• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN OPENNESS TO EXPERIENCE DAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA BINTARA TNI-AD PUSDIK ARHANUD MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN OPENNESS TO EXPERIENCE DAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA BINTARA TNI-AD PUSDIK ARHANUD MALANG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN OPENNESS TO EXPERIENCE DAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR

SISWA BINTARA TNI-AD PUSDIK ARHANUD MALANG

SKRIPSI

Oleh: Suaidah 201210230311324

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

2

HUBUNGAN OPENNESS TO EXPERIENCE DAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR

SISWA BINTARA TNI-AD PUSDIK ARHANUD MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh: Suaidah 201210230311324

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan Openness to experience dan conscientiousness dengan kematangan karir siswa Bintara TNI-AD Pusdik Arhanud Malang 2. Nama Peneliti : Suaidah

3. NIM : 201210230311324 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 07 April 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 April 2016 Dewan Penguji

Ketua Penguji : Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si ( ) Anggota Penguji : 1. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi ( )

2. M. Shohib, S.Psi, M.Si ( )

3. Susanti Prasetyaningrum, S.Psi, M.Psi ( )

Pembimbing 1 Pembimbing II

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Suaidah

NIM : 201210230311324 Fakultas/ Jurusan : Psikologi/ Psikologi

Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Hubungan Openness to experience dan conscientiousness dengan kematangan karir siswa Bintara TNI-AD Pusdik Arhanud Malang

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 01 April 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amiiin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul ‘Hubungan openness to experience dan conscientiousness dengan kematangan karir siswa Bintara TNI-AD Pusdik Arhanud Malang”.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan saran serta kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni M. Si. Sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi dukungan.

2. Ibu Ni’matuzahroh, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing satu yang telah mengesahkan judul penelitian serta meluangkan waktu, memberi arahan, nasihat, saran, dan bimbingannya tanpa lelah sampai selesainya skripsi ini.

3. Ibu Tri Muji Ingarianti, S.Psi., M.Psi selalu dosen pembimbing dua yang telah membantu menentukan tema dalam judul skripsi serta mengesahkan judul skripsi, memberikan arahan, nasihat, saran, serta bimbingannya untuk kelancaran pembuatan skripsi ini.

4. Pihak Pusdik Arhanud Malang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan Try out serta penelitian.

5. Kepada semua keluarga dan kedua orangtua saya Bapak Misbakhul Munir dan Ibu Muntafiah serta kedua adik saya yaitu Nadhifatul mufarrikha yang sebentar lagi menempuh jenjang perkuliahan semoga diberikan kelancaran, adek kedua saya yaitu Mujtaba yang semuanya tak pernah henti untuk memberikan semangat serta doa yang selalu mengalir untuk kelancaran proses penyusunan skripsi.

6. Kepada teman-teman Psikologi ‘E’ terimaka kasih selama perkuliahan sudah memberikan warna-warni, terutama buat Rizaldhy Sofard Yusuf Abdillah yang semoga cepat menyusul untuk mendapatkan gelar S.Psi yang tak pernah lelah untuk memberikan semangat, selalu mendengarkan keluh kesah penulis selama melaksanakan penelitian, memberikan saran yang membangun serta bantuan sampai proses skripsi ini selesai. Dan tidak lupa kepada Ari Sulistyowati dan Rifqi Maghfiroh Hijrianti semoga kita tetap terus bisa memberikan semangat satu sama lain sampai kapanpun.

7. Kepada teman-teman kost (mbak adnin yang sebentar lagi S.Pd, Umi Nadia, Eva) terima kasih banyak selalu bersedia menjadi tempat curahan hati, keluh kesah peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Teman-teman semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

(6)

iv

Semoga ALLAH SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi yang berkecimpung dibidangnya.

Malang, 21 April 2016

(7)

v DAFTAR ISI

Kata pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II Kematangan Karir Pengertian Kematangan Karir ... 5

Tahapan Tugas Kematangan Karir ... 6

Aspek-aspek Kematangan Karir ... 6

Faktor yang mempengaruhi kematangan karir ... 7

Openness to experience dan Conscientiousness Pengertian Openness to experience dan Conscientiousness ... 8

Karakteristik Openness to experience dan Conscientiousness ... 9

BAB III Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian ... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 12

Prosedur dan Analisis Data ... ....13

BAB IV Hasil Penelitian ... 15

BAB V Diskusi ... 16

BAB VI Simpulan dan Implikasi ... 17

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Skala openness to experience dan conscientiousness ... 13

Tabel 2. Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan karir sebelum Try out ... 13

Tabel 3. Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan setelah Try out ... 14

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian ... 15

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala openness to experiences sebelum Try out ... 21

Lampiran 2. Skala conscientiousness sebelum Try out ... 22

Lampiran 3. Skala kematangan karir sebelum Try out ... 23

Lampiran 4. Skala openness to experience setelah try out ... 25

Lampiran 5. Skala conscientiousness setelah try out ... 27

Lampiran 6. Skala kematangan karir setelah Try out ... 28

Lampiran 7. Blue print skala openness to experience ... 30

Lampiran 8. Blue print skala conscientiousness ... 30

Lampiran 9. Blue print skala kematangan karir ... 30

Lampiran 10.Validitas dan Reliabilitas Skala ... 32

Lampiran 11.Data kasar turun lapang ... 39

Lampiran 12.Output subjek penelitian ... 51

Lampiran 13.Uji normalitas data ... 53

Lampiran 14.Uji linieritas data ... 54

(10)

1

HUBUNGAN OPENNESS TO EXPERIENCE DAN CONSCIENTIOUSNESS DENGAN KEMATANGAN KARIR

SISWA BINTARA TNI-AD PUSDIK ARHANUD MALANG Suaidah

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

dhaieda30@gmail.com

Kematangan karir merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu dalam pembuatan keputusan karir. Faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah openness to experience dan conscientiousness. Openness to experience merupakan dimensi yang secara

konsisten mencari pengalaman yang berbeda serta bervariasi, sedangkan conscientiousness

merupakan dimensi yang menggambarkan individu yang memiliki karakteristik teliti, bekerja keras serta tepat waktu dalam melakukan segala hal. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk hubungan positif antara openness to experience dan conscientiousness dengan kematangan

karir siswa Bintara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasi dengan melibatkan 90 siswa bintara di Pusdik Arhanud Malang. Teknik yang digunakan adalah teknik total sampling. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara openness to experience dengan kematangan karir siswa dengan

koefisien korelasi 0,300, p=0,000 (p<0,01) dan terdapat hubungan positif signifikan antara

conscientiousness dengan kematangan karir dengan koefisien korelasi 0,605, p=0,000

(p<0,01) serta didapatkan besar pengaruh openness to experience dan conscientiousness

dengan kematangan karir siswa bintara sebesar 70,7% dimana 29,3% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci : kematangan karir, openness to experience, conscientiousness, siswa Bintara Career maturity constitutes particular capabilities that are mastered by individuals in career decision making. In fact, there are some factors presumed to influence the career maturity; they are openness to experience and conscientiousness. Openness to experience signifies a particular characteristic that will consistently trigger the individuals to keep looking many various experiences. Meanwhile, conscientiousness manifests definite characteristic that reflects that individuals are conscientious, hard-worker, and precise to do anything. Moreover, this research aimed to identify the positive correlation between openness to experience and conscientiousness and career maturity of non-commissioned students. In addition this research occupied quantitatively correlation approach recruiting 90 students of non-commissioned students of Army Education Centre of Arhanud Malang. Furthermore, total sampling was accommodated as the technique for selecting the sample. In fact, this research precisely exhibited that there was a significantly positive correlation between openness to experience and career maturity of which correlation coefficient accumulated 0.300, p=0.000 (p<0.01). On theother hand, there was also a sharply positive correlation between conscientiousnes sand career maturity manifested by correlation coefficient accumulating 0.605, p=0.000 (p<0.01). Furthermore, there was a great influence coming from openness to experience and conscientiousness to career maturity of non-commissioned students accumulated by 70.7% in total in which 29.3% of total was affected by other factors that were out of investigation regarding this research.

(11)

2

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat merupakan salah satu dari tiga cabang dari angkatan perang di antaranya adalah TNI Angkatan laut dan TNI Angkatan udara yang termasuk dalam bagian Tentara Nasional Indonesia yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di darat. Prajurit TNI dibagi menjadi tiga tingkat kepangkatan, yaitu Tamtama, Bintara dan Perwira. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat memiliki tanggung jawab besar terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjaga keutuhan negara tentunya bergantung pada kesiapan dan ketangguhan anggota TNI dalam kesetiaan dan ketaatan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, setia dan taat kepada Sapta Marga dan sumpah prajurit, melaksanakan perintah atasan (komando) dengan disiplin yang tinggi, produktif dan profesional, selain itu menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia, berperilaku jujur, adil, konsisten, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada golongan atau kelompok, bersahaja, rendah hati, sederhana dan mampu memberikan perlindingan kepada masyarakat (Hardiyanto, 2015)

Untuk ikut serta dalam pembangunan nasional maka dibutuhkan anggota TNI Angkatan Darat yang memiliki kualitas tinggi dan memiliki kesadaran atas tanggung jawabnya sebagai aparatur negara serta abdi masyarakat. Untuk mencetak tentara dengan kemampuan yang handal serta dapat melaksanakan tugas dan fungsi dengan sebaik-baiknya, salah satu tempat yang menjadi pusat pengembangan pendidikan persenjataan Tentara Nasional Indonesia yaitu Pusdik Arhanud (Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara) Malang. Pusdik arhanud merupakan pusat pendidikan Artileri pertahanan udara yang bertugas menyelenggarakan pendidikan kecabangan artileri pertahanan udara (Arhanud) dalam rangka mendukung tugas Pussenarhanud.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1997 tentang hukum disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai dasar pendisiplinan prajurit yang baik dan benar. Kedisiplinan tersebut juga sangat ditegakkan di pusdik arhanud guna menciptakan Tentara Nasional Indonesia yang bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya sebagi TNI-AD. Apabila terdapat anggota TNI yang tidak disiplin maka akan mendapatkan sanksi yang sesuai dengan perbuatannya (Zed, 2012)

Seperti halnya di Pusdik Arhanud, semua siswa harus tetap disiplin dengan peraturan yang berlaku. Sehingga dapat menjadi anggota TNI yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan, kecerdasan serta ketertiban dunia. Akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat siswa yang melanggar peraturan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada pihak personalia di pusdik arhanud pada tanggal 14 November 2015 mengatakan bahwa setiap angkatan yang melaksanakan pendidikan di Pusdik Arhanud pasti terdapat siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh Pihak Pusdik. Akan tetapi, pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yang terdapat Pudik Arhanud tergolong pelanggaran ringan karena hanya merugikan diri sendiri seperti pengurangan dalam hal penilaian kepribadian dan mendapatkan sanksi fisik. Sanksi fisik yang harus dilakukan seperti berkeliling lapangan,

push up dan lain-lain sebagainya sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran

tersebut terjadi karena adanya kekurang disiplinan siswa terhadap peraturan yang ada.

(12)

3

dimana individu menjalani masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa dimana kehidupan ekonomi dan kehidupan pribadi masih bersifat sementara. Dalam menghadapi dunia kerja yang kompleks yang menuntut persiapan spesialisasi karir, banyak individu memilih untuk meluangkan waktunya di institut atau kampus. Begitupun siswa yang menjalankan pendidikan di Pusdik Arhanud, mereka di tuntut harus dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan baru serta peraturan yang berlaku di Pusdik Arhanud. Menurut Super (dalam Amalia, 2013) Apabila individu dapat memenuhi tugas perkembangan karirnya dengan baik maka dapat dikatakan mempunyai kematangan karir dan begitupula sebaliknya.

Pemantapan dalam menentukan karir merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh setiap orang, terutama para abdi negara. Karena tahapan tersebut merupakan proses dimana individu akan melanjutkan tugas perkembangannya ke tahap yang lebih tinggi. Super (dalam Lau,et al.,) mendefinisikan kematangan karir sebagai sebuah perkumpulan karakteristik fisik, psikologis dan sosial. Pada aspek psikologis terdapat kognitif dan afektif yang termasuk tingkat keberhasilan dalam menghadapi tuntutan tahap awal dan sub tahapan pengembangan karir. Lalu Super menjelaskan lebih lanjut bahwa kematangan karir merupakan kesiapan individu untuk mengatasi tugas perkembangan yang dia hadapi, karena perkembangan biologis dan sosial-nya bersama dengan harapan sosial dari orang-orang yang telah mencapai tahap pembangunan. Lebih singkatnya, kematangan karir dikenal sebagai puncak karir. Sedangkan kematangan karir menurut Pickworth (dalam Mubiana, 2010) kesiapan individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan perkembangan biologis dan sosialnya. oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dan mengetahui dampak dari pengambilan keputusan karir. Busacca dan Taber (dalam Ottu dan Idowu, 2014) kematangan karir seseorang dapat dilihat dari pembuatan kebijakan dan pemilihan pekerjaan yang realistis. Semakin dewasa seorang individu maka semakin dia akan bisa memilih pekerjaan yang tidak hanya realistis tetapi juga menghubungkan dengan konsep dirinya.

Super menyatakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir individu dan tingkat kematangan karir, bukan hanya ketertarikan dan ciri kepribadian saja. Akan tetapi lingkungan seseorang, kemampuan mental dan fisik, jenis kelamin, etnis, kemampuan keuangan, dan informasi karir dan pengetahuan yang individu miliki. Super (dalam Crews, 1957) menegaskan bahwa kemampuan untuk membuat keputusan karir yang layak tergantung pada semua faktor tersebut diatas dan masing-masing harus dipertimbangkan ketika membuat pilihan karir.

Seperti yang telah dikatakan Super, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir bermacam-macam. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Veronika (2015) locus of control

berhubungan dengan kematangan karir yang dimilikinya. ketika seorang individu memiliki kematangan karir yang tinggi akan mendapatkan kesuksesan dan kepuasan dalam karir. karena mereka yang mempunyai kematangan karir tinggi memiliki kesadaran akan proses keputusan karir dan seringkali berfikir akan alternatif karir atau analisa karir yang tepat, menghubungkan antara pengalaman yang dimiliki dengan tujuan yang akan datang, memiliki kepercayaan diri dalam menentukan keputusan karir, komitmen dalam membuat pilihan karir dan mampu menyeimbangkan antara harapan dan tuntutan realitas.

(13)

4

sebelumnya, bahwa jenis kelamin mempengaruhi kematangan karir. Perempuan lebih diarahkan pada pekerjaan yang lebih feminim, sedangkan laki-laki lebih cenderung pada pekerjaan di luar ruangan atau kerja lapang dan pekerjaan yang lebih membutuhkan fisik yang kuat. Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa siswa yang menempuh pendidikan sebagai TNI-AD di Pusdik Arhanud sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, karena laki-laki lebih kuat dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kekuatan fisik.

Kematangan karir yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat dari kepercayaan diri dalam menentukan karirnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2013) semakin tinggi kepercayaan diri seseorang maka akan tinggi pula kematangan karirnya dan begitupula sebaliknya. Sehingga apabila seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang kurang maka akan membuat orang malu dalam menanyakan informasi tentang pekerjaan. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada kematangan karirnya. Apabila hal tersebut terjadi pada siswa Pusdik Arhanud akan mengakibatkan stagnancy pada perkembangan karir kedepannya,

karena kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting bagi siswa di Pusdik Arhanud supaya dapat mengembangkan karirnya.

Banyak perbincangan diluar sana yang menyatakan bahwa tentara beralih profesi. Bukan hanya profesi yang negatif akan tetapi banyak sekali beralih profesi positif seperti menjadi pengusaha, intertainer dan lain sebagainya. Pada tahun ini, terdapat kasus yang mengatakan bahwa tentara diberhentikan dari kesatuannya dan setelah itu dia diduga menjadi pengedar narkoba jenis sabu dan ekstasi (Jurnal siantar.com). kurangnya kematangan dalam karir yang dimiliki oleh mantan tentara tersebut sehingga menyebabkan kurangnya tanggung jawab sebagai aparatur negara serta melakukan pelanggaran peraturan sebagai tantara. Maka kematangan karir merupakan hal penting yang harus dimiliki untuk menunjang karir seseorang menjadi lebih baik.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al-kalbani, Salleh & Mastor (2011) menyatakan bahwa jika siswa yang memiliki openness to experience maka akan lebih mudah untuk membuat

keputusan karir. Karena mereka mempunyai banyak informasi mengenai berbagai macam karir dari guru, konselor, orang tua maupun sumber informasi lain. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Howard dan Howard (dalam Ottu dan Idowu, 2014) orang yang memiliki keterbukaan tentang pengalaman yang tinggi maka akan menunjukkan hal-hal baru yang lebih luas karena banyaknya hal yang telah didapat untuk melaksanakan berbagai tugas dalam perkembangan karirnya. Dalam penelitian yang dilakukan Ahmadizadeh. Z, et al., (2013) Keterbukaan terhadap pengalaman mempunyai peranan penting dalam perilaku kerja. Seperti hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa seorang individu yang memiliki keterbukaan terhadap pengalaman maka seseorang tersebut memiliki inisiatif dalam melakukan berbagai hal dalam pekerjaannya. Secara psikologis, jika seorang individu cenderung memiliki

openness to experience maka akan lebih memiliki rasa penasaran dan akan mencari tahu hal

baru tersebut.

Di samping mempunyai openness to experience, Tentara juga perlu disiplin serta teliti dalam

pelaksanaan tugasnya. Dan hal tersebut diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Bazana dan Dodd (2013) bahwa conscientiousness dapat mengurangi dampak dari work family conflict dan stres kerja pada seseorang. Sehingga secara psikologis, apabila Tentara

memiliki kesadaran (conscientiousness) penuh terhadap tanggung jawab sebagai anggota TNI

maka tidak akan mengalami konflik dalam dunia kerjanya dan terhindar dari stres kerja. Penelitian lain juga mengatakan siswa yang memiliki conscientiousness yang tinggi akan

(14)

5

memiliki conscientiousness akan lebih teliti serta mengorganisir segala hal yang akan

dilakukan termasuk pilihan karirnya (Al-kalbani, Salleh & Mastor, 2011)

Kepribadian merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kematangan karir. Conscientiousness dan Openness to experience merupakan dua dari lima dimensi dari

kepribadian Big Five Personality yang digunakan oleh peneliti sebagai variabel terikat.

Karena penelitian sebelumnya banyak yang menggunakan kedua dimensi tersebut sebagai variabel. Apabila Tentara Nasional Indonesia memiliki Openness to experience maka akan

selalu proaktif dan mengapresiasi pengalamannya, dan hal tersebut membuat Tentara menjadi kreatif, penuh dengan keingintahuan yang tinggi terhadap pekerjaanya. Selanjutnya apabila

Conscientiousness dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia maka hal yang terjadi adalah

memiliki kepekaan yang tinggi, selalu tertarik dengan hal yang baru, pekerja keras, ambisius, tepat waktu dan tidak menyukai hal yang tidak rapi. Kedua dimensi dari kepribadian Big five personality tersebut akan berdampak pada kematangan karir, jadi jika seseorang memiliki openness to experience serta conscientiousness yang tinggi maka TNI-AD yang

melaksanakan pendidikan di Pusdik Arhanud Malang akan selalu konsisten dengan karirnya sebagai tentara sampai akhir masa jabatannya.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, maka cukup penting penelitian ini untuk dilakukan karena kematangan karir penting untuk dimiliki siswa Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dalam melakukan tugas-tugasnya. Sehingga muncul pertanyaan yang mendasari penelitian ini untuk dilakukan yaitu bagaimana hubungan

Openness to experince dengan kematangan karir dan hubungan Conscientiousness dengan

kematangan karir. Dan tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan Openness to experince dengan kematangan karir dan hubungan Conscientiousness

dengan kematangan karir. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah subjek penelitian dan variabel yang dijadikan permasalahan penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi perkembangan ilmu psikologi terutama dalam bidang industri dan organisasi, sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah supaya pihak instansi kemiliteran dapat terus menghimbau kepada siswa yang melaksanakan pendidikan di Pusdik Arhanud supaya melaksanakan tugas kenegaraan dengan sebaik-baiknya sehingga tercapai keinginan seluruh masyarakat Indonesia memiliki negara yang damai dan aman. Selain itu anggota Tentara Nasional Indonesia mampu menegakkan hukum yang ada di Indonesia supaya negara Indonesia damai tanpa ada perselisihan antara satu dengan yang lain.

Kematangan Karir

(15)

6

seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tugas kejuruan pengembangan misalnya mengkristalkan, menentukan dan menetapkan pilihan karir. Pemilihan serta penetapan pilihan karir merupakan hal yang penting untuk mempersiapkan seseorang menghadapi berbagai tahapan yang akan dilalui dalam dunia kerjanya. pengertian lain kematangan karir di ungkapkan oleh Super (dalam Alam, 2013) kematangan karir digunakan untuk menunjukkan tingkat perkembangan yang telah di capai oleh seorang individu serta dapat menunjukkan kematangan pilihannya terhadap kesesuaian usianya saat ini. Sedangkan Lal (2014) mengatakan bahwa kematangan karir merupakan kemampuan individu dalam membuat pilihan karirnya dengan tepat serta kesadaran terhadap apa yang diperlukan untuk membuat keputusan karir dan pilihan karirnya tersebut realistis serta konsisten dari waktu ke waktu. Dalam membangun kematangan karir diperlukan sikap kesiapan dan kompetensi untuk mengatasi secara efektif tugas-tugas pengembangan karir.

Lal (2014) juga memberikan asumsi bahwa orang yang lebih dewasa akan lebih mampu dalam membuat keputusan karir yang tepat dan lebih realistis. Apabila kematangan karir dimiliki oleh semua siswa TNI-AD yang melakukan pendidikan di pusdik arhanud maka tidak akan ada yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh pusdik arhanud. Karena ketika individu memiliki kematangan karir maka secara psikologis, kognitif serta emosional juga matang dan realistis dalam memandang setiap tahapan dalam karirnya. Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa kematangan karir merupakan kemampuan seorang individu dalam memikirkan, menentukan serta mengetahui berbagai informasi tentang pilihan karirnya secara realistis dan matang. Selain itu individu dapat menjalankan tugas-tugas dalam perkembangan karirnya dengan baik sehingga hal tersebut akan berdampak pada kematangan karir dari individu.

Dari berbagai pengertian kematangan karir yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kematangan karir merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu dalam pembuatan keputusan karir yang konsisten (tidak berubah-ubah) sesuai dengan tahapan perkembangan karir seusianya serta dapat mengimplementasikan karirnya tersebut dengan baik.

Menurut Super (Savickas, 2001) ada lima tahap perkembangan karir. yang pertama yaitu Fase pengembangan (Growth) dimana dari saat lahir sampai usia kurang lebih 15 tahun anak

mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure). Yang kedua yaitu Fase explorasi (Exploration) dari usia 15 sampai 24 tahun, dimana individu memikirkan berbagai

alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Fase yang ketiga yaitu pemantapan (Establishment) dari usia 25 sampai 44 tahun, yang bercirikan usaha tekun

memantapkan diri melalui berbagai pengalaman selama menjalani karir tertentu. Fase keempat yaitu pembinaan (Maintenance), dari usia 45 sampai 64 tahun, dimana orang yang

sudah dewasa menyesuaikan diri dalam mendalami jabatannya. Dan yang kelima yaitu fase kemunduran (Decline), usia 65 keatas . dimana bila orang memasuki masa pensiun dan harus

menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Kelima tahapan diatas merupakan acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam karir, yang nampak dalam tugas perkembangan karir (Vocational development tasks). Super dalam Savickas (2001) mengatakan bahwa ada

(16)

7

Individu diharuskan untuk merumuskan ide-ide tentang pekerjaan yang sesuai untuk dirinya sendiri.

2. Spesifikasi (specification) : 18 – 21 Tahun

Individu diharuskan untuk mempersempit arah karir umumnya menjadi satu arah tertentu dan mengambil langkah yang diperlukan untuk melaksanakan keputusannya tersebut. 3. Pelaksanaan (implementation) : 21 – 25 Tahun

Dalam tugas yang ketiga ini, individu diharuskan untuk menyelesaikan beberapa pelatihan serta memulai pekerjaan yang relevan.

4. Stabilisasi (stabilization) : 25 – 35 Tahun

Tugas perkembangan karir ini diikuti oleh perilaku menentap dalam bidang pekerjaan dan penggunaan bakat seseorang untuk menunjukkan kesesuaian keputusan karir.

5. Konsolidadi : akhir usia 30-an dan usia 40-an

Individu pada tugas perkembangan karir ini sudah bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, serta mampu melakukan penghayatan pada jabatannya. Selain itu pada fase ini individu juga sudah mempersiapkan pola hidup baru sesudah melepas jabatannya.

Menurut Super (dalam Savickas, 2001) kematangan karir dapat diukur dari beberapa faktor, yaitu: 1. Career planning (perencanaan karir) dalam dimensi ini mengukur seberapa sering

individu dalam mencari beberapa informasi mengenai pekerjaan, seberapa jauh individu mengetahui tentang keberagaman jenis pekerjaan serta seberapa banyak perencanaan yang dilakukan individu. 2. Career exploration (eksplorasi karir) keinginan individu untuk

menjelajahi atau mencari informasi mengenai pilihan karir. dalam dimensi ini untuk mengetahui seberapa besar keinginan individu untuk mencari informasi dari berbagai macam sumber seperti teman, orang tua, konselor, buku, internet dan lain sebagainya. Eksplorasi karir ini berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang dapat diperoleh individu mengenai karirnya. 3. Decision making (pembuatan keputusan) dalam dimensi ini berkenaan

dengan kemampuan menggunakan pengetahuan dan membuat perencaan karir. Dimana dalam hal ini individu diposisikan dalam situasi dimana orang lain harus membuat keputusan karir terbaik. Jika individu mengetahui bagaimana orang lain harus membuat keputusan karir, maka mereka juga dapat membuat keputusan karir yang baik bagi diri mereka. 4. World of work information (informasi dunia kerja) dalam konsep ini ada dua macam komponen yaitu: pertama berkaitan dengan pengetahuan individu mengenai tugas-tugas perkembangan dan

yang kedua berkaitan dengan pengetahuan mengenai tugas kerja (job desk) pada pekerjaan

tertentu. Menurut Super seorang individu sangat penting untuk mengetahui dunia kerja sebelum membuat keputusan pilihan karir. 5. Knowledge of the preferred occupational group

(pengetahuan mengenai pekerjaan yang diminati) berhubungan dengan pengetahuan mengenai tugas kerja dari pekerjaan yang mereka minati, peralatan kerja dan persyaratan fisik yang dibutuhkan. 6. Implementing the choice merupakan realisasi keputusan karir yang

perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis.

Kematangan karir yang dimiliki seorang individu tidak hanya di pengaruhi oleh diri mereka sendiri. Akan tetapi, lingkungan yang ada di sekitar individu tersebut berada juga memberikan pengaruh dalam kematangan karir. menurut Super (dalam Crews, 2006) faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu yaitu:

1. Faktor internal individu

(17)

8

(pengharapan diri), self-efficacy (keyakinan kemampuan diri), locus of control (pusat

kendali diri), keterampilan, minat, bakat, kepribadian serta usia. 2. Faktor sosial-ekonomi

Dalam faktor sosial-ekonomi mencakup 3 faktor lainnya yaitu: a. Lingkungan

Dimana kesempatan individu mendapatkan pekerjaan, perasaan nyaman dan informasi yang diterima mengenai jalur karir yang cocok mempengaruhi kematangan karir. Anderson & Apostal, 1971; Sewell & Orenstein, 11965; S eligman, 1994 (dalam Pinasti, 2011) mencatat bahwa masyarakat kota kecil dan pedesaan cenderung mendapatkan informasi pekerjaan yang terbatas, hal tersebut membuktikan bahwa betapa betapa sempitnya pilihan karir di daerah tersebut. di lain sisi, cita-cita karir akan cenderung meningkat sejalan dengan kepadatan penduduk. Masyarakat yang memiliki latar belakang perkotaan biasanya memilih jalur karir yang melibatkan persaingan dan tekanan yang cukup untuk mencapai kesuksesan.

b. Status sosial-ekonomi

Dillard & Perrin (dalam Pinasti, 2011) Individu yang memiliki latar belakang status sosial-ekonomi yang tinggi maka akan memiliki cita-cita karir yang tingg pula. Ada beberapa hal yang sering dikaitkan dengan latar belakang ekonomi rendah seperti harga diri yang rendah, kurangnya role model (model peran),

keuangan yang tidak memadai, kurangnya dorongan untuk sukses dan stereotip yang negatif bisa saja benar dalam beberapa kasus. Hal tersebut tidak menjadi alasan utama individu dari lingkungan sosial-ekonomi rendah menjadi terbatas dalam pencapaian karir.

Penelitian yang dilakukan oleh Rojewski (dalam Pinasti, 2011) mengatakan bahwa individu yang berada dalam status sosial-ekonomi rendah cenderung tidak matang dalam karirnya karena tidak memiliki akses untuk mengetahui informasi tetang perkuliahan atau pekerjaan.

c. Jenis kelamin

Adanya stereotip mengenai jenis pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, dan hal tersebut telah menimbulkan perbedaan dalam kematangan karir laki-laki dan perempuan. Betz & Hackett (dalam Pinasti, 2011) membedakan pekerjaan menjadi dua bagian yaitu: pertama pekerjaan tradisional dan non tradisional. Perempuan

biasanya akan lebih berkembang di pekerjaan tradisional yang bersifat praktis namun sesuai dengan minat dan bakatnya seperti mengajar, perawat, sekretaris dan lain sebagainya dimana perempuan lebih dominan. Sementara laki-laki cenderung memiliki self-efficacy yang cukup tinggi untuk memilih serta berkembang di kedua

jalur karir tersebut. penelitian yang dilakukan oleh Hasan (dalam Pinasti, 2011) menemukan dalam perkembangan masa kanak-kanak dimana laki-laki berkeinginan untuk memilih karir yang sesuai di masa depan, sementara perempuan lebih menginginkan pernikahan sehingga pernikahalah yang menjadi fokusnya. Oleh sebab itu perempuan tidak lebih matang dalam karir dibandingkan dengan laki-laki.

Openness To Experience dan Conscientiousness

(18)

9

Friedman & Schustack, 2008). Terdapat lima dimensi dalam kepribadian big five yaitu

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Openness to experience.

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan dua dimensi dalam big five yaitu Openness to experience dan Conscientiousness. Alasan peneliti menggunakan dua dimensi tersebut karena Openness to experience merupakan dimensi yang menggambarkan individu yang memiliki

ciri-ciri inovatif, imajinatif, kreatif, penasaran serta bebas. Menurut McCrae dan Costa (dalam Feist. J & Feist. G. J, 2010) Openness to experience merupakan dimensi yang secara

konsisten mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi. Jika individu memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi maka individu tersebut tidak akan merasa puas dengan segala informasi yang telah di dapatkan. Informasi tersebut bisa di dapatkan dari manapun, bisa melalui media internet, buku maupun media lain yang dapat mendukung pengatahuannya tentang susuatu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ottu dan Idowu (2014) mengatakan bahwa individu yang memiliki Openness to experience yang tinggi maka

individu tersebut memiliki inisiatif dalam melakukan pekerjaannya. Jadi tanpa ada perintah dari atasan, individu tersebut akan melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan Conscientiousness menurut McCrae dan Costa (dalam Feist. J & Feist. G. J, 2010)

merupakan dimensi yang menggambarkan individu yang memiliki ciri-ciri teliti, bekerja keras, teratur, tepat waktu, ambisius dan gigih. Ciri-ciri dari kedua dimensi tersebut dapat menunjang kematangan karir dari siswa yang melakukan pendidikan di Pusdik Arhanud. Pengertian dari Conscientiousness menurut McCrae dan Costa (dalam Feist. J & Feist. G. J,

2010) bahwa orang yang mempunyai Conscientiousness lebih teratur, terkontrol, terorganisir,

ambisius, terfokus pada pencapaian serta memiliki kedisiplinan diri. McCrae dan Costa mengatakan bahwa apabila mereka yang mempunyai skor Conscientiousness yang tinggi

biasanya pekerja keras, berthati-hati, tepat waktu serta mampu bertahan dalam keadaan apapun. Selain itu, dalam peneltian yang dilakukan oleh Afshar. A. F & Alishahi. A. G. (2015) seseorang yang memiliki Conscientiousness tinggi maka kemungkinan rendah akan

mengalami stress kerja dan melakukan perilaku kerja yang menyimpang. Sehingga ketika

Conscientiousness di miliki oleh siswa DIKMABA maka kemungkinan kecil tentara yang

melakukan penyimpangan peraturan.

Dan dimulai pada tahun 1960 sampai pada tahun 2000, kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan trait terdapat kepribadian dapat dilihat melalui lima dimensi. Kelima

dimensi tersebut yaitu Extroversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Openness to experience. John (dalam Widhiastuti, 2014) membuat singkatan atas kelima

Faktor Kepribadian tersebut dengan OCEAN, Sedangkan Digman dan Hogan (dalam Widhiastuti, 2014) menyebutkan dengan istilah Neuroticism (N) mencakup perasaan-perasaan

negatif, cemas, sedih, mudah tersen-tuh, nervous. Faktor Keterbukaan atas pengalaman (O)

(19)

10

1. Memiliki ambisi yang kuat terhadap sesuatu yang diinginkan

2. Memiliki ketepatan waktu, cermat, rapi, tekun dalam mengerjakan sesuatu

3. Mempu mengerjakan tugas yang diterima 4. Mampu menyusun segala sesuatu yang

dikerjakan dengan baik Karakteristik :

1. Selalu mencari tahu segala sesuatu yang kurang dimengerti

2. Memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang baru

3. Memiliki daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan ide berdasarkan

pengalaman

4. Mudah bergaul dalam lingkungan yang baru

Dampak Conscientiousness yang tinggi

terhadap perilaku siswa :

1. Dapat menyelesaikan pendidikan kemiliterannya dengan baik

2. Menyelesaikan tugas dalam pendidikannya dengan baik

3. Menyusun segala sesuatu yang akan dilakukan saat ini maupun masa depannya 4. Menaati peraturan yang ada dengan baik Dampak Openness to experience yang tinggi

terhadap perilaku siswa :

1. Mampu memahami segala sesuatu yang belum diketahui tentang karirnya

2. Dapat memberikan pengalaman yang baru serta bermanfaat bagi lingkungan yang ada disekitarnya

3. Memanfaatkan situasi yang ada dalam lingkungan pendidikannya dengan baik

 Meningkatkan pengetahuan akan dirinya

 Meningkatkan pengetahuan tentang pekerjaan

 Mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

 Mampu merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan

 Mampu meningkatkan kemampuan dan minat yang sesuai dengan karir yang dipilih

 Mampu merealisasikan keputusan karirnya secara konsisten

(20)

11

Hubungan Openness To Experience dan Conscientiousness dengan Kematangan Karir Tentara Nasional Indonesia, sebagai salah satu abdi bagi negara serta masyarakat untuk menjaga perdamaian negara Indonesia mempunyai kriteria khusus dalam penerimaan setiap anggota. Dalam hal ini dibutuhkan pemilihan karir yang matang supaya siswa yang masuk dalam Pusdik Arhanud dapat melaksanakan pendidikan yang telah diterapkan oleh Pusdik Arhanud. Faktor yang mempengaruhi kematangan karir seseorang bermacam-macam dan di antara sekian banyak faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir yaitu kepribadian.

Sehingga dalam hal ini kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu menentukan perilaku yang dilakukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ottu dan Idowu (2014) Openness to Experience merupakan kepribadian yang dapat memberikan pengalaman yang luas terhadap

lingkungan yang ada disekitarnya serta menerima pengalaman baru yang bisa didapat dalam lingkungan barunya. Apabila siswa di Pusdik Arhanud memiliki Openness to Experience

maka akan dengan mudah berbagi pengalaman yang pernah dilakukan serta bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya. Selain itu Zahra A, dkk., (2013) menyatakan bahwa Openness to Experience memiliki peranan penting dalam perilaku kerja. Apabila individu memiliki

keterbukaan terhadap pengalaman yang tinggi maka individu tersebut akan memiliki inisiatif dalam pekerjaanya (OCB). Artinya tanpa disuruh oleh atasan, individu tersebut sudah mengetahui tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Karakteristik dari Openness to experience sendiri yaitu selalu mencari tahu segala sesuatu yang memang kurang di mengerti.

Selain itu apabila ada hal baru yang belum dia ketahui maka individu yang memiliki

Openness to experience akan tertarik dan mencari informasi tentang hal tersebut melalui

berbagai media seperti media internet, buku dan lain sebagainya. karakteristik lain yaitu mudah bergaul dalam lingkungan yang baru dan memiliki daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan ide berdasarkan pengalaman terdahulunya.

Dampak yang dirasakan oleh seseorang yang memiliki Openness to experience yang tinggi

yaitu seseorang tersebut mampu memahami serta mengatahui segala sesuatu yang sebelumnya belum di ketahui. selain itu dapat bermanfaat bagi bagi orang lain, karena dapat memberikan pengalaman yang baru kepada orang yang ada di sekitarnya dan dapat memanfaatkan situasi yang ada dengan sesuatu yang baik.

Selain Openness to Experience, Conscientiousness juga merupakan dimensi yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Afshar & Alishahi (2015) menyatakan bahwa apabila seseorang yang memiliki Conscientiousness maka orang

tersebut tidak akan melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut juga berlaku pada siswa Pudik Arhanud, apabila siswa memiliki Conscientiousness maka kemungkinan

melakukan pelanggaran sangat sedikit. Karena siswa selalu memiliki kesadaran terhadap tanggung jawabnya sebagai siswa serta nantinya akan menjadi aparatur negara yang bertanggung jawab dan melakusanakan tugas negara dengan sebaik-baiknya. Karakteristik dari dimensi Conscientiousness sendiri yaitu memiliki ambisi yang kuat terhadap sesuatu

yang diinginkan, tepat waktu, cermat, rapi serta tekun dalam mengerjakan sesuatu.

Dampak yang di timbulkan apabila seseorang memiliki Conscientiousness yaitu seseorang

tersebut dapat menyelesaikan tugas pendidikan maupun pekerjaannya dengan baik. selain itu seseorang yang memiliki Conscientiousness akan menyusun segala yang akan dilakukan

(21)

12

Sehingga ketika seseorang memiliki kedua kepribadian tersebut maka akan cenderung memiliki kematangan karir yang tinggi. Karena kematangan karir merupakan hal sangat penting, apabila seseorang memiliki kematangan karir yang tinggi maka akan cenderung meningkatkan pengatahuan akan dirinya, pekerjaanya, mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, mampu merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan, mampu meningkatkan kemampuan dan minat yang sesuai dengan karir yang dipilih serta mampu merealisasikan keputusan karirnya secara konsisten.

Hipotesis

Adanya hubungan positif signifikan antara openness to experience dengan kematangan karir

dan ada hubungan positif signifikan antara conscientiousness dengan kematangan karir.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan non-eksperimental kuantitatif korelasional, dimana peneliti ingin menguji hubungan dari ketiga variabel serta mengukur signifikan data yang diperoleh. Pendekatan ini menggunakan data berupa angka yang dapat diolah dengan menggunakan uji statistik (sugiyono, 2011). Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis regresi linier berganda.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa tamtama yang sedang menempuh pendidikan di Pusdik Arhanud Malang. Populasi siswa Bintara terhitung sebanyak 120, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 90 siswa yang sedang menempuh Pendidikan Pertama Bintara (DIKMABA) di Pusdik Arhanud Malang sebagai subjek penelitian dan sebanyak 30 siswa untuk try out.

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi (Riduwan, 2005). Jadi semua siswa DIKMABA yang menjalani pendidikan di Pusdik Arhanud memiliki kesempatan untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, dalam penelitian ini menggunakan skala Openness to experience dan Conscientiousness yang dibuat oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan

sangat tidak setuju (STS) sesuai karakteristik dimensi openness to experience yaitu imajinatif,

kreatif, inovatif, penasaran serta bebas dan yang kedua sesuai dengan karakteristik dimensi

conscientiousness yaitu teliti, bekerja keras, teratur, tepat waktu, ambisius dan gigih. Serta

skala kematangan karir yang di adaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sherif Raditya Hanza (2015) dengan menggunakan beberapa faktor yaitu Cereer planning, Career exploration, decision making, world of work information, knowledge of the preferred occupational group dan implementing the choice . Dalam penelitian ini terdapat dua variabel

(22)

13

Openness to experience merupakan karakteristik siswa TNI-AD Pusdik Arhanud yang secara

konsisten mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi. Jika Openness to experience

tinggi maka individu tersebut akan cenderung memiliki karakteristik yang imajinatif, kreatif, inovatif, penasaran serta mampu menjalin hubungan sosial dengan baik. sedangkan

Conscientiousness merupakan karakteristik yang menggambarkan siswa TNI-AD Pusdik

Arhanud yang memiliki sikap teliti, bekerja keras, teratur, tepat waktu, ambisius dan gigih. Jika Conscientiousness tinggi maka individu akan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi,

pekerja keras, teratur, tepat waktu, ambisius serta gigih dalam melakukan segala hal dalam pekerjaannya.

Untuk mengukur Openness to experience siswa TNI-AD Pusdik Arhanud Malang, peneliti

menggunakan instrumen penelitian dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 15 item.

Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Openness to Experience dan Conscientiousness

Alat Ukur Jumlah Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas (Alpha) Openness to

Experience 15 0.405 – 0.749 0.908

Conscientiousness 24 0.329 – 0.796 0.927

Berdasarkan tabel diatas, diketahui indeks validitas skala openness to experience berkisar

antara 0.405 – 0.749 dan indeks reliabilitas sebesar 0.908. Sedangkan indeks validitas skala

conscientiousness berkisar antara 0.329 – 0.796 dan indeks reliabilitas sebesar 0.927.

Selanjutnya variabel (Y) merupakan kematangan karir. kematangan karir merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu dalam pembuatan keputusan karir yang konsisten (tidak berubah-ubah) sesuai dengan tahapan perkembangan karir seusianya serta dapat mengimplementasikan karirnya tersebut dengan baik.

Untuk mengukur kematangan karir yang dimiliki oleh siswa TNI-AD, peneliti menggunakan instrumen penelitian dengan menggunakan skala likert dengan menggunakan 4 pilihan

jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) yang diadaptasi sebelumnya dan digunakan dalam penelitian Sherif Raditya Hanza (2015) yang terdiri dari 23 item.

Tabel 2. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan Karir Sebelum Try Out

Alat Ukur Jumlah Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas (Alpha)

Kematangan Karir 36 -0,103 – 0,731 0,922

(23)

14

0,926. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa skala kematangan karir memenuhi syarat koefisien reliabilitas, dimana skala dikatakan reliabel apabila semakin mendekati angka 1. Tabel 3. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan Karir Setelah Try Out Kemudian skala kematangan karir diujikan kembali (try out) oleh peneliti kepada 30 siswa TNI-AD Pusdik Arhanud Malang didapatkan hasil bahwa :

Alat Ukur Jumlah Valid Indeks Validitas Indeks Reliabilitas (Alpha)

Kematangan Karir 30 0.328 – 0.746 0,923

skala kematangan karir setelah melakukan try out memiliki indeks validitas 0,328 – 0,746 yang berarti skala tersebut memenuhi uji validitas. Sedangkan indeks reliabilitas setelah melakukan try out dari skala kematangan karir yaitu 0,923. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa skala kematangan karir telah memenuhi syarat koefisien reliabilitas, dimana suatu skala dikatakan reliabel apabila semakin mendekati angka 1.

Prosedur dan Analisa Data

Tahapan pertama yang dilakukan peneliti yaitu persiapan, dimana peneliti membuat alat ukur dari dua variabel yaitu openness to experience dan conscientiousness dalam bentuk skala likert sesuai karakteristik dari openness to experience yaitu imajinatif, kreatif, inovatif,

penasaran serta bebas dan yang kedua sesuai dengan karakteristik dari conscientiousness yaitu

teliti, bekerja keras, teratur, tepat waktu, ambisius dan gigih dengan indeks validitas skala

openness to experience 0.405 – 0.749 dan indeks reliabilitas sebesar 0.908 sedangkan indeks

validitas skala conscientiousness 0.329 – 0.796 dan indeks reliabilitas sebesar 0.927.

Selanjutnya peneliti mengadaptasi skala kematangan karir dari penelitian yang dilakukan oleh Sherif Raditya Hanza (2015) dengan menggunakan beberapa faktor yaitu Cereer planning, Career exploration, decision making, world of work information, knowledge of the preferred occupational group dan implementing the choice dengan indeks validitas -0,103 – 0,731 dan

indeks reliabilitas 0,922. Setelah membuat serta mengadaptasi skala maka selanjutnya peneliti melakukan try out alat ukur supaya diketahui validitas serta reliabilitasnya. Pada tanggal 26

Maret 2016 peneliti melakukan try out sejumlah 30 siswa. Setelah melakukan try out didapatkan indeks validitas 0.328 – 0.746 dan indeks reliabilitas 0,923.

Tahapan kedua yang dilakukan peneliti yaitu pelaksanaan, pada tanggal 07 April 2016 peneliti mulai menyebarkan alat ukur kepada siswa TNI-AD di Pusdik Arhanud Malang yang berjumlah 90 siswa. Dimana populasi dari siswa Bintara sebanyak 120, akan tetapi sebanyak 30 siswa telah digunakan peneliti untuk melakukan try out.

Lalu, tahapan ketiga yang dilakukan peneliti yaitu melakukan analisa data. Peneliti mengumpulkan data hasil penyebaran alat ukur lalu entry data serta melakukan analisa data dengan menggunakan Regresi linier berganda dari statistik SPSS versi 21. Terakhir, peneliti

(24)

15

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 90 siswa TNI-AD Pusdik Arhanud Malang diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

Frekuensi Persentase

Pekerjaan orang tua Petani TNI-AD

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa seluruh responden berjenis kelamin laki-laki dengan status belum menikah. Pada rentangan usia 20 tahun ke atas merupakan responden yang paling banyak dengan jumlah 61 siswa (67,8%) dan dari keseluruhan siswa bintara, pekerjaan orang tua yang paling mendominasi yaitu sebagai tentara angkatan darat sebanyak 24 siswa (26,7%). Pendidikan terakhir yang paling mendominasi yaitu dari lulusan SMA (sekolah menengah atas) dengan jumlah 66 siswa (73,3%) serta seluruh siswa memiliki kepangkatan yang sama yaitu SERDA (Sersan Dua).

Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Openness to Experience dan Conscientiousness dengan Kematangan Karir

Indeks analisis kesimpulan Sumbangan efektif openness to experience

Sumbangan efektif conscientiousness Sig/ ρ openness to experience

Sig/ ρ conscientiousness

0,300 0,605 0,000

0,000 Signifikan Signifikan

Berdasarkan tabel diatas, nilai sumbangan efektif dari openness to experience sebesar 0,300

terhadap kematangan karir pada tingkat signifikansi 1%. Nilai signifikansi yang ditunjukkan yaitu 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,01 (P < 0,01 = 0,000 ≤ 0,001) sehingga dapat dikatakan ada hubungan positif yang signifikan antara openness to experience dengan kematangan karir. Nilai sumbangan efektif dari conscientiousness sebesar

(25)

16

dikatakan ada hubungan positif yang signifikan antara conscientiousness dengan kematangan

karir.

DISKUSI

Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan, didapatkan korelasi antara openness to experience dengan kematangan karir sebesar 0,300 , p=0,000 (p≤0,01) yang menandakan

bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara openness to experience dan kematangan

karir. Dan didapatkan korelasi antara conscientiousness dengan kematangan karir sebesar

0,605 , p=0,000 (p≤0,01) yang menandakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara

conscientiousness dengan kamatangan karir. Menurut Santjaka (2015) jika nilai korelasi > 0,5

maka hubungan tersebut kuat. Selanjutnya didapatkan hasil bahwa koefisien determinasi �2 sebesar 0,707 dan p=0,000 (p≤0,01), yang berarti bahwa tingkat kematangan karir siswa TNI-AD Pusdik Arhanud Malang disebabkan oleh openness to experience dan conscientiousness

sebesar 70,7%, sedangkan 29,3% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.

Jika dikaitkan dengan pendapat Holland (1959) individu yang memiliki kepribadian sesuai dengan model lingkungan yang ditempatinya, maka akan menghasilkan kondisi keselarasan dan kecocokan. kondisi tersebut akan memungkinkan individu untuk dapat mengembangkan diri, mengembangkan karir serta stabilitas dalam pendidikannya. Seperti yang dikatakan oleh Amalia (2013) bahwa apabila seorang individu memiliki kepercayaan diri untuk selalu mencari tahu informasi tentang karirnya maka individu tersebut akan dapat melalui berbagai tugas perkembangan dalam karirnya dengan baik. Dan begitupula sebaliknya, apabila tidak mau berusaha untuk mencari berbagai informasi tentang pilihan karir, maka individu tersebut akan memiliki sedikit atau bahkan tidak mempunyai informasi tentang pilihan karir. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir seseorang yaitu faktor internal maupun eksternal, salah satu dari sekian banyak faktor internal yang mempengaruhi kematangan karir individu yaitu openness to experience dan conscientiousness.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara openness to experience dengan

kematangan karir siswa TNI-AD Pusdik Arhanud. Hasil dalam penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lei yang menyatakan bahwa openness to experience

berhubungan positif terhadap kematangan karir yang yang dimiliki oleh seorang individu. Jika seorang individu memiliki openness to experience yang tinggi artinya individu tersebut

memiliki keterbukaan terhadap informasi dari lingkungan sekitarnya seperti orang tua, teman, guru dan lain, sehingga individu tersebut lebih banyak mendapatkan informasi berbagai macam pilihan karir. Hal tersebut sejalan dengan teori kematangan karir yang dikatakan oleh Super (dalam Savickas, 2001) bahwa individu yang memiliki kematangan karir akan menjelajahi atau mencari berbagai informasi mengenai pilihan karir yang diinginkan sesuai dengan minat serta kemampuan yang dimilikinya melalui media apapun. Jadi openness to experience yang dimiliki oleh siswa Pusdik Arhanud Malang sangat mendukung untuk proses

dalam kematangan karir siswa TNI-AD Pusidk Arhanud Malang sebagai abdi negara yang memiliki tanggung jawab besar terhadap keamanan NKRI.

Selain openness to experience, Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ottu dan Idowu (2014)

menyatakan bahwa conscientiousness juga mempengaruhi kematangan karir, karena individu

(26)

17

dipilihnya. Dalam teori yang dikemukakan oleh Super (dalam Savickas, 2001) bahwa untuk mencapai kematangan karir, diperlukan perencanaan yang matang sehingga karir yang diinginkan sesuai dengan minat serta kemampuan yang dimiliki.

Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa

conscientiousness berhubungan positif dengan kematangan karir. Selain itu menurut Rogers,

Creed dan Glendon (2008) individu yang memiliki conscientiousness lebih memiliki

perencanaan karir yang matang. Karena segala hal yang diperlukan dan yang akan dijalani untuk merealisasikan karir yang diinginkannya akan tersusun dengan rapi. Jadi untuk mencapai kematangan karir yang tinggi, individu tidak hanya memiliki openness to experience saja yaitu mencari berbagai informasi tentang pilihan karir serta selalu mencari

tahu sesuatu hal yang baru bagi dirinya akan tetapi, memiliki conscientiousness yaitu individu

yang selalu mempunyai perencanaan karir yang matang serta menyiapkan diri untuk menjalani karir yang sesuai juga sangat diperlukan.

Dari penelitian ini diketahui sebanyak 70,7% kematangan karir siswa TNI-AD Pusdik Arhanud disebabkan oleh dimensi openness to experience dan conscientiousness. Sisanya

sebanyak 29,3% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, faktor lain tersebut seperti dukungan dari keluarga, status sosial dan ekonomi, self-esteem (harga

diri), self-expectation (pengharapan diri), self-efficacy (keyakinan kemampuan diri), locus of control (pusat kendali diri), keterampilan, minat, bakat, usia dan lain sebagainya juga

mempengaruhi kematangan karir yang dimiliki oleh seorang individu.

Penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, adapun kekurangannya adalah seperti yang diketahui bahwa banyaknya faktor yang mempengaruhi kematangan karir, penelitian ini hanya memfokuskan pada satu faktor saja yaitu kepribadian. Akan tetapi peneliti menggunakan dua dimensi dari Big five personality untuk memprediksi kematangan karir yaitu openness to experience dan conscientiousness. Selain itu, pada saat pengambilan data waktu yang digunakan sangat terbatas karena siswa TNI-AD yang melaksanakan pendidikan di Pusdik Arhanud memiliki aktivitas yang padat dan semua kegiatan dibatasi oleh waktu.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Hasil penelitian dari 90 siswa Bintara TNI-AD di Pusdik Arhanud yang sedang melaksanakan pendidikan, dalam penelitian ini menunjukkan korelasi sebesar 0,300 , p=0,000 (p≤0,01) yang artinya bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara openness to experience dan

kematangan karir. Selain itu, korelasi antara conscientiousness dengan kematangan karir

sebesar 0,605 , p=0,000 (p≤0,01) yang menandakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara conscientiousness dengan kamatangan karir.

(27)

18 REFERENSI

Ahmadizadeh. A. et al., (2013). Investigation of the relationship of openness to experience and organizational citizenship behavior. International Research Journal of Applied and Basic Sciences, 4(8). 2225 – 2229

Alam. M. Md. (2013). Study of gender difference in career maturity of rural and urban student in India. Global Journal of Scientific Researches, 1(1), 19 – 25

Al-kalbani. M. S. A., Saleh & Mastor. (2011). The decision making constructs and Five-factor model in adolescents. World Applied Sciences Journal, 34-39

Amalia. N.R. (2013). Hubungan antara adversity quotient dengan kematangan karir pada peserta didik di mandiri enterpreneur center (MEC) Surabaya. Skripsi, Fakultas

Psikologi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Bazana. S., & Dodd. N. (2013). Conscientiousness, work family conflict and stress amongst police officers in Alice South Africa. Journal psychology vol.4, No. 1: 1-8

Crews. M. E. (2006). The career maturity of college fresmen as impacted by career counseling received in grade K-12: A reflective study. Dissertaion of docetor of

philosophy, University of South Carolina, Accessed on January 11, 2016 from https://books.google.co.id

Feist. J., & Feist. G. J. (2010). Teori kepribadian: Theories of personality. (Terj. Shamita.

P.S). Jakarta: Salemba Humanika

Friedman. Howard S., & Schustack. Miriam W. (2008). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. (Terj. Fransiskan Dian Ikarini, Maria Hany dan Andreas

Provita Prima). Jakarta: Erlangga

Hanza. S. R. (2015). Hubungan kematangan karir dengan intensi turnover pada karyawan.

Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Hardiyanto. B. S. (2015). Tinjauan terhadap penyelesaian pelanggaram disiplin prajurit di lingkungan KOREM 072 Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Atma

Jaya Yogyakarta. Yogyakarta

Holland, J. L. (1959). A theory of vocational choice. Journal of Counseling Psychology, 11, 27–34.

Lal. K. (2014). Career maturity in relation to level of aspiration in adolescents. American International Journal of Research in Humanities, Arts and Social Sciences, 5(1).

113 – 118

(28)

19

Lei. Yuqing. The big five model of personality and career development. Texas A&M University, EHRD601

Mubiana. P. B. (2010). Career maturity, Career knowledge, and Self knowledge among psychology honours student: An exploratory study. Dissertation submitted in partial

fulfilment of the requirements for the degree, Magister artium research psychology university of pretoria, Pretoria

Ottu. I. F. A., & Idowu, O. O. (2014). Openness to experience, conscientiousness and gender as personality indicators of career maturity of in-school adolescents in Ibadan Nigeria. European Journal of education Studies, 6 (1)

Pamardi. B. B., & Widayat. I. W. (2014). Hubungan self efficacy dengan penyesuaian diri

pada taruna akademi angkatan laut. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 3(1)

Pinasti . W. (2011). Pengaruh self-efficacy, locus of control dan faktor demografis terhadap kematangan karir mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Fakultas

Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta

Riduwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Rogers, M.E., Creed, P.A., Glendon, A.I. (2008). The role of personality in adolescent career planning and exploration: A social cognitive perspective. Journal of Vocational Behavior, 73,132-142.

Salami. S. O. (2008). Gender, identity, status and career maturity of adolescents in Southwest Nigeria. Journal Social Science 16, (1), 35 – 49

Santjaka. Aris (2015). Aplikasi Spss untuk Analisa data penelitian kesehatan. Yogyakarta.

Nuha Medika

Santrock. John. W. (2007). Remaja edisi II jilid I. Jakarta. Erlangga

Savickas. M. L. (2001). A developmental perspective on vocational behaviour: career patterns, salience, and themes. International Journal for Educational and Vocational Guidance, 1, 49 – 57

Sucipto. Hubungan antara kesesuaian tipe kepribadian dan model lingkungan dengan kematangan arah pilihan karir. Skripsi. Fakultas FKIP Universitas Muria Kudus. 1979-6889

Veronika., Hurriyati. D., Mawardah. M. (2015). Hubungan antara Locus of Control dengan kematangan karir pada karyawan kentucky fried chiken (KFC) di Palembang.

Skripsi. Fakultas Psikologi universitas Bina Darma. Palembang

Widhiastuti. H. (2014). Big Five Personality sebagai prediktor kreativitas dalam

(29)

20

Zed. N. (2012). Pelaksanaan hukum disiplin prajurit Tentara Nasional Indonesia pada komando distrik militer 0304/AGAM di kota Bukittinggi. Skripsi. Fakultas hukum

(30)

21

Skala Openness to experience

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Saya selalu mematuhi aturan yang diberikan

oleh komandan SS S TS STS

2 Saya selalu menanyakan sesuatu hal yang tidak

saya ketahui SS S TS STS

3 Saya akan membantu secara suka rela kepada

masyarakat yang membutuhkan bantuan SS S TS STS

4 Saya selalu memikirkan cara-cara yang lebih efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

saya kerjakan SS S TS STS

5 Saya telah membayangkan keadaan pekerjaan

saya, sebelum melakukannya SS S TS STS

6 Saya selalu menyetujui apapun pendapat orang

lain SS S TS STS

7 Saya sangat menyukai tantangan SS S TS STS

8 Saya selalu ikut serta dalam kegiatan masyarakat

di sekitar SS S TS STS

9 Saya selalu memberikan solusi kepada siapapun

yang menghadapi suatu masalah SS S TS STS

10 Saya sebelumnya sudah membayangkan

tugas-tugas sebagai anggota TNI SS S TS STS

16 Saya tidak pernah membayangkan keadaan

(31)

22 siapapun yang mengahadapi suatu masalah 20 Saya mengetahui tugas-tugas sebagai anggota

TNI saat melaksanakan pendidikan SS S TS STS

21 Saya kurang menyukai hal-hal yang menantang SS S TS STS 22 Saya kurang percaya diri untuk bertanya tentang

hal yang kurang saya pahami SS S TS STS

mempertahankan pendapat yang saya miliki SS S TS STS 3 Saya melakukan berbagai cara untuk mencapai

sesuatu yang saya inginkan SS S TS STS

4 Saya selalu menyelesaikan tugas dalam pekerjaan, sesuai dengan kemampuan yang saya

miliki SS S TS STS

5 Saya kurang siap ketika mendapat tugas

mendadak dari atasan SS S TS STS

6 Saya tidak pernah terlambat dalam

melaksanakan tugas sebagai anggota TNI SS S TS STS 7 Apapun yang saya lakukan, tidak pernah saya

rencanakan sebelumnya SS S TS STS

8 Saya selalu merencanakan segala hal yang akan

saya lakukan SS S TS STS

9 Saya menghindari tugas-tugas yang sulit

dikerjakan SS S TS STS

10 Saya selalu berusaha mengembangkan bakat dan

kemampuan yang saya miliki SS S TS STS

11 Saya kurang berhati-hati ketika berbicara

(32)

23

20 Saya berusaha dengan maksimal mewujudkan

keinginan dan cita-cita saya SS S TS STS

21 Saya berhati-hati dalam melaksanakan

tugas-tugas sebagai anggota TNI SS S TS STS

22 Kegagalan membuat saya malas dalam berjuang

mewujudkan keinginan saya SS S TS STS

26 Saya akan melaksanakan pengawasan secara teliti terhadap pelaksanaan tugas sebagai

anggota TNI SS S TS STS

27 Saya selalu mempersiapkan segala kebutuhan

saya untuk esok hari SS S TS STS merupakan pekerjaan yang mudah, karena

memang dalam hal ini kelebihan saya SS S TS STS

3 Keluarga atau kerabat adalah orang yang lebih

paham tentang arah karir saya SS S TS STS

4 Pekerjaan saya saat ini merupakan rencana karir

saya kedepan SS S TS STS

Gambar

Tabel 5. Hasil Uji Analisis Regresi Linier berganda openness to experience dan
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Openness to Experience dan
Tabel 3. Indeks Validitas dan Reliabilitas Skala Kematangan Karir Setelah Try Out
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan kegiatan pelatihan oleh Tim Satgas dari LP2M UM, materi pelatihan tentang pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terdiri dari:

Faktor-faktor penghambat Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMP Negeri 1 Motoling Berdasarkan temuan penelitian,

7) Setelah waktu yang telah ditentukan tiba, ambil sampel dari sampling point pada masing-masing tabung alat disolusi dengan menggunakan spuit injeksi. Lalu masukkan ke

Deformasi plastis dapat meningkatkan energi dalam pada material karena dislokasi semakin merapat sehingga laju korosi akan meningkat. Merapatnya dislokasi pada

Badan Pengawas harus mendorong pengembangan cara yang tepat untuk memberi informasi atau melakukan konsultasi dengan pihak yang berkepentingan serta masyaraakt

vaskular paru, atau hipertensi pulmonal high resistance (Gambar 1). Pada DSA akibat dinding ventrikel kanan yang lebih tipis dan dapat menampung darah lebih banyak, maka

MASYARAKAT DI DESA MANONGKOKI KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR Skripsi ini adalah studi tentang Tradisi Apanaung Panganreang bagi masyarakat di Desa

Penelitian ini menghasilkan Bahwa pendistribusian beras subsidi (RASKIN) di Desa Bumiharjo Kecamatan Guntur Kabupaten Demak tidak sesuai dengan RTS yang telah