KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Suci Aprilia
NIM : 20120320056
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
Sujud syukur Alhamdulillah
Penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada:
Ayah dan Ibu,
usaha dan doa kalian selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai semua ini.
Tante Hj. Giyem dan Tante Romnah,
Om Kangto dan Tante Kangto,
Kak Sofyan, Kak Opik
v
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri
tauladan bagi kita. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Bapak Muksin Suratno dan Ibu Samsiyah selaku oarang tua yang telah
mendukung dengan semua perhatian, nasihat, motivasi dan doa yang tak
pernah putus untuk penulis.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. (Almarhumah) Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep., Sp.KMB., CWCS.,
HNC selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan
membimbing penulis di setengah perjalanan pertama untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah
perjalan terakhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. Direktur Pendidikan dan Penelitian RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh staf perawat dan pasien hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU
Setiadi, Riskawati Abd. Kadir, Sry Fajriani, Siska Pratiwi, Asri Pradhani
Kusuma Laily, Khoirun nisa.
10. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dikemudian hari.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Landasan Teori... 8
1. Gagal Ginjal Kronik ... 8
2. Hemodialisis ... 11
3. Kecemasan ... 14
B. Kerangka Teori... 19
C. Kerangka Konsep ... 19
D. Pertanyaan Penelitian ... 20
BAB III... 21
METODE PENELITIAN ... 21
A. Rancangan Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Definisi Operasionl ... 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
F. Intrumen Penelitian... 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
I. Teknik Analisis Data ... 28
J. Etika Penelitian ... 29
BAB IV ... 31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 32
1. Hasil Univariat... 32
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 48
BAB V ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 6
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik ... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 23
Tabel 3.2 Analisa Data ... 28
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen ... 32
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen ... 34
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan ... 36
Tabel 4.6 Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan ... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Social Support Questionnaire
Lampiran 2. InstrumenGAD(Generalized Anxiety Disorder)7
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Kuesioner
Lampiran 6. Lembar Etik Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian
Lampiran 8. Surat Ijin Survey Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat
Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh SUCI APRILIA
20120320056
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Suci Aprilia
NIM : 20120320056
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sujud syukur Alhamdulillah
Penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada:
Ayah dan Ibu,
usaha dan doa kalian selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai semua ini.
Tante Hj. Giyem dan Tante Romnah,
Om Kangto dan Tante Kangto,
Kak Sofyan, Kak Opik
KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri
tauladan bagi kita. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Bapak Muksin Suratno dan Ibu Samsiyah selaku oarang tua yang telah
mendukung dengan semua perhatian, nasihat, motivasi dan doa yang tak
pernah putus untuk penulis.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. (Almarhumah) Yuni Permatasari Istanti, Ns., M.Kep., Sp.KMB., CWCS.,
HNC selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan
membimbing penulis di setengah perjalanan pertama untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis di setengah
perjalan terakhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Shanti Wardaningsih, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa., Ph.D selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. Direktur Pendidikan dan Penelitian RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
yang telah memberi izin dalam melakukan penelitian ini.
8. Seluruh staf perawat dan pasien hemodialisis di unit hemodialisis RS PKU
vi
9. Yunita Resty Lestari, Helena Widyastuti, Indah Depriyanti, Anisa Fauziah
Hanum, Mentari Kusuma Rini, Rizaludin Akbar, Yurika Chendy, Herka
Setiadi, Riskawati Abd. Kadir, Sry Fajriani, Siska Pratiwi, Asri Pradhani
Kusuma Laily, Khoirun nisa.
10. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dikemudian hari.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca
pada umumnya, semoga kita semua selalu dalam karunia Allah SWT.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Landasan Teori... 8
1. Gagal Ginjal Kronik ... 8
2. Hemodialisis ... 11
3. Kecemasan ... 14
B. Kerangka Teori... 19
C. Kerangka Konsep ... 19
D. Pertanyaan Penelitian ... 20
BAB III... 21
METODE PENELITIAN ... 21
A. Rancangan Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel ... 21
C. Variabel Penelitian ... 22
D. Definisi Operasionl ... 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
F. Intrumen Penelitian... 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 27
I. Teknik Analisis Data ... 28
J. Etika Penelitian ... 29
BAB IV ... 31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 32
1. Hasil Univariat... 32
viii
C. Pembahasan ... 38
1. Pembahasan Umum ... 38
2. Pembahasan Analisis Bivariat ... 41
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 48
BAB V ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 6
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik ... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 23
Tabel 3.2 Analisa Data ... 28
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen ... 32
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen ... 34
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan ... 35
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan ... 36
Tabel 4.6 Hubungan Lama Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan ... 37
x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Social Support Questionnaire
Lampiran 2. InstrumenGAD(Generalized Anxiety Disorder)7
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Kuesioner
Lampiran 6. Lembar Etik Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian
Lampiran 8. Surat Ijin Survey Pendahuluan
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI PKU MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
SUCI APRILIA 20120320056
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 24 Juni 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
NIK : 19870719201504173185
Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Jiwa., Ph.D
NIK : 173058
Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pembimbing:
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB
INTISARI
Latar Belakang: Jumlah pasien gagal ginjal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pasien gagal ginjal kronik memerlukan terapi dialisis untuk mempertahankan hidupnya. Hemodialisis merupakan terapi dialisis yang banyak digunakan pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis memiliki beberapa dampak salah satunya yaitu psikologis seperti kecemasan. Pasien yang mengalami kecemasan membuat terapi hemodialisis tidak optimal.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Teknik yang digunakan adalah total sampling dan didapatkan 85 responden. Pengambilan data pada bulan April 2016. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Generalized Anxiety Disorder (GAD) 7 dan Social Support Questionnaire (SSQ) 6. Analisis penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Somers’d.
Hasil Penelitian: Hasil analisis uji univariat adalah mayoritas pasien berumur pada tahap lansia awal (46 - 55 tahun) (36,5 %), pasien berjenis kelamin laki-laki (69,4 %), pasien yang bekerja (56,5 %), pasien dengan lama hemodialisisnya > 6 bulan (89,4 %), pasien dengan dukungan sosial yang buruk (61,2 %) dan pasien dengan tingkat kecemasan minimal (76,5 %). Hasil analisis uji bivariat didapatkan hasil p > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan , lama hemodialisis dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
xiii
Suci Aprilia (2016) Factors Related to the Anxiety Level of Patients with Chronic Renal Failure Undergoing Hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Advisor:
Resti Yulianti Sutrisno, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB
ABSTRACT
Background: The number of chronic renal failure patients having an increase in every years. Chronic renal failure patients needed dialysis therapy for maintain their life. Hemodialysis is therapy much used chronic renal failure patients. Hemodialysis have an impact one of them is psychological like the anxiety. Patient that have a anxiety caused to hemodialysis did not optimum.
Objective: The aim of this study was to know factors related to the anxiety level of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Methods: This study was a quantitative research with cross sectional approachment. Technique that used is total sampling technique and gets 85 respondent. Data collected in April 2016. Collecting data used Generalized Anxiety Disorder (GAD) 7 Questionnaire and Social Supoort Quetionnaire (SSQ) 6. The analysis of this reasearch is univariat analysis and bivariat analysis that use Kolmogorov-Smirnov test and Somers’d correlation test.
Results: The results of univariat analysis is the majority of patients was at the beginning of the erderly (46-55 years old) (36,5 %), male patients (69,4 %), patient that have job (56,5 %), patient that more than 6 month hemodialysis (89,5 %), patients with bad social support (61,2 %), and patients with minimal anxiety level (76,5 %). The result of bivariat analysis gets p > 0,05 that means there is no meaningfull correlation between dependent variabel and independent variabel.
Conclusion: There is no meaningfull correlation between factors age, gender, job, the length of hemodialysis and social support with the anxiety level of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis in PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi
utama, yaitu mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Ginjal
mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur keseimbangan air
dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan
asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
Keadaan kedua ginjal yang gagal menjalankan fungsinya dengan baik
disebut dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) (Brunner & Suddart, 2001).
Prevalensi gagal ginjal kronik menurut United State Renal Data System (USRDDS) pada tahun 2009 adalah sekitar 10 - 13 % didunia.
Hampir setiap tahunnya sekitar 70.000 orang di Amerika Serikat
meninggal dunia disebabkan oleh gagal ginjal. Menurut data PT Askes,
ada sekitar 14,3 juta orang Indonesia penderita gagal ginjal tahap akhir
saat ini menjalani pengobatan yaitu dengan prevalensi 433 perjumlah
penduduk, jumlah ini akan meningkat hingga melebihi 200 juta pada tahun
2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012 melaporkan jumlah pasien gagal ginjal mengalami peningkatan setiap
tahunnya, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sekarang
berjumlah 1.868 pasien.
Penderita GGK memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mempertahankan hidupnya. Terapi pengganti fungsi ginjal tersebut terdiri
dari dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis merupakan terapi pengganti
2
ginjal di Indonesia. Dialisis dibedakan menjadi dua jenis, hemodialisis dan
peritoneal dialisis. Hemodialisis masih menjadi alternatif utama bagi
penderita gagal ginjal kronik di Indonesia (Wartilisna, et al., 2015).
Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari
tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin di luar tubuh yang
disebut dialiser. Pasien melakukan hemodialisis 2 – 3 kali dalam seminggu
secara rutin, sedangkan lama pelaksanaannya paling sedikit 3 – 4 jam
dalam sekali tindakan terapi. Kegiatan ini berlangsung secara
terus-menerus sepanjang hidup pasien (Supriyadi, 2011). Pasien yang menjalani
hemodialisis akan merasakan akibatnya seperti kram otot, sakit kepala,
mual, muntah, dan hipotensi. Selain itu, menurut Canisti (2007) dampak
psikologis yang dirasakan pada saat tindakan hemodialisis adalah
kecemasan. Dampak ini sering kali diabaikan oleh tenaga kesehatan
seperti dokter atau perawat, padahal psikologis berperan besar dalam
mengoptimalkan keberhasilan terapi hemodialisis ini (Zahrofi, et al., 2013).
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Wartilisna, et al.,
2015). Setiap individu akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda
meskipun dengan stimulus yang sama. Kecemasan dapat diekspresikan
secara langsung melalui respon fisiologis, kognitif, perilaku dan respon
emosi (Rahmi, 2008).
Seseorang yang menjalani terapi hemodialisis akan mengalami
dari fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual. Perubahan-perubahan
ini yang dapat menjadi faktor yang menimbulkan kecemasan pasien dalam
menjalani hemodialisis, apalagi pasien yang baru saja memulai terapi
hemodialisis (Raziansyah, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Denpasar terhadap pasien
yang menjalani hemodialisis secara teratur mendapat hasil tingkat
kecemasan 19,6%. Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien di RSUP
Prof Dr.R.D Kandou Manado mendapatkan hasil bahwa semua responden
mengalami kecemasan, meskipun tingkat kecemasan yang bervariasi.
Menurut penelitian tersebut, dari 189 responden terdapat 53% mengalami
tingkat kecemasan berat, 46% mengalami tingkat kecemasan sedang dan 1%
mengalami tingkat kecemasan ringan (Wartilisna, et al., 2015).
Menurut Isaac (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecemasan diantaranya: umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, tipe
kepribadian, pendidikan, status kesehatan, makna yang dirasakan,
nilai-nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan lingkungan, mekanisme
koping dan pekerjaan (Untari, 2014). Faktor mekanisme koping sudah
terbukti memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang
menjalani hemodialisis (Romani, 2013). Berdasarkan penelitian ditemukan
bahwa pemberian terapi murottal Al-Quran yang termasuk dalam faktor
spiritual dapat menurunkan kecemasan pasien yang menjalani
hemodialisis (Zahrofi, et al., 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan pada salah satu rumah sakit di DI
4
Muhammadiyah 2 Yogyakarta, jumlah pasien yang menjalani hemodialisis
secara rutin pada bulan februari sebanyak 130 pasien. Pasien hemodialisa
bertambah rata-rata 8 pasien setiap bulannya. Prevalensi paling banyak
adalah pasien dengan usia diantara 30-50 tahun dan pasien dengan jenis
kelamin laki-laki. Rasa cemas masih terjadi pada pasien hemodialisis,
terlebih pada pasien yang baru menjalani hemodialisis. Kecemasan berat
merupakan tingkat kecemasan paling banyak dirasakan pasien yang
menjalani hemodialisis. Mereka mengeluh pusing ketika melakukan
hemodialisis. Pasien juga melaporkan khawatir akan kesehatan mereka
karena sekarang hidupnya tergantung dengan alat. Pasien yang menjalani
hemodialisis, semakin lama membuat pasien lebih mandiri dalam
melakukan terapi. Pasien banyak yang menjalani hemodialisis sendiri
tanpa ditemani atau ditunggui oleh keluarga dekat maupun seorang teman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tingkat kecemasan penderita gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis masih tinggi, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis di PKU
2. Tujuan khusus:
a. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan yaitu umur, jenis kelamin, lama hemodialisis,
pekerjaan dan dukungan sosial pasien GGK yang menjalani
hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
c. Mengetahi hubungan antara umur, jenis kelamin, lama
hemodialisis, pekerjaan dan dukungan sosial dengan tingkat
kecemasan pasien GGK yang menjalani hemdoalisis di PKU
Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi rumah sakit
Memberikan gambaran secara objektif tentang tingkat kecemasan
pasien yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2
Yogyakarta sehingga rumah sakit bisa mengoptimalkan pelayanan dan
keberhasilan terapi hemodialisis.
2. Bagi intitusi keperawatan
Memberikan informasi dalam penyusunan intervensi keperawatan
dengan lebih tepat yang akan dilakukan pada pasien hemodialisis
sehingga mengoptimalkan terapi hemodialisis.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai sumber penelitian selanjutnya, karena bisa menjadi masukan
6
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis telah beberapa kali dilakukan, sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Judul Karya Ilmiah & Penulis
Jenis
Penelitian Hasil Persamaan & Perbedaan
1. Hubungan Mekanisme Koping Individu dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisa RSUP Dr. individu dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis di unit hemodialisa RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Persamaannya yaitu pada metode penelitiannya yang menggunakan deskriptik analitik dengan studi korelasi serta dengan rancangan cross-sectional. Variabel dependennya juga sama dengan variabel yang digunakan peniliti. Perbedaanya yaitu lokasi, waktu dan subjeknya.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara frekuensi dan periode hemodialisis dan derajat kecemasan pada penderita hemodialisis.
Persamaanya yaitu pada variabelnya yang meneliti tentang kecemasan. Perbedaanya yaitu pada metode yang menggunakan observasional sedangkan peneliti menggunakan deskriptif analitik. Perbedaanya juga terdapat pada lokasi, waktu, dan subjek
Survei analitik Terdapat hubungan tindakan hemodialisa dengan tingkat kecemasan klien gagal ginjal kronik.
Persamaannya yaitu pada variabel yang diteliti. Perbedaanya yaitu pada metode yang digunakan adalah meotde survei analitik sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif analitik. Perbedaanya terdapat juga pada lokasi, waktu dan subjek penelitian.
4. Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-Quran terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta
Persamaannya yaitu pada variabel dependennya yang meneliti tentang tingkat kecemasan. Perbedaanya yaitu pada metode penelitian yang menggunakan quasi eksperiment
sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif analitik. Perbedaanya terdapat juga pada lokasi, waktu, dan subjek penelitiannya.
5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit PKU pasien yang menjalani hemodialisa
Persamaanya yaitu pada pendekatan metode penelitiannya yang menggunakan pendekatan cross-sectional. Persamaanya juga terdapat pada variabel yaitu tentang kecemasan. Perbedaannya yaitu pada lokasi, waktu dan subjek penelitian.
Sementara itu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang
yang menjalani hemodialisis. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian yang bersifat deskriptif analitik yaitu menjelaskan hubungan
antar variabel. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey,
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis
dengan berbagai macam penyebab yang mengakibatkan rusaknya
nefron pada ginjal secara progresif, dan umumnya berakhir
menjadi gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
ireversibel. Stadium terakhir dari gagal ginjal disebut end-stage renal disease (ERSD) atau gagal ginjal terminal (Lewis, et al.,
2004).
Menurut Price & Wilson (2005), gagal ginjal adalah suatu
kondisi ginjal yang kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam
keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua kategori yaitu gagal ginjak akut dan gagal ginjal
kronik. Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan perkembangan
gagal ginjal yang progresif dan biasanya berlangsung beberapa
tahun. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam
penyakit yang merusak massa nefron ginjal.
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam,
2007 dalam Ismail, et al., 2012). Menurut Sjamsuhidajat (2010) gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal menetap selama atau
lebih dari 3 bulan yang mengakibatkan laju filtrasi glomerulous
kurang dari 60 ml/menit/1,73 m².
b. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Kidney/Disease Outcomes Quality Initiative
(K/DOQI) (dalam Lewis, et al., 2004), gagal ginjal kronis dapat
diklasifikasikan pada beberapa stadium sebagai berikut: stadium 1:
kerusakan ginjal dengan GFR (Glomerular Flitration Rate) normal (> 90 ml/menit/1,73 m²), stadium 2: kerusakan ginjal
dengan penurunan GFR ringan (GFR 60 – 89 ml/menit/1,73 m²),
stadium 3: penurunan GFR sedang (30 – 59 ml/menit/1,73 m²),
stadium 4: penurunan GFR berat (15 – 29 ml/menit/1,73 m²), dan
terakhir stadium 5: bisa disebut gagal ginjal terminal (GFR <15
ml/menit/1,73 m²).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, gagal ginjal kronis dapat
dibagi menjadi tiga stadium (Price & Wilson, 2005), yaitu:
stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Stadium
ini kreatini serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) normal,
dan penderita asimptomatik (tidak menyadari gejala). Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan tes pemekatan urine
yang lama atau tes GFR yang teliti. Stadium kedua dinamakan
10
berfungsi telah rusak. GFR besarnya 25 % dari normal. Kadar
BUN dan kreatinin serum mulai meningkat melebihi normal.
Gejala nokturia (sering berkemih di malam hari sampai 700 ml)
dan poliuria (peningkatan volume urine yang terus menerus)
mulai timbul. Stadium ketiga dinamakan gagal ginjal stadium
akhir atau uremia. Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur,
atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. GFR hanya
10 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum akan
meningkat dengan sangat mencolok. Gejala yang timbul adalah
oligurik (pengeluaran urine kurang dari 500 ml/hari) karena
kegagalan glomerulus dan sindrom uremik.
c. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Sjamsuhidajat (2010), penyebab gagal ginjal
kronis terbanyak adalah:
Tabel 2.1 Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Penyebab Insiden (%)
Diabetes melitus 49,3
Hipertensi 26,9
Lain-lain 9,5
Glomerulonefritis 8,9
Nefritis interstisial/pielonefritis 4,2
Penyakit kongenital 3,2
Glomerulonefritis sekunder/vaskulitis 2,2
Tumor 2,0
d. Manfestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut Lewis, et al. (2004), setiap sistem di tubuh dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang dapat menimbulkan
sistem urinarianya, penderita biasanya merasakan gangguan pada
neuromuskularnya seperti lemah, gangguan tidur, sakit kepala,
letargi, gangguan muskular, kejang, bingung dan koma. Penderita
juga terganggu pada psikologisnya seperti penolakan, cemas,
depresi, dan psikosis. Gangguan kardiovaskuler, respirasi,
endokrin, reproduksi, metabolik, hematologi, integumen dan
gastrointestinal juga akan dirasakan penderita gagal ginjal kronis.
2. Hemodialisis
a. Definisi Hemodialisis
Hemodialisis adalah istilah yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme berupa zat terlarut dan air dari
darah melewati membran semipermeabel (dialiser), dimana
proses dialisis tergantung pada prinsip fisiologis yaitu difusi dan
ultrafiltrasi (Thomas, 2003). Hemodialisis membantu
mempertahankan hidup penderita gagal ginjal kronik sebagai
terapi pengganti fungsi ginjal. Tujuan dari hemodialisis adalah
mengendalikan uremi, kelebihan cairan, dan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh (Arosa, et al., 2014).
Hemodialisis bisa mencegah kematian pada penderita gagal
ginjal kronik, tetapi tidak bisa menyembuhkan atau memulihkan
fungsi ginjal seperti semula. Pasien gagal ginjal kronik harus
menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya. Hemodialisis pada
12
selama 3 sampai 4 jam setiap kali melakukan terapi (Brunert &
Suddart, 2002).
b. Prinsip yang Mendasari Hemodialisis
Terapi hemodialisis merupakan terapi dimana aliran darah
yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari
tubuh pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan
kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Dializer sebagaia
besarnya merupakan lempengan rata atau ginjal serat artificial
berongga yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus dan
bekerja sebagai membran semipermeabel. Aliran darah akan
melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di
sekelilingnya. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan
dialisat akan terjadi melalui membrane semipermeabel tubulus
(Brunner & Suddarth, 2002).
Terdapat tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa,
yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di
dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara
bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan
dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Air yang
berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air ini dapat dikendalikan dengan menciptakan
gradien tekanan. Air akan bergerak dari tekanan yang lebih tinggi
(tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (mesin dialisat).
negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi (Brunner & Suddarth,
2002).
c. Akses pada Sirkulasi Darah Pasien
Akses sirkulasi darah pasien dibagi menjadi beberapa
macam. Penderita yang menginginkan pemakaian yang segera
dan sementara bisa menggunakan akses subkalvia dan femoralis.
Akses sirkulasi yang lebih permanen bisa dengan askses fistula.
Fistula dibuat melalui pembedahan (biasanya pada lengan bawah)
dengan cara menghubungkan atau menyambung pembuluh arteri
dengan vena secara side-to-side (dihubungkan antar-sisi) atau
end-to-side (dihubungkan antara ujung dan sisi pembuluh darah).
Fistula tersebut memerlukan waktu 4 sampai 6 minggu untuk siap
digunakan. Penderita yang pembuluh darahnya tidak cocok untuk
dijadikan fistula, biasanya dibuat dengan tandur. Sebuah tandur
bisa dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri atau
vena dari sapi, material Gore-tex (heterograft) atau tandur vena
safena dari pasien sendiri (Brunner & Suddarth, 2002).
d. Indikasi dan Komplikasi Hemodialisis
Indikasi dialisa pada gagal ginjal kronik umumnya bila laju
filtrasi glomerulus (GFR) sudah kurang dari 5 ml/menit/1,73 m².
Penderita memerlukan dialisis bila dijumpai salah satu dari tanda
berikut: keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata, K serum >
6 mEq/L, ureum darah > 200 mg/L, Ph darah < 7,1, Anuria
14
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006 dalam Zahrofi,
et al., 2013). Komplikasi terapi dialisis dapat mencakup beberapa hal seperti: hipotensi yang dapat terjadi selama terapi dialisis
ketika cairan dikeluarkan, kehilangan darah, hepatitis dan kram
otot yang nyeri ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel (Zahrofi, et al., 2013).
3. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Cemas (anxietas) adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon yang sumbernya sering
tidak spesifik atau tidak diketahui individunya sendiri (Herdman,
2014). Keadaan ini sering diekspresikan dengan perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Menurut Kaplan,
et al., dalam Tokala, et al., (2015) kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
mengatasi ancaman.
b. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 (Zahrofi, et al., 2013), yaitu: (1) Kecemasan Ringan: berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan
seseorang menjadi waspada; (2) Kecemasan sedang: manifestasi
yang muncul adalah kelelahan, denyut jantung, pernapasan dan
mampu untuk belajar namun tidak terfokus pada rangsang yang
tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, mudah lupa,
marah dan menangis; (3) Kecemasan berat: manifestasi yang
timbul adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat
tidur (insomnia), sering kencing, diare, tidak mau belajar secara
efektif, berfokus pada dirinya sendiri, tidak berdaya, bingung dan
mengalami disorientasi; (4) Panik: tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan tanda dan gejala yang
dialami seperti susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, mengalami halusinasi dan
delusi, dan mengakibatkan peningkatan motorik, penurunan
kemampuan berhubungan dengan orang lain dan taisak mampu
berpikir rasional.
c. Respon Kecemasan
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan Wartilisna
(2015), ada beberapa respon kecemasan yaitu: respon fisiologis,
respon kognitif, respon perilaku dan respon emosi. Respon
fisiologis terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan
sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Respon
kognitif terhadap kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan
berfikir baik proses pikir maupun isi pikir, seperti tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
16
kecemasan dapat mempengaruhi motorik dan gerak refleks
seseorang. Respon emosi sering ditunjukkan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan.
Menurut Stuart (2001), rentang respon individu terhadap
cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang
respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap
siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana
individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang
dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun
kognitif.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Thallis (1995) terdapat dua ciri penting yaitu
ketidakmampuan mengendalikan pikiran buruk yang
berulang-ulang dan kecenderungan berpikir bahwa keadaan akan menjadi
semakin buruk. Faktor yang mempengaruhi kecemasan
diantaranya: umur, jenis kelamin, tahap perkembangan, tipe
kepribadian, pendidikan, status kesehatan, makna yang dirasakan,
nilai-nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan lingkungan,
mekanisme koping dan pekerjaan (Untari, 2014).
Seseorang dengan semakin meningkat usianya semakin
baik tingkat kematangan seseorang meskipun sebenarnya tidak
mutlak. Perempuan memiliki kepekaan lebih tinggi dibandingkan
lebih tinggi. Tahap perkembangan sangat berpengaruh pada
perkembangan jiwa seperti konsep diri yang akan mempengaruhi
ide, pikiran, kepercayaan dan pandangan individu tentang dirinya.
Seseorang dengan kepribadian A sering menempatkan diri
mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan
suatu batasan sehingga mengalami stres dan cemas lebih mudah
dari pada orang yang memiliki kepribadian lain seperti seorang
dengan kepribadian B. Tingkat pendidikan berhubungan dengan
tingkat pengetahuan seseorang sehingga mempengaruhi dalam
kemampuan berfikir.
Tingkat kecemasan seseorang juga dipengaruhi status
kesehatan dimana seseorang yang sedang sakit dapat menurunkan
mekanisme koping mereka sehingga lebih sering mengalami stres
dan kecemasan. Nilai budaya dan spiritual, dukungan sosial dan
lingkungan, mekanisme koping juga pekerjaan sangat
berpengaruh karena mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku
seseorang.
Kapplan dan Sadock (1997) mengemukakan dalam Romani,
et al. (2013) bahwa gangguan kecemasan terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa. Penelitian tersebut mendapat hasil
bahwa kecemasan ringan didominasi usia 41-50 tahun. Usia
tersebut termasuk dalam usia dewasa yaitu pada usia dewasa
18
dan pengalaman yang lebih dalam dalam memecahkan masalah,
sehingga mampu menekan kecemasan yang dirasakan.
Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita
(Kaplan & Saddock, 1997). Subjek dan faktor interpersonal
mempengaruhi penilaian individu terhadap penilaian penyakitnya
yang akhirnya mampu mengatasi kecemasan yang dirasakan.
Keadaan ekonomi yang rendah atau tidak memadai dapat
mempengaruhi peningkatan kecemasan pada klien. Penghasilan
dari pekerjaan klien dapat menjadi stressor dari segi financial
yang dapat menimbulkan respon kecemasan pada klien tersebut.
(Romani, et al. 2013).
Pasien GGK yang baru menjalani hemodialisis sangat besar
untuk mengalami kecemasan dikarenakan belum mengenal alat
dan cara kerja mesin hemodialisis, kurang adekuatnya informasi
dari tenaga kesehatan terkait prosedur hemodialisis maupun
kecemasan akan keberhasilan proses hemodialisis saat itu.
Menurut Gottlieb (1983) dalam Nursalam dan Dian (2007)
dikutip dalam Tokala, et al. (2015) mengungkapkan bahwa
dukungan sosial memberi bantuan yang nyata atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Kaplan & Sadock (1987), Brunner & Suddart (2001), Isaac
(2004), Untari (2014), Zahrofi, et al. (2013), Raziansyah (2012)
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut, dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Gagal Ginjal Kronik - Diabetes melitus
- Hipertensi
20
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan
kecemasan yaitu umur, jenis kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan
dan dukungan sosial pasiek GGK yang menjalani hemodialisis di
PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta?
2. Bagaimana tingkat kecemasan pasien GGK yang menjalani
hemodialisis di PKU Muhammdiyah 2 Yogyakarta?
3. Apakah ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama
hemodialisis dan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pasien
GGk yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2
BAB III
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang
bersifat deskriptif analitik, yaitu menjelaskan antar variabel melalui pengujian
pertanyaan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran data variabel hanya satu kali pada satu waktu
(Nursalam, 2013).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di PKU Muhammadiyah 2
Yogyakarta sejumlah 130 pasien.
2. Sampel
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pada
kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian antara lain:
1) Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
2) Kesadaran komposmentis
22
5) Mampu membaca dan menulis
6) Frekuensi hemodialisis 2 - 3 kali seminggu
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:
1) Pasien yang mengalami gangguan penyakit serius lainnya
seperti gangguan jiwa dan stroke.
2) Pasien rawat inap di RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel dengan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2013). Penelitian ini menggunakan
teknik Total Sampling yaitu semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta akan
dijadikan responden, tetapi berdasarkan kriteria yang ditentukan peneliti.
Pengambilan sampel selama bulan april. Sampelnya berjumlah 85 orang.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di PKU
Muhammdiyah 2 Yogyakarta. Variabel dependennya adalah tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Variabel
independennya adalah faktor-faktor yang berhubungan antara lain: umur,
D. Definisi Operasionl
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Kecemasan Pasien hemodialisis
yang merasa gelisah, berbagai hal, keadaan sulit santai, sangat gelisah sehingga sulit untuk duduk diam, (Generalized Anxiety Disorder) 7 yang 3: hampir setiap hari
Tingkat kecemasan
3. Jenis kelamin Kelompok pasien hemodialisis yang terbentuk karena perbedaan sistem reproduksi yaitu laki-laki dan perempuan. kategori yaitu pasien yang lama hemodialisisnya
Kuesioner 1 = < 6 Bulan 2 = > 6 Bulan
24
dan pasien yang lama hemodialisisnya lebih dari 6 bulan.
5. Pekerjaan Kegiatan dan profesi pasien hemodialisis. Dibagi dalam 2 kategori yaitu pasien yang tidak bekerja dan pasien yang bekerja.
Kuesioner 1 = Tidak bekerja 2 = Bekerja meliputi aspek fisik maupun psikologis, ekonom untuk pasien hemodialisisi. Dilihat dari ada atau tidaknya seseorang ketika
Questionnaire (SSQ) yang terdiri dari 2 aspek social support, yaitu:
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis PKU
Muhammdiyah 2 Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April
2016.
F. Intrumen Penelitian
Intrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Variabel independent yang diteliti melalui kuesioner meliputi umur, jenis
Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu:
1. Data identitas responden, yang berisi lima buah pertanyaan meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lama hemodialisis.
2. Dukungan sosial, instrumen yang digunakan adalah Social Support Questionnaire (SSQ) yang dibuat oleh Sarason, et al., (1983). SSQ
mengukur 2 aspek social support, yaitu:
a. Social Support Questionnaire Number (SSQN)
Aspek ini mengukur jumlah orang yang tersedia sebagai
penyedia social support bagi responden. Lembar kuesioner bagian ini responden diminta untuk menuliskan secara spesifik (inisial
nama, jenis kelamin dan hubungan dengan responden) orang-orang
yang dianggap dapat diandalkan oleh responden untuk memberi
dukungan dalam situasi tertentu. Subyek yang dituliskan mendapat
skor 1 dan jika tidak ada maka mendapat skor 0. Responden hanya
boleh menuliskan maksimal 9 orang. Skor minimal pada bagian ini
adalah 0 dan skor maksimal adalah 54. Rentang skor pada bagian ini
adalah 0 - 9. Skor akhir didapatkan dengan menjumlahkan skor pada
setiap item kemudian dibagi total item (6 item).
b. Social Support Questionnaire Satisfaction (SSQS)
Aspek ini mengukur derajat kepuasan responden atas social support yang diterima oleh responden. Pada bagian ini responden diminta untuk memilih derajat kepuasan atas social support yang
26
spesifik pada kolom SSQN. Skor minimal adalah 6 dan skor
maksimal adalah 36. Rentan skor pada bagian ini adalah 1 - 6. Skor
akhir didapatkan dengan menjumlahkan skor pada setiap item
kemudian dibagi total item (6 item).
Instrumen untuk pengukuran tingkat kecemasan peneliti menggunakan
GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7. Skala GAD 7 pertama kali
ditemukan oleh Robert L. Spitzer bersama peniti lain pada tahun 2006. Skala
GAD 7 yang dikutip T Ary (2013) terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan
jawaban adalah “tidak pernah”, “beberapa hari”, “lebih dari separuh waktu yang dimaksud”, dan “hampir setiap hari”. Pertanyaan yang ada dalam
kuesioner tersebut adalah untuk waktu 2 minggu terakhir. Skornya untuk
masing-masing pertanyaan adalah 0-3 sehingga skor minimal adalah 0 dan
skor maksimal adalah 21. Interpretasi GAD 7 ini adalah jika skor 0-4, orang
tersebut memiliki kecemasan minimal, skor 5-9 untuk kecemasan ringan, skor
10-14 untuk kecemasan sedang dan skor 15 atau lebih untuk kecemasan berat.
(T Ary, 2013)
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Peneliti menggunakan Social Support Questionnaire (SSQ) sebagai
alat ukur dikarenakan SSQ telah banyak dipergunakan dalam penelitian
sebelumnya terlah teruji baik, baik validitas maupun reliabilitasnya dengan
inggris, sehingga perlu melakukan test retest untuk memberi kemudahan pada
responden dalam mengisi lembar kuesioner.
Skala GAD (Generalized Anxiety Disorder) 7 telah dibuktikan
memiliki validitas dan reabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran
kecemasan yaitu 0,94 dan 0,85. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran
kecemasan dengan menggunakan skala GAD 7 akan diperoleh hasil valid dan
reliable (Homans,W., 2012).
H. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Gambar 3.1 Prosedur Pengambilan atau Pengimpulan Data
Peneliti bertemu dan meminta bantuan kepada kepala ruang atau bangsal hemodialisis yang bertanggung jawab di tempat penelitian untuk
mengumpulkan data pasien hemodialisis
Peneliti mengajukan surat permohonan izin dari institusi kepada Direktur PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Peneliti mendapat surat persetujuan dari Direktur PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
Pasien hemodialisis yang bersedia menjadi responden mendatangani lembar pengesahan
Peneliti memberikan lembar kuesioner
Responden telah mengisi lembar kuesioner dengan lengkap
28
I. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan
Program SPSS 15 yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan:
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapat gambaran tingkat
kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis,
distribusi frekuensi dari variabel dependen (tingkat kecemasan pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialais) dan independen (umur, jenis
kelamin, lama hemodialisis, pekerjaan, dan dukungan sosial).
2.Analisa Bivariat
Analisa ini merupakan rumus statistik korelatif yang dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu satu
variabel bebas (independent variabel) dengan satu variabel terikat (dependent variabel). Peneliti akan menggunakan uji korelasi somers’d
untuk mengetahui hubungan antara variabel yang berskala ordinal. Peneliti
juga akan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui
hubungan antara variabel yang berskala ordinal dengan variabel yang
berskala nominal.
Tabel 3.2 Analisis Data
No Variabel
Dependen
Variabel
Independen Uji Analisis
J. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah mengajukan Surat
Permohonan Kelayakan Etika Penelitian kepada Komisis Etika Penelitian
FKIK UMY dan dinyatakan layak etik berdasarkan Surat Keterangan
Kelayakan Penelitian dari Komisi Etika Penelitian FKIK UMY nomor :
018/EP-FKIK-UMY/I/2016 dengan penelitian yang berjudul Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Adapun
beberapa aspek kode etik yang dilakukan untuk mendukung kelancaran
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada calon
responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden.
Calon responden yang bersedia menjadi responden maka dipersilahkan
menandatangani lembar persetujuan.
2. Menghargai
Peneliti memperlakukan semua responden sama tanpa memandang
status ekonomi dan ras responden. Peneliti menghargai semua jawaban
dari responden. Peneliti juga akan menghargai responden yang tidak
bersedia menjadi responden di dalam penelitian ini.
3. Kerahasiaan
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
30
kode tertentu. Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi atau masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Manfaat dan Kerugian
Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir
dampak yang merugikan responden dan memaksimalkan manfaat yang
akan didapat selama proses penelitian. Hasil penelitian ini juga tidak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta terletak di Jalan
Wates Km. 5,5 Gamping, kecamatan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rumah sakit ini termasuk yang terlengkap di yogyakarta, salah satunya
fasilitas unit hemodialisis untuk pasien yang ingin cuci darah. Unit
hemodialisis di PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta memiliki 24 tempat tidur
dan 24 mesin hemodialisis. Ruangannya difasilitasi dengan 3 buah televisi
dan 3 buah kamar mandi. Unit hemodialisis ini memiliki 7 perawat yang
terlatih yang bekerja di setiap siftnya.
Pasien yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah
Yogyakarta berjumlah 130 pasien pada bulan februari 2016 dengan jadwal
masing-masing. Satu hari terdapat 3 sift pada hari senin dan kamis,
sedangkan 2 sift pada hari selasa, rabu, jum’at dan sabtu. Pelayanannya
terbagi dari jam 07.00 - 11.00 untuk sift pagi, jam 12.00 - 16.00 untuk sift
siang dan jam 17.00 - 21.00 untuk sift sore.
Pasien yang baru datang akan langsung menimbang berat badannya
kemudian meletakkan buku jadwal terapi di bagian nurse station untuk nanti
dipanggil gilirannya. Pasien hemodialisis yang sudah mendapat gilirannya
segera berbaring pada kasur kemudian perawat akan menghubungkan arteri
dan vena pasien dengan mesin hemodialisis melewati selang. Mesin
hemodialisis akan dihidupkan dan darah pasien mengalir ke mesin. Selama
32
makan makanan yang dibawa oleh mereka. Setiap harinya akan ada dokter
yang berkunjung dan memantau para pasien. Pihak rumah sakit menyediakan
seorang ustadz yang setiap hari rabu akan memimpin berdoa bersama untuk
memperkuat keimanan dan kesembuhan pasien yang menjalani hemodialisis.
Pasien juga dikunjungi oleh ustadz satu persatu untuk bisa berkonsultasi
tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien hemodialisis. Selain itu,
pasien hemodialisis mempunyai kegiatan di lingkungan rumahnya seperti
pengajian atau arisan. Kegiatan ini membuat pasien merasa tidak dikucilkan
meskipun mengalami penurunan kesehatan atau perubahan-perubahan pada
pasien karena terapi hemodialisis.
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Univariat
Tabel 4.1 Hasil Univariat Variabel Independen
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Dukungan Sosial
− Baik
− Buruk
33 52
38,8 61,2
Total 85 100 %
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas dari 85 responden menunjukkan hasil
bahwa sebagian besar pasien hemodialisis yang berumur pada tahap
lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 31 pasien (36,5 %). Kemudian
diikuti pasien hemodialisis yang berumur pada tahap dewasa akhir
(36-45 tahun) sebanyak 23 pasien (27,1 %), pasien hemodialisis yang
berumur pada tahap lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 17 pasien (20 %)
dan pasien hemodialisis yang berumur pada tahap manula (>65 tahun)
sebanyak 3 pasien (3,5 %). Pasien paling sedikit pasien pada tahap
remaja akhir (17-25 tahun) sejumlah 2 pasien (2,4 %)
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59 pasien (69,4 %). Pasien
hemodialisis yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 pasien
(30,6 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien hemodialisis berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang
tidak bekerja sebanyak 37 pasien (43,5 %). Pasien hemodialisis yang
bekerja sebanyak 48 pasien (56,5 %). Hasil ini menunjukkan bahwa
pasien yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang tidak
bekerja.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil pasien hemodialisis yang
34
hemodialisis yang lama hemodialisisnya > 6 bulan sebanyak 76 pasien
(89,4 %). Hasil ini menunjukkan bahwa pasien yang lama
hemodialisisnya lebih dari 6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan
pasien yang lama hemodialisisnya kurang 6 bulan.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatlan hasil pasien yang dukungan
sosialnya baik sebanyak 33 pasien (38,8 %). Pasien hemodialisis yang
dukungan sosialnya buruk sebanyak 52 pasien (61,2 %). Hasil ini
menunjukkan bahwa pasien dengan dukungan sosial yang buruk lebih
banyak dibandingkan dengan pasien dengan dukungan sosial yang baik.
Tabel 4.2 Hasil Univariat Variabel Dependen
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Tingkat Kecemasan
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan hasil bahwa mayoritas
pasien hemodialisis mengalami kecemasan minimal sebanyak 65 pasien
(76,5 %). Kemudian diikuti pasien hemodialisis yang mengalami
kecemasan ringan sebanyak 13 pasien (15,3 %) dan pasien hemodialisis
yang mengalami kecemsan sedang sejumlah 4 pasien (4,7 %). Paling
sedikit paisen hemodialisis mengalami kecemasan berat sejumlah 3
2. Hasil Bivariat
Tabel 4.3 Hubungan Umur dengan Tingkat Kecemasan
Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pasien
mengalami kecemasan minimal. Pasien yang mengalami kecemasan
minimal paling banyak pada pasien berumur pada tahap lansia awal (46 -
55) yaitu sebanyak 21 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan ringan
paling banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu
sebanyak 7 pasien. Pasien yang mengalami kecemasan sedang paling
banyak pada pasien dengan umur tahap lansia awal yaitu 2 pasien. Pasien
yang mengalami kecemasan berat terjadi pada pasien dengan umur tahap
dewasa akhir, lansia awal dan lansia akhir yaitu masing-masing 1 pasien.
Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,308 yang berarti tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan tingkat
kecemasan pasien.
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kecemasan