• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM DI TV ONE TERHADAP CITRA KEPRESIDENAN JOKO WIDODO (Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang Menonton TV One )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM DI TV ONE TERHADAP CITRA KEPRESIDENAN JOKO WIDODO (Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang Menonton TV One )"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

JOKO WIDODO

(Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang

Menonton TV One )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Silviah Arafah

NIM: 1111051100027

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam melakukan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Oktober 2015

(5)

i dibimbing oleh Nurul Hidayati, S.Ag, M. P.d.

Media merupakan kiblat masyarakat luas terutama untuk melihat keadaan di negaranya sendiri. Maka dari itu baik media elektronik, cetak maupun online harus dapat memiliki nilai independent di medianya sendiri, khususnya dalam ranah politik. Karena setiap pemberitaan yang dikabarkan jika tidak dicermati secara seksama maka dapat membentuk opini publik. Presiden merupakan seorang pemimpin nomor satu di setiap Negara. Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin bangsa memiliki hak untuk membuat kebijakan di negaranya. Pada bulan November 20014 lalu, pasca sebulan dilantiknya sebagai Presiden, Joko Widodo mengeluarkan kebijakan baru dengan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pemberitaan tentang kenaikan harga BBM tersebut mengakibatkan banyak polemik di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka muncul pertanyaan peneliti pertama apakah ada hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap Citra Presiden Joko Widodo. Kedua jika ada, apakah hubungan tersebut kearah negatif atau positif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive. Data hasil kuesioner kemudian diolah menggunakan statsitik regresi linear berganda untuk mencari hubungan pemberitaan tersebut. Penelitian ini juga menggunakan teori Agenda Setting oleh McCombs dan Shaw yang mengasumsikan bahwa apa yang dianggap penting oleh media maka dianggap penting oleh publik.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adanya hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap perubahan citra Joko Widodo yang mengarah kea- rah negatif.

(6)

ii

semesta alam, atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan berkahnya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah SAW yang membawa umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang.

Melalui usaha dan proses yang panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka sudah sepantasnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada:

1. Jajaran dekanat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, M.Ag (Dekan), Suparto, M.Ed, PhD (Wakil Dekan Bidang Akademik), Dr. Roudhonah M.Ag (Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum), Dr. Suhaimi, M.Si (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama).

2. Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si dan Dra. Musfira Nurlaily, MA selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik

(7)

iii

4. seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu serta berbagi pengalaman selama masa perkuliahan.

5. Terima kasih kepada segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani dan mengizinkan penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literature yang salami ini penulis butuhkan untuk penyususnan skripsi ini.

6. Terima Kasih kepada pihak PD. Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur yang telah bersedia mengizinkan saya untuk melakukan penelitian. Kemudian terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bersedia membantu untuk memberikan data demi melengkapi skripsi ini.

8. Terima Kasih kepada orangtuaku tercinta, ayahanda Rusli Ali dan ibunda Tihanih, atas segala kasih saying, perhatian dan dorongannya. Tak pernah lelah dan bosan dalam memberikan dukungan moral dan materil, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk buah hatimu ini.

(8)

iv

menyelesaikan skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan.

11. Nada Rohmah, yang selalu setia dan tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah dari awal kuliah baik masalah pribadi maupun masalah kuliah.

12. Kepada seluruh teman-teman Jurnalistik A angkatan 2011,

Harapan peulis semoga sripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan para pembaca. Semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas semua kebaikan atas pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini. Amin ya rabbal a’alamin.

Jakarta, 30 September 2015

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Kegunaan Praktis ... 8

2. Kegunaan Akademis ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Teori Agenda Setting ... 12

1. Dimensi Agenda Setting ... 14

2. Proses Agenda Setting ... 15

B. Berita ... 16

C. Pengertian Kepemimpinan ... 18

D. Citra ... 19

1. Pengertian Citra ... 19

2. Proses dan Pembentukan Citra (Image Building) ... 21

3. Peran Media Massa Dalam Membangun Citra ... 24

E. Kerangka Konseptual ... 26

F. Kerangka Berfikir ... 27

(10)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

B. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 31

C. Paradigma Penelitian ... 32

D. Metode Penelitian ... 32

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

F. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

G. Variabel Penelitian ... 35

H. Operasionalisasi Konsep ... 36

1. Agenda Media ... 36

2. Agenda Publik ... 37

3. Agenda Kebijakan ... 37

I. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Kuisioner atau Angket ... 45

2. Dokumentasi ... 46

3. Wawancara ... 46

J. Validitas dan Reabilitas ... 46

1. Validitas ... 46

2. Reliabilitas ... 47

K. Pengolahan Data Penelitian ... 48

L. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Asumsi Klasik ... 50

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Heteroskedastisitas ... 51

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 51

3. Uji Koefisien Korelasi ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum TV One ... 54

1. Sejarah TV One ... 54

2. Visi dan Misi TV One ... 55

3. Struktur Organisasi TV One ... 56

B. Profil Pasar Kramat Jati Jakarta Timur ... 56

C. Profil PD. Pasar Jaya ... 58

(11)

vii

3. Dewan Direksi PD. Pasar Jaya ... 61

BAB V TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pengolahan Uji Instrumen ... 63

B. Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reabilitas ... 63

1. Hasil Uji Validitas ... 63

2. Hasil Uji Reabilitas ... 68

C. Karakteristik Responden Hasil Penelitian ... 71

D. Penggunaan Media Massa ... 73

E. Analisis Data Hasil Penelitian ... 77

1. Hasil Uji Normalitas Kolmogrof-Smirnov ... 77

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

3. Uji Regresi Linier Berganda ... 80

4. Uji F ... 83

5. Uji T-Test ... 85

6. Uji Koefisien Korelasi ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(12)

viii

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Publik ... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Media ... 42

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Kebijakan ... 43

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Pada Citra ... 44

Tabel 3.6 Bentuk Pengskalaan Likert ... 50

Tabel 3.7 Nilai Koefisien ... 53

Tabel 5.1 Hasil Instrumen Validitas Agenda Publik ... 64

Tabel 5.2 Hasil Instrumen Validitas Agenda Media ... 65

Tabel 5.3 Hasil Instrumen Validitas Agenda Kebijakan ... 66

Tabel 5.4 Hasil Instrumen Validitas Citra ... 67

Tabel 5.5 Reliability Agenda Publik ... 68

Tabel 5.6 Reliability Agenda Media ... 69

Tabel 5.7 Reliability Agenda Kebijakan ... 69

Tabel 5.8 Reliability Citra ... 70

Tabel 5.9 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 71

Tabel 5.10 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 5.11 Data Responden Berdasarkan Banyaknya Hari Menonton TV One Dalam Seminggu ... 73

Tabel 5.12 Rata-Rata Waktu Responden Menonton TV One Dalam Sehari ... 75

Tabel 5.13 Kolmogrov Smirnov ... 77

Tabel 5.14 Regresi Linier Sederhana ... 81

Tabel 5.15 Regresi Linier Berganda ... 84

Tabel 5.16 Uji F ... 83

(13)

ix

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ... 29

Gambar 3.1 Variabel Penelitian ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PD Pasar Jaya ... 62

Gambar 5.1 Grafik Responden Berdasarkan Banyaknya Hari Menonton TV One Dalam Seminggu ... 74

Gambar 5.2 Grafik Responden Rata-Rata Waktu Menonton TV One Dalam Sehari ... 76

Gambar 5.3 Grafik Uji Normalitas ... 78

Gambar 5.4 Grafik P.Plot Of Regression Standardized Residual ... 79

(14)

x

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian di PD Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di PD Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur

Lampiran 5 Daftar Kuesioner

Lampiran 6 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Publik Lampiran 7 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Media Lampiran 8 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Kebijakan Lampiran 9 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Citra Lampiran 10 Hasil Uji Validitas

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, kita tahu bahwa saat ini media massa merupakan salah satu alat komunikasi, dimana segala macam bentuk informasi disalurkan ke ranah publik, baik informasi di bidang sosial, ekonomi, hukum, atau politik yang ada di dalam negeri ini. Tidak hanya itu, media massa juga turut membantu untuk mengumpulkan serta menyalurkan segala macam bentuk aspirasi masyarakat terutama terhadap pemerintah.

Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusional dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain.1

Sebagai alat komunikasi, media massa juga memiliki fungsi utama yang berlaku secara universal. Fungsi pertama informasi, yakni setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar seperti aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis. Fungsi kedua edukasi, yakni sebuah media harus memiliki sifat mendidik dalam segala macam bentuk tayangan baik dari segi berita atau hiburan. Fungsi ketiga koreksi, yakni mengawasi dan megontrol

1

(16)

kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Fungsi keempat rekreasi yakni pers atau media massa harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi. Fungsi kelima mediasi, yakni media massa atau pers hrus dapat menjadi penghubung atau dapat disebut sebagai fasilitator.2

Sesuai dengan fungsinya, media massa dijadikan kiblat oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karenanya media massa harus dapat menyampaikan sebuah informasi yang akurat, jujur-adil, berimbang dan relevan serta bersifat independent baik media cetak, elektronik maupun online. Karena setiap pemberitaan yang dikabarkan jika tidak dicermati secara seksama maka dapat membentuk opini publik.

Khususnya mengenai pemberitaan tentang keadaan yang terjadi di Negara ini. Seperti contohnya pemberitaan tentang kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang dinaikkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan November tahun 2014 lalu. Media harus dapat memberikan informasi secara akurat dan detail agar tidak membentuk atau mengarahkan opini publik khususnya dikalangan masyarakat menengah ke bawah, terhadap berita tersebut dan yang paling utama media harus independent dalam menginformasikan berita tersebut.

Joko Widodo merupakan seorang Presiden di Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu ia memiliki hak untuk membuat suatu kebijakan baru

2

(17)

di masa pemerintahannya. Begitu juga langkah awal yang dilakukannya untuk menaikkan harga BBM pada 1 bulan dilantiknya Presiden Joko Widodo menjadi Presiden yaitu pada tanggal 16 November 2014 lalu. Hal itu merupakan salah satu haknya dalam membuat kebijakan baru yang ingin ia terapkan di Negara ini. Namun setelah pemberitaan tersebut di informasikan justru muncul hal negatif yang tercuat di ranah publik mengenai Presiden Joko Widodo, seperti aksi-aksi unjuk rasa dan demo yang terjadi di seluruh daerah-daerah di Indonesia.

Aksi unjuk rasa atau demo yang terjadi saat itu mayoritas berasal dari mahasiswa di berbagai universitas baik negeri maupun swasta. Dalam unjuk rasanya para mahasiswa menolak adanya kenaikkan harga BBM, karena dengan menaiknya harga BBM maka akan menaik juga seluruh harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum. Hal itu akan berdampak terhadap rakyat kecil yang akan semakin susah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Para mahasiswa saat itu meminta Presiden Jokowi untuk turun dari jabatan sebagai Presiden karena tidak dapat mensejahterakan rakyatnya terutama rakyat kecil. Seperti demo yang terjadi 18 November 2014, didepan kampus Universitas Muhammadyah mahasiswa meminta Jokowi untuk mengembalikan tarif terdahulu dan jika tidak disetujui mahasiswa mengahrapkan Jokowi lengser dari jabatannya sebagai pemimpin.3

Kemudian pada tanggal Tanggal 19 November, aksi demo terjadi di depan gedung DPR yang oleh sejumlah Mahasiswa dari berbagai Ormas

3

(18)

(Organisasi Masyarakat), unjuk rasa berlanjut hingga di depan istana Negara. Dalam unjuk rasanya seluruh mahasiswa meminta Jokowi turun dan diberhentikan sebagai Presiden karena dengan dinaikannya BBM akan banyak rakyat yang menderita dan kelaparan. Serta pada tanggal 28 November 2014 demo yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa di Ciamis yang menolak kenaikkan BBM dan demo untuk menurunkan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia karena tidak dapat mensejahterakan rakyatnya dengan disetujuinya kebijakn baru yang menaikkan tarif harga BBM.4

Tidak hanya berita-berita yang berkaitan tentang aksi-aksi demo dan unjuk rasa yang mengecam Presiden Joko Widodo yang membuat pamornya turun di hadapan publik, melainkan pasca BBM naik kekecewaan semakin tumbuh kepada Pemerintah di hati rakyat dikarenakan dalam jangka waktu beberapa minggu setelah Presiden Joko Widodo menaikan harga BBM, ia mengeluarkan dana kompensasi kenaikkan harga BBM yang disalurkan melalui dan PSKS sebesar Rp. 400.000,- per tiap dua bulan. Namun penyaluran dana tersebut tidak merata kepada setiap warga yang berhak dan tidak tepat sasaran. Contohnya salah satu warga di Cianjur yang merupakan warga miskin tidak mendapatkan dana PSKS dari pemerintah, sementara tetangganya yang keadaan perekonomiannya lebih baik ikut mendapatkan dana tersebut. Saat berita berlangsung warga tersebut

4

(19)

mengatakan kecewa dangan sikap Jokowi yang tidak tegas dalam menangani kasus tersebut.5

Menurut Lingkar Survei Indonesia kenaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak pada turunnya kepuasan publik terhadap pemerintah. Serta popularitas presiden Joko Widodo anjlok pasca keputusan kenaikkan harga BBM, menurut peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana. Ade mengatakan, kepuasan masyarakat terhadap Jokowi hanya mencapai 44,94 persen. Presentase itu cukup rentan karena bersaing dengan ketidakpuasan masyarakat yang mencapai 43,82 persen. Sementara sisanya 11,24 persen menyatakan tidak tahu alias abstain. Kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi lebih banyak dirasakan oleh masyarakat berpendidikan rendah dengan tingkat ekonomi kelas menengah bawah. Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK di Pemilu Presiden 2014 lalu. Ini mengindikasikan Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca kenaikkan BBM.6

Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti apakah pemberitaan-pemberitaan mengenai kenaikkan harga BBM pada bulan November tahun 2014 lalu terhitung sejak tanggal 17 November hingga Desember di TV One mampu merubah citra seorang Presiden Joko Widodo, yang pada sebelumnya seorang Joko Widodo memiliki citra yang positif di hadapan mayoritas masyarakat

5

http://video.tvonenews.tv/arsip/view/87924/2014/11/26/keluarga_miskin_ini_tidak_ter daftar_penerimaan_dana_kompensasi_kenaikan_bbm.tvOne. di akses pada 5 februari 2015, pukul 19.00 WIB.

6

(20)

Indonesia terutama para pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur sebagai responden dalam penelitian ini yang pernah dijadikan salah satu tempat blusukan atau berkampanye Presiden Joko Widodo terhadap rakyat kecil sehingga ia dapat terpilih dari seorang Gubernur hingga Presiden Republik Indonesia sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh LSI yang mengatakan pamor seorang Presiden Joko Widodo anjlok pasca kenaikkan harga BBM.

TV One merupakan salah satu televisi yang mengabarkan suatu pemberitaan secara actual sesuai dengan slogannya yaitu “terdepan

mengabarkan”. Media ini juga merupakan salah satu anak perusahaan dari Bakrie Group. Alas an peneliti memilih media elektronik TV One, karena menurut peneliti, selain mengabarkan berita secara faktual, TV One dalam memberitakan tentang Presiden Joko Widodo terlihat kurang berimbang. Hal itu dapat dilihat dari tone negatif, positif atau netral yang terjadi saat penanyangan pemberitaan Presiden Joko Widodo saat memberitakan berita tersebut yaitu pada tanggal 17 November hingga 17 Desember pemberitaan tentang Presiden Joko Widodo lebih besar frekuensi tone negatif dibandingkan dengan frekuensi tone positif yakni negatif berjumlah 101 sedangkan positif sebanyak 71kali .

(21)

dianggap penting oleh publik berlaku dalam penelitian yang ingin peneliti lakukan.

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :“Hubungan Pemberitaan Kenaikan Harga BBM di TV One Terhadap Citra Kepresidenan Joko Widodo (Survei

Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang menonton

TV One )”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka penulis ingin membatasi topik masalah yang akan diuji yaitu pemberitaan-pemberitaan kenaikkan harga BBM di TV One dalam kabar petang pada periode 17 November hingga 17 Desember 2014. Dengan melakukan survei terhadap pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur yang menonton Pemberitaan di TV One.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah TV terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap perubahan citra Kepresidenan Joko Widodo?

(22)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui adakah hubungan pemberitaan kenaikkan harga BBM di TV One terhadap perubahan citra kepresidenan Jokowi. b. Untuk mengetahui apakah sosok Presiden Jokowi masih dinilai positif

di mata para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur setelah menonton pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One.

Serta peneliti berharap penelitian ini dapat berguna sebagai sarana pemahaman dan penerapan teori Agenda Setting dalam bidang pencitraan pemberitaan di media massa.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk dapat memilih calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

b. Kegunaan Akademis

(23)

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dapat membantu penulis untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil penelitian dengan penelitian orang lain.7 Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti plagiarisme hasil karya lain, maka penulis mempertegas perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas,

Di antaranya ialah skripsi karya Anmaria Redi Pinta Dasyant (090903738) mahasisiwa universitas Atma Jaya Yogyakarta program studi ilmu komunikasi dengan judul Jokowi di Mata Surat Kabar Harian Jurnal Nasional (Analisis Framing Jokowi Dalam Berita Di Surat Kabar Harian Jurnal Nasional Periode 11 Juli Sampai Dengan 20 September 2012), skripsi ini lebih menekankan framing tentang sosok jokowi.

Sripsi karya Ricka Winata yang berjudul Hubungan Penayangan Iklan Partai Politik Golkar Di TV One Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan Pada Pemilu Legislatif 2014. Skripsi ini lebih membahas mengenai perilaku memilih masyarakat terhadap partai politik pada saat itu dengan selalu diterpa iklan-iklan mengenai partai tersebut dengan media yang sama dengan peneliti dalam penelitian ini.

7

(24)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan dalam penulisan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang akan dibagi menjadi lima bagian bab yang terdiri dari beberaoa sub bab, yaitu:

BAB I Merupakan bab Pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Hipotesis, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini berisikan teori-teori yang relevan yang digunakan untuk

menganalisis dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber buku yang terkait dengan penelitian yaitu teori Agenda Setting, Proses Pembentukan Citra, Pengertian Kepemimpinan, Krangka Berfikir dan Kerangka Penelitian.

BAB III Bab ini akan membahas mengenai tempat dan waktu penelitian,

pendekatan dan metode penelitian, Jenis Penelitian, teknik pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik analisis data, serta Uji Instrumen yaitu Uji Validitas dan Uji Reabilitas.

BAB IV Dalam bab ini akan mengemukakan tentang gambaran profil TV One

(25)

BAB V Dalam bab ini akan mengemukakan analisis dan temuan data lapangan yang akan menguraikan hasil temuan data lapangan yang telah peneliti lakukan dan akan terbagi menjadi beberapa sub bab, yaitu: Karakteristik responden hasil penelitian, Pandangan responden terhadap Presiden Joko Widodo, Uji Korelasi, dan Uji Hipotesis.

BAB VI Bab lima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian

(26)

12

A. Teori Agenda Setting

Hubungan yang kuat antara berita yang disampaikan oleh media dengan isu-isu yang dinilai penting oleh publik merupakan salah satu jenis efek media massa yang paling popular yang dinamakan dengan agenda setting. Dikutip oleh Morissan dalam bukunya yang berjudul teori komunikasi individu hingga massa, mengatakan bahwa istilah agenda setting diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dua peneliti dari Universitas North Carolina berupaya untuk menjelaskan adanya gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu) yang telah lama diamati dan diteliti oleh kedua sarjana tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh mereka dijadikan tonggak awal perkembangan teori agenda setting.1

Dalam teori agenda setting, penyusunan agenda ini mengatakan media khususnya pemberitaan tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita lakukan. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting, karena menurut teori ini media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.2

1

Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2013) Cet ke-1, h.494.

2

(27)

Dalam artian teori ini berasumsi bahwa media massa tidak dapat memengaruhi khalayak untuk mengubah sikap (afektif), melainkan media massa hanya dapat memengaruhi khalayak tentang sesuatu apa yang ada di dalam pikiran mereka (kognitif) tentang isu atau topik yang diberitakan oleh media massa. Setelah itu khalayak membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari media massa.

Agenda setting memandang media massa melakukan “to tell what to think about”, artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan petunjuk tentang isu mana yang lebih penting. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.3

McCombs dan Donald Shaw mengatakan, bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.4

3

Gun-Gun Heryanto, “Marketing Politik di Media Massa Dalam Pemilu 2009” artikel diakses pada 23 Maret 2015 dari http://www.scribd.com/doc/22540557/Marketing-Politik-Di-Media-Massa-Gun. Diakses pada 10 Februari 2015, pukul 20.38 WIB.

4

(28)

1. Dimensi Agenda Setting

Untuk memperjelas teori Agenda Setting, dikutip dari buku Nurudin yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa pada halaman 198-199, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard Jr, 1992) sebagai berikut :

a. Agenda Media

1. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

2. Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

3. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

b. Agenda Publik

1. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.

2. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi.

3. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.

c. Agenda Kebijakan

(29)

2. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

3. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

2. Proses Agenda Setting

Dalam sebuah teori, terdapat proses-proses sehingga dapat menghasilkan sebuah perspektif bahwa “apa yang dianggap penting oleh

media, maka dianggap penting juga oleh publik”. Seperti yang disebutkan

Nurudin dalam bukunya yang menguyip dari Stephen W. Littlejhon, proses tersebut beroperasi melalui tiga bagian yakni 5:

a. Agenda Media. Agenda Media yang dimaksud disini adalah agenda media yang harus di format6. Proses ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana media memberitakan sebuah isu ketika pertama kali.

b. Agenda Publik. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tentang publik7. Dari pernyataan tersebut memunculkan sebuah pertanyaan mengenai seberapa besar kekuatan media dalam memengaruhi isu tersebut sampai ke publik serta bagaimana sikap publik menanggapi isu tersebut.

c. Agenda Kebijakan. Agenda Publik memengaruhi agenda kebijakan. Agenda kebijakan yakni pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh individu. Sehingga, agenda kebijakan ini ialah tindakan

5

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h..198

6

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h..198

7

(30)

lebih lanjut setelah agenda publik, yang mengakibatkan publik bergerak untuk membuat sebuah kebijakan yang menguntungkan atau dianggap penting bagi setiap individu.

B. Berita

Berita tidak pernah terlepas dari ikatan suatu media massa, baik elektronik, cetak atau pun online. Menurut Paul De Massenner dalam bukunya

Here’s The News: Unesco Associate, menyatakan bahwa berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Sedangkan menurut William S. Maulsby dalam Getting the News menegaskan berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Secara umum berita juga dapat didefinisikan sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,menarik atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio televisi atau media online internet.8

Gunanya suatu pemberitaan di media sesuai pengertian secara umum diatas bahwa suatu pemberitaan berguna untuk menginformasikan kepada publik atas suatu peristiwa di negeri ini. Peristiwa-peristiwa itu dapat meliputi keadaan ekonomi, sosial, maupun politik yang sedang terjadi berdasarkan fakta yang ada. Menurut Haris Sumaridia dalam bukunya Jurnalistik Indonesia berita dapat

8

(31)

diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Namun selain dari dua kategori tersebut berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya dan berdasarkan sifatnya, dan selebihnya berita juga bisa dilihat menurut materi isiny yang beraneka macam.

Pemberitaan yang terjadi menurut kategorinya masing-masing dapat dikendalikan oleh suatu lembaga penyiaran. Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik penyelenggara penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.9

Setiap lembaga penyiaran baik penyelenggara penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan diawasi oleh suatu lembaga lagi yang disebut Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang tugasnya mengawasi segala jenis dan bentuk pemberitaan yang meliputi program siaran, cara mengemas suatu berita, content atau isi siaran. Isi siaran dalam sebuah berita dapat dilihat dari segi kalimat yang dibawakan yaitu bernada negatif atau pun positif. Hal tersebut berpedoman pada P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiarandan Standar Program Siaran.

Menurut Haris Sumaridia dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, kalimat pada suatu berita adalah kalimat yang menyampaikan informasi atau berita suatu peristiwa kepada seseorang. Adapun kalimat berita yaitu:

9

(32)

1. Dilafalkan dengan intonasi normal dan berakhir dengan nada rendah. 2. Isi tentang peristiwa yang dialami sendiri atau orang lain

3. Intonasi keras terletak pada awal kalimat.

Nada dalam kalimat berita dalam berupa positif dan negative sesuai dengan isi dalam pemberitaan tersebut. Kalimat berita positif adalah kalimat yang menyampaikan berita atau peristiwa yang pasti tegas. Sedangkan pada kalimat berita negatif adalah kalimat yang menyampaikan berita atau peristiwa yang tidak pasti, tidak tegas atau tidak tentu dan biasanya menggunakan kata “tidak” atau

“bukan”.

C. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan satuan kerja untuk memengaruhi perilaku orang lain atau suatu kelompok.10 Seseorang dapat dikatakan menjadi pemimpin dikarenakan adanya suatu bakat yang diperoleh sebagai kemampuan istimewa yang dibawanya sejak lahir. Salah satu kemampuan istimewa tersebut ialah seseorang tersebut harus memiliki sifat tanggung jawab yang penuh serta mampu mengesampingkan kepentingan pribadinya dan mengedepankan kepentingan umum selama ia dapat menjadi seorang pemimpin yang baik.

Disamping itu Howard H. Hoyt seperti yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan mendefinisikan

10

(33)

kepemimpinan sebagai berikut: “kepemimpinan adalah seni untuk memengaruhi tingkah laku manusi serta kemampuan untuk membimbing orang.11

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat simpulkan arti sebuah kepemimpinan ialah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain, dimana seorang pemimpin itu dapat membimbing serta mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Disamping itu seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat superior, melebihi bawahannya ataupun para pengikutnya.

D. Citra

1. Pengertian Citra

Citra berasal dari bahasa Jawa yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa inggris.12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Citra merupakan gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan atau organisasi, sedangkan citra dalam duni politik yaitu suatu gambaran diri yang ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat.13

Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, mengatakan bahwa citra merupakan peta anda tentang dunia. Citra adalah

11

Kartini kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) Cet ke-1, h. 49.

12

Anwar Arifin, Komunikasi Politik Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi &Komunikasi Politik Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet ke-1, h.106.

13

(34)

gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia bagi persepsi kita.14

Disamping itu menurut M. Alfan Alfian dalam bukunya yang berjudul menjadi pemimpin politik perbincangan kepemimpinan dan kekuasaan bahwa definisi citra yaitu merupakan rekonstrusi atas simbol dan penampilan luar suatu produk, entah itu barang atau jasa.15

Sementara itu menurut Frank Jefkins yang dikutip oleh kompasiana dalam webnya menyatakan bahwa memberikan definisi atau pengertian citra sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.16

Jadi secara umum definisi atau pengertian citra yakni berupa gambaran, penilaian serta pandangan dari sekumpulan orang banyak yang ditujukan terhadap individu, perusahaan, produk atau jasa yang bersifat positif atau bersifat negatif. Citra dapat bersifat negatif apabila kemudian ternyata tidak di dukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Dalam dunia politik semakin tingginya kesadaran membangun citra dalam usaha mendapatkan simpati media massa guna menarik perhatian publik terlihat ketika menjelang pemilu. Para calon pemimpin tentu senantiasa memperkuat citra baik dalam dirinya.

14

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) cet Ke-28, h.221.

15

M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) h. 274.

16 Kompasiana “Pengertian Citra” diakses pada 22 maret 2015 dari

(35)

2. Proses Pembentukan Citra (Image Building)

Citra merupakan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. untuk mengetahui citra seseorang terhadap terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut.

(36)

Gambar 2.1

Proses Pembentukan Citra

Stimulus Respon

(Rangsang)

Empat komponen yang diteliti dalam proses pembentukan citra:

a. Persepsi

Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap suatu hal, atau stimulus yang diberikan dengan suatu proses pemaknaan. Publik akan memberikan makna atau arti terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya tersebut kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi akan positif bila informasi yang diberikan dapat memenuhi kognisi individu

b. Kognisi

Menurut Walgito (2002:67), kognisi berarti kemampuan jiwa manusia yang berhubungan dengan pengenalan. Jadi manusia harus mengenal stimulus atau rangsang yang diberikan agar memperoleh respon. Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia (stimulus) dengan informasi yang telah

Sikap

Persepsi Motivasi

(37)

disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi.

c. Sikap

Kecenderungan bertindak, persepsi, berpikir, dan merasadalam objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu.Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap juga mengandung aspek evaluatif, yakni mengandung nilai menyenangkan atau tidak, dan sikap yang dapat dipertahankan atau diubah.

d. Motivasi

(38)

3. Peran Media Massa Dalam Membangun Citra

Media Massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber terhadap khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Dalam komunikasi massa terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh media massa yakni, bersifat melembaga, bersifat satu arah, meluas dan serempak, memakai peralatan teknis atau mekanis, dan bersifat terbuka.17

Penggunaan media massa dalam dunia politik tentu sangat penting karena media massa memiliki kontribusi yang besar dalam demokrasi. Selain itu media massa selalu dipandang memiliki hubungan yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak. Penggunaan media massa dalam komunikasi politik sangat sesuai dalam upaya membentuk citra diri para politikus dan citra partai politik untuk memperoleh dukungan pendapat umum.18

Salah satu fenomena yang menarik tentang citra positif Presiden Joko Widodo yang kerap dipanggil Jokowi. Nama Jokowi melambung ketika ia memimpin Kota Solo dan berhasil membangun kota Solo baik secar fisik maupun non fisik. Citra Jokowi semakin melambung ketika publik mengetahui bahwa Jokowi tidak pernah mengambil gaji yang seharusnya diterima. Dengan modal citra positifnya, Jokowi maju dalam Pilkada gubernur

17

Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2007) h. 126-127.

18

(39)

Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) bersama pasangannya yang kerap dipanggil Ahok.

Dari fenomena diatas Jokowi bukan hanya mampu membangun citra positif atas kepemimpinannya secara kelembagaan namun juga berhasil membangun citra positif dalam ranah personal. Di Indonesia, para politisi juga semakin menyadari pentingnya membangun citra personal atas diri mereka. Hal ini dapat dilihat saat para politisi tampil di televise dan mereka berusaha tampil sebaik mungkin, baik dari sisi penampilan fisik maupun materi yang mereka sajikan.19 Jadi dengan kata lain citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima atau disampaikan oleh media massa. Bagi masyarakat, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra

19

(40)

E. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Menonton Program Berita di tvOne

Efek : Terpengaruh atau Tidak Terpengaruhnya Pemberitaan negatif tvOne

terhadap citra kepemimpinan Presiden

Jokowi.

Para Pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur

Agenda Kebijakan Agenda Publik

Agenda Media

Para Pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur

Menonton Program Berita di tvOne

Agenda Media Agenda Publik Agenda Kebijakan

Efek : Terdapat hubungan atau tidak antara pemberitaan kenaikan harga BBM dengan citra

(41)

F. Kerangka Berfikir

Media massa sangat erat kaitannya dengan segala jenis pemberitaan, karena media massa memiliki tugas untuk memberikan informasi terkini. Menurut aturannya sebuah media massa haruslah memiliki sifat yang netral dalam artian tidak memihak ke siapapun. Namun belakangan yang terjadi hampir semua media massa di Indonesia tidak bersifat netral dan cenderung memihak ke salah satu partai politik di Indonesia. TV One sebagai salah satu media massa swasta di Indonesia terlihat memihak ke salah satu calon Presiden ketika pemilihan umum 2014 yaitu calon Presiden Prabowo Subiakto, oleh karena itu dalam pemberitaan terlihat tidak berimbang. Lebih banyak pemberitaan negatif Presiden Jokowi dibandingkan dengan Prabowo. Hal tersebut terlihat ketika terjadinya kampanye. Tidak hanya itu saja, ketika Presiden Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ketika terjadi permasalah seperti penggusuran waduk Ria-Rio atau pun waduk pluit, tvOne sangat gencar memberitakan hal tersebut dan terlihat membesar-besarkan permasalahan tersebut.

(42)

Teori Agenda Setting mulanya diciptakan untuk menggambarkan fenomena yang telah lama diketahui dan diteliti dalam konteks kampanye pemiliu. Teori ini menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat memengaruhi perhatian khalayak. Banyak bukti yang menunjukan bahwa media massa menentukan apa yang dipikirkan dan apa yang didiskusikan oleh khalaykanya.20

Dalam hal ini, McCombs dan Donald Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya memengaruhi publik tetapi, publik melihat kepada pada professional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada ke media, kemana publik harus memfokuskan perhatiannya.21

Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk memengaruhi khalayak. Hanya saja, teori agenda setting memusatkan perhatiannya kepada efek kognitif khalayak, yakni pengetahuan dan kesadaran. Hal tersebut yang dapat menimbulkan persaingan dalam merekayasa opini, citra dan membentuk opini publik.

20

Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat Paradigma Teori, Tujuan, Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke1, h. 164.

21

(43)

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Banyak media massa yang tidak bersifat netral dan cenderung memihak atau pro ke salah satu partai politik begitu juga sebaliknya adapun yang kontra. Hal tersebut dapat dilihat dari segi pemberitaan di media tersebut.

Masalah

Tv One salah satu media massa yang tidak berimbang dan terlihat kontra terhadap Presiden

Jokowi yang terlihat dari bentuk kemasan pemberitaan dan jumlah pemberitaan negative di

media tersebut.

1. Terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam merubah citra kepresidenan Joko Widodoterhadap perubahan citra Kepresidenan Joko Widodo di kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

2. Tidak terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam merubah citra kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

Metodologi

Terjadi pengaruh atau tidak citra Presiden Jokowi

(44)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yaitu dapat berupa jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji. Menurut John W. Best dalam buku Nanang Martono yang berjudul metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder, hipotesis merupakan prediksi yang baik atau kesimpulan yang dirumuskan dan masih bersifat sementara.22

Ho: Tidak terdapat hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam merubah citra kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di kalangan parapedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

H1: Terdapat hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam

merubah citra kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

22

(45)

31

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur yang berada di Jalan Raya Bogor KM. 20, Jakarta Timur Telp: (021) 8092418, Fax: (021) 80879115. Adapun waktu pelaksanaan penelitian sejak maret 2015 hingga Agustus 2015.

B. Pendekatan dan Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian sebuah metode sangat dibutuhkan. Hal tersebut merupakan cara akurat untuk memecahkan suatu permasalahan serta mempermudah dalam menarik suatu kesimpulan.

Pendekata yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah jenis pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan rumus statistikuntuk melakukan analisis data dan dihitung secara langsung.1 Desain penelitian yang akan diginakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu.

Dalam penelitian ini proses berawal dari sebuah teori, selanjutnya diturunkan menjadi hipotesis penelitian yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai peneluan penelitian.

1

(46)

C. Paradigma Penelitian

Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma positivistik mengunakan logika berpikir deduktif. Hal tersebut menganggap suatu realitas akan berlaku umum dan bersifat sama di semua tempat.2Jadi, pada paradigma ini memandang suatu fenomena jika diteliti pada tempat dan waktu yang berbeda, namun hasilnya tetap sama sehingga peneliti menggunakan paradigma tersebut pada penelitian ini.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya ialah dengan menggunakan metode survei. Dalam survei, informasi yang dikumpulkan dari responden yaitu dengan menggunakan kuesioner. Dengan kata lain, survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.3

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian merujuk pada responden, yang hendak diminati informasi atau digali datanya, sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang ditelilti.4 Subjek dari penelitian ini ialah TV One sebagai media yang kontra terhadap Presiden Joko Widodo melalui pemberitaan-pemberitaan negatif.

2

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke- 2, h. 11.

3

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (LP3ES: Jakarta, 2011) Cet ke-4, h. 3.

4

(47)

Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep, sehingga objek-objek ini dapat dijadikan sumber data penelitian.5 Polulasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian khusus. Populasi dalam penelitian ini yakni para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur. Berdasarkan data yang ada, jumlah pedagang yang terdapat di pasar tersebut sebanyak 485 orang.

2. Sampel

Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Sampel juga merupakan sebuah cuplikan yang diambil dari satu populasi dan diteliti secara professional.6

Untuk menentukan sampel yang diteliti, maka harus dilakukan terlebih dahulu teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran

5

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencan Prenada, Media Group, 2005), Cet ke-3, h.99

6

(48)

sampel yang akan dijadikan sumber data. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik sampling purposive, yaitu teknik ini mencakup orang-orang yang di seleksi peneliti karena kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian tersebut.7

Untuk mengetahui jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin. Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan a. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:8

N n =

1+Ne2 Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = nilai eror sebesar 10%

Derajat eror yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 10% . dengan jumlah populasi 485 yang terdiri dari pedagang tetap, maka jumlah sampelnya sebagai berikut:

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. Ke-20, h. 82.

8

(49)

485 n =

1+485(0,1)2

485 =

1+ 4,85

= 82,905 83 orang

G. Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian, peneliti hendaknya menentukan variabel yang terdapat di dalam penelitiannya. Berdasarkan jenisnya, variabel terbagi atas variabel independen (variabel bebas) yakni variabel yang memengaruhi, dan variabel dependen (variabel terikat) yakni variabel yang dihubungani. Selain dari variabel independen dan variabel dependen ada pula variabel antara atau invenning variabe.9

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberitaan kenaikan harga BBM pada bulan November hingga Desember tahun 2014 lalu di TV One. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah citra Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019.

9

(50)

Gambar 3.1

Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent) (Dependent)

Variabel Bebas (Independent)

H. Operasionalisasi Konsep

Konsep ialah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama10. Menjelaskan konsep dan definisi operasionalisasi penelitian merupakan sebuah hal yang wajib dalam sebuah pebelitian. Karena ini merupakan sebuah kerangka acuan peneliti dalam mendisain sebuah instrumen penelitian.

1. Agenda Media

Agenda media yaitu penonjolan isu-isu yang disusun oleh media dan bagaimana agenda media menempatkan isu tersebut di tempat yang utama.. ada beberapa dimensi yang terdapat di dalam agenda media yaitu: Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita, tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

10

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-5, h. 57.

Citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Variabel Y)

(51)

2. Agenda Publik

Agenda publik menurut penelitian ini berarti apa yang dianggap penting oleh media, dianggap penting juga oleh publik. Sehingga jika media memberitakan secara terus menerus mengenai isu tersebut, kemudian publik juga akan berfikir bahwa hal itu memang penting. Terdapat beberapa dimensi dalam agenda publik, yakni: Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu, penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi, kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Semakin besar kesadaran dan pengetahuan Mahasiswa akan citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada pemberitaan kenaikan harga BBM, maka semakin besar hubungan agenda setting yang diberikan.

3. Agenda Kebijakan

(52)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala

(53)
(54)

Citra (Y)

c. Komunikasi

1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Tidak

Setuju 5. Sangat Tidak Setuju

Ordinal Kognisi a. Informasi

b. Ingatan

Sikap a. Kesadaran b. Perasaan

Motivasi Harapan

(55)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Publik (X1)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

(56)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Media (X2)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

(57)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Kebijakan (X3)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

(58)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Angket Pada Citra Kepemimpinan

Presiden Joko Widodo (Y)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

(59)

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data primer berupa data-data yang diperoleh dari hasil lapangan atau di lokasi penelitian.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.11 Untuk memeroleh data yang empiris, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1) Kuesioner (angket)

Teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dari informasi yang diperlukan oleh peneliti disebut kuesioner atau angket.12

Angket memiliki tujuan yaitu untuk dapat mencari informasi yang lengkap tentang suatu masalah tanpa merasa khawatir jika responden memberikan jawan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan sehingga jawaban dari responden merupakan jawaban bagi penelitian.Jenis pertanyaan angket dalam penelitian ini bersifat tertutup yaitu responden hanya meminta memilih suatu jawaban dari suatu daftar jawaban yang disediakan oleh peneliti.

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009), h. 105.

12

(60)

2) Dokumentasi

Kegiatan mencari data yang bersumber dari buku, majalah, internet, catatn atau artikel yang berhubungan dengan pembahasan penelitian, yang tentu saja sebagai data pendukung dalam referensi penelitian.

3) Wawancara

Pengertian wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya jawab langsung kepada narasumber dengan menggunakan wawancara terstruktur yang disiapkan oleh penulis.13Wawancara akan dilakukan secara langsung dengan beberapa responden serta narasumber lainnya seperti tokoh-tokoh atau pakar yang mengerti di bidang hukum.

J. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.14Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

13

M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 182.

14

(61)

Validitas dapat digolongkan menjadidalam beberapa jenis yakni: a) Validitas Konstruk (Construct Validity)

b) Validitas Isi (Content Validity)

c) Validitas Prediktif (Predictive Validity) d) Validitas Eksternal (External Validity) e) Validitas Rupa (Face Validity)

Dalam penelitian ini jenis validitas yang akan digunakan adalah validitas konstruk (Construct Validity) yang lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yang ada.15 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan software SPSS.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indikator tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran. Suatu pengukuran disebut reliable atau memiliki keandalan jika konsisten memberikan jawaban yang sama. 16 selain itu, uji Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Reability Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS. Dengan metode ini koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

15

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h.241

16

(62)

Keterangan :

α : Koefisien Keandalan Alat Ukur

K : Jumlah Variabel

R : Koefisien rata-rata koefisien variabel

Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai nilai alpha cronbach (α) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Tetapi sebaliknya bila alpha < 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

K. Pengolahan Data

Metode pengolahan data tabulasi dan SPSS. Langkah-langkah pengolahan data secara manual menurut Notoatmodjo (2010) , adalah sebagai berikut:17

1. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting atau edit terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

17

(63)

2. Coding (Membuat Lembaran Kode)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Processing (Memasukkan Data)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya keslahan-kesalahan kode, ketidak-lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

L. Teknik Analisis Data

(64)

Tabel 3.6

Bentuk Pengskalaan

No. Alternatif Jawaban Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Ragu-Ragu 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : Buku Prof. Dr. Sugiyono Yang Berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.18

Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik.dasar pengambil keputusan dalam uji normalitas adalah:19

18 Nasrullah, “Pengaruh Account Officer

(65)

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas ialah apabila variasi dari faktor pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika ciri ini terhubungani, berati variasi faktor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat homoskedastik.20

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menemukan hubungan pemberitaan negatif TV One Terhadap Citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Survei Terhadap Penonton TV One di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur) menggunakan regresi linier berganda. Analisis Regresi Linier Berganda yaitu suatu metode yang digunakan untuk memeriksa kuatnya hubungan yang terjadi antara variabel independen (x) terhadap variabel dependen (y).21

Rumus regresi linier berganda adalah:

19

Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), h. 24.

20 21 Nasrullah, “Pengaruh Account Officer

Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Serba Usaha Ubasyada Ciputat” h. 46.

21

(66)

Y = α+b1X1

Keterangan :

Y : Citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo

α : Konstanta

b1 : Koefisien Regresi

X1 : Pemberitaan negatif tvOne

3. Uji Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah cara untuk menyatakan tingkat asosiasi antara dua variabel (besarnya ukuran korelasi).22 Koefisien korelasi dapat memiliki nilai dengan jarak atau jangkauan mulai dari -1,00 hingga +1,00, tetapi dalam praktik jarang sekali ditemukan nilai korelasi secara tepat dan bulat 1.00 ini. Suatu korelasi disebut memiliki hubungan positif atau langsung (direct relationship) jika milai salah satu variabel meningkat maka nilai variabel lainnya juga ikut meningkat, begitu juga sebaliknya.

Nilai koefisien korelasi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak dalam suatu penelitian. Nilai koefisien korelasi bergerak dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0. Jika dideskripsikan

nilai koeffisien korelasi sebagai berikut:

22

(67)

Tabel 3.7

Nilai Koefisien

Nilai Koefisien Penjelasan

+0,70 – ke atas Hubungan positif yang sangat kuat +0,50 – +0,69 Hubungan positif yang mantap +0,30 – +0,49 Hubungan positif yang sedang +0,10 – +0,39 Hubungan positif yang tidak berani

0,0 Tidak ada hubungan

-0,01 – -0,09 Hubungan negatif tidak berarti -0,10 – -0,49 Hubungan negatif yang rendah -0,30 – 0,49 Hubungan negatif yang sedang -0,50 – -0,69 Hubungan negatif yang mantap -0,70 – ke atas Hubungan negatif yang sangat kuat

Sumber : Buku Prof. Dr. Sugiyono Yang Berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif

(68)

54

A. Gambaran Umum TV One

1. Sejarah TV One

Sebelumnya TV One bernama Lativi, yang didirikan pada tanggal 9 Agustus 2002 oleh pengusaha Abdul Latief. Namun sejak tahun 2006, sebagian sahamnya dimiliki oleh Grup Bakrie yang memiliki salah satu media televisi swasta yaitu ANTV dan membayar kewajiban utang Lativi kepada Bank Mandiri senilai 418 Milyar.

Pada tanggal 1 April 2007 Lativi mulai diambil alih oleh manajemen Bakrie Group. Lativi berganti nama menjadi TV One, nama TV One dipilih karena stasiun televisi ini diharapkan menjadi nomor satu di Indonesia.Pada tanggal 14 Februari 2008, Lativi secara resmi berganti nama menjadi TV One. Pada pukul 19.30 WIB, untuk pertama kalinya TV One mengudara. Tentu hal ini merupakan saat bersejarah sekaligus diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan demikian TV One menjadi salah satu stasiun televisi pertama di Indonesia yang diresmikan oleh presiden ketika itu di Istana Istana Presiden Republik Indonesia.1

Di awal tahun berdirinya, tvOne mempunyai slogan “memang beda”

karena stasiun ini menyajikan berbagai informasi dalam bentuk diskusi ringan dengan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan masyarakat dan disiarkan langsung pada pagi hari dari studuio luar tvOne. Di ulang tahun

1

Gambar

gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan atau
gambaran, penilaian serta pandangan dari sekumpulan orang banyak yang
Gambar 2.1 Proses Pembentukan Citra
   Gambar 2.2       Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan tanya jawab masih kurang bisa mengaktifkan siswa, karena ada

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil observasi hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model problem based learning dengan pendekatan saintifik

[r]

Analisis Deskriktif digunakan untuk melihat perkembangan variabel yang digunakan dalam penelitian, variabel yang dalam penelitian ini adalah Indeks Saham Syariah

Apabila karena alasan sakit seseorang terpaksa harus meninggalkan shalat fardhu dari waktunya, maka hukumnya secara syariah tidak berarti kewajiban shalat

Oleh karena itu, fasilitas kredit dengan jaminan dalam bentuk deposito,. merupakan salah satu solusi untuk mengatai faktor-faktor resiko

JavaScript Microservices Blockchain Spring Android AWS Python Docker Angular React Java Kotlin Swift Articial Intelligence Azure Flutter .NET Core Unreal Cloud Kubernetes

korelasi, namun jika memang terdakwa sebelumnya tidak ditahan dan hakim berpendapat tetap tidak perlu dilakukan penahanan, maka putusan yang tidak memuat status