(Studi di Lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ULFAH E SAKINAH NIM. 107046101876
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iii
yang dengan karunian-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun melalui
berbagai proses yang tidak mudah. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya, yang telah membimbing
manusia keluar dari jaman jahiliyah menuju masa yang penuh harapan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada individu-individu
yang banyak membantu, menolong penulis dalam bentuk apapun. Sehingga menjadi motivasi
dan menjadikan penulis bisa semangat di kala putus asa. Ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag, MA. , selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Noryamin Aini, MA. ,selaku dosen pembimbing atas segenap waktu, arahan,
motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
5. Papa dan mama yang telah memotivasi, dan menjadi tumpuan penulis dikala penulis
putus asa dalam penulisan yang juga selalu menemani penulis dalam proses penyelesaian
penulisan skripsi ini. Serta tidak lupa kakakku Luthfiana dan adikku Fajar Shidiq
Nugroho yang tidak lelahnya dalam memberi semangat penulis untuk penyelesaian
iv
satu-satu namanya, telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Jakarta, Agustus 2011
v
perilaku dengan beberapa faktor latar belakang. Studi ini dibatasi pada hakim agama di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung. Populasi penelitian ini diseleksi secara purposife. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Karena data bersifat nominal, maka uji inferensial disini menggunakan uji chi-kuadrat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan, sikap hakim terhadap perbankan syariah masih tergolong positif sedangkan perilaku hakim terhadap perbankan syariah, lebih terfokus berada pada posisi kurang positif. Hakim, secara detail, belum terlalu percaya terhadap kebijkan jika perbankan syariah itu difungsionalisasikan sebagai suatu sistem universal dan tunggal untuk mengatasi problem ekonomi umat. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada faktor latar belakang responden yang berkorelasi secara signifikan dengan sikap hakim terhadap perbankan syariah. Sedang variabel perilaku hakim terhadap perbankan syariah berhubungan erat dan signifikan dengan beberapa faktor latar belakang berikut, (1) pengalaman mengikuti pendidikan/kursus bidang ekonomi syariah dan (2) pengalaman memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi syariah.
vi
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ……….. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 6
1. Pembatasan Masalah ... 6
2. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Review Terdahulu ... 8
E. Teknik Penulisan ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Sikap dan Perilaku ... 14
1. Sikap ... 16
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 17
b. Pengukuran Sikap ... 18
vii
B. Perbankan Syariah ... 23
1. Pengertian Bank Syariah ... 23
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ... 26
3. Tujuan Bank Syariah ... 26
4. Produk-produk Perbankan Syariah ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Proses Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian ... 37
1. Pendekatan Penelitian ... 37
2. Jenis Data dan Sumber Data ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 38
D. Pengumpulan Data ... 39
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden ... 42
B. Sikap Hakim Terhadap Bank Syariah ... 50
1. Sikap Mengenai Mekanisme dan Sistem Operasional Bank Syariah ... 50
2. Sikap Mengenai Pemanfaatan Perbankan Syariah untuk Suatu Kelompok ... 52
viii
Pengelolaan Keuangan Pribadi ... 55
C. Perilaku Hakim terhadap Perbankan Syariah ... 56
D. Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Hakim ... 59
E. Analisis dan Interpretasi Data ... 61
1. Sikap Terhadap Perbankan Syariah di Kalangan Hakim ……… 61
2. Perilaku dan Eksistensi Hakim ……… 64
3. Korelasi Latar Belakang Pendidikan dengan Pengetahuan Hakim Terhadap Perbabankan Syariah ……….. 77
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
ix
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Sikap Terhadap
Mekanisme dan Sistem Operasioal Bank Syariah ... 33
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Sikap Terhadap
Pemanfaatan Perbankan Syariah untuk Suatu Kelompok ... 34
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Sikap Terhadap
Formalisasi Perbankan Syariah sebagai Pengelola Keuangan Lembaga
Islam ... 34
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Sikap Terhadap
Segmen Pasar Bank Syariah ... 35
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Sikap Terhadap
Penggunaan Perbankan Syariah untuk Pengelolaan Keuangan Pribadi .... 35
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Faktor Perilaku Terhadap
Perbankan Syariah ... 36
Tabel 4.1 Responden Menurut Jenis Kelamin ... 42
Tabel 4.2 Responden Menurut Asal Pengadilan ... 43
Tabel 4.3 Responden Menurut Pengalaman Memiliki Keluarga yang
Bekerja di Bidang Ekonomi Syariah ... 46
Tabel 4.4 Responden Menurut Pengalaman Memiliki Usaha/Bisnis
x
Tabel 4.6 Sikap Mengenai Pemanfaatan Perbankan Syariah
Untuk Lembaga Suatu Kelompok ... 52
Tabel 4.7 Sikap Mengenai Formalisasi Perbankan Syariah
Sebagai Pengelola Keuangan Lembaga Islam ... 53
Tabel 4.8 Sikap Mengenai Segmen Pasar Bank Syariah ... 54
Tabel 4.9 Sikap Mengenai Gagasan Penggunaan Perbankan Syariah
Untuk Pengelolaan Keuangan Pribadi... 55
Tabel 4.10 Rincian Perilaku Sesuai Dengan Dimensinya ... 57
Tabel 4.11 Perilaku Menurut Pengalaman Mengikuti Pendidikan/Kursus
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Responden Menurut Latar Belakang Pendidikan
di Perguruan Tinggi ... 44
Gambar 4.2 Responden Menurut Pengalaman Mengikuti Pendidikan/kursus
di Bidang Ekonomi Syariah ... 45
Gambar 4.3 Responden Menurut Pengalaman Menjadi Nasabah Bank Syariah ... 48
Gambar 4.4 Responden Menurut Pengalaman Menggunakan
Layanan Pembiayaan Bank Syariah ... 49
Gambar 4.5 Perilaku Terhadap Perbankan Syariah ... 57
Gambar 4.6 Menjadi Tempat Bertanya Bagi Masyarakat Sekitar
Mengenai Bank Syariah ... 67
Gambar 4.7 Mengikuti Seminar/diskusi Tentang Ekonomi Syariah yang
Diadakan Lembaga Sendiri atau Lembaga Lain ... 68
Gambar 4.8 Menjadi Panitia Seminar atau Diskusi tentang Bank Syariah ... 69
Gambar 4.9 Menjadi Pembicara Pada Seminar tentang Ekonomi Syariah ... 70
Gambar 4.10 Menyampaikan Materi Ekonomi Syariah saat Khutbah
Jumat atau Pengajian ... 71
Gambar 4.11 Menulis Artikel atau Tulisan tentang Ekonomi Syariah ... 72
Gambar 4.12 Melakukan Kajian Khusus tentang Masalah yang
Terkait dengan Perbankan Syariah ... 73
Gambar 4.14 Menjadi Pengajar di Bidang Ekonomi Syariah di Salah
Satu Perguruan Tinggi ... 75
Gambar 4.15 Mempromosikan Keberadaan Perbankan Syariah
1 A. Latar Belakang
Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu
1997-1998 merupakan suatu pukulan yang sangat besar bagi sisterm
perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga keuangan
termasuk perbankan mengalami kesulitan keuangan.1 Selama periode krisis
tersebut, bank syariah masih menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional.2 Krisis perbankan
memberikan pelajaran dan nasehat tentang perbaikan dan penyempurnaan
terhadap perbankan konvensional.
Banyak ahli meyakini bahwa kelahiran lembaga keuangan syariah dapat
dijadikan alternatif untuk sistem ekonomi yang lebih baik, lebih manusiawi, dan
sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Dengan demikian, kerinduan umat Islam di
Indonesia untuk melepaskan diri dari riba telah mendapatkan jawaban dengan
kemunculan bank syariah. Keadaan ini didukung dengan legislasi kebijakan
negara untuk membentuk perbankan syariah. Pada tahun 1998, pemerintah
mengeluarkan UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan Indonesia yang
1
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, (Jakarta: Bank Indonesia Biro Perbakan Syariah, 2002), h.4.
2
membedakan bank berdasarkan kegiatan usahanya menjadi dua yaitu bank yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Undang-undang tersebut dimaksud
mengatur dengan rinci landasan hukum, serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Selain itu,
undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
melakukan konversi ke sistem syariah dengan cara, pertama, membuka layanan
syariah dan konversi total ke sistem syariah. Hal ini sebagai suatu bentuk
kepedulian pemerintah terhadap hajat umat muslim.
Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
perbankan syariah terutama di Indonesia. Permasalahan yang muncul antara lain
adalah tingkat pengetahuan dan apresiasi masyarakat yang rendah terhadap
perbankan syariah terutama yang disebabkan dominasi perbankan konvensional.
Dalam rangka pengembangan jaringan perbankan syariah diperlukan upaya-upaya
peningkatan pemahaman dan dukungan (apresiasi) masyarakat mengenai produk,
mekanisme, sistem dan seluk beluk perbankan syariah karena perkembangan
jaringan perbankan syariah akan tergantung pada besarnya demand masyarakat
terhadap sistem perbankan ini.
Oleh karena itu, agar kegiatan sosialisasi dalam rangka peningkatan
pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap perbankan syariah lebih efektif
diperlukan informasi mengenai karakteristik dan perilaku nasabah/calon nasabah
Namun disayangkan, apresiasi masyarakat Islam terhadap praktek ekonomi lebih bermuatan kesadaran material. Dalam konteks ini, penelitian yang
dilakukan oleh sebagian para peneliti menunjukkan bahwa masyarakat sebetulnya dalam kegiatan ekonomi lebih berorientasi pada profit, dari pada menjunjung tinggi keluhuran ajaran agama. Dengan kata lain, motivasi agama, sampai saat ini,
belum merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan untuk memilih bank syariah, tetapi motivasi yang kuat adalah berdasarkan pada motif profit-oriented.3 Indonesia adalah sebuah negara dengan penduduk Muslim terbesar di
dunia. Dari sisi ini patut menjadi potensi asset yang kuat jika dibarengi dengan
kualitas sumber daya insani yang memadai. Sayang sekali potensi kependudukan
yang begitu besar ternyata tidak secara otomatis memuluskan pelaksanaan
sosialisasi perbankan syariah. Penulis berpendapat, mayoritas umat muslim masih
buta tentang Bank Syariah termasuk, juga para akademisi, profesional, dan bahkan
ulama. Bahkan peran tokoh umat Islam, juga masih belum optimal termasuk figur
strategis. Di level institusi sosial-keagamaan, para penceramah jarang mengangkat
isu-isu ekonomi Islam dalam materi ceramahnya.
Islam tidak hanya dipahami dalam bentuk ibadah, tetapi Islam juga harus
memasuki pada wilayah-wilayah ekonomi pemberdayaaan umat. Oleh sebab itu,
pengembangan konsep ekonomi Islam melalui perbankan syariah, merupakan
upaya untuk mengakses dan memberikan kesempatan kepada masyarakat kelas
bawah untuk bisa berkembang. Maka di sinilah perbankan syariah itu menjadi
3
sebuah proyek yang harus didukung. Ketika hal itu didasarkan pada prinsip Islam,
kadang-kadang sebuah pemikiran hanya sebatas ketentuan normatif. Maksudnya,
semua hanya pada tataran aturan main, tanpa dipraktekkan. Tetapi, manusia
sebagai makhluk yang sadar sering berbuat tidak sesuai dengan konsep yang
dibuat oleh kelompok tertentu. Fenomena ini menarik dari realitas kehidupan
umat beragama, termasuk dukungan terhadap hal-hal yang langsung berhbungan
dengan kepentingan umat Islam sendiri.
Dalam prakteknya, manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus
makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan
yang lainnya. Perbedaan ini antara lain menyebabkan mengapa seseorang
menyenangi suatu objek, sedang orang lain tidak menyenangi. Alasannya
bermacam-macam, bisa saja karena dia tidak menyukai objek tersebut, atau
karena ada kepentingan lainnya seperti kepentingan agama dan nasionalisme. Hal
tersebut sangat tergantung pada faktor bagaimana individu menanggapi dan
menyikapi objek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar
sikap, tingkah laku dan penyesuaian seseorang terhadap objek tertentu sangat
ditentukan oleh persepsinya. Logika ini juga berlaku pada individu hakim dalam
menyikapi kasus perbankan syariah.
Hakim agama adalah insan terdepan yang memiliki kewajiban moral untuk
dan adaptasi kebiasaan yang berlaku dalam tata pergaulan masyarakat.4 Dalam
kaitan ini, hakim agama sebagai makhluk sosial telah diberikan perluasan
kewenangan untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syariah sesuai dengan UU
RI No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU RI No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. Dari sisi ini, peran dan status hakim agama sangat strategi dan
sentral untuk usaha kemajuan perbankan syariah. Peran dan fungsi ini harus selalu
dioptimalkan untuk mendukung kemajuan perbankan syariah. Semua potensi
sosial, politik dan agama harus selalu didayagunakan untuk projek dukungan
terhadap perbankan syariah.
Hakim agama sebagai panutan masyarakat diharapkan menjadi contoh
yang baik dalam lingkungan masyarakatnya, termasuk dalam pemilihan bank
syariah sebagai bank yang mengeluarkan produk-produknya berdasarkan prinsip
syariah. Di sisi lain, dorongan peran sosial kemasyarakatan yang ada di pundak
mereka sebagai suatu lembaga syiar kajian keagamaan, menjadi salah satu
dimensi sosiologis yang dapat menghantarkan hakim Pengadilan Agama untuk
ikut aktif berperan dan urun rembuk dalam pengembangan bank-bank syariah.
Paling tidak, hakim dapat agama memposisikan diri sebagai suatu lembaga
independen untuk menjadi rekan dan partner bagi sosialisasi bank syariah ke
khalayak masyarakat ramai.
4 “Pedoman Perilaku Hakim”, artikel diakses pada 20 Februari 2010 dari
Bagaimana hakim agama menyikapi dan berperilaku dalam
pengembangan perbankan syariah? Ini sebuah pertanyaan penting, dan menggoda
banyak ilmuan. Dalam konteks ini, penulisan tertarik untuk kemudian meneliti
seperti bagaimana sikap dan perlilaku hakim dalam konteks dukungan dalam
proyek pengembangan perbankan syariah. Tema bahasan tersebut penulis beri
judul “SIKAP DAN PERILAKU HAKIM AGAMA TERHADAP
PERBANKAN SYARIAH (Studi di Lingkungan Pengadilan Agama Bandar Lampung)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari kerancuan dan
ketidakjelasan fokus penelitian, dan agar penelitian lebih terarah. Fokus
penelitian ini pada sikap dan perilaku hakim dalam mendukung perbankan
syariah. Studi ini dibatasi pada hakim agama di lingkungan kompetensi relatif
Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana sikap dan perilaku para hakim Pengadilan Agama terhadap
perbankan syariah?
b. Apakah sikap dan perilaku hakim pengadilan agama terhadap perbankan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Penelitian ini bertujua untuk
a. Memahami sikap dan perilaku hakim dalam konteks wacana dan prakek
perbankan syariah;
b. Melihat level dukungan hakim pengadilan agama terhadap pengembangan
ekonomi syariah khususnya perbankan syariah;
c. Mencermati faktor-faktor sosial-ekonomi yang berpengaruh terhadap
eksistensi perbankan syariah.
2. Manfaat
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini mempunyai manfaat bagi
dirinya sendiri pada khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Manfaat
penelitian ini yaitu :
a. Memberi pemahaman tentang sikap dan tingkah laku tentang hakim di
lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung, Pengadilan
Agama Kudus, Pengadilan Agama Pati, dan Pengadilan Agama Demak
dalam mendukung program pengembangan perbankan syariah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi khazanah, dokumentasi
ilmiah yang bermanfaat untuk kegiatan akademik, terutama bagi peneliti
sendiri dan bagi pihak fakultas-lembaga pendidikan, serta institusi praktisi
D. Review Kajian Terdahulu
No Identitas Subtansi Pembeda
1. Penelitian yang masyarkat tentang bank syariah dan sikapnya terhadap fatwa bungan tidak ada faktor yang secara signifikan mempengaruhi adalah umat Muslim yang sudah menjadi nasabah bank
konvensional. Kesimpulannya, responden berpersepsi negatif terhadap bank konvensional; 55% responden mendukung fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, sedang 33% menyatakan netral. Sikap netral ini lebih disebabkan
keterbatasan infomasi yang sampai kepada mereka terkait dengan fatwa tersebut. mana dimensi produk dan jasa, kepuasan nasabah serta proses sosialisasi mempengaruhi persepsi dan perilaku Civitas Akademika untuk menjadi nasabah bank syariah. Responden umumnya sepakat bahwa bank syariah dapat berdiri sejajar dengan jenis lembga-lembaga keuangan lainnya, ironisnya, tidak semua persepsi positif tersebut dibarengi dengan perilaku untuk menjadi nasabah. Termasuk dalam katagori ini adalah kalangan Civitas Akademika. Hasil terhadap bank syariah dan faktor apa yang mempenga-ruhi perilaku masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk memilih bank syariah. Subjek yang diteliti adalah warga Cakung Jakarta Timur. Hasil penelitian, preferensi masyarakat terhadap produk bank syariah dipengaruhi oleh pilihan produk dan untuk keputusan dalam memilih bank syariah; sedang fasilitas dan pelayanan tidak mempengaruhi
Meneliti tingkat persepsi dari ormas Islam kota Bogor terhadap
perbankan syariah dan apakah ada persamaan antara persepsi ormas Islam kota Bogor dengan persepsi pada hasil penelitian sebelumnya. Hasil yang didapat, bahwa
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
sebagian besar tingkat persepsi ormas islam kota Bogor terhadap perbankan syariah berada pada katagori baik, jika dilihat dari segi pengetahuannya terhadap bank syariah, sikap, dan kecenderungan bertindak dari ormas islam kota Bogor terhadap perbankan syariah. hubungan status sosial ekonomi kiai Ciwaringin Cirebon dengan
responnya terhadap perbankan syariah. Variabel status sosial ekonomi yang digunakan (X) terdiri dari: pendidikan, pekerja-an, kekayaan, akseptabilitas, dan kedudukan. dan respon terhadap bank syariah (Y) terdiri dari: respon kognitif, respon afektif, dan respon psikomotorik. Hasil penelitian, ternyata jika status sosial ekonomi kiai tinggi, responnya terhadap perbankan syariah akan naik dan sebaliknya. Ttetapi kenaikannya terdiri dari kiai, ustadz, dan santri terhadap bank syariah yang ada di sukabumi. Indikatornya meliputi: respon terhadap bank syariah (aspek kognitif) meliputi pengetahuan Hasil yang didapat bahwa respon kiai, ustadz dan santri terhadap bank syariah sangat baik. Mengenai kecenderungan bertindak para kiai dan ustadz ikut serta memilih bank syariah sebagai sarana dalam menitipkan hartanya.
Pada penelitian ini, penulis lebih berfokus pada sikap dan perilaku hakim
terhadap perkembangan perbankan syariah. Penulis juga mencoba mengelaborasi
hasil penelitian dengan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku
hakim tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kontribusi hakim terhadap
perbankan syariah.
E. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahyn 2007.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini akan disusun sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Review Kajian
Terdahulu, Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
Bab II adalah Landasan Teori. Bab ini akan menguraikan tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini, yaitu pengertian sikap
dan perilaku, dan perbankan syariah.
Bab III adalah Metode Penelitian. Bab ini membahas proses penelitian, hasil tryout uji instrumen, metode penelitian yang mencakup jenis penelitian, populasi
Bab IV adalah Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan profil rsponden, temuan penelitian, analisis dan interpreatasi data.
Bab V Penutup. Bab ini adalah rangkaian terakhir penulisan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, serta saran bagi peneliti
13
Konsep sikap dan perilaku ini menjadi perdebatan bahkan perebutan kajian
dalam dua bidang keilmuan psikologi dan sosiologi. Menurut psikologi, sikap
mencakup pernyataan evaluasi, reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sementara di bidang sosiologi yang dinamakan
perilaku adalah penjelmaan sikap dalam bentuk tindakan. Oleh sebab itu, adalah jelas
menurut sosiologi, bahwa perilaku bukan sikap, karena sikap masih dalam dorongan
hati, belum menjelma dalam bentuk perilaku.
Mungkin kesulitan psikologi memisahkan hal ini, karena ada wilayah ilmu di
tengah-tengah antara psikologi dan sosiologi, yaitu psikologi sosial. Pengertian
psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku
individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Hal ini membuat
jembatan antara psikologi dan sosiologi. Dalam kesulitan ini, agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam definisi yang penulis sebutkan, maka penulis mengacu pada
pemisahaan antara sikap dan perilaku. Ketika sesuatu masih dalam bentuk perasaan,
maka hal itu dinamakan sikap. Sedang, ketika hal dimaksud sudah berbentuk aksi, ini
A. Definisi Sikap dan Perilaku
Para pakar telah berusaha merumuskan konsep sikap perilaku dari sudut
pandang yang berbeda. Dari beragam definisi, ada titik perbedaan pandangan.
Pertama, sikap, secara kebahasaan, didefinisikan sebagai keyakinan. Sedangkan
perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud gerakan, tidak
saja ekspresi badan atau ucapan.1 Kedua, menurut ahli psikologi sosial dan
psikologi kepribadian seperti dikutip Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa sikap
merupakan suatu kesiapan atau suatu proses perilaku.2 Banyak sosiolog dan
psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu
untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam
lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau
menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial. Sedangkan
perilaku manusia adalah sekumpulan tindakan yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau
genetika.3 Adapun pengertian perilaku dalam kamus ilmiah adalah tindakan,
perbuatan, atau sikap.4
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 671.
2Saifuddin Azwar, “ Sikap Teori dan Pengukurannya”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
1995), h.5.
3
http://id.wikipedia.org/wiki/perilaku_manusia.htm, diakses pada 15 Maret 2011.
4
Perilaku, dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior yang artinya
kelakuan, tindak tanduk dan jalan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan.5 Jika dikaitkan dengan aktivitas ekonomi, perilaku konsumsi
adalah tindakan seseorang yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghasilkan produk atau jasa termasuk proses keputusan
yang mendahului tindakan. Dengan kata lain, perilaku adalah kegiatan manusia
atau makhluk hidup lainnya yang dapat dilihat secara langsung pada saat tertentu
di suatu tempat.
Mowen seperti dikutip oleh Ujang Sumarwan menyebutkan:
sikap adalah salah satu faktor perbedaan individu yang secara langsung mempengaruhi konsumen. Untuk mengetahui pembentukan sikap seorang konsumen, maka harus dipelajari tiga konsep yang saling berkaitan yaitu: kepercayaan (belief), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu objek. Bagi konsumen, objek bisa berbentuk orang, produk, perusahaan, atau apapun dimana konsumen memilki kepercayaan terhadapnya. Sedangkan atribut adalah ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh objek tersebut. Manfaat adalah aspek positif yang diberikan suatu atribut dan dirasakan oleh konsumen.” 6
Dari sini dapat diketahui bahwa perilaku merupakan interaksi dinamis
antar faktor-faktor afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya, dimana
manusia mela-kukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari indikator di
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 627
6Ujang Sumarwan, “Analisis Sikap Angka Ideal Terhadap Produk Jus Jeruk”, diakses pada
23 Maret 2011 dari http://ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id/files/2010/07/2001-ujang-sumarwan-attitudes-ideal-model-juice-orange2.pdf. Penulis tidak menemukan referensi asli John C. Mowen,
atas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator perilaku terhadap perbankan
syariah adalah sikap terhadap perbankan syariah, dan perilaku/tindakan yang
dilakukan yang terkait dengan masalah perbankan syariah.
1. Sikap
Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pendirian dan keyakinan.7
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi (syarat awal) tindakan suatu perilaku.8 Schifman dan Kanuk,
seperti dikutip Bilson Simamora, menyatakan bahwa sikap adalah ekspresi
perasaan (inner feeling), yang mencerminkan apakah seseorang senang atau
tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak terhadap suatu objek.
Objek yang dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu,
dan lain-lain.9
Sedang Paul dan Olson, juga seperti dikutip Simamora, menyatakan
bahwa sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh
seseorang terhadap suatu objek. Evaluasi adalah tanggapan pada tingkat
intensitas dan gerakan yang relatif rendah.10 Melalui tindakan dan belajar,
seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap, yang pada gilirannya
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1063
8
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.143.
9
Bilson Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: Gramedia, 2000), h.152.
10
akan mempengaruhi perilakunya. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang didasari atas
pengetahuan, pendapat, dan keyakinan nyata.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap dipengaruhi secara signifikan oleh pengalaman
pribadi, pengaruh keluarga atau kawan, pemasaran langsung (direct
marketing), media massa, dan karakteristik individu.11
1) Pengalaman Pribadi
Pada faktor ini, penulis mencoba membagi faktor pengalaman
pribadi meliputi menjadi nasabah bank syariah, pernah menggunakan
layanan pembiayaan bank syariah, mengikuti pendidikan/kursus di
bidang ekonomi syariah, dan memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi
syariah.
2) Pengaruh Keluarga dan Kawan
Keluarga, kawan atau yang orang-orang yang dihormati
mempengaruhi sikap kita terhadap suatu produk melalui perkataan,
perbuatan atau teladan. Sikap positif atau negatif bisa dibentuk
berdasarkan informasi, anjuran, ataupun larangan yang disampaikan
melalui kata-kata. Dalam hal ini, memiliki keluarga yang bekerja di
bidang ekonomi syariah, dapat mewakili faktor pengaruh keluarga.
11
3) Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi yang utama pada saat ini, setiap hari media massa memaparkan ide, produk, opini dan iklan. Banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan informasi yang diperoleh media massa saat ini.
4) Karakteristik Individu
Karakteristik seseorang mempengaruhi pembentukan sikap
karena setiap orang memiliki cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi.
b. Pengukuran Sikap
Beberapa metode pengukuran skala sikap yang telah lama
diperkenalkan dan digunakan hingga kini antara lain:12
1) Bogardus’s Social Distance Scale
Bogardus mengajukan pengukuran kesenjangan sosial yang
dapat menentukan hubungan antara sikap di berbagai jenis ras atau
kelompok sebuah bangsa. Berbagai jenis pengukuran dari teknik ini
akan memeperlihatkan adanya hubungan antara sikap/tingkah laku
terhadap berbagai jenis kelompok sosial.
2) Metode Thustone
Thurstone mengajukan metode pengukuran sikap ini berbeda
dengan pengukuran Bogardus dimana poin-poin pengukuran tidak
12
terlalu diperlukan. Metode Thurstone berorientasi pada respon dari responden terhadap isu-isu yang ditanyakan. Menurut pandangannya,
sikap merupakan suatu bentuk atau reaksi perasaan terhadap objek tertentu. Konsep Thrustone ini berlandaskan kepada perasaan mendukung-tidak mendukung atau memihak (favorable)- tidak
memihak (unvorable) terhadap objek yang diukur. 3) Metode Likert
Metode likert dapat dikatakan sebagai metode pertama yang melakukan pendekatan dengan mengukur luas/dalamnya pendapat dari
responden bukan hanya dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Dalam
metode ini, sebagian besar pertanyaan dikumpulkan, namun setiap
pertanyaan disusun sedemikian rupa agar bisa dijawab dalam lima tingkatan jawaban pertanyaan/pertanyaan yang diajukan. Urutan untuk
skala ini umumnya menggunakan lima angka penilaian.
4) Osgood’s Semantic Differential (Skala perbedaan semantic
Osgood’s)
Dalam penyusunan skala ini, serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik stimulus atau objek sikap telah dipilih dan ditentukan, dan objek sikap disajikan sebagai stimulus
tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum psikologis yang kedua kutubnya berisi kata sifat yang berlawanan.13
13
Kontinum psikologis pada teknik beda semantik ini dibagi menjadi tujuh bagian yang diberi angka 1 sampai 7, mulai dari kutub
unfavorable sampai dengan kutub favorable. Jika peletakan kutub
favorable dan unfavorable itu dibalik, maka peletakan angka skornya
pun disesuaikan sehingga perlu dibalik juga.
5) Scaling Method (metode skala)
Salah satu kelemahan dari methode Thurstone dan Likert adalah perilaku responden yang diukur tidak memiliki arti yang khusus.
Guttman mengajukan sebuah metode yang mana setiap nilai jawaban mempunyai arti yang unik. Guttman menggunakan indeks daftar kata-kata unutuk menentukan kesatuan ukuran, dan sebagai konsekuensinya
pengukuran Guttman mungkin merupakan yang paling pendek antara 4 sampai dengan 10 dan hanya dibatasi topik yang bersangkutan.
2. Perilaku atau Tindakan
a. Tingkatan Perilaku atau Tindakan
Seseorang akan mengadakan penilaian atau pendapat terhadap hal yang telah diketahui untuk dilaksanakan, setelah ia mendapatkan stimulus atau
rangsangan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud menjadi tindakan atau perbuatan nyata, maka diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan
terdiri dari beberapa tingkat yaitu:14
14
1) Persepsi
Persepsi adalah mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2) Respon Terpimpin
Kondisi kejiwaan seseorang dimana dia dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3) Mekanisme
Dalam hal ini, seseorang dapat melakukan sesuatu secara otomatis
tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4) Adopsi
Pada tingkatan ini, suatu tindakan seseorang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu telah dimodifikasikan tanpa
mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku 1) Faktor Internal
Perilaku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh
faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud
antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian,
bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah
a) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain wanita
seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan laki-laki
cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
b) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang
terhimpun dalam dirinya, digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari
dalam dirinya maupun dari luar, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.
c) Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak terarah dan efektif. Bertitik tolak dari
pengertian itu, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh
intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi intelegensia adalah
perilaku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,
tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil
dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan
terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi
akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
b) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan
norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
c) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena
lingkungan dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu
untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan
lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
d) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
B. Perbankan Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank secara bahasa diambil dari bahasa Itali, yakni banco yang
kesehariannya bahwa setiap proses dan transaksi sejak dahulu dan mungkin di
masa yang datang dilaksanakan di atas meja. Dalam bahasa arab, bank biasa
disebut dengan mashrof yang berarti tempat berlangsung saling menukar
harta, baik dengan cara mengambil ataupun menyimpan atau selain untuk
melakukan muamalat.15
Menurut UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, tentang
perubahann atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan bahwa Bank umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sedang pengertian prinsip syariah itu sendiri adalah
aturan berdasarkan hukum Islam.16
Menurut Karnaen Purwaatmadja, bank syariah adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara
dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Salah satu unsur
yang harus dijauhi dalam muamalah Islam adalah praktik-praktik yang
mengandung unsur riba (spekulasi dan tipuan).17
Pada umumnya, hal yang dimaksud dengan bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi layanan pembiayaan, kredit
15
A.Djazuli dan Yadi Yanuari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), (Jakarta: Rajawali Press, 2001), h.53.
16
C.S.T Kansil, dkk, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), cet. ke-1, h. 311-313.
17
dan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah merupakan bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam, mengacu kepada
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Dengan
mengacu kepada Al-Quran dan Al-Hadist, maka bank syariah diharapkan
dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur riba dan segala
hal yang bertentangan dengan syariat Islam.
Adapun perbedaan pokok antara bank syariah dengan bank
konvensional terdiri dari beberapa hal. Bank syariah tidak melaksanakan
sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya, sedang bank konvensional memakai
sistem bunga. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat
berpengaruh pada aspek operasional dan produk yang dikembangkan oleh
bank syariah. Bank syariah lebih menekankan sistem kerja serta partnership,
kebersamaan teruama kesiapan semua pihak untuk berbagi termasuk dalam
hal-hal keuntungan dan kerugian.
Kehadiaran bank syariah diharapkan dapat berpengaruh terhadap
kehadiran suatu sistem ekonomi Islam yang menjadi keinginan bagi setiap
negara Islam. Kehadiran bank syariah diharapkan dapat memberikan alternatif
bagi masyarakat dalam memanfaatkan jasa perbankan yang selama ini masih
didominasi oleh sistem bunga.18
18
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Peran dan fungsi bank syariah, di
antaranya sebagai berikut:19
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha
dalam bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta
menyalurkannya kepada sektor rill yang membutuhkan.
b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai
dengan syariah.
c. Menawarkan berbagai jasa keuangan berdasarkan upah dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan.
d. Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan, zakat, dan dana sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
3. Tujuan Bank Syariah
Upaya pencapaian keuntungan yang setinggi-tingginya (profit maximization) adalah tujuan yang biasa dicanangkan oleh bank komersial,
terutama bank konvensional. Berbeda dengan tujuan bank konvensional, bank
syariah berdiri untuk menggalakkan, memelihara dan mengembangkan jasa-jasa serta produk-produk perbankan yang berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Bank syariah juga memiliki kewajiban untuk mendukung aktivitas
19 Imamul Arifin, “
investasi dan bisnis yang ada di lembaga keuangan sepanjang aktivitas tersebut tidak dilarang dalam Islam. Selain itu, bank syariah harus lebih
menyentuh kepentingan masyarakat kecil.
Namun, bank syariah tentu dalam kegiatan usahanya diharapkan tidak hanya untuk dapat menghasilkan keuntungan, tetapi bertujuan juga untuk: 20
a. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat;
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, karena
dengan kemunculan bank syariah, masyarakat dapat melepaskan diri dari riba atau bunga;
c. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan berperilaku
bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya; dan
d. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi, tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan metode lain.
4. Produk-produk Perbankan Syariah
Dalam rangka melayani masyarakat terutama masyarakat muslim, bank syariah menerapkan berbagai macam produk perbankan. Produk-produk
yang ditawarkan sudah tentu harus sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Berikut ini jenis-jenis produk perbankan syariah di Indonesia yang dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu produk
penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Adapun produk perbankan syariah tersebut sebagai berikut:
20M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,
a. Penghimpunan Dana
1) Wadi’ah yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya, tetapi tidak memperoleh imbalan (keuntungan). Ada
dua jenis wadi’ah:21
a) Wadi’ah yad amanah
Akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima titipan
tidak diperkenankan menggunakan barang atau uang tersebut, dan
pihak bank tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan titipan yang bukan diakibatkan oleh perbuatan atau
kelalaian penerima titipan.
b) Wadi’ah yad dhamanah
Akad penitipan barang-atau uang dimana pihak penerima titipan
dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan
barang-uang yang dititipkan, tetapi harus bertanggungjawab terhadap
kehilangan atau kerusakan barang tersebut. Manfaat dan
keuntungan menjadi hak penerima barang.
2) Mudharobah adalah akad antara pihak pemilik modal dengan
pengelola untuk mendapatkan keuntungan. Mudharobah terbagi dua
yaitu:22
21
Ghufran Sofiniyah, Konsep dan Implementasi Bank Syariah, (Jakarta, Renaisan, 2005), h. 30
22Moh. Rifa’i, Konsep Perbankan Syariah,
a) Mudhrobah Mutlaqoh
Cakupannya luas. Jumlah modal yang diserahkan ke nasabah selaku
pengelola modal harus berupa uang tunai. Apabila modal
diserahkan secara bertahap, tahapannya harus jelas, dan harus
disepakati bersama.
b) Mudharobah Muqayyadah
Pada dasarnya, tidak ada perbedaan mudharobah muqayyadah
dengan mudharobah mutlaqoh. Tetapi, dalam mudharobah
muqayyadah, penyediaan modalnya hanya untuk kegiatan tertentu
dan dengan syarat yang sepenuhnya ditetapkan oleh bank.
b. Penyaluran Dana
- Dengan prinsip bagi hasil, yaitu:
1) Pembiayaan al-Musyarakah yaitu akad kerja sama usaha patungan
antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu
jenis usaha yang halal dan produktif, dimana keuntungan dan
resiko akan ditanggung sesuai kesepakatan.
2) Pembiayaan Mudharobah yaitu akad kerjasama dua pihak atau
lebih, dimana pemilik modal mempercayai sejumlah modal kepada
pengelola dengan suatu perjanjian pembegian keuntungan.
3) Pembiayaan Muzara’ah yaitu kerjasama pengelolahan pertania
memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami
dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
4) Pembiayaan Musaqoh adalah bentuk yang lebih sederhana dari
akad muzara’ah, dimana si penggarap hanya bertanggung jawab
atas penyiraman dan pemeliharaan.
- Dengan prinsip jual beli, yaitu:
1) Pembiayaan Murabahah adalah jual beli dengan harga asal
ditambah dengan keuntungan yang disepakati.\
2) Pembiayaan Salam adalah pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari, sementara pembayarannya dilakukan di muka.
- Pembiayaan Istisna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan pembuat. Perbedaan dengan salam
terletak pada cara pembayaran. Pembayaran salam harus di muka,
sedangkan pada istishna’ boleh di awal, di tengah (dengan cara
nangsuran) atau di akhir periode.23
- Dengan prinsip ijrah (sewa), yaitu:
1) Hiwalah adalah pemindahan piutang nasabah kepada bank dari
nasabah lain.
23Ahmad Ifham Solihin, “Ini Lho, Bank Syariah!”, (
2) Rahn (gadai) adalah akad penyerahan barang atau harta dari
nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh
hutang.
3) Qard (pinjaman) adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak
tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai
pinjaman.
4) Wakalah (perwakilan) adalah akad pemberian kuasa dari pemberi
kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas
nama pemberi kuasa.
5) Kafalah (garansi) adalah pemberian jaminan yang diberikan oleh
satu pihak kepada pihak lain, dimana si pemberi jaminan
bertanggung jawab atau menjamin atas pembayaran kembali suatu
hutang yang menjadi hak penerima jaminan.
c. Jasa-jasa Bank Lainnya
Al-Sharf (jual beli mata uang asing) secara harfiah adalah penambahan,
pertukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Al-sharf
adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.24
24
32 A. Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah
persiapan. Disini penulis sedikit menggambarkan proses tahapan penelitian. Pada tahap ini, penulis terfokus menjelaskan pembuatan instrumen pengumpulan data. Setelah kusioner dirumuskan sesuai dengan kerangka teori penelitian, terhadap
kuesioner dilakukan try out untuk uji validitas (kesahihan) dan reabilitas (keakuratan). Sementara itu, objek penelitian mencakup dua variabel, yaitu sikap dan perilaku hakim terhadap perbankan syariah. Setiap variabel tersebut
diterjemahkan ke dalam beberapa indikator seperti disajikan pada Lampiran. Try out dilakukan pada hakim di lingkungan Pengadilan-pengadilan
Agama (PA) berikut, yaitu: PA Demak, PA Kudus, dan PA Pati. Responden try
out berjumlah 30 orang. Seluruh data try out dianalisis untuk mengetahui dua hal
di atas, yaitu validitas dan reliabilitas kuesioner.
Pada awalnya, variabel sikap terdiri dari 28 indikator. Setelah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas, terbukti hanya 21 indikator yang valid. Dua puluh satu indikator ini, setelah melalui uji analisis faktorial, kemudian dikelompokkan menjadi 5 faktor sikap terhadap perbankan syariah, yaitu (1) Mekanisme dan
syariah untuk pengelolaan keuangan pribadi. Rincian hasil uji validitas dan realibiitas menurut masing-masing faktor disajikan pada Tabel 3.1 sampai Tabel
3.5 berikut ini.
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Sikap terhadap Mekanisme dan Sistem Operasional Bank Syariah
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Item n
.821 12 30
Item-Correlation-Total Statistics
No. Indikator Item-Total Corrected
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
1 Bank syariah memberi keuntungan yang LEBIH banyak dari pada
keuntungan yang diberikan oleh bank konvensional .451 Valid 2 Mekanisme bank syariah telah sesuai dengan prinsip syariah .497 Valid
3 Sistem kerja perbankan syariah LEBIH memberi keadilan bagi
rakyat kecil dibanding dengan bank konvensional .514 Valid
4 Secara keseluruhan, pelayanan bank syariah LEBIH memuaskan
dibandingkan bank konvensional .546 Valid
5 Fasilitas yang disediakan bank syariah sangat MEMUDAH-KAN
para nasabah untuk melakukan transaksi .535 Valid
6 Bank syariah LEBIH memenuhi unsur keadilan kepada semua
pihak karena menerapkan sistem KEMITRAAN .576 Valid
7 Dalam operasinya, bank syariah BEBAS dari kegiatan yang
SPEKULATIF, seperti maisyir, gharar, dan bathil, .499 Valid
8 Dalam operasinya, bank syariah telah MENGIKUTI seluruh aturan
norma/prinsip ekonomi Islam yaitu bebas dari bunga .571 Valid
9 Keberadaan Fatwa DSN MUI tentang produk bank syariah telah
memberi ketenangan bagi saya .551 Valid
10 Sebagai umat Islam, saya wajib mengikuti Fatwa DSN MUI
mengenai produk bank syariah .586 Valid
11 Sebagai umat Islam, saya harus mendukung keberadaan perbankan
syariah .377 Valid
12 Undang-undang mengenai bank syariah TELAH sesuai dengan landasan syariah
.492 Valid
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Sikap terhadap Pemanfaatan Perbankan Syariah untuk Suatu Kelompok
Apakah Bapak/Ibu keberatan jika lembaga tempat Bapak/Ibu bekerja mewajibkan pegawai/karyawan menggunakan layanan bank syariah?
.408 Valid
2 Apakah Bapak/Ibu keberatan jika dipercaya untuk menjadi agen
sosialisasi perbankan syariah? .408 Valid
Sumber: Diolah dari data di lapangan
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Sikap terhadap Formalisasi Perbankan Syariah sebagai Pengelola Keuangan Lembaga Islam
Reliability Statistics
1 Apakah Bapak/Ibu keberatan jika MUI mewajibkan umat Islam
menggunakan jasa perbankan syariah? .535 Valid
2 Apakah Bapak/Ibu keberatan jika ada sanksi formal bagi lembaga
Islam yang tidak menggunakan layanan perbankan syariah? .535 Valid
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Sikap terhadap Segmen Pasar Bank Syariah
Reliability Statistics
1 Layanan perbankan syariah pada kenyataannya masih
BERKONSENTRASI pada masyarakat PERKOTAAN .399 Valid
2 Layanan perbankan syariah pada kenyataannya masih lebih
BERKONSENTRASI melayani usaha MENENGAH ke atas .646 Valid
3 Kemunculan bank syariah hanya kiat bisnis-usaha kapitalis
untuk mengeksploitasi potensi pasar umat Islam .353 Valid Sumber: Diolah dari data di lapangan
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Sikap terhadap Penggunaan Perbankan Syariah untuk Pengelolaan Keuangan Pribadi
Reliability Statistics
1 Apakah Bapak/Ibu keberatan jika rekening untuk pembayaran
gaji, menggunakan layanan bank syariah .425 Valid
2
Apakah Bapak/Ibu keberatan jika pembayaran biaya kegiatan rumah tangga (seperti tagihan listrik, telepon), menggunakan bank syariah?
.425 Valid
Hasil uji validitas indikator variabel perilaku responden terhadap perbankan
syariah disajikan pada Tabel 3.6 dengan segala rinciannya. Secara teoritis, ada 10
indikator yang menjadi komponen variabel perilaku. Dari hasil uji validitas dan
realibilitas, seluruh indikator tersebut terbukti secara statistik reliabel dan valid
dengan tingkat korelasi yang tinggi.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Responden
Reliability Statistics
1 Menjadi tempat bertanya/konsultasi bagi masyarakat sekitar
mengenai bank syariah .569 Valid
2 Mengikuti seminar atau diskusi tentang ekonomi syariah yang
diadakan oleh lembaga tempat sendiri atau lembaga lain .676 Valid
3 Menjadi panitia seminar atau diskusi tentang bank syariah .741 Valid
4 Menjadi pembicara pada seminar tentang ekonomi syariah .611 Valid
5 Menyampaikan materi ekonomi syariah saat khutbah
jumat/pengajian .598 Valid
6 Menulis artikel atau tulisan tentang ekonomi syariah .728 Valid
7 Melakukan studi/kajian khusus tentang masalah yang terkait
dengan perbankan syariah .761 Valid
8 Menjadi anggota organisasi profesi di bidang kegiatan ekonomi
syariah .702 Valid
9 Menjadi pengajar di bidang ekonomi syariah di salah satu
perguruan tinggi .743 Valid
10 Mempromosikan keberadaan perbankan syariah dalam setiap
kesempatan atau pertemuan .747 Valid
Sesuai dengan hasil try out, kuesioner kemudian direvisi dengan cara
membuang seluruh indikator yang tidak valid. Kuesioner hasil revisi inilah yang
kemudian digunakan untuk pengumpulan data tahap selanjutnya. Pada tahap ini,
survei dilakukan kepada seluruh hakim agama di bawah kompetensi relatif
Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung yang berjumlah 109 orang hakim.
Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian
lapangan) dan library research. Field research adalah pengumpulan data dilakukan
secara langsung kepada subjek penelitian untuk memperoleh data-data yang
diperlukan untuk mengetahui sikap dan perilaku hakim agama di lingkungan
Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung dalam mendukung perkembangan
perbankan syariah.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
faktual.1 Objek penelitian ini, yaitu perilaku yang mencakup sikap dan perilaku responden dalam mendukung eksistensi perbankan syariah.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan penulis untuk penelitian ini berupa data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan yang diteliti melalui
pendekatan kuantitatif. Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, meliputi data mengenai sikap dan perilaku/tindakan responden terhadap bank syariah. Data tersebut didapat dari seluruh hakim agama di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Bandar Lampung.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah hakim di lingkungan direktorat Peradilan
Agama Mahkamah Agung. Sampel Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi
Agama diseleksi secara purposif, dengan alasan, untuk memudahkan proses
pengumpulan data, selain itu ciri dan sifat hakim bercorak homogen di
lingkungan Pengadilan Agama. Data diperoleh ada 109 responden dengan rincian
sebagai berikut:
a. Hakim PTA Bandar Lampung = 15 orang
b. Hakim PA Tanjung Karang = 10 orang
c. Hakim PA Metro = 10 orang
d. Hakim PA Kalianda = 15 orang
1Sandjaja dan Albertus Heriyanto, “
Panduan Penelitian”, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),
e. Hakim PA Tanggamus = 10 orang
f. Hakim PA Gunung Sugih = 13 orang
g. Hakim PA Tulang Bawang = 7 orang
h. Hakim PA Kotabumi = 13 orang
i. Hakim PA Blambangan Umpu = 7 orang
j. Hakim PA Krui = 9 orang
109 orang
D. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui survei yang dilakukan pada bulan April 2011.
Proses pengisian angket dalam survei ini, diserahkan kepada masing-masing
responden tanpa kehadiran peneliti. Akibatnya, peneliti tidak tahu persis
objektivitas proses pengisian kuesioner. Namun melalui bantuan kontrol
masing-masing ketua Pengadilan Agama tempat penelitian, peneliti yakin para responden
hakim mengisi dengan sesungguhnya. Kontrol terhadap kualitas pengisian
kuesioner tersebut melalui agenda rapat rutin para hakim di bawah kompetensi
PTA Bandar Lampung. Pada tahap ini, peneliti sangat berterima kasih kepada
orang tua peneliti yang sekaligus menjadi hakim tinggi di PTA Bandar Lampung.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil survei ini, diolah dengan menggunakan program SPSS.
data yang akan dientri. Kedua, data yang telah dimasukkan kemudian dianalisis
secara komputer dengan menjalankan perintah statistik deskriptif. Ketiga, peneliti
melakukan analisis hubungan di antara faktor dan variabel yang diperkirakan
dapat mempengaruhinya.
Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hal ini dilakukan
karena penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya untuk
mendeskripsikan sikap dan perilaku hakim. Untuk melihat asosiasi (hubungan)
antara variabel sikap dan perilaku hakim dengan beberapa faktor latar belakang,
maka dilakukan uji statistik inferensial. Karena datanya bersifat nominal, maka uji
inferensial disini menggunakan uji kuadrat. Penampilan statistik hasil uji
chi-kuadrat, yang secara statistik terbukti tidak berpengaruh secara signifikan, tidak
ditampilkan. Hanya data hasil uji statistic yang signifikan saja yang ditampilkan.
Analisis data disajikan dengan prosedur sebagai berikut. Pertama, sesuai
konsep dasar yang telah dijelaskan sebelumnya (variabel sikap mencakup lima
faktor dan satu faktor perilaku) analisis dilakukan terhadap masing-masing faktor
dari variabel sikap. Pada tahap berikutnya, kelima faktor tersebut direduksi
menjadi satu variabel sikap. Model analisis ini dilakukan juga pada data perilaku
hakim. Perlu ditambahkan, untuk detail analisis, data masing-masing indikator
untuk setiap variabel dan faktornya disajikan pada lampiran. Dalam analisis ini,
sikap responden terhadap isu utama penelitian (perbankan syariah) disederhanakan
menjadi tiga kelompok, yaitu: tidak mendukung, agak mendukung, dan
42 A. Profil Responden
Studi ini terfokus pada sikap dan perilaku hakim terhadap perbankan
syariah. Pada bagian awal ini akan dijelaskan latar belakang atau profil para
responden, yang mencakup dari aspek asal lembaga, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman menjadi nasabah perbankan syariah, pengalaman
mengikuti pendidikan/kursus di bidang ekonomi syariah, memiliki saudara yang
bekerja di bidang ekonomi syariah, pengalaman menggunakan layanan
pembiayaan bank syariah, dan memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi syariah.
1. Responden menurut Jenis Kelamin Tabel 4.1
Responden menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin f %
1 Laki-laki 86 78.9
2 Perempuan 23 21.1
Total 109 100
Sumber: Diolah dari data lapangan
Tabel 4.1 menunjukkan gambaran tentang jenis kelamin responden.
Tujuh puluh enam persen responden adalah laki-laki dan 21.1% lainnya adalah
perempuan. Perbedaan jumlah persentase hakim laki-laki dan perempuan ini
statistik hakim peradilan agama tahun 2010 sebagaimana dilaporkan dalam
website Mahkamah Agung RI, jumlah hakim laki-laki sebesar 77.43% dan
perempuan sebesar 22.57%.1 Dengan kata lain, data penelitian ini dapat
dikatakan representatif dengan jumlah hakim yang ada di seluruh Indonesia
menurut jenis kelamin.
2. Responden menurut Asal Pengadilan
Fokus wilayah penelitian ini adalah lingkungan Pengadilan Tinggi
Agama Bandar Lampung. Berikut rincian asal lembaga responden.
Tabel 4.2
Responden menurut Asal Pengadilan
No. Nama Lembaga f %
1 PTA Bandar Lampung 15 13.8
2 PA Kota Bumi 13 11.9
3 PA Tanjung Karang 10 9.2
4 PA Kalianda 15 13.8
5 PA Tulang Bawang 7 6.4
6 PA Metro 10 9.2
7 PA Tanggamus 10 9.2
8 PA Blambangan Umpu 7 6.4
9 PA Krui 9 8.3
10 PA Gunung Sugih 13 11.9
Total 109 100
Sumber: Diolah dari data di lapangan
1
3. Responden menurut Latar Belakang Pendidikan di Perguruan Tinggi Gambar 4.1
Responden menurut Latar Belakang Pendidikan di Perguruan Tinggi
Gambar 4.1 menunjukkan gambaran tentang latar belakang pendidikan
responden di jenjang perguruan tinggi. Mayoritas (60.6%) responden berlatar
belakang pendidikan perguruan tinggi agama, 17.4% responden berpendidikan
tinggi umum, dan 22% responden berpendidikan campuran (agama dan
umum). Artinya, besar angka responden yang berasal dari pendidikan tinggi
agama selaras dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU No. 7
Tahun 1898 jo UU No. 3 Tahun 2006) mengenai syarat-syarat menjadi hakim
pada Pengadilan Agama. Disebutkan bahwa yang berhak menjadi hakim pada
hukum Islam.2 Keadaan ini diharapkan dapat mendorong sikap atau perilaku
dukungan responden terhadap perbankan syariah.
4. Responden Menurut Pengalaman Mengikuti Pendidikan/Kursus di Bidang Ekonomi Syariah
Gambar 4.2
Responden menurut Pengalaman Mengikuti Pendidikan/Kursus di Bidang Ekonomi Syariah
Gambar 4.2 menunjukkan gambaran mengenai pengalaman responden
mengikuti pendidikan/kursus di bidang ekonomi syariah. Lebih dari setengah
responden (54.1%) mengaku tidak pernah mengikuti pendidikan/kursus di
bidang ekonomi syariah, selebihnya, sebesar 45.9% pernah mengikuti
pendidikan/kursus di bidang ekonomi syariah.
2
Dari data di atas dapat kita lihat dan bandingkan dengan data
sebelumnya, bahwa asumsi hakim Pengadilan Agama mengetahui dengan baik
tentang persoalan perbankan syariah dapat dibuktikan dengan besar prosentase
hakim Pengadilan Agama yang mengikuti pendidikan/kursus di bidang
ekonomi syariah. Hal ini, menunjukkan ada keseriusan pada lembaga terkait
atau dari individu hakim untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai
ekonomi syariah, khususnya hukum perbankan syariah.
5. Responden menurut Pengalaman Memiliki Keluarga yang Bekerja di Bidang Ekonomi Syariah
Tabel 4.3
Responden menurut Pengalaman Memiliki Keluarga yang Bekerja di Bidang Ekonomi Syariah
No Status Pengalaman F %
1 Pernah 14 12.8
2 Tidak 95 87.2
Total 109 100
Sumber: Diolah dari data lapangan
Tabel ini menyampaikan tentang pengalaman memiliki keluarga/saudara
yang bekerja di bidang ekonomi syariah. Mayoritas (87.2%) tidak memiliki
saudara/keluarga yang bekerja di bidang ekonomi syariah, sementara 12.8%
responden memiliki saudara/keluarga yang bekerja di bidang ekonomi syariah.
bekerja pada bidang ekonomi syariah, sehingga kurang dapat memberikan
masukan atau rangsangan kepada responden untuk menggunakan layanan
bank syariah.
6. Responden menurut Pengalaman Memiliki Usaha/Bisnis di Bidang Ekonomi Syariah
Tabel 4.4
Responden menurut Pengalaman Memiliki Usaha/Bisnis di Bidang Ekonomi Syariah
No Status Pengalaman f %
1 Pernah 1 0.9
2 Tidak 108 99.1
Total 109 100
Sumber: Diolah dari data lapangan
Tabel 4.4 memberikan gambaran mengenai pengalaman responden
memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi syariah. Hampir seluruh responden
(99.1%) tidak memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi syariah, hanya ada 1
responden atau sebesar 0.9% yang memiliki usaha/bisnis di bidang ekonomi
syariah. Hal ini menandakan bahwa keterkaitan responden dengan dunia
usaha/bisnis di bidang ekonomi syariah sangat rendah karena memang hakim
agama—demikian juga dengan hakim di lingkungan peradilan lainnya—
dilarang untuk melakukan bisnis sebagaimana diatur dalam pasal 17 UU No. 3
Tahun 2006 yang melarang hakim untuk menjalankan bisnis.3
3
“Kecuali ditentukan lain oleh atau berdasarkan undang-undang, hakim tidak boleh merangkap menjadi:
a. pelaksana putusan pengadilan
b. wali, pengampu, dan pejabat yang berkaitan dengan suatu perkara yang diperiksa olehnya, atau
c. pengusaha.”
7. Responden menurut Pengalaman Menjadi Nasabah Bank Syariah Gambar 4.3
Responden menurut Pengalaman Menjadi Nasabah Bank Syariah
Gambar 4.3 menginformasikan mengenai pengalaman responden
menjadi nasabah bank syariah. Lebih dari setengah (56.9%) responden pernah
dan atau masih menjadi nasabah bank syariah. Sedangkan 43.1% responden