MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL
DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH
MANDIRI CABANG DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh:
NONI NURAENI
NIM : 107053002742
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
NONI NURAENI
NIM : 107053002742
Di bawah bimbingan
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP : 1966 0605 199403 1005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil dan Implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 21 Juni 2011
Sidang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris
Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Sugiharto Masruri, MA
NIP. 1952 0422 198103 1 002 NIP. 1966 9896 199603 1001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Cecep Castrawijaya, MA H. Mulkanasir. BA. S.Pd. MM
NIP. 196708181998031002 NIP. 1955 0101 198302 1 001
Pembimbing
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2011
ABSTRAK
Noni Nuraeni. “Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil dan Implementasinya Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok”.
Dibawah bimbingan: Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA.
Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Peran tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk bank syariah.
Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS), tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah. Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah dalam proses mudharabah, dan di dukung dengan kinerja yang jujur dan amanah.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok? dan bagaimana implementasinya produk bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi produk bagi hasil pada bank syariah mandiri. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan sampel teoritis berdasarkan pemahaman teori yang sesuai dengan masalah dan tujuan.
Kesimpulan yang diperoleh bank syariah mandiri bahwa sistem profitand
loss sharing jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan mendapatkan
ii
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمرلا ها مسب
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat hidayah dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras penulis sendiri, tetapi dukungan dari berbagai pihak, khususnya para pembimbing yang telah mendorong para peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah Jakarta.
4. Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Study Rizal, LK, MA, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.
7. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.
saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasyah.
9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.
10.Irfan Nur Muttaqin, Divisi Account Officer Bank Syariah Mandiri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11.Inggid, selaku Divisi Sumber Daya Insani (SDI) Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah memberikan kesempatan waktu, dan arahan kepada penulis. Ibu Eva, selaku Divisi Customer Service Officer Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah menjelaskan mengenai produk pendanaan Bank Syariah mandiri. Ka Hilda alumni Manajemen Dakwah 2010 yang tidak sengaja bertemu di Bank Syariah mandiri Cabang Depok. Ternyata oh ternyata…….ka2 tuh kerja di BSM cabang Depok…………, dan selalu bertanya kepada penulis. “ Sudah beres belum non skripsinya”?...
12.Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk mengadakan studi kepustakaan.
13.Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil. Terutama kepada Hj. Siti Aisyah dan H. Syamsudin yang tak pernah lelah mendoakan dan memotivasi penulis selama ini dan seterusnya. Dan tak lupa kepada bapakku tercinta, tak henti-hentinya penulis mendoakan, mudah-mudahan cepet sembuh dan mudah-mudahan penyakitnya di angkat oleh Allah SWT. Dan bisa berkumpul, bercanda ria dengan istri, anak, menantu, terutama cucu-cucunya.
iv
15.Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya kelas B, sahabatku Geng 7 (genk seven). Terutama Iin Irnawati, yang selalu membantu, memberikan motivasi, semangat kepada penulis, ”cepetan non
beresin skripsinya.…biar cepet lulus semua genk seven”, Rohayati
Khosidah, yang selalu setia mendengar curhat penulis, Fauziah, Lilis Muchlisoh, Eem Huzaimah, Atik Nurdiana yang tidak henti memberikan semangat, untuk selalu sabar menghadapi hambatan pembuatan skripsi ini. Kemudian terima kasih kepada saudara Agus Supriadi yang lagi pedekate dengan genk seven, tak henti-hentinya memberikan semangat, kepada penulis. Dan terima kasih kepada teman-teman Manajemen Dakwah B semua yang penulis tidak sebutkan satu persatu.
16.Kakak Sudirman yang selalu membantu dan memberikan semangat motivasi kepada penulis dengan hati yang ikhlas dan sabar. Kakak tau kejelekan dari sifat penulis, “kamu tuh orangnya suka ngedumel kalau lagi
pusing….., egois gak mau mengalah, selalu memotong pembicaraan”
hehehe……
Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bentuk bantuan yang diberikan dinilai ibadah oleh Allah SWT.
Jazakumullah Khairal Jaza. Amiiin.
Jakarta, 18 Juni 2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5
D. Metode Penelitian... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL A. Teori Imbalan ... 11
1. Pengertian Imbalan... 11
2. Pengertian Bagi Hasil ... 11
3. Landasan Dasar Penerapan Bagi Hasil ... 12
4. Pengertian Mudharabah ... 13
5. Landasan Syariah Mudharabah ... 14
6. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 17
7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah ... 19
8. Jenis-jenis Mudharabah ... 19
vi
10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah ... 21
11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan ... 22
B. Mekanisme Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ... 23
1. Mekanisme melalui Profit and Loss Sharing ... 23
2. Mekanisme melalui Revenue Sharing ... 25
C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ... 26
1. Tabungan Mudharabah... 27
2. Deposito Mudharabah ... 28
3. Giro Wadiah ... 29
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri ... 31
B. Visi dan Misi ... 34
C. Prinsip Operasional ... 34
D. Budaya Perusahaan ... 35
E. Nilai- nilai Perusahaan ... 36
F. Struktur Organisasi ... 37
G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ... 38
BAB IV MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH CABANG DEPOK A. Konsep Bagi hasil ... 42
2. Pengertian Revenue Sharing (pendapatan kotor) ... 44
B. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri ... 48
C. Implementasi Produk Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok ... 52
1. Tabungan Bank Syariah Mandiri ... 52
2. Deposito Bank Syariah Mandiri ... 54
3. Giro Bank Syariah Mandiri ... 56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
B. Saran-saran ... 61
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Di-
zaman Rasulullah SAW, belum terdapat institusi bank, namun sudah
memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar yang harus dijadikan pedoman
dalam aktivitas perdagangan dan perekonomian. Dalam menghadapi
permasalahan muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah
mengidentifikasi prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang
ekonomi dan kemudian mengidentifikasi semua yang dilarang dalam syariah
Islam.1
Ketidakjelasan wujud dan bentuk ekonomi Islam atau sistem
perekonomian di dunia Islam tersebut bukan saja karena langkanya informasi,
akan tetapi kurang adanya pengkajian terhadap sistem perekonomian Islam.
Tetapi memang besar kemungkinan jajahan pemikiran kapitalis dan sosialis,
yang mungkin menjadi warisan tradisi konseptual ekonomi dunia Barat yang
telah mewarnai bahkan meracuni sistem dan cara berpikir sebagian besar
masyarakat muslim.2
Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting
bagi aktifitas perekonomian. Perang strategis perbankan tersebut merupakan
wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 17
2
2
secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat.3 Berdasarkan
prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core
product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam
produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah
menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk
bank syariah, bank syariah berkeinginan mengembangkan produk pembiayaan
bagi hasil, namun kondisi masyarakat belum menyediakan iklim yang
diinginkan.
Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang
berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS) tentunya
sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan
faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum
memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah.
Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah
dalam proses mudharabah, dan didukung dengan kinerja yang jujur dan
amanah.4
Tidak seperti bank konvensional, yang pada dasarnya berperan sebagai
peminjam dana disatu pihak dan pemberi pinjaman dana dilain pihak, bank
Islam pada hakikatnya adalah mitra bagi para deposannya kecuali dalam hal
rekening lancar dan layanan-layanan bank yang tidak didanai, disatu sisi, dan
3
Y. Sri Susilo et.al, bank dan Lembaga Kauangan Lain,( Jakarta, Salemba Empat, 2000), cet. 1 h. 6
4
3
juga mitra bagi para nasabahnya, disisi lain, sebagai pengelola dana para
deposan. Bank menghimpun dana dari masyarakat melalui kontrak
mudharabah yang dapat dibatasi oleh waktu, atau tujuan, atau keduanya, dan
dengan demikian menjadi mitra kelola selama berlakunya perjanjian. Begitu
bank Islam menjalin kontrak mudharabah dengan deposan, ia akan
menggunakan dana-dana itu melalui berbagai macam perjanjian yang
dibolehkan syariah: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan
seterusnya.5
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup menggembirakan
per Desember 2008, tercatat ada lima Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI,
dan Bank Syariah Bukopin), 28 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 131 Bank
Perkreditan Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum
termasuk jaringan kantor Office channeling yang jumlahnya hampir mencapai
1500.6
Sebagai bagian dari industri perbankan nasional, bank syariah mandiri
ternyata merupakan salah satu dari sedikit yang mampu survive di tengah
krisis. Hal ini disebabkan bank syariah beroperasi berdasarkan sistem yang
totally different dengan sistem perbankan konvensional. Bank syariah tidak
beroperasi berdasarkan interest base banking system melainkan sharing
system ( bagi hasil).7
5
Mervyn K. Lewis &Latifa M. Algaoud, Perbankan syariah, Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi ilmu Semesta, Anggota IKAPI 2001), h. 107. Cet- 1
6
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia (UIN Press, 2009 ), Cet. 1, h. 101
7
4
Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil merupakan pembiayaan
mudharabah yang ditawarkan oleh bank syariah mandiri dikenal dan diketahui
oleh masyarakat luas, maka bank syariah mandiri perlu mengimplementasikan
mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yang mereka tawarkan agar sasaran
pasar yang dituju serta tujuan perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
“MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN
IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK.” bank syariah mandiri dipilih sebagai lembaga keuangan yang akan di teliti dengan pertimbangan bank syariah mandiri, berasal dari salah satu
anak perusahaan dilingkup bank mandiri yang kemudian dikonversikan bank
syariah secara penuh. Sehingga penulis sangat tertarik menjadikan bank
syariah mandiri sebagai tempat penelitian
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Di sini penulis hanya membatasi masalah yang akan di bahas
adalah pada mekanisme dan implementasi pemberian imbalan bagi hasil
pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada bank
5
b. Bagaimana impelementasi produk bagi hasil pada bank syariah
mandiri cabang Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank
syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil.
b. Untuk mengetahui implementasi produk bagi hasil pada bank syariah
mandiri cabang Depok.
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat Akademik
Sebagai tambahan untuk referensi bagi penulis ataupun untuk
masyarakat umum, yang mungkin orang pada umumnya ingin
mengetahui lebih jauh bank syariah mandiri cabang Depok.
b. Manfaat Praktis
Sebagai informasi tentang bank syariah mandiri yang akan dijadikan
pertimbangan bahan untuk masyarakat berfikir ulang tentang
pentingnya bank syariah mandiri cabang Depok.
D. Metode Penelitian
1. Subjek, Objek dan Sumber Data Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah tentang bank syariah mandiri kantor
cabang Depok secara keseluruhan.
b. Objek dalam penelitian ini adalah mekanisme pemberian imbalan bagi
6
c. Sumber data pada penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari
bank syariah mandiri kantor cabang Depok yang dapat menunjang
penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata, baik lisan maupun tulisan dari orang maupun prilaku
yang diamati.8
a. Wawancara
Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh informasi tentang
mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi perbankan
syariah (study analisis bank syariah mandiri cabang Depok) dari pihak
terkait.
b. Observasi
Penulis menganalisa data-data yang akan diperoleh, hal-hal yang
diperlukan dalam observasi adalah note book atau perihal lain yang
dapat menunjang aktivitas selama observasi berjalan.
c. Dokumentasi disini diartikan sebagai tertulis dari data hasil
wawancara.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan Ruko Depok Mas Blok A1-2 Jl. Margonda
Raya No. 42, Depok Jawa Barat. Telp. (021) 7765231-51-89 Fax.
(021)77202905
8
7
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 Mei-04 Juni 2011
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis
data kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu penulis
melakukan analisa terhadap mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan
implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok dan
menghubungkannya dengan data yang telah diperoleh agar menjadi satu
kesimpulan.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini, adalah berpedoman pada buku.
Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang
disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA
UIN Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya
menjadi suatu karya ilmiah, langkah awal yang penulis tempuh dalam
penyusunan skripsi ini adalah mengkaji lebih jauh skripsi-skripsi terdahulu
yang mempunyai judul skripsi hampir sama dengan skripsi yang akan penulis
susun. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti menduplikat hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas
antara masing-masing judul dan hasil penelitian yang dihasilkan dari
8
1. Skripsi Andi Hastono, S1, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. Dengan judul Nilai-nilai Islam
Pada Budaya Organisasi Bank Syariah Mandiri Pusat. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif.
Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Islam baik dari segi budaya
ataupun organisasi pada bank syariah mandiri pusat.
2. Skripsi Novi Rofiani, S1, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. dengan judul Perilaku Nasabah
Dalam Memilih Produk Pembiayaan Pegadaian Pada PT. Bank Syariah
Mandiri,Tbk. Skripsi ini mengkaji tentang profil dalam memilih produk
pembiayaan pegadaian. Pada bank syariah mandiri.
3. Skripsi Zakwan Efendy, S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2008 M, dengan judul Tingkat Kepuasan
Nasabah Usaha Kecil Terhadap Pelayanan Pembiayaan Pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit
Skripsi ini membahas tentang, tingkat kepuasan nasabah usaha kecil dalam
memperoleh layanan pembiayaan pada bank syariah mandiri cabang
warung buncit berdasarkan data dari hasil penelitian.
Dalam skripsi ini, penulis membahas proses mekanisme bagi hasil
dan impelemantasinya pada bank syariah mandiri cabang Depok,
perbedaan dalam skripsi ini, penulis hanya membahas proses mekanisme
9
F. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, penulis membagi kedalam lima yang masing-masing
memiliki sub- sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan, latar
belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
dan manfaat peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang:
mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yaitu: Pengertian
imbalan, pengertian bagi hasil (mudharabah), landasan dasar
penerapan bagi hasil, pengertian mudharabah, landasan syariah
mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, perkara yang
membatalkan mudhrabah, jenis-jenis mudharabah, pengakuan
laba atau rugi mudharabah, komponen bagi hasil mudharabah,
profit and loss sharing, revenue sharing, pengertian
implementasi produk bagi hasil yaitu: tabungan mudharabah,
deposito mudharabah, giro wadiah.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK,
Bab ini menggambarkan sejarah singkat berdirinya bank
syariah mandiri cabang depok, visi dan misi bank syariah
10
mandiri, budaya perusahaan bank syariah mandiri, nilai-nilai
perusahaan bank syariah mandiri, struktur organisasi bank
syariah mandiri cabang depok, dan produk dan jasa bank
syariah mandiri cabang depok.
BAB IV MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK
Bab ini menguraikan tentang mekanisme konsep bagi hasil
dengan pengertian profit and loss sharing (pendapatan bersih)
dan pengertian revenue sharing (pendapatan kotor).
implementasinya produk bagi hasil pada bank syariah mandiri
cabang depok, terdiri dari tiga sub bab yaitu: tabungan
mudharabah bank syariah mandiri, deposito bank syariah
mandiri, giro bank syariah mandiri.
BAB V PENUTUP
Bab ini menggambarkan kesimpulan, dan saran-saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL
A. Teori Imbalan
1. Pengertian Imbalan
Imbalan adalah upah sebagai pembalas jasa.1 Yaitu balas jasa yang
adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam
mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung
yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang
yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak
seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat
berubah-ubah. Konsep upah biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi
tenaga kerja lepas.2
2. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya
penggal, pecah, urai dari yang utuh. 3Sedangkan hasil adalah akibat
tindakan baik yang disengaja maupun tidak, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan.4 Kata hasil juga dapat disamakan dengan
pendapatan yang pengertiannya adalah uang yang diterima oleh
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, hal. 326 cet 1
2
Veithzal Rivai, Ella jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) h. 758. Edisi 2
3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 86
4
12
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,
bunga, komisi, ongkos, dan laba.5
3. Landasan Dasar penerapan Bagi Hasil
Fatwa dewan syari’ah Nasional yang menetapkan tentang bagi hasil
(Renenue Sharing) adalah fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 7
Jumadil Akhir 1421 H atau 16 September 2000 M, tentang prinsip
distribusi bagi-hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), fatwa
tersebut menyatakan antara lain: Mekanisme perhitungan bagi-hasil dapat
menggunakan prinsip profiitand loss sharing dan revenuesharing:
a. Pembagian hasil usaha antara para pihak (mitra) dalam atau bentuk
usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit and loss sharing
(bagi untung), yakni bagi-hasil yang dihitung dari pendapatan setelah
dikurangi biaya pengelolaan dana, dan boleh pula didasarkan pada
prinsip revenue sharing (bagi pendapatan), yakni bagi-hasil yang
dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana dan masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan.
b. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan
distribusi bagi hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)
c. Supaya para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang
prinsip mana yang boleh digunakan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah
(LKS), sesuai dengan prinsip agama Islam. Dewan syari’ah Nasiaonal
(DSN) memandang perlu menetapkan fatwa tentang prinsip pembagian
5
13
hasil usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk dijadikan
pedoman. 6
4. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai
pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian
hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.7
Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola,
maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.8
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh ummat muslim
sejak zaman Nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum
turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW, berprofesi sabagai
pedagang, beliau praktik Mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat
itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi
Muhammad SAW keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan
6
Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga
Keuangan Syari’ah, Edisi II (Kerjasama Dewan Syari’ah Nasional dan Bank Indonesia, 2003), h.
93-96.
7
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah (IAI), Pedoman Akuntansi
Syari’ah Indonesia, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003), cet. 1. hal.51.
8 Syafi’I Antonio, Bank Ssyari’ah Dari Teori ke Praktik,
14
sebagai pemilik modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad
SAW, berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib).
5. Landasan Syariah Mudharabah
Secara umum landasan syari’ah al-mudharabah diperbolehkan
dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik
modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Dalil tentang
kebolehan mudharabah diantaranya:9
a. Al-Quran
Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Muzzamil ayat 20
sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu,
9
15
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang-orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Artinya: ”Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah, yaitu: menjual dengan bayar tangguh, Muqaradhah (mudharabah), dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah dari Shuhaib).
Dari hadist diatas dapat kita lihat bahwa Mudharabah adalah
salah satu satu dari tiga bentuk usaha yang sebutkan.
c. Ijma
Ijma Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah
menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi
10
16
pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah. Kesepakatan para
sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip oleh Abi Ubaid
Al-Qasim Ibn Salam:
Artinya: “Rasulullah SAW, telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada ditanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.(HR. Bukhari dan Muslim).11
Indikasi dari hadist ini adalah menginvestasikan harta anak
yatim secara Mudharabah sudah dianjurkan, apalagi Mudharabah
dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta
tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on
investment (keuntungan) bukan dari returnoninvestment (keuntungan)
bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan
senantiasa berkembang, bukan berkurang.12
d. Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh
seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang
miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang
11
Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam, Kitab Al-Amwal, (Darul Kitab Al-Alamiah.1406 H/1986 M), hal, 454
12
17
tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang
miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan
demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi
kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.13
6. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam
mudharabah, diantaranya yaitu:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibulmaal), pihak kedua
sebagai pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal
dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan syah secara
hukum.14
b. Objek Mudharabah
Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya
sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan
kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk
uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, sellingskill, manajementskill dan lain-lain.
13Rahmat Syafe’I,
Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 226
14Syafi’I Antonio
18
Syarat objek Mudharabah adalah:
1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang)
2) Modal harus tunai
Para fuqaha tidak memperbolehkan modal Mudharabah
berbentuk barang, ia harus uang tunai karena barang tidak dapat
dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian
(gharar) besarnya modal Mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak
bolehnya Mudharabah dengan utang. Tanpa adanya setoran modal,
berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal
mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’I dan Maliki melarang hal itu
karena merusak syahnya akad.15
c. Persetujuan Kedua Belah Pihak (ijab –qabul)
Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari
prinsip “an-taraadhim minkum (sama-sama rela)”.16 Kedua belah pihak
harus secara rela bersepakat untuk mengingatkan diri dalam akad
mudharabah. Shahibul maal sepakat utuk mengeluarkan dananya untuk
dikelola dan diinvestasikan dan mudharib rela mengelola dana tersebut.
d. Nisbah Keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang
tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang
berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.17
Mudharib mendapatkan hasil atas usahanya dan shahibul maal
mendapatkan keuntungan dari penyertaan modal.
19
Sedangkan syarat-syaratnya adalah:
1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak
2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada
waktu kontrak dan proporsi tersebut harus diambil dari keuntungan.
3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke
waktu
4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja
yang ditanggung pemodal dan pengelola.18
7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah
Ada beberapa perkara yang dapat membatalkan transaksi
Mudharabah:
a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan
b. Salah seorang aqid meninggal dunia
c. Salah seorang aqid gila
d. Pemilik modal murtad
e. Modal rusak ditangan pengusaha.19
8. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, Mudharabah dibagi menjadi 2 jenis,20 Yaitu:
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal
dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
18
Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176
19
Ibid, Antonio Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176
20
20
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.21 Investasi yang tidak terbatas ini dalam perbankan syari’ah diaplikasikan pada tabungan dan
deposito
b. MudharabahMuqayyadah
Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana membatasi/memberi
syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya untuk
melakukan mudharabah bidang tertentu, cara waktu dan tempat tertentu
saja, bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan
dana bank atau rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang
untuk investasi dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa
pinjaman atau jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri
(tanpa melalui pihak ketiga).22
9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
a. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:
1) Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak
bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.
b. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh
bank.
21Ibid, Antonio Syafi’I
, hal. 97
22
21
c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bagi
hasil (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi
laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan
dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan,
dihitung dari total pengelolaan mudharabah.
d. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang
pembiayaan mudharabah.
e. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan
mudharib dibebankan pada pengelola dana.
f. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana
(mudharib) pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum
masanya selesai diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola
dana (mudharib).
10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah
Beberapa hal yang yang terkait dengan perhitungan bagi hasil
pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
a. Saldo Pembiayaan
b. Jangka waktu Pengembalian
c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan
d. Hasil yang diharapkan oleh BMT
22
f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman
usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui
g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan
keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam
pengambilan tingkat bagi hasil.
h. Tingkat persaingan harga dengan lembaga keuangan lainnya
11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal
diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati
bersama
b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan dua cara:
1) Dari pendapatan Proyek (revenuesharing)
2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profitsharing)
c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kalalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana
d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
23
e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau
membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat
dikenakan sanksi administrasi.23
B. Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah
Bagi hasil mudharabah pada bank syariah dapat ditempuh dengan
menggunakan dua metode, yaitu Profit Sharing dan Revenue Sharing.
1. Mekanisme melalui ProfitandLossSharing
Profit Sharing secara etimologi adalah bagi keuntungan. Dalam
kamus ekonomi diartikan pembagian laba.24 Profit secara istilah adalah
perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu
perubahan lebih besar dari biaya total (total cost).25 Secara definitif profit
sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai
dari beberapa perusahaan.26
Dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
didasarkan pada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut.27 Pada perbankan syari’ah istilah yang sering dipakai adalah
23
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 70
24
Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta:Erlangga, 1994), Ed.II, h. 534
27Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,
24
profit and loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian
untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah
dilakukan.
Mekanisme profit and loss sharing dalam pelaksanaanya
merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor)
dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha,
dimana antara keduanya terikat kontrak bahwa dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi antara kedua pihak sesuai nisbah
kesepakatan diawal perjanjian, dan begitu pula jika mengalami kerugian
akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.28
Keuntungan yang dapat dari usaha tersebut akan dilakukan
pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam
dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka
lebih sisa hasil pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara
pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan
adalah keuntungan yang bersih (net profit) yang merupakan kelebihan dari
selisih atas pengurangan totalcost terhadap totalrevenue.
Pembagian dalam profit sharing, modal usaha dipisahkan terlebih
dahulu, modal tidak termasuk ke dalam pembagian tersebut. Dan
pendapatan yang dibagikan oleh bank adalah seluruh pendapatan, baik
28
25
hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas jasa-jasa yang diberikan
oleh bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank.29
2. Mekanisme melalui RenvenueSharing
Revenue sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua
kata yaitu, revenue yang berarti hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing
bentuk kata kerja dari share, yang berarti bagi atau bagian.30 Revenue
sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.
Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang
yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods)
dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan
(sales revenue).31
Dalam arti lain, revenue merupakan besaran yang mengacu pada
perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.32
Revenue dapat juga disamakan dengan kata income yang merupakan
penerimaan oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (wages),
upah (salaries), sewa (rent), bunga (interest) dan laba (profit).33 Dalam
revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan
laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit)
dikurangi distribusi penjualan, admisistrasi dan keuangan.34
29
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet. Ke-1, h. 66-67
30
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), cet. Ke-21, h. 518
31
Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekkonomi, OP. Cit., h. 583
32
Ibid, h. 584
33
Ibid, h. 588
34
26
Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan arti revenue
pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil
usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total
pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang
tersebut. Unsur tersebut terdapat dalam revenue meliputi total harga pokok
penjualan.
Sharing dalam arti perbankan syari’ah adalah perhitungan bagi
hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum
dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut. 35
C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah
Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian implementasi yaitu,
pelaksanaan, penerapan.36 Implementasi adalah proses untuk memastikan
terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut.
Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu
dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama.37
Dalam implementasi produk bagi bank syariah pada bank syariah
terbagi tiga yaitu:
35Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indo
nesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Op. Cit., h. 264
36
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 427 37
27
1. Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni
mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan
utama di antara keduanya terletak pada atau tidak adanya persyaratan yang
diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal
ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan
nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah
dalam kapasitasnya mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbgai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak
lain. Namun. Di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat seorang wali
amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta
beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul
akibat kesalahan atau kelalaiannya.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
28
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya
operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi
nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang
besangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil
tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan
mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.
2. Deposito Mudharabah
Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan
adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank syariah
bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah
bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagaia macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,
termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.
Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai
mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni
harus berhati-hatiatau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
29
dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin
tanpa melanggar berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan mudharabah, bank syariah akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam
mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggng jawab terhadap kerugian
yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut.
3. Giro Wadiah
Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,
yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemilik
menghendaki. Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan atau memanfaatkan uang atau
barang yang dititipkan. Hal ini berarti wadiah yad dhamanah mempunyai
implikasi hukum yang sama dengan qard, yakni nasabah bertindak sebagai
pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang
dipinjami. Dengan demikian, pemilik dana dan bank tidak boleh saling
menjanjikan untuk memberikan imbalan atas penggunaan atau
pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.
Dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan
prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip
yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau
30
bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola
dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil
dari keuntungan pengelolaan dana tersebut.38
38
31
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK
A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri1
Fenomena hadirnya bank syariah telah ada sekitar tahun 1999-an
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah
tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal
pendiriannya. Sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca
krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam
dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara
dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar
dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank
lain serta mengundang investor asing.
1
32
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan
dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas
baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB
berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana
tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September
1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
33
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul
pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara
resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Penulis wawancara dengan Bu Inggid divisi Sumber Daya Insani.
Bank Syariah Mandiri cabang Depok telah diresmikan pada tanggal 10 Mei
2004. Keberadaannya memberikan kemudahan bagi para nasabah, karena
aksesnya sangat strategis tepat berada di pusat kota Depok. PT Bank Syariah
Mandiri hadir sebagai Bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan
nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha
dan nilai-nilai rohanialah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank
34
B. Visi dan Misi2 1. Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
2. Misi
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan Pada segmen UMKM
c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
Kerja yang sehat
d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.
C. Prinsip Operasional 3
Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil
dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank
dan nasabah.
2
.http:/tunas63.wodpress.com/2010/06/23/visi-misi-dan-sejarah-bankmandiri-syariah/artikel di akses pada 11 April 2011
3.Bank Syariah Mandiri,” Bank Syariah” artikel diakses
35
2. Prinsip kemitraan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat
dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan
keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah
penguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai
intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya.
3. Prinsip Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan
kualitas manajemen bank
4. Universalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan
suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat, dengan prinsip
Islam sebagai rahmatan lila’lamin.
D. Budaya Perusahaan4
Bank syariah mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip
syariah Islam yang menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada
sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam sikap
dasar tersebut SIFAT, yaitu:
4
36
1. Siddiq(Integritas)
Menjaga martabat yang integritas. Awali dengan niat dan hati tulus,
berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.
2. Istiqomah (konsistensi)
Konsisten adalah kunci menuju sukses, pegang teguh komitmen, sikap
optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.
3. Fathonah (Profesionalisme)
Profesional adalah gaya kerja kami. Semangat belajar berkelanjutan,
cerdas, inovatif, terampil dan adil.
4. Amanah (Tanggung-jawab)
Terpercaya karena penuh tanggung jawab. Menjadi terpercaya, cepat
tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.
5. Tabligh (Kepemimpinan)
Kepemimpinan berlandaskan kasih sayang. Selalu transparan,
membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.
E. Nilai- nilai Perusahaan5
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak
pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati
bersama untuk dishared oleh seluruh pegawai bank syariah yang disebut
shared values bank syariah mandiri. Shared bank syariah mandiri di singkat
“ETHIC”.
5
37
1. Excelance : Berupaya mencapai kesempurnaan melalui parbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.
2. Teamwork : Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
3. Humanity : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.
4. Integrity : Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berprilaku terpuji.
5. Customerfocus : Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai
mitra yang terpercaya dan menguntungkan.
F. Struktur Organisasi
Stuktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, penasehat Direksi,
Divisi dan Kantor Cabang.
Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang
Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah-Ritel, serta
Direktur Bidang Operasi, kepatuhan dan Manajemen Cabang.
Sebagai bank syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan
Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi
kegiatan bankguna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan
38
Adapun Susunan Personalia Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Depok adalah sebagai berikut:
Kapala Kantor Cabang Depok : Anton Sukarno
Manajer Marketing : Siti Sjafriah
Account Officer : Irfan Nur Muttaqin, Rachmat,
Ivan Mediawan
Manajer Operasional : Andri wijaya
Funding Officer : Maul Ziandra
Kepala Warung Mikro (KWM) : Jumbadi
Administrasi : Nurman
Sumber Daya Insani (SDI) : Inggid
Accounting : Edi Astuti
Customer Service Officer : Septhya C.
Head Teller : Rully Syahmia
Office Boy : Ade Ruhama
G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri
Produk dan jasa bank syariah mandiri terdiri dari:
1. Pendanaan
a. Tabungan
1) Tabungan Berencana BSM
2) Tabungan Simpatik BSM
3) Tabungan BSM
39
5) Tabungan Mabrur BSM
6) Tabungan Kurban BSM
7) Tabungan BSM Investa Cendikia
b. Deposito
1) Deposito BSM
2) Deposito BSM Valas
c. Giro
1) Giro BSM EURO
2) Giro BSM
3) Giro BSM Valas
4) Giro BSM Singapore Dollar
d. Obligasi
1) Obligasi BSM
2. Pembiyaan
a. BSM Customer Network Financing
b. Pembiayaan Resi Gudang
c. PKPA
d. Pembiyaan Edukasi BSM
e. BSM Implan
f. Pembiayaan Dana Berputar
g. Pembiyaan Griya BSM
h. Pembiyaan Griya BSM Optima
40
j. Pembiyaan Umroh
k. Pembiyaan BSM DP 0%
l. Gadai Emas Syariah Mandiri
m. Pembiyaan Mudharabah BSM
n. Pembiyaan Musyarakah BSM
o. Pembiyaan Murabahah BSM
p. Pembiyaan Talangan Haji BSM
q. Pembiyaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM
r. Pembiyaan Kepada Pensiunan
s. Pembiyaan Peralatan Kedokteran
t. Pembiyaan Istishna BSM
u. Qardh
v. Ijarah Muntahiyah Bitamliik
w. Hawalah
x. Salam
3. Jasa
a. Jasa Produk
1) BSM Card
2) Sentra Bayar BSM
3) BSM SMS Banking
4) BSM Mobile Banking GPRS
5) BSM Net banking
41
7) Jual Beli Valas BSM
8) Bank Garansi BSM
9) BSM Electronic Payroll
10)SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
11)BSM Letter of Credit
12)BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card)
b. Jasa Operasional
1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union
2) Kliring BSM
3) Inkaso BSM
4) BSM Intercity Clearing
5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
6) Transfer Dalam Kota (LLG)
7) Tranfer Valas BSM
8) Pajak Online BSM
9) Pajak Import BSM
10)Referensi Bank BSM
11)BSM Standing Order
c. Jasa Investasi