaan pasar di suatu daerah
akan mempengaruhi distribusi perekonomian di suatu daerah. Ciri khas dari
Kabupaten Bantul adalah adanya pasar seni. Pasar tersebut dapat memfasilitasi
karakter masyarakat Kabupaten Bantul yang lebih banyak di bidang kesenian.
Lembaga perekonomian yang menunjang di Kabupaten Bantul adalah Koperasi
dan KUD.
Salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu daerah adalah
tersedianya fasilitas ekonomi bagi masyarakat. Sarana perekonomian yang juga
penting keberadaanya di daerah adalah sarana penyedia layanan simpan dan pijam