• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasinya pada bank Syariah mandiri cabang Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasinya pada bank Syariah mandiri cabang Depok"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL

DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH

MANDIRI CABANG DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

NONI NURAENI

NIM : 107053002742

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI

CABANG DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

NONI NURAENI

NIM : 107053002742

Di bawah bimbingan

Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP : 1966 0605 199403 1005

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil dan Implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 21 Juni 2011

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris

Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Sugiharto Masruri, MA

NIP. 1952 0422 198103 1 002 NIP. 1966 9896 199603 1001

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Cecep Castrawijaya, MA H. Mulkanasir. BA. S.Pd. MM

NIP. 196708181998031002 NIP. 1955 0101 198302 1 001

Pembimbing

Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Juni 2011

(5)

ABSTRAK

Noni Nuraeni. “Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil dan Implementasinya Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok”.

Dibawah bimbingan: Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA.

Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Peran tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk bank syariah.

Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS), tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah. Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah dalam proses mudharabah, dan di dukung dengan kinerja yang jujur dan amanah.

Berdasarkan data tersebut, maka penulis menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok? dan bagaimana implementasinya produk bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi produk bagi hasil pada bank syariah mandiri. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan sampel teoritis berdasarkan pemahaman teori yang sesuai dengan masalah dan tujuan.

Kesimpulan yang diperoleh bank syariah mandiri bahwa sistem profitand

loss sharing jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan mendapatkan

(6)

ii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمرلا ها مسب

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat hidayah dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras penulis sendiri, tetapi dukungan dari berbagai pihak, khususnya para pembimbing yang telah mendorong para peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah Jakarta.

4. Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Study Rizal, LK, MA, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.

7. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini.

(7)

saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasyah.

9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.

10.Irfan Nur Muttaqin, Divisi Account Officer Bank Syariah Mandiri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11.Inggid, selaku Divisi Sumber Daya Insani (SDI) Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah memberikan kesempatan waktu, dan arahan kepada penulis. Ibu Eva, selaku Divisi Customer Service Officer Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah menjelaskan mengenai produk pendanaan Bank Syariah mandiri. Ka Hilda alumni Manajemen Dakwah 2010 yang tidak sengaja bertemu di Bank Syariah mandiri Cabang Depok. Ternyata oh ternyata…….ka2 tuh kerja di BSM cabang Depok…………, dan selalu bertanya kepada penulis. “ Sudah beres belum non skripsinya”?...

12.Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk mengadakan studi kepustakaan.

13.Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil. Terutama kepada Hj. Siti Aisyah dan H. Syamsudin yang tak pernah lelah mendoakan dan memotivasi penulis selama ini dan seterusnya. Dan tak lupa kepada bapakku tercinta, tak henti-hentinya penulis mendoakan, mudah-mudahan cepet sembuh dan mudah-mudahan penyakitnya di angkat oleh Allah SWT. Dan bisa berkumpul, bercanda ria dengan istri, anak, menantu, terutama cucu-cucunya.

(8)

iv

15.Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya kelas B, sahabatku Geng 7 (genk seven). Terutama Iin Irnawati, yang selalu membantu, memberikan motivasi, semangat kepada penulis, ”cepetan non

beresin skripsinya.…biar cepet lulus semua genk seven”, Rohayati

Khosidah, yang selalu setia mendengar curhat penulis, Fauziah, Lilis Muchlisoh, Eem Huzaimah, Atik Nurdiana yang tidak henti memberikan semangat, untuk selalu sabar menghadapi hambatan pembuatan skripsi ini. Kemudian terima kasih kepada saudara Agus Supriadi yang lagi pedekate dengan genk seven, tak henti-hentinya memberikan semangat, kepada penulis. Dan terima kasih kepada teman-teman Manajemen Dakwah B semua yang penulis tidak sebutkan satu persatu.

16.Kakak Sudirman yang selalu membantu dan memberikan semangat motivasi kepada penulis dengan hati yang ikhlas dan sabar. Kakak tau kejelekan dari sifat penulis, “kamu tuh orangnya suka ngedumel kalau lagi

pusing….., egois gak mau mengalah, selalu memotong pembicaraan”

hehehe……

Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bentuk bantuan yang diberikan dinilai ibadah oleh Allah SWT.

Jazakumullah Khairal Jaza. Amiiin.

Jakarta, 18 Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Metode Penelitian... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL A. Teori Imbalan ... 11

1. Pengertian Imbalan... 11

2. Pengertian Bagi Hasil ... 11

3. Landasan Dasar Penerapan Bagi Hasil ... 12

4. Pengertian Mudharabah ... 13

5. Landasan Syariah Mudharabah ... 14

6. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 17

7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah ... 19

8. Jenis-jenis Mudharabah ... 19

(10)

vi

10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah ... 21

11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan ... 22

B. Mekanisme Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ... 23

1. Mekanisme melalui Profit and Loss Sharing ... 23

2. Mekanisme melalui Revenue Sharing ... 25

C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ... 26

1. Tabungan Mudharabah... 27

2. Deposito Mudharabah ... 28

3. Giro Wadiah ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri ... 31

B. Visi dan Misi ... 34

C. Prinsip Operasional ... 34

D. Budaya Perusahaan ... 35

E. Nilai- nilai Perusahaan ... 36

F. Struktur Organisasi ... 37

G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ... 38

BAB IV MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH CABANG DEPOK A. Konsep Bagi hasil ... 42

(11)

2. Pengertian Revenue Sharing (pendapatan kotor) ... 44

B. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri ... 48

C. Implementasi Produk Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok ... 52

1. Tabungan Bank Syariah Mandiri ... 52

2. Deposito Bank Syariah Mandiri ... 54

3. Giro Bank Syariah Mandiri ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran-saran ... 61

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Di-

zaman Rasulullah SAW, belum terdapat institusi bank, namun sudah

memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar yang harus dijadikan pedoman

dalam aktivitas perdagangan dan perekonomian. Dalam menghadapi

permasalahan muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah

mengidentifikasi prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang

ekonomi dan kemudian mengidentifikasi semua yang dilarang dalam syariah

Islam.1

Ketidakjelasan wujud dan bentuk ekonomi Islam atau sistem

perekonomian di dunia Islam tersebut bukan saja karena langkanya informasi,

akan tetapi kurang adanya pengkajian terhadap sistem perekonomian Islam.

Tetapi memang besar kemungkinan jajahan pemikiran kapitalis dan sosialis,

yang mungkin menjadi warisan tradisi konseptual ekonomi dunia Barat yang

telah mewarnai bahkan meracuni sistem dan cara berpikir sebagian besar

masyarakat muslim.2

Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting

bagi aktifitas perekonomian. Perang strategis perbankan tersebut merupakan

wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat

1

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 17

2

(13)

2

secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat.3 Berdasarkan

prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core

product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam

produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah

menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk

bank syariah, bank syariah berkeinginan mengembangkan produk pembiayaan

bagi hasil, namun kondisi masyarakat belum menyediakan iklim yang

diinginkan.

Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang

berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS) tentunya

sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan

faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum

memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah.

Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah

dalam proses mudharabah, dan didukung dengan kinerja yang jujur dan

amanah.4

Tidak seperti bank konvensional, yang pada dasarnya berperan sebagai

peminjam dana disatu pihak dan pemberi pinjaman dana dilain pihak, bank

Islam pada hakikatnya adalah mitra bagi para deposannya kecuali dalam hal

rekening lancar dan layanan-layanan bank yang tidak didanai, disatu sisi, dan

3

Y. Sri Susilo et.al, bank dan Lembaga Kauangan Lain,( Jakarta, Salemba Empat, 2000), cet. 1 h. 6

4

(14)

3

juga mitra bagi para nasabahnya, disisi lain, sebagai pengelola dana para

deposan. Bank menghimpun dana dari masyarakat melalui kontrak

mudharabah yang dapat dibatasi oleh waktu, atau tujuan, atau keduanya, dan

dengan demikian menjadi mitra kelola selama berlakunya perjanjian. Begitu

bank Islam menjalin kontrak mudharabah dengan deposan, ia akan

menggunakan dana-dana itu melalui berbagai macam perjanjian yang

dibolehkan syariah: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan

seterusnya.5

Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup menggembirakan

per Desember 2008, tercatat ada lima Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri,

Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI,

dan Bank Syariah Bukopin), 28 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 131 Bank

Perkreditan Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum

termasuk jaringan kantor Office channeling yang jumlahnya hampir mencapai

1500.6

Sebagai bagian dari industri perbankan nasional, bank syariah mandiri

ternyata merupakan salah satu dari sedikit yang mampu survive di tengah

krisis. Hal ini disebabkan bank syariah beroperasi berdasarkan sistem yang

totally different dengan sistem perbankan konvensional. Bank syariah tidak

beroperasi berdasarkan interest base banking system melainkan sharing

system ( bagi hasil).7

5

Mervyn K. Lewis &Latifa M. Algaoud, Perbankan syariah, Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi ilmu Semesta, Anggota IKAPI 2001), h. 107. Cet- 1

6

A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia (UIN Press, 2009 ), Cet. 1, h. 101

7

(15)

4

Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil merupakan pembiayaan

mudharabah yang ditawarkan oleh bank syariah mandiri dikenal dan diketahui

oleh masyarakat luas, maka bank syariah mandiri perlu mengimplementasikan

mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yang mereka tawarkan agar sasaran

pasar yang dituju serta tujuan perusahaan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

“MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN

IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK.” bank syariah mandiri dipilih sebagai lembaga keuangan yang akan di teliti dengan pertimbangan bank syariah mandiri, berasal dari salah satu

anak perusahaan dilingkup bank mandiri yang kemudian dikonversikan bank

syariah secara penuh. Sehingga penulis sangat tertarik menjadikan bank

syariah mandiri sebagai tempat penelitian

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Di sini penulis hanya membatasi masalah yang akan di bahas

adalah pada mekanisme dan implementasi pemberian imbalan bagi hasil

pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada bank

(16)

5

b. Bagaimana impelementasi produk bagi hasil pada bank syariah

mandiri cabang Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank

syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil.

b. Untuk mengetahui implementasi produk bagi hasil pada bank syariah

mandiri cabang Depok.

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Akademik

Sebagai tambahan untuk referensi bagi penulis ataupun untuk

masyarakat umum, yang mungkin orang pada umumnya ingin

mengetahui lebih jauh bank syariah mandiri cabang Depok.

b. Manfaat Praktis

Sebagai informasi tentang bank syariah mandiri yang akan dijadikan

pertimbangan bahan untuk masyarakat berfikir ulang tentang

pentingnya bank syariah mandiri cabang Depok.

D. Metode Penelitian

1. Subjek, Objek dan Sumber Data Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah tentang bank syariah mandiri kantor

cabang Depok secara keseluruhan.

b. Objek dalam penelitian ini adalah mekanisme pemberian imbalan bagi

(17)

6

c. Sumber data pada penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari

bank syariah mandiri kantor cabang Depok yang dapat menunjang

penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif

adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata, baik lisan maupun tulisan dari orang maupun prilaku

yang diamati.8

a. Wawancara

Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh informasi tentang

mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi perbankan

syariah (study analisis bank syariah mandiri cabang Depok) dari pihak

terkait.

b. Observasi

Penulis menganalisa data-data yang akan diperoleh, hal-hal yang

diperlukan dalam observasi adalah note book atau perihal lain yang

dapat menunjang aktivitas selama observasi berjalan.

c. Dokumentasi disini diartikan sebagai tertulis dari data hasil

wawancara.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan Ruko Depok Mas Blok A1-2 Jl. Margonda

Raya No. 42, Depok Jawa Barat. Telp. (021) 7765231-51-89 Fax.

(021)77202905

8

(18)

7

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 Mei-04 Juni 2011

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis

data kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu penulis

melakukan analisa terhadap mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan

implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok dan

menghubungkannya dengan data yang telah diperoleh agar menjadi satu

kesimpulan.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini, adalah berpedoman pada buku.

Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang

disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA

UIN Jakarta pada tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya

menjadi suatu karya ilmiah, langkah awal yang penulis tempuh dalam

penyusunan skripsi ini adalah mengkaji lebih jauh skripsi-skripsi terdahulu

yang mempunyai judul skripsi hampir sama dengan skripsi yang akan penulis

susun. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

seperti menduplikat hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas

antara masing-masing judul dan hasil penelitian yang dihasilkan dari

(19)

8

1. Skripsi Andi Hastono, S1, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. Dengan judul Nilai-nilai Islam

Pada Budaya Organisasi Bank Syariah Mandiri Pusat. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif.

Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Islam baik dari segi budaya

ataupun organisasi pada bank syariah mandiri pusat.

2. Skripsi Novi Rofiani, S1, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. dengan judul Perilaku Nasabah

Dalam Memilih Produk Pembiayaan Pegadaian Pada PT. Bank Syariah

Mandiri,Tbk. Skripsi ini mengkaji tentang profil dalam memilih produk

pembiayaan pegadaian. Pada bank syariah mandiri.

3. Skripsi Zakwan Efendy, S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2008 M, dengan judul Tingkat Kepuasan

Nasabah Usaha Kecil Terhadap Pelayanan Pembiayaan Pada Bank

Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit

Skripsi ini membahas tentang, tingkat kepuasan nasabah usaha kecil dalam

memperoleh layanan pembiayaan pada bank syariah mandiri cabang

warung buncit berdasarkan data dari hasil penelitian.

Dalam skripsi ini, penulis membahas proses mekanisme bagi hasil

dan impelemantasinya pada bank syariah mandiri cabang Depok,

perbedaan dalam skripsi ini, penulis hanya membahas proses mekanisme

(20)

9

F. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini, penulis membagi kedalam lima yang masing-masing

memiliki sub- sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan, latar

belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

dan manfaat peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang:

mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yaitu: Pengertian

imbalan, pengertian bagi hasil (mudharabah), landasan dasar

penerapan bagi hasil, pengertian mudharabah, landasan syariah

mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, perkara yang

membatalkan mudhrabah, jenis-jenis mudharabah, pengakuan

laba atau rugi mudharabah, komponen bagi hasil mudharabah,

profit and loss sharing, revenue sharing, pengertian

implementasi produk bagi hasil yaitu: tabungan mudharabah,

deposito mudharabah, giro wadiah.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK,

Bab ini menggambarkan sejarah singkat berdirinya bank

syariah mandiri cabang depok, visi dan misi bank syariah

(21)

10

mandiri, budaya perusahaan bank syariah mandiri, nilai-nilai

perusahaan bank syariah mandiri, struktur organisasi bank

syariah mandiri cabang depok, dan produk dan jasa bank

syariah mandiri cabang depok.

BAB IV MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK

Bab ini menguraikan tentang mekanisme konsep bagi hasil

dengan pengertian profit and loss sharing (pendapatan bersih)

dan pengertian revenue sharing (pendapatan kotor).

implementasinya produk bagi hasil pada bank syariah mandiri

cabang depok, terdiri dari tiga sub bab yaitu: tabungan

mudharabah bank syariah mandiri, deposito bank syariah

mandiri, giro bank syariah mandiri.

BAB V PENUTUP

Bab ini menggambarkan kesimpulan, dan saran-saran.

(22)

11

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL

A. Teori Imbalan

1. Pengertian Imbalan

Imbalan adalah upah sebagai pembalas jasa.1 Yaitu balas jasa yang

adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam

mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung

yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang

yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak

seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat

berubah-ubah. Konsep upah biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi

tenaga kerja lepas.2

2. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya

penggal, pecah, urai dari yang utuh. 3Sedangkan hasil adalah akibat

tindakan baik yang disengaja maupun tidak, baik yang menguntungkan

maupun yang merugikan.4 Kata hasil juga dapat disamakan dengan

pendapatan yang pengertiannya adalah uang yang diterima oleh

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, hal. 326 cet 1

2

Veithzal Rivai, Ella jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) h. 758. Edisi 2

3

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 86

4

(23)

12

perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,

bunga, komisi, ongkos, dan laba.5

3. Landasan Dasar penerapan Bagi Hasil

Fatwa dewan syari’ah Nasional yang menetapkan tentang bagi hasil

(Renenue Sharing) adalah fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 7

Jumadil Akhir 1421 H atau 16 September 2000 M, tentang prinsip

distribusi bagi-hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), fatwa

tersebut menyatakan antara lain: Mekanisme perhitungan bagi-hasil dapat

menggunakan prinsip profiitand loss sharing dan revenuesharing:

a. Pembagian hasil usaha antara para pihak (mitra) dalam atau bentuk

usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit and loss sharing

(bagi untung), yakni bagi-hasil yang dihitung dari pendapatan setelah

dikurangi biaya pengelolaan dana, dan boleh pula didasarkan pada

prinsip revenue sharing (bagi pendapatan), yakni bagi-hasil yang

dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana dan masing-masing

memiliki kelebihan dan kekurangan.

b. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan

distribusi bagi hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)

c. Supaya para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang

prinsip mana yang boleh digunakan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah

(LKS), sesuai dengan prinsip agama Islam. Dewan syari’ah Nasiaonal

(DSN) memandang perlu menetapkan fatwa tentang prinsip pembagian

5

(24)

13

hasil usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk dijadikan

pedoman. 6

4. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai

pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana

(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian

hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.7

Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).

Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya

kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola,

maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.8

Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh ummat muslim

sejak zaman Nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum

turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW, berprofesi sabagai

pedagang, beliau praktik Mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat

itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi

Muhammad SAW keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan

6

Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga

Keuangan Syari’ah, Edisi II (Kerjasama Dewan Syari’ah Nasional dan Bank Indonesia, 2003), h.

93-96.

7

Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah (IAI), Pedoman Akuntansi

Syari’ah Indonesia, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003), cet. 1. hal.51.

8 Syafi’I Antonio, Bank Ssyari’ah Dari Teori ke Praktik,

(25)

14

sebagai pemilik modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad

SAW, berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib).

5. Landasan Syariah Mudharabah

Secara umum landasan syari’ah al-mudharabah diperbolehkan

dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik

modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Dalil tentang

kebolehan mudharabah diantaranya:9

a. Al-Quran

Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Muzzamil ayat 20

sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu,

9

(26)

15

karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang-orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu

perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh

(balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Artinya: ”Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah, yaitu: menjual dengan bayar tangguh, Muqaradhah (mudharabah), dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah dari Shuhaib).

Dari hadist diatas dapat kita lihat bahwa Mudharabah adalah

salah satu satu dari tiga bentuk usaha yang sebutkan.

c. Ijma

Ijma Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah

menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi

10

(27)

16

pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah. Kesepakatan para

sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip oleh Abi Ubaid

Al-Qasim Ibn Salam:

Artinya: “Rasulullah SAW, telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada ditanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.(HR. Bukhari dan Muslim).11

Indikasi dari hadist ini adalah menginvestasikan harta anak

yatim secara Mudharabah sudah dianjurkan, apalagi Mudharabah

dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta

tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on

investment (keuntungan) bukan dari returnoninvestment (keuntungan)

bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan

senantiasa berkembang, bukan berkurang.12

d. Qiyas

Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh

seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang

miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang

11

Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam, Kitab Al-Amwal, (Darul Kitab Al-Alamiah.1406 H/1986 M), hal, 454

12

(28)

17

tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang

miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan

demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi

kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia

dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.13

6. Rukun dan Syarat Mudharabah

Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam

mudharabah, diantaranya yaitu:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak

pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibulmaal), pihak kedua

sebagai pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal

dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan syah secara

hukum.14

b. Objek Mudharabah

Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya

sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan

kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk

uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,

keterampilan, sellingskill, manajementskill dan lain-lain.

13Rahmat Syafe’I,

Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 226

14Syafi’I Antonio

(29)

18

Syarat objek Mudharabah adalah:

1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang)

2) Modal harus tunai

Para fuqaha tidak memperbolehkan modal Mudharabah

berbentuk barang, ia harus uang tunai karena barang tidak dapat

dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian

(gharar) besarnya modal Mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak

bolehnya Mudharabah dengan utang. Tanpa adanya setoran modal,

berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal

mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’I dan Maliki melarang hal itu

karena merusak syahnya akad.15

c. Persetujuan Kedua Belah Pihak (ijab qabul)

Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari

prinsip “an-taraadhim minkum (sama-sama rela)”.16 Kedua belah pihak

harus secara rela bersepakat untuk mengingatkan diri dalam akad

mudharabah. Shahibul maal sepakat utuk mengeluarkan dananya untuk

dikelola dan diinvestasikan dan mudharib rela mengelola dana tersebut.

d. Nisbah Keuntungan

Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang

tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang

berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.17

Mudharib mendapatkan hasil atas usahanya dan shahibul maal

mendapatkan keuntungan dari penyertaan modal.

(30)

19

Sedangkan syarat-syaratnya adalah:

1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak

2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada

waktu kontrak dan proporsi tersebut harus diambil dari keuntungan.

3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke

waktu

4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja

yang ditanggung pemodal dan pengelola.18

7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah

Ada beberapa perkara yang dapat membatalkan transaksi

Mudharabah:

a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan

b. Salah seorang aqid meninggal dunia

c. Salah seorang aqid gila

d. Pemilik modal murtad

e. Modal rusak ditangan pengusaha.19

8. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum, Mudharabah dibagi menjadi 2 jenis,20 Yaitu:

a. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal

dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

18

Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176

19

Ibid, Antonio Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176

20

(31)

20

spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.21 Investasi yang tidak terbatas ini dalam perbankan syari’ah diaplikasikan pada tabungan dan

deposito

b. MudharabahMuqayyadah

Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana membatasi/memberi

syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya untuk

melakukan mudharabah bidang tertentu, cara waktu dan tempat tertentu

saja, bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan

dana bank atau rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang

untuk investasi dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa

pinjaman atau jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri

(tanpa melalui pihak ketiga).22

9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah

a. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:

1) Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak

bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.

2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan

mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.

b. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui

berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh

bank.

21Ibid, Antonio Syafi’I

, hal. 97

22

(32)

21

c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bagi

hasil (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi

laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan

dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan,

dihitung dari total pengelolaan mudharabah.

d. Rugi pembiayaan mudharabah yang diakibatkan penghentian

mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang

pembiayaan mudharabah.

e. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan

mudharib dibebankan pada pengelola dana.

f. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana

(mudharib) pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum

masanya selesai diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola

dana (mudharib).

10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah

Beberapa hal yang yang terkait dengan perhitungan bagi hasil

pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Saldo Pembiayaan

b. Jangka waktu Pengembalian

c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan

d. Hasil yang diharapkan oleh BMT

(33)

22

f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman

usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui

g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan

keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam

pengambilan tingkat bagi hasil.

h. Tingkat persaingan harga dengan lembaga keuangan lainnya

11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola

modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal

diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati

bersama

b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara:

1) Dari pendapatan Proyek (revenuesharing)

2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profitsharing)

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap

bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kalalaian dan

penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan dana

d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak

(34)

23

e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau

membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat

dikenakan sanksi administrasi.23

B. Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah

Bagi hasil mudharabah pada bank syariah dapat ditempuh dengan

menggunakan dua metode, yaitu Profit Sharing dan Revenue Sharing.

1. Mekanisme melalui ProfitandLossSharing

Profit Sharing secara etimologi adalah bagi keuntungan. Dalam

kamus ekonomi diartikan pembagian laba.24 Profit secara istilah adalah

perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu

perubahan lebih besar dari biaya total (total cost).25 Secara definitif profit

sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai

dari beberapa perusahaan.26

Dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil

didasarkan pada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

tersebut.27 Pada perbankan syari’ah istilah yang sering dipakai adalah

23

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 70

24

Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta:Erlangga, 1994), Ed.II, h. 534

27Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia,

(35)

24

profit and loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian

untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah

dilakukan.

Mekanisme profit and loss sharing dalam pelaksanaanya

merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor)

dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha,

dimana antara keduanya terikat kontrak bahwa dalam usaha tersebut jika

mendapat keuntungan akan dibagi antara kedua pihak sesuai nisbah

kesepakatan diawal perjanjian, dan begitu pula jika mengalami kerugian

akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.28

Keuntungan yang dapat dari usaha tersebut akan dilakukan

pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya

yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam

dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka

lebih sisa hasil pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara

pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan

adalah keuntungan yang bersih (net profit) yang merupakan kelebihan dari

selisih atas pengurangan totalcost terhadap totalrevenue.

Pembagian dalam profit sharing, modal usaha dipisahkan terlebih

dahulu, modal tidak termasuk ke dalam pembagian tersebut. Dan

pendapatan yang dibagikan oleh bank adalah seluruh pendapatan, baik

28

(36)

25

hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas jasa-jasa yang diberikan

oleh bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank.29

2. Mekanisme melalui RenvenueSharing

Revenue sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua

kata yaitu, revenue yang berarti hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing

bentuk kata kerja dari share, yang berarti bagi atau bagian.30 Revenue

sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan.

Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang

yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods)

dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan

(sales revenue).31

Dalam arti lain, revenue merupakan besaran yang mengacu pada

perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi

dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.32

Revenue dapat juga disamakan dengan kata income yang merupakan

penerimaan oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (wages),

upah (salaries), sewa (rent), bunga (interest) dan laba (profit).33 Dalam

revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan

laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit)

dikurangi distribusi penjualan, admisistrasi dan keuangan.34

29

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet. Ke-1, h. 66-67

30

Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), cet. Ke-21, h. 518

31

Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekkonomi, OP. Cit., h. 583

32

Ibid, h. 584

33

Ibid, h. 588

34

(37)

26

Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan arti revenue

pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil

usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total

pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang

tersebut. Unsur tersebut terdapat dalam revenue meliputi total harga pokok

penjualan.

Sharing dalam arti perbankan syari’ah adalah perhitungan bagi

hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum

dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan tersebut. 35

C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah

Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian implementasi yaitu,

pelaksanaan, penerapan.36 Implementasi adalah proses untuk memastikan

terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut.

Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu

dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama.37

Dalam implementasi produk bagi bank syariah pada bank syariah

terbagi tiga yaitu:

35Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indo

nesia, Konsep, Produk dan

Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Op. Cit., h. 264

36

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 427 37

(38)

27

1. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan

berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni

mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan

utama di antara keduanya terletak pada atau tidak adanya persyaratan yang

diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal

ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan

nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah

dalam kapasitasnya mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbgai

macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta

mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak

lain. Namun. Di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat seorang wali

amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta

beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul

akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan

membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam

mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian

yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi

adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh

(39)

28

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya

operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang

menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi

nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang

besangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil

tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan

mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

2. Deposito Mudharabah

Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan

prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah

mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan

adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank syariah

bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah

bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya

sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagaia macam usaha

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,

termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai

mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni

harus berhati-hatiatau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

(40)

29

dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin

tanpa melanggar berbagai aturan syariah.

Dari hasil pengelolaan mudharabah, bank syariah akan

membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam

mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggng jawab terhadap kerugian

yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi

adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh

terhadap kerugian tersebut.

3. Giro Wadiah

Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,

yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemilik

menghendaki. Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang

menerima titipan boleh menggunakan atau memanfaatkan uang atau

barang yang dititipkan. Hal ini berarti wadiah yad dhamanah mempunyai

implikasi hukum yang sama dengan qard, yakni nasabah bertindak sebagai

pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang

dipinjami. Dengan demikian, pemilik dana dan bank tidak boleh saling

menjanjikan untuk memberikan imbalan atas penggunaan atau

pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut.

Dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan

prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip

yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau

(41)

30

bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola

dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil

dari keuntungan pengelolaan dana tersebut.38

38

(42)

31

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK

A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri1

Fenomena hadirnya bank syariah telah ada sekitar tahun 1999-an

Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah

tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal

pendiriannya. Sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca

krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis

ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis

multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam

dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan

masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri

perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami

krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang

dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara

dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar

dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank

lain serta mengundang investor asing.

1

(43)

32

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)

empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan

Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada

tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan

dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas

baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan

syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas

diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum

untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi

bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera

mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB

berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan

prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana

tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September

1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah

(44)

33

1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI

menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul

pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara

resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1

November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai

rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri

dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama

membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

Penulis wawancara dengan Bu Inggid divisi Sumber Daya Insani.

Bank Syariah Mandiri cabang Depok telah diresmikan pada tanggal 10 Mei

2004. Keberadaannya memberikan kemudahan bagi para nasabah, karena

aksesnya sangat strategis tepat berada di pusat kota Depok. PT Bank Syariah

Mandiri hadir sebagai Bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan

nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha

dan nilai-nilai rohanialah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank

(45)

34

B. Visi dan Misi2 1. Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

2. Misi

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.

b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan Pada segmen UMKM

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

Kerja yang sehat

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.

C. Prinsip Operasional 3

Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil

dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank

dan nasabah.

2

.http:/tunas63.wodpress.com/2010/06/23/visi-misi-dan-sejarah-bankmandiri-syariah/artikel di akses pada 11 April 2011

3.Bank Syariah Mandiri,” Bank Syariah” artikel diakses

(46)

35

2. Prinsip kemitraan

Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah

pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat

dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan

keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah

penguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai

intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya.

3. Prinsip Keterbukaan

Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara

berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan

kualitas manajemen bank

4. Universalitas

Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan

suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat, dengan prinsip

Islam sebagai rahmatan lila’lamin.

D. Budaya Perusahaan4

Bank syariah mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip

syariah Islam yang menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada

sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam sikap

dasar tersebut SIFAT, yaitu:

4

(47)

36

1. Siddiq(Integritas)

Menjaga martabat yang integritas. Awali dengan niat dan hati tulus,

berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.

2. Istiqomah (konsistensi)

Konsisten adalah kunci menuju sukses, pegang teguh komitmen, sikap

optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.

3. Fathonah (Profesionalisme)

Profesional adalah gaya kerja kami. Semangat belajar berkelanjutan,

cerdas, inovatif, terampil dan adil.

4. Amanah (Tanggung-jawab)

Terpercaya karena penuh tanggung jawab. Menjadi terpercaya, cepat

tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.

5. Tabligh (Kepemimpinan)

Kepemimpinan berlandaskan kasih sayang. Selalu transparan,

membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.

E. Nilai- nilai Perusahaan5

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak

pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati

bersama untuk dishared oleh seluruh pegawai bank syariah yang disebut

shared values bank syariah mandiri. Shared bank syariah mandiri di singkat

“ETHIC”.

5

(48)

37

1. Excelance : Berupaya mencapai kesempurnaan melalui parbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.

2. Teamwork : Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

3. Humanity : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.

4. Integrity : Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berprilaku terpuji.

5. Customerfocus : Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai

mitra yang terpercaya dan menguntungkan.

F. Struktur Organisasi

Stuktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan

Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, penasehat Direksi,

Divisi dan Kantor Cabang.

Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang

Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah-Ritel, serta

Direktur Bidang Operasi, kepatuhan dan Manajemen Cabang.

Sebagai bank syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan

Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi

kegiatan bankguna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan

(49)

38

Adapun Susunan Personalia Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Depok adalah sebagai berikut:

Kapala Kantor Cabang Depok : Anton Sukarno

Manajer Marketing : Siti Sjafriah

Account Officer : Irfan Nur Muttaqin, Rachmat,

Ivan Mediawan

Manajer Operasional : Andri wijaya

Funding Officer : Maul Ziandra

Kepala Warung Mikro (KWM) : Jumbadi

Administrasi : Nurman

Sumber Daya Insani (SDI) : Inggid

Accounting : Edi Astuti

Customer Service Officer : Septhya C.

Head Teller : Rully Syahmia

Office Boy : Ade Ruhama

G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri

Produk dan jasa bank syariah mandiri terdiri dari:

1. Pendanaan

a. Tabungan

1) Tabungan Berencana BSM

2) Tabungan Simpatik BSM

3) Tabungan BSM

(50)

39

5) Tabungan Mabrur BSM

6) Tabungan Kurban BSM

7) Tabungan BSM Investa Cendikia

b. Deposito

1) Deposito BSM

2) Deposito BSM Valas

c. Giro

1) Giro BSM EURO

2) Giro BSM

3) Giro BSM Valas

4) Giro BSM Singapore Dollar

d. Obligasi

1) Obligasi BSM

2. Pembiyaan

a. BSM Customer Network Financing

b. Pembiayaan Resi Gudang

c. PKPA

d. Pembiyaan Edukasi BSM

e. BSM Implan

f. Pembiayaan Dana Berputar

g. Pembiyaan Griya BSM

h. Pembiyaan Griya BSM Optima

(51)

40

j. Pembiyaan Umroh

k. Pembiyaan BSM DP 0%

l. Gadai Emas Syariah Mandiri

m. Pembiyaan Mudharabah BSM

n. Pembiyaan Musyarakah BSM

o. Pembiyaan Murabahah BSM

p. Pembiyaan Talangan Haji BSM

q. Pembiyaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM

r. Pembiyaan Kepada Pensiunan

s. Pembiyaan Peralatan Kedokteran

t. Pembiyaan Istishna BSM

u. Qardh

v. Ijarah Muntahiyah Bitamliik

w. Hawalah

x. Salam

3. Jasa

a. Jasa Produk

1) BSM Card

2) Sentra Bayar BSM

3) BSM SMS Banking

4) BSM Mobile Banking GPRS

5) BSM Net banking

(52)

41

7) Jual Beli Valas BSM

8) Bank Garansi BSM

9) BSM Electronic Payroll

10)SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)

11)BSM Letter of Credit

12)BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card)

b. Jasa Operasional

1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union

2) Kliring BSM

3) Inkaso BSM

4) BSM Intercity Clearing

5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)

6) Transfer Dalam Kota (LLG)

7) Tranfer Valas BSM

8) Pajak Online BSM

9) Pajak Import BSM

10)Referensi Bank BSM

11)BSM Standing Order

c. Jasa Investasi

Gambar

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
Tabel 4.1 Persyaratan Giro Bank Syariah Mandiri

Referensi

Dokumen terkait

Postulat Hammond menyatakan bahwa arah dari reaksi ditentukan oleh kestabilan ion benzenonium, ion benzenonium yang terjadi pada serangan orto, para, dan meta

Dari hasil penelitian data yang diperoleh yaitu: perencanaan sudah sesuai dengan tujuan yang telah disetujui, pengorganisasian memiliki struktur sesuai dengan

Untuk belajar mandiri, dapat seorang diri, berdua atau berkelompok dengan yang lain untuk mendiskusikan Tata Cara Penjualan, Pemusnahan Penghapusan dan Penghapusan Barang

Dari analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian didapat perolehan bioetanol per jumlah bahan baku awal yang terbaik adalah 12,5 ml/kg dengan densitas sebesar 0,962

karena melalui hegemoni wacananya, media melakukan definisi-definisi atas realitas sosial, politik, dan kultural yang ada di masyarakat sebagaimana dikatakan Edward W.,

Etnografi sebagai sebuah metode yang berada di bawah perspektif teoretik interpretivisme merupakan suatu cara bagi peneliti untuk mendekati objek penelitian dalam

Puji syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahhmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model PBL ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi