• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN PADA MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN PADA

MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING

Oleh

ISTIQOMAH YUSTININGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN PADA

MATERI ASAM BASA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING

Oleh

ISTIQOMAH YUSTININGSIH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam mem-berikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam basa me-lalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono. Penelitian ini menggunakan metode preekspe-rimen dengan desain one shot case study. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

(3)
(4)
(5)
(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ... xiv

DAFTAR GAMBAR... . xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 12

D. Konsep ... 15

E. Kemampuan Kognitif Siswa ... 20

F. Kerangka Pemikiran ... 20

G. Anggapan Dasar ... 22

H. Hipotesis Umum ... 22

(7)

xiii

C. Metode dan Desain Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Validitas Instrumen Penelitian ... 26

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26

G. Pengelompokkan Kemampuan Kognitif Siswa ... 28

H. Teknik Analisis Data ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 33

B. Pembahasan ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 53

2. Silabus ... 64

3. RPP ... 77

4. Lembar Kerja Siswa ... 104

5. Kisi-Kisi Soal Posttest ... 138

6. Soal Postes ... 142

7. Rubrik Penskoran Posttest ... 144

8. Lembar Angket... 150

9. Penentuan Kelompok Siswa Berdasarkan Kemampuan Kognitif ... 151

10. Hasil Pengolahan Data Posttest dan Kuesioner ... 153

11. Lembar Penilaian Aspek Afektif ... 166

12. Lembar Penilaian Aspek Psikomotor ... 168

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 171

14. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 174

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang bertujuan mengadakan peru-bahan di dalam diri seseorang, mencakup peruperu-bahan tingkah laku, sikap, kebiasa-an, ilmu pengetahukebiasa-an, keterampilan dan sebagainya (Mudzakir, 1997). Hasil yang diharapkan dari proses belajar ini adalah terlatihnya kemampuan proses berpikir siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitehead (Arifin dkk, 2003), hasil yang nyata dalam pendidikan sebenarnya adalah proses berpikir yang diperoleh melalui pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu disiplin ilmu yang melatih proses berpikir yaitu ilmu kimia.

(9)

dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003). Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencapai keber-hasilan tujuan pembelajaran kimia adalah dengan menerapkan pola berpikir kritis.

Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau mem-perbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikata-kan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Se-sorang yang mempunyai tingkat berpikir kritis yang baik umumnya mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang baik pula.

(10)

tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

Salah satu Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran kimia pada materi asam basa -di kelas XI adalah mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan si-fat larutan dan menghitung pH larutan. Pada KD ini terdapat teori dan konsep ki-mia yang dapat ditemukan melalui analisis hasil praktikum. Oleh karena itu, siswa perlu melibatkan keterampilan berpikir kritisnya sebagai proses menganalisis ha-sil praktikum tersebut. Keterampilan berpikir kritis yang dapat dikembangkan pada KD ini adalah kemampuan dalam memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan .

Kemampuan memberikan alasan dalam materi asam basa menghendaki siswa untuk dapat memberikan alasan mengenai penyebab larutan bersifat asam atau ba-sa dan kekuatan aba-sam baba-sa suatu larutan berdaba-sarkan konsentrasi H+ dan OH-. Kemampuan menginterpretasi suatu pernyataan dalam materi asam basa meng-hendaki siswa untuk dapat menginterpretasi suatu pernyataan yang mencakup penggolongan sifat larutan berdasarkan pH .

(11)

Situasi pembelajaran yang baik perlu ditunjang dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan yang didapat. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, maka harus dipilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang dapat dipilih adalah inkuri terbimbing, yaitu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dengan cara mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah .

(12)

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji keterampilan berpikir kritis adalah Sep-tiana(2012) yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

pada Materi Hidrolisis Garam dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menerapkan Konsep yang Dapat Diterima” menunjuk-kan hasil bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis ga-ram efektif dalam meningkatkan ketega-rampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima oleh siswa. Penelitian lainnya yaitu Purlistyani(2012) yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid dengan Metode Discovery-inkuiri” menunjukkan hasil bahwa dengan model pembelajaran Discovery-Inquiry pada materi sifat-sifat koloid, diperoleh hasil pencapaian siswa kelompok tinggi, se-dang, rendah pada seluruh sub indicator keterampilan berpikir kritis secara bertu-rut-turut sebesar 76%, 70% dan 64,4% yang tergolong baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Kemampuan Memberikan Alasan dan Menginterpretasi Suatu

Pernya-taan pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

(13)

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam basa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini ber-tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam basa melalui penerapan mo-del pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pengalaman secara langsung dalam melatih kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan bagi siswa dalam memahami materi kimia.

2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA Negeri 1 Bandar Sribha-wono mengenai tingkat keterampilan berpikir kritis siswanya yang meliputi kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

(14)

bhawono, Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Materi pokok pada penelitian ini adalah materi asam-basa Arrhenius. 3. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir

kritis menurut Ennis (1985) yaitu (a) membangun keterampilan dasar dengan indicator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak yang berfokus pada sub indikator kemampuan untuk memberikan alasan; (b) me-nyimpulkan dengan indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil de-duksi yang berfokus pada sub indikator menginterpretasi suatu pernyataan. 4. Model inkuiri terbimbing yang digunakan adalah model inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) meng-ajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kontruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2008) konstruktivisme adalah salah satu fil-safat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (rea-litas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Te-tapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.

Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupa-kan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bumerupa-kanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seorang yang belajar itu membentuk pengertian. Belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan peng-alaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, se-hingga pengertiannya menjadi berkembang.(Sardiman, 2008).

(16)

penge-tahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengepenge-tahuan di dalam be-naknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sen-diri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus me-manjat anak tangga tersebut.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri. d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan

dunia fisik dan lingkungannya.

e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(17)

Inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat genera-lisasi, menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inku-iri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa da-lam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir da-lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Adanya inkuiri dalam proses pengajaran menurut Arifin (1995) dapat dilihat dari ciri berikut:

1. Cara berfikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada generalisasi.

2. Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses objek tertentu ( masalah tertentu) sampai generalisasi tentang objek tersebut.

3. Guru sebagai pengontrol data, materi, objek dan sebagai pemimpin dalam kelas.

4. Siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, objek untuk menemukan pla hubungan berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas.

5. Kelas dianggap sebagai laboratorium. 6. Generalisasi, biasanya tercipta dari siswa.

7. Guru mendorong untuk mengkomunikasikan generalisasi yang didapat siswa.

(18)

(Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanyaan atau per-masalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok

Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelom-poknya masing-masing. 2. Membuat

hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan mem-prioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan menen-tukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpul-kan data

Guru membimbing siswa

mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literature

Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi

4. Menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan

Model Inkuiri memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan inkuiri menurut Roestiyah (1998) yaitu :

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(19)

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk mem-bantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan unutk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Berpikir merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetapengeta-huan. Kete-rampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985).

(20)

Tabel 2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat

mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau

pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang

telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

Moore dan Parker (Saputra 2012) menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat.

4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.

5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. 6. Menunjukkan analisis data atau informasi.

7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.

8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi.

9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda.

(21)

13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan.

14. Menyadari ketidakjelasan.

15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan.

16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan.

17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. 18. Menggunakan bukti secara benar.

19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif.

20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.

21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance

clarification), serta stra-tegi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.

11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.

(Ennis dalam Costa, 1985)

Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah

Tabel 3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan

(22)

1 Membangun kemampuan dasar

Mempertimbangkan apakah indikator sumber dapat dipercaya atau tidak

Kemampuan untuk memberikan alasan

2 Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

Menginterpretasi suatu pernyataan

D. Konsep

(23)

Tabel 4. Analisis Konsep Materi Asam Basa

Atribut Posisi Konsep

(24)
(25)
(26)
(27)

E. Kemampuan Kognitif Siswa

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat pengetahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai kemampuan kognitif (Winarni, 2006).

Lebih lanjut Nasution (Winarni 2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah. Menurut Anderson dan Pearson (1984); Nasution (1988); dan Usman (1996) (Winarni 2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

F. Kerangka Pemikiran

(28)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam

memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing. Data diambil dari satu kelas sebagai subyek penelitian dimana subjek penelitian ini merupakan kelas yang dilakukan penerapan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing. Subjek penelitian diberikan tes pada akhir pembelajaran (posttest) melalui

penerapan model inkuiri terbimbing. Soal posttest yang diberikan disusun dalam dua bagian untuk mengukur kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan.

Pada pembelajaran inkuiri terbimbing, Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Dengan berpikir apabila pembelajaran melalui penerapan model inkuri terbimbing pada pembelajaran kimia dikelas diharapkan siswa dapat mengembangkan

kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan sehingga keterampilan berpikir kritis siswa akan tinggi sebanding dengan semakin

(29)

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tingi pula kemampuan siswa dalam memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan.

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI tahun ajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono sebanyak satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok ini berdasarkan hasil ulangan mata pelajaran kimia yang telah dilakukan sebelumnya oleh guru mata pelajaran kimia. Oleh karena ingin didapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang berbeda, maka dipilih teknik purposive sampling dalam pengambilan subyek

penelitian.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data primer yaitu data hasil tes setelah pembelajaran (posttest), lembar observasi (kinerja guru dan aktivitas siswa) dan kuesioner (angket) siswa.

(31)

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain pene-litian yang digunakan adalah one shot case study . Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan kemudian diobservasi. Menurut Creswell (1997), penelitian dengan desain ini digambarkan sebagai berikut ini:

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan

= Nilai Postes (Sesudah perlakuan)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Silabus dan RPP

Pada materi asam basa pada sub materi teori asam basa Arrhenius. 2. Lembar Kerja Siswa(LKS)

Pada penelitian ini menggunakan 3 macam LKS, diantaranya:

 LKS I membahas tentang teori asam basa Arrhenius

 LKS 2 membahas tentang konsep pH

(32)

3. Testertulis

Tes tertulis berupa soal posttest. Soal posttest yang digunakan dalam peneli-tian ini terdiri atas 4 soal dalam bentuk soal uraian pada materi pokok asam-basa. Soal uraian ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

4. Lembar observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar obsevasi aktivitas siswa dan kinerja guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan ki-nerja guru pada proses pembelajaran. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberikan check list pada kolom yang telah disediakan. 5. Angket

Angket yang diberikan kepada siswa dalam bentuk angket tertutup, yaitu sis-wa diberikan 14 pertanyaan dan jasis-waban dari pertanyaan tersebut telah di-sediakan. Jawaban pertanyaan yang disediakan untuk semua pertanyaan ada-lah “ ya atau tidak”. Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi dari

siswa mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi asam basa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

E. Validitas Instrumen Penelitian

(33)

dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menganalisis kese-suaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator,kisi-kisi soal dengan bu-tir-butir pertanyaan posttest. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai ke-pentingan penelitian yang bersangkutan.

Mekanisme kerja judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Peneliti me-minta ahli untuk melakukannya yaitu meme-minta bantuan Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si dan Dra. Nina Kadaritna, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk

mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, metode yang diguna-kan guru kimia dalam mengajar, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian. b. menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan

karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia. 2. Pelaksanaan penelitian

(34)

1) Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes.

2) Menganalisis literatur mengenai keterampilan berpikir kritis menurut Ennis sehingga dapat dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang ada dalam materi kesetimbangan kimia. Sub-sub indikator yang diteliti meliputi be-berapa sub indikator, yaitu memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Pelaksanaan proses pembelajaran pada subyek penelitian dengan meng-gunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2) Memberikan postest.

3) Memberikan angket kepada siswa setelah pembelajaran mengenai materi pokok asam-basa.

c. Tahap analisis data

1) Menganalisis jawaban tes tertulis ssiwa dan jawaban angket untuk mem-peroleh informasi mengenai keterampilan berfikir kritis siswa.

2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3) Penarikan kesimpulan

(35)

F. Pengelompokkan Kemampuan Kognitif Siswa

Berdasarkan kemampuan kognitif siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan siswa dilakukan dengan tahapan membuat daf-tar distribusi frekuensi, setelah itu menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Berikut ini rumus untuk mencari rata-rata (mean):

Kesimpulan Pembahasan Analisis Data

Kuesioner Posttest

Pembelajaran inkuiri terbimbing Validasi instrumen penelitian Membuat instrumen penelitian Menentukan subyek penelitian

(36)

Keterangan :

= Nilai rata-rata siswa

fi.xi = Jumlah frekuensi dikalikan dengan nilai siswa = Jumlah frekuensi

Rumus untuk mencari standar deviasi sebagai berikut:

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Fxi2 = Jumlah semua frekuensi dikalikan dengan kuadrat nilai n = Jumlah subyek

Setelah itu mengelompokkan siswa dengan kriteria pengelompokkan menurut sudijono (2008) pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria pengelompokkan siswa

Kriteria pengelompokkan Kriteria

Nilai ≥ mean + SD Tinggi

Mean –SD ≤ nilai < mean + SD Sedang Nilai < mean – SD Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh jumlah siswa dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut adalah 9, 13, dan 10 siswa. Adapun perhitungan selengkap-nya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 151.

G. Teknik Analisis Data

(37)

1. Pengolahan nilai posttest

Pengolahan data dari posttest yang berupa soal uraian, dilakukan dengan cara: a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian

ber-dasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa sesuai dengan indikator ke-mampuan memberikan alasan dan menginterpretasi pernyataan.

c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

d. Menghitung nilai rata-rata siswa untuk kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada kelompok tinggi, sedang dan rendah

.

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata kemampuan pada masing-masing kemampuan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa.

Tabel 6. Kriteria tingkat kemampuan siswa

Nilai Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

(38)

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada kemam-puan memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan berdasarkan Tabel 6.

g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

i. Menafsirkan persentase siswa yang diperoleh pada poin h dengan menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990).

Tabel 7. Hubungan antara presentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

2. Pengolahan data angket

Analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini: 1) Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1

(39)

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002)

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i ∑S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan mengenai kemampuan siswa dalam memberikan alasan dan menginterpretasi suatu pernyataan pada materi asam basa melaui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai berikut:

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian penerapan model inkuiri terbimbing pada materi asam-basa dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan memberikan alasan pada kelompok tinggi: sebagian besar

berkriteria sangat baik dan hampir separuhnya berkriteria baik. Pada kelompok sedang dan rendah : sebagian kecil berkriteria sangat baik, sebagian besar berkriteria baik dan hampir separuhnya berkriteria cukup. 2. Kemampuan menginterpretasi suatu pernyataan pada kelompok tinggi:

sebagian besar berkriteria sangat baik dan hampir separuhnya berkriteria baik. Pada kelompok sedang sebagian kecil berkriteria sangat baik, hampir

(41)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dasarankan bahwa:

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis disarankan untuk melakukan tes pengetahuan awal (pretest) sebelum dilakukan pengelompokan, agar memperoleh kemampuan kognitif siswa yang sebenarnya.

2. Calon peneliti sebaiknya melakukan uji reliabilitas dan validitas sebelum soal posttest digunakan agar soal posttest dapat dengan tepat mengukur

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia. Bndung.

Amaliyawati, I. 2009. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Dengan Metode Praktikum Alternatif Menggunakan Local Material. Diakses pada 15 Oktober 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0704557.pdf

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)dengan Meggunakan Metode Discovery Inquiry. DEPDIKBUD. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Arifin, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI. Bandung.

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Kimia. Airlangga University Press. Surabaya.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi 5). Bumi Aksara. Jakarta.

Cresswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Darma, I.M. 2013. Upaya Meningkatkan Motivasi, Minat dan Hasil Belajar Kimia melalui Pembelajaran Kooperatif Bermain Link Kartu Konsep(Artikel). Diakses 8 April 2013 dari

http://darmasuksma.blogspot.com/2012/06/artikel-upaya-meningkatkan-motivasi.html.

Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

(43)

Efendi, D.A. 2011.Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Pencapaian Kompetensi Siswa(Skripsi). Tidak dipublikasikan.

Ennis, R.H. 1985. Goal for a Critical Thingking Currikulum in A.L Costa(ed) Dueloving Minds A RecourceBook for Teacher Thingking. Alexandria. ASCD.

Koentjaraningrat.1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum Associates Publesher. New Jersey

Nur,M. Dan Widakardi, P.R.2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pengajaran. PSMS Program Pascasarjana UNESA. Surabaya .

Purlistyani, I. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sifat-Sifat Koloid Dengan Metode Discovery-inkuiri. Diakses 11 Desember 2012 dari

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807600.pdf

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali. Jakarta. Septiana, R. 2012. Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada

Materi Hidrolisis Garam dalam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menerapkan Konsep yang Dapat Diterima. Jurnal Pendidikan Kimia UNILA. Volume 1 nomor 2. Diakses 06 Januari 2013 dari http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/18/

vol1No2Des2012/RiaSeptiana0813023044.docx.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

(44)

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajarn Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Trianto. 2010. Model-ModelPembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Veranita. 2011. Perbedaan Penguasaan Konsep Asam-Basa Antara Pembelajaran

Guided Inquiry dengan Guided Discovery Pada Siswa Xi Ipa SMA Negeri 5 Bandar Lampung (Skripsi). Tidak dipublikasikan.

Gambar

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
Tabel 4. Analisis Konsep Materi Asam Basa
Tabel 5. Kriteria pengelompokkan siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat China, pada tanggal 7 November 2007

Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari gas-gas hidrogen. Apabila terjadi

Pemasangan pusat informasi digital pada kereta api dilakukan sebagai solusi untuk media iklan dalam bentuk poster yang membutuhkan anggaran besar.. Akan tetapi

Selain berfungsi untuk eksplorasi, sistem ini juga berfungsi sebagai sarana pengelolaan metadata, yaitu dengan membuat object / data metadata baru dan / atau

11 Arini, Rosyidi, “Profil Kemampuan Penalaran Peserta didik SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Extrovert Dan Introvert”, Math Edu

the reflection of Qabil’s character in the story of Habil and Qabil to John Bristow’s character.. Keywords: Psychology, Psychological Problem,

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa pada ukuran step h yang sama, estimasi eror mutlak penyelesaian dengan metode Runge-Kutta orde empat lebih kecil dibandingkan dengan